Author
arsitadevy
View
14
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Spektrofotometri Nmr
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nuclear Magnetic Resonance (NMR) adalah salah satu metode analisis yang
paling mudah digunakan pada kimia modern. NMR digunakan untuk menentukan
struktur dari komponen alami dan sintetik yang baru, kemurnian dari komponen, dan
arah reaksi kimia sebagaimana hubungan komponen dalam larutan yang dapat
mengalami reaksi kimia. Meskipun banyak jenis nuclei yang berbeda akan
menghasilkan spektrum, nuclei hidrogen (H) secara histori adalah salah satu yang
paling sering diamati. Spektrokopi NMR khususnya digunakan pada studi molekul
organik karena biasanya membentuk atom hidrogen dengan jumlah yang sangat besar.
Pada spektrum hidrogen NMR menghadirkan beberapa resonansi yang
menjelaskan pertama bahwa molekul yang dipelajari mengandung hidrogen. Kedua,
jumlah pita dalam spektrum menunjukkan bagaimana beberapa posisi yang berbeda
pada molekul dimana hidrogen melekat/menempel. Frekuensi dari beberapa resonansi
utama pada spektrum NMR menunjukkan perubahan kimia. Ini sangat penting untuk
menduga bagian dari spektrum NMR yang mengandung informasi tentang lingkungan
masing-masing atom hidrogen dan struktur dari komponen yang dipelajari. Informasi
ketiga bahwa sebuah spektrum NMR menentukan perbandingan luas/daerah pita yang
berbeda, ini menjelaskan jumlah atom hidrogen yang relatif yang keluar pada masing-
masing posisi pada molekul yang diperoleh. Perbandingan ini petunjuk/bukti langsung
struktur dari struktur molekul dan harus mutlak sesuai untuk beberapa struktur yang
diusulkan sebelum struktur tersebut kemungkinan dipertimbangkan benar.
Struktur kompleks pita-pita dapat mengandung informasi tentang jarak yang
memisahkan beberapa atom hidrogen yang melewati ikatan kovalen dan penyusun
spasial atom hidrogen yang melekat pada molekul, termasuk struktur dasarnya. Struktur
dasar menunjukkan pembungkusan atau penggabungan molekul yang memiliki ikatan
yang panjang, seperti struktur spiral DNA. Struktur kompleks pita NMR pada mulanya
spin coupling diantara beberapa atom hidrogen. Penggabungan ini merupakan
1
perputaran fungsi jarak melintasi ikatan dan geometri molekul. Dalam kasus molekul
kecil, pita yang kompleks mungkin disimulasikan tepat dengan perhitungan mekanika
kuantum atau didekati menggunakan mekanika kuantum yang sesuai dengan aturan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diataspenulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah teori dasar serta prinsip kerja spektrofotometri nuclear magnetic
resonance (nmr)?
2. Apa sajakah kegunaan spektrofotometri nuclear magnetic resonance (nmr)?
3. Bagaimana penerapan atau aplikasi spektrofotometri nuclear magnetic resonance
(nmr) dalam berbagai bidang ilmu?
1.3 Tujuan
1. Mengetahaui prinsip kerja spektrofotometri nuclear magnetic resonance (nmr).
2. Mengetahui penggunaan spektrofotometri nuclear magnetic resonance (nmr).
3. Mengetahui penerapan atau aplikasi spektrofotometri nuclear magnetic resonance
(nmr) dalam berbagai bidang ilmu.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1.1. Sejarah Spektrofotometri Rensonansi Inti Magnetik (NMR)
Sebelum era 1950 para ilmuwan khususnya yang berkecimpung dalam bidang
kimia organik mersakan kurang puas terhadap apa yang telah dicapai dalam analisis
instrumental. Kekurangpuasan mereka terutama dari segi analisis kuantitatif, penentuan
struktur dan gugus hidrokarbon yang dirasa banyak memberikan informasi.
Pada waktu itu dirasa perlu menambah anggota teknik spektroskopi untuk tujuan lebih
banyak memberikan informasi gugus hidrokarbon dalam molekul. Dua orang ilmuwan
dari USA pada tahun 1951 yaitu Felix Bloch dan Edwardo M. Purcell (dari Harvard
university) menemukan bahwa inti atom terorientasi terhadap medan magnet.
Selanjutnya menurut Bloch dan Purcell setiap proton di dalam molekul yang sifat
kimianya berbeda akan memberikan garis-garis resonansi orientasi magnet yang
diberikan berbeda.
Bertolak dari penemuan ini lahirlah metode baru sebagai anggota baru teknik
soektroskopi yang diberi nama “Nuclear Magnetic Resonance (NMR)”.
Para ilmuwan di Indonesia mempopulerkan metode ini dengan nama spektrofotometer
Resonansi Magnet Inti (RMI). Spektrofotometri RMI sangat penting artinya dalam
analisis kualitatif, khususnya dalam penentuan struktur molekul zat organik. Spektrum
RMI akan mampu menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan inti atom
yang spesifik seperti:
Gugus apa yang dihadapi?
Di mana lokasinya gugus tersebut dalam molekul?
Beberapa jumlah gugus tersebut dalam molekul?
Siapa dan dimana gugus tetangganya?
Bagaimana hubungan gugus tersebut dengan tetangganya?
Hasil spektoskopi RMI seringkali merupakan penegasan urutan gugus atau susunan
atom dalam satu molekul yang menyeluruh.
3
1.2. Pengertian Spektrofotometri Resonansi Inti Magnetik (NMR)
Spektrofotometer resonansi inti magnetik adalah suatu instrumen yang
menganalisa suatu sampel berdasarkan interaksi inti atom yang berputar di dalam
medan magnet dengan radiasi gelombang radio, sehingga menyebabkan magnet inti
beresonansi pada frekuensi yang bervariasi antara 4-600 MHz atau panjang gelombang
75-0,5 m.
NMR digunakan untuk menentukan struktur dari komponen alami dan sintetik
yang baru, kemurnian dari komponen, dan arah reaksi kimia sebagaimana hubungan
komponen dalam larutan yang dapat mengalami reaksi kimia. Spektroskopi NMR
merupakan alat yang dikembangkan dalam biologi structural. Spektroskopi resonansi
magnet inti seringkali disingkat NMR termasuk ke dalam spektroskopi absorpsi seperti
halnya dengan spektroskopi infra merah atau spektroskpoi ultra violet. Dasar dari
spektroskopi NMR adalah absorpsi radiasi elektromagnetik dengan frekuensi radio oleh inti
atom. Frekuensi radio yang digunakan berkisar dari 0,1 sampai dengan 100 MHz. Bahkan,
baru-baru ini ada spektrometer NMR yang menggunakan radio frekuensi sampai 500 MHz.
Inti proton (atom hidrogen) dan karbon (karbon 13) mempunyai sifat-sifat magnet. Bila
suatu senyawa mengandung hidrogen atau karbon diletakkan dalam bidang magnet yang
sangat kuat dan diradiasi dengan radiasi elektromagnetik maka inti atom hidrogen dan
karbon dari senyawa tersebut akan menyerap energi melalui suatu proses absorpsi yang
dikenal dengan resonansi magnetik. Absorpsi radiasi terjadi bila kekuatan medan magnet
sesuai dengan frekuensi radiasi elektromagnetik.
Proton tunggal 1H adalah isotop yang paling penting dalam hydrogen. Isotop ini
melimpah hampir 100% dan jaringan hewan mengandung 80% air. 1H memproses momen
magnetik yang besar dari nuclei yang penting secara biologi. Ketika pada medan magnet
konstan, frekuensi NMR dari nuclei hanya bergantung pada momen magnetnya, frekuemsi
1H paling tinggi pada spekrometer yang sama. Sebagai contoh, pada spekrometer 360 MHz
untuk 1H, frekuensi untuk 31P adalah 145,76 MHz dan untuk 13C adalah sekitar 90 MHz.
13C adalah isotop karbon yang dapat digunakan untuk NMR. Dialam ada hanya 1,1%.
Oleh karena itu, spektrum 13C yang diperoleh membutuhkan banyak waktu. Disamping itu
spektrum 13C lebarnya adalah 200 ppm, yang identifikasinya mudah diperoleh pada
metabolisme jaringan. Sensitiftas spektroskopi 13C dapat ditingkatkan dengan spektroskopi
proton-observed carbon-edited.
4
1.3. Jenis-jenis Spektrofotometri Rensonansi Inti Magnetik (NMR)
1. NMR 1H
Mengukur inti proton (1H)
Menentukan letak dan jumlah proton dalam senyawa
Spektroskopi NMR proton merupakan sarana untuk menentukan stuktur senyawa
organic dengan mengukur momen magnet atom hydrogen. Pada kebanyakan
senyawa, atom hydrogen terikat pada gugus yang berlainan ( seperti –CH2-, -CH3-, -
CHO, -NH2, -CHOH- ) dan spektum NMR proton merupakan rekaman sejumlah
atom hydrogen yang berada dalam lingkungan yang berlainan. Spektum ini tidak
dapat memberikan keterangan langsung mengenai sifat kerangka karbon molekul
sehingga diperlukan spektum NMR C-13.
Larutan cuplikan dalam dalam pelarut lembam ditempatkan diantara kutub magnet
yang kuat, dan proton mengalami geser kimia yang berlainan sesuai dengan
lingkungan molekulnya di dalam molekul. Ini diukur dalam radar NMR, biasanya
tetrametilsilan ( TMS ), yaitu senyawa lembam yang ditambahkan ke dalam larutan
cuplikan tanpa ada kjemungkinan terjadinya reaksi kimia.
Adapun pelarut yang biasanya digunakan yaitu karbontetraklorida,
deuterokloroform, deuteriumoksida, deuteroaseton, atau dimetilsulfoksida
terdeuterasi.
Spektoskopi NMR dapat digui\nakan sebagai alat sidik jari.dan juga memberikan
keterangan tentang jumlah setian tipe hydrogen. Ia juga memnerikan keterangan
tentang sifat lingkungan dari setiap atom hydrogen tersebut.
Kegunaan yang besar dari resonansi magnet inti adalah karena tidak setiap proton
dalam molekul beresonansi pada frekwensi yang identik sama. Ini disebabkan oleh
kenyataan bahwa berbagai proton dalam molekul dikelilingielektron dan
menunjukan sedikit perbedaan lingkungan elektronik dari 1 proton ke proton
lainnya. Proton-proton dilindungi oleh electron-elektron disekelilingnya.
Spectrum NMR tidak hanya dapat membedakan beberapa banyak proton yang
berbeda dalam molekul, teteapi ia juga mengungkapkan berapa banyak setiap tipe
proton berbeda yang terkandung dalam molekulnya.
5
Langkah-langkah menginterpretasikan spekta NMR :
1. jumlah sinyal, yang menerangkan tentang adanya beberapa macam perbedaan
dari proton-proton yang terdapat dalam molekul
2. kedudukan sinyal, yang menerangkan sesuatu tentang lingkungan elektronik
dari setiap macam proton.
3. Intensitas sinyal, yang menerangkan tentang berapa banyak proton dari setiap
macxam proton yang ada.
4. Pemecahan ( splinting ) dari sebuah sinyal menjadi beberapa puncak, yang
menerangkan tentang lingkungan dari sebuah proton dengan lainnya.
Pada spectrum H-NMR dalam elusidasi struktur perlu diperhatikan :
1. Luas di bawah puncak yang biasanya dinyatakan dengan intergrasi untuk
melihat perbandingan jumlah proton pada masing-masing puncak.
2. Terjadinya spin-spin splinting yang mengikuti segitiga pascal. Interaksi antara
ikatan electron yang mempunyai kencerungan berpasangan spin dari electron
dengan electron lainnya pada proton yang berdekatan.
3. Geseran kimia (chemical shift), yaitu kedudukan proton dalam spektum
tersebut.
2. NMR 13C
Kelebihan NMR 13C dibandingkan NMR 1H, yaitu:
a. memberi informasi tentang susunan atom C dalam suatu molekul.
b. dapat mengamati puncak resonansi tiap atom karbon senyawa organik dengan
BM 200-400.
c. Tidak ada pengaruh atom-atom karbon yang sama terhadap puncak spektrum
karena jumlahnya sedikit dalam molekul.
d. Pengaruh proton terhadap puncak spektrum C-13 dapat dihilangkan
Kelemahan NMR 13C :
a. Kelimpahan NMR 13C di alam sedikit.
b. Desain instrumen NMR 13C sangat rumit.
c. Umumnya digunakan untuk menganalisis senyawa organik.
Sinyal dari atom C13 dalam alat NMR dapat dideteksi karena adanya sejumlah kecil
atom karbon C-13 bersama-sama C-12. momen magnet yang dihasilkan oleh 13C
6
lebih kecil, bila dibandingkan dengan momen magnet proton, berarti sinyalnya
jauh lebih lemah.
Pelarut yang biasanya digunakan serupa dengan NMR proton, tetapi jangka
resonansi C jauh lebih besar. Sehingga spektum NMR-13C jauh lebih teresolusi,
umumnya setiap karbon dalam molekul dapat ditetapkan sinyalnya. Sama halnya
seperti pada NMR proton, atom karbon penyulihannya berlainan akan
menunjukkan geseran dalam jangka yang khas. Spectrum NMR 13C pada
hakikatnya merupakan pelengkap NMR proton.
Pada spectrum C-NMR dalam elusidasi struktur perlu diperhatikan :
1. Luas di bawah puncak yang biasanya dinyatakan dengan intergrasi untuk
melihat perbandingan jumlah carbon yang ekuivalen secara magnetic pada
masing-masing puncak..
2. Terjadinya spin-spin splinting yang mengikuti segitiga pascal. Interaksi
antara ikatan electron yang mempunyai kencerungan berpasangan spin dari
electron dengan electron lainnya pada proton yang diikat. Spin-spin slinting
ini sering dihilangkan dengan cara di dekloping guna menghindari puncak-
puncak yang tumpang tindih.
3. Geseran kimia (chemical shift), yaitu kedudukan karbon dalam spektum
tersebut. Ini juga menggambarkan letak dan kedudukan karbon dalam
molekul.
3. NMR 19F
Mempunyai bilangan kuantum spin ½ dan momen magnet 2,6285 magneton inti.
Frekuensi resonansi F-19 pada 14,092G adalah 56,4MHz.
Berguna untuk senyawa-senyawa organik fluor.
4. NMR 31P
Mempunyai bilangan spin ½ memprlihatkan puncak NMR yang jelas dengan
perubahan kimia hingga 700 ppm. Frekuensi resonansi P-31 pada 14,092G adalah
24,3 MHz.
Berguna untuk pnyelidikan bidang biokimia yang berhubungan dengan molekul
atom P.
7
1.4. Kegunaan Spektrofotometri NMR
Banyak informasi yang dapat diperoleh dari spektra NMR. Pada umumnya
metode ini berguna sekali untuk mengidentifikasi struktur senyawa atau rumus bangun
molekul senyawa organik. Meskipun Spektroskopi Infra Merah juga dapat digunakan
untuk tujuan tersebut, analisis spektra NMR mampu memberikan informasi yang lebih
lengkap.
Dampak spektroskopi NMR pada senyawa bahan alam sangat penting. Ini
dapat digunakan untuk mempelajari campuran analisis, untuk memahami efek dinamis
seperti perubahan pada suhu dan mekanisme reaksi, dan merupakan instrumen tak
ternilai untuk memahami struktur dan fungsi asam nukleat dan protein. Teknik ini dapat
digunakan untuk berbagai variasi sampel, dalam bentuk padat atau pun larutan.
1.5. Instrumen Spektrofotometri NMR
Instrumen NMR terdiri atas komponen-komponen utama berikut:
a. Magnet
Sensitivitas dan resolusi dari Spektrometer NMR tergantung pada kekuatan
dan kualitas magnetnya. Dengan bertambahnya kekuatan medan magnet, sensitivitas
dan resolusi akan bertambah pula. Terdapat tiga jenis magnet dalam Spektrometer
NMR yaitu magnet pokok, elektromagnet, dan magnet “superconducting”.
b. Tempat Sampel dan Probe Sampel
Biasanya tempat sampel berupa tabung berbentuk silinder dengan diameter
luar 5 mm dan berisi sekitar 0,4 ml cairan. Dapat juga digunakan tabung mikro
untuk sampel yang mempunyai volume lebih kecil. Tempat sampel terletak di antara
dua kutub magnet. Agar terkena medan magnet yang merata, sampel diputar pada
sumbunya.
Probe sampel NMR merupakan sebuah alat untuk menempatkan dengan tepat
tempat sampel di medan magnet. Probe sampel tidak hanya terdiri dari tempat
sampel tapi juga kumparan generator FR, kumparan osilator FR dan kumparan
detektor FR.
c. Generator FR
Pada celah magnet terdapat sepasang kumparan diletakkan paralel terhadap
magnet dan dihubungkan dengan generator frekuensi radio (FR) misalnya 60 MHz.
8
Kumparan ini akan memberikan radiasi elektromagnetik yang digunakan untuk
mengubah orientasi perputaran proton.
Dengan mengubah arus searah melalui kumparan ini, kekuatan medan magnet
dapat berubah beberapa ratus miligauss. Umumnya kekuatan medan magnet berubah
secara otomatis terhadap waktu dan perubahannya linier dengan gerakan kertas
rekorder.
d. Osilator FR
Signal dari osilator FR masuk ke dalam sepasang kumparan yang letaknya
tegak lurus dengan medan magnet. Osilator digunakan dengan frekuensi tertentu
misalnya 60, 90, atau 100 MHz. Pada spektrometer NMR resolusi tinggi, frekuensi
harus konstan. Output dari osilator FR lebih kecil dari 1 watt dan harus tetap konstan
sampai 1% selama jangka waktu tertentu.
e. Detektor FR
Tegak lurus dengan kumparan osilator FR adalah kumparan detektor FR. Bila
radiasi diserap maka putaran inti akan menghasilkan signal dengan frekuensi radio
(FR) pada kumparan detektor FR. Signal FR yang dihasilkan biasanya kecil dan
harus diperkuat dengan faktor 105 atau lebih sebelum dicatat atau direkam pada
rekorder.
f. Amplifier
Berfungsi sebagai penguat sinyal listrik, karena sinyal yang diterima detektor
sangat kecil, umumnya perbesarannya mencapai 105 kali.
g. Rekorder
Respon yang dihasilkan pada detektor dicatat atau direkam sebagai signal
resonansi atau puncak. Kertas rekorder bergerak dari kiri ke kanan sesuai dengan
kenaikan kekuatan medan magnet.
1.6. Cara Kerja Spektrofotometri NMR
NMR bekerja secara spesifik sesuai dengan inti atom yang dipakai. Jenis
radiasi yang dipakai pada pengukuran NMR adalah radiasi frekuensi radio. Adapun
cara kerjanya adalah :
a. Larutan cuplikan dimasukkan ke dalam tabung berputar dalam medan magnet,
9
b. Lalu sejumlah radiasi pada frekuensi radio dipancarkan ke sel yang berputar
dalammedan magnet,
c. Proton dalam senyawa akan beresonansi sambil memancarkan sejumlah energi
frekuensi radio,
d. Energi yang dipancarkan tersebut diterima oleh penerima frekuensi radio
Selanjutnya energi frekuensi radio diterima oleh detektor, yang kemudian
mengamplifikasi dan mengubahnya menjadi besaran terukur.
e. Hasil pengukuran NMR proton berupa spektra NMR proton dimana garis vertikal
menunjukkan serapan sedangkan garis horizontal menunjukkan pergeseran kimia
(δ, ppm),
1.7. Prinsip Kerja Spektrofotometri NMR
Metode spektroskopi jenis ini didasarkan pada penyerapan energi oleh partikel
yang sedang berputar di dalam medan magnet yang kuat. Energi yang dipakai dalam
pengukuran dengan metode ini berada pada daerah gelombang radio 75-0,5 m atau pada
frekuensi 4-600 MHz, yang bergantung pada jenis inti yang diukur.
Inti yang dapat diukur dengan NMR yaitu :
a. Bentuk bulat
b. Berputar
c. Bilangan kuantum spin = ½
d. Jumlah proton dan netron ganjil, contoh : 1H, 19F, 31P, 11B, 13C
Di dalam medan magnet, inti aktif NMR (misalnya 1H atau 13C) menyerap
pada frekuensi karakteristik suatu isotop. Frekuensi resonansi, energi absorpsi dan
intensitas sinyal berbanding lurus dengan kekuatan medan magnet. Sebagai contoh,
pada medan magnet 21 tesla, proton beresonansi pada 900 MHz. nilai magnet 21 T
dianggap setara dengan magnet 900 MHZ, meskipun inti yang berbeda beresonansi
pada frekuensi yang berbeda.
Di Medan magnet bumi, inti yang sama beresonansi pada frekuensi audio.
Fenomena ini dimanfaatkan oleh spektrometer NMR medan bumi, yang lebih murah
dan mudah dibawa. Instrumen ini biasa digunakan untuk keperluan kerja lapangan dan
pengajaran.
10
Spektroskopi NMR mengandung muatan listrik yang pejal dan rumit, dimana
kita harus menentukan elemen dasar. Kita harus ingat bahwa kita berhubunagn dengan
intense magnetic field ( lading magnet yang kuat ) yang dibutuhkan sangat besar, suplai
tenaga dengan control yang teliti, dan ketelitian control frekuensi.
Di tahun 1924, Pauli menduga bahwa inti atom mempunyai sifat spin dan
momen magnetic. Bila inti diletakan dalam medan magnet, tigkat-tinakat energinya
akan terurai. Bloch dan Purcell menunjukkan bahwa inti mengabsorpsi radiasi
elektromagnetik pada medan magnet yang lebih kuat karena tingkat energi
menginduksi gaya magnet.
Setiap inti dikelilingi oleh awan elektro yang selalu bergerak . pada pengaruh
medan magnet, electron ini dipaksa bersirkulasi sedemikian rupa dalam usaha melawan
medan magnet ini. Akibatnya, ini seakan-akan mendapat efek perlindungan
( shielding ) terhadap medan magnet luar. Dengan kata lain kuat medan atau frekwensi
medan magnet harus ditambah agar inti dapat mengalami resonansi. Caranya yaitu
dengan mengatur medan magnet melalui aliran arus searah yang akan menghasilkan
sapuan ( sweeping ) pada periode yang sempit. Banyaknya medan tiang ditambahkan
dapat dikonversikan menjadi frekwensinya yang ekuivalen.
Nilai pergeeran kimia tergantung pada lingkungan kimia suatu proton, sedang
lingkungan lingkungan kimia suatu proton tergantung pada besar kecilnya efek
perlindungan oleh electron-elektron di lingkunagn proton tersebut. Pergeseran kimia
diukur dalam besaran medan atau frekwensi. Perbandingan perubahan frekwensi yang
diperlukan terhadap frekwnsi standar, dinyatakan dalam δ ppm. Standar yang
digunakan adalah zat yang protonnya mempunyai perlindungan sebesar mungkin untuk
memudahkan perbandingan.
Makin besar nilai δ, makin besar medan yang diperlukan untuk
mengkompensasikannya agar terjadi resonansi. Harga δ dipengaruhi juga, diantaranya
pelarut dan adanya jembatan hydrogen.
Pergeseran kimia digunakan untuk identifikasi gugus fungsi dan dapat
digunakan sebagai penolong untuk menentukan letak suatu gugus dalam penentuan
stuktur molekul.
11
1.8. Aplikasi Spektrofotometri NMR
1. Bidang Kedokteran.
Spektroskopi NMR merupakan alat yang dikembangkan dalam biologi
struktural. NMR manjadi sebuah teknik alternatif selain kristalografi X-Ray, untuk
memperoleh informasi struktur dan resolusi dinamik atomik dan studi interaksi
molekuler dari makromolekul biologi pada kondisi larutan secara fisiologi. Usaha
sangat penting untuk memperluas aplikasi NMR untuk sistem molekul yang lebih
besar, karena jumlah yang lebih besar secara biologi dibutuhkan kompleks
makromolekul dan makromolekuler yang memiliki massa molekuler melebihi
range yang sacara prakis digunakan untuk spektroskopi NMR konvensional dalam
larutan. Peningkatan ukuran ini memberikan batasan, contohnya, penentuan
struktur protein yang tidak dapat dikristalkan, termasuk membran protein integral,
penelitian interaksi molekuler melibatkan molekul besar dan penghimpunan
makromolekuler, dan penentuan struktur dari oligonukleotida yang lebih besar dan
kompleks dengan protein.
2. Bidang Biologi Molekuler
Untuk protein dan protein komplek dengan massa molekuler sekitar 25-30
kDa kualitas spektra menurun dengan cepat membatasi mayor A ketika bekerja
dengan makromolekul besar yang berasal dari kecepatan relaksasi tinggi signal
NMR, menyebabkan garis tajam yang melebar, yang berpindah menuju resolusi
spektra yang lebih sedikit dan perbandingan signal-to-noise yang rendah. Banyak
peningkatan kualitas spektra NMR dari biologi makromolekuler dengan massa
molekuler sekitar diatas 25 kDa dapat diperoleh dengan deuterasi, teknik yang
telah dipakai dalam biologi NMR selama lebih dari 30 tahun. Dikombinasikan
dengan label 15N dan 13C, label 2H mengalami pemulihan yang sangat
mengesankan sekitar 10 tahun yang lalu dan telah menjadi alat yang paling penting
untuk menentukan struktur yang lebih besar dalam larutan.
3. Studi Larutan NMR pada Protein Membran
Protein membran berperan pada beberapa fungsi fisiologi yang penting, dan
dalam membentuk kunci target obat-obatan. Studi struktural protein membran oleh
X-ray crystallography atau oleh NMR spektrokopi lebih sulit dari pada untuk
protein yang dapat dilarutkan. Karena sistem membran yang nyata terlalu besar
12
untuk diteliti dengan ekperimen larutan NMR, protein membran sering diencerkan
dalam detergen micelles. Dari system micellar, spektra dapat diperoleh
menggunakan TROSY (Transverse Relaxation-Optimized Spectroscopy).
Membran protein dalam detergen/lemak micelles menghasilkan sedikit resonansi
NMR dan signal overlap berkurang daripada protein globular dari massa molekuler
yang sama. Walaupun molekul detergen dapat menunjukkan fraksi yang besar dari
keseluruhan massa yang besar dari pencampuran micelles, pelabelan isotop yang
sesuai seperti tanda 13C, 15N dari protein dan atau menggunakan detergen
deuterasi, memastikan bahwa signal NMR protein dapat dideteksi dengan besar
atau tanpa interferensi dari signal molekul detergen.
NMR pada biologi melekuler dilakukan pada sample dalam bentuk larutan yang
terlebih dahulu dilakukan pemurnian atau ekstraksi. Dengan NMR dapat diketahui
struktur molekulernya dan perubahan yang terjadi ketika mendapat ganguan dari
luar (rangsangan, penyakit atau penambahan zat lain) .
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Spektrofotometer resonansi inti magnetik adalah suatu instrumen yang
menganalisa suatu sampel berdasarkan interaksi inti atom yang berputar di dalam
medan magnet dengan radiasi gelombang radio, sehingga menyebabkan magnet
inti beresonansi pada frekuensi yang bervariasi antara 4-600 MHz atau panjang
gelombang 75-0,5 m.
2. Spektrofotometri rensonansi inti magnetik terdiri dari beberapa jenis yaitu NMR 1H, NMR 13C, NMR 19F dan NMR 31P.
3. Spektrofotometri resonansi inti magnetik berguna untuk mengidentifikasi struktur
senyawa atau rumus bangun molekul senyawa organik. Meskipun Spektroskopi
Infra Merah juga dapat digunakan untuk tujuan tersebut, analisis spektra NMR
mampu memberikan informasi yang lebih lengkap.
14
DAFTAR PUSTAKA
Bassett, J., R.C. Denney, G.H. Jeffery, dan J. Mendham, 1994, Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Hart. 2003. Organical Chemistry. United States : Mac Graw Hill.
Keenan R. 1992. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.
Khopkar S. 2007. Konsep Dasar kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
15