43
EKSTRAKSI KOMPONEN BIOKATIF DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAUN LINDUR (Bruguiera gymnorrhiza) SITI HAZAR DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

thp 2014 skripsi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

THP IPB

Citation preview

Page 1: thp 2014 skripsi

EKSTRAKSI KOMPONEN BIOKATIF DAN AKTIVITAS

ANTIOKSIDAN DAUN LINDUR (Bruguiera gymnorrhiza)

SITI HAZAR

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: thp 2014 skripsi
Page 3: thp 2014 skripsi

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ekstraksi Komponen

Bioaktif dan Aktivitas Antioksidan Daun Lindur (Bruguiera gymnorrhiza) adalah

benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, April 2014

Siti Hazar

NIM C34100051

Page 4: thp 2014 skripsi

ii

Page 5: thp 2014 skripsi

iiii

ABSTRAK

SITI HAZAR. Ekstraksi Komponen Bioaktif dan Aktivitas Antioksidan Daun

Lindur (Bruguiera gymnorrhiza). Dibimbing oleh NURJANAH dan AGOES

MARDIONO JACOEB.

Lindur merupakan tanaman mangrove yang telah banyak dimanfaatkan

sebagai obat, namun informasi mengenai senyawa obat dan potensi antioksidan

yang terkandung didalamnya masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk

menentukan komponen bioaktif dan aktivitas antioksidan daun lindur. Daun lindur

segar memiliki kadar air sebesar 54,91%, abu 4,49%, lemak 1,87%, protein

4,45%, dan serat kasar 8,67% sedangkan daun lindur kering memiliki kadar air

sebesar 9,78%, abu 8,19%, lemak 3,90%, protein 9,78%, dan serat kasar 18,05%.

Rendemen tertinggi yaitu pada ekstrak metanol (15,79%), diikuti ekstrak etil

asetat (2,85%), dan n-heksana (1,53%). Komponen bioaktif pada ekstrak daun

lindur yaitu flavonoid, fenol hidrokuinon, tanin, saponin, dan streoid. Aktivitas

antioksidan tertinggi yaitu pada ekstrak metanol dengan nilai IC50 sebesar

81,11 ppm, sedangkan aktivitas terendah pada ekstrak n-heksana dengan nilai IC50

815,67 ppm. Kadar total fenolik ekstrak n-heksana sebesar 12,41 mg GAE/g

ekstrak; ekstrak etil asetat 97,57 mg GAE/g ekstrak; dan ekstrak metanol sebesar

30,07 mg GAE/g ekstrak.

Kata kunci : antioksidan, bioaktif, Bruguierra gymnorrhiza, daun.

ABSTRACT

SITI HAZAR. Extraction Bioactive Compound and Antioxidant Activity of

Lindur Leave (Bruguiera gymnorrhiza). Supervised by NURJANAH and AGOES

MOERDIONO JACOEB.

Lindur are mangrove plants that has been widely used as drug, yet

informations on potential drug compounds and antioxidants contained in lindur

were still limited. This study aimed to determine of bioactive compound and

antioxidant activity of lindur leave. The result showed that lindur fresh leaves had

a moisture content 54.91%, ash 4.49%, fat 1.87%, protein 4.45%, and crude fiber

8.67%. Lindur dried leaves had moisture content 9.78%, ash 8.19%, fat 3.90%,

protein 9.78%, and crude fiber content 18.05%. The methanol extract had the

highest yield (15.79%) compared to the ethyl acetate extract (2.85%), and

n-hexane (1.53%). Bioactive compound found in lindur lindur leave extract was

flavonoid, phenol hidroquinon, tannin, saponin, dan streoid. Methanol extract

showed the highest antioxidant activity with IC50 values of 81.11 ppm, while the

n-hexane extract showed the lowest activity with IC50 values of 815.67 ppm. Total

phenolic extracts of n-hexane 12.41 mg GAE/g extract, ethyl acetate 97.57 mg

GAE/g extract, and methanol 30.07 mg GAE/g extract.

Keywords : antioxidant, bioactive, Bruguierra gymnorrhiza, leave.

Page 6: thp 2014 skripsi

iv

Page 7: thp 2014 skripsi

iiii

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk

kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak

merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

Page 8: thp 2014 skripsi

vi

Page 9: thp 2014 skripsi

iiii

EKSTRAKSI KOMPONEN BIOKATIF DAN AKTIVITAS

ANTIOKSIDAN DAUN LINDUR (Bruguiera gymnorrhiza)

SITI HAZAR

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan pada

Departemen Teknologi Hasil Perairan

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 10: thp 2014 skripsi

viii

Page 11: thp 2014 skripsi

iiii

Judul Skripsi : Ekstraksi Komponen Bioaktif dan Aktivitas Antioksidan Daun

Lindur (Bruguiera gymnorrhiza)

Nama : Siti Hazar

NIM : C34100051

Program Studi : Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Nurjanah, MS Dr Ir Agoes Mardiono Jacoeb, Dipl.-Biol.

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Joko Santoso, M.Si

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 12: thp 2014 skripsi

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat

dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan September 2013 hingga Januari 2014 dengan judul

Ekstraksi Komponen Bioaktif dan Aktivitas Antioksidan Daun Lindur (Bruguiera

gymnorrhiza). Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penulisan skripsi, terutama kepada :

1. Prof Dr Ir Nurjanah, MS dan Dr Ir Agoes Mardiono Jacoeb, Dipl.-Biol.

selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahannya.

2. Dra. Ela Salamah, M.Si selaku dosen penguji atas arahannya.

3. Dr Ir Iriani Setyaningsih, M.Si selaku Ketua Program Studi Teknologi Hasil

Perairan.

4. Dr Ir Joko Santoso M.Si selaku Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan.

5. Ayah Sutrisno dan Ibu Lie Kui Lian serta kakak dan adik Maria Ulfa, Arief

Rahman dan Annisa Rahman atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya

kepada penulis.

6. Staf dosen dan administrasi Departemen Teknologi Hasil Perairan.

7. Staf Laboratorium Departemen Teknologi Hasil Perairan

8. Staf Laboratorium Pusat Studi LPPM Biofarmaka IPB

9. Staf Laboratorium Kimia Analitik, FMIPA, IPB

10. Staf Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU) IPB.

11. Keluarga besar THP 47, terima kasih atas hari-hari menyenangkannya.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penulisan skripsi ini

yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat dijadikan acuan para pembaca

dalam melakukan penelitian lanjutan mengenai daun lindur dimasa yang akan

datang.

Bogor, April 2014

Siti Hazar

Page 13: thp 2014 skripsi

i

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL .............................................................................................. ii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ii

PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

Latar Belakang ................................................................................................. 1

Perumusan Masalah ......................................................................................... 2

Tujuan Penelitian ............................................................................................. 2

Manfaat Penelitian ........................................................................................... 2

Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................... 2

METODE PENELITIAN ................................................................................... 3

Waktu dan Tempat ........................................................................................... 3

Bahan dan Alat ................................................................................................ 3

Tahapan Penelitian ........................................................................................... 3

HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 9

Kandungan Gizi Daun Lindur (B. gymnorrhiza) ............................................. 9

Rendemen Ekstrak Kasar Daun Lindur ........................................................... 11

Komponen Bioaktif Ekstrak Kasar Daun Lindur ............................................ 12

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kasar Daun Lindur ......................................... 14

Kadar Total Fenol Ekstrak Kasar Daun Lindur ............................................... 17

KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 19

Kesimpulan ...................................................................................................... 19

Saran ................................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 19

LAMPIRAN ..................................................................................................... 23

Page 14: thp 2014 skripsi

ii

DAFTAR TABEL

1 Komposisi kimia daun lindur ........................................................................ 9

2 Komponen bioaktif ekstrak kasar daun lindur ............................................... 12

3 Kadar total fenol ekstrak daun lindur ............................................................ 17

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir tahapan penelitian ..................................................................... 4

2 Rendemen ekstrak kasar daun lindur ............................................................. 11

3 Hubungan konsentrasi vitamin C dengan persen inhibisinya ........................ 14

4 Hubungan konsentrasi ekstrak dengan persen inhibisinya ............................ 15

5 Nilai IC50 rata-rata ekstrak kasar daun lindur dan vitamin C ........................ 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Daun lindur (Bruguiera gymnorrhiza) ......................................................... 24

2 Contoh perhitungan analisis proksimat daun lindur ..................................... 24

3 Contoh perhitungan rendemen ekstrak ......................................................... 25

4 Hasil uji ANOVA rendemen ekstrak ............................................................ 25

5 Hasil uji Duncan rendemen ekstrak .............................................................. 26

6 Contoh perhitungan % inhibisi dan IC50 ....................................................... 26

7 Hasil uji ANOVA aktivitas antioksidan ekstrak .......................................... 27

8 Hasil uji Duncan aktivitas antioksidan ekstrak ............................................... 27

9 Contoh perhitungan total fenol dan kurva standar .......................................... 27

Page 15: thp 2014 skripsi

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masyarakat modern cenderung memiliki gaya hidup yang serba cepat dan

instan, termasuk dalam hal pola makan. Pola makan yang tidak tepat akan

menyebabkan akumulasi radikal bebas jangka panjang di dalam tubuh. Radikal

bebas dapat disebabkan oleh hasil metabolisme tubuh dan luar tubuh misalnya

asap rokok, polusi lingkungan, obat-obatan, pestisida, serta radiasi sinar

ultraviolet.

Metabolisme yang terjadi di dalam tubuh melibatkan proses oksidasi dan

reduksi. Proses oksidasi dapat menyebabkan terbentuknya suatu oksidan atau

radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Halliwel dan Gutteridge 2007). Radikal

bebas merupakan molekul yang tidak stabil karena memiliki elektron yang tidak

berpasangan pada orbital luarnya sehingga molekul ini dapat menyerang

makromolekul sel. Makromolekul yang terserang oleh radikal bebas dapat

mengalami oksidasi yang menyebabkan terjadinya kerusakan protein, DNA,

penuaan dini, kanker, serangan jantung, dan penyakit degeneratif lainnya

(Middleton et al. 2000). Radikal bebas dapat dihambat dengan antioksidan.

Antioksidan merupakan senyawa kimia yang dapat menyumbangkan

elektron yang dikandungnya kepada radikal bebas untuk menghambat atau

mencegah terjadinya oksidasi pada substrat yang mudah teroksidasi

(Middleton et al. 2000). Tubuh manusia secara alami memproduksi antioksidan

endogen yang mampu mengatasi efek radikal bebas, namun saat jumlah radikal

bebas meningkat dibutuhkan pasokan antioksidan dari luar (eksogen)

(Halliwel dan Gutteridge 2007). Antioksidan eksogen dapat diperoleh dalam

bentuk sintetik (buatan) atau secara alami. Antioksidan buatan misalnya asam

benzoat, BHA (Butylated Hydroxy Anisol), dan BHT (Butylated Hydroxy Toluene)

dapat menimbulkan efek samping pada kesehatan tubuh. Hasil penelitian

Andarwulan et al. (1996) menunjukkan bahwa BHA dan BHT dapat

menyebabkan tumor dan kerusakan hati dalam penggunaan jangka panjang.

Kekhawatiran terhadap efek samping tersebut yang menyebabkan sumber

antioksidan alami sangat potensial untuk dikembangkan.

Antioksidan alami dapat diperoleh dari buah-buahan atau tumbuh-

tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan mengandung senyawa metabolit sekunder berupa

fenolik yang memiliki kemampuan menghambat kerja radikal bebas

(Duenas et al. 2009). Salah satu tumbuhan yang potensial untuk dikembangkan

sebagai sumber antioksidan alami berasal dari ekosistem mangrove yaitu lindur

(Bruguiera gymnorrhiza).

Tanaman lindur ditemukan di wilayah tropis Pasifik dari Asia Tenggara,

Kepulauan Ryukyu, Mikronesia, dan Polinesia (Samoa) hingga wilayah subtropis

Australia. Tanaman lindur di Indonesia tersebar di daerah Jawa, Sumatera,

Kalimantan, Maluku, dan Bali (Duke dan James 2006). Buah lindur telah banyak

digunakan oleh masyarakat Tual di Kabupaten Sulawesi sebagai sumber

karbohidrat pengganti nasi ketika terjadi paceklik serta untuk mengobati penyakit

mata dan herpes (Haq et al. 2011). Kulitnya digunakan sebagai obat diare dan

malaria di Kepulauan Solomon (Allen dan Duke 2006), sedangkan daunnya

Page 16: thp 2014 skripsi

2

digunakan untuk mengobati luka bakar (Haq et al. 2011). Daun lindur diduga

mengandung komponen bioaktif yang sangat berguna bagi tubuh dan potensial

dijadikan sumber antioksidan alami karena telah banyak dimanfaatkan sebagai

obat tradisional di kalangan masyarakat, namun masih belum cukup informasi

untuk menjelaskan hal-hal tersebut secara ilmiah. Oleh karena itu, diperlukan

pengujian mengenai kandungan gizi, senyawa bioaktif, aktivitas antioksidan, dan

total fenol dari ekstrak daun lindur (B. gymnorrhiza) sebagai sumber antioksidan

alami.

Perumusan Masalah

Akhir-akhir ini penggunaan senyawa antioksidan berkembang dengan pesat

baik untuk makanan maupun pengobatan. Antioksidan yang banyak beredar di

masyarakat menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi kesehatan dalam

penggunaan jangka waktu yang lama. Hal tersebut yang mendorong pencarian

sumber antioksidan alami guna menggantikan peran antioksidan sintetik. Salah

satu bahan alami hasil perairan yang diduga memiliki kandungan antioksidan

adalah daun lindur (B. gymnorrhiza).

Hasil penelitian Khrueayu dan Pilantanapak (2012) menunjukkan adanya

aktivitas anti jamur pada ekstrak daun B. gymnorrhiza. Namun, pemanfaatan daun

lindur hingga saat ini belum optimal karena riset dan informasi ilmiah mengenai

daun lindur masih terbatas. Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengkaji lebih

banyak mengenai komponen bioaktif dan aktivitas antioksidan ekstrak daun lindur

berdasarkan pelarut yang digunakan pada ekstraksi bertingkat untuk

dikembangkan sebagai bahan baku pangan, nutraceutical, dan pharmaceutical.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk menentukan komponen bioaktif dan aktivitas

antioksidan daun lindur (B. gymnorrhiza).

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi

daun lindur sebagai komoditi hasil perairan yang memiliki aktivitas antioksidan.

Penelitian ini juga diharapkan mampu memperkaya nilai tambah terhadap potensi

lain dari tanaman mangrove.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah pengambilan sampel, preparasi sampel,

analisis proksimat, analisis senyawa bioaktif (fitokimia), analisis aktivitas

antioksidan, analisis total fenol, analisis data dan penulisan laporan.

Page 17: thp 2014 skripsi

3

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2013 hingga Januari

2014. Proses preparasi dan ekstraksi sampel dilakukan di Laboratorium

Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan. Analisis proksimat (kadar air, abu,

protein, dan lemak) dilakukan di Biokimia Hasil Perairan, Departemen Teknologi

Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Analisis serat kasar

dilakukan di Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU) IPB. Proses evaporasi

ekstrak dan analisis total fenol dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik,

Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Analisis

fitokimia dan aktivitas antioksidan ekstrak dilakukan di Laboratorium Pusat Studi

Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun lindur

(B. gymnorrhiza) tua (Lampiran 1) yang didapat dari Kawasan Konservasi

Mangrove di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Bahan lainnya yang digunakan

yaitu bahan untuk analisis proksimat, bahan untuk uji fitokimia, bahan untuk uji

aktivitas antioksidan dengan metode DPPH, dan bahan untuk uji kadar total fenol.

Bahan untuk analisis aktivitas antioksidan yaitu kristal 1,1-diphenyl-2-pycril

hydrazil (DPPH), etanol, dan vitamin C. Bahan untuk analisis total fenol yaitu

etanol 95%, akuades, reagen Folin Ciocelteau 50%, Na2CO3 5%, dan larutan

standar (asam galat).

Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi alat untuk preparasi,

wadah, timbangan digital, alumunium foil, blender, kertas saring Whatman 42,

kompor listrik, tanur pengabuan, labu Kjeldahl, tabung soxhlet, spektrofotometer

(Spectro UV Vis 2500), desikator, vortex, pipet, dan alat gelas lainnya misalnya

tabung reaksi, beaker glass, sentrifuge, botol kaca, corong kaca, labu takar, dan

labu Erlenmeyer.

Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu pengambilan dan

preparasi sampel; analisis komposisi kimia, ekstraksi bertingkat; fitokimia;

analisis aktivitas antioksidan; dan analisis total fenol. Diagram alir tahapan

penelitian disajikan pada Gambar 1.

Page 18: thp 2014 skripsi

4

Gambar 1 Diagram alir tahapan penelitian

Preparasi Sampel

Sampel daun lindur utuh ditimbang terlebih dahulu kemudian dipisahkan

dari kotoran dan dicuci hingga bersih. Sampel selanjutnya dijemur di bawah sinar

matahari hingga kering lalu dicacah. Ukuran sampel diperkecil dengan blender

hingga menjadi serbuk.

Maserasi etil asetat

(t: 48 jam; T: 27 ºC; 170 rpm)

Evaporasi (T:40 ºC)

Ekstrak etil asetat

Maserasi metanol

(t: 48 jam; T: 27 ºC; 170 rpm)

Penyaringan

Daun lindur

Analisis proksimat

Maserasi n-heksana

(t: 48 jam; T: 27 ºC; 170 rpm)

Pengeringan Daun segar

Daun kering

Residu

Penyaringan

Preparasi

Evaporasi (T:40 ºC)

Filtrat

Ekstrak n-heksana

Filtrat

Penyaringan

Residu

Residu Filtrat

Evaporasi (T:40 ºC)

Ekstrak metanol

Analisis

fitokimia

Analisis

aktivitas

antioksidan

Analisis total

fenol

Page 19: thp 2014 skripsi

5

Analisis Proksimat (SNI 01-2891-1992)

Analisis komposisi kimia daun lindur ditentukan dengan analisis proksimat

meliputi kadar air, abu, lemak, protein, dan serat kasar.

a. Kadar air (SNI 01-2891-1992)

Cawan porselen mula-mula dipanaskan dalam oven pada suhu 105 oC

selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam desikator selama 15 menit lalu

ditimbang hingga beratnya konstan. Sampel sebanyak 5 gram dimasukkan ke

dalam cawan, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC selama 5 jam

atau hingga beratnya konstan. Cawan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam

desikator dan ditimbang kembali. Perhitungan kadar air adalah sebagai berikut:

Keterangan :

A = Berat cawan kosong (gram)

B = Berat cawan yang diisi dengan sampel (gram)

C = Berat cawan dengan sampel yang sudah dikeringkan (gram)

b. Kadar abu (SNI 01-2891-1992)

Cawan pengabuan dikeringkan di dalam oven selama 1 jam pada suhu

105 oC, kemudian didinginkan selama 15 menit di dalam desikator dan ditimbang

hingga didapatkan berat yang konstan. Sampel sebanyak 5 gram dimasukkan ke

dalam cawan pengabuan dan dipijarkan di atas kompor listrik hingga tidak

berasap lagi. Cawan beserta isinya dimasukkan ke dalam tanur pengabuan pada

suhu 600 oC selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam desikator, lalu ditimbang.

Kadar abu ditentukan dengan rumus:

Keterangan :

A = Berat cawan porselen kosong (gram)

B = Berat cawan dengan sampel (gram)

C = Berat cawan dengan sampel setelah dikeringkan (gram)

c. Kadar protein (SNI 01-2891-1992)

Analisis protein terdiri dari tiga tahap yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi.

Pengukuran kadar protein dilakukan dengan metode Kjeldahl. Sampel ditimbang

sebanyak 1 gram kemudian dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl 100 mL lalu

ditambah 0,25 gram selenium dan 3 mL H2SO4 pekat. Sampel didestruksi pada

suhu 410 oC selama kurang lebih 1 jam sampai larutan jernih lalu didinginkan.

Sebanyak 50 mL akuades dan 20 mL NaOH 40% ditambahkan ke dalam labu

Kjeldahl (setelah dingin), kemudian dilakukan proses destilasi dengan suhu

destilator 100 oC. Hasil destilasi ditampung dalam labu Erlenmeyer 125 mL yang

berisi campuran 10 mL asam borat (H3BO3) 2% dan 2 tetes indikator

bromcherosol green-methyl red yang berwarna merah muda. Setelah volume

destilat mencapai 40 mL dan berwarna hijau kebiruan, maka proses destilasi

dihentikan. Destilat selanjutnya dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi

perubahan warna merah muda. Volume titran dibaca dan dicatat. Larutan blanko

dianalisis seperti sampel. Kadar protein dihitung dengan rumus:

% Kadar air = B - C x 100%

B - A

% Kadar abu = C - A x 100%

B - A

Page 20: thp 2014 skripsi

6

Keterangan:

Faktor Konversi = 6,25

d. Kadar lemak (SNI 01-2891-1992)

Sampel sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam kertas saring dan pada

kedua ujung bungkus ditutup dengan kapas bebas lemak dan selanjutnya

dimasukkan ke dalam selongsong lemak. Selongsong lemak kemudian

dihubungkan dengan labu lemak dan ruang ekstraktor dan disiram dengan pelarut

lemak (n-heksana), kemudian direfluks selama 6 jam. Pelarut dalam labu lemak

lalu didestilasi hingga semuanya menguap. Pelarut yang menguap pada saat

didestilasi akan tertampung di ruang ekstraktor, kemudian dikeluarkan sehingga

tidak kembali ke dalam labu lemak. Labu lemak selanjutnya dikeringkan dalam

oven pada suhu 105 oC, lalu didinginkan dalam desikator hingga beratnya

konstan. Kadar lemak dapat dihitung berdasarkan rumus:

Keterangan :

W1 = Berat sampel (gram)

W2 = Berat labu lemak kosong (gram)

W3 = Berat labu lemak dengan lemak (gram)

e. Kadar serat kasar (SNI 01-2891-1992)

Sampel sebanyak 1 gram dilarutkan dengan 100 mL H2SO4 1,25%, lalu

dipanaskan hingga mendidih dan dilanjutkan dengan destruksi selama 30 menit.

Filtrat kemudian disaring dengan bantuan corong Buchner. Residu hasil saringan

dibilas dengan 20-30 mL air mendidih dan 25 mL air dingin sebanyak 3 kali.

Residu kemudian destruksi kembali dengan NaOH 1,25% selama 30 menit,

selanjutnya disaring kembali dan dibilas berturut-turut dengan 25 mL H2SO4,

25 mL air dingin sebanyak 3 kali, dan 25 mL alkohol. Residu dan kertas saring

dipindahkan ke cawan porselen dan dikeringkan dalam oven 130 ºC selama 2 jam

lalu ditimbang (W) dan dimasukkan dalam tanur 600 ºC selama 30 menit

kemudian didinginkan dan ditimbang kembali (W0). Kadar serat kasar dapat

dihitung berdasarkan rumus:

Keterangan:

W = bobot residu sebelum dibakar dalam tanur

W0 = bobot residu setelah dibakar dalam tanur

% Kadar serat kasar = Bobot serat kasar x 100%

Bobot sampel

% N = (mL HCl sampel – mL blanko) x N HCl x 14,007 x 100%

mg contoh

% Kadar protein = % N x faktor konversi *

% Kadar lemak = (W3- W2) x 100%

W1

Bobot serat kasar = W – W0

Page 21: thp 2014 skripsi

7

Ekstraksi Bertingkat (Darusman et al. 1995)

Metode ekstraksi bertingkat menggunakan tiga macam pelarut berdasarkan

tingkat kepolarannya, yaitu n-heksana p.a. (non polar), etil asetat p.a (semi polar)

dan metanol p.a (polar). Sampel sebanyak 100 gram dimaserasi dengan pelarut

n-heksana sebanyak 400 mL selama 48 jam dengan diberi goyangan

menggunakan orbital shaker dengan kecepatan 170 rpm. Hasil maserasi yang

berupa larutan kemudian disaring dengan kertas saring Whatman 42 sehingga

diperoleh filtrat dan residu. Ekstraksi dengan pelarut n-heksana dilakukan

berulang-ulang hingga warna filtrat bening. Residu hasil ekstraksi dengan

n-heksana selanjutnya dilarutkan dengan etil asetat sebanyak 400 mL selama

48 jam dan diberi goyangan yang sama dengan maserasi sebelumnya, sedangkan

filtrat yang diperoleh dievaporasi menggunakan rotary vacuum evaporator pada

suhu 40 oC.

Hasil proses maserasi dengan etil asetat disaring dengan kertas saring

Whatman 42. Ekstraksi dengan pelarut etil asetat dilakukan berulang-ulang hingga

warna filtrat bening. Residu hasil ekstraksi dengan etil asetat selanjutnya

dilarutkan dengan metanol sebanyak 400 mL selama 48 jam dan diberi goyangan

yang sama dengan maserasi sebelumnya. Ekstraksi dengan pelarut metanol

dilakukan berulang-ulang hingga warna filtrat bening. Filtrat kemudian

dievaporasi menggunakan rotary vacuum evaporator pada suhu 40 oC. Hasil

maserasi dengan pelarut metanol kemudian disaring dengan kertas saring

Whatman 42. Filtrat ekstrak metanol yang diperoleh dievaporasi menggunakan

rotary vacuum evaporator pada suhu 40 oC, sedangkan residu yang tersisa

dibuang. Berdasarkan proses ini, diperoleh ekstrak dengan pelarut n-heksana, etil

asetat dan metanol. Hasil ekstrak yang diperoleh kemudian digunakan untuk

pengujian fitokimia kualitatif dan kuantitatif, pengujian aktivitas antioksidan dan

kadar total fenol ekstrak daun lindur.

Analisis Fitokimia (Harborne 1987)

Analisis fitokimia dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya senyawa

bioaktif yang terdapat pada sampel. Sampel yang diuji dalam bentuk ekstrak

kasar. Uji fitokimia yang dilakukan meliputi uji alkaloid, uji steroid, flavonoid,

saponin, fenol hidrokuinon, dan tanin.

a. Alkaloid

Sampel sebanyak 0,05 g dilarutkan dalam beberapa tetes asam sulfat 2 N

kemudian diuji dengan tiga pereaksi alkaloid yaitu, pereaksi Dragendorff, pereaksi

Meyer, dan pereaksi Wagner. Hasil uji dinyatakan positif bila dengan pereaksi

Meyer terbentuk endapan putih kekuningan, endapan coklat dengan pereaksi

Wagner dan endapan merah hingga jingga dengan pereaksi Dragendorff.

b. Steroid

Sampel sebanyak 0,05 g dilarutkan dengan 2 mL kloroform dalam tabung

reaksi yang kering, kemudian ditambahkan 10 tetes anhidra asetat dan 3 tetes

H2S04 pekat. Terbentuknya larutan berwarna merah untuk pertama kali kemudian

berubah menjadi biru dan hijau menunjukkan adanya steroid.

c. Flavonoid

Sampel sebanyak 0,05 g ditambah dengan serbuk magnesium 0,1 mg dan

0,4 mL amil alkohol (campuran asam klorida 37% dan etanol 95% dengan volume

Page 22: thp 2014 skripsi

8

yang sama) dan 4 mL alkohol kemudian campuran dikocok. Terbentuknya warna

merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya

flavonoid.

d. Saponin

Sebanyak 0,05 g sampel dilarutkan dengan 2 mL air dan dimasukkan dalam

beaker glass lalu dipanaskan hingga mendidih. Busa yang stabil selama 30 menit

dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes HCl 2N menunjukkan adanya saponin.

e. Fenol hidrokuinon

Sebanyak 0,05 g sampel ditambah dengan 2 mL etanol 70%. Larutan yang

dihasilkan kemudian diambil sebanyak 1 mL dan ditambah tetes larutan

FeCl3 5%. Terbentuknya warna hijau atau hijau biru menunjukkan adanya

senyawa fenol.

f. Tanin

Sampel sebanyak 0,05 g ditambah dengan beberapa tetes FeCl3 kemudian

campuran dihomogenkan. Terbentuknya warna merah kehitaman menunjukkan

adanya senyawa tanin.

Analisis Aktivitas Antioksidan Metode DPPH (Aranda et al. 2009)

Uji aktivitas antioksidan dilakukan berdasarkan kemampuan sampel yang

digunakan dalam mereduksi radikal bebas stabil DPPH. Ekstrak sebanyak 10 mg

ditambah DMSO 1 mL sebagai larutan stock dan dimasukkan ke dalam tabung

reaksi. Larutan kemudian diencerkan dengan etanol dan dibuat dalam beberapa

konsentrasi (75, 100, 125, 150, dan 175 ppm). Larutan DPPH dibuat dengan

penambahan 100 mL etanol ke dalam tabung reaksi berisi 10 mg kristal DPPH.

Masing-masing sebanyak 100 µL larutan sampel dan larutan DPPH dimasukkan

ke dalam microplate. Campuran kemudian dihomogenkan dan diinkubasi pada

ruangan gelap selama 30 menit. Vitamin C (asam askorbat) dilarutkan dengan

etanol dan dibuat dengan konsentrasi 3, 5, 8, dan 10 ppm sebagai kontrol positif

dan pembanding. Serapan yang dihasilkan diukur dengan microplate reader.

Persentase penghambatan efektivitas radikal bebas diperoleh dari nilai absorbansi

sampel. Persamaan regresi diperoleh dari hubungan antara konsentrasi sampel dan

presentase penghambatan aktivitas radikal bebas. Nilai konsentrasi penghambatan

aktivitas radikal bebas sebanyak 50% (IC50) dihitung dengan menggunakan

persamaan regresi. Nilai IC50 diperoleh dengan memasukkan y = 50 serta nilai a

dan b yang telah diketahui. Nilai x sebagai IC50 dapat dihitung dengan persamaan:

Keterangan:

y = persen inhibisi

x = konsentrasi sampel (ppm)

a = slope

b = intercept

Analisis Total Fenol (Ukieyanna 2012)

Sampel sebanyak 2 mg ditambah 2 mL etanol 95%, kemudian divortex.

Tabung berisi campuran lalu ditambah 5 mL akuades dan divortex kembali hingga

homogen. Sebanyak 0,5 mL reagen Folin Ciocelteau 50% ditambahkan ke dalam

y = a+bx

Page 23: thp 2014 skripsi

9

tabung berisi campuran. Campuran didiamkan selama 5 menit, lalu ditambah

dengan 1 mL Na2CO3 5%, kemudian divortex. Tabung reaksi berisi campuran

tersebut disimpan dalam ruang gelap selama 1 jam, lalu diukur nilai

absorbansinya (λ=725 nm) dengan spektrofotometer UV-Vis. Larutan blanko

dibuat seperti larutan uji, namun tanpa ekstrak sampel. Selanjutnya dibuat kurva

strandar asam galat dan ditentukan kadar total fenol.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komposisi Kimia Daun Lindur (B. gymnorrhiza)

Daun lindur secara empiris telah banyak digunakan oleh masyarakat Tual di

Kepulauan Sulawesi, namun komposisi kimia daun lindur tersebut belum

diketahui. Komposisi kimia daun lindur ditentukan melalui analisis proksimat.

Analisis proksimat merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk memprediksi

komposisi kimia suatu bahan, termasuk di dalamnya kandungan air, lemak,

protein, abu, dan serat kasar. Sampel yang digunakan untuk analisis proksimat

yaitu daun lindur segar dan kering. Komposisi kimia daun lindur segar dan kering

disajikan pada Tabel 1. Contoh perhitungan analisis proksimat daun lindur

disajikan pada Lampiran 2.

Tabel 1 Komposisi kimia daun lindur

Komponen

(b/b)

Bruguiera

gymnorrhiza

Avicenia

marina

Bruguiera

parviflora

Rhizopora

mucronata

segar kering segar*) kering*) segar**) kering**)

Air 54,91 9,78 68,16 7,29 51,75 46,63

Abu 4,49 8,19 4,45 11,23 1,38 1,25

Lemak 1,87 3,90 0,72 3,89 2,08 1,96

Protein 4,45 9,78 3,67 16,19 0,12 0,41

Serat kasar 8,76 18,05 - - - - Keterangan: *) : Hardiningtyas (2012)

**) : Bunyapraphatsara et al. (2002)

Tabel 1 menunjukkan kadar air daun lindur menurun sebesar 45,13% setelah

proses pengeringan selama 2 hari. Hasil ini sesuai dengan Hardiningtyas (2012)

yang melakukan penelitian pada daun api-api yang mengalami penurunan kadar

air sebesar 60,87% setelah proses pengeringan selama 4 hari. Penurunan kadar air

disebabkan proses pengeringan yang menguapkan sebagian air pada bahan. Hal

ini sejalan dengan pernyataan Kusnandar (2010) bahwa perubahan kadar air dapat

disebabkan oleh mudahnya air menguap ketika mengalami proses pemanasan.

Kadar air dalam bahan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal yang mempengaruhi kadar air pada daun, antara lain umur,

genetik, jumlah dan volume sel-sel, ketebalan dinding sel, jumlah dan bentuk

stomata, jumlah dan susunan jaringan spons, jumlah dan susunan pektin pada

dinding sel serta adanya penebalan sekunder pada dinding sel daun.

Page 24: thp 2014 skripsi

10

Kadar air pada daun lindur segar lebih tinggi dibandingkan daun B.

parviflora dan R. mucronata segar, namun masih lebih rendah dibandingkan daun

A. marina segar. Menurut (Hardiningtyas 2012), perbedaan kadar air tersebut

diduga dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang

diduga menjadi penyebab perbedaan ini adalah morfologi daun dan sifat genetik.

Faktor eksternal yang diduga berpengaruh adalah nutrisi dan kondisi lingkungan

yang berbeda.

Analisis kadar abu dilakukan untuk mengetahui kandungan mineral yang

terdapat pada suatu bahan. Hasil perhitungan kadar abu daun lindur kering

menunjukkan selisih sebesar 3,7% dengan kadar abu pada daun lindur segar.

Penelitian Hardiningtyas (2012) juga menunjukkan peningkatan kadar abu pada

sampel daun A. marina kering sebesar 6,78% dibandingkan dengan kadar abu

pada daun A.marina segar.

Kadar abu daun lindur segar lebih tinggi dibandingkan dengan daun

mangove lainnya. Hasil penelitian Wibowo et al. (2009), daun mangrove api-api

putih segar mengandung mineral, diantaranya kalsium, fosfor, magnesium, besi,

sodium dan kalium. Tinggi rendahnya kadar abu dapat disebabkan oleh perbedaan

habitat atau lingkungan hidup yang berbeda. Selain itu, masing-masing organisme

juga memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam meregulasi dan

mengabsorbsi mineral sehingga hal ini nantinya juga akan berpengaruh terhadap

nilai kadar abu pada masing-masing bahan (Winarno 2008).

Daun lindur kering mengalami perubahan nilai kadar lemak sebesar 2,03%

dibandingkan dengan daun lindur segar. Hasil penelitian Hardiningtyas (2012)

juga menunjukkan peningkatan kadar lemak pada daun A. marina kering sebesar

3,17% dibandingkan daun A. marina segar. Kadar lemak daun lindur segar lebih

rendah dibandingkan dengan daun B. parviflora dan R. mucronata segar, namun

masih lebih tinggi dibandingkan daun A. marina segar. Kadar lemak yang rendah

dapat disebabkan oleh kandungan air yang cukup tinggi sehingga kadar lemak

secara proporsional menurun. Menurut Yunizal et al. (1998), kadar air umumnya

berbanding terbalik dengan kadar lemak. Hubungan tersebut mengakibatkan

semakin rendahnya kadar lemak jika kadar air yang terkandung dalam bahan

memiliki jumlah yang tinggi.

Protein merupakan makromolekul yang dibentuk dari asam amino yang

berikatan peptida (Winarno 2008). Kadar protein daun lindur kering lebih tinggi

sebesar 6,33% dibandingkan dengan daun lindur segar, mengingat proses

pengeringan yang menyebabkan protein terdenaturasi. Menurut Gaman dan

Sherrington (1992), perlakuan pemanasan pada suatu bahan pangan,

menyebabkan protein terdenaturasi secara sempurna. Daun lindur segar

mengandung protein dalam jumlah yang terbilang kecil, lebih tinggi dibandingkan

kadar protein daun mangrove segar lainnya.

Bahan pangan nabati umumnya memiliki protein yang lebih rendah

dibandingkan bahan pangan hewani. Protein hewani mengandung asam amino

yang lebih lengkap dan susunan mendekati nilai protein tubuh. Asam amino pada

protein nabati lebih rendah dibandingkan protein hewani (Muchtadi dan Fitriyono

2010). Asam amino yang biasanya terdapat dalam bahan makanan dalam jumlah

yang sangat sedikit disebut asam amino pembatas. Asam amino pembatas pada

tumbuhan serelia adalah lisin, sedangkan pada kacang-kacangan umumnya

metionin. Protein yang kekurangan satu atau lebih asam amino esensial

Page 25: thp 2014 skripsi

11

mempunyai mutu yang rendah. Kadar protein pada tumbuhan secara umum

memiliki mutu yang lebih rendah daripada kadar protein hewani. Protein hewani

lebih banyak menyediakan asam amino-asam amino esensial dan karenanya

disebut protein bermutu tinggi (Winarno 2008).

Serat kasar merupakan residu dari bahan pangan yang telah diperlakukan

dengan kondisi asam dan alkali mendidih. Serat pada tumbuhan umumnya terdiri

dari selulosa, hemiselulosa dan lignin. Serat pada tumbuhan yang sebagian besar

berupa selulosa akan terhidrolisis menjadi senyawa-senyawa yang lebih

sederhana. Serat yang berupa selulosa, hemiselulosa, dan lignin ini merupakan

polisakarida yang banyak terdapat pada dinding sel tumbuhan. Selulosa yang

terhidrolisis akan menjadi senyawa yang lebih sederhana, diantaranya selodekstrin

yang terdiri dari satuan glukosa atau lebih sedikit, kemudian selobiosa dan

akhirnya glukosa (Robinson 1995).

Daun lindur kering memiliki kadar abu, lemak, protein, dan serat kasar yang

lebih tinggi dibandingkan pada daun lindur segar. Hal ini akibat adanya proses

pengeringan pada sampel daun lindur kering tersebut. Menurut Muchtadi dan

Fitriyono (2010), proses pengeringan akan mengurangi kadar airnya dan

mengakibatkan bahan mengandung senyawa protein, karbohidrat, dan mineral

memiliki proporsi yang lebih tinggi.

Rendemen Ekstrak Kasar Daun Lindur

Ekstraksi dengan jenis pelarut yang berbeda menghasilkan rendemen

ekstrak yang berbeda. Menurut Sultana et al. (2009), jenis pelarut yang digunakan

merupakan faktor utama yang menentukan hasil ekstraksi atau rendemen ekstrak.

Rendemen ekstrak merupakan perbandingan antara bobot ekstrak yang dihasilkan

dengan bobot awal yang digunakan dan dinyatakan dalam persen (%). Rendemen

ekstrak daun lindur dengan masing-masing pelarut disajikan pada Gambar 1.

Perhitungan rendemen dapat dilihat pada Lampiran 3.

Gambar 2 Rendemen ekstrak kasar daun lindur

Gambar 2 menunjukkan bahwa rendemen terendah yaitu ekstrak n-heksana

sebesar 1,53%, sedangkan rendemen tertinggi yaitu ekstrak metanol sebesar

15,79%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kandungan senyawa bioaktif yang

1,53 ± 0,02c2,85 ± 0,01b

15,79 ± 0,69a

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

N- heksana Etil asetat Metanol

% R

en

de

me

n

Ekstrak

Page 26: thp 2014 skripsi

12

paling banyak pada ekstrak kasar daun lindur bersifat polar. Hasil uji ANOVA

(Lampiran 4) menunjukkan bahwa jenis pelarut berpengaruh terhadap rendemen

ekstrak daun lindur yang dihasilkan (p<0,05), sehingga dilakukan uji lanjut. Uji

lanjut yang digunakan adalah uji Duncan. Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 5)

diketahui bahwa rendemen ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol masing-

masing berbeda signifikan.

Perbedaan rendemen pada masing-masing ekstrak diakibatkan kemampuan

setiap pelarut yang spesifik hanya dapat melarutkan senyawa yang sesuai dengan

kepolarannya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Salamah et al. (2008) yang

menunjukkan bahwa rendemen ekstrak hasil maserasi dengan pelarut yang

berbeda menghasilkan persentase rendemen yang berbeda pula. Sultana et al.

(2009) menambahkan, rendemen ekstrak sangat tergantung pada jenis pelarut

yang digunakan, karena ada komponen berbeda dengan beberapa karakteristik

kimia dan polaritas yang mungkin tidak larut dalam pelarut tertentu.

Komponen Bioaktif Ekstrak Kasar Daun Lindur

Komponen bioaktif dalam ekstrak daun lindur ditentukan melalui analisis

fitokimia. Analisis fitokimia yang dilakukan meliputi alkaloid, flavonoid, fenol

hidrokuinon, tanin, steroid, dan saponin. Komponen bioaktif pada masing-masing

ekstrak daun lindur disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Komponen bioaktif ekstrak kasar daun lindur

Komponen bioaktif

Hasil uji

Ekstrak

n-heksana

Ekstrak

etil asetat

Ekstrak

metanol

Alkaloid

- Wagner

- Dragendorff

- Meyer

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Flavonoid - + +

Fenol hidroquinon + + +

Tanin - - +

Steroid + + +

Saponin - + +

Hasil analisis fitokimia menunjukkan hasil positif adanya steroid pada

ketiga ekstrak. Steroid merupakan golongan triterpena yang tersusun atas cincin

siklopentana perhidrofenantrena. Steroid berfungsi sebagai pelindung bagi

tanaman dalam menolak serangga dan serangan mikroba. Steroid tertentu terkenal

dengan rasa pahitnya, misalnya limonin pada jeruk yang memiliki rasa pahit dan

larut dalam lemak (Harborne 1987). Sterol dan stanol (produk hidrogenasi sterol)

yang terdapat pada tanaman dikenal sebagai fitosterol. Fitosterol menarik

perhatian dari sudut pandang nutrisi dan fisiologi karena dapat menurunkan

konsentrasi kolesterol dan low density lipoprotein (LDL) dalam plasma darah.

Penelitian Belitz et al. (2009) menunjukkan bahwa konsumsi fitosterol 1 gr/hari

dapat menghambat absorbsi kolesterol dalam tubuh. Hal ini karena kolesterol

Page 27: thp 2014 skripsi

13

merupakan senyawa non polar yang berperan sebagai prekursor steroid

(Harborne 1987). Steroid yang terdapat pada ketiga ekstrak daun lindur diduga

lebih berfungsi sebagai peningkat stamina, meskipun Belitz et al. (2008)

menyatakan bahwa triterpenoid dan steroid merupakan senyawa antioksidan

lipofilik. Dugaan tersebut diperkuat dari aktivitas antioksidan ekstrak n-heksana

yang lemah (>200 ppm). Hasil penelitian Juniarti et al. (2009) juga menunjukkan

adanya steroid pada ekstrak daun saga (Arbus precatorius L.), namun

menunjukkan aktivitas antioksidan yang lemah, sedangkan steroid pada hasil

penelitian Silvia et al. (2002), menunjukkan aktivitas anti-inflamasi pada steroid

yang diekstrak dari daun Agave attenuate.

Ketiga ekstrak daun lindur juga menunjukkan adanya senyawa fenol

hidrokuinon. Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air dan beberapa

senyawa non polar karena umumnya berikatan dengan gula sebagai glikosida dan

biasanya terdapat dalam vakuola sel. Fenol meliputi berbagai senyawa yang

berasal dari tumbuhan dan mempunyai ciri yang sama, yaitu cincin aromatik yang

mengandung satu atau dua gugus hidroksil, beberapa mungkin digantikan dengan

gugus metil atau glikosil. Flavonoid merupakan kelompok yang terbesar di antara

komponen fenolat alami yang strukturnya telah diketahui, tetapi fenol monosiklik

sederhana, fenilpropanoid dan fenolat quinon terdapat dalam jumlah sedikit.

Beberapa golongan bahan polimer penting dalam tumbuhan seperti lignin,

melanin, dan tanin merupakan senyawa polifenol (Harborne 1987). Senyawa fenol

pada ketiga ekstrak juga ditentukan dengan analisis kadar total fenolik. Hasil

analisis menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat menunjukkan nilai total fenolik

tertinggi dibandingkan ekstrak lainnya.

Flavonoid umumnya terdapat pada tumbuhan terikat pada gula sebagai

glikosida dan aglikon flavonoid (Harborne 1987). Senyawa flavonoid hanya

terdapat pada ekstrak metanol dan ekstrak etil asetat. Hal ini karena dipengaruhi

oleh kepolaran pelarut dalam mengekstrak flavonoid. Menurut Middleton et al.

(2000), flavonoid merupakan senyawa aktif yang termasuk dalam jenis

intermediet antioksidan, yang berperan sebagai antioksidan hidrofilik dan

lipofilik. Flavonoid sebagai derivat benzo-γ-piren mempunyai banyak kegunaan

disamping fungsinya yang utama sebagai bahan tambahan untuk meningkatkan

resistensi dan menurunkan permeabilitas kapiler darah. Efek lain flavonoid sangat

banyak macamnya terhadap berbagai organisme dan efek ini dapat menjelaskan

alasan tumbuhan yang mengandung flavonoid dapat digunakan dalam pengobatan.

Flavonoid dapat berfungsi sebagai antivirus, antialergi, antimikroorganisme, dan

antioksidan untuk mengendalikan radikal bebas yang dapat menyebabkan tumor.

Lotito dan Fraga (2000) menambahkan, flavonoid merupakan antioksidan yang

berperan dalam melindungi antioksidan lipofilik sehingga dapat menguatkan

antioksidan seluler.

Ekstrak metanol juga mengandung senyawa tanin. Tanin dikenal dengan

rasanya yang pahit karena berfungsi untuk pelindung dari hewan pemakan

tanaman. Tanin banyak digunakan sebagai bahan penyamak kulit serta antiseptik

untuk mencegah hama serangga dan kapang. Kandungan tanin menurun sejalan

dengan bertambahnya usia tanaman (Harborne 1987). Ekstrak tanin terdiri dari

campuran senyawa polifenol yang sangat kompleks dan biasanya tergabung

dengan karbohidrat rendah. Tanin diharapkan mampu mensubstitusi gugus fenol

dan resin fenol formaldehid untuk mengurangi pemakaian fenol sebagai

Page 28: thp 2014 skripsi

14

sumberdaya alam tak terbaharukan. Tanin, polifenol dan flavonoid merupakan

senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan karena ketiga senyawa tersebut

merupakan senyawa-senyawa fenol, yaitu senyawa dengan gugus –OH yang

terikat pada cincin aromatik. Senyawa-senyawa tersebut tidak reaktif

dibandingkan dengan kebanyakan radikal bebas yang lain (Jati 2008).

Hasil analisis fitokimia menunjukkan adanya senyawa saponin pada ekstrak

etil asetat dan metanol. Menurut Robinson (1995), terdapat dua jenis saponin,

yaitu glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida steroid. Kedua jenis ini larut

dalam air dan etanol. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat

seperti sabun. Saponin dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk

busa dan menghemolisis sel darah. Hasil penelitian Homhual et al. (2006)

menunjukkan bahwa komponen bioaktif yang terdapat pada B. gymnorrhiza

terdiri dari senyawa fenol, flavonoid, steroid, kandungan sulfur, dan komponen

terpenoid.

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Lindur

Analisis aktivitas antioksidan ekstrak daun lindur yang dilakukan pada

penelitian ini menggunakan metode DPPH. Aktivitas antioksidan dengan metode

DPPH dinyatakan dalam presentase inhibisinya terhadap radikal bebas DPPH

(Ukieyanna 2012). Persen inhibisi merupakan kemampuan suatu bahan untuk

menghambat aktivitas radikal bebas yang berhubungan dengan konsentrasi bahan.

Nilai IC50 didefinisikan sebagai besarnya konsentrasi yang dapat menghambat

aktivitas radikal bebas DPPH sebanyak 50%. Semakin rendah nilai IC50

menunjukkan aktivitas antioksidan yang semakin tinggi (Molyneux 2004).

Hubungan antara konsentrasi ekstrak vitamin C terhadap persen inhibisinya

disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Hubungan konsentrasi vitamin C dengan persen inhibisinya

Gambar 3 menunjukkan hubungan antara konsentrasi vitamin C dengan

persen inhibisinya. Persen inhibisi vitamin C tertinggi diperoleh pada konsentrasi

10 ppm yaitu sebesar 78,08%, sedangkan persen inhibisi terendah sebesar 25,40%

dihasilkan pada konsentrasi 1 ppm. Nilai IC50 larutan kontrol (vitamin C) yang

dihasilkan sebesar 6,17 ppm. Vitamin C merupakan senyawa murni sehingga

penghambatan radikal DPPH lebih efektif dengan konsentrasi yang rendah.

Hubungan antara konsentrasi ekstrak daun lindur dengan persen inhibisinya

disajikan pada Gambar 4.

y = 7,2377x + 5,3614

R² = 0,9903

0

10

20

30

40

50

60

70

80

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Inh

ibis

i (%

)

Konsentrasi (ppm)

Page 29: thp 2014 skripsi

15

Gambar 4 Hubungan konsentrasi ekstrak dengan persen inhibisinya

Persen inhibisi merupakan kemampuan suatu bahan untuk menghambat

aktivitas radikal bebas, yang berhubungan dengan konsentrasi suatu bahan

(Jacoeb et al. 2013). Gambar 4 menunjukkan peningkatan persentase

penghambatan terhadap radikal bebas seiring dengan meningkatnya konsentrasi

ekstrak. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Hanani et al. (2005) bahwa persentase

penghambatan terhadap aktivitas radikal bebas akan meningkat seiring dengan

meningkatnya konsentrasi ekstrak karena semakin banyaknya senyawa

antioksidan yang mendonorkan elektron terhadap radikal bebas.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persen inhibisi tertinggi diperoleh

dari ekstrak metanol sebesar 58,47%, sedangkan persen inhibisi terendah

diperoleh dari ekstrak n-heksana yaitu sebesar 14,73%. Hal ini berbeda dengan

hasil penelitian Haq et al. (2011) yang menunjukkan bahwa nilai persen inhibisi

tertinggi diperoleh pada ekstrak etanol, diikuti ekstrak metanol, dan ekstrak

kloroform pada konsentrasi ekstrak yang sama (2000 ppm). Menurut Blois (2005),

suatu senyawa digolongkan sebagai antioksidan sangat kuat apabila nilai IC50

kurang dari 50 ppm, kuat apabila nilai IC50 berkisar 50-100 ppm, sedang apabila

nilai IC50 berkisar 100-150 ppm, dan lemah apabila nilai IC50 berkisar (150-200

ppm). Perhitungan persen inhibisi dan nilai IC50 dapat dilihat pada Lampiran 6.

Nilai IC50 rata-rata masing-masing ekstrak disajikan pada Gambar 5.

y = 0,0487x + 10,277

R² = 0,8193

y = 0,0709x + 41,905

R² = 0,9505

y = 0,0882x + 42,846

R² = 0,9713

0

10

20

30

40

50

60

70

0 50 100 150 200

Inh

ibis

i (%

)

Konsentrasi (ppm)

n-heksana

etil asetat

metanol

Page 30: thp 2014 skripsi

16

Gambar 5 Nilai IC50 rata-rata ekstrak kasar daun lindur dan vitamin C

Hasil uji ANOVA (Lampiran 7) menunjukkan bahwa perbedaan jenis

pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi berpengaruh terhadap aktivitas

antioksidan pada masing-masing ekstrak (p<0,05). Hasil uji lanjut Duncan

diketahui bahwa aktivitas antioksidan ekstrak n-heksana berbeda signifikan

dengan ekstrak metanol dan etil asetat (Lampiran 8). Hal tersebut diduga oleh

perbedaan tipe antioksidan pada masing-masing ekstrak yang memiliki tingkat

kepolaran berbeda. Antioksidan berdasarkan tipenya menurut Winarsi (2007)

dapat dibedakan menjadi antioksidan lipofilik dan hidrofilik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol memiliki aktivitas

antioksidan yang kuat dengan nilai IC50 sebesar 81,11 ppm, sedangkan etil asetat

memiliki aktivitas antioksidan sedang dengan nilai IC50 sebesar 114,18%.

Tingginya nilai IC50 pada ekstrak n-heksana dan etil asetat menunjukkan

lemahnya aktivitas antioksidan ekstrak tersebut dibandingkan dengan ekstrak

metanol. Hal ini disebabkan oleh pelarut n-heksana dan etil asetat yang memiliki

kepolaran lebih rendah dibandingkan metanol. Hal serupa dibuktikan oleh

Ukieyanna (2012) yang menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan ekstrak etanol

yang lebih rendah dapat disebabkan oleh adanya senyawa-senyawa nonpolar yang

terekstrak bukan merupakan senyawa antioksidan yang kuat, misalnya minyak

atsiri, lemak, dan lilin.

Faktor lain yang mungkin menyebabkan tingginya aktivitas antioksidan

pada ekstrak metanol yaitu karena banyak senyawa bioaktif terekstrak, misalnya

tanin yang termasuk senyawa polifenol. Ketiga ekstrak tersebut masih tergolong

ekstrak kasar sehingga diduga masih terdapat senyawa pengganggu, diantaranya

protein dan senyawa lainnya yang menghalangi proses penangkapan radikal

bebas. Kemurnian suatu sampel saat proses ekstraksi mempengaruhi aktivitas

antioksidan sampel tersebut.

Nilai aktivitas antioksidan yang diperoleh masih sangat rendah jika

dibandingkan hasil penelitian Haq et al. (2011) dengan nilai IC50 ekstrak etanol

sebesar 0,038 ppm serta ekstrak metanol dan kloroform masing-masing sebesar

0,027 ppm dan 0,28 ppm. Rendahnya nilai IC50 yang diperoleh dalam penelitian

ini diduga akibat waktu ekstraksi yang terlalu lama. Hal ini sejalan dengan

815,67 1,48c

114,18 2,29ab

81,11 1,63a

6,17 0,75

0

100

200

300

400

500

600

700

800

n-heksana etil asetat metanol Vitamin C

IC 5

0

Ekstrak

Page 31: thp 2014 skripsi

17

penelitian Hardiningtyas (2012) yang menunjukkan penurunan aktivitas

antioksidan seiring dengan semakin lamanya waktu ekstraksi. Chew et al. (2011)

juga menambahkan bahwa waktu ekstraksi berkepanjangan akan menyebabkan

paparan oksigen lebih banyak dan dengan demikian meningkatkan peluang untuk

terjadinya oksidasi pada senyawa fenolik.

Kadar Total Fenol Ekstrak Kasar Daun Lindur

Fenolik merupakan metabolit sekunder yang tersebar dalam tumbuhan.

Senyawa fenolik dalam tumbuhan dapat berupa fenol sederhana, antraquinon,

asam fenolat, kumarin, flavonoid, lignin dan tanin. Penentuan kandungan fenolik

total dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip Folin-Ciocalteau yang

didasarkan pada reaksi oksidasi-reduksi. Kandungan total fenol dinyatakan dalam

GAE (gallic acid equivalent). Reagen Folin yang terdiri dari asam fosfomolibdat

dan asam fosfotungstat akan tereduksi oleh senyawa polifenol menjadi

molibdenum-tungsen (Harborne 1987). Reaksi ini membentuk kompleks warna

hijau biru. Semakin tinggi kadar fenolik pada sampel, semakin pekat warna yang

terbentuk sehingga semakin tinggi nilai absorbansi yang diukur pada panjang

gelombang 725 nm. Perhitungan total fenol dan kurva standar dapat dilihat pada

Lampiran 9. Kadar total fenol masing-masing ekstrak disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Kadar total fenol ekstrak daun lindur

Ekstrak Total fenolik (mg GAE/g ekstrak)

N-heksana 12,41 - -

Etil asetat 97,57 - -

Metanol 30,07 134,16 *) 178,73%**)

Keterangan: *) : Banerjee et al. (2008)

**) : Haq et al. (2011)

Kandungan senyawa fenolik total tertinggi terdapat pada ekstrak etil asetat

yaitu sebesar 97,57 mg GAE/g ekstrak (Tabel 3). Hal ini menunjukkan banyaknya

senyawa fenolik pada ekstrak daun lindur yang bersifat semi polar. Banyaknya

senyawa fenolik total pada ekstrak etil asetat tidak sesuai dengan aktivitas

antioksidannya, sama halnya dengan ekstrak metanol. Hal ini dibuktikan pada

ekstrak metanol yang memiliki aktivitas antioksidan yang kuat (50-100 ppm),

namun nilai total fenoliknya lebih rendah dibandingkan ekstrak etil asetat. Hal ini

disebabkan oleh ekstrak metanol yang memiliki aktivitas antioksidan selain

senyawa fenolik (Ismail et al. 2012). Menurut Ukieyanna (2012), aktivitas

antioksidan tidak hanya dipengaruhi oleh adanya senyawa fenolik, tetapi dapat

juga disebabkan oleh adanya beberapa senyawa fitokimia lain, misalnya asam

askorbat, tokoferol, dan pigmen yang memberikan efek sinergis. Beberapa jenis

fenolik dapat memiliki aktivitas antioksidan yang berbeda tergantung pada

strukturnya. Kemungkinan lain yang menyebabkan aktivitas antioksidan ekstrak

etil asetat lebih rendah dibandingkan dengan ekstrak metanol akibat adanya

senyawa pengotor yaitu klorofil. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ukieyanna

(2012) yang menunjukkan rendahnya aktivitas antioksidan pada ekstrak etil asetat

daun suruhan.

Page 32: thp 2014 skripsi

18

Hasil penelitian Haq et al. (2011) menunjukkan nilai total fenol ekstrak

etanol daun lindur sebesar 189,4 mg/g, sedangkan ekstrak metanol dan ekstrak

kloroform masing-masing sebesar 178,73 mg/g, dan 13,13 mg/g. Kadar total

fenolik pada ekstrak kloroform tersebut tidak terlalu berbeda dengan nilai total

fenolik pada ekstrak n-heksana, mengingat kloroform dan n-heksana merupakan

pelarut yang bersifat non polar. Rendahnya nilai total fenolik pada kedua ekstrak

tersebut disebabkan sifat non polarnya. Menurut Harborne (1987), perbedaan

tingkat kepolaran pelarut menentukan struktur kimia senyawa fenolik yang

terekstrak. Pengujian fenolik total sangat tergantung pada struktur kimianya.

Senyawa fenolik yang mempunyai gugus fungsi hidroksil yang banyak atau dalam

kondisi bebas (aglikon) akan menghasilkan kandungan fenolik total yang tinggi.

Pelarut polar mampu menarik senyawa fenolik dalam jumlah yang cukup banyak.

Senyawa fenolik yang bersifat polar memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi.

Tingginya total fenolik pada ekstrak etil asetat dibandingkan dengan ekstrak

metanol karena etil asetat bersifat semi polar yang dapat mengekstrak senyawa

fenolik yang bersifat polar dan non polar. Menurut Andayani et al. (2008), pelarut

etil asetat dapat mengekstrak senyawa fenolik, baik yang bersifat polar ataupun

nonpolar. Hasil penelitian Haq et al. (2011) juga menunjukkan bahwa ekstrak

etanol memiliki total fenolik tertinggi dibandingkan ekstrak metanol dan

kloroform. Etanol dan etil asetat merupakan pelarut semi polar karena memiliki

gugus hidroksil polar dan rantai karbon non polar, sehingga dapat larut dalam

pelarut polar dan non polar (Harjadi 1993).

Kadar total fenolik pada ekstrak metanol dan etil asetat berbeda dengan

hasil penelitian Haq et al. (2011) dan Banerjee et al. (2008). Menurut Ukieyanna

(2012), perbedaan kadar total fenolik pada tumbuhan disebabkan nutrisi, habitat,

dan varietas yang berbeda. Hal lain yang menyebabkan perbedaan nilai total

fenolik tersebut yaitu pada saat reagen Folin-Ciocalteu direaksikan dengan

senyawa fenolik akan terjadi perubahan warna dari kuning menjadi biru. Intensitas

warna biru ditentukan dengan banyaknya kandungan fenol dalam larutan sampel.

Semakin besar konsentrasi senyawa fenolik dalam sampel semakin pekat warna

biru yang terlihat. Warna hijau biru yang teramati berbanding lurus dengan

konsentrasi ion fenolat yang terbentuk, semakin besar konsentrasi senyawa

fenolik maka semakin banyak ion fenolat yang terbentuk sehingga warna biru

yang dihasilkan semakin pekat. Menurut Sudjadi dan Rohman (2004), fenolat

hanya terdapat pada larutan basa, tetapi pereaksi Folin-Ciocalteu dan produknya

tidak stabil pada kondisi basa. Penambahan Na2CO3 pada penentuan kadar total

fenolik bertujuan untuk membentuk suasana basa agar terjadi reaksi reduksi Folin-

Ciocalteu oleh gugus hidroksil dari fenolik di dalam sampel, sehingga terdapat

kemungkinan rendahnya total fenolik pada ketiga ekstrak yang diuji disebabkan

oleh tidak stabilnya pereaksi Folin-Ciocalteu dalam kondisi basa akibat

penambahan Na2CO3.

Page 33: thp 2014 skripsi

19

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Komponen bioaktif yang terdapat pada ketiga ekstrak secara umum yaitu

fenol hidrokuinon, flavonoid, tanin, steroid, dan saponin. Aktivitas antioksidan

tertinggi yaitu pada ekstrak metanol dengan nilai IC50 sebesar 81,11%, diikuti

ekstrak etil asetat dengan nilai IC50 sebesar 114,18%, dan ekstrak n-heksana

sebesar dengan nilai IC50 sebesar 815,67%.

Saran

Perlu dilakukan pemisahan senyawa bioaktif dengan metode lain yang lebih

efektiv serta pengujian komponen bioaktif secara kuantitatif, misal dengan metode

GC-MS. Pengujian total fenol juga dapat dilakukan dengan metode lain, misalnya

metode Valin.

DAFTAR PUSTAKA

Allen JA, Duke NC. 2006. Bruguiera gymnorrhiza (large-leaf mangrove).

www.traditionaltree.com [9 Juli 2013].

Andarwulan N, Wijaya H, Cahyono DT. 1996. Aktivitas antioksidan dari daun

sirih (Piper betle L). Teknologi dan Industri Pangan l 29-30.

Andayani R, Y Lisawati, Maimunah. 2008. Penentuan aktivitas antioksidan, kadar

fenol total, dan likopen pada buah tomat (Solanum lycupersicum L). Jurnal

Sains dan Teknologi Farmasi 13(1): 1-9.

Aranda SR, Perez-Lopez LA, Arroyo JL, Alanis-Garza BA, de Torres NW. 2009.

Antimicrobial and antioxidant activities of plants from Northeast of Mexico.

Journal of Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine

41(5):233-236.

Banerjee D, Chakrabati S, Hazra Ak, Banerjee S, Ray J, Mukherjee B. 2008.

Antioxidant activity and total phenolics of some mangroves in Sundarbans Afr.

J. Biotech 7(9): 805-810.

Belitz HD, Grosch W, Schieberle P. 2009. Food Chemistry, 4th revised and

extended edition. Berlin: Spinger-Verlag, Heidelberg.

Blois MS. 2005. Antioxidant determination by the use of stable free radical.

Nature 181:1191-1200.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1992. Cara Uji Makanan dan Minuman.

Jakarta: Standar Nasional Indonesia 01-2891-1992.

Page 34: thp 2014 skripsi

20

Bunyapraphatsara N, Jutiviboonsuk A, Sornlek P, Therathanathorn W,

Aksornkaew S, Fong HHS, Pezzuto JM, KosmederJ. 2002. Pharmacological

studies of plants in the mangrove forest. Thai J. Phytopharm 10(2): 1-12.

Chew KK, Ng SY, Thoo YY, Khoo MZ, Wan Aida WM, Ho CW. 2011. Effect

of ethanol concentration, extraction time and extraction temperature on the

recovery of phenolic compounds andantioxidant capacity of Centella asiatica

extracts Inter. Food Res. J 18: 566-573.

Darusman LK, Sajuthi D, Sutriah K, Pamungkas D. 1995. Ekstraksi komponen

bioaktif sebagai bahan obat dari karang-karangan, bunga karang dan ganggang

di perairan Pulau Pari Kepulauan Seribu [laporan penelitian]. Bogor: Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Duenas M, Manzano SO, Paramas AG, Buelga SC. 2009. Antioxidant evaluation

of O-methylated metabolites of catechins, epicatechin, and quersetin. Journal

of Pharmaceutical and Biomedical Analysis.

Duke NC, James AA. 2006. Bruguiera gymnorrhiza (large-leafed mangrove).

Species Profiles for Pacific Island Agroforestry Apr; Ver 2.I.

www.traditionaltree.org [10 Oktober 2013].

Fai YM, Tao CC. 2009. Literature review on pharmacutical activities of oleanolic

acid. Nat. Prod. Medica, 2: 291-298.

Feng Y. Li XM, Duan XJ, Wang BG. 2006. A new acylated iridoid glucoside

from Avicennia marina. Chinese Chemical Letters, 17(9): 1201-1204.

Gaman PM, Sherington KB. 1992. Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi, dan

Mikrobiologi. Ed ke-2. Murdijati G, Sri N, Agnes, M, Sardjono, penerjemah;

Kasmidjo RB, editor. Yogyakarta (ID). UGM Pr. Terjemahan dari: The Science

of Food, An Introduction do Food Science, Nutrition and Microbiology.

Second Edition.

Halliwel B, Gutteridge JMC. 2007. Free Radicals In Biology And Medicine. Ed

ke-4. Oxford, UK: Oxford University Press.

Hanani E, Mun’im A, Sekarini R. 2005. Identifikasi senyawa antioksidan dalam

spons Callyspongia sp. dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian,

2 (3): 127-133.

Haq M, Wirakarnain S, ABMS Hossain, Rosrna Mat Taha, KM Monneruzzaman.

2011. Total phenolic contents, antioxidant and antimicrobial activities of

Bruguiera gymnorrhiza 6(17): 4112-4118.

Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Edisi ke-2. Padmawinata K, Soediro I,

penerjemah. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Terjemahan dari:

Phytochemical Methods.

Hardiningtyas SD. 2012. Aktivitas antioksidan dan efek hepatoprotektif daun api-

api putih (Avicennia marina). [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut

Pertanian Bogor.

Harjadi W. 1993. Kimia Analitik. Jakarta (ID): Gramedia.

Page 35: thp 2014 skripsi

21

Homhual S, Bunyapraphatsara N, Kondratyuk T, Herunsalee A, Chaukul W,

Puzzuto JM, Fong HHS, Zhang HJ. 2006. Bioactive dammarane triterpenes

from the mangrove plant Bruguiera gymnorrhiza. Journal of Natural Product

69 (3):421-424.

Jacoeb AM, Suptijah P, Zahidah. 2013. Komponen bioaktif dan aktivitas

antioksidan buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza). Jurnal Pengolahan Hasil

Perikanan Indonesia 16(1): 86-94.

Jati SH. 2008. Efek antioksidan ekstrak etanol 70% daun salam (Syzygium

polyanthum) pada hati tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi karbon

tetraklorida (CCl4) [skripsi]. Surakarta: Fakultas Farmasi, Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Juniarti, Osmeli D, Yuhernita. 2009. Kandungan senyawa kimia, uji toksisitas

(Brine Shrimp Lethality Test) dan antioksidan (1,1-diphenyl-2-picrilhydrazyl)

dari ekstrak daun saga (Abrusprecatorius L.). Makara Sains 13(1): 50-54.

MUCHTKhrueayu D, Pilantanapak A. 2012. Antifungal activity of bioactive

compound from endophytic fungi isolated from mangrove leaves. 1st Mae Fah

University International Conference 2012. Thailand.

Kusnandar F. 2010. Kimia Pangan. Jakarta (ID): PT Dian Rakyat.

Lotito SB, Fraga CG. 2000. Catechins delay lipid oxidation and alpha-tocopherol

and beta-carotene depletion following ascorbate depletion in human plasma.

Proc. Soc. Exp. Biol. Med. 225: 32–38.

Middleton EC, Kandaswami, TC Theoharides. 2000. The effects of plant

flavonoids on mammalian cells: implications for inflammation, heart disease,

and cancer. Pharmacological Reviews 52:673-751.

Molyneux P. 2004. The use of the stable free radical diphenyl picrylhydrazil

(DPPH) for estimating antioxidant activity. Journal Science and Technology.

26 (2): 211-219.

Muchtadi TR, Fitriyono A. 2010. Teknologi Proses Pengolahan Pangan.

Bandung (ID): PT Alfabeta.

Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Ed ke-4. Kosasih,

Padmawinata, penerjemah. Bandung (ID) : ITB Press.

Salamah E, Ayuningrat E, Purwaningsih S. 2008. Penapisan awal komponen

bioaktif dari kijing taiwan (Anadonta woodiana Lea.) sebagai senyawa

antioksidan. Buletin Teknologi Hasil Perikanan 11(2):119-132.

Silvia BP, Sousa AC, Silvia GM, Mendes TP, Parente JP. 2002. A new bioactive

steroidal saponin from Agave attenuate. Zeitschrift fur Naturforschung 57C:

423-428.

Soeksmanto A, Hapsari Y, Simanjuntak P. 2007. Kandungan antioksidan pada

beberapa bagian tanaman mahkota dewa (Phaleria macrocarpa Scheff) Boerl.

(Thymelaceae). Biodiversitas 8: 92-95.

Sudjadi, Rohman A. 2004. Analisis Obat dan Makanan. Yogyakarta (ID): Pustaka

Pelajar.

Page 36: thp 2014 skripsi

22

Sultana B, Anwar F, Ashraf M. 2009. Effect of extraction solvent/technique on

the antioxidant activity of selected medicinal plant extracts. Molecules 14:

2167-2180.

Ukieyanna E. 2012. Aktivitas antioksidan, kadar fenolik, dan flavonoid tumbuhan

suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Wibowo C, Kusmana C, Suryani A, Hartati Y, Oktadiyani P. 2009. Pemanfaatan

pohon mangrove api-api (Avicennia spp.) sebagai bahan pangan dan obat.

Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian IPB 2009 Buku 1: Bidang pangan

dan energi. Bogor: LPPM-IPB.

Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor (ID): M-Brio Press.

Winarsi H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta (ID):

Kanisius.

Yunizal, Murtini JT, Dolaria N, Purdiwoto B, Abdulrokhim, Carkipan. 1998.

Prosedur Analisis Kimiawi Ikan dan Produk Olahan Hasil-Hasil Perikanan.

Jakarta (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan.

Page 37: thp 2014 skripsi

23

LAMPIRAN

Page 38: thp 2014 skripsi

24

Lampiran 1 Daun lindur (Bruguiera gymnorrhiza)

Sumber: Dokumentasi pribadi (2013)

Lampiran 2 Contoh perhitungan analisis proksimat daun lindur

a. Kadar air

Ulangan 1 : (34,81 – 34,32) g x 100% = 9,78%

(34,81 – 29,80) g

Ulangan 2 : (34,59 – 34,10) g x 100% = 9,78%

(34,59 – 29,58) g

% Kadar air rata-rata : (9,78 + 9,78)% = 9,78%

2

b. Kadar abu

Ulangan 1 : (26,66 – 26,25) g x 100% = 8,18%

(31,26 – 26,25) g

Ulangan 2 : (30,21 – 29,80) g x 100% = 8,18%

(34,81 – 29,80) g

% Kadar abu rata-rata : (8,18 + 8,18)% = 8,18%

2

c. Kadar protein

Ulangan 1

% N = (1,1-0)mL x 0,1002 x 14,007) x 100% = 1,53%

1,01 g

% Kadar protein = 1,53% x 6,25 = 9,55%

Ulangan 2

% N = (1,2-0)mL x 0,1002 x 14,007) x 100% = 1,67%

1,01 g

% Kadar protein = 1,67% x 6,25 = 10,42%

% Kadar protein rata-rata : (9,55 + 10,42)% = 9,77 %

2

d. Kadar lemak

Ulangan 1 : (74,68 – 74,47) g x 100% = 4,19%

5,01 g

Ulangan 2 : (74,36 – 74,18) g x 100% = 3,60%

5,00 g

% Kadar lemak rata-rata : (4,19 + 3,60)% = 3,90 %

2

Page 39: thp 2014 skripsi

25

e. Kadar serat kasar

Ulangan 1

Bobot serat kasar = (0,190-0,0039) g = 0,19 g

% Kadar serat kasar = 0,19 g x 100 % = 18,25%

0,102 g

Ulangan 2

Bobot serat kasar = (0,186-0,0038) g = 0,18 g

% Kadar serat kasar = 0,18 g x 100 % = 17,86%

0,102 g

% Kadar serat kasar rata-rata = (18,25 + 17,86)% = 18,05 %

2

Lampiran 3 Contoh perhitungan rendemen ekstrak

Pelarut Ulangan A

(gram)

B

(gram)

C

(gram)

Rendemen

(%)

Rata-Rata

(%)

N-heksana 1 50 37,1216 37,8821 1,52 1,53

2 50 35,8043 36,5787 1,55

Etil asetat 1 50 37,3283 38,7531 2,85 9,56

2 50 37,9546 39,3788 2,85

Metanol 1 50 36,1325 44,2718 16,28 15,79

2 50 37,2390 44,8861 15,29

Keterangan:

A : bobot awal sampel (gram)

B : bobot botol kosong (gram)

C : bobot botol+ekstrak (gram)

a. N-heksana

% Rendemen ekstrak (U1) = 37,8821-37,1216 x 100%

50

= 1,52%

b. Etil asetat

% Rendemen ekstrak (U1) = 38,7531-37,3238 x 100%

50

= 2,85%

c. Metanol

% Rendemen ekstrak (U1) = 44,,2718-36,1325 x 100%

50

= 16,28%

Lampiran 4 Hasil uji ANOVA jenis pelarut terhadap jumlah rendemen ekstrak

daun lindur

Sum of Squares f Mean Square F Sig.

Between Groups 248.071 2 124.035 758.626 .000

Within Groups .491 3 .164

Total 248.561 5

Page 40: thp 2014 skripsi

26

Lampiran 5 Hasil uji Duncan jenis pelarut terhadap jumlah rendemen ekstrak daun

lindur

Pelarut N Subset for alpha = 0,05

1 2 3

Metanol 2 1.5350c

Etil asetat 2 2.8500b

N-heksana 2 15.7850a

Sig. 1.000 1.000 1.000

Lampiran 6 Contoh perhitungan % inhibisi dan IC50

a. Persen inhibisi dan IC50 vitamin C

Sampel Konsentrasi

(ppm) A

%

inhibisi Persamaan garis

IC50

(ppm)

Blanko 0 0,301

Vitamin

C

3 0,279 25,401

y = 7,2377x + 5,3614 6,168 5 0,207 44,563

8 0,144 61,585

10 0,082 78,075

Persen inhibisi

% inhibisi = absorbansi blanko – absorbansi sampel x 100%

absorbansi blanko

Vitamin C 8 ppm = 0,301-0,144 x 100%

0,301

= 52,1595 %

Nilai IC50

50 = 7,2377x + 5,3614

44,939 = 7,2377 x

x = 6,168 ppm

Nilai IC50 untuk vitamin C adalah 6,168 ppm

b. Persen inhibisi dan IC50 ekstrak daun lindur

Sampel Konsentrasi

(ppm) A

%

inhibisi Persamaan garis

IC50

(ppm)

Blanko 0 0,301

Ekstrak

n-heksana

75 0,256 14,729

y = 0,0882x + 42,846

815,667

100 0,257 15,061

125 0,256 15,061

150 0,249 17,276

175 0,242 19,712

Page 41: thp 2014 skripsi

27

Ekstrak

etil asetat

75

0,157

47,951

y = 0,0709x + 41,905

100 0,156 48,062

125 0,144 50,831 114,175

150 0,148 52,270

175 0,136 54,707

Ekstrak

metanol

75 0,151 49,834

100 0,145 51,717

125 0,142 52,824 y = 0,0487x + 10,277 81,111

150 0,131 56,478

175 0,125 58,472

Lampiran 7 Hasil uji ANOVA jenis pelarut terhadap aktivitas antioksidan ekstrak

daun lindur

Lampiran 8 Hasil uji Duncan jenis pelarut terhadap aktivitas antioksidan ekstrak

daun lindur

Pelarut N Subset for alpha = 0,05

1 2

Metanol 2 94.249950a

Etil asetat 2 127.679450ab

N-heksana 2 906.028700c

Sig. .0687 1.000

Lampiran 9 Contoh perhitungan total fenol dan kurva standar

a. Kurva standar

Sampel Berat sampel

(g) Konsentrasi Absorbansi Persamaan garis

Asam galat 0,001

0

20

40

60

80

100

0,000

0,225

0,455

0,684

0,910

1,135

y = a+bx

Persamaan garis:

y = a+bx

y = 0,000333 + 0,001137x

Sum of Squares f Mean Square F Sig.

Between Groups 843953.668 2 421976.834 74.290 .003

Within Groups 17040.313 3 5680.104

Total 860993.980 5

Page 42: thp 2014 skripsi

28

b. Total fenol ekstrak

Ekstrak Berat sampel

(g) Absorbansi

Volume

(mL) FP

Total fenol

(mg GAE/g)

N-heksana 0,0025 0,176 2 - 12,407

Etil asetat 0,0025 0,692 2 2 97,567

Metanol 0,0024 0,410 2 - 30,074

c. Kurva standar asam galat

Page 43: thp 2014 skripsi

29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 9 Mei 1992. Penulis merupakan anak

kedua dari tiga bersaudara dari pasangan suami istri Sutrisno dan Lie Kui Lian.

Penulis lulus dari SDN 06 Jakarta pada tahun 2004, kemudian melanjutkan

pendidikan di SMP Negeri 34 Jakarta dan lulus tahun 2007. Selanjutnya penulis di

terima di SMA Negeri 40 Jakarta dan ulus pada tahun 2010. Penulis diterima

sebagai mahasiswa Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk

IPB (USMI).

Selama kegiatan perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi

sebagai anggota divisi keputrian LDK Al-Hurriyyah IPB (periode 2010-2011),

sebagai anggota divisi Sosial Masyarakat Peduli Pangan (periode 2011-2012)

Himpunan Mahasiswa Teknologi Hasil Perikanan, sebagai anggota divisi

Kaderisasi PPS Betako Merpati Putih IPB (periode 201-2011), sebagai bendahara

PPS Betako Merpati Putih IPB (periode 2011–2012), serta berbagai kepanitiaan

lainnya. Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Pengetahuan

Bahan Baku Hasil Perairan (2013-2014). Penulis telah melaksanakan praktik

lapangan pada tahun 2013 di PT Madidihang Freshindo, Muara Baru, Jakarta

Utara dengan judul “Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) pada

Proses Produksi Tuna Loin Segar di PT Madidihang Freshindo, Muara Baru,

Jakarta Utara” dibawah bimbingan Dr. Kustiariyah Tarman, S.Pi, M.Si