30
UVEITIS Oleh : Fidya Sapita

UVEITIS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Traktus uvealis terdiri dari koroid, corpus ciliare, dan iris. Traktus uvealis anterior (Iris dan badan siliar) paling baik diperiksa menggunakan slitlamp, tetapi inspeksi kasar juga dapat dilakukan dengan sebuah senter dan kaca pembesar. Sedangkan pemeriksaan traktus uvealis posterior (koroid) paling baik menggunakan slitlamp disertai lensa indirek atau dengan oftalmoskop direk ata indirek

Citation preview

Page 1: UVEITIS

UVEITIS

Oleh :Fidya Sapita

Page 2: UVEITIS

Traktus UvealisTraktus uvealis terdiri dari koroid, corpus ciliare, dan iris. Traktus uvealis anterior (Iris dan badan siliar) paling baik diperiksa menggunakan slitlamp, tetapi inspeksi kasar juga dapat dilakukan dengan sebuah senter dan kaca pembesar. Sedangkan pemeriksaan traktus uvealis posterior (koroid) paling baik menggunakan slitlamp disertai lensa indirek atau dengan oftalmoskop direk ata indirek

Page 3: UVEITIS

Uvea merupakan lembaran yang tersusun oleh pembulu-pembuluh darah, serabut-serabut saraf, jaringan ikat, otot, dan bagian depannya (iris) berlubang, yang disebut pupil

Page 4: UVEITIS

IrisIris berarti pelangi, warna iris berbeda-beda sesuai etnik (ras) manusia. Warna iris menentukan warna mata. Pada iris terdapat dua macam otot yang mengatur besarnya pupil, yaitu musculus dilatator pupillae (yang melebarkan pupil) dan musculus sphincter pupillae (yang mengecilkan pupil). Tepi pupil menyinggung lensa sehingga lensa bertindak sebagai bantalan iris.

Badan siliar (korpus siliaris )Bagian uvea yang terlatak diantara iris dan koroid. Batas belakangnya adalah ora serata. Badan silier banyak mengandung pembuluh kapiler dan vena dan badan silier adalah penghasil humor aquous

KoroidKoroid merupakan bagian uvea yang paling luas dan terletak antara retina dan sklera, terdiri atas anyaman pembuluh darah. Lapisan koroid dari luar ke dalam berturut-turut suprakoroid, pembuluh darah koriokapiler, dan membran Brunch. Pada pemeriksaan oftalmoskop tampak warna merah

Page 5: UVEITIS
Page 6: UVEITIS

Uveitis

Istilah “uveitis” menunjukkan suatu peradangan pada iris (iritis, iridosiklitis), corpus ciliare (uveitis intermediet, siklitis, uveitis perifer, atau pars planitis), koroid (koroiditis). Namun, dalam praktiknya, istilah ini turut mencakup peradangan pada retina (retinitis), pembuluh retina (vaskulitis retinal), dan nervus opticus intraokular (papilitis). Uveitis juga terjadi sekunder akibat radang kornea (keratitis), radang sklera (skleritis), atau keduanya (sklerokeratitis). Uveitis biasanya terjadi pada usia 20-50 tahun dan berpengaruh 10-20% kasuk sebutaan dinegara maju.

Page 7: UVEITIS

Klasifikasi• Berdasarkan Anatomis

- Uveitis anterior- Uveitis intermediat- Uveitis posterior- Panuveitis

• Berdasarkan Klinis- Uveitis akut- Uveitis Kronik

• Berdasarkan patologi- Non-granulomatous- Granulomatous

• Berdasarkan etiologinya- Eksogen- Endogen

Page 8: UVEITIS

Klasifikasi PatologiNon-granulomatosa Granulomatosa

Onset Akut terse

Nyeri Nyata Tidak ada atau ringan

Fotofobia Nyata Ringan

Penglihatan kabur Sedang Nyata

Merah sirkumkorneal Nyata Ringan

Keratic precipitates Putih halus Kelabu besar

Pupil Kecil dan tak teratur Kecil dan tak teratur

Sinekia posterior Kadang-kadang Kadang-kadang

Noduli iris Tidak ada Kadang-kadang

Lokasi Uvea anterior Uvea anterior, posterior atau difus

Perjalanan penyakit Akut Kronik

Kekambuhan Sering Kadang-kadang

Page 9: UVEITIS

Klasifikasi Etiologi• Endogen

adalah uveitis yang terjadi karena infeksi mikroorganisme atau agen lain dari tubuh sendiri. Mikroorganisme berupa bakteri, virus, jamur dan parasit. Contohnya : Toxoplasmosis, Onchocerciacis, Sitomegalovirus, Sifilis.

Misalnya uveitis yang terjadi pada pasien dengan ekstraksi gigi berlubang, bakteri yang ada masuk kedalam sirkulasi uvea. Sel-sel pembuluh darah disini berupa tight juntion, sehingga bakteri sering terperangkap disini dan menjadi infeksi

• EksogenUveitis yang terjadi karena paparan dari luar. Misalnya infeksi mikroorganisme dari luar dan trauma.

Page 10: UVEITIS

Uveitis Anterior

Page 11: UVEITIS

Uveitis anterior disebut iritis jika inflamasi mengena bagian iris dan iridosoklitis jika inflamasi mengenai iris dan bagian anterior badan silier

Page 12: UVEITIS

Manifestasi klinis uveitis anterior dapat berupa fotofobia, nyeri, mata merah, penurunan tajam penglihatan dan lakrimasi. Pada pemeriksaan didapatkan injeksi perikorneal, prespitat keratik, nodul iris, sel-sel aquous, flare, sinekia posterior dan sel-sel vitreus anterior

Page 13: UVEITIS

• Prespitat keratik (KP) merupakan timbunan sel diatas endotel kornea. Sifat dan distribusi letaknya memberikan informasi kemungkinan jenis uveitis yang dialami. KP yang kecil khas untuk herpes zoster dan sindrom uveitis Funch. KP sedang terjadi hampir pada semua tipe uveitis anterior akut dan kronis. KP besar biasanya tipe “mutton fat” dan memberikan gambaran seperti berminyak. Prespitat keratik merupakan gejala khas untuk uveitis jenis granulomatosa

• Nodul iris merupakan gambaran inflamasi gambaran dari inflamasi granulomatosa. Nodul Koeppe bentuknya kecil dan terletak pada batas pupil dan iris. Nodul Busaca berukuran besar dan terletak pada permukaan iris, jauh dari pupil.

Page 14: UVEITIS

Observed on slit-lamp examination, keratitic precipitates (white blood cells on the endothelium) are a hallmark of iritis. Small stellate keratic precipitates with fine filaments in a patient with Fuchs heterochromic iridocyclitis is shown

Granulomatous iritis (shown) presents with Busacca nodules (brown arrows) on the iris surface and mutton-fat keratic precipitates (blue arrows) on the posterior corneal surface.

Page 15: UVEITIS

• Sel- sel aquous adalah sel-sel yang bermigrasi ke cairan aquous. Merupakan tanda inflamasi yang aktif. Berat ringannya inflamasi dapat dilihat dari jumlah sel. Terlihatnya 5-10 sel diberi nilai +1; 11-20 sel bernilai +2; 21-50 sel bernilai +3; dan apabila ada lebih dari 50 sel nilainya +4

• Aqueous flare terjadi karena bocornya protein plasma ke humor aqueous melalui pembuluh darah iris yang rusak. Flare yang yang samar diberi nilai +1; flare sedang yaitu dengan detil iris jelas terlihat bernilai +2, flare yang jelas dengan detil iris kabur bernilai +3, dan flare yang berat dengan eksudat fibrin berat +4

Page 16: UVEITIS

• Sinekia posterior merupakan perlekatan permukaan anterior lensa dengan iris. Hal ini terjadi karena eksudat iris juga mengeluarkan fibrin sehingga lengket

The patient's left eye, after resolution of most of the posterior synechiae.

Page 17: UVEITIS

Uveitis Intermedia

Page 18: UVEITIS

Uveitis intermedia jika peradangan mengenai bagian posterior badan silier dan bagian perifer retina. Uveitis intermedia disebut pars planitis. Gejala dapat berupa floaters (benda apung) dan penurunan penglihatan. Penurunan tajam penglihatan disebabkan oleh edema makular kistik kronik. Tandanya terdapat infiltrasi sel ke vitreous (vitritis) dengan sedikit sel pada ruang anterior dan tidakada lesi inflamasi fokal pada fundus.

Page 19: UVEITIS
Page 20: UVEITIS

Uveitis Posterior

Page 21: UVEITIS

Uveitis posterior jika peradangan mengenai uvea dibelakang vitrous.

Gejala berupa floaters dan penurunan tajam penglihatan. Tanda-tanda kondisi antara lain, perubahan vitreus, meliputi sel, flare, opasitas, dan yang tersering adalah lepasnya bagian posterior vitreus. Koroiditis, ditandai bercak keabu-abuan dengan garis demarkasi yang jelas. Retinitis menyebabkan warna retina putih berawan. Vaskulitis yaitu inflamasi pada pembuluh darah retina.

Pada koroiditis aktif dengan keterlibatan fovea atau makula, penglihatan central bisa bisa hilang.

Page 22: UVEITIS

Pan Uveitis

Adalah uveitis anterior , intermedia dan posterior yang terjadi secara bersamaan.

Page 23: UVEITIS

Multifocal choroiditis and panuveitis. Multiple, discreet lesions appearing in the early stage of the disease. Multifocal choroiditis and panuveitis.

Fluorescein angiogram demonstrating punctate hyperfluorescence due to staining of the lesions

Page 24: UVEITIS

Diffuse subretinal fibrosis syndrome. This patient's right eye shows the typical subretinal angulated scar formation

Diffuse subretinal fibrosis syndrome. Midphase of fluorescein angiogram demonstrating progressive leakage hyperfluorescence

Acute retinal pigment epitheliitis.

Page 25: UVEITIS

Uveitis terkait artritis-Spondilitis Ankilosa-Sindrom Reiter-Artritis Kronik Juvenilis-Artritis Poriatik

Page 26: UVEITIS

Uveitis pada enyakit sistemik Non Infeksius-Penyakit Adamantiades-Behcet-Sindrom Vogt-Koyanagi-Harada-Oftalmia Simpatika

Page 27: UVEITIS

Penyulit Uvetis- Keratopati Pita- Katarak - Glaukoma- Hipotoni- Edema Makula Kistoid- Kekeruhan Vitreous dan Vitritis- Ablasi Retina- Neovaskularisasi Retina dan Koroid- Endoftalmitis

Page 28: UVEITIS

PenatalaksanaanTerapi uveitis dapat dibagi menjadi 4 kelompok :- Midriatikum- Steroid- Obat-obatan sitotoksik- Siklosporin imunosupresan

Page 29: UVEITIS

• Indikasi pemberian midriakum adalah untuk memberikan rasa nyaman dengan mengurangi spasme m. ciliaris dan m. spincher pupillae yang terjadi pada uveitis anterior akut. Midriatikum juga digunakan untuk mencegah sinekia posterio, selain itu juga berfungsi untuk melepaskan sinekia yang telah terjadi. Midriatikum topikal ( atropin, fenilefrin), injeksi subkonjungtiva midrikain (adrenalin, atropin, dan prokaian).

• Steroid diberikan hanya untuk uveitis anterior karena dengan cara ini obat tidak dapat mencapai konsentrasi yang cukup untuk jaringan dibelakang lensa. Steroid yang digunakan adalah yang kuat seperti dexamethasone, betamethasone, prednisolon. Terapi sitemik pada uveitis dilakukan dengan pemberian prednison 5 mgatau tablet sakut enterik (2,5mg) untuk pasien dengan ulkus gastrik.

• Pada uveitis posterior sering digunakan klorambusil, meskipun azatriopin dan sklosporin juga bisa. Oftalmia simpatika merupakan indikasi penggunaan obat-obatan sitotoksik. Pada uveitis intermedia digunakan azatioprin, klorambusil, siklofosfamid. Unt=tuk uveitis yang resisten terhadap steroid atau obat-obatan sitotoksik siklosporin bisa menjadi pilihan.

Page 30: UVEITIS

• http://emedicine.medscape.com/article/1190935-overview

• Suhardjo, 2007. Ilmu Kesehatan Mata. Bagian Ilmu Penyakit Mata Universitas Gadjah Mada