Stroke Iskemik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penjelasan mengenai stroke iskemik

Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN VERTIGO

A. Pengertian

Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar. Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing. Dari (http://www.kalbefarma.com).

B. Etiologi

Menurut (Burton, 1990 : 170) yaitu :

1. Lesi vestibular :* Fisiologik* Labirinitis* Menire* Obat ; misalnya quinine, salisilat.* Otitis media* Motion sickness* Benign post-traumatic positional vertigo2. Lesi saraf vestibularis* Neuroma akustik* Obat ; misalnya streptomycin* Neuronitis* vestibular3. Lesi batang otak, serebelum atau lobus temporal* Infark atau perdarahan pons* Insufisiensi vertebro-basilar* Migraine arteri basilaris* Sklerosi diseminata* Tumor* Siringobulbia* Epilepsy lobus temporal

Menurut (http://www.kalbefarma.com)

1. Penyakit Sistem Vestibuler Perifer :* Telinga bagian luar : serumen, benda asing.* Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media purulenta akuta, otitis media dengan efusi, labirintitis, kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan.* Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus Meniere ), mabuk gerakan, vertigo postural.* Nervus VIII. : infeksi, trauma, tumor.* Inti Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria serebeli posterior inferior, tumor, sklerosis multipleks.2. Penyakit SSP :* Hipoksia Iskemia otak. : Hipertensi kronis, arterios-klerosis, anemia, hipertensi kardiovaskular, fibrilasi atrium paroksismal, stenosis dan insufisiensi aorta, sindrom sinus karotis, sinkop, hipotensi ortostatik, blok jantung.* Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses, lues.* Trauma kepala/ labirin.* Tumor.* Migren.* Epilepsi.3. Kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi, hipoparatiroid, tumor medula adrenal, keadaan menstruasi-hamil-menopause.4. Kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom hiperventilasi, fobia.5. Kelainan mata: kelainan proprioseptik.6. Intoksikasi.

C. Patofisiologi

Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik.Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya (http://www.kalbefarma.com).

D. Klasifikasi Vertigo

Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok :

1. Vertigo paroksismalYaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika serangan tersebut dapat muncul lagi. Di antara serangan, penderita sama sekali bebas keluhan. Vertigo jenis ini dibedakan menjadi :* Yang disertai keluhan telinga :Termasuk kelompok ini adalah : Morbus Meniere, Arakhnoiditis pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor fossa cranii posterior, kelainan gigi/ odontogen.* Yang tanpa disertai keluhan telinga :Termasuk di sini adalah : Serangan iskemi sepintas arteria vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo pada anak (Vertigo de Lenfance), Labirin picu (trigger labyrinth).* Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi :Termasuk di sini adalah : Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo posisional paroksismal benigna.2. Vertigo kronisYaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 47) serangan akut, dibedakan menjadi:* Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, meningitis Tb, labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik, tumor serebelopontin.* Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis, sindrom pasca komosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis multipel, kelainan okuler, intoksikasi obat, kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainan endokrin.* Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo servikalis.3. Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-angsur mengurang, dibedakan menjadi :* Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster otikus, labirintitis akuta, perdarahan labirin, neuritis n.VIII, cedera pada auditiva interna/arteria vestibulokoklearis.* Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom arteria vestibularis anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika, sklerosis multipleks, hematobulbi, sumbatan arteria serebeli inferior posterior.

Ada pula yang membagi vertigo menjadi :

1. Vertigo Vestibuler: akibat kelainan sistem vestibuler.2. Vertigo Non Vestibuler: akibat kelainan sistem somatosensorik dan visual.

D. Manifestasi klinik

Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.

E. Pemerikasaan Penunjang

1. Pemeriksaan fisik :* Pemeriksaan mata* Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh* Pemeriksaan neurologik* Pemeriksaan otologik* Pemeriksaan fisik umum.2. Pemeriksaan khusus :* ENG* Audiometri dan BAEP* Psikiatrik3. Pemeriksaan tambahan :* Laboratorium* Radiologik dan Imaging* EEG, EMG, dan EKG.

F. Penatalaksanaan Medis

Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) :Terdiri dari :

1. Terapi kausal2. Terapi simtomatik3. Terapi rehabilitatif.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN VERTIGO

A. Pengkajian

1. Aktivitas / Istirahat* Letih, lemah, malaise* Keterbatasan gerak* Ketegangan mata, kesulitan membaca* Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.* Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.2. Sirkulasi* Riwayat hypertensi* Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.* Pucat, wajah tampak kemerahan.3. Integritas Ego* Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu* Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi* Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala* Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).4. Makanan dan cairan* Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain).* Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)* Penurunan berat badan5. Neurosensoris* Pening, disorientasi (selama sakit kepala)* Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.* Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.* Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.* Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore* Perubahan pada pola bicara/pola pikir* Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.* Penurunan refleks tendon dalam* Papiledema.6. Nyeri/ kenyamanan* Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.* Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.* Fokus menyempit* Fokus pada diri sendiri* Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.* Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.7. Keamanan* Riwayat alergi atau reaksi alergi* Demam (sakit kepala)* Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis* Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).8. Interaksi sosial* Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit.9. Penyuluhan / pembelajaran* Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga* Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsi oral/hormone, menopause.

B. Diagnosa Keperawatan (Doengoes, 1999:2021)

1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf, vasospressor, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah.2. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi dan kurang mengingat ditandai oleh memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi.

C. Intervensi

Diagnosa Keperawatan 1. :Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf, vasospasme, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah.Tujuan : Nyeri hilang atau berkurangKriteria Hasil :

* Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang* Tanda-tanda vital normal* pasien tampak tenang dan rileks.

Intervensi :

* Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri.Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.* Anjurkan klien istirahat ditempat tidur.Rasional : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri.* Atur posisi pasien senyaman mungkinRasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta mengurangi nyeri.* Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalamRasional : relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman.* Kolaborasi untuk pemberian analgetik.Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman.

Diagnosa Keperawatan 2. :Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.Tujuan : koping individu menjadi lebih adekuatKriteria Hasil :

* Mengidentifikasi prilaku yang tidak efektif* Mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang di miliki.* Mengkaji situasi saat ini yang akurat* Menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan atau situasi yang tepat.

Intervensi :

* Kaji kapasitas fisiologis yang bersifat umum.Rasional : Mengenal sejauh dan mengidentifikasi penyimpangan fungsi fisiologis tubuh dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.* Sarankan klien untuk mengekspresikan perasaannya.Rasional : klien akan merasakan kelegaan setelah mengungkapkan segala perasaannya dan menjadi lebih tenang.* Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penenangan dan hasil yang diharapkan.Rasional : agar klien mengetahui kondisi dan pengobatan yang diterimanya, dan memberikan klien harapan dan semangat untuk pulih.* Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian, ambil keuntungan dari kegiatan yang dapat diajarkan.Rasional : membuat klien merasa lebih berarti dan dihargai.

Diagnosa Keperawatan 3. :Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi dan kurang mengingat ditandai oleh memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi.Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.Kriteria Hasil :

* Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.* Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.

Intervensi :

* Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.* Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.* Diskusikan penyebab individual dari sakit kepala bila diketahui.Rasional : untuk mengurangi kecemasan klien serta menambah pengetahuan klien tetang penyakitnya.* Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.* Diskusikan mengenai pentingnya posisi atau letak tubuh yang normalRasional : agar klien mampu melakukan dan merubah posisi/letak tubuh yang kurang baik.* Anjurkan pasien untuk selalu memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor-faktor yang berhubungan.Rasional : dengan memperhatikan faktor yang berhubungan klien dapat mengurangi sakit kepala sendiri dengan tindakan sederhana, seperti berbaring, beristirahat pada saat serangan.

C. Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Carpenito, 1999:28)Tujuan Pemulangan pada vertigo adalah :

1. Nyeri dapat dihilangkan atau diatasi.2. Perubahan gaya hidup atau perilaku untuk mengontrol atau mencegah kekambuhan.3. Memahami kebutuhan atau kondisi proses penyakit dan kebutuhan terapeutik.

DAFTAR PUSTAKA

Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2, EGC, Jakarta, 1999.Marilynn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta, 1999.http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/14415 Terapi Akupunktur untuk Vertigo.pdf/144_15TerapiAkupunkturuntukVertigo.htmlKang L S,. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, Cermin Dunia Kedokteran No. 144, Jakarta, 2004.

TINJAUAN TEORITIS KLIEN DENGAN MENIERES DISEASE

A. Anatomi Dan Fisiologi

Organ telinga terbagi menjadi 3 bagian yang terdiri dari : Auris externa / telinga luarTerdiri dari : Auricula / daun telingao Helix, anti helix, crus helix, targus, concha, lobulus Canalis auditorius externus / liang telinga luaro Lubang : meatus acustikus externuso Saluran : canalis acustikus externuso Terdiri : tulang rawan (1/3), tulang (2/3) Auris media / telinga tengahTerdiri dari:- Membran thympani yang berarti: menghubungkan auris externa dan media, dan terdiri dari pars flacida (lembek), pars tensa (tegang)- Tuba Eustachii yaitu Menghubungkan cavum thymphani dengan nasofaring , terdiri : pars oseus (1/3 lateral), pars cartilaginosa / pars membranasea (2/3 medial)- Cavum thymphani cirri- cirinya yaitu: Bentuk kubus irreguler, volume 0,25ccBerhubungan dengan nasofaring, antrum mastoideaSedangkan isi cavum thymphani :Tulang pendengaran : maleus, incus, stapesLigamen : malei lateral, superior, incudis posteriorTendo otot : tensor thymphani, stapediusSaraf : chorda thymphani, n stapedius- Mastoid dan selule dibentuk : pars squamosa, pars petrosa, mengandung rongga udara : selule Auris interna / telinga dalamTerdiri dari : tulang : labirintus osseus terdiri : cochlear, vestibularis, canalis semicirkularis, sedangkan Labirin membranaseus terdiri dari :- ductus cochlearis yang berfungsi untuk pendengaran n. cochealis- saculus fungsi untuk gerakan vertikal dan urtikulus fungsinya untuk gerakan horizontal, linier- ductus semicirkularis terdapat ampula: yang terdiri dari anterior, lateral, posterior, fungsinya untuk percepatan sirkuler (horizontal, dan vertical). ( sumber: Handout dari dr. Teddy Nugroho, dan Ns. Nurulistyawan TP, S.Kep Sistem Persepsi dan Sensori ).

B. DefinisiMeniere disease adalah suatu penyakit yang ditandai oleh serangan berulang vertigo (perasaan berputar), tuli dan tinnitus (telinga berdenging). (Sumber: www.smartnet.com)Meniere disease adalah suatu sindrom yang terdiri dari serangan vertigo, tinnitus, dan berkurangnya pendengaran secara progresif. Sedangkan Pengertian vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar. Dan vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing. Untuk tinnitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan selalu mendengar bunyi, namun tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Sumber bunyi tersebut berasal dari tubuh penderita itu sendiri, meski demikian tinnitus hanya merupakan gejala, bukan penyakit, sehingga harus di ketahui penyebabnya. ( Sumber: Keperawatan Medikal Bedah PSIK FKIK UIN Syarif HidayatullahJakarta keperawatan di indonesia memperawatkan internet dan menginternetkanperawat).Meniere disease adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum diketahui dan mempunyai trias gejala yang khas,yaitu gangguan pendengaran,tinnitus dan serangan vertigo ( Sumber: Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 , jilid 1 ).C. EtiologiEtilogi dari penyakit ini belum diketahui secara pasti namun terdapat berbagai teori, menjelaskan penyakit Meniere masa kini dianggap sebagai keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan cairan telinga tengah yang abnormal yang disebabkan oleh malapsorbsi dalam sakus endolimfatikus. Namun, ada bukti menunjukkan bahwa banyak orang yang menderita penyakit Meniere mengalami sumbatan pada duktus endolimfatikus. Apapun penyebabnya, selalu terjadi hidrops endolimfatikus, yang merupakan pelebaran ruang endolimfatikus. Baik peningkatan tekanan dalam sistem ataupun ruptur membran telinga dalam dapat terjadi dan menimbulkan gejala Meniere. ( Sumber: http://dastodebelto.blogspot.com )D. Tipe-Tipe Dari Menieres DiseaseAda beberapa tipe yang menyebabkan penyakit menieres disease yaitu terdiri dari:a. Penyakit Meniere vestibular yaitu: dengan ditandai dengan adanya vertigo episodic sehubungan dengan tekanan dalam telinga tanpa gejala koklear.Tanda dan gejalanya: Vertigo hanya bersifat episodic Penurunan respons vestibuler atau tak ada respons total pada telinga yang sakit Tak ada gejala koklearb. Penyakit Meniere klasikTanda dan gejala: Mengeluh vertigo Kehilangan pendengaran sensorineural berfluktuasi tinitusc. Penyakit Meniere koklea sering dikenali dengan adanya kehilangan pendengaran sensorineural progresif sehubungan dengan tnitus dan tekanan dalam telinga tanpa temuan atau gejala vestibuler.Tanda dan gejala: Kehilangan pendengaran berfluktuasi Tekanan atau rasa penuh aural Tinnitus Kehilangan pendengaran terlihat pada hasil uji Tak ada vertigo.( Sumber: Ziyya Urrahman, Keperawatan Medikal Bedah PSIK FKIK UIN Syarif HidayatullahJakarta keperawatan di indonesia memperawatkan internet dan menginternetkanperawat ).E. PatofisiologiPenyakit Meniere disebabkan oleh penumpukan cairan dalam kompartemen dari telinga bagian dalam, yang disebut labirin. labirin berisi organ keseimbangan (saluran setengah lingkaran dan organ otolithic) dan pendengaran (koklea). Hal ini memiliki dua bagian: labirin tulang dan labirin membran. Labirin membran diisi dengan cairan yang disebut endolymph, di organ keseimbangan, merangsang reseptor sebagai benda bergerak. Reseptor kemudian mengirimkan sinyal ke otak tentang posisi tubuh dan gerakan. Pada koklea, cairan yang dikompresi dalam merespon suara getaran, yang merangsang sel-sel indera yang mengirimkan sinyal ke otak. Pada penyakit Meniere, penumpukan endolymph di labirin mengganggu sinyal keseimbangan dan normal pendengaran antara telinga bagian dalam dan otak. Kelainan ini menyebabkan gejala vertigo dan lain dari penyakit Meniere. Penyakit Meniere masa kini dianggap sebagai keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan cairan telinga tengah yang abnormal yang disebabkan oleh malapsorbsi dalam sakus endolimfatikus. Namun, ada bukti menunjukkan bahwa banyak orang yang menderita penyakit Meniere mengalami sumbatan pada duktus endolimfatikus. Apapun penyebabnya, selalu terjadi hidrops endolimfatikus, yang merupakan pelebaran ruang endolimfatikus. Baik peningkatan tekanan dalam sistem ataupun ruptur membran telinga dalam dapat terjadi dan menimbulkan gejala Meniere. ( Sumber: http://dastodebelto.blogspot.com )F. Manifestasi KlinikGejalanya berupa seangan vertigo tak tertahankan episodic yang sering disertai mual dan/atau muntah, yang berlangsung selama 3-24 jam dan kemudian menghilang secara perlahan. Secara periodik, penderita merasakan telinganya penuh atau merasakan adanya tekanan di dalam telinga.Kehilangan pendengaan sensorineural progresif dan fluktuatif.Tinnitus bisa menetap atau hilang-timbul dan semakin memburuk sebelum, setelah maupun selama serangan vertigo. Pada kebanyakan penderita, penyakit ini hanya menyerang 1 telinga dan pada 10-15% penderita, penyakit ini menyerang kedua telinga. ( Sumber: Ziyya Urrahman, Keperawatan Medikal Bedah PSIK FKIK UIN Syarif HidayatullahJakarta keperawatan di indonesia memperawatkan internet dan menginternetkanperawat ).Ketidakseimbangan cairan ditelinga tengah

G. Patways

BAB IIIMANAJEMEN KLIEN DENGAN MENIERES DISEASE

A. Penatalaksanaan Medis

Pasien harus dirawat di rumah sakit, berbaring dalam posisi yang meringankan keluhan diberikan diet rendah garam dan pemberian diuretik ringan.obat-obatan sistomatik anti vertigo seperti dimenhidrinat 3x50 mg atau prometazin 3x25 mg,obat vasodilator perofer seperti papaverin dan betahistin,atau operasi shunt.dapat pulah diberikan obat antiiskemia dan neurotonik.adaptasi dengan latihan dan fisioterapi. ( Sumber: http://dastodebelto.blogspot.com )

B. Penatalaksanaan Keperawatan Penunjang Medis

Dari pentalaksanaan keperawatan penunjang medis ialah berupa:1. Tes gliserin :pasien diberikan minuman gliserin 1,2 ml/kg BB setelah diperiksa tes kalori dan audiogram.setelah dua jam diperiksa kembali dan dibandingkan.2. Audiogram :tuli sensorineural,terutama nada rendah dan selanjutnya dapat ditemukan rekrutinen.( Sumber: http://dastodebelto.blogspot.com )

C. Manajemen DietBanyak pasien dapat mengontrol gejala dengan mematuhi diet rendah garam (2000 mg/hari). Jumlah natrium merupaka salah satu faktor yang mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Retensi natrium dan ciran dapat memutuskan keseimbangan halus antara endolimfe dan perilimfe di dalam telinga dalam.Garam Natrium terdapat secara alamiah dalam bahan makanan atau ditambahkan kemudian pada waktu memasak atau mengolah. Makanan berasal dari hewan biasanya lebih banyak mengandung garam Natrium daripada makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan.Garam Natrium yang ditambahkan ke dalam makanan biasanya berupa ikatan : natrium Chlorida atau garam dapur, soda kue, Natrium Benzoat atau senyawa yang digunakan untuk mengawetkan daging seperti cornet beef.Makanan yang diperbolehkan adalah:1. Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam natrium, yang berasal dari tumbuh-tumbuh, seperti yang biasa kita konsumsi yaitu antara lain : Beras, kentang, ubi, mie tawar, maezena, hunkwee, terigu, gula pasir. Kacang-kacangan dan hasil oleh kacang-kacangan seperti kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, kacang tolo, tempe, tahu tawar, oncom. Sayuran dan buah-buahan Bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, jahe, kemiri, kunyit, kencur.2. Bahan makanan berasal dari hewan dalam jumlah terbatas.Makanan yang perlu dibatasi:1. Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam Natrium, yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti : Roti biskuit, kraker, cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur dan atau soda. Dendeng, abon, corned beef, daging asap, bacon, ham, ikan asin, ikan pindang, sarden, ebi, udang kering, telur asing, telur pindang. Acar, asinan sayuran dalam kaleng. Asinan buah, manisan buah, buah dalam kaleng. Garam dapur, vetsin, soda kue, kecap, maggi, terasi, petis, taoco, tomato ketcup.2. Otak, ginjal, paru-paru, jantung dan udang mengandung lebih banyak natrium. Sebaiknya bahan makanan ini dihindarkan.Kafein dan nikotin merupakan stimulan vasoaktif, dan menghindari kedua zat tersebut dapat mengurangi gejala. Ada kepercayaan bahwa serangan vertigo dipicu oleh reaksi alergi terhadap ragi dalam alkohol dan bukan karena alkoholnya. ( Sumber: Ziyya Urrahman, Keperawatan Medikal Bedah PSIK FKIK UIN Syarif HidayatullahJakarta keperawatan di indonesia memperawatkan internet dan menginternetkanperawat ).

VERTIGO

PENDAHULUANMungkin semua orang pernah mengalami vertigo. Sewaktu kita masih anak anak, kita pernah bermain memutar-mutar tubuh kita. Ketika kita berhenti berputar, terasa atau terlihat sekeliling kita bergerak. Ini adalah vertigo.Jumlah penderita gangguan keseimbangan atau vertigo yang mendatangi rumah sakit atau praktek dokter sulit ditentukan. Karena disadari bahwa gangguan keseimbangan dapat disebabkan oleh beragam penyakit. Sehingga dapat dibedakan jumlah penderita vertigo yang mengunjungi praktek dokter spesialis Telinga-Hidung-Tenggorok atau penyakit Saraf.Vertigo sering disertai oleh gangguan system otonom seperti rasa mual, muntah dan mungkin keringat yang berlebihan serta pucat. Hal ini dikarenakan apparatus vestibular dihubungkan dengan pusat otonom dalam formation retikularis batang otak.Istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan vertigo berbeda-beda misalnya pusing, pening, rasa berputar, sempoyongan, rasa seperti melayang atau merasakan badan atau dunia sekelilingnya berputar-putar dan berjungkir balik.Keseimbangan bergantung pada empat system berbeda yang tidak saling tergantung. Pertama. System vestibular yang menangkap gerakan akselerasi dan persepsi gravitasi. Rangsangan proprioseptif dari sensasi posisi sendi serta tonus otot member informasi menyangkut hubungan antara kepala dan bagian tubuh lainnya. Yang ketiga, penglihatan member persepsi dari sensasi posisi, kecepatan, dan orientasi. Yang terakhir, semua sensasi ini di integrasikan pada batang otak dan serebelum.

DEFINISIVertigo ialah ilusi bergerak. Ada yang menyebutnya sebagai halusinasi gerakan. Penderita merasakan atau melihat lingkungannya bergerak, padahal lingkungannya diam, atau penderita merasakan dirinya bergerak padahal tidak.Pada umumnya vertigo dijelaskan sebagai adanya ketidakseimbangan atau gangguan keseimbangan. Vertigo berasal dari bahasa Yunani yang berarti sensasi bergerak atau berputar. Vertigo disebut subjektif bila penderita merasa dirinya yang bergerak atau berputar. Vertigo disebut objektif bila penderita melihat sekelilingnya yang bergerak atau berputar.

ANATOMIJaringan saraf yang terkait dalam proses sindrom vertigo :1. Reseptor alat keseimbangan tubuh: reseptor mekanis di vestibulum, reseptor cahaya di retina, reseptor mekanis di kulit, otot, dan persendian.2. Saraf aferen, berperan menghantarkan impuls ke pusat-pusat keseimbangan di otak: saraf vestibular, saraf optic, saraf spinoserebelaris.3. Pusat-pusat keseimbangan inti vestibulum, serebelum, korteks serebri, hipotalamus, pusat saraf otonom di batang otak, inti okulomotorius, formation retikularis.

PATOFISIOLOGIKeseimbangan yang normal membutuhkan bahwa kita secara akurat dapat mengidentifikasi posisi kita terhadap lingkungan, dapat mengidentifikasi gerakan kita dan mengontrol gerakan kita. Tugas ini dilakukan oleh seperangkat system saraf yang mengkoordinasi informasi sensorik mengenai kita dan lingkungan.Penglihatan (vision) mensuplai informasi mengenai posisi dan gerakan objek, somato-sensorik (rasa raba dan proprioseptif) member masukan mengenai posisi dari tubuh serta bagian-bagiannya, dan input dari vestibular memberikan informasi mengenai gerak kepala dan posisi kepala sehubungan dengan gravitasi, input sensorik ini kemudian diolah di otak, yang kemudian menciptakan tingkah yang dibutuhkan untuk mempertahankan keseimbangan dan orientasi sewaktu kita melakukan kegiatan atau aktivitas sehari-hari.Tetapi bila oleh suatu sebab terjadi hal-hal yang menyimpang, impuls yang berasal dari kanalis semisirkularis mencapai nucleus motorik otot-otot mata (nistagmus), medula spinalis (rasa tidak mantap dari kecenderungan untuk jatuh pada waktu berjalan dan berdiri) dan pusat otonom dalam formation retikularis (berkeringat, pucat).

PENYEBAB VERTIGO1. Penyakit system vestibular periferBenda asing, radang (labirinitis), trauma, perdarahan, gangguan saraf VIII (karena trauma, infeksi)2. Penyakit susunan saraf pusat :Iskemia otak, infeksi, trauma kepala, tumor, epilepsy.3. Kelainan endokrin (hormonal) :Hipotiroid, hipoglikemik, menstruasi, menopause.4. Kelainan psikiatri :Depresi, neurosa, cemas, fobia.5. Kelainan mata.6. Intoksikasi makananan, minuman, dan obat-obatan :Streptomisin, antikonvulsan, antihipertensi, penenang, alcohol, gentamisin kinin.

KLASIFIKASI VERTIGOVertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum atau otak) atau di perifer (telinga dalam, atau saraf vestibular).

VERTIGO SENTRALPenyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak atau di serebelum. Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah terdapat gejala lain yang khas bagi gangguan di batang otak, misalnya diplopia, parestesia, perubahan sensibilitas dan fungsi motorik, rasa lemah.Perlu dicari gejala gangguan serebelar lainnya, seperti gangguan koordinasi. Penderita gangguan serebelar mungkin mempunyai kesulitan dalam melaksanakan gerak supinasi dan pronasi tangannya secara berturut-turut (dysdiadokinesia).Percobaan tunjuk hidung (penderita disuruh menunjuk jari pemeriksaan dan kemudian setelah itu menunjuk hidungnya) dilakukannya dengan buruk dan terlihat adanya gejala atakia.

VERTIGO PERIFERLamanya vertigo berlangsung :a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detikPaling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat dicetuskan oleh perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan kemudian mereda. Paling sering penyebabnya idiopatik (tidak diketahui), namun dapat juga diakibatkan oleh trauma di kepala, pembedahan di telinga atau oleh neuronitis vestibular. Prognosis umumnya baik, gejala menghilang secara spontan.b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jamDapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus.c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa mingguNeuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke unit darurat. Pada penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang menyertainya ialah mendadak, dan gejala ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Fungsi pendengaran tidak terganggu pada neuronitis vestibular. Pada pemeriksaan fisik mungkin dijumpai nistagmus.Benign positional vertigo adalah bentuk vertigo yang menyerang dalam jangka waktu pendek namun berulang-ulang. Gejalanya hanya dalam hitungan detik tetapi bisa cukup berat, seringkali muncul setelah kita terserang infeksi virus atau adanya peradangan dan kerusakan di daerah telinga tengah. Gejalanya bisa muncul jika kita menggerakkan kepala tiba-tiba, misalnya saat menoleh dengan gerakan yang cepat.

DIAGNOSISAnamnesaKata-kata yang digunakan penderita untuk menyatakan vertigo atau gangguan keseimbangan lainnya beragam. Harus ditanyakan apakah ada pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo. Posisi mana yang dapat memicu vertigo. Penting ditanyakan keadaan apalagi, selain perubahan posisi, yang dapat membuat gejala vertigo bertambah berat. Sesekali ditemukan penderita mengeluh bahwa masukan visual saja cukup untuk mencetuskan vertigo. Keluhan rasa tidak stabil pada gangguan vestibular menjadi lebih buruk bila fiksasi penglihatan dihilangkan. Lain halnya gangguan serebelum, ketidakseimbangan tidak dipengaruhi oleh atau bertambah buruk oleh fiksasi visual. Salah satu keadaan yang dapat mengganggu penderita dengan gangguan vestibular ialah rasa disorientasi (orientasi terganggu). Ada penderita yang aparat vestibular perifernya rusak, mengeluhkan osilopsia (= suatu ilusi bahwa benda yang diam tampaknya bergerak maju mundur). Gangguan vestibular sering mengakibatkan nausea (rasa enek) dan bila dapat mengakibatkan muntah, keadaan ini lebih mencolok pada lesi perifer dan kurang pada penyakit serebelar. Vertigo yang berasal dari gangguan di telinga dalam umumnya timbul mendadak. Permulaan yang gradual cenderung berasal dari susunan saraf pusat. Gejala yang timbul intermiten dijumpai pada penyakit telinga dalam. Dan gejala yang terus menerus dicurigai adanya kelainan di susunan saraf pusat. Umumnya lebih sentral letak kelainannya, lebih lama berlangsungnya keluhan vertigo. Bila keluhan vertigo meningkat bila penderita berubah posisi, hal ini menunjukkan bahwa gangguan ada di system vestibular, baik yang perifer maupun yang sentral. Bila vertigo timbul hanya pada posisi tertentu, dicurigai ada disfungsi otolit, seperti pada vertigo posisional benigna.Pemeriksaan1. Gejala objektif daripada vertigo ialah adanya nistagmusNistagmus mempunyai ciri sesuai gerakannya (misalnya jerk dan pedunlar), menurut bidang gerakannya (horizontal, rotatoar, vertical, campuran), arah gerakan, amplitude dan lamanya nistagmus berlangsung. Dianggap berasal dari susunan saraf pusat (sentral) yaitu nistagmus yang vertikal murni, nistagmus yang berubah arah, nistagmus yang sangat aktif namun tanpa vertigo. Didapat pada gangguan vestibular perifer yaitu nistagmus yang rotatoar.2. Tes Romberg dipertajamPada tes ini penderita berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yang lainnya, tumit kaki yang satu berada di depan jari-jari kaki yang lainnya (tandem). Lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup. Orang normal mampu berdiri dalam sikap Romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih.3. Tes melangkah di tempat (stepping test)Penderita disuruh berjalan di tempat, dengan mata ditutup, sebanyak 50 langkah dengan kecepatan seperti berjalan biasa. Harus berusaha agar tetap ditempat dan tidak beranjak selama tes ini. Tes ini dapat mendeteksi gangguan sistem vestibular. Kedudukan akhir dianggap abnormal bila penderita beranjak lebih dari 1 meter atau badan terputar lebih dari 30 derajat.4. Salah tunjuk (past pointing)Penderita disuruh merentangkan lengannya dan telunjuknya menyentuh telunjuk pemeriksa. Kemudian ia disuruh menutup mata, mengangkat lengannya tinggi-tinggi dan kemudian kembali ke posisi semula. Pada gangguan vestibular didapatkan salah tunjuk (deviasi) demikian juga dengan gangguan serebelar.5. Maneuver Nylen Barany atau Manuver HallpikeUntuk membangkitkan vertigo dan nistagmus posisional pada penderita dengan gangguan sistem vestibular dan dilakukan maneuver Hallpike. Pada tes ini penderita disuruh duduk di tempat tidur periksa. Kemudian ia direbahkan sampai kepala bergantung di pinggir tempat tidur dengan sudut sekitar 30 derajat dibawah horizon kepala ditolehkan ke kiri. Tes kemudian diulang dengan kepala melihat lurus, dan diulangi lagi dengan kepala menoleh ke kanan. Penderita disuruh tetap membuka matanya agar pemeriksa dapat melihat kapan muncul nistagmus.6. Tes kaloriKepala penderita diangkat ke belakang (menengadah) sebanyak 60 derajat (tujuannya ialah agar bejana lateral di labirin berada dalam posisi vertical, dengan demikian dapat dipengaruhi secara maksimal oleh aliran konveksi yang diakibatkan oleh endolimf). Tabung suntik berukuran 20 ml dengan ujung jarum yang dilindungi dengan karet berukuran nomor 15 diisi dengan air bersuhu 30 C. air disemprotkan ke liang telinga dengan kecepatan 1 ml/detik. Arah nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga yang dialiri. Arah gerakan dicatat, frekuensinya juga (biasanya 3-5x/detik), dan lamanya biasanya1/2-2 menit. Setelah beristirahat 5 menit, telinga kedua dites.7. ElektronistagmografiPada pemeriksaan ini diberikan stimulus kalori ke liang telinga dan lamanya serta cepatnya nistagmus yang timbul dicatat pada kertas, menggunakan teknik yang mirip dengan elektrokardiografi.8. PosturografiDalam mempertahankan keseimbangan terdapat 3 unsur yang memainkan peranan penting, yaitu sistem visual, vestibular, dan somatosensorik. Dengan tes posturografi dapat dievaluasi sistem visual, vestibular dan somatosensorik.

PENGOBATAN1. Terapi kausalObati penyebab dasarnya2. Terapi simptomatik (medikamentosa)Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering digunakan : ANTIHISTAMINTidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin yang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas antikholinergik sentral ini ada kaitannya dengan kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk).BETAHISTINSenyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo. Efek samping Betahistin ialah gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali rash di kulit.BETAHISTIN MESYLATE (MERISLON)Dapat diberikan dengan dosis 6 mg (1 tablet) 12 mg, 3 kali sehari per oral.BETAHISTIN DI HCL (BETASERC)Dapat diberikan dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari.DIMENHIDRINAT (DRAMAMINE)Lama kerja obat ini ialah 4 6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral (suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis 25 mg 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping ialah mengantuk.DIFHENHIDRAMIN HCL (BENADRYL)Lama aktivitas obat ini ialah 4 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1 kapsul) 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan parenteral. Efek samping mengantuk. ANTAGONIS KALSIUMDapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan. Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut vestibular mengandung banyak terowongan kalsium.CINNARIZINE (STUGERONE)Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk (sedasi), rasa cape, diare atau konstipasi, mulut rasa kering dan rash di kulit. FENOTIAZINEKelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetic (anti muntah). Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil) dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.PROMETHAZINE (PHENERGAN)Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati vertigo. Lama aktivitas obat ini ialah 4 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg 25 mg (1 draze), 4 kali sehari per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Efek samping yang sering dijumpai ialah sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping ekstrapiramidal lebih sedikit disbanding obat Fenotiazine lainnya.KHLORPROMAZINE (LARGACTIL)Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan akut. Obat ini dapat diberikan per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Dosis yang lazim ialah 25 mg (1 tablet) 50 mg, 3 4 kali sehari. Efek samping ialah sedasi (mengantuk). OBAT SIMPATOMIMETIKObat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya obat simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin.EFEDRINLama aktivitas ialah 4 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali sehari. Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti vertigo lainnya. Efek samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan menjadi gelisah gugup. OBAT PENENANG MINORDapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan yang diderita yang sering menyertai gejala vertigo.efek samping seperti mulut kering dan penglihatan menjadi kabur.LORAZEPAMDosis dapat diberikan 0,5-1 mgDIAZEPAMDosis dapat diberikan 2-5 mg. OBAT ANTI KHOLINERGIKObat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas sistem vestibular dan dapat mengurangi gejala vertigo.SKOPOLAMINSkopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin dan mempunyai khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg-0,6 mg, 3-4 kali sehari.3. Terapi fisikSusunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa penderita yang kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya gangguan lain di susunan saraf pusat atau didapatkan deficit di sistem visual atau proprioseptifnya. Kadang-kadang obat tidak banyak membantu, sehingga perlu latihan fisik vestibular. Latihan bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular, membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan. Tujuan latihan ialah :1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium untuk meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbanganContoh latihan :1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup.2. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi, gerak miring).3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup.4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata tertutup.5. Berjalan tandem (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu menyentuh jari kaki lainnya dalam melangkah).6. Jalan menaiki dan menuruni lereng.7. Melirikkan mata kea rah horizontal dan vertikal.8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga memfiksasi pada objek yang diam.Pencegahan vertigoLangkah-langkah berikut ini dapat meringankan atau mencegah gejala vertigo:B. Tidurlah dengan posisi kepala yang agak tinggi.C. Bangunlah secara perlahan dan duduk terlebih dahulu sebelum kita berdiri dari tempat tidur.D. Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang.E. Hindari posisi mendongakkan kepala, misalnya untuk mengambil suatu benda dari ketinggian.Gerakkan kepala secara hati-hati jika kepala kita dalam posisi datar (horisontal) atau bila leher dalam posisi mendongak.

STATUS NEUROLOGI

No. MR : 35950000Diagnosis : Vertigo

NAMA (Inisial) : Ny. D MASUK TGL : 04/03/2010JENIS KELAMIN : Perempuan KELUAR TGL : 10/03/2010UMUR : 64 th MENINGGAL TGL : -PEKERJAAN : IRT DOKTER : dr. Ayub L. Pattinama, Sp.SPENDIDIKAN : - KO-ASSISTEN : IrwandiAGAMA : IslamALAMAT : Cipinang Bali RT 009/003 No. 75 A Cipin Melayu Makasar

ANAMNESIS- Auto Anamnesis : Pasien (04/03/2010)- Allo Anamnesis : -- Keluhan utama : Pusing berputar- Keluhan tambahan : Demam, mual, batuk, pilek- Riwayat Perjalanan PenyakitPasien wanita usia 64 tahun datang ke UGD RS UKI dengan keluhan utama pusing berputar. Keluhan tambahan ada demam, batuk, pilek.Kurang lebih 11 jam SMRS pasien merasa pusing berputar, terus-menerus, makin lama pusing bertambah berat. Pusing semakin terasa bila pasien duduk, berjalan, dan bila kepala menengadah. Pusing berkurang bila pasien berbaring dan menutup mata. Pusing tidak berkurang bila pasien berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Pusing terjadi saat pasien merasa nyeri ulu hati, pusing disertai mual. Pasien menyangkal adanya telinga berdengung, penurunan pendengaran dan muntah.Kurang lebih 3 hari yang lalu pasien sudah merasa demam, batuk, dan pilek. Pasien sudah berobat ke dokter kemudian diberikan amoksisilin dan obat batuk. Batuk tidak berdahak.Kurang lebih 1 bulan yang lalu pasien baru mengetahui ada tekanan darah tinggi. Pasien menyangkal pernah berbicara pelo dan lumpuh separoh badan. Pasien mengatakan dulu pernah kecelakaan tertabrak motor kira-kira umur 50 tahun. Pasien mengatakan dulu waktu masih muda sering mengalami pusing tujuh keliling.Pasien punya kebiasaan merokok, minum kopi dan teh sejak berumur 15 tahun sampai 63 tahun.

TERAPI YANG TELAH DIDAPAT : Antibiotik + obat batuk PENYAKIT DAHULU : Pasien mengatakan dulu sering pusingtujuh keliling. MAKAN, MINUM, KEBIASAAN : Pasien suka makanan berlemak danmerokok. KEDUDUKAN DALAM KELUARGA : Ibu rumah tangga LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL : Kota

PEMERIKSAAN UMUMKEADAAN UMUM : TSSKESADARAN : CM KOOPERASI : KooperatifNADI : 92 x/menit SUHU : 37.9 0CTEKANAN DARAH : 140/70 mmHg RESPIRASI : 20 x/menitUMUR KLINIS : Enam puluhanBENTUK BADAN : AtletikusGIZI : BaikSTIGMATA : Tidak ada TROFIK : BaikKULIT : Coklat TURGOR : BaikKUKU : Sianosis (-) LAIN-LAIN : BaikKEL. GETAH BENING : Tidak teraba membesarPEMBULUH DARAH :A. Carotis : Palpasi kanan dan kiri : SamaAuskultasi : Bising tidak ada

PEMERIKSAAN REGIONALKEPALA : NormochepaliKALVARIUM : Tidak ada kelainanMATA : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterikHIDUNG : Bentuk biasa, simetris, lapang, sekret +/+MULUT : Tidak ada kelainanTELINGA : Tidak ada kelainanOKSIPUT : Tidak ada kelainanLEHER : Tidak ada kelainanTORAKS : Pergerakan dinding dada simetris, kanan = kiriJANTUNG : BJ I-II Normal, Gallop , Murmur PARU-PARU : BND Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-ABDOMEN : Perut tampak datar, nyeri tekan , BU (+) 3 x/menit, perkusi timpani, nyeri ketok HEPAR : Tidak terabaLIEN : Tidak terabaVESIA URINARIA : Tidak dilakukanGENITALIA EKSTERNA : Tidak dilakukanEKSTREMITAS : Tidak ada kelainanSENDI-SENDI : Tidak ada kelainanOTOT-OTOT : Tidak ada kelainanGERAKAN LEHER : BaikGERAKAN TUBUH : BaikNYERI KETOK : -NYERI SUMBU : -

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS1. TANDA-TANDA PERANGSANGAN MENINGENKaku kuduk : -Brudzinski I : -Brudzinksi II : -/-Kernig : -/-Laseque : > 700/ > 700

2. GANGGUAN SARAF OTAK N I (OLFAKTORIUS)Kanan Kiri- Penciuman (kualitas) Normosmia, kanan = kiri N II (OPTIKUS)Kanan Kiri- Visus (kasar) Baik Baik- Buta warna Baik Baik- Kampus (konfrontasi) Baik Baik- Funduskopi Tidak dilakukan

N III, IV, VI (OKULOMOTORIUS, TROKHLEARIS, ABDUSEN)SIKAP BOLA MATAPTOSIS : -STRABISMUS : -NISTAGMUS : -EKSOPTALMUS : -ENOPTALMUS : -DIPLOPIA : -DEVIASI KONJUGE : -PERGERAKAN BOLA MATALATERAL KANAN : BaikLATERAL KIRI : BaikATAS : BaikBAWAH : BaikBERPUTAR : BaikPUPILBENTUK : Bulat, 3 mm/3 mmISOKOR : IsokorKanan KiriREFLEKS CAHAYALangsung + +Konsensual + +REFLEKS AKOMODASI + +

N V (TRIGEMINUS)Kanan KiriMOTORIKMEMBUKA MULUT Baik BaikGERAKAN RAHANG Baik BaikMENGGIGIT Baik BaikSENSORIK Kanan KiriRASA RABAo V1 Baik, kanan = kirio V2 Baik, kanan = kirio V3 Baik, kanan = kiriRASA NYERIo V1 Baik, kanan = kirio V2 Baik, kanan = kirio V3 Baik, kanan = kiriRASA SUHU : Tidak dilakukanRASA SELAPUT LENDIR : Tidak dilakukanNOKTAH NYERI- Foramen Supra-orbita : Tidak dilakukan- Foramen Infra-orbita : Tidak dilakukan- Foramen Mentale : Tidak dilakukanREFLEKS- REFLEKS KORNEA : +/+- REFLEKS MASETER : (+)

N.VII (FASIALIS)SIKAP WAJAH (dalam istirahat) : SimetrisMIMIK : BiasaKanan KiriANGKAT ALIS Bisa BisaKERUT DAHI Bisa BisaLAGOFTALMUS Tidak ada Tidak adaKEMBUNG PIPI Bisa BisaMENYERINGAI (SNL) Simetris SimetrisRASA KECAP (2/3 depan) Baik BaikFENOMENA CHVOSTEK - -

N VIII (VESTIBULOKOKHLEARIS)VESTIBULARISNISTAGMUS : -/-VERTIGO : +KOKHLEARIS Kanan KiriSUARA BISIK Baik kanan = kiriGESEKAN JARI Baik kanan = kiriTES RINNE Tidak dilakukanTES WEBER Tidak dilakukanTES SCHWABAH Tidak dilakukan

N. IX, X (GLOSOFARINGEUS, VAGUS)ARKUS FARING : Simetris, kanan = kiriPALATUM MOLE : SimetrisUVULA : DitengahDISFONI : -RINOLALI : -DISFAGI : -DISATRIA : -MENELAN : BaikREFLEKS FARING : +REFLEKS OKULOKARDIAK : normalREFLEKS SINUS KAROTIKUS : normal

N .XI (ASESORIUS)Kanan KiriMENOLEH (kanan, kiri) Baik BaikANGKAT BAHU Baik Baik

N XII (HIPOGLOSUS)SIKAP LIDAH DALAM MULUT : SimetrisJULUR LIDAH : Baik, tidak ada deviasiGERAKAN LIDAH : BaikTREMOR : -FASIKULASI : -ATROFI :-TENAGA OTOT LIDAH : Baik

3. MOTORIKDERAJAT KEKUATAN OTOT (0-5)Kanan KiriLENGAN - Atas 5 5- Bawah 5 5- Lengan 5 5- Jari 5 5TUNGKAI - Atas 5 5- Bawah 5 5- Kaki 5 5- Jari 5 5

BERDIRIJONGKOK BERDIRI : Tidak dilakukanJALAN - Langkah : Tidak dilakukan- Lenggang lengan : Tidak dilakukan- Di atas tumit : Tidak dilakukan- Jinjit : Tidak dilakukan

TONUS OTOT (Hiper, normo, hipo, atoni)Kanan KiriLENGAN - Fleksor Normotonus Normotonus- Ekstensor Normotonus Normotonus TUNGKAI - Fleksor Normotonus Normotonus- Ekstensor Normotonus Normotonus

TROFI OTOTKanan KiriLENGAN Normotrofi NormotrofiTUNGKAI Normotrofi Normotrofi

GERAKAN SPONTAN ABNORMAL

KEJANG : -TETANI : -TREMOR : -KHOREA : -ATETOSIS : -BALISMUS : -DISKINESIA : -MIOKLONIK : -

4. KOORDINASISTATIS

Duduk : Tidak dilakukanBerdiri : Tidak dilakukanTest Romberg : +

DINAMISTelunjuk Hidung : Kanan dan kiri baikJari-jari : Kanan dan kiri baikTremor Intensi : Tidak adaDisdiadokinesis : Tidak adaDismetri : Tidak adaBicara (Disartri) : Tidak adaMenulis : Baik

5. REFLEKSREFLEKS TENDOKanan KiriBiseps ++ ++Triseps ++ ++Radius ++ ++Ulna ++ ++Knee Pes Reflex ++ ++Achilles Pes Reflex ++ ++

REFLEKS KULITKulit Perut : +Kremaster : Tidak dilakukanAnus Interna : Tidak dilakukanAnus Eksterna : Tidak dilakukan

REFLEKS ABNORMALKanan KiriBabinski - -Chaddok - -Oppenheim - -Gordon - -Schaeffer - -Rossolimo - -Mendel Behterew - -Hoffman Tromner - -Klonus lutut - -Klonus kaki - -

6.SENSIBILITASEKSTEROSEPTIFRasa raba : Baik, kanan = kiriRasa nyeri : Baik, kanan = kiriRasa suhu : Tidak dilakukan

PROPIOSEPTIFKanan KiriRasa sikap Baik BaikRasa getar (garpu tala) Tidak dilakukan

7.VEGETATIFMIKSI : NormalDEFEKASI : NormalSALIVASI : BaikSEKRESI KERINGAT : BiasaFUNGSI SEKS : Tidak dilakukan

8.FUNGSI LUHURMEMORI : BaikBAHASA : BaikAFEK DAN EMOSI : BaikVISUOSPATIAL : BaikKOGNITIF : Baik

9. TANDA REGRESIREFLEKS MENGHISAP : Tidak adaREFLEKS MENGGIGIT : Tidak adaREFLEKS MEMEGANG : Tidak adaSNOUT REFLEX : Tidak ada

10. PALPASI SARAF TEPIN. ULNARIS : Tidak terabaN. AURIKULARIS MAGNUS : Tidak teraba11. LABORATORIUMTanggal: 4/3/2010 Waktu: 17:19HematologiHb : 12.6 gr%Leukosit : 5500/lTrombosit : 250.000/lHt : 40 %GDS : 85 mg/dlChemistryUreum darah : 21 mg/dlKreatinin darah : 0,99 mg/dl (0.60-0.90 mg/dl)Elektrolit DarahNa : 145 mmol/LK : 4.1 mmol/LCl : 103 mmol/L

11.RESUMEPasien wanita usia 64 tahun datang ke UGD RS UKI dengan keluhan utama pusing berputar. Keluhan tambahan ada demam, batuk, pilek.Kurang lebih 11 jam SMRS pasien merasa pusing berputar, terus-menerus, makin lama pusing bertambah berat. Pusing semakin terasa bila pasien duduk, berjalan, dan bila kepala menengadah. Pusing berkurang bila pasien berbaring dan menutup mata. Pusing tidak berkurang bila pasien berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Pusing terjadi saat pasien merasa nyeri ulu hati, pusing disertai mual. Pasien menyangkal adanya telinga berdengung, penurunan pendengaran dan muntah.Kurang lebih 3 hari yang lalu pasien sudah merasa demam, batuk, dan pilek. Pasien sudah berobat ke dokter kemudian diberikan amoksisilin dan obat batuk. Batuk tidak berdahak.Kurang lebih 1 bulan yang lalu pasien baru mengetahui ada tekanan darah tinggi. Pasien menyangkal pernah berbicara pelo dan lumpuh separoh badan. Pasien mengatakan dulu pernah kecelakaan tertabrak motor kira-kira umur 50 tahun. Pasien mengatakan dulu waktu masih muda sering mengalami pusing tujuh keliling.Pasien punya kebiasaan merokok, minum kopi dan teh sejak berumur 15 tahun sampai 63 tahun. Pasien suka makan makanan berlemak.

Dari pemeriksaan umum didapatkan :Status GeneralisTEKANAN DARAH : 140/70 mmHgNADI : 92 x/menitSUHU : 37,9 0CRESPIRASI : 20x/menit

Status NeurologisRangsang Meningeal : -

Saraf Otak : BaikMotorik : 5555 5555 Normotonus, Eutrophi

5555 5555Gerakan spontan abnormal : Tidak adaKoordinasi : Tes Romberg +Sensibilitas : BaikFungsi Luhur : Baik

LaboratoriumKreatinin darah : 0,99 mg/dl (0.60-0.90 mg/dl)

DIAGNOSISKlinis : Vertigo tipe sentralTopis : Sistem vertebro-basilerEtiologi : Insufisiensi vertebro-basiler

DIAGNOSIS BANDING : Vertigo tipe perifer, TIA, Epilepsi

TERAPIDiet : Biasa + RG IIIIVFD : I RL/24 jamMM :- Acyclovir 4 x 200 mg- Amoksisilin 3 x 500 mg- Sumagesik 3 x 1 tab

PEMERIKSAAN ANJURAN- EKG- CT Brain- Rontgen thorak- H2TL- Ureum darah- Elektrolit

PROGNOSIS- Ad vitam : Bonam- Ad sanationum : Bonam- Ad functionum : Bonam

FOLLOW UP

5 Maret 2010 (PH 1)S) Pusing berputar berkurangO)St. GeneralisKU : TSS Kes : CMTD : 140/80 mmHg Nd : 84 x/menitRR : 20 x/menit Sh : 36,50CSt. NeurologisRangsang Meningeal : Saraf Kranial : Tidak ada kelainan

Motorik : 5555 55555555 5555

Koordinasi : Tes Romberg +Refleks Fisiologis : ++/++Refleks Patologis : -/-Sensibilitas : BaikFungsi Luhur : BaikA) DK : Vertigo tipe sentralDT : Sistem vertebro-basilerDE : Insufisiensi vertebro-basiler

P) Diet : Biasa + RG IIIIVFD : I RL + Brainolin 100 mg/24 jamMM/- Acyclovir 4 x 200 mg- Amoksisilin 3 x 500 mg- Sumagesik 3 x 1 tab- Simvastatin 1 x 20 mg- Acran injeksi 2 x 1 ampul

6 Maret 2010 (PH 2)S) Pusing berputar berkurang dari hari sebelumnyaO)St. GeneralisKU : TSS Kes : CMTD : 130/80 mmHg Nd : 78 x/menitRR : 20 x/menit Sh : 36,50CSt. NeurologisRangsang Meningeal : Saraf Kranial : Tidak ada kelainan

Motorik : 5555 55555555 5555

Koordinasi : Tes Romberg +Refleks Fisiologis : ++/++Refleks Patologis : -/-Sensibilitas : BaikFungsi Luhur : BaikA) DK : Vertigo tipe sentralDT : Sistem vertebro-basilerDE : Insufisiensi vertebro-basilerP) Diet : Biasa + RG IIIIVFD : I RL + Brainolin 100 mg/24 jamMM/- Acyclovir 4 x 200 mg- Amoksisilin 3 x 500 mg- Sumagesik 3 x 1 tab- Simvastatin 1 x 20 mg- Acran injeksi 2 x 1 ampul

7 Maret 2010 (PH 3)S) Pusing berputar berkurang dari hari sebelumnyaO)St. GeneralisKU : TSS Kes : CMTD : 130/80 mmHg Nd : 80 x/menitRR : 20 x/menit Sh : 36,50CSt. NeurologisRangsang Meningeal : Saraf Kranial : Tidak ada kelainan

Motorik : 5555 55555555 5555

Koordinasi : BaikRefleks Fisiologis : ++/++Refleks Patologis : -/-Sensibilitas : BaikFungsi Luhur : baikA) DK : Vertigo tipe sentralDT : Sistem vertebro-basilerDE : Insufisiensi vertebro-basilerP) Diet : Biasa + RG IIIIVFD : I RL + Brainolin 100 mg/24 jamMM/- Acyclovir 4 x 200 mg- Amoksisilin 3 x 500 mg- Sumagesik 3 x 1 tab- Simvastatin 1 x 20 mg- Acran injeksi 2 x 1 ampul

8 Maret 2010 (PH 4)S) Pusing berputar berkurang dari hari sebelumnyaO)St. GeneralisKU : TSS Kes : CMTD : 150/80 mmHg Nd : 80 x/menitRR : 20 x/menit Sh : 36,50CSt. NeurologisRangsang Meningeal : Saraf Kranial : Tidak ada kelainan

Motorik : 5555 55555555 5555

Koordinasi : BaikRefleks Fisiologis : ++/++Refleks Patologis : -/-Sensibilitas : BaikFungsi Luhur : BaikA) DK : Vertigo tipe sentralDT : Sistem vertebro-basilerDE : Insufisiensi vertebra-basilerP) Diet : Biasa + RG IIIIVFD : I RL + Brainolin 100 mg/24 jamMM/- Acyclovir 4 x 200 mg- Amoksisilin 3 x 500 mg- Sumagesik 3 x 1 tab- Simvastatin 1 x 20 mg- Acran injeksi 2 x 1 ampul- Amlodipine 5 mg- Ascardia 80 mg- OBH syrup 3 x 1 C

9 Maret 2010 (PH 5)S) -O)St. GeneralisKU : TSS Kes : CMTD : 120/70 mmHg Nd : 80 x/menitRR : 20 x/menit Sh : 36,6 0CSt. NeurologisRangsang Meningeal : Saraf Kranial : Tidak ada kelainan

Motorik : 5555 55555555 5555

Koordinasi : BaikRefleks Fisiologis : ++/++Refleks Patologis : -/-Sensibilitas : BaikFungsi Luhur : BaikA) DK : Vertigo tipe sentralDT : Sistem vertebra-basilerDE : Insufisiensi vertebra-basilerP) Diet : Biasa + RG IIIIVFD : I RL + Brainolin 100 mg/24 jamMM/- Simvastatin 1 x 20 mg- Acran injeksi 2 x 1 ampul- Amloidipine 5 mg- Ascardia 80 mg- OBH syrup 3 x 1 C

10 Maret 2010 (PH 6)S) -O)St. GeneralisKU : TSR Kes : CMTD : 120/70 mmHg Nd : 80 x/menitRR : 20 x/menit Sh : 36,6 0CSt. NeurologisRangsang Meningeal : Saraf Kranial : Tidak ada kelainan

Motorik : 5555 55555555 5555

Koordinasi : BaikRefleks Fisiologis : ++/++Refleks Patologis : -/-Sensibilitas : BaikFungsi Luhur : BaikA) DK : Vertigo tipe sentralDT : Sistem vertebra-basilerDE : Insufisiensi vertebra-basilerP) Diet : Biasa + RG IIIIVFD -MM/- Simvastatin 1 x 20 mg- Amloidipine 5 mg- Ascardia 80 mg- OBH syrup 3 x 1 C

DAFTAR PUSTAKA

Lumbantobing, SM. Vertigo Tujuh Keliling. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta 2003.Lumbantobing, SM. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta 2003.Mahar Marjono, Priguna S. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat. Jakarta 2003.www. Keluarga sehat.comwww. Info_sehat.com

MENIERE DISEASE

PENYAKIT MENIERE(HIDROPS LABIRIN IDIOPATIK)

PENDAHULUANPada tahun 1861, Proper Meniere seorang dokter Perancis menggambarkan manifestasi klinik yang berkaitan dengan hidrops endolimfatik yang ditandai oleh berbagai kumpulan gejala berupa vertigo yang episodic, gangguan pendengaran, tinnitus dan rasa penuh atau tertekan di dalam telinga. Kemudian pada tahun 1938 Hallpike dan Cairns melaporkan tentang gambaran histopatologi berupa perubahan dilatasi sistem endolimf yang disertai dengan degenerasi elemen-elemen sensorik koklea dan alat vestibuler. Sejak saat itu, pemeriksaan mikroskopis pada os temporal yang terkena telah berhasil memberikan gambaran patologik yang tepat secara jelas, sementara etiologinya tetap kabur. 1,2,3Timbulnya penyakit Meniere biasanya antara dekade keempat dan keenam; jarang terjadi di masa kecil atau setelah dekade ke delapan. Pria terkena lebih sering daripada perempuan (Sade dan Yani 1984; Stahle et al 1978.). Penyakit ini dimulai pada satu telinga dengan serangan yang sangat tidak teratur, yang pada awalnya umumnya dengan peningkatan frekuensi dan kemudian menurun dalam perjalanan beberapa tahun. Pasien pada awalnya bebas dari keluhan pada interval serangan-bebas, tapi kemudian terjadi peningkatan defisit seperti hypofunction vestibular perifer unilateral, tinnitus unilateral dan gangguan pendengaran (biasanya frekuensi rendah).Tingkat fluktuasi defisit ini tidak biasa bila dibandingkan dengan penyakit telinga yang lain. Sedangkan timbulnya penyakit ini sesisi, telinga yang lain juga bisa menjadi terpengaruh setelah beberapa waktu. Semakin lama kita mengikuti seorang pasien dengan penyakit Meniere, semakin sering seseorang melihat penyakit bilateral (Morrison 1986). Pada tahap awal (durasi sampai 2 tahun), sekitar 15% dari kasus bilateral; 30-60% menjadi bilateral setelah satu atau dua dekade. Secara umum diakui bahwa perjalanan penyakit Meniere relatif jinak, memiliki tingkat kesembuhan (dari episode serangan tetapi tidak untuk gangguan pendengaran kronis) sekitar 80% dalam waktu 5-10 tahun (Friberg et al. 1984). Kesembuhan spontan dari serangan tersebut mungkin terjadi ketika ada fistula membran permanen memisahkan endolymph dan perilymph, yang memungkinkan drainase, terus-menerus tanpa gejala endolymph kelebihan.

ETIOLOGIPenyebab pasti dari penyakit Meniere belum diketahui. Beberapa teori melaporkan beberapa faktor resiko yang dapat menimbulkan penyakit ini adalah :1. Gangguan lokal keseimbangan garam dan air, yang menyebabkan edema endolimf.2. Gangguan regulasi otonomi sistem endolimf.3. Alergi lokal telinga dalam, yang menyebabkan edema dan gangguan kontrol otonom.4. Gangguan vaskularisasi telinga dalam, terutama stria vaskularis.5. Gangguan duktus atau sakus endolimfatik yang mengganggu absorbsi endolimf.6. Perubahan hubungan dinamika tekanan perilimf dan endolimf yang mungkin berhubungan dengan perubahan anatomik di dalam pembuluh endolimf dan akua duktus koklea.7. Manifestasi lokal labirin pada penyakit sistemik metabolik yang mengenai baik tiroid maupun metabolisme glukosa atau keduanya.8. Berkaitan dengan beberapa kelainan os temporal termasuk berkurangnya pneumatisasi dari mastoid dan hipoplasi akuaduktus vestibuler. Kantong endolimf terlalu kecil dan berada dalam posisi abnormal di bawah labirin.9. Terdapat bukti adanya penimbunan kompleks imun dalam endolimf pada pasien dengan penyakit Meniere memperkuat dugaan bahwa penyakit ini merupakan suatu gangguan imun.

GAMBARAN KLINISPenyakit Meniere biasanya ditemukan antara dekade keempat dan keenam; jarang terjadi di masa kecil atau setelah dekade ke delapan. Pria terkena lebih sering daripada perempuan. Sifatnya yang khas adalah terdapat adanya periode aktif yang bervariasi lamanya yang diselingi oleh periode remisi yang lebih panjang yang juga bervariasi lamanya.Gejala dan tanda khas penyakit Meniere yaitu serangan pertama sangat berat berupa vertigo yang episodik, gangguan pendengaran yang berfluktuasi, tinnitus, serta rasa penuh dan tertekan di dalam telinga.1,4

GAMBARAN HISTOPATOLOGIPengetahuan mengenai proses patologi pada penyakit Meniere telah diperoleh melalui penelitian tulang temporal pada orang-orang yang menderita penyakit ini. Perubahan utama hidrops endolimfatik adalah dilatasi sakulus dan skala media di dalam koklea. Dilatasi koklea ini dibuktikan dengan adanya peregangan membrane Reissner di dalam labirin, membran ini dapat robek atau mengalami prolaps masuk ke dalam ruang labirin yang lain. Pecahnya atau robeknya membran ini menyebabkan bercampurnya endolimf dan perilimf mengakibatkan perubahan natrium dan kalium fisiologik. Biasanya tidak ditemukan perubahan struktural dan unsur sensorik atau neural telinga bagian dalam dengan hidrops. Ditemukan fibrosis serabut saraf koklea, degenerasi sel rambut dan atrofi stria vaskularis pada pasien-pasien dengan penyakit Meniere, tetapi perubahan ini mungkin juga akibat faktor umur. Atrofi stria vaskularis dapat juga ditemukan pada telinga yang normal.1

DIAGNOSIS Penyakit Meniere didiagnosis berdasarkan (1,2,3,4,5,6,7,8):1. Riwayat gejala klinisMuncul pertama kali pada orang yang relatif berusia muda (biasanya sekitar 30 tahun)a. Gangguan pendengaran berfluktuasi, terjadi pada saat serangan atau sekitar serangan vertigo. Biasanya dialami satu telinga, tidak sama pada kedua telinga.b. Vertigo episodik, biasanya berlangsung 2 24 jam. Vertigo sering sangat cepat dan diperparah dengan gerakan kepala. Sering disertai muntah, berkeringat, jantung berdebar dan kecemasan.c. Tinitusd. Perasaan tertekan atau rasa penuh di dalam telingae. Deviasi gaya berjalan dan kecenderungan untuk jatuh. Terdapat periode remisi di mana pasien merasa cukup normal, walaupun sesingkat beberapa hari atau lebih dari 10 tahun.2. Pemeriksaan fisik terdapat tuli sarafPemeriksaan kalori pada alat vestibuler biasanya menunjukkan penurunan fungsi pada telinga yang bersangkutan baik terhadap rangsangan panas ataupun dingin.3. Pemeriksaan audiogram, untuk mengidentifikasi pasien-pasien dengan gangguan pendengaran yang khas pada penyakit Meniere.4. ENG, suatu tes keseimbangan untuk mengetahui gangguan pada sistem kesetimbangan5. BERA (Brainsten Evoked Response Audiometry) untuk mengetahui kerusakan sistem keseimbangan telinga bagian dalam.6. EcoG (Electro Cochleography)7. Laboratorium8. Radiologik : CT Scan, MRI

KRITERIA DIAGNOSISThe American Academy of Ophthalmology and Otolaryngology, Head and Neck Surgery pada tahun 1995 merumuskan kriteria penyakit Meniere :Certain Menieres disease konfirmasi histopatologi adanya hidrops endolymphatic gejala-gejala seperti dalam kriteria " definite Menieres disease" Definite Menieres disease dua atau lebih serangan vertigo, masing-masing berlangsung lebih dari 20 menit audiometri menunjukkan gangguan / kehilangan pendengaran dalam setidaknya pada satu pemeriksaan tinnitus atau terasa penuh pada telinga yang terkena penyebab lainnya dikecualikanProbable Menieres Disease setidaknya satu episode vertigo audiometri menunjukkan gangguan / kehilangan pendengaran dalam setidaknya pada satu pemeriksaan tinnitus atau terasa penuh pada telinga yang terkena penyebab lainnya dikecualikanPossible Meniere's disease vertigo episodik tetapi tanpa kehilangan pendengaran gangguan pendengaran sensorineural, berfluktuasi atau tetap, dengan disekuilibrium, tetapi tanpa vertigo dengan episode yang pasti penyebab lainnya dikecualikan.DIAGNOSIS DIFERENSIAL DAN PROBLEM KLINIS Serangan pertama penyakit Meniere harus dibedakan dari defisit vestibular akut unilateral, misalnya sehubungan dengan neuritis vestibular. Durasi serangan sangat membantu: penyakit Meniere biasanya berlangsung beberapa jam dan paling banyak satu hari, sedangkan pada neuritis vestibular mereka beberapa hari terakhir. Gejala yang menyertainya juga membantu untuk diagnosis, misalnya, "gejala telinga" pada penyakit Meniere dan tanda inflamasi mata dan gangguan pendengaran dalam sindrom Cogan atau gangguan pendengaran dan tanda-tanda mungkin infark dari AICA / arteri labirin. Gangguan sistem motor okular sentral atau fungsi vestibular sentral juga terjadi setelah infark lacunar. Keadaan langka, berulang tiba-tiba jatuh, disebut vestibular drop attack (krisis otolithic Tumarkin's), yang terjadi pada tahap awal atau akhir penyakit Meniere tanpa pemicu pasti, tanda-tanda awal atau gangguan kesadaran, sulit untuk membedakan dari drop attack yang disebabkan oleh iskemia vertebrobasilar (Baloh et al 1990.). Serangan tersebut ternyata hasil dari fluktuasi tekanan endolymphatic disebabkan oleh eksaserbasi sepihak dari otoliths dan reaksi postural vestibulospinal yang tidak memadai. Diagnosis diferensial penting lainnya adalah migren basilar / vestibular, yang dapat terwujud tidak hanya dalam bentuk serangan pendek, tetapi juga sebagai serangan yang berlangsung beberapa jam. Tanda-tanda bahwa serangan itu adalah migren vestibular adalah: (1) gangguan pusat motorik mata selama interval bebas serangan, (2) tidak adanya gangguan pendengaran yang progresif walaupun banyak serangan, (3) asosiasi dengan gejala neurologis lain seperti rasa tebal pada wajah (migrain basilar), (4) nyeri kepala dan leher, dan (5) memberikan respon terhadap pengobatan profilaksis dengan beta-blocker. Dalam literatur baru-baru ini ditemukan ada indikasi peningkatan hubungan antara penyakit Meniere dan migren vestibular (Radtke et al. 2002). Vestibular paroxysmia, yang disebabkan oleh kompresi neurovaskular, juga ditandai dengan serangan berulang vertigo dan / atau kadang-kadang gejala telinga yang lain. Serangan ini, bertentangan dengan penyakit Meniere, biasanya hanya berlangsung beberapa detik.2

PENGOBATAN 1,2,61. Terapi konservatifa. Keseimbangan air dan elektrolitb. Diet tinggi protein, rendah natrium dikombinasikan dengan pemberian ammonium klorida. Konsumsi garam dibatasi sampai 1500 mg per hari.c. Kombinasi dengan diuresis (HCT 50 mg)d. Pemberian kalium klorida untuk mencapai kadar natrium serum dan inhibitor anhidrase karbonik yang rendah.2. Terapi farmakologika. Vasodilator : asam nikotinat 50 150 mg pada saat perut kosongHistamin difosfat 2-4 tetes sublingual 2 kali sehari sebelum makan.b. Antihistamin : dimenhidrinatc. Antiemetikd. Sedatife. Kortikosteroid : Prednison 80 mg selama 7 hari kemudian diturunkan bertahap3. Terapi bedaha. Dibuat shunt endolimfatik-subarakhnoidb. Labirinektomi

REFERENSI1. Runtuwene T, Penyakit Meniere. Dalam Joesoef AA, Kusumastuti K editor. Neuro-otologi Klinis Vertigo. Kelompok Studi Vertigo, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia Pengurus Pusat PERDOSSI. Airlangga University Press. Surabaya 2002 : 17 : 142-52. Saeed SR. Fortnightly Review : Diagnosis and Treatment of Menieres Disease. BMJ 1998 ; 316 : 368-723. Hain TC, Meniere's Disease. Available at http://www.dizziness-and balance.com / disorders / menieres /menieres.html Page last modified : September 4, 20104. Brandt T, Dieterich M, Strupp M. Vertigo and Dizziness : common complaints. Springer-Verlag London Limited 2005 : 2 : 64-65. Pirodda A, Brandolini C, Raimondi MC, Ferri GG, Modugno GC, Borghi C. Meniere's disease: update of etiopathogenetic theories and proposal of a possible model of explanation. Acta Clin Belg. 2010 May-Jun;65(3):170-56. Chandra B. Tatalaksana Vertigo. Dalam Hadinoto S, Wirawan RB, Soetedjo editor. Vertigo diagnosis dan tatalaksana. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 1994 : 43-647. Hazell J. Information on Mnire's syndrome. Available at http://www.tinnitus.org /home /frame /meniere.htm8. http://www.menieres-guidebook.com/2009