29
MAKALAH PENYAKIT VARICELLA (CACAR AIR) PADA ANAK DAN BAYI Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Keperawatan Anak yang dikoordinasi oleh Lucia Endang Hartati, S.Kp,MN Disusun Oleh: WIDI HASTUTI PUJ LESTARI NIM. P.17420113037 1

Varicela pada anak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kep anak

Citation preview

MAKALAH PENYAKIT VARICELLA (CACAR AIR) PADA ANAK DAN BAYIMakalah ini disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Keperawatan Anak yang dikoordinasi oleh Lucia Endang Hartati, S.Kp,MN

Disusun Oleh:WIDI HASTUTI PUJ LESTARI NIM. P.17420113037

PRODI DIII KEPERAWATANJURUSAN KEPERAWATAN SEMARANGPOLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG2015/2016

BAB I PENDAHULUANA. LATAR BELAKANGCacar air merupakan infeksi sangat menukar yang disebabkan oleh virus varisela zoster. Cacar air menular melalui batuk dan bersin serta sentuhan langsung dengan cairan dalam lepuh cacar air. Penyakit ini biasanya tidak parah dan hanya singkat di kalangan anak sehat, adakalanya cacar air akan menjadi penyakit yang lebih parah, misalnya infeksi bakteri pada kulit yang mengakibatkan bekas luka, radang paru-paru, atau radang otak. Cacar airmungkin menimbulkan risiko terhadap bayi dalam kandungan jika terjangkit sewaktu hamil. Cacar air dapat menyebabkan penyakit parah, bahkan maut, pada tiap golongan usia. Banyak orang yang menderita infeksi cacarair mengalami demam dan merasa kurang sehat dan mungkin merasa gatal sekali. Siapapun yangbelum pernah menderita cacar air dapat terjangkit. Siapapun yang pernah menderita cacar airdianggap kebal dan tidak memerlukan vaksin. Sekitar 75% dari masyarakat menderita infeksicacar air sebelum usia 12 tahun.June M. Thomson mendefinisikan varisela sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus varisela-zoster (V-Z virus) yang sangat menular bersifat akut yang umumnya mengenai anak,yang ditandai oleh demam yang mendadak, malese, dan erupsi kulit berupa makulo papular untukbeberapa jam yang kemudian berubah menjadi vesikel selama 3-4 hari dan dapat me-ninggalkan keropeng (Thomson, 1986, p. 1483).Cacar air adalah salah satu penyakit yang umum ditemui pada anak-anak. 90% kasus cacar airdialami oleh anak-anak yang berusia kurang dari 10 tahun, dan lebih dari 90% orang telah mengalami penyakit cacar air pada usia 15 tahun. Penyakit cacar air ini disebabkan oleh infeksiprimer dari virus varicella zoster, namun setelah sembuh, virus ini tidak benar-benar hilang dari tubuh. Virus ini akan menetap di bagian saraf tertentu dan nantinya akan me-nyebabkan herpeszoster atau cacar ular. Herpes zoster hanya terjadi sekali seumur hidup dan pada usia di atas 60 tahun.

B. RUMUSAN MASALAHDari latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:1. Apa definisi penyakit Varicella (Cacar Air)?2. Bagaimana etiologi penyakit Varicella (Cacar Air)?3. Apa klasifikasi penyakit Varicella (Cacar Air)?4. Bagaimana manifestasi klinis yang dapat menyebabkan penyakit Varicella (Cacar Air)?5. Bagaimana proses perjalanan penyakit Varicella (Cacar Air)?6. Bagaimana komplikasi penyakit Varicella (Cacar Air)?7. Bagaimana penatalaksanaan penyakit Varicella (Cacar Air)?8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit Varicella (Cacar Air)?

C. TUJUAN1. Tujuan UmumUntuk mengetahui konsep penyakit Varicella (Cacar Air) dan asuhan keperawatannya2. Tujuan Khususa. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit Varicella (Cacar Air).b. Untuk mengetahui etiologi terjadinya penyakit Varicella (Cacar Air).c. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit Varicella (Cacar Air).d. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada penyakit Varicella (Cacar Air).e. Untuk mengetahui proses perjalanan penyakit Varicella (Cacar Air).f. Untuk mengetahui komplikasi penyakit Varicella (Cacar Air).g. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit Varicella (Cacar Air).h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan klasifikasi penyakit Varicella (Cacar Air)

D. MANFAAT1. Penulis Menambah pengetahuan tentang penyakit Varicella (Cacar Air) dan memahami asuhan keperawatan pada klien dengan Varicella (Cacar Air) dan sebagai tambahan reverensi belajar. 2. Pembaca Menambah pengetahuan tentang penyakit Varicella (Cacar Air) dan memahani asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit Varicella (Cacar Air).

BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. DEFINISI Varisela adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varisela-zoster (V-Z virus) yang sangat menular bersifat akut yang umumnya menganai anak, yang ditandai oleh demam yang mendadak, malaise, dan erupsi kulit berupa makulopapular untuk beberapa jam yang kemudian berubah menjadi vesikel selama 3-4 hari dan dapat meninggalkan keropeng.(Thomson, 1986, p. 1483).Varisela yang mempunyai sinonim cacar air atau chickenpox adalah infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa yang secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama dibagian sentral tubuh.(Djuanda, 1993).Varisela adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus varisela-zister (VVZ) terdapat di seluruh dunia, tanpa perbedaan pada ras dan jenis kelamin. Penyakit ini terutama mengenai anak-anak dan merupakan infeksi primer VVZ pada individu yang rentan. Kurang lebih 90% kasus terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun dan kurang dari 5% pada usia lebih dari 15 tahun. Varisela adalah suatu penyakit infeksi akut primer menular yang disebabkan oleh varicella Zoster Virus (VZV) yang menyerang kulit dan mukosa, dengan ditandai oleh adanya vesikel-vesikel (Rampengan, 1993).Varisela merupakan penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel di kulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh virus varisella. Varisela adalah infeksi akut prime yang menyerang kulit dan mukosa secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama berlokasi di bagian sentral tubuh, disebut juga cacar air, chicken pox (Kapita Selekta, 2000).Varisela merupakan penyaki menular akut. Penularan dapat melalui kontak langsung dengan lesi, terutama melalui udara (Siti Aisyah, 2003).Varisela merupakan penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel di kulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh virus varisella. Varisela adalah infeksi akut prime yang menyerang kulit dan mukosa secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama berlokasi di bagian sentral tubuh, disebut juga cacar air, chicken pox (Kapita Selekta, 2000).B. ETIOLOGIMenurut Richar E, varisela disebabkan oleh Herpes virus varicella atau disebut juga virus varicella-zoster (virus V-Z). Virus tersebut dapat pula menyebabkan herpes zoster. Kedua penyakit ini mempunyai manifestasi klinis yang berbeda. Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan virus V-Z akan terjadi varisela; kemudian setelah penderita varisela tersebut sembuh, mungkin virus itu tetap ada dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian virus V-Z diaktivasi oleh trauma sehingga menyebabkan herpes zoster. Virus V-Z dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita verisela dapat dilihat dengan mikroskop electron dan dapat diisolasi dengan menggunakan biakan yang terdiri dari fibroblas paru embrio manusia.

C. KLASIFIKASIMenurut Siti Aisyah (2003). Klasifikasi Varisela dibagi menjadi 2 :1. Varisela congenitalVarisela congenital adalah sindrom yang terdiri atas parut sikatrisial, atrofi ekstremitas, serta kelainan mata dan susunan syaraf pusat. Sering terjadi ensefalitis sehingga menyebabkan kerusakan neuropatiki. Risiko terjadinya varisela congenital sangat rendah (2,2%), walaupun pada kehamilan trimester pertama ibu menderita varisela. Varisela pada kehamilan paruh kedua jarang sekali menyebabkan kematian bayi pada saat lahir. Sulit untuk mendiagnosis infeksi varisela intrauterin. Tidak diketahui apakah pengobatan dengan antivirus pada ibu dapat mencegah kelainan fetus.2. Varisela neonatalVarisela neonatal terjadi bila terjadi varisela maternal antara 5 hari sebelum sampai 2 hari sesudah kelahiran. Kurang lebih 20% bayi yang terpajan akan menderita varisela neonatal. Sebelum penggunaan varicella-zoster immune globulin (VZIG), kematian varisela neonatal sekitar 30%. Namun neonatus dengan lesi pada saat lahir atau dalam 5 hari pertama sejak lahir jarang menderita varisela berat karena mendapat antibody dari ibunya. Neonatus dapat pula tertular dari anggota keluarga lainnya selain ibunya. Neonatus yang lahir dalam masa risiko tinggi harus diberikan profilaksis VZIG pada saat lahir atau saat awitan infeksi maternal bila timbul dalam 2 hari setelah lahir. Varisela neonatal biasanya timbul dalam 5-10 hari walaupun telah diberikan VZIG. Bila terjadi varisela progresif (ensefalitis, pneumonia, varisela, hepatitis, diatesis pendarahan) harus diobati dengan asiklovir intravena. Bayi yang terpajan dengan varisela maternal dalam 2 bulan sejak lahir harus diawasi. Tidak ada indikasi klinis untuk memberikan antivirus pada varisela neonatal atau asiklovir profilaksis bila terpajan varisela maternal.

D. MANIFESTASI KLINISi. Masa tunas penyakit berkisar antara 8-12 hari.Didahului stadium prodromal yang ditandai :a) Demamb) Malaisec) Sakit kepalad) Anoreksiae) Sakit punggungf) Batuk keringg) Sore throat yang berlangsung 1-3 hari.ii. Stadium : erupsi yang ditandai dengan terbentuknya verikula yang khas, seperti tetesan embun (teardrops) vesikula akan berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi kusta, sementara proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel baru sehingga menimbulkan gambaran polimorfi.iii. Penyebaran lesi terutama adalah di daerah badan kemudian menyebar secara satrifugal ke muka dan ekstremitas. (Prof.dr. Marwali Harahap, 2000 : 94 95 )

E. PATOFISIOLOGIPatofisiologi menurut Siti Aisyah 2003, Virus varisela-zoster masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran nafas atau orofaring. Multiplikasi virus ditempat tersebut diikuti oleh penyebaran virus dalam jumlah sedikit melalui darah dan limfe (viremia primer). Virus dimusnahkan oleh sel sistem retikuloendotelial, yang merupakan tempat utama replikasi virus selama masa inkubasi. Selama masa inkubasi virus dihambat sebagian oleh mekanisme pertahanan tubuh yang terinfeksi, replikasi virus dapat mengalahkan pertahanan tubuh yang belum berkembang, sehingga 2 minggu setelah infeksi terjadi viremia sekunder dalam jumlah yang lebih banyak. Viremia tersebut menyebabkan demam dan malese anorexia serta menyebarkan virus ke seluruh tubuh, terutama ke kulit dan mukosa.Respons imun pasien yang kemudian berkembang akan menghentikan viremia dan menghambat berlanjutnya lesi pada kulit dan organ lain. Terjadinya komplikasi varisela (pneumonia dan lain-lain) mencerminkan gagalnya respons imun tersebut menghentikan replikasi serta penyebaran virus dan berlanjutnya infeksi. Keadaan ini terutama terjadi pada pasien imunokompromais. Dalam 2-5 hari setelah gejala klinis varisela terlihat, antibody (IgG, IgM, IgA) spesifik terhadap VVZ dapat dideteksi dan mencapai titer tertinggi pada minggu kedua atau ketiga. Setelah itu titer IgG menurun perlahan, sedangkan IgM dan IgA menurun lebih cepat dan tidak terdeteksi satu tahun setelah infeksi. Imunitas selular terhadap VVZ juga berkembang selama infeksi dan menetap selama bertahun-tahun. Pada pasien imunokompeten imunitas humoral terhadap VVZ berfungsi protektif terhadap varisela, sehingga pajanan ulang tidak menyebabkan infeksi (kekebalan seumur hidup). Imunitas selular lebih penting daripada imunitas humoral untuk penyembuhan varisela. Pada pasien imunokompromais, oleh karena imunitas humoral dan selularnya terganggu, pajanan ulang dapat menyebabkan rekurensi dan varisela menjadi lebih berat dan berlangsung lebih lama.

F. PATHWAYS

G. KOMPLIKASIPneumonia varisela hanya terdapat 0,8% pada anak, biasanya disebabkan oleh infeksi sekunder dan anak sembuh sempurna. Pneumonia yang disebabkan oleh virus V-Z jarang didapatkan pada anak dengan sistem imunologis normal pada anak dengan defisiensi imunologis atau orang dewasa tidak jarang ditemukan. Pada keadaan ini kelainan radiologis paru-paru masih didapatkan selama 6-12 minggu dan angka kematiannya sebesar 20%. Mungkin juga terjadi komplikasi pada susunan saraf seperti ensefalitis, ataksia, nistagmus, tremor, mielitis tranversa, kelumpuhan saraf muka, neuromielitis optika atau penyakit Devic dengan kebutaan sementara, sindrom hipotalamus yang disertai dengan obesitas dan panas badan berulang-ulang.Pasien varisela dengan komplikasi ensefalitis setelah sembuh dapat meninggalkan gejala sisa seperti kejang, retardasi mental, dan kelainan tingkah laku. Anak dengan sistem imunologis yang normal jarang mendapat komplikasi tersebut; sedangkan anak dengan defisiensi imunologis, pasien leukemia dan anak yang sedang mendapatkan pengobatan anti metabolit atau steroid (pasien sindrom nefrotik, demam reumatik) dan orang dewasa sering mendapat komplikasi tersebut. Kadang-kadang varisela pada pasien tersebut dapat menyebabkan kematian.Cacar air jarang menyebabkan komplikasi. Jika terjadi komplikasi dapat berupa infeksi kulit. Komplikasi yang paling umum ditemukan adalah :1. Bekas luka yang menetap. Hal ini umumnya ditemukan jika cacar air terjadi pada anak yang usianya lebih tua atau cenderung pada orang dewasa.2. Acute Cerebral Ataxia Komplikasi ini tidak umum ditemukan dan cenderung lebih mungkin tejadi pada anak yang lebih tua. Komplikasi ini ditandai dengan gerakan otot yang tidak terkoordinasi sehingga anak dapat mengalami kesulitan berjalan, kesulitan bicara, gerakan mata yang berganti-ganti dengan cepat. Ataxia ini akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu beberapa minggu atau bulan.Pada beberapa kelompok, cacar air mungkin menyebabkan komplikasi yang serius seperti cacar air yang berat dan seluruh tubuh, pneumonia dan hepatitis yang termasuk dalam kelompok tersebut :

1. Bayi dibawah usia 28 hari.2. Orang dengan kekebalan tubuh rendah3. Komplikasi yang terjadi pada orang dewasa berupa ensefalitis, pneumonia, karditis, glomerulonefritis, hepatitis, konjungtivitis, otitis, arthritis dan kelainan darah (beberapa macam purpura).4. Infeksi pada ibu hamil trimester pertama dapat menimbulkan kelainan congenital, sedangkan infeksi yang terjadi beberapa hari menjelang kelahiran dapat menyebabkan varisela congenital pada neonatus.

H. PENATALAKSANAAN1. Pengobatan UmumPada pasien imunokompeten varisela biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri. Untuk mengatasi gatal dapat diberikan kompres dingin atau lotion kalamin dan antihistamin oral. Bila lesi masih vesicular dapat diberikan bedak agar tidak mudah pecah, dapat ditambahkan antipruritus di dalamnya, misalnya mentol 0,25-0,5%. Bila vesikel sudah pecah atau sudah terbentuk krusta, dapat diberikan salap antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder bacterial. Mandi rendam dalam air hangat yang diberi antiseptik dapat mengurangi gatal dan mencegah infeksi bacterial sekunder pada kulit. Krim atau lotion kortikosteroid serta salap bersifat oklusif sebaiknya tidak digunakan.Kadang diperlukan antipiretik/analgetik, tetapi golongan salisilat sebaiknya dihindari karena sering dihubungkan dengan terjadinya sindrom Reye. Kuku jari tangan harus dipotong dan dijaga kebersihannya untuk mencegah infeksi sekunder dan parut yang dapat terjadi karena garukan.Untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit cacar air pasien harus diisolasikan dari orang lain, begitu juga untuk kebutuhan sehari-harinya. Biasanya yang dilakukan adalah Isolasi untuk mencegah penularan, Diet bergizi tinggi (tinggi kalori dan protein), Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit misalnya pemberian antiseptic pada air, Upayakan agar vesikel tidak pecah, dan jangan menggaruk vesikel, Bila hendak mengeringkan badan, cukup dengan handuk pada kulit dan jangan digosok.

2. Obat AntivirusDengan tersedianya obat antivirus yang efektif terhadap VVZ, dokter maupun pasien/orang tua pasien sering dihadapkan pada pilihan untuk menggunakan obat antivirus atau tidak. Pada anak imunokompeten, varisela biasanya ringan sehingga umumnya tidak memerlukan pengobatan antivirus. Antivirus efektif bila diberikan dalam 24 jam setelah awitan lesi kulit karena dapat lebih cepat menurunkan demam serta gejala kulit dan sistemik.Pada bayi/anak imunokompromais berat, antivirus intravena merupakan obat pilihan agar kadar dalam plasma cukup tinggi untuk menghambat replikasi virus. Antivirus intravena secara bermakna dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas varisela pada pasien imunokompramais, terutama bila diberikan dalam 72 jam setelah awitan lesi kulit. Pada pasien imunokompromais ringan dapat diberikan antivirus oral.Pemberian varicella-zooster immuno globulin (VZIG) diberikan kurang dari 96 jam setelah terpapar, yaitu pada :a. Wanita dengan kehamilanb. Anak dengan gangguan sistem pertahanan tubuhc. Bayi baru lahir dengan ibu tertular varicella dalam 5 hari sebelum melahirkan atau 48 jam setelah melahirkan.d. Bayi prematur usia 28 minggu atau lebih muda dengan orangtua tanpa riwayat cacar air sebelumnya.

I. ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DAN ANAK DENGAN VARICELLA (CACAR AIR).1. PENGKAJIANa) Data subjektifPasien merasa lemas, tidak enak badan, tidak nafsu makan dan sakit kepala.b) Data Objektif1) Integumen : kulit hangat, pucat, adanya bintik-bintik kemerahan pda kulit yang berisi cairan jernih. Pada kulit dan membran mukosa terdapat lesi dalam berbagai tahap perkembangannya yang mulai dari makula eritematosa yang muncul selama 4-5 hari kemudian berkembang dengan cepat menjadi vesikel dan krusta yang dimulai pada badan dan menyebar secara sentrifubal ke muka dan ekstremitas. Lesi dapat pula terjadi pada mukosa, palatum dan konjunctiva.2) Metabolik : peningkatan suhu tubuh, dapat terjadi demam antara 380-390 C.3) Psikologis: menarik diri.4) Aktivitas / Istirahat Tanda : penurunan kekuatan tahanan5) Integritas ego.Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, kekuatan, kecacatan.Tanda : ansietas, menangis, menyangkal, menarik diri, marah.6) Makan/cairanTanda : anorexia, mual/muntah7) Neuro sensoriGejala : kesemutan area bebas Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku kejang (syok listrik), laserasi corneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihatan.8) Nyeri Gejala : Sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara, peruban suhu

9) Rasa Aman NyamanTanda : umum destruksi jaringan dalam mungkin terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trambus mikrovaskuler pada kulit.c) Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan leukosit biasanya menunjukkan hasil yang normal, rendah, atau meningkat sedikit. Multinucleated giant cells pada pemeriksaan Tzanck smear dari lepuhan kulit. Hasil positif pada pemeriksaan kultur jaringan.2. DIAGNOSA a) Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit.b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia.c) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi kulit.d) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.e) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit. f) Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan3. INTERVENSIa) Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit.1) Tujuan : mencapai penyembuhan luka tepat waktu dan tidak demam.2) Intervensi :i. Tekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang dating kontak dengan pasienRasional :Mencegah kontaminasi silang, menurunkan resiko infeksiii. Gunakan sarung tangan, masker dan teknik aseptic selama perawatan.Rasional:Mencegah masuknya organisme infeksius.

iii. Awasi atau batasi pengunjung bila perlu.Rasional:Mencegah kontaminasi silang dari pengunjung.iv. Cukur atau ikat rambut di sekitar daerah yang terdapat erupsi.Rasional :Rambut merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteriv. Bersihkan jaringan nekrotik yang lepas.Rasional:Meningkatkan penyembuhan.vi. Awasi tanda-tanda vitalRasional:Indikator terjadinya infeksi.b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia.1) Tujuan : terpenuhinya kebutuhan nutrisi sesuai dengan kebutuhan2) Intervensi :i. Berikan makanan sedikit tapi sering.Rasional :Membantu mencegah ketidaknyamanan dan meningkatkan pemasukan.ii. Pastikan makanan yang disukai/tidak disukai. Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah.Rasional :Meningkatkan partisipasi dalam perawatan dan dapat memperbaiki pemasukan.c) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi kulit.1) Tujuan : mencapai penyembuhan tepat waktu dan adanya regenerasi jaringan.2) Intervensi:i. Pertahankan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.Rasional :Mengetahui keadaan integritas kulit.

ii. Berikan perawatan kulit.Rasional :Menghindari gangguan integritas kulit.d) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.1) Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh2) Kriteria hasil:i. Suhu tubuh dalam batas normalii. Nadi dan RR dalam rentang normaliii. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman.Skala :1 = tidak normal2 = jauh dari normal3 = hampir normal4 = cukup normal5 = normalNIC : Regyulasi Suhu1. Observasi TTV2. Berikan minuman per oral3. Kompres dengan air hangat4. Kolaborasi pemberian antipiretik.

e) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit. 1) Tujuan : pasien dapat menerima keadaan tubuh.2) Intervensi:i. Bantu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki pasien saat iniRasional :Memanfaatkan kemampuan dan menutupi kekurangan. ii. Eksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukanRasional :Memfasilitasi dengan memanfaatkan keletihan.f) Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan1) Tujuan : adanyan pemahaman kondisi dan kebutuhan pengobatan2) Intervensi:i. Diskusikan perawatan erupsi pada kulit.Rasional :Meningkatkan kemampuan perawatan diri dan meningkatkan kemandirian

BAB III PENUTUPA. KESIMPULANVaricella adalah infeksi akut primer oleh virus Varicella Zooster yang menyerang kulit dan mukosa.Penyakit ini disebabkan oleh virus Varicella Zooster. Penamaan virus ini memberi pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan penyakit Varicella. Sedangkan kreativitasnya menyebabkan Herpes Zooster. Pada beberapa kelompok yaitu :a) Bayi dibawah usia 28 harib) Orang dengan kekebalan tubuh rendah.

B. SARAN1. Bagi pembaca/petugas kesehatan:Sebaiknya menerapkan dan membagikan pengetahuan yang dimiliki langsung kepada masyarakat.2. Bagi masyarakat:Sebaiknya jika kita sudah mengetahui bagaimana penyakit varicella ( cacar air) dapat melakukan penatalaksanaan pasien dengan penyakit varicella (cacar air).

DAFTAR PUSTAKA

Adhi Djuanda (1993). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi Kedua, FK Universitas Indonesia, Jakarta, 1993.Behrman, Richar E. 1992, Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta: EGCBoediardja, Siti Aisah, dkk, 2003, Infeksi Kulit Pada Bayi dan Anak, Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis.Daili, Sjaiful Fahmi, dkk, 2002, Infeksi Virus Herpes, Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.Hidayat, Aziz Alimul, 2005, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I, Jakarta: Salemba Medika.Jhonson, Marion, dkk, 2000, NOC, Jakarta: Morsby.June M. Thomson, et. al. (1986). Clinical Nursing Practice, The C.V. Mosby Company, Toronto.Laurentz,Rampengan. 1993. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta : EGC.Mc Clonskey, Cjoane, dkk, 1995, NIC, Jakata: Morsby.Nanda, 2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi dan Klasifikasi, Jakarta: EGCPincus, Catzel, dkk, 1990, Kapita Selekta Pediatri, Edisi. 2, Jakarta: EGC.Wilkonson, Judith M, 2006, Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Jakarta: EGC.

3