25
Budi Nugraha (20070310032)

Uveitis Posterior

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kedokteran

Citation preview

UVEITIS POSTERIOR

UVEITIS POSTERIORBudi Nugraha (20070310032)Uveitis posterior adalah radang uvea bagian posterior yang biasanya disertai dengan keradangan jaringan disekitarnya.Inflamasi ini terletak di uvea bagian belakang dengan batas basis vitreus. Jika mengenai retina retinitis Jika mengenai vitreous vitritis.

DEFINISI

Insiden uveitis di Amerika Serikat dan di seluruh dunia diperkirakan sebesar 15 kasus/100.000 penduduk dengan perbandingan yang sama antara laki-laki dan perempuan. Toxoplasma dianggap sebagai penyebab 30-50% uveitis posterior. Penderita umumnya berada pada usia 20-50 tahun. Setelah usia 70 tahun, angka kejadian uveitis mulai berkurang. Pada penderita berusia tua umumnya uveitis diakibatkan oleh toksoplasmosis, herpes zoster, dan afakia.

EPIDEMIOLOGIPenyakit infeksi (uveitis granulomatosa)Virus virus sitomegalo, herpes simpleks, herpes zoster, rubella, rubeola, HIV, virus epstein-barr, virus coxsackie.Bakteri mycobacterium tuberculosis, brucellosis, sifilis sporadik dan endemik, nocardia, neisseria meningitides, mycobacterium avium-intracellulare, yersinia, dan borrelia.Fungus candidia, histoplasma, cryptococcus, dan aspergillus.Parasit toxoplasma, toxocara, cysticercus, dan onchocerca.

ETIOLOGIPenyakit non infeksi (uveitis non granulomatosa)Autoimun penyakit behcet, sindroma vogt-koyanagi-harada, poliarteritis nodosa, ofthalmia simpatis, vaskulitis retina.Keganasan sarkoma sel retikulum, melanoma maligna, leukemia, lesi metastatik.Etiologi tak diketahui sarkoidosis, koroiditis geografik, epiteliopati pigmen plakoid multifokal akut, retinopati birdshot, epiteliopati pigmen retina.

Pada stadium awal kongestif dan infiltrasi dari sel-sel radang seperti PMN, limfosit, dan fibrin pada koroid dan retina yang terkena. PMN lebih banyak berperan pada uveitis jenis granulomatosa sampai terjadinya supurasi. Sebaliknya, pada uveitis non granulomatosa limfosit lebih dominan. Apabila inflamasi berlanjut, lamina vitrea akan robek lekosit pada retina akan menginvasi rongga vitreum timbulnya proses supurasi di dalamnya.

PATOFISIOLOGI

Pada uveitis granulomatosa kronis tampak sel mononuclear, sel epiteloid, dan giant cell sebagai nodul granulomatosa yang tipikal. Kemudian eksudat menghilang dengan disertai atrofi dan melekatnya lapisan koroid dan retina yang terkena. Eksudat dapat menjadi jaringan parut.Keluarnya granula pigmen akibat nekrosis atau atrofi dari kromatofor dan sel epitelia pigmen akan difagositosis oleh makrofag dan akan terkonsentrasi pada tepi lesi

Yang dapat ditemukan pada uveitis posterior, antara lain:Sel-sel radang pada humor vitreusLesi berwarna putih atau putih kekuningan pada retina dan atau koriodEksudat pada retinaVaskulitis retina Edema nervus optikus

Jarang mendadakPenurunan visus (penglihatan kabur)Distorsi ukuran dan bentuk objek yang dilihatSering melibatkan kedua mataNyeri dan kemerahan jarang terlihat kecuali iris juga terlibatTerdapat tanda-tanda infeksi yang bersangkutanFloater (floating black spots) di lapang pandangSensitif terhadap cahaya

GEJALAGejala subyektifdua keluhan utama uveitis posterior yaitu penglihatan kabur dan melihat lalat beterbangan (floaters)penurunan visus dpt mulai dr ringan sampai berat yaitu apabila koroiditis mengenai daerah makula atau papilo makular.Gejala obyektifpada lesi yg baru, didapatkan tepi lesi yg kabur dan dapat disertai perdarahan sekitarnya karena dilatasi vaskuler atau sheathing pembuluh darah.pada lesi lama didapatkan batas yg tegas, seringkali berpigmen rata atau datar dan disertai hilang atau mengkerutnya jaringan retina dan atau koroidHipopion Uveitis posterior dengan hipopion misalnya pada leukemia, penyakit Behcet, sifilis, toksokariasis, dan infeksi bakteri endogen.Pembentukan Granuloma Pada uveitis granulomatosa anterior yang juga mengenai retina posterior dan koroid, sarkoidosis, tuberkulosis, toksoplasmosis, sifilis, Sindroma Vogt-Koyanagi-Harada, dan oftalmia simpatis. Glaukoma Sekunder mungkin terjadi pada pasien nekrosis retina akut, toksoplasmosis, tuberkulosis, atau sarkoidosis

TANDAVitritisPeradangan korpus vitreum dapat menyertai uveitis posterior. Berasal dari fokus-fokus radang di segmen posterior mata. Morfologi dan lokasi lesiToksoplasmosis adalah contoh khas yang menimbulkan retinitis dengan peradangan koroid di dekatnya. Pada pasien tuberkulosis, koroid merupakan sasaran utama proses granulomatosa, yang juga mengenai retina. Koroiditis geografik terutama mengenai koroid dengan sedikit atau tanpa merusak retina dan pasien tidak menderita pasien sistemik.Ciri morfologiknya dapat berupa lesi geografik, lesi punctata, nodul Dalen-Fuchs

InfeksiGangguan autoimunRheumatoid ArthritisSarcoidosisAnkylosing SpondylitisBehcet's SyndromePsoriatic arthritisMultiple SclerosisReaksi alergi terhadap obat

FAKTOR RESIKOPemeriksaan umum harus dilakukan.Pemeriksaan visus, menggunakan optotip snellen, mungkin terdapat spotty vision loss berhubungan dengan area dari lapisan retina atau koroid yang rusak. Pemeriksaan dengan Oftalmoskop atau Slit lamp (Pem. Slit lamp dilakukan setelah diteteskan cat flouresen orange, dan midriatik untuk melebarkan pupil).Floaters ( debris dari retina yang rusak) and scar(area yang mengalami kerusakan) mungkin terlihatPemeriksaan darah, X-ray, dan pemeriksaan lain untuk mengidentifikasi penyebab.

PEMERIKSAANOftalmoskop - kekeruhan badan kaca- bila retina masih terlihat, akan tampak fokal pucat disertai pigmen-pigmen.Lensa kontak 3-cermin Goldmannterlihat adanya pars planitis sebagai focal kepucatan dgn pigmen-pigmen di daerah pars planaSegmen anterior - tidak didapatkan kelainan yg berarti- hiperemi perikorneal (-)Pemeriksaan laboratoriumditujukan utk penyakit-penyakit spesifik (TBC dan histoplasmosis) dan penyakit kolagen

ConjunctivitisKeratitisGlaucomaScleritisDIAGNOSIS BANDINGPrinsip pengobatan:Mempertahankan penglihatan sentralMempertahankan lapang pandangMencegah atau mengobati perubahan-perubahan struktur mata yang terjadi (katarak, glaukoma sekunder, sinekia posterior, kekeruhan badan kaca, ablasi retina dan sebagainya)

TERAPI4 kelompok obat yang digunakan dalam terapi uveitis, antara lain: MidriatikumSteroidSitotoksikSiklosporin. Sedangkan uveitis akibat infeksi harus diterapi dengan antibakteri atau antivirus yang sesuai. Midriatikum berfungsi untuk memudahkan follow up keberhasilan pengobatan.Atropin tidak diberikan lebih dari 1-2 minggu

Indikasi operasi:Rehabilitasi visualBiopsi diagnostik (hasil penemuan dari biopsi menyebabkan adanya perubahan pada rencana pengobatan)Pengeluaran opacities media untuk memonitor segmen posterior.

Apabila timbul perubahan struktur pada mata (katarak, glukoma sekunder) maka terapi terbaik adalah dengan operasi.

Vitrektomi berfungsi menentukan diagnosis dan pengobatan.Indikasi vitrektomi Peradangan intraokular yang tidak sembuh pada pengobatanDugaan adanya keganasan dan infeksi pada mata. Uveitis posterior berkaitan dengan kekeruhan vitreus yang tidak dapat disembuhkan dengan obat-obatan. Vaskulitis dan oklusi vaskular pada pars planitis, penyakit behcet dan sarkoidosis neovaskularisasi retina atau pada diskus optikus (pada pasien uveitis) yang dapat menyebabkan timbulnya perdarahan pada vitreus.

Dapat mengenai daerah sekitar koroid, misalnya retina, vitreus humour, badan siliar, iris, nervus optikus, dan sklera.Sinekia posterior.Edema makula sistoid.Vaskular dan optik atropi.Traction retinal detachment.Uveitis posterior dapat menyebabkan katarak sisi posterior.

KOMPLIKASIPrognosis pasien tergantung pada lokasi dan luasnya eksudasi dan atrofi daerah lesi. Lesi yang kecil tetapi jika mengenai daerah makula lutea akan berpengaruh pada fungsi penglihatan. Sebaliknya lesi yang meluas sepanjang fundus tidak mempengaruhi penglihatan apabila tidak mengenai area makula.

PROGNOSISTERIMA KASIH