21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tumbuh Kembang Anak 1. Pengertian tumbuh kembang anak Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda Tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Menururt Whalley & Wong (2000) pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan besar sel di seluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan menyintesis protein baru, menghasilkan penambahan jumlah dan berat secara keseluruhan atau sebagian. Sedangkan perkembangan (development) adalah perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan atau kedewasaan (maturation), dan pembelajaran (learning). Perkembangan pada anak adalah bertambahnya kemampuan (skill) anak dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih, 1995). Nursalam, dkk. (2005) mendefinisikan perkembangan pada anak sebagai bertambahnya kemampuan dan struktur / fungsi tubuh anak yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi. Sementara itu menurut Whalley & Wong (2000), perkembangan pada anak merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh anak yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar. 7

TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-ismarakhma-5536-3-bab2pdf.pdf · perkembangan menurut DENVER II ... peralatan yang digunakan dan prosedur cara penilaian

  • Upload
    lyquynh

  • View
    224

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tumbuh Kembang Anak

1. Pengertian tumbuh kembang anak

Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang

sifatnya berbeda Tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu

pertumbuhan dan perkembangan.

Menururt Whalley & Wong (2000) pertumbuhan (growth)

merupakan peningkatan jumlah dan besar sel di seluruh bagian tubuh

selama sel-sel tersebut membelah diri dan menyintesis protein baru,

menghasilkan penambahan jumlah dan berat secara keseluruhan atau

sebagian. Sedangkan perkembangan (development) adalah perubahan

secara berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh,

meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan,

kematangan atau kedewasaan (maturation), dan pembelajaran (learning).

Perkembangan pada anak adalah bertambahnya kemampuan (skill)

anak dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola

yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan

(Soetjiningsih, 1995). Nursalam, dkk. (2005) mendefinisikan

perkembangan pada anak sebagai bertambahnya kemampuan dan struktur

/ fungsi tubuh anak yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat

diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel,

jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi.

Sementara itu menurut Whalley & Wong (2000), perkembangan pada

anak merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh anak yang

dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar.

7

2. Pengertian perkembangan motorik halus anak usia prasekolah

Perkembangan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan

otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi

oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih (Harlimsyah & F.P, 2008).

Menurut Nursalam, dkk. (2005), perkembangan motorik halus adalah

kemampuan untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerakan yang

melibatkan bagian tubuh-tubuh tertentu dan otot-otot kecil yang

memerlukan koordinasi secara cermat serta tidak memerlukan banyak

tenaga. Sementara itu menurut Widodo (2003) dalam Nursalam (2003),

perkembangan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-

otot halus berkoordinasi dengan otak dalam melakukan suatu kegiatan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa

perkembangan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-

otot halus dan otak yang memerlukan koordinasi tanpa tenaga yang

banyak dan dipengaruhi oleh kesempatan untuk bekerja dan berlatih.

3. Kemampuan motorik halus anak usia prasekolah

Setiap anak adalah individu yang unik akibat faktor bawaan dan

lingkungan yang berbeda. Karena itu pencapaian kemampuan

perkembangan anak juga berbeda, namun demikian setiap anak pasti

akan melalui semua tahapan sesuai dengan usia. Menurut Celicy (2002)

kemampuan motorik halus anak usia prasekolah berdasarkan pada usia

meliputi hal sebagai berikut :

a. Usia 3 tahun

Perkembangan motorik halus pada usia ini ditandai dengan

kemampuan untuk memasang menarik-narik sangat besar, anak sudah

mampu melukis tanda silang, berpakaian dan membuka pakaian

sendiri, dan melambaikan tangan, menyusun menara dari 8 kubus,

serta menggoyangkaan ibu jari.

8

b. Usia 4 tahun

Perkembangan motorik halus pada usia 4 tahun ditandai dengan

kemampuan anak untuk menggunakan gunting, menggunting

sederhana, dan anak sudah mulai mampu menggambar bujur sangkar.

c. Usia 5 tahun

Pada usia 5 tahun perkembangan motorik halus pada anak ditandai

dengan kemampuan untuk memukul paku dengan palu, mengikat tali

sepatu, menulis beberapa huruf alphabet, dan menulis nama.

d. Usia 6 tahun

Perkembangan motorik halus pada usia ini ditandai dengan

kemampuan untuk menggunakan garpu, menggunakan sendok,

menggunakan pisau, pergi tidur tanpa bantuan, dan membuat sesuatu

dari lilin / tanah liat.

4. Pemantauan perkembangan motorik halus anak

Pemantauan perkembangan motorik halus anak adalah hal penting

untuk mengetahui penyimpangan secara dini sehingga diperlukan upaya

pencegahan, upaya stimulasi, dan upaya penyembuhan dan pemulihan

dalam pelayanan kesehatan anak. Upaya tersebut dilakukan sesuai umur

perkembangan anak sehingga dapat tercapai kondisi optimal. Pada

umumnya terdapat pola-pola tertentu dalam perkembangan anak, namun

pada hakikatnya perkembangan pada masing-masing anak adalah unik

dan bersifat individu. Akibatnya tidak mungkin untuk mengukur

perkembangan anak secara keseluruhan, namun yang dapat diukur

hanyalah gejala / tanda-tanda tertentu dari perkembangan anak (Sachrin

(1996) dalam Hidayat, A. A (2008).

Kegiatan pemantauan perkembangan motorik halus anak dapat

dilakukan di pusat pelayanan kesehatan seperti puskesmas, posyandu

atau bahkan di lingkungan keluarga. Pemantauan yang dilakukan di

pusat-pusat pelayanan kesehatan dapat dilakukan menggunakan skirining

perkembangan menurut DENVER II (Denver Developmental Screening

9

test / DDST II), di dalam DDST (deteksi perkembangan) ini mencakup

empat aspek menurut Frankerburg (1981) yang dikutip oleh Soetjiningsih

(1995) Empat aspek tersebut salah satunya adalah perkembangan motorik

halus.

Dalam penilaian status perkembangan anak dengan DDST II ada

beberapa hal yang harus dipersiapkan terlebih dahulu, antara lain

peralatan yang digunakan dan prosedur cara penilaian. Peralatan yang

digunakan adalah spidol warna atau pensil dan skala DDST II.

Sementara itu prosedur dapat dilakukan dengan urutan sebagai

berikut, yaitu menentukan usia anak, memberi garis atau tanda pada usia

anak dan tarik atas dan bawah pada skala DDST II, melakukan penilaian

tingkat pencapaian pada masing-masing komponen (motorik halus,

motorik kasar, personal social, dan bahasa) pada batasan usia yang

ditentukan, dan menentukan hasil penilaian sebagai berikut.

Hasil penilaian berdasarkan DDST II dibedakan atas pertumbuhan

anak terlambat (abnormal) apabila terdapat 2 keterlambatan / lebih pada

2 sektor atau bila 1 sektor didapat lebih dari 2 keterlambatan ditambah 1

sektor atau lebih terdapat 1 keterlambatan, dan pertumbuhan meragukan

apabila dalam 1 sektor terdapat 2 keterlambatan atau lebih didapat 1

keterlambatan. Selain itu juga dengan menentukan ada tidaknya

keterlambatan pada masing-masing sektor bila menilai setiap sektor

(tidak menyimpulkan ganngguan perkembangan secara keseluruhan).

Sementara itu pemantauan yang dilakukan di posyandu dan

lingkungan keluarga misalnya dengan menggunakan kartu perkembangan

anak dan menggunakan keluarga balita. Berdasarkan buku pedoman

Deteksi Tumbuh Kembang yang disusun oleh Departemen Kesehatan

tersebut, tes perkembangan yang dapat dilakukan adalah Kuesioner Pra

Skirining. Tes KPSP hanya ditujukan pada orang tua dan diperguankan

sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan untuk perkembangan

anak usia 3 bulan sampai 6 tahun. Pertanyaan dalan KPSP harus dijawab

dengan ‘ya’ atau ‘tidak’ oleh orang tua.

10

Setelah semua pertanyaan dijawab, selanjutnya hasil KPSP dinilai

dengan criteria sebagai berikut, yaitu apabila jawaban ‘ya’ berjumlah 9-

10, berarati anak tersebut normal (perkembangan baik), dan apabila

jawaban ‘ya’ kurang dari 9, maka perlu diteliti lebih lanjut mengenai

apakah cara menghitung usia dan kelompok pertanyaaanya sudah sesuai,

atau kesesuaian jawaban orang tua dengan maksud pertanyaan. Apabila

ada kesalahan, maka pemeriksaan harus diulang. Apabila setelah diteliti,

jawaban ‘ya’ berjumlah 7-8, berarti hasilnya adalah meragukan dan perlu

diperiksa ulang 1 minggi kemudian. Apabila jawaban ‘ya’ berjumlah 6

atau kurang, berarti hasilnya kurang atau positif untuk perlu dirujuk guna

pemerikasaan lebih lanjut.

5. Ciri-ciri perkembangan

Perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan.

Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf

pusat dengan organ yang dipengaruhinya, antara lain oleh perkembangan

system berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh.

Menurut Suganda (2002) dalam Hidayat, A. A. (2005) , ciri-ciri

perkembangan meliputi hal berikut:

a. Perkembangan melibatkan perubahan

Karena perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan, maka

setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan

system reproduksi misalnya, disertai dengan perubahan pada organ

kelamin, perkembangan intelegensia menyertai pertumbuhan otak dan

serabut saraf. Perubahan-perubahan ini meliputi perubahan ukuran

tubuh secara umum, perubahan proporsi tubuh, berubahnya ciri-ciri

lama dan timbulnya ciri-ciri baru sebagai tanda kematangan suatu

organ tubuh tertentu.

b. Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya

Seseorang tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum

ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak

11

akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Karena itu perkembangan

awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan

perkembangan selanjutnya.

c. Perkembangan mempunyai pola yang tetap

Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang

tetap, yaitu perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala

kemudian menuju daerah kaudal, dan pola ini disebut pola

sefalokaudal. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal

(gerakan kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang

mempunyai kemampuan dalam gerakan halus dan pola ini disebut

proksimodistal.

d. Perkembangan memilki tahap yang berurutan

Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola yang teratur dan

berurutan, tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya

anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu

membuat gambar kotak, berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.

e. Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda

Seperti halnya pertumbuhan, perkembangan berlangsung dalam

kecepatan yang berbeda-beda, kaki dan tangan berkembang pesat pada

awal remaja, sedangkan begian tubuh yang lain mungkin berkembang

pesat pada masa lainnya.

f. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan

Pada saat pertumbuhan berlengsung cepat, perkembangan pun

demikian, terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi dan

lain-lain.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak

Menurut Hidayat, A.A (2006), dalam proses pertumbuhan dan

perkembangan pada anak setiap individu akan mengalami siklus yang

berbeda setiap kehidupan manusia. Peristiwa tersebut secara cepat

maupun lambat tergantung dari individu atau lingkungan. Proses

12

percepatan dan perlambatan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor, diantaranya:

a. Faktor dalam (internal)

1) Genetika

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir

proses tumbuh kembang anak, yaitu:

a) Perbedaan ras, etnis, atau bangsa

Tinggi badan orang Indonesia atau bangsa lainnya, dengan

demikian postur tubuh tiap bangsa berlainan.

b) Keluarga

Ada keluarga yang cenderung mempunyai tubuh gemuk atau

perawakan pendek.

c) Umur

Masa prenatal, masa bayi, dan masa remaja merupakan tahap

yang mengalami pertumbuhan cepat dibandingkan dengan masa

lalu.

d) Jenis kelamin

Wanita akan mengalami masa prapubertas lebih dahulu

dibandingkan dengan laki-laki.

e) Kelainan kromosom

Dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan, misalnya

sindroma down.

2) Pengaruh hormon

Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat

janin berumur 4 bulan. Pada saat itu, terjadi pertumbuhan yang

cepat. Hormon yang berpengaruh oleh terutama adalah hormon

pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan kelenjar pituitary.

Selain itu, kelenjar tiroid juga mengahasilkan kelenjar tiroksin

yang berguna untuk metabolisme serta maturasi tulang, gigi, dan

otak.

13

b. Faktor lingkungan (luar)

Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh dikelompokkan menjadi

tiga, yaitu pranatal, kelahiran, dan pascanatal

1) Lingkungkan pranatal (selama kehamilan), meliputi:

a) Gizi, nutrisi ibu hamil akan memengaruhi pertumbuhan janin,

terutama selama trimester akhir kehamilan.

b) Mekanis. Posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat

menyebabkan kelainan congenital, misalnya club foot.

c) Toksin, zat kimia, radiasi.

d) Kelainan endokrin.

e) Infeksi TORCH atau penyakit menular seksual.

f) Kelainan imonulogi.

g) Psikologis ibu.

2) Lingkungan pascanatal

Selain faktor lingkungan intrauteri, lingkungan setelah anak lahir

yang juga dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak misalnya

budaya lingkungan, social ekonomi keluarga, nutrisi, iklim atau

cuaca, kebiasaan berolahraga, posisi anak dalam keluarga, dan

stasus kesehatan.

a) Budaya ligkungan

Budaya lingkungan dalam hal ini adalah masyarakat dapat

mempengaruhi tumbuh kembang anak dalam memahami atau

mempersiapkan pola hidup sehat. Sebagai contoh, anak dalam

usia tumbuh kembang membutuhkan makanan yang bergizi,

namun karena adanya adat atau budaya tertentu dilarang makan

tertentu, padahal makanan tersebut dibutuhkan untuk perbaikan

gizi. Contoh yang lain adalah perbedaan budaya kehidupan kota

dan kehidupan desa dalam waktu tidur. Di kota karena banyak

hiburan dan saluran TV sampai malam. Kebiasaan ini

kemungkinan besar dapat mempengaruhi tumbuh kembang.

14

b) Stasus sosial ekonomi

Stasus sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi tumbuh

kembang anak. Hal ini dapat terlihat anak dengan social

ekonomi tinggi, tentunya pemenuhan kebutuhan gizi sangat

cukup baik dibandingkan dengan anak dengan social

ekonominya rendah. Stasus pendidikan keluarga juga menjadi

salah satu faktor tumbuh kembang anak. Keluarga dengan

tingkat pendidikan rendah biasanya sulit menerima arahan

dalam pemenuhan gizi dan sulit diyakinkan mengenai

pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi atau pentingnya

pelayanan kesehatan lain yang menunjang tumbuh kembang

anak.

c) Nutrisi

Nutrisi adalah salah satu komponen penting yang menunjang

kelangsungan proses tumbuh kembang. Selama masa tumbuh

kembang, anak sangat membutuhkan zat gizi seperti protein,

karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Apabila

kebutuhan tersebut tidak atau kurang terpenuhi, maka proses

tumbuh kembang selanjutnya dapat terhambat.

d) Iklim / cuaca

Iklim atau cuaca juga menjadi salah satu faktor tumbuh

kembang anak. Pada musim tertentu, makanan bergizi dapat

mudah diperoleh, atau sebaliknya, justru menjadi sulit diperoleh.

Misalnya pada musim kemarau, sumber makanan atau hasil

panen sebagai faktor pemenuhan gizi anak menjadi terbatas

karena berkurangnya kadar air dalam tanah.

e) Olahraga / latihan fisik

Olahraga atau latihan fisik dapat memacu perkembangan anak

karena meningkatkan sirkulasi darah sehingga pasokan oksigen

ke seluruh tubuh menjadi teratur. Hal ini selanjutnya dapat

meningkatkan stimulasi perkembangan otot dan pertumbuhan

15

sel. Dari sisi aspek social, anak dapat berinteraksi dengan

teman-teman sesuai dengan jenis olahraga yang ditekuni.

f) Posisi anak dalam keluarga

Posisi anak dalam keluarga dapt mempengaruhi tumbuh

kembangnya. Pada anak pertama atau tunggal, secara umum

kemampuan intelektualnya lebih menonjol dan cepat

berkembang karena sering berinteraksi dengan orang dewasa.

Namun, perkembangan motoriknya kadang-kadang terlambat

karena tidak ada stimulasi yang biasanya dilakukan saudara

kandungnya. Sedangkan pada anak kedua atau anak yang berada

di tengah, kepercayaan diri orang tua yang sudah merasa biasa

dalam merawat anak akan membuat anak lebih cepat dan mudah

beradaptasi, namun perkembangan intelektual mereka mungkin

tidak senaik anak pertama. Meskipun demikian, kecenderungan

tersebut juga tergantung pada keluarga.

g) Stasus kesehatan

Stasus kesehatan anak dapt mempengaruhi pada pencapaian

tumbuh kembang. Pada anak dengan kondisi tubuh yang sehat,

percepatan untuk tumbuh kembang sangat mudah. Namun

sebalikanya, apabila kondisi stasus kesehatan kurang baik, akan

terjadi perlambatan. Sebagai contoh, pada saat anak seharusnya

mencapai puncak dalam tumbuh kembang namun mengalami

penyakit kronis, maka pencapaian kemampuan untuk maksimal

dalam tumbuh kembang tersebut akan mengalami hambatan.

h) Faktor hormonal

Faktor hormonal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak

diantaranya adalah somatotropin (hormon pertumbuhan) yang

menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilago dan system

skeletal untuk pertumbuhan tinggi badan, hormon tiroid yang

menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk

memproduksi testoteron dan ovarium untuk memproduksi

16

estrogen, yang selanjutnya akan menstimulasi perkembangan

seks, baik pada anak laki-laki maupun perempuan sesuai dengan

peran hormonya (Whalley & Wong, 1995).

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik

Faktor-faktor yang dapat mempercepat atau memperlambat

perkembangan motorik menurut Rumini, S & Sundari, S (2004) antara

lain ialah:

a. Faktor genetik

Individu mempunyai beberapa factor ketrunan yang dapat menunjang

perkembangan motorik misalnya otot kuat, syaraf baik, cerdas,

menyebabkan perkembangan motorik individu tersebut menjadi baik

dan cepat.

b. Faktor kesehatan pada periode prenatal

Janin yang selama dalam kandungan dalam keadaan sehat, tidak

keracunan, tidak kekurangan gizi, tidak kurang vitamin, dapat

membantu memperlancar perkembangan motorik anak.

c. Faktor kesulitan dalam kelahiran

Bayi yang mengalami kesulitan dalam kelahiran, misalnya dalam

perjalanan kelahiran dengan bantuan alat (vacum, tang) sehingga bayi

mengalami kerusakan otak, akam memperlambat perkembangan

motorik bayi.

d. Kesehatan dan gizi

Kesehatan gizi yang baik pada awal kehidupan pasca lahir akan

mempercepat perkembangan motorik bayi.

e. Rangsangan

Adanya rangsangan, bimbingan dan kesempatan anak untuk

menggerakan semua bagian tubuh, akan mempercepat perkembangan

motorik. Sehingga anak yang di play group lebih aktif bermain sambil

belajar, pendidik memberikan instruksi saja dengan alat peraganya.

17

f. Perlindungan

Perlindungan yang berlebihan sehingga anak tidak ada waktu untuk

bergerak, misalnya anak hanya digendong terus, ingin naik tangga

tidak boleh, akan menghambat perkembangan motorik anak.

g. Prematur

Kelahiran sebelum masanya disebut prematur, biasanya

memperlambat perkembangan motorik.

h. Kelainan

Individu yang mengalami kelainan, baik fisik maupun psikis, social,

mental, biasanya mengalami hambatan perkembangan motorik.

i. Kebudayaan

Peraturan daerah setempat dapat mempengaruhi perkembangan

motorik ini. Misalnya ada daerah yang tidak mengijinkan anak putri

naik sepeda, maka akan diberi pelajaran naik sepeda roda tiga.

B. Play group (Kelompok Bermain)

1. Pengertian

Play group adalah pendidikan anak-anak di usia 3 sampai 6 tahun,

di play group ini anak-anak diperkenalkan tentang sekolah sejak dini,

bagaimana berinteraksi dengan orang lain, cara mengenal warna, bentuk,

binatang, dan sebagainya sebagai bentuk pengetahuan dasar (Maimunah,

H, 2009). Menurut Muliawan (2009) dalam Maimunah (2009), play

group adalah sebuah kelompok yang terdiri dari anak usia 3-6 tahun.

Sesuai dengan namanya, maka play group & Tk harus dilengkapi dengan

berbagai fasilitas bermain anak dan suasana yang menyenangkan bagi

anak. Sementara menurut Chugani (2007) dalam Maimunah (2009), play

group atau kelompok bermain adalah suatu lembaga yang dikelolah

untuk membantu menumbuh kembangkan semua aspek yang ada pada

anak dini usia. Tempat ini biasanya menjadi alternative orangtua yang

sibuk kerja atau tidak mempunyai waktu untuk mengasuh anaknya

(sekitar 3-4 tahun). Di tempat ini mereka menitipkan anak-anaknya

18

dengan berbagai harapan dapat membantu tumbuh kembangnya dengan

baik. Akan tetapi dalam lapangan masih banyak sekali masalah dan

kekurangan yang dihadapinya, terutama yang lembaga yang belum

professional. Masalah-masalah itu antara lain masalah tenaga

pendidik/pengasuh, dan orangtua.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa play group adalah kelompok bermain untuk anak usia pra sekolah

(3-6 tahun) yang di dalamnya ada beberapa stimulasi untuk merangsang

perkembangan anak, sedang dalam stimulasi pendidik menggunakan alat

peraga atau alat permainan edukatif sehingga anak lebih aktif.

2. Tujuan

Secara umum, tujuan pendidikan anak usia dini adalah

mengembangkaan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan

untuk hidup agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya

(Ma’mur, 2009).

Tujuan kerangka dasar kurikulum pendidikan anak usia dini adalah

kerangka dasar yang dijadikan sebagai acuan bagi lembaga pendidikan

anak usia dini dalam mengembangkan kurikulum (Ma’mur, 2009).

Secara spesifiknya, tujuan diselenggarakannya pendidikan anak

usia dini dibedakan menjadi tujuan utama dan tujuan penyerta. Tujuan

utama adalah untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu

anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat

perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam

memasuki pendidikan dasar dan dalam mengarungi kehidupan di masa

dewasa. Sedangkan tujuan penyerta adalah untuk membantu menyiapkan

anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah (Ma’mur, 2009).

19

Play group / kelompok bermain mempunyai tujuan umum, sebagai

berikut:

a. Membiasakan anak untuk bersosialisasi dan berkomunikasi dengan

teman sebaya agar mampu peduli dan berbagi dengan sesama.

b. Memperkenalkan kepada anak lingkungan yang beragam dan

lingkungan yang bernuansa Islam.

c. Menanamkan dasar-dasar leadership pada anak sejak usia dini agar

memiliki kepekaan dan keingintahuan lebih dalam terhadap segala

sesuatu yang dihadapinya.

d. Membantu menstimulasi dan mengembangkan potensi efektif,

kognitif dan psikomotor anak.

e. Memperkenalkan suasana sekolah yang menyenangkan kepada anak

sehingga memberikan image yang baik agar mempermudah orang tua

dalam anak ke jenjang sekolah yang sesungguhnya.

Menurut Harianti (2003) dalam Maimunah (2009), tujuan dari

pendidikan prasekolah ini diselenggarakan yaitu untuk membantu

meletakkan dasar sikap, pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta

diluar lingkungan keluarga bagi anak usia sebelum memasuki

pendidikan dasar.

Menurut Rahman (2005) dalam Maimunah (2009), tujuan

program pendidikan anak prasekolah adalah mengembangkan seluruh

aspek fisik mental, emosi, social dan bahasa anak.

3. Metode Pengajaran

Mengajar anak usia dini membutuhkan metodologi yang unik dan

kreatif . Disinilah signifikannya peran seorang guru dalam mendidik dan

menggali potensi anak didik. Menurut rini utami aziz, pendidik harus

memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen

pembelajaran, sehat jasmani dan ruhani, serta memiliki kemampuan

untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

20

Kualitas pendidik sangat menentukan hasil pembelajaranyang

dicapai. Kegagalan dan kesuksesan pendidikan sangat dipengaruhi oleh

kualitas tenaga pengajar yang menguasai materi, metodologi pengajaran,

dan skills yang profesional.

Walaupun pendidikan berlangsung sepanjang hayat, namun Maria

Montessori, enam tahun pertama masa anak adalah jangka waktu yang

paling penting bagi perkembangannya. Tahun prasekolah menjadi masa

anak membina kepribadian mereka. Karenanya, setiap usaha yang

dirancang untuk mengembangkan minat dan potensi anak harus

dilakukan pada masa awal ini untuk membimbing anak menjadi diri

mereka dengan segala kelebihannya. Orang tua dan pendidik harus dapat

membantu anak menyadari dan merealisasikan potensi anak untuk

menimba ilmu pengetahuan, bakat, dan kepribadian yang utuh.

Acuan memilih metode pengajaran untuk anak usia 0-6 tahun

menurut penasihat Himpunan Tenaga Kependidikan Usia Dini, Dr.

Anggani Sudono MA, adalah melibatkan anak dalam kegiatan belajar.

Karena itu, ketika di sekolah, anak sebaiknya diajak memilih materi yang

ingin dieksplorasi. Dengan begitu, anak mendapat inspirasi dan belajar

mengambil keputusan sendiri. Terdapat beberapa metode pengajaran

yang disesuaikan dengan tahap uaia anak. Pertama, anak dapat mengikuti

kegiatan di sekolah taman bermain. Apa pun metodenya, yang harus

diperhatikan ialah hubungan komunikasi guru dengan anak, bagaimana

cara guru itu berkomunikasi. Ketika mengajar, sebaikanya guru tidak

mendominasi kegiatan anak.

Kedua, pada usia 5 tahun, anak dapt diberikan kegiatan yang bisa

memberi kesempatan untuk mengobservasi sesuatu. Sebaiknya, pendidik

tidak melulu mencontohkan lalu anak mengikuti. Tapi, biarkan anak

mencoba-coba, misal anak menggambar bunga dengan warna hijau,

kuning atau biru. Pendidik dapat memberikan kosakata baru pada anak

dan membiarkan merangkai kalimat.

21

Ketiga, pada usia 6-12 tahun : perbanyaklah melatih kemampuan

anak bercerita dan mempersentasikan apa yang mereka ketahui. Metode

belajar ditekankan pada bagaimana anak berpikir kreatif. Salah satunya

dengan metode main mapping, yaitu membuat jaringan topik. Misal,

minta anak menjelaskan konsep meja dan biarkan anak memaparkan satu

per satu pengetahuannya tentang meja mulai dari berbagai bentuk, fungsi

sampai jumlah penyangganya.

Proses belajar mengajar yang baik adalah jika anak berinteraksi

dengan pendidik, yaitu orang tua dan guru. Karena itu, pendidik harus

pandai menciptakan situasi yang nyaman, membangkitkab semangat

belajar, dan anak antusias belajar dengan memberikan metode pengajaran

yang tepat. Jika tipe belajar anak lebih aktif melalui alat pendengarannya

(auditif), maka anak bisa diajarkan dengan mendengarkan kaset yang

diselingi dengan menunjukan gambarnya (demomntrasi). Dapat juga

dengan memutarkan video agar anak melihat (visual) dengan jelas apa

yang terjadi. Dengan harapan, tujuan pembelajaran akan lebih mudah

tercapai untuk meningatkan pola perkembangannya (Ma’mur, 2009).

4. Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Kurikulum adalah inti sebuah lembaga pendidikan.

Kurikulum yang benar akan menghasilakan pengajaran dan kegiatan

yang terpadu dan holistik yang mengarah kepada visi dan misi lembaga

pendidikan yang dicanangkan. Di sinilah pentingnya menyusun

kurikulum yang visioner dan prospektif (Ma’mur, 2009)

Kurikulum harus disesuaikan dengan perkembangan anak. Menurut

Harizal (2005) dalam Maimunah (2009), anak-anak dalam kelompok

prasekolah. Anak hanya bermain, melakukan latihan berkelompok,

melakukan penjelajahan, bertanya, menirukan, dan menciptakan sesuatu.

22

Pada masa ini, anak mengalami kemajuan pesat dalam ketraampilan

menolong dirinya sendiri dan dalam ketrampilan bermain. Seluruh sistem

geraknya sudah lentur, sering mengulangi perbuatan yang diminatinya,

dan melakukan secara wajar tanpa rasa malu. Hal-hal yang menarik

adalah anak-anak juga ingin mandiri dan tak banyak lagi mau tergantung

pada orang lain.

Sehubungan dengan ciri-ciri di atas, tugas perkembangan yang

diemban anak-anak adalah sebagai berikut :

a. Belajar ketrampilan fisik yang diperlukan untuk bermain.

b. Membangun sikap yang sehat terhadap diri sendiri.

c. Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya.

d. Mengembangkan peran sosial sebagai lelaki atau perempuan.

e. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan dalam hidup

sehari-hari.

f. Mengembangkan hati nurani, penghayatan moral, dan sopan santun.

g. Mengembangka ketrampilan dasar untuk membaca, menulis,

matematika, dan berhitung.

h. Mengembangkan diri untuk kemerdekaan diri.

Dengan adanya tugas perkembangan yang diemban anak-anak,

diperlukan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi anak-

anak yang bisa “dibungkus” dengan permainan, suasana riang, enteng,

beryanyi, dan menari. Bukan yang pendekatan pembelajaran yang

penuh dengan tugas-tugas berat, apalagi dengan tingkat pengetahuan,

ketrampilan, dan pembiasaan yang tidak sederhana lagi, seperti

paksaan untuk membaca, menulis, dan berhitung dengan segala

pekerjaan rumahnya yang melebihi kemampuan anak-anak (Ma’mur,

2009).

23

5. Ketrampilan

Ketrampilan yang seharusnya dikuasai anak-anak peserta PAUD

(termasuk play group) adalah ketrampilan melukis, menggambar,

memainkan permainan edukatif, mengenali kemampuan terbesarnya, dan

lain-lain dengan latihan intensif. Ketrampilan-ketrampilan ini bisa

berkembang sesuai dengan perkembangan potensi anak didik yang ada,

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan pesatnya gelombang

informasi yang berjalan secara massif dan eskalatif. Dalam konteks ini

guru berperan aktif mengembangkan ketrampilan anak didik secara

maksimal, mempunyai tips-tips khusus menggali dan

mengembangkannya agar sesuai dengan bakat dan minatnya (Ma’mur,

2009).

Fasilitas, sarana prasarana, dan perangkat yang lain harus disiapkan

demi suksenya pendidikan ketrampilan anak usia dini. Dengan sarana

prasarana yang memadai, anak tertarik untuk mencoba dan terus

mencoba sampai bisa, mengingat watak dasar anak adalah meniru dan

melakukan apa saja yang disenanginya (Ma’mur, 2009).

C. Perbedaan Antara Perkembangan Motorik Halus Anak Usia

Prasekolah di Kelompok Bermain Dengan Anak yang tidak di

Kelompok Bermain

Perkembangan motorik halus anak usia prasekolah adalah

kemampuan untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerakan yang

melibatkan bagian tubuh-tubuh tertentu dan otot-otot kecil yang

memerlukan koordinasi secara cermat serta tidak memerlukan banyak

tenaga (Nursalam, dkk, 2005). Dalam usia prasekolah anak sangat

membutuhkan rangsangan untuk stimulasi perkembangannya terutama

perkembangan motorik halus. Sering anak yang di play group mendapatkan

pendidikan dan ketrampilan untuk memacu perkembangannya dibanding

dengan anak yang tidak di play group. Sehingga terdapat perbedaan antara

anak yang di play group dan tidak di play group.

24

Kelompok bermain (play group) adalah sebuah kelompok yang

terdiri dari anak usia 3-6 tahun. Sesuai dengan namanya maka play group

dilengkapi dengan berbagai fasilitas bermain anak dan suasana yang

menyenangkan bagi anak (Muliawan (2009) dalam Maimunah (2009).

Dalam kelompok bermain (play group) ini lebih banyak bermain daripada

belajar sehingga merangsang stimulasi anak dalam ketrampilannya, di

dalam play group anak diajarkan bagaimana cara memegang alat makan

yang benar, alat untuk menulis yang benar, menyusun bangun-bangunan,

menggunting dan ketrampilan lainnya. Sehingga anak yang di play group

lebih cepat berkembang motorik halusnya dibanding dengan anak yang

tidak di play group. Dalam perkembangan motorik halus anak usia

prasekolah ini menggunakan gerakan otot-otot halus berkoordinasi dengan

otak dalam melakukan suatu kegiatan. Anak yang di play group motorik

halusnya dapat berkembang secara optimal karena mendapatkan

pembelajaran, latihan serta ketrampilan yang dapat diulang kembali pada

waktu anak di rumah dibanding dengan anak yang tidak di play group.

Sedangkan anak yang tidak di play group hanya mendapatkan

pendidikan atau pengetahuan dari orangtuanya atau orang disekitarnya.

Mungkin pendidikan atau pengetahuan tersebut tidak sama dengan apa yang

didapat anak yang di play group. Seringnya anak banyak bermain diluar dan

kurang dalam belajarnya mengakibatkan perkembangan motorik halusnya

mungkin terhambat, seharusnya anak yang sudah bisa menyusun,

menggunting, menghitung, menulis, menggambar maupun ketrampilan

lainnya namun belum bisa melakukannya. Sehingga play group mempunyai

peran yang cukup besar dalam memacu perkembangan motorik halus anak

usia prasekolah.

25

D. Kerangka teori

Skema 2.1

Kerangka Teori Penelitian

Sumber: Soetjiningsih (1995)

26

Faktor internal :1. Genetika

a. Perbedaan ras, etnis, atau bangsa

b. Keluarga c. Umurd. Jenis kelamine. Kelainan kromosom

2. Pengaruh hormon

Faktor eksternal :

• Pranatal

1. Gizi 2. Toksin3. Infeksi4. Kelainan imunologi5. Psikologi ibu

• Postnatal

1. Pengetahuan ibu gizi2. Gizi3. Budaya lingkungan4. Status social lingkungan5. Lingk.fisik6. Lingk.pengasuhan7. Stimulasi PLAY

GROUP8. Olahraga

Perkembangan motorik

halus anak usia

prasekolah

E. Kerangka Konsep

variabel bebas variabel terikat

Skema 2.2

Kerangka Konsep Penelitian

F. Variabel penelitian

1. Variabel bebas adalah anak usia prasekolah di kelompok bermain dengan

anak yang tidak di kelompok bermain di Desa Ambokembang.

2. Variabel terikat adalah perkembangan motorik halus anak usia prasekolah.

G. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah:

Ada perbedaan perkembangan motorik halus antara anak di kelompok

bermain dengan anak yang tidak di kelompok bermain.

27

Anak usia

prasekolah di

play group

Perkembangan

motorik halus anak

usia prasekolah

Perkembangan

motorik halus anak

usia prasekolah

Anak usia

prasekolah

tidak di play

group