Click here to load reader
Upload
alni-dwi-cahyani
View
216
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
KATA PENGATAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena Rahmat dan Ridho-NYA
saya diberikan jalan dalam menyelesaikan referat ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada
dr.Roezwir.Sp.S, dr.Suryakanto.Sp.S, dr.Sanjoto.Sp.RM yang telah banyak membantu
dalam penyusunan referat ini sekaligus memberikan ran-saran yang tak ternilai harganya.
Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan koass neurologi khususnya dan
rekan-rekan koass Universitas YARSI yang sedang menjalani kepaniteraan di RSUD
Abdul Moeloek Bandar Lampung pada umumnya.
Referat ini disusun dalan rangka memenuhui persyaratan kepaniteraab ilmu
rehabilitasi medik di SMF Neurologi RSUD dr.Abdul Moeloek Bandar Lampung. Saya
berharao referat ini dapat memberikan masukan khususnya kepada saya sendiri dan juga
rekan-rekan yang lain.
Jika dalam referat ini mungkin terdapat kekurangan, saya sangat mengharapkan
saran dan kritik yang dapat membangun untuk kesempurnaan referat ini.
Bandar Lampung,Juli 2006
Penyusun
Shelly Setiawati
Pendahuluan
Sindrom Guillain Barre ialah polineuropati yang menyelurah ,dapat berlangsung akut atau
subakut,mungkin terjadi spontan atau sesudah terjadi infeksi.Mikroorganisme penyebab belum pernah
ditemukan pada penderita penyakit ini dan pada pemeriksaan patologis tidak ditemukan tanda
radang.Periode laten antara infeksi dan gejala polyneuritis memberi dugaan bahwa kemungkinan kelaianan
yabg terdapat disebabkan oleh suatu respone terhadap reaksi alergi saraf perifer.Pda banyak kasus,infeksi
sebelumnya tidak ditemukan.kadang-kadang kecuali saraf perifer dan serabut saraf spinal ventraldan
dorsal,retdapat juga gangguan medulla spinalis dan medulla oblongata.secara patologis ditemukan
degenerasi myelin dengan edema yang terdapat atau tanpa diseratai infiltrasi sel.
Sindroma Guillain-Barre (SGB) merupakan penyebab kelumpuhan yang cukup sering dijumpai
pada usia dewasa muda. SGB ini seringkali mencemaskan penderita dan keluarganya karena terjadi pada
usia produktif, apalagi pada beberapa keadaan dapat menimbulkan kematian, meskipun pada umumnya
mempunyai prognosa yang baik.1
Beberapa nama disebut oleh beberapa ahli untuk penyakit ini, yaitu Idiopathic polyneuritis, Acute
Febrile Polyneuritis, Infective Polyneuritis, Post Infectious Polyneuritis, Acute Inflammatory
Demyelinating Polyradiculoneuropathy, Guillain Barre Strohl Syndrome, Landry Ascending paralysis, dan
Landry Guillain Barre Syndrome.1
Sindrom Guillain Barre bersifat akut pada sistem imun tubuh manusia yang menyerang sistem
saraf perifer dan jarang menyerang sistem saraf pusat.Sistem saraf perifer menghantarkan informasi
sensorik ( contohnya nyeri,temperatur ) dari tubuh keotak dan menghantarkan sinyal motorik ( comtohnya
gerakan ) dari otak ketubuh.Kelemahan umum dan kelumpuhan pada tungkai dan lengan merupakan
karakteristik Sindrom Guillain Barre.Kehilangan sensasi rasa dan kelumpuhan dapat terjadi pada
tungakai,jari,bagian tubuh atas dan muka.2
Epidemiologi
Penyakit ini terjadi di seluruh dunia, kejadiannya pada semua musim. Dowling dkk mendapatkan
frekwensi tersering pada akhir musism panas dan musim gugur dimana terjadi peningkatan kasus influenza.
Pada penelitian Zhao Baoxun didapatkan bahwa penyakit ini hampir terjadi pada setiap saat dari setiap
bulan dalam setahun, sekalipun demikian tampak bahwa 60% kasus terjadi antara bulan Juli s/d Oktober
yaitu pada akhir musim panas dan musim gugur.1
Mortalitas kebanyakan terjadi karena ketidakstabilan otonom yang berat atau komplikasi intubasi yang
lama dan paralysis.Angka kematian di USA berkisar 5-10% kasus.Angka kejadian pada pria dibanding
wanita adalah 1,5:1.3
Insidensi sindroma Guillain-Barre bervariasi antara 0.6 sampai 1.9 kasus per 100.000 orang pertahun.
Selama periode 42 tahun Central Medical Mayo Clinic melakukan penelitian mendapatkan insidensi rate
1.7 per 100.000 orang. Terjadi puncak insidensi antara usia 15-35 tahun dan antara 50-74 tahun. Jarang
mengenai usia dibawah 2 tahun. Usia termuda yang pernah dilaporkan adalah 3 bulan dan paling tua usia
95 tahun. Laki-laki dan wanita sama jumlahnya. Dari pengelompokan ras didapatkan bahwa 83% penderita
adalah kulit putih, 7% kulit hitam, 5% Hispanic, 1% Asia dan 4% pada kelompok ras yang tidak spesifik.1
Data di Indonesia mengenai gambaran epidemiologi belum banyak. Penelitian Chandra menyebutkan
bahwa insidensi terbanyak di Indonesia adalah dekade I, II, III (dibawah usia 35 tahun) dengan jumlah
penderita laki-laki dan wanita hampir sama. Sedangkan penelitian di Bandung menyebutkan bahwa
perbandingan laki-laki dan wanita 3 : 1 dengan usia rata-rata 23,5 tahun. Insiden tertinggi pada bulan April
s/d Mei dimana terjadi pergantian musim hujan dan kemarau.1
Etiologi
Etiologi SGB sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti penyebabnya dan masih
menjadi bahan perdebatan. Beberapa keadaan/penyakit yang mendahului dan mungkin ada hubungannya
dengan terjadinya SGB, antara lain:
Infeksi
º Chlamydia
º Campylobacter jejuni
º Hepatitis B
º Micoplasma pneumoniae
º Cytomegalovirus
º Epstei-barr virus
º Human immunodeficiency virus (HIV)
Vaksinasi
º Group A streptococci
º Rabies
º Infuenza
Penyakit sistematik:
o keganasan
o systemic lupus erythematosus
o tiroiditis
o penyakit Addison
Kehamilan atau dalam masa nifas
SGB sering sekali berhubungan dengan infeksi akut non spesifik. Insidensi kasus SGB yang berkaitan
dengan infeksi ini sekitar antara 56% - 80%, yaitu 1 sampai 4 minggu sebelum gejala neurologi timbul
seperti infeksi saluran pernafasan atas atau infeksi gastrointestinal
Patogenesa
Kebanyakan pasien Sindrom Guillain Barre menunjukan ketidakadaan atau dalam kondisi perlambatan
aksi serat saraf.Konduksi ini merupakan hasil dari demyelinisasi akson.Saraf perifer dan radiks saraf
merupakan bagian terbesar yang mengalami demyelinisasi,namun saraf cranial juga dapat terserang.
Sindrom Guillain Barre diyakini merupakan respon autoimun yang dicetuskan oleh antecedent illness
oleh kondisi kesehatan dalam rangka jangka waktu lama.Respon autoimun terjadi pada sistem imin
humoral dan cell mediated components.Pada kebanyakan pasien GBS,gejala timbul akibat dari cedera
selubung myielin.Pada beberapa pasien GBS,keruksaan akson terjadi akibat serangan langsung akson itu
sendiri.
Mekanisme bagaimana infeksi, vaksinasi, trauma, atau faktor lain yang
mempresipitasi terjadinya demielinisasi akut pada SGB masih belum diketahui
dengan pasti. Banyak ahli membuat kesimpulan bahwa kerusakan saraf yang terjadi
pada sindroma ini adalah melalui mekanisme imunlogi.
Bukti-bukti bahwa imunopatogenesa merupakan mekanisme yang
menimbulkan jejas saraf tepi pada sindroma ini adalah:
1. didapatkannya antibodi atau adanya respon kekebalan seluler (celi mediated
immunity) terhadap agen infeksious pada saraf tepi.
2. adanya auto antibodi terhadap sistem saraf tepi
3. didapatkannya penimbunan kompleks antigen antibodi dari peredaran pada
pembuluh darah saraf tepi yang menimbulkan proses demyelinisasi saraf tepi.
Proses demyelinisasi saraf tepi pada SGB dipengaruhi oleh respon imunitas
seluler dan imunitas humoral yang dipicu oleh berbagai peristiwa sebelumnya, yang
paling sering adalah infeksi virus.
Klasifikasi
Beberapa varian dari sindroma Guillan-Barre dapat diklasifikasikan, yaitu:
1. Acute inflammatory demyelinating polyradiculoneuropathy
2. Subacute inflammatory demyelinating polyradiculoneuropathy
3. Acute motor axonal neuropathy
4. Acute motor sensory axonal neuropathy
5. Fisher’s syndrome
6. Acute pandysautonomia
Gejala klinis
1. Onsetnya akut dan pada bentuk yang berat seseorang yang semula tampak sehat mendadak
dalam 2-3 hari menjadi lumpuh sama sekali.
2. Keadaan semakin memberat dalam waktu 10-12 hari.Titik nadir rata-rata terjadi dalam 8 hari sesudah
onset.
3. Keadaan semakin memberat dalam waktu 10-12 hari.Titik nadir rata-rata terjadi dalam 8 hari sesudah
onset.
4. 40-60% penderita sebelumnya menunjukan gejala-gejala seperti “flu”,ISPA.Dapat juga didahului oleh
penyakit-penyakit virus lain (seperti Sitomegalovirus.Virus Epstein Barr,HIV) dan radang usus oleh
Compylobacter jejenum
5. Gejala-gejala umum didahului dengan parestesia dujari-jari kaki dan tangan.Dalam beberapa hari diikuti
dengan kelemahan oto yang sifatnya simetris bilateral,dimulai dari otot-otot ekstermitas bawah kemudian
ke otot-otot tubuh ekstermitas atas,wajah dan orofaring
6. 30% kasus disertai kelemahan otot-otot wajah (facial diplegi)
7. Reflek-reflek tendon dalam (fisiologis) menurun atau menghilang
8. Pada kasus berat disertai dengan kelemahan otot-otot untutk pernapasaan,menelan dan ektraokuler
9. Sering juga dengan keluhan nyeri dalam bentuk nyeri iskialgia,nyeri pingggang dan nyeri punggung
10. Gangguan sistem autonom berupa gangguan denyut jantung,irama jantung dan tekan darah
Kriteria diagnosa
Umum dipakai adalah criteria dari National Institute of
Neurological and Communicative Disorder and Stroke (NINCDS), yaitu:
I. Ciri-ciri yang perlu untuk diagnosis:
Terjadinya kelemahan yang progresif
Hiporefleksi
II. Ciri-ciri yang secara kuat menyokong diagnosis SGB:
a. Ciri-ciri klinis:
Progresifitas: gejala kelemahan motorik berlangsung cepat,
maksimal dalam 4 minggu, 50% mencapai puncak dalam 2
minggu, 80% dalam 3 minggu, dan 90% dalam 4 minggu.
Relatif simetris
Gejala gangguan sensibilitas ringan
Gejala saraf kranial 50% terjadi parese N VII dan sering
bilateral. Saraf otak lain dapat terkena khususnya yang
mempersarafi lidah dan otot-otot menelan, kadang < 5% kasus
neuropati dimulai dari otot ekstraokuler atau saraf otak lain
Pemulihan: dimulai 2-4 minggu setelah progresifitas berhenti,
dapat memanjang sampai beberapa bulan.
Disfungsi otonom. Takikardi dan aritmia, hipotensi postural,
hipertensi dangejala vasomotor.
Tidak ada demam saat onset gejala neurologis
b. Ciri-ciri kelainan cairan serebrospinal yang kuat menyokong diagnosa:
Protein CSS ( Cairan Serebrospinal ) Meningkat setekah gejala 1 minggu pertama dari timbulnya gejala
atau antara punksi pertama dan kedua pada punksi serial
Jumlah sel CSS < 10 MN/mm3
Varian:
o Tidak ada peningkatan protein CSS setelah 1 minggu
gejala
o Jumlah sel CSS: 11-50 MN/mm3
c. Gambaran elektrodiagnostik yang mendukung diagnosa:
Perlambatan konduksi saraf bahkan blok pada 80% kasus.
Biasanya kecepatan hantar kurang 60% dari normal
Pemerikasaan Penunjang
@ Elektrolit
Syndrom of inapproprite antidiuretic hormone (SIADH ) terjadi pada beberapa pasien GBS
Serum dan osmolaritas urin merupakan indikasi jika SIADH dicurigai
@ Tes fungsi liver meningkat pada 1 dari 3 pasien
@ Tes kehamilan ( kehamilan mungkin dapat menjadi pemicu )
@ Lumbal pungsi dan analisa cairan serebrospinal
kebanyakan,Namur tidak semua pasien mengalami peningkatan kadar serebrospinal ( >400 mg/L )
tanpa peningkatan jumlah sel
Peningkatan protein dengan tekanan normal dan tanpa leukosit dicurigai berhubungan dengan
infeksi HIV
@ Antibody screen
Mungkinterdapat antibody terhadap saraf perifer dan saraf pusat
Pasien dengan Miller-Fisher varian mungkin memiliki antibody GQ1b
Pasien yang mempunyai antibody subtype GMI mungkin memiliki prognosis yang buruk
@ Electrocardiogram
Banyak abnormalisasi yang berbeda dapat terlihat pada EGC termasuk second-degree and
atrioventricular (AV) block,abnormalisasi gelombang T,depresi ST,pelebaran QRS dan berbagai
macam kekacauan ritme
Diagnosa Banding
Gejala klinis SGB biasanya jelas dan mudah dikenal sesuai dengan kriteria
diagnostik dari NINCDS, tetapi pada stadium awal kadang-kadang harus dibedakan
dengan keadaan lain, seperti:
Mielitis akuta
Poliomyelitis anterior akuta
Porphyria intermitten akuta
Polineuropati post difteri
Penatalaksanaan Non Medikamentosa
Perawatan pre hospital
1. ABC,IV,oksigen dan membantu ventilasi
2. Monitor cardiac arrytmias
3. Pindahkan segera ke Rumah Sakit
Perawatan darurat
1. ABC,IV<oksigen membantu ventilasi
2. Intubasi pada harus dilakukan pada pasien yang mengalami perkembangan kearah
gagal nafas.Indikasi klinik untuk intubasi adalah hipoksia,kemenduran yang cepat dari
fungsi respiras,batuk,aspirasi.Secara umum intubasi diindikasikan ketika FCV kurang
dari 15 mL/Kg
3. Pasien memiliki atau disangka GBS harus dimonitor secara terpadu
4. perubahan tekanan darah,heart rate dan aritma lainnya.
º Perawatan jarang diperlukan pada takikardi
º Atropin direkomendasikan untuk symptomatic
bradycardia
º Karena labilitas dysautonomia,hypertensio merupakan
perawatan terbaik dengan short-acting agents,seperti be
ta-blocker atau nitropuside
º Hypotension dari dysautonomia biasanya memberi res
pon pada aliran IV dan posisi supinasi
Perawatan Hospitalis
Monitor status neurologis dan fungsi pernafesan pasien setiap hari atau lebih sering
pemeriksaan neurologis dan pengukuran kapitas vital dan tekanan inspirasi maksimal setiap 4-6 jam.
* Intubasi
Indikasi intubasi adalah pada :
1. Meningkatkatkan egagalan respirasi seiring melemahnya otot pernafasan ( kapasitas
vital berkurang sampai 25-30% )
2. Aspirasi ( kelemahan otot faring )
3. Retensi sekret ( batuk yang tidak efektif )
Membersihkan sekret
Terapi pada dada harus dilakukan sejak awal.Menyedot sekret jalan nafas sangat penting dan
dilakukan dengan steril.
Pertukaraan plasma
Pertukaran plasma dapat memperpendek durasi ketargantungan pada
respirator,mempercepat penyembuhan. Itu mungkin lebih efektif jika dimulai selama seminggu
pertama sejak onset kelemahan.
B. Penatalaksanaan Medikamentosa
1. Intravenous immuneglobulin 0,4 g/kg/d IV selama 5 hari untuk dewasa, dosis tinggi immunoglobulin
dapat memblok keruksakan antibody dalam darah,dimana itu berperan menjadi GBS.
2. Heparin dengan BM rendah yang terfraksi : Enoxaparin ( Lovenox )
3. Kortikosteroid
C. Rehabilitasi Medik
1. Fisiotorapi :
º Alih baring dan peregangan otot untuk mencegah kekakuan juga untuk mencegah terjadinya
ulkus dekubitus
º ROM exercise ( latihan lingkup gerak sendi ) secara pasif dan aktif untuk alat gerak atas dan
bawah
º Latihan pernafasaan
º Latihan dengan tahanan terhadap kelompok otot-otot besar
º Ambulasi dimulai dengan duduk,berdiri dan berjalan dengan menggunakan parallel bar
2. Terapi Okupasi :
º Cara tidur benar yaitu dengan menggamjal kedua anggota gerak bawah untuk mencegah
terjadinya drop foot
º Mencegah penggunaan otot persendian berlebihan sehingga dapat menimbulkan kelelahan
3. Ortotik dan Prostetika
Balutan untuk menyokong dorsofleksi kaki dan kepala lutut dipakai splint temporer,kemudian a
light spring wire brace untuk drop foot jika diperlukan
4. Psikososial
Memberitahukan keluarga tentang prognosis penyakit dan mengajak keluarga untuk menjalankan
program terapi bersama tim medis untuk mencapai hasil maksimal
Meningkatkan gizi penderita dan menghindari infeksi
Melakukan evaluasi psikologi secara teratur terhadap penderita
D. Program Rehabilitasi Medik yang Intensif dan Benar pada SGB
1. Stadium akut
Pada stadium ini penderita menunjukan otot yang komplit atau sedang berjalan.Sasaran rehabilitasi
Medik :
a. Memelihara luas gerak sendi ( mencegah kekakuan otot )
º
Terapi
Pada sebagian besar penderita dapat sembuh sendir. Pengobatan secara
umum bersifat simtomik. Meskipun dikatakan bahwa penyakit ini dapat sembuh
sendiri, perlu dipikirkan waktu perawatan yang cukup lama dan angka kecacatan
(gejala sisa) cukup tinggi sehingga pengobatan tetap harus diberikan. Tujuan terapi
khusus adalah mengurangi beratnya penyakit dan mempercepat penyembuhan
melalui sistem imunitas (imunoterapi).
Plasmaparesis
Plasmaparesis atau plasma exchange bertujuan untuk mengeluarkan fakt
autoantibodi yang beredar. Pemakain plasmaparesis pada SGB memperlihatkan hasil
yang baik, berupa perbaikan klinis yang lebih cepat, penggunaan alat bantu nafas
yang lebih sedikit, dan lama perawatan yang lebih pendek. Pengobatan dilakukan
dengan mengganti 200-250 ml plasma/kg BB dalam 7-14 hari. Plasmaparesis lebih
bermanfaat bila diberikan saat awal onset gejala (minggu pertama).
Pengobatan imunosupresan:
1. Imunoglobulin IV
Pengobatan dengan gamma globulin intervena lebih menguntungkan
dibandingkan plasmaparesis karena efek samping/komplikasi lebih ringan. Dosis
maintenance 0.4 gr/kg BB/hari selama 3 hari dilanjutkan dengan dosis
maintenance 0.4 gr/kg BB/hari tiap 15 hari sampai sembuh.
2. Obat sitotoksik
Pemberian obat sitoksik yang dianjurkan adalah:
6 merkaptopurin (6-MP)
azathioprine
cyclophosphamid
Efek samping dari obat-obat ini adalah: alopecia, muntah, mual dan sakit
kepala.
Prognosa
Pada umumnya penderita mempunyai prognosa yang baik tetapi pada
sebagian kecil penderita dapat meninggal atau mempunyai gejala sisa. 95% terjadi
pada pemeriksaan NCV-EMG relatif normal
mendapat terapi plasmaparesis dalam 4 minggu mulai saat onset
progresifitas penyakit lambat dan pendek
pada penderita berusia 30-60 tahun