33
NAMA : HIFZUL MA’ADI NIM : 011.06.0007 DD Trombositopenia DEFINISI Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan bagian dari pembekuan darah. Darah biasanya mengandung sekitar 150.000-350.000 trombosit/mL. Jika jumlah trombosit kurang dari 30.000/mL, bisa terjadi perdarahan Abnormal meskipun biasanya gangguan baru timbul jika jumlah trombosit mencapai kurang dari 10.000/mL. PENYEBAB Penyebab trombositopenia: 1. Sumsum tulang menghasilkan sedikit trombosit a. Leukemia b. Anemia aplastik c. Hemoglobinuria nokturnal paroksismal d. Pemakaian Alkohol yang berlebihan e. Anemia megaloblastik f. Kelainan sumsum tulang 2. Trombosit terperangkap di dalam limpa yang membesar a. Sirosis disertai splenomegali kongestif b. Mielofibrosis c. Penyakit Gaucher 3. Trombosit menjadi terlarut a. Penggantian darah yang masif atau transfusi ganti (karena platelet tidak dapat bertahan di dalam darah yang ditransfusikan)

Trombositopenia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Trombositopenia

NAMA : HIFZUL MA’ADI

NIM : 011.06.0007

DD

TrombositopeniaDEFINISI

Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan bagian dari pembekuan darah.

Darah biasanya mengandung sekitar 150.000-350.000 trombosit/mL.Jika jumlah trombosit kurang dari 30.000/mL, bisa terjadi perdarahan Abnormal meskipun

biasanya gangguan baru timbul jika jumlah trombosit mencapai kurang dari 10.000/mL.

PENYEBAB

Penyebab trombositopenia:

1. Sumsum tulang menghasilkan sedikit trombosita. Leukemiab. Anemia aplastikc. Hemoglobinuria nokturnal paroksismald. Pemakaian Alkohol yang berlebihane. Anemia megaloblastikf. Kelainan sumsum tulang

2. Trombosit terperangkap di dalam limpa yang membesara. Sirosis disertai splenomegali kongestifb. Mielofibrosisc. Penyakit Gaucher

3. Trombosit menjadi terlaruta. Penggantian darah yang masif atau transfusi ganti (karena platelet tidak dapat

bertahan di dalam darah yang ditransfusikan)b. Pembedahan bypass kardiopulmoner

4. Meningkatnya penggunaan atau penghancuran trombosita. Purpura trombositopenik idiopatik (ITP)b. Infeksi HIVc. Purpura setelah transfusi darahd. Obat-obatan, misalnya heparin, kuinidin, kuinin, antibiotik yang mengandung

sulfa, beberapa obat diabetes per-oral, garam emas, rifampine. Leukemia kronik pada bayi baru lahirf. Limfomag. Lupus eritematosus sistemik

Page 2: Trombositopenia

h. Keadaan-keadaan yang melibatkan pembekuan dalam pembuluh darah, misalnya komplikasi kebidanan, kanker, keracunan darah (septikemia) akibat bakteri gram negatif, kerusakan otak traumatik

i. Purpura trombositopenik trombotikj. Sindroma hemolitik-uremikk. Sindroma gawat pernafasan dewasa

- Infeksi berat disertai septikemia.

GEJALA

Perdarahan kulit bisa merupakan pertanda awal dari jumlah trombosit yang kurang.Bintik-bintik keunguan seringkali muncul di tungkai bawah dan cedera ringan bisa menyebabkan memar yang menyebar.

Bisa terjadi perdarahan gusi dan darah juga bisa ditemukan pada tinja atau air kemih.Pada penderita wanita, darah menstruasinya sangat banyak.

Perdarahan mungkin sukar berhenti sehingga pembedahan dan kecelakaan bisa berakibat fatal.

Jika jumlah trombosit semakin menurun, maka perdarahan akan semakin memburuk.Jumlah trombosit kurang dari 5.000-10.000/mL bisa menyebabkan hilangnya sejumlah besar darah melalui saluran pencernaan atau terjadi perdarahan otak (meskipun otaknya sendiri tidak mengalami cedera) yang bisa berakibat fatal.

PURPURA TROMBOSITOPENIK IDIOPATIK (ITP)

Purpura Trombositopenik Idiopatik adalah suatu penyakit dimana terjadi perdarahan abnormal akibat rendahnya jumlah trombosit tanpa penyebab yang pasti.

Penyebab dari kekurangan trombosit tidak diketahui (idiopatik). Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun, dimana tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang trombositnya sendiri.Meskipun pembentukan trombosit di sumsum tulang meningkat, persediaan trombosit yang ada tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh.

Page 3: Trombositopenia

Pada anak-anak, penyakit ini biasanya terjadi setelah suatu infeksi virus dan setelah bebeerapa minggu atau beberapa bulan akan menghilang tanpa pengobatan.

Gejalanya bisa timbul secara tiba-tiba (akut) atau muncul secara perlahan (kronik).Gejalanya berupa:- bintik-bintik merah di kulit sebesar ujung jarum- memar tanpa penyebab yang pasti- perdarahan gusi dan hidung- darah di dalam tinja.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala serta hasil pemeriksaan darah dan sumsum tulang yang menunjukkan rendahnya jumlah trombosit dan adanya peningkatan penghancuran trombosit.

Pada penderita dewasa, diberikan kortikosteroid (misalnya prednison) dosis tinggi untuk mencoba menekan respon kekebalan tubuh. Pemberian kortikosteroid hampir selalu bisa meningkatkan jumlah trombosit, tetapi efeknya hanya sekejap.Obat-obat yang menekan sistem kekebalan (misalnya azatioprin) juga kadang diberikan.Jika pemberian obat tidak efektif atau jika penyakitnya berulang, maka dilakukan pengangkatan limpa (splenektomi).

Imun globulin atau faktor anti-Rh (bagi penderita yang memiliki darah Rh-positif) dosis tinggi diberikan secara intravena kepada penderita yang mengalami perdarahan hebat akut.Obat ini juga digunkan untuk periode yang lebih lama (terutama pada anak-anak), guna mempertahankan jumlah trombosit yang memadai untuk mencegah perdarahan.

TROMBOSITOPENIA AKIBAT PENYAKIT

Infeksi HIV (virus penyebab AIDS) seringkali menyebabkan trombositopenia. Penyebabnya tampaknya adalah antibodi yang menghancurkan trombosit.Pengobatannya sama dengan ITP. Zidovudin (AZT) yang diberikan untuk memperlambat penggandaan virus AIDS, seringkali menyebabkan meningkatnya jumlah trombosit.

Lupus eritematosus sistemik menyebabkan berkurangnya jumlah trombosit dengan cara membentuk antibodi.Disseminated intravascular coagulation (DIC) menyebabkan terbentuknya bekuan-bekuan kecil di seluruh tubuh, yang dengan segera menyebabkan

Page 4: Trombositopenia

berkurangnya jumlah trombosit dan faktor pembekuan.

PURPURA TROMBOSITOPENIK TROMBOTIK

Purpura Trombositopenik Trombotik adalah suatu penyakit yang berakibat fatal dan jarang terjadi, dimana secara tiba-tiba terbentuk bekuan-bekuan darah kecil di seluruh tubuh, yang menyebabkan penurunan tajam jumlah trombosit dan sel-sel darah merah, demam dan kerusakan berbagai organ.

Penyebab penyakit ini tidak diketahui.Bekuan darah bisa memutuskan aliran darah ke bagian otak, sehingga terjadi gejala-gejala neurologis yang aneh dan hilang-timbul.Gejala lainnya adalah:

a. sakit kuning (jaundice)b. adanya darah dan protein dalam air kemihc. kerusakan ginjald. nyeri perut

e. irama jantung yang abnormal.

Jika tidak diobati, penyakit ini hampir selalu berakibat fatal; dengan pengobatan, lebih dari separuh penderita yang bertahan hidup.

Plasmaferesis berulang atau transfusi sejumlah besar plasma (komponen cair dari darah yang tersisa setelah semua sel-sel darah dibuang) bisa menghentikan penghancuran trombosit dan sel darah merah.Bisa diberikan kortikosteroid dan obat yang menghalangi fungsi trombosit (misalnya aspirin dan dipiridamol), tetapi efektivitasnya belum pasti.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan jumlah trombosit dibawah normal.

Pemeriksaan darah dengan mikroskop atau pengukuran jumlah dan volume trombosit dengan alat penghitung elektronik bisa menentukan beratnya penyakit dan penyebabnya.Aspirasi sumsum tulang yang kemudian diperiksa dengan mikroskop, bisa memberikan informasi mengenai pembuatan trombosit.

PENGOBATAN

Page 5: Trombositopenia

Jika penyebabnya adalah obat-obatan, maka menghentikan pemakaian obat tersebut biasanya

bisa memperbaiki keadaan.

Jika jumlah trombositnya sangat sedikit penderita seringkali dianjutkan untuk menjalani tirah

baring guna menghindari cedera.

Jika terjadi perdarahan yang berat, bisa diberik

Penyakit Demam Tifoid

Penyakit Demam Tifoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) yang biasa juga disebut typhus atau

types dalam bahasa Indonesianya, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri

Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi terutama menyerang

bagian saluran pencernaan. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di

masyarakat (endemik) di Indonesia, mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa.

Menurut keterangan dr. Arlin Algerina, SpA, dari RS Internasional Bintaro, Di Indonesia,

diperkirakan antara 800 - 100.000 orang terkena penyakit tifus atau demam tifoid sepanjang

tahun. Demam ini terutama muncul di musim kemarau dan konon anak perempuan lebih

sering terserang, peningkatan kasus saat ini terjadi pada usia dibawah 5 tahun.

Cara Penularan Penyakit Demam Tifoid

Penyakit demam Tifoid ini bisa menyerang saat kuman tersebut masuk melalui

makanan atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus.

Dan melalui peredaran darah, kuman sampai di organ tubuh terutama hati dan limpa.

Ia kemudian berkembang biak dalam hati dan limpa yang menyebabkan rasa nyeri

saat diraba.

Tanda dan Gejala Penyakit Demam Tifoid

Penyakit ini bisa menyerang saat bakteri tersebut masuk melalui makanan atau

minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Kemudian

mengikuti peredaran darah, bakteri ini mencapai hati dan limpa sehingga berkembang

biak disana yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba.

Page 6: Trombositopenia

Gejala klinik demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis yang

ringan bahkan dapat tanpa gejala (asimtomatik). Secara garis besar, tanda dan gejala

yang ditimbulkan antara lain ;

1. Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun

menjelang malamnya demam tinggi.

2. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya

anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam

atau pedas.

3. Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di

hatidan limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan

lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang berlebihan,

akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi

lewat mulut.

4. Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan

gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam

beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar).

5. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas,

pusing. Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di

perut.

6. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman

dengan berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang

parah seringkali terjadi gangguan kesadaran.

Diagnosa Penyakit Demam Tifoid

Untuk ke akuratan dalam penegakan diagnosa penyakit, dokter akan melakukan

beberapa pemeriksaan laboratorium diantaranya pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan

Widal dan biakan empedu.

1. Pemeriksaan darah tepi merupakan pemeriksaan sederhana yang mudah

dilakukan di laboratorium sederhana untuk membuat diagnosa cepat. Akan

ada gambaran jumlah darah putih yang berkurang (lekopenia), jumlah

limfosis yang meningkat dan eosinofilia.

2. Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan darah untuk menemukan zat anti

terhadap kuman tifus. Widal positif kalau titer O 1/200 atau lebih dan atau

menunjukkan kenaikan progresif.

Page 7: Trombositopenia

3. Diagnosa demam Tifoid pasti positif bila dilakukan biakan empedu dengan

ditemukannya kuman Salmonella typhosa dalam darah waktu minggu pertama

dan kemudian sering ditemukan dalam urine dan faeces.

Sampel darah yang positif dibuat untuk menegakkan diagnosa pasti. Sample urine

dan faeces dua kali berturut-turut digunakan untuk menentukan bahwa penderita telah

benar-benar sembuh dan bukan pembawa kuman(carrier).

Sedangkan untuk memastikan apakah penyakit yang diderita pasien adalah penyakit

lain maka perlu ada diagnosa banding. Bila terdapat demam lebih dari lima hari,

dokter akan memikirkan kemungkinan selain demam tifoid yaitu penyakit infeksi lain

seperti Paratifoid A, B dan C, demam berdarah (Dengue fever), influenza, malaria,

TBC (Tuberculosis), dan infeksi paru (Pneumonia).

Perawatan dan Pengobatan Penyakit Demam Tifoid

Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam Tifoid atau types

bertujuan menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit,

mencegah terjadinya komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali.

Pengobatan penyakit tifus dilakukan dengan jalan mengisolasi penderita dan

melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk mencegah penularan. Pasien

harus berbaring di tempat tidur selama tiga hari hingga panas turun, kemudian baru

boleh duduk, berdiri dan berjalan.

Selain obat-obatan yang diberikan untuk mengurangi gejala yang timbul seperti

demam dan rasa pusing (Paracetamol), Untuk anak dengan demam tifoid maka

pilihan antibiotika yang utama adalah kloramfenikol selama 10 hari dan diharapkan

terjadi pemberantasan/eradikasi kuman serta waktu perawatan dipersingkat. Namun

beberapa dokter ada yang memilih obat antibiotika lain seperti ampicillin,

trimethoprim-sulfamethoxazole, kotrimoksazol, sefalosporin, dan ciprofloxacin

sesuai kondisi pasien. Demam berlebihan menyebabkan penderita harus dirawat dan

diberikan cairan Infus.

Komplikasi Penyakit Demam Tifoid

Komplikasi yang sering dijumpai pada anak penderita penyakit demam tifoid adalah

Page 8: Trombositopenia

perdarahan usus karena perforasi, infeksi kantong empedu (kolesistitis), dan hepatitis.

Gangguan otak (ensefalopati) kadang ditemukan juga pada anak.

Diet Penyakit Demam Tifoid

Penderita penyakit demam Tifoid selama menjalani perawatan haruslah mengikuti

petunjuk diet yang dianjurkan oleh dokter untuk di konsumsi, antara lain :

1. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.

2. Tidak mengandung banyak serat.

3. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.

4. Makanan lunak diberikan selama istirahat.

Untuk kembali ke makanan "normal", lakukan secara bertahap bersamaan dengan

mobilisasi. Misalnya hari pertama dan kedua makanan lunak, hari ke-3 makanan biasa, dan

seterusnya.

Pencegahan Penyakit Demam Tifoid

Pencegahan penyakit demam Tifoid bisa dilakukan dengan cara perbaikan higiene dan

sanitasi lingkungan serta penyuluhan kesehatan. Imunisasi dengan menggunakan

vaksin oral dan vaksin suntikan (antigen Vi Polysaccharida capular) telah banyak

digunakan. Saat ini pencegahan terhadap kuman Salmonella sudah bisa dilakukan

dengan vaksinasi bernama chotipa (cholera-tifoid-paratifoid) atau tipa (tifoid-

paratifoid). Untuk anak usia 2 tahun yang masih rentan, bisa juga divaksinasi.

DHF

.Pengertian

DHF (Dengue Haemoragic fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis

virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk

Aedes Aegypti (betina). (Christantie Effendy, 1995).

.Etiologi

Virus dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe.

Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke-III, sedangkan

dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953 – 1954.

Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietileter

Page 9: Trombositopenia

dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 700 C. Dengue merupakan serotipe yang paling

banyak beredar.

.Patofisiologi

Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas

dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler.

Hal pertama yang terjadi stelah virus masuk ke dalam tubuh adalah viremia yang

mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal

diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan

dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati

(Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali).

Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume

plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan

(syok).

Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau

menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi

penting untuk patokan pemberian cairan intravena.

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan

yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada

otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus.

Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran

plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan

jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak

mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat

mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.

Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik

asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan hemostasis pada

DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan

koagulasi.

Page 10: Trombositopenia

Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh,

seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal.

.Gambaran Klinis

Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi

anatara 13 – 15 hari, tetapi rata-rata 5 – 8 hari. Gejala klinik timbul secara mendadak berupa

suhu tinggi, nyeri pada otot dan tulang, mual, kadang-kadang muntah dan batuk ringan. Sakit

kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada daerah supra orbital dan retroorbital. Nyeri di

bagian otot terutama dirasakan bila otot perut ditekan. Sekitar mata mungkin ditemukan

pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otot-otot sekitar mata terasa pegal.

Eksantem yang klasik ditemukan dalam 2 fase, mula-mula pada awal demam (6 – 12 jam

sebelum suhu naik pertama kali), terlihat jelas di muka dan dada yang berlangsung selama

beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan oleh pasien.

Ruam berikutnya mulai antara hari 3 – 6, mula – mula berbentuk makula besar yang

kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak-bercak petekia. Pada

dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian menjalar ke seluruh tubuh.

Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya

kadang terasa gatal. Nadi pasien mula-mula cepat dan menjadi normal atau lebih lambat pada

hari ke-4 dan ke-5. Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam masa penyembuhan.

Gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura, ekimosis,

hematemesis, epistaksis. Juga kadang terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam

telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda : anak menjadi makin lemah, ujung

jari, telinga, hidung teraba dingin dan lembab, denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan

darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang.

.Diagnosis

Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut :

a. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari kemudian turun secara lisis demam

disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri.

b. . Manifestasi perdarahan :

Page 11: Trombositopenia

1. Uji tourniquet positif

2. Petekia, purpura, ekimosis

3. Epistaksis, perdarahan gusi

4. Hematemesis, melena.

5. Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus.

6. . Dengan atau tanpa renjatan.

Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari ke-7 sakit

7. Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis

buruk.

8. . Kenaikan nilai Hematokrit / Hemokonsentrasi

6.Klasifikasi

DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi 4

derajat (Menurut WHO, 1986) :

a. .Derajat I

trombositopenia dan hemokonsentrasi.Demam disertai gejala klinis lain, tanpa

perdarahan spontan, uji tourniquet

b. .Derajat II

Derajat I dan disertai pula perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.

c. .Derajat III

Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan daerah rendah

(hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini

renjatan).

d.Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

.Pemeriksaan Diagnostik

Laboratorium

Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang) dan hemokonsentrasi yang dapat

dilihat dan meningginya nilai hematokrit sebanyak 20 % atau lebih dibandingkan nila

hematokrit pada masa konvalesen.

Pada pasien dengan 2 atau 3 patokan klinis disertai adanya trombositopenia dan

hemokonsentrasi tersebut sudah cukup untuk klinis membuat diagnosis DHF dengan

Page 12: Trombositopenia

tepat.

Juga dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik

terendah pada saat peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia timbul karena

berkurangnya limfosit pada saat peningkatan suhu pertama kali.

Diagnosa Banding

Gambaran klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain seperti :

a. .Demam chiku nguya.

Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di atas 400C

disertai ruam dan infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan otot.

b. .Demam tyfoid

Biasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif, adanya

leukopenia, limfositosis relatif.

c. .Anemia aplastik

Penderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut, demam timbul

karena infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi menunjukkan pansitopenia.

d.Purpura trombositopenia idiopati (ITP)

Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat menghilang, tidak

terjadi hemokonsentrasi.

.Penatalaksanaan

Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :

a. Tirah baring atau istirahat baring.

b. .Diet makan lunak.

c. .Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri

penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi

penderita DHF.

d. .Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan

yang paling sering digunakan

e. .Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi

pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.

Page 13: Trombositopenia

f. .Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.

g. .Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.

h. .Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

i. .Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.

j. .Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda

vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.

k. .Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.

.Pencegahan

Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :

a. .Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan

melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.

b. .Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat

sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara

spontan.

c. .Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah,

rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.

d. .Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.

Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :

a. Menggunakan insektisida.

Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah

dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos

(abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah

dengan pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah

dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat

penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate

SG 1 % per 10 liter air.

Page 14: Trombositopenia

b. .Tanpa insektisida

Caranya adalah :

1. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal

1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 – 10 hari).

2. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.

3. Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan

benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Dalam asuhan keperawatan digunakan pendekatan proses keperawatan sebagai cara untuk

mengatasi masalah klien.

Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu : pengkajian keperawatan, identifikasi, analisa

masalah (diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi).

a. Pengkajian Keperawatan

Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal

penting dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul

dalam bentuk data. Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan

dalam pengkajian : wawancara, pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen), observasi,

konsultasi.

1. Data subyektif

Adalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau

keluarga pada pasien DHF, data obyektif yang sering ditemukan

menurut Christianti Effendy, 1995 yaitu :

1.)Lemah.

2.)Panas atau demam.

3.)Sakit kepala.

4.)Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.

5.)Nyeri ulu hati.

6.)Nyeri pada otot dan sendi.

7.)Pegal-pegal pada seluruh tubuh.

8.)Konstipasi (sembelit).

Page 15: Trombositopenia

2. .Data obyektif :

Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas

kondisi pasien. Data obyektif yang sering dijumpai pada penderita

DHF antara lain :

1)Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.

2)Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.

3)Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+),

epistaksis, ekimosis, hematoma, hematemesis, melena.

4)Hiperemia pada tenggorokan.

5)Nyeri tekan pada epigastrik.

6)Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.

7)Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi,

ekstremitas dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.

Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai :

1)Ig G dengue positif.

2)Trombositopenia.

3)Hemoglobin meningkat > 20 %.

4)Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat).

5)Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,

hiponatremia, hipokloremia.

Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, netropenia, aneosinofilia,

peningkatan limfosit, monosit, dan basofil

1)SGOT/SGPT mungkin meningkat.

2)Ureum dan pH darah mungkin meningkat.

3)Waktu perdarahan memanjang.

4)Asidosis metabolik.

5)Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.

b. .Diagnosa Keperawatan

Beberapa diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien DHF menurut

Christiante Effendy, 1995 yaitu :

a. .Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).

Page 16: Trombositopenia

b. .Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.

c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan mual, muntah, anoreksia.

d. .Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas dinding plasma.

e. .Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang

lemah.

f. .Resiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume

cairan tubuh.

g. .Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (pemasangan infus).

h. .Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.

i. .Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan

perdarahan yang dialami pasien.

c. .Perencanaan Keperawatan

a.Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).

Tujuan :

Suhu tubuh normal (36 – 370C).

Pasien bebas dari demam.

Intervensi :

5)Kaji saat timbulnya demam.

Rasional : untuk mengidentifikasi pola demam pasien.

Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam.

Rasional : tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.

2,5 liter/24 jam.7)Anjurkan pasien untuk banyak minum

Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat

sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.

)Berikan kompres hangat.

Rasional : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat

penurunan suhu tubuh.

)Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.

Rasional : pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.

Page 17: Trombositopenia

)Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.

Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.

b.Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.

Tujuan :

Rasa nyaman pasien terpenuhi.

Nyeri berkurang atau hilang.

Intervensi :

a. Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien

Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.

b. Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang.

Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri

c. Alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri.

Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain pasien dapat melupakan

perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.

d. Berikan obat-obat analgetik

Rasional : Analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien.

c.Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia

Tujuan :

Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai

dengan posisi yang diberikan /dibutuhkan.

Intervensi :

a. Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien.

Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.

b. Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan.

Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan

pasien.

c. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.

Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan

makanan .

d. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.

Rasional : Untuk menghindari mual.

Page 18: Trombositopenia

e. Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.

Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.

f. Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.

Rasional : Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah

dan diharapkan intake nutrisi pasien meningkat.

g. Ukur berat badan pasien setiap minggu.

Rasional : Untuk mengetahui status gizi pasien

h. .Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas dinding plasma.

Tujuan :

Volume cairan terpenuhi.

Intervensi :

1. Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda

vital.

Rasional : Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui

penyimpangan dari keadaan normalnya.

2. Observasi tanda-tanda syock.

Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani

syok.

3. Berikan cairan intravena sesuai program dokter

Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang

mengalami kekurangan cairan tubuh karena cairan tubuh karena cairan

langsung masuk ke dalam pembuluh darah.

4. Anjurkan pasien untuk banyak minum.

Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume

cairan tubuh.

5. Catat intake dan output.

Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan.

6. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh

yang lemah.

Tujuan :

Pasien mampu mandiri setelah bebas demam.

Page 19: Trombositopenia

Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi

Intervensi :

a. Kaji keluhan pasien.

Rasional : Untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien

b. )Kaji hal-hal yang mampu atau yang tidak mampu dilakukan

oleh pasien.

Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien

dalam memenuhi kebutuhannya.

c. Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-

hari sesuai tingkat keterbatasan pasien.

Rasional : Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien

pada saat kondisinya lemah dan perawat mempunyai tanggung

jawab dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien tanpa

mengalami ketergantungan pada perawat.

d. Letakkan barang-barang di tempat yang mudah terjangkau oleh

pasien.

Rasional : Akan membantu pasien untuk memenuhi

kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain.

e. .Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan

kurangnya volume cairan tubuh

4.Implementasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien anak dengan DHF disesuaikan dengan

intervensi yang telah direncanakan.

5.Evaluasi Keperawatan.

Hasil asuhan keperawatan pada klien anak dengan DHF sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang terjadi

pada pasien.

Adapun sasaran evaluasi pada pasien demam berdarah dengue sebagai berikut :

Page 20: Trombositopenia

a. .Suhu tubuh pasien normal (36- 370C), pasien bebas dari demam.

b. .Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang.

c. .Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai

d. dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan.

e. .Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien terpenuhi.

f. .Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi.

g. .Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hypovolemik dengan tanda

vital dalam batas normal.

h. .Infeksi tidak terjadi.

i. Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.

j. .Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat

tentang proses penyakitnya

Demam Dengue (Dengue Fever)/Demam Berdarah Dengue

Penyakit ini tercatat pertama kali menjadi endemi pada tahun 1779-1780 di Asia, Afrika dan

Amerika Utara dan terjadi secara hampir bersamaan dengan tingkat morbiditas dan mortalitas

yang tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa penyebaran penyakit ini sudah sangat luas sejak

lebih dari 200 tahun lalu dan merupakan penyakit yang cukup membahayakan. Saat inipun

penyakit ini masih merupakan masalah serius di bidang kesehatan umumnya di daerah tropis

dan subtropis dengan tingkat ekonomi dan kesehatan yang rendah.

DEMAM DENGUE

Demam Dengue atau Dengue Fever (DF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus

Dengue Famili Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat

serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Penyakit ini tidak

ditularkan secara langsung dari manusia ke manusia melainkan melalui perantaraan melalui

gigitan nyamuk. Spesies nyamuk yang menjadi vektor perantara penyakit ini utamanya adalah

Aedes aegypti dan Aedes albopictus betina.

DF merupakan bentuk paling ringan dari bentuk berikutnya yaitu Demam Berdarah Dengue

atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) dan Dengue Shock Syndrome (DSS).

GEJALA

Manifestasi klinis infeksi virus Dengue pada manusia sangat bervariasi. Spektrum variasinya

Page 21: Trombositopenia

begitu luas, mulai dari tanpa gejala, demam ringan yang tidak spesifik, Demam Dengue,

Demam Berdarah Dengue, hingga yang paling berat yaitu Dengue Shock Syndrome (DSS)

Demam Dengue memiliki tanda dan gejala awal berupa panas yang berlangsung antara 4 – 7

hari setelah gigitan nyamuk pembawa virus tersebut disertai dengan gejala-gejala berikutnya

yang meliputi:

a. panas tinggi hingga >38ºC yang berlangsung hingga 5-7 hari

b. Nyeri kepala dan nyeri diretro-orbital (belakang mata)

c. Nyeri pada otot dan sendi

d. Rasa mual dan muntah, tidak nafsu makan

e. Adanya ganguan pencernaan (konstipasi atau diare)

f. Nyeri perut

g. Adanya rash (tanda kemerahan) pada kulit

Sedangkan Demam Berdarah Dengue memiliki tanda dan gejala sebagai berikut:

a. Gejala di atas ditambah

b. Adanya manifestasi perdarahan spontan, seperti bintik-bintik merah di kulit yang tidak

hilang jika ditekan (utamanya di daerah siku, pergelangan tangan dan kaki), uji

tourniquet positif, mimisan, perdarahan gusi, perdarahan yang sulit dihentikan jika

disuntik atau terluka

c. Adanya pembesaran organ hepar (hati) dan limpa

d. Adanya trombositopenia, yaitu jumlah trombosit < 100.000/mm³ (normalnya 150-450

ribu/mm³)

e. Adanya kebocoran plasma yang ditandai dengan nilai Hematokrit (Hct) yang

meningkat atau menurun 20% atau lebih dari nilai normalnya, adanya efusi pleura

(cairan dalam paru) dan ascites (penumpukan cairan dalam rongga perut).

Bentuk paling berat dari infeksi virus ini adalah Dengue Shock Syndrome (DSS) dimana

gejalanya meliputi :

a. Gejala pada DHF ditambah,

b. Adanya penurunan kesadaran

c. Tekanan darah sangat rendah

d. Nadi cepat dan lemah

Page 22: Trombositopenia

e. Tangan dan kaki pucat dan dingin

Untuk memudahkan dalam menentukan diagnosis dan mencegah terjadinya overdiagnosis,

maka WHO membagi menjadi 4 derajat manifestasi klinis, yaitu:

a. DHF derajat I: Tanda-tanda infeksi virus, dengan menifestasi perdarahan yang tampak

hanya dengan Uji Torniquet positif.

b. DHF derajat II: Tanda infeksi virus dengan manifestasi perdarahan spontan (mimisan,

bintik-bintik merah)

c. DHF derajat III: Disebut juga fase pre syok, dengan tanda DHF grade II namun

penderita mulai mengalami tanda syok; kesadaran menurun, tangan dan kaki dingin,

nadi teraba cepat dan lemah, tekanan nadi masih terukur.

d. DHF derajat IV: Atau fase syok (disebut juga dengue syok syndrome/DSS), penderita

syok dalam dengan kesadaran sangat menurun hingga koma, tangan dan kaki dingin

dan pucat, nadi sangat lemah sampai tidak teraba, tekanan nadi tidak dapat terukur.

BAGAIMANA PERAWATAN PENDERITANYA

Pada prinsipnya karena ini adalah penyakit karena infeksi virus maka belum ada obat  spesifik

untuk mengatasinya. Perawatan yang diberikan hanya berupa penanganan secara simtomatik

saja berupa perbaikan keadaan umum penderitanya dan menjaga jangan sampai dehidrasi

(kekurangan cairan). Perawatannya bisa dilakukan di rumah apabila penderita masih bisa

makan dan minum sendiri dan tidak ada mual atau muntah yang berat (DHF Derajat I-II).

Perawatan dapat dilakukan dengan memberikan kompres hangat, obat turun panas, pereda

nyeri dan antimuntah bila perlu.

Apabila kondisi penderita tidak membaik atau apabila ada tanda-tanda shock (DHF Derajat

III-IV) segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat.

DHF umumnya akan mengalami penyembuhan setelah 7-8 hari, jika tidak ada infeksi

sekunder dan dasar pertahanan tubuh penderitanya memang baik. Tanda penyembuhan antara

lain meliputi demam yang turun perlahan, nafsu makan dan minum yang membaik, lemas

yang berkurang dan tubuh terasa segar kembali.

BAGAIMANA PENCEGAHAN AGAR TIDAK TERJANGKIT PENYAKIT INI?

Page 23: Trombositopenia

Yang harus dilakukan adalah mengetahui kapan biasanya penyakit ini muncul, biasanya pada

awal musim hujan dan selama musim hujan. Laksanakan tindakan pencegahan dengan

melakukan gerakan 3M plus, yaitu menguras bak air minimal seminggu sekali, menutup

tempat-tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air

hujan.