Upload
rapika-tanti
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teripang
Salah satu potensi biota laut Indonesia adalah teripang dengan nama
lain teat fish, sea cucumber, dan ginseng laut. Teripang merupakan salah satu
anggota hewan berkulit duri (Echinodermata), yang memiliki tubuh lunak,
berdaging, dan berbentuk silindris memanjang (Martoyo, dkk., 2000). Teripang
dapat ditemukan hampir diseluruh perairan, mulai dari daerah pasang surut yang
dangkal sampai perairan yang lebih dalam. Teripang lebih menyukai perairan
yang jernih dan airnya relatif tenang. Umumnya masing-masing jenis memiliki
habitat yang spesifik. Misalnya teripang putih banyak ditemukan di daerah yang
berpasir atau pasir bercampur lumpur pada kedalaman 1-40 m, penyebaran
teripang di Indonesia sangat luas. Beberapa daerah penyebaran antara lain
meliputi perairan pantai Madura, Jawa timur, Bali, Sumba, Lombok, Aceh,
Bengkulu, Bangka, Riau dan sekitarnya, Belitung, Kalimantan, Sulawesi, Maluku,
Timor, dan kepulauan seribu (Martoyo, 2000).
Teripang (Holothuroidea) merupakan salah satu hewan laut yang
termasuk dalam phylum Echinodermata. Hewan tersebut merupakan golongan
yang paling banyak dijumpai, mulai dari paparan terumbu karang, pantai berbatu
atau berlumpur, di laut dalam, bahkan di palung laut yang terdalam sekalipun.
Pada umumnya teripang pemakan deposit pasir yang penting di daerah coral reef
(Kurnia, 2008). Makanan utama teripang adalah organisme-organisme mikro,
detritus (sisa-sisa pembusukan bahan organik), diatomea, protozoa, nematodae,
algafilamen, kopepoda, ostrakoda, dan rumput laut (Martoyo, dkk., 2000).
2.1.1 Klasifikasi Teripang Pasir
Secara garis besar klasifikasi dari teripang pasir adalah sebagai berikut :
Filum : Echinodermata
Sub filum : Echinozoa
Kelas : Holothuroidea
Sub kelas : Apidochirotacea
Bangsa : Aspidochirotida
Keluarga : Holothuridae
Marga : Holothuria
Jenis : Holothuria scabra
Gambar. Teripang pasir (Holothuria scabra) Martoyo, dkk., 2000)
2.1.2 Morfologi Teripang
Bentuk tubuh teripang adalah silindris memanjang seperti mentimun.
Tubuhnya terbagi dalam lima bagian yang sama, memanjang dari mulut sampai
anus. Tubuh teripang umumnya berbentuk bulat panjang silindris sekitar 10-30
cm, dengan mulut pada salah satu ujungnya dan dubur pada ujung yang lain
(Rodriguez, et al,. 2000).
Ukuran teripang adalah berkisar antara 30-50 cm dan mempunyai
daerah penyebaran yang luas pada berbagai habitat laut. Hidupnya sering
berkelompok pada daerah yang berpasir ataupun daerah yang berlumpur. Teripang
dapat dijumpai mulai daerah pasang surut sampau laut dalam (Kustiariyah, 2006).
Ciri umum teripang yaitu, tidak mempunyai lengan, tiga ambulakral
dengan podia yang tumbuh baik terletak di bagian ventral dan dua daerah
ambulakral di bagian sebelah dorsal yang podianya tereduksi. Mulut yang terletak
di ujung depan biasanya dikelilingi oleh sejumlah tentakel sebagai alat bantu
makan dan respirasi. Tubuh teripang biasanya hitam, coklat, hijau muda, sedikit
yang berwarna merah muda, oranye, violet dan jarang yang bergaris-garis
(Kustiariyah, 2006).
Ciri khas teripang adalah tubuhnya lunak, berdaging karena osicula
yang tertanam dalam kulitnya sebagai rangka dalam yang tereduksi ukurannya
menjadi mikroskopis (Farouk, et al., 2007).
2.1.3 Habitat Teripang
Teripang umumnya menempati ekosistem terumbu karang dengan
perairan yang jernih, bebas dari polusi, air relatif tenang dengan mutu air cukup
baik. Habitat yang ideal bagi teripang adalah air laut dengan salinitas 29-33 ‰
yang memiliki kisaran pH 6,5-8,5, kecerahan air 50-150 cm, kandungan oksigen
terlarut 4-8 ppm dan suhu air laut 20-25ºC (Albuntana, et al., 2001).
Teripang ditemukan hampir di seluruh perairan pantai mulai dari daerah
pasang surut yang dangkal sampai perairan yang dalam. Teripang biasanya hidup
di daerah berpasir yang bercampur pecahan karang dan banyak ditumbuhi
tumbuhan laut atau lamun. Menurut Martoyo (2000) masing-masing jenis teripang
memiliki habitat yang spesifik, misalnya habitat teripang susu dapat ditemukan di
daerah yang berpasir atau pasir campur lumpur di kedalaman 1 - 40 m, tapi lebih
sering ditemukan diperairan dangkal yang di tumbuhi lamun sedangkan teripang
koro dan teripang pandan banyak ditemukan diperairan yang lebih dalam.
2.1.4 Manfaat Teripang
Menurut Matraga (2005) teripang sudah ratusan tahun digunakan
sebagai obat-obatan di Cina. Teripang mengandung bahan bioaktif (antioksidan)
yang berfungsi mengurangi kerusakan sel jaringan tubuh. Hasil penelitian
Kaswandi dkk, (2000) menunjukkan bahwa ekstraksi komponen antibakteri dari
teripang (H.acabunda) cukup efektif menghambat pertumbuhan bakteri
Escherichia coli, Vibrio amsela. Ekstrak teripang juga menunjukkan aktifitas
antiprotozoa dan menghambat sel tumor. Serta juga sebagai penyembuh luka dan
antithrombotik yaitu untuk mengurangi pembekuan darah didalam saluran darah
sehingga dapat mengurangi resiko penyakit stroke dan jantung (Farouk et al.,
2007). Bagian hewan yang digunakan mencakup seluruhnya. Jenis teripang yang
paling banyak ditemukan di Indonesia adalah teripang pasir (Holothuria scabra)
dengan tingkat penyebaran mencapai 38,86 %.
2.1.5 Sistem Pencernaan Teripang
Sistem pencernaan pada semua kelompok teripang dibangun oleh unit
yang sama, yaitu terdiri atas mulut, faring, esofagus, lambung, usus, rektum,
kloaka, dan anus (Kaswandi, dkk., 2000).
Teripang merupakan deposit feeder atau pemakan endapan dan
suspension feeder atau pemakan materi tersuspensi. Pada umumnya teripang
bersifat nokturnal yaitu aktif mencari makan pada malam hari dan
menyembunyikan diri pada siang hari. Aktifitas makan teripang berada dalam 2
kelompok yaitu teripang yang selalu diam pada permukaan pasir tapi selalu makan
setiap saat dan Teripang yang bergerak dengan volume makan 2-3 kali sehari, sisa
waktunya digunakan berlindung dengan menggali dipermukan pasir atau
berlindung di bawah karang (Kurnia, 2008).
2.1.6 Daur Hidup dan Reproduksi
Teripang hidup di alam terdiri atas dua fase yaitu sebagai planktonik
dan bentik, planktonik hidup melayang-layang di air, pada masa larva yaitu stadia
aurikularia hingga diolaria, sedangkan sebagai bentik hidup melekat pada substrat
atau benda lain pada stadia penctactula hingga menjadi teripang dewasa (Matraga,
2005).
Gambar. Siklus Hidup Teripang di Perairan
Keterangan:
1.Tahapan gastrula
2.Larva auricularia
3.Larva gastrula
4.Larva doliolaria
5.Larva pentactula
Alur perkembangan tidak langsung: Telur yang telah dibuahi 1-2-4-5-larva-
dewasa
Alur Perkembangan langsung : Telur yang telah dibuahi 1-3-4-5- larva-dewasa
Teripang bersifat dioceos atau gonochoristic yaitu adanya individu
jantan dan betina namun tidak terlihat adanya dimorfisma kelamin, perbedaan
hanya terlihat dengan melakukan pengamatan terhadap gonadnya. Perkawinan
teripang biasanya berlangsung secara eksternal atau di luar tubuh. Sel telur dan
sperma masing-masing dihasilkan oleh individu jantan dan betina dengan cara
disemprotkan. Telur yang sudah dibuahi akan menetas beberapa hari kemudian
setelah menjadi larva akan turun dan berada di dasar perairan sampai menjadi
juvenile (Martoyo, 2000).
Gambar. Proses Terjadinya Reproduksi Teripang Sampai Menjadi Larva (searah
jarum jam) (Martoyo et al. 2000)
Teripang umumnya memijah pada perairan di sekitar lingkungan
tempat hidupnya. Aktifitas gonad teripang berkaitan dengan pola musiman di
daerah setempat sehingga pemijahan Teripang terjadi sepanjang tahun.
Walaupun Teripang yang ada di daerah tropis memijah sepanjang
tahun, akan tetapi ada puncak pemijahan yang hanya terjadi beberapa bulan dalam
setahun. Terjadinya awal matang gonad sampai matang gonad terjadi pada bulan
April, November dan September. Siklus reproduksi tersebut dipengaruhi oleh
faktor eksternal, yaitu suhu dan perubahan salinitas, karena masuknya air tawar
sewaktu musim hujan berlangsung dapat menyebabkan pemijahan pada teripang
dan organisme laut tropis lainnya (Kurnia, 2008).
2.2 Asam Urat
Asam urat adalah produk akhir atau produk buangan yang dihasilkan
dari metabolisme/pemecahan purin. Asam urat sebenarnya merupakan antioksidan
dari manusia dan hewan, tetapi bila dalam jumlah berlebihan dalam darah akan
mengalami pengkristalan dan dapat menimbulkan gout. Asam urat mempunyai
peran sebagai antioksidan bila kadarnya tidak berlebihan dalam darah, namun bila
kadarnya berlebih asam urat akan berperan sebagai prooksidan (Bangun, 2010).
Secara umum asam urat adalah sisa metabolisme zat purin yang berasal
dari makanan yang kita konsumsi. Purin sendiri adalah zat yang terdapat dalam
setiap bahan makanan yang berasal dari tubuh makhluk hidup. Dengan kata lain,
dalam tubuh makhluk hidup terdapat zat purin ini, lalu karena kita memakan
makhluk hidup tersebut, maka zat purin tersebut berpindah ke dalam tubuh kita.
Berbagai sayuran dan buahbuahan juga terdapat purin. Purin juga dihasilkan dari
hasil perusakan sel-sel tubuh yang terjadi secara normal atau karena penyakit
tertentu (Dewi, 2009).
Asam urat merupakan sebutan orang awan untuk rematik pirai (gout
artritis). Selain osteoartritis, asam urat merupakan jenis rematik artikuler
terbanyak yang menyerang penduduk indonesia. Penyakit ini merupakan
gangguan metabolik karena asam urat (uric acid) menumpuk dalam jaringan
tubuh, yang kemudian dibuang melalui urin. Pada kondisi gout, terdapat timbunan
atau defosit kristal asam urat didalam persendian. Selain itu asam urat merupakan
hasil metabolisme normal dari pencernaan protein (terutama dari daging, hati,
ginjal, dan beberapa jenis sayuran seperti kacang dan buncis) atau dari penguraian
senyawa purin yang seharusnya akan dibuang melalui ginjal, feses, atau keringan
(Utami, 2009).
2.2.1 Sifat dan struktur kimia asam urat
Asam urat merupakan asam lemah dengan pKa 5,8. Asam urat
cenderung berada di cairan plasma ekstraselular. Sehingga membentuk ion urat
pada pH 7.4. ion urat mudah disaring dari plasma. Kadar urat di darah tergantung
usia dan jenis kelamin. Kadar asam urat akan meningkat dengan bertambahnya
usia dan gangguan fungsi ginjal (Setyoningsih, 2009).
Di bawah mikroskop kristal urat menyerupai jarum - jarum renik yang
tajam, berwarna putih, dan berbau busuk.
2.2.2 Kadar Normal Asam Urat
Kadar asam urat normal menurut tes enzimatik maksimum 7 mg/dl.
Sedangkan pada teknik biasa, nilai normalnya maksimum 8 mg/dl. Bila hasil
pemeriksaan menunjukkan kadar asam urat melampaui standar normal itu,
penderita dimungkinkan mengalami hiperurisemia. Kadar asam urat normal pada
pria dan perempuan berbeda. Kadar asam urat normal pada pria berkisar 3 – 7
mg/dl dan pada perempuan 2,5–6 mg/dl. Kadar asam urat diatas normal disebut
hiperurisemia (Helmi, 2012).
Kadar asam urat dapat diketahui melalui hasil pemeriksaan darah dan
urin. Nilai rujukan kadar darah asam urat normal pada laki-laki yaitu 3.6 - 8.2
mg/dl sedangkan pada perempuan yaitu 2.3 - 6.1 mg/dl (Damayanti, 2012).
2.2.3 Patofisiologi
Hiperurisemia (konsentrasi asam urat dalam serum yang lebih besar
dari 7,0 mg/dl) dapat menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat.
Peningkatan atau penurunan kadar asam urat serum yang mendadak
mengakibatkan serangan gout. Apabila kristal urat mengendap dalam sebuah
sendi, maka selanjutnya respon inflamasi akan terjadi dan serangan gout pun
dimulai. Apabila serangan terjadi berulang-ulang, mengakibatkan penumpukan
kristal natrium urat yang dinamakan tofus akan mengendap dibagian perifer tubuh
seperti ibu jari kaki, tangan, dan telinga (Damayanti, 2012).
Pada kristal monosodium urat yang ditemukan tersebut dengan
imunoglobulin yang berupa IgG. Selanjutnya imunoglobulin yang berupa IgG
akan meningkat fagositosis kristal dengan demikian akan memperlihatkan
aktivitas imunologik (Setyoningsih, 2009).
2.2.4 Penyebab Asam Urat
Menurut (Ahmad, 2011) penyebab asam urat yaitu :
a. Faktor dari luar
Penyebab asam urat yang paling utama adalah makanan atau faktor dari luar.
Asam urat dapat meningkat dengan cepat antara lain disebabkan karena nutrisi
dan konsumsi makanan dengan kadar purin tinggi (Bangun, 2010).
b. Faktor dari dalam
Adapun faktor dari dalam adalah terjadinya proses penyimpangan metabolisme
yang umumnya berkaitan dengan faktor usia, dimana usia diatas 40 tahun atau
manula beresiko besar terkena asam urat. Selain itu, asam urat bisa disebabkan
oleh penyakit darah, penyakit sumsum tulang dan polisitemia, konsumsi obat –
obatan, alkohol, obesitas, diabetes mellitus juga bisa menyebabkan asam urat
(Bangun, 2010).
2.2.5 Tanda dan Gejala
Kadar asam urat darah yang tinggi dapat menyebabkan kesemutan,
pegal-pegal, linu-linu, persendian terasa kaku, nyeri sendi, rematik asam urat,
sampai pada penyakit jantung dan tekanan darah tinggi. Rasa ngilu biasanya
dirasakan di kaki kanan dan tangan kiri. Jika sudah menyerang tangan kiri, rasa
ngilu itu akan terus merambat ke bahu dan leher (Dewi, 2009).
Pada gout biasanya serangan terjadi secara mendadak (kebanyakan
menyerang pada malam hari). Jika gout menyerang sendisendi yang terserang
tampak merah, mengkilat, bengkak, kulit diatasnya terasa panas disertai rasa nyeri
yang hebat, dan persendian sulit digerakan (Helmi, 2012).
Gejala lain adalah suhu badan menjadi demam, kepala terasa sakit,
nafsu makan berkurang, dan jantung berdebar. Serangan pertama gout pada
umumnya berupa serangan akut yang terjadi pada pangkal ibu jari kaki. Namun,
gejala-gejala tersebut dapat juga terjadi pada sendi lain seperti tumit, lutut dan
siku. Dalam kasus encok kronis, dapat timbul tofus (tophus), yaitu endapan seperti
kapur pada kulit yang membentuk tonjolan yang menandai pengendapan kristal
asam urat (Damayanti, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Albuntana, Yasman, W., Wisnu. 2001. Uji Toksisitas Ekstrak Empat Jenis Teripang Suku Holothuridae Dari Pulau Penjaliran Timur, Kepulauan Seribu, Jakarta, Menggunakan Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Jakarta: Universitas Indonesia.
Bangun, A. 2010. Pengobatan Ajaib untuk Rematik dan Asam Urat. Bandung: Indonesia Publishing House.
Damayanti, D. (2012). Panduan Lengkap Mencegah dan Mengobati Asam Urat. Yogyakarta : Penerbit.
Dewi, Ni Wayan (2009). Hubungan Pengetahuan Masyarakat tentang Asam Urat dengan Praktik Pencegahan dan Perencanaan Perawatan Asam Urat di Rw 02 Kelurahan Pangkalan Jati Kecamatan Limo Depok Tahun 2009. Laporan Hasil Penelitian. Jakarta: Universitas Pembangunan Nasional Veteran.
Farouk A.E., Ghouse F.A.H., Ridzwan B.H , 2007. New Bacterial Species Isolated from Malaysian Sea Cucumbers with Optimized Secreted Antibacterial Activity. American Journal of Biochemistry and Biotechnology 3 (2): 60-65
Helmi, Zairin Noor. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Kaswandi MA, Lian HH, Nurzakiah S, Ridzwan BH, Ujang S, Samsudin MW, Jasnizat S and Ali AM. 2000. Crystal Saponin From Three Sea Cucumber Genus and Their Potential As Antibacterial Agents. 9th Scientific Conference Electron Microscopic Society. 12-14 Nov. 2000, Kota Bharu, Kelantan. 273—276.
Kurnia, H.D. 2008. Kajian Ekstraksi Steroid Teripang Pasir (Holothuria scabra) Sebagai Sumber Testosteron. Bandung: Institut Pertanian Bogor.
Kustiariyah. 2006. Isolasi dan Uji Aktivitas Biologis Senyawa dari Teripang Pasir (Holothuria scabra) Sebagai Aproksida Alami. Thesis. Sekolah Pasca Sarjana. Bogor: Insitut Pertanian Bogor.
Martoyo J, Aji N dan Winanto Tj. 2000. Budidaya Teripang. Jakarta: Penebar Swadaya.
Matraga, V. 2005. Echinodermata; Progress In Molecular and Subcellular Biology Springer. Jerman
Rodriguez E., Gonzales M., Caride B., Lamas M.A., Taboada M.C., 2000. Nutritional Value Of Holothuria Forskali Protein And Effects On Serum Lipid Profile In Rats. J. Physiol. Biochem. 58(1):39-44
Setyoningsih., Rini. 2009.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hiperurisemia pada Pasien Rawat Jalan RSUP Dr.Kariadi Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Utami, Prapti, dkk. 2009. Solusi Sehat Asam Urat dan Rematik.Jakarta: Agromedia Pustaka.