3
Pendahuluan Uvea, berasal dari bahasa Latin “Uva” yang berarti anggur , terdiri dari beberapa kompartemen mata yang berperan besar dalam vaskularisasi bola mata, yaitu iris, badan silier, dan koroid. Uveitis didefinisikan sebagai inflamasi yang terjadi pada uvea. Meskipun demikian, sekarang istilah uveitis digunakan untuk menggambarkan berbagai bentuk inflamasi intraokular yang tidak hanya pada uvea tetapi juga struktur yang ada di dekatnya, baik karena proses infeksi, trauma, neoplasma, maupun autoimun. Uveitis juga banyak dikaitkan dengan berbagai penyakit sistemik, sehingga penegakan diagnosis uveitis memerlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorik yang teliti dan perhatian khusus terhadap sistem lain yang mungkin terkait. Uveitis merupakan suatu penyakit yang mudah mengalami kekambuhan, bersifat merusak, menyerang pada usia produktif, dan kebanyakan berakhir dengan kebutaan. Hubungan yang baik antara dokter dan penyandang uveitis sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil penanganan yang optimal. Dalam beberapa hal, pasien uveitis perlu dikonsulkan ke psikolog. Klasifikasi Secara anatomis, uveitis dibedakan atas uveitis anterior, intermedia, posterior, dan panuveitis. Uveitis anterior disebut juga iritis jika inflamasi mengenai bagian iris dan iridosiklitis jika inflamasi mengenai iris dan bagian anterior badan silier. Uveitis intermedia jika peradangan mengenai bagian posterior badan silier dan bagian perifer retina. Uveitis posterior jika peradangan mengenai uvea di belakang vitreous. Panuveitis merupakan uveitis anterior, intermedia, dan posterior yang terjadi secara bersamaan. Urutan uveitis dari yang paling sering terjadi adalah uveitis anterior, posterior, panuveitis dan intermedia. Secara klinis, uveitis dibedakan atas uveitis akut dan kronis. Uveitis akut terjadi apabila awitan gejala timbul tiba-tiba dan berlangsung 6 minggu atau kurang. Uveitis kronik apabila perjalanan penyakit terjadi dalam hitungan bukan atau tahun. Uveitis kronik lebih sering ditemukan dibandingkan yang akut. Berdasarkan etiologinya, uveitis dikelompokkan menjadi uveitis endogen dan eksogen. Uveitis endogen terjadi akibat infeksi

uveitis ugm

Embed Size (px)

DESCRIPTION

uveitis

Citation preview

Page 1: uveitis ugm

Pendahuluan

Uvea, berasal dari bahasa Latin “Uva” yang berarti anggur , terdiri dari beberapa kompartemen mata yang berperan besar dalam vaskularisasi bola mata, yaitu iris, badan silier, dan koroid. Uveitis didefinisikan sebagai inflamasi yang terjadi pada uvea. Meskipun demikian, sekarang istilah uveitis digunakan untuk menggambarkan berbagai bentuk inflamasi intraokular yang tidak hanya pada uvea tetapi juga struktur yang ada di dekatnya, baik karena proses infeksi, trauma, neoplasma, maupun autoimun. Uveitis juga banyak dikaitkan dengan berbagai penyakit sistemik, sehingga penegakan diagnosis uveitis memerlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorik yang teliti dan perhatian khusus terhadap sistem lain yang mungkin terkait.

Uveitis merupakan suatu penyakit yang mudah mengalami kekambuhan, bersifat merusak, menyerang pada usia produktif, dan kebanyakan berakhir dengan kebutaan. Hubungan yang baik antara dokter dan penyandang uveitis sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil penanganan yang optimal. Dalam beberapa hal, pasien uveitis perlu dikonsulkan ke psikolog.

Klasifikasi

Secara anatomis, uveitis dibedakan atas uveitis anterior, intermedia, posterior, dan panuveitis. Uveitis anterior disebut juga iritis jika inflamasi mengenai bagian iris dan iridosiklitis jika inflamasi mengenai iris dan bagian anterior badan silier. Uveitis intermedia jika peradangan mengenai bagian posterior badan silier dan bagian perifer retina. Uveitis posterior jika peradangan mengenai uvea di belakang vitreous. Panuveitis merupakan uveitis anterior, intermedia, dan posterior yang terjadi secara bersamaan. Urutan uveitis dari yang paling sering terjadi adalah uveitis anterior, posterior, panuveitis dan intermedia.

Secara klinis, uveitis dibedakan atas uveitis akut dan kronis. Uveitis akut terjadi apabila awitan gejala timbul tiba-tiba dan berlangsung 6 minggu atau kurang. Uveitis kronik apabila perjalanan penyakit terjadi dalam hitungan bukan atau tahun. Uveitis kronik lebih sering ditemukan dibandingkan yang akut.

Berdasarkan etiologinya, uveitis dikelompokkan menjadi uveitis endogen dan eksogen. Uveitis endogen terjadi akibat infeksi mikroorganisme atau agen lain dari pasien sendiri. contohnya adalah kasus ekstraksi gigi yang mengalami karies tanpa premedikasi. Gigi berlubang merupakan tempat berkumpulnya bakteria. Itulah alasan mengapa setelah dicabut giginya, pasien diberi antibiotika untuk mencegah infeksi yang dpaat timbul pasca pemcabutan gigi. Pencabutan gigi telah membuka jalan lebar bagi bakteri untuk masuk ke peredaran darah (lewat luka). Padahal seperti halnya pada ginjal, sirkulasi darah di daerah uvea sangat deras. Sel-sel endotel pembuluh darah di sini berupa tight junction, sehingga bakteri sering terperangkap disini dan menjadi infeksi.

Suatu penelitian kasus kontrol di RS Dr. Sardjito, Yogyakarta, menunjukkan penderita TB paru mempunyai resiko menderita uveitis anterior 4,18 kali, dan penderita sinusitis 2, 18 kali dibandingkan kelompok kontrol. Sedangkan kelainan gigi tidak dapat dikatakan sebagai faktor terjadinya uveitis anterior.

Uveitis endogen bisa berhubungan dengan penyakit sistemik (misalnya, pada spondilitis ankilosa), infeksi bakteri (TB), jamur (kandidiasis), virus (Herpes Zoster), protozoa (toxoplasma) dan cacing

Page 2: uveitis ugm

(toxokariasis). Infeksi oleh jamur banyaknya pada penderita dengan kelemahan sistem imun, sedangkan herpes zoster menyerang n.optikus dan banyak terjadi pada orang tua.

Manifestasi Klinis

Gejala uveitis anterior dapat berupa fotofobia, nyeri, mata merah, penurunan tajam penglihata dan lakrimasi. Tanda-tandanya dapat berupa injeksi perikorneal, presipitat keratik, nodul iris, sel-sel aquos, flare, sinekia posterior dan sel-sel vitreus anterior.

Keratik presipitat atau presipitat keratik merupakan timbunan sel di atas endotel kornea. Sifat dan distribusi letaknya dapat memberikan informasi kemungkinan jenis uveitis yang dialami. Keratik presipitat yang kecil adalah khas untuk herpes zoster dan sindom uveitis Fuchs. Keratik presipitat sedang terjadi hampir pada semua tipe uveitis anterior akut dan kronis. Keratik biasanya tipe “mutton fat” dan memberikan gambaran seperti berminyak, terjadi pada uveitis granulomatosa. Keratik presipitat segar cenderung berbentuk bulat dan berwarna putih. Keratik presipitat merupakan gejala khas untuk uveitis jenis granulomatosa. Nodul iris merupakan gambaran dari inflamasi grabulomatosa. Nodul Koeppe bentuknya kecil dan terletak pada batas pupil dan iris. Nodul Busacca berukuran besar dan terletak pada permukaan iris, jauh dari pupil.

Sel-sel aquos adalah sel-sel yang bermigrasi ke cairan aquos. Merupakan tanda inflamasi yang aktif. Berat ringannya inflamasi dapat dilihat dari jumlah sel. Terlihatnya 5-10 sel diberi nilai +1; 11-20 sel bernilai +2; 21-50 sel bernilai +3, dan apabila ada lebih dari 50 sel nilainya +4.

Aqueous flare terjadi karena bocornya protein plasma ke humor aqueous melalui pembuluh darah iris yang rusak. Ini bukan merupakan indikasi adanya inflamasi aktif. Flare yang samar 9just detectable) diberi nilai +1,; flare sedang yaitu dengan detil iris jelas terlihat bernilai +2,; flare yang jelas dengan detil iris kabur bernilai +3; dan flare yang berat, dengan eksudat fibrin berat, bernilai +4.

Sinekia posterior merupakan perlekatan antara permukaan anterior lensa dengan iris. Hal ini karena eksudat dari iris juga mengeluarkan fibrin sehingga lengket. Kepadatan sel-sel vitreus anterior sebaiknya dibandingkan dengan yang ada di dalam aqueous. Pada iritis, aqueous jauh lebih banyak daripada sel-sel vitreous, sedangkan pada iridosiklitis, antara aqueous cell dan vitreous cell sama.