26
 ILMU KESEHATAN 1 0 2 6 3 3  NO RM : FAKULTAS KEDOKTERAN  UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH  SURAKARTA  ANAMNESIS  Nama : An. I Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 3 tahun Ruang : Melati Kelas : III-16  Nama lengka : An. I Jenis Kelamin : Laki-laki !emat "an tanggal lahir : Karangan#ar$ 1% Mei 2011 Umur : 3 tahun  Nama A # ah : !n. N Umur & : 2' tahun (eker)aan a#ah : (e"agang (en"i"ikan a#ah : *MK  Nama i+u : N#. I Umur : 22 tahun (eker)aan i+u : I+u rumah tangga (en"i"ikan i+u : *, Alamat : &n"ang 13 Ke"ung )eruk M)ge"ang Masuk R* tanggal : 1' Juli 201% Jam : 10.00 ,iagnsis masuk : /+s. Ke)ang ,kter #ang meraat : "r. lie Rhana$ *.A$ M.Kes K Asisten : entarisukma$ *.Ke" !a nggal : 1' Juli 201% 4Allanamnesis5 "i angsal Me lati KLUAN U!A MA : Ke)an g KLUAN !AMAAN : - 1. Ri a# at en# akit se karang 1 jam SMRS  (asien mengalami ke)ang kira-kira 30 menit. *e+elum ke)ang asien muntah 27 "an ti"ak mau makan . Ke)ang ti"ak "isertai "emam "an +ersiat kal 4mata meltt5. atuk 4-5$  ilek 4-5$ lemas 485$ nasu makan +erkurang 485 $ minum se"ikit 485$ n#eri tenggrkan 4 -5$ n#eri telinga 4-5$ n#eri tt 4-5$ n#eri sen"i 4-5$ mimisan 4-5$ gusi +er"arah 4-5$ +intik merah a"a kulit 4-5$ sesek 4-5$ A AK +aik. (asien semat "i +aa ke +i"an namun kea"aan umum asien ti"ak mem+aik "an asien ti"ak sa"arkan "iri$ sehingga +i"an meru)uk ke R*U, Karangan#ar. HMRS  (asien "i +aa ke I&, R*U, Karangan#ar "engan masih ke)ang "an kn"isi +elum sa"ar$ masih ke)ang$ +atuk 4-5$ ilek 4-5$ mual 4-5$ muntah 4-5$ + intik merah a"a kulit 4-5$ mimisan 4-5$ gusi +er"arah 4-5$ +atuk 4-5$ ilek 4-5$ n#eri tenggrkan 4-5$ A AK +aik. 2. Ri a# at en# akit " ahul u Ria#at ke)ang "isertai "emam : "iakui 4umur % +ulan5 Ria#at 9i"era keala : "isangkal Ria#at )atuhtrauma : "isangkal Ria#at ke)ang tan a "emam : "isangkal 1

Word Presus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Word Presus

Citation preview

ANAMNESISNama : An. IJenis Kelamin : Laki-lakiUmur : 3 tahunRuang : MelatiKelas : III-16

Nama lengkap : An. I Jenis Kelamin : Laki-lakiTempat dan tanggal lahir : Karanganyar, 14 Mei 2011 Umur : 3 tahunNama Ayah : Tn. N Umur G : 28 tahunPekerjaan ayah : Pedagang Pendidikan ayah : SMKNama ibu : Ny. I Umur : 22 tahunPekerjaan ibu : Ibu rumah tangga Pendidikan ibu : SDAlamat : Gondang 1/3 Kedung jeruk Mojogedang Masuk RS tanggal : 18 Juli 2014 Jam : 10.00 Diagnosis masuk : Obs. Kejang

Dokter yang merawat : dr.Elief Rohana, Sp.A, M.Kes Ko Asisten : Bentarisukma, S.Ked

Tanggal : 18 Juli 2014 (Alloanamnesis) di Bangsal MelatiKELUHAN UTAMA : KejangKELUHAN TAMBAHAN : - 1. Riwayat penyakit sekarang1 jam SMRS Pasien mengalami kejang kira-kira 30 menit. Sebelum kejang pasien muntah 2x dan tidak mau makan. Kejang tidak disertai demam dan bersifat fokal (mata melotot). Batuk (-), pilek (-), lemas (+), nafsu makan berkurang (+), minum sedikit (+), nyeri tenggorokan (-), nyeri telinga (-), nyeri otot (-), nyeri sendi (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), bintik merah pada kulit (-), sesek (-), BAB /BAK baik. Pasien sempat di bawa ke bidan namun keadaan umum pasien tidak membaik dan pasien tidak sadarkan diri, sehingga bidan merujuk ke RSUD Karanganyar.

HMRS Pasien di bawa ke IGD RSUD Karanganyar dengan masih kejang dan kondisi belum sadar, masih kejang, batuk (-), pilek (-), mual (-), muntah (-), bintik merah pada kulit (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), batuk (-), pilek (-), nyeri tenggorokan (-), BAB/ BAK baik.

2. Riwayat penyakit dahulu Riwayat kejang disertai demam : diakui (umur 4 bulan) Riwayat cidera kepala : disangkal Riwayat jatuh/trauma : disangkal Riwayat kejang tanpa demam: disangkalKesan : Terdapat riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit sekarang3. Riwayat penyakit pada keluarga yang diturunkan Riwayat kejang tanpa demam : diakui (ayah pasien, saat kecil) Riwayat kejang dengan demam : disangkal Riwayat trauma : disangkal Riwayat alergi : disangkalKesan : Terdapat riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit sekarang

4. Riwayat penyakit lingkungan Riwayat kejang : disangkalKesan : Tidak terdapat riwayat penyakit lingkungan yang berhubungan dengan penyakit sekarang

5. Pohon keluarga

Keterangan : : Laki-laki : Perempuan

: Pasien

: Ayah pasien yang mempunyai riwayat kejang

RIWAYAT PRIBADI1) Riwayat kehamilan dan persalinana. Riwayat kehamilan ibu pasienIbu G1P0A0 Hamil saat usia 20 tahun. Ibu memeriksakan kehamilannya rutin ke bidan. Ibu tidak pernah mual dan muntah berlebihan, tidak ada riwayat trauma maupun infeksi saat hamil, sesak saat hamil (-), Merokok saat hamil (-), kejang saat hamil (-). Ibu hanya minum obat penambah darah dan vitamin dari bidan. Tekanan darah ibu dinyatakan normal. Berat badan ibu dinyatakan normal dan mengalami kenaikan berat badan selama kehamilan. Perkembangan kehamilan dinyatakan normal.b. Riwayat persalinan ibu pasienIbu melahirkan pasien dibantu oleh bidan, umur kehamilan 9 bulan, persalinan normal, presentasi kepala, bayi langsung menangis dengan berat lahir 3000 gram dan panjang 49 cm, tidak ditemukan cacat bawaan saat lahir.c. Riwayat paska lahir pasienBayi laki-laki BB 3000 gr, setelah lahir langsung menangis, gerak aktif, warna kulit kemerahan, tidak ada demam atau kejang. ASI tidak langsung keluar, bayi dilatih menetek pada hari ke 3. Kesan: Riwayat ANC baik, riwayat persalinan baik, riwayat PNC baik.

2) Riwayat makanan0-4 bulan : ASI4-12 bulan : Susu formula, roti, buah-buahan, diselingi nasi tim kuah sayur.1-2 tahun : Susu formula, diselingi nasi dan kuah sayur.3 tahun : TehKesan : Pasien tidak mendapat ASI eksklusif.

3) Perkembangan dan kepandaian : Perkembangan dan kepandaian pasien:Motorik KasarMotorik HalusBahasaPersonal Sosial

Tengkurap (4 bulan)Memegang benda (3 bulan)Menoleh ke sumber suara (5 bulan)Tersenyum(3 bulan)

Duduk sendiri(6 bulan)Makan sendiri (1 tahun)Berbicara baik (2 tahun)Berpartisipasi dalam permainan (ikut tepuk tangan)(9 bulan)

Kesan : Motorik kasar, motorik halus, bahasa, personal sosial sesuai usia.

4) VaksinasiJenisIIIIIIIVVVI

HEPATITIS B0 bulan 2 bulan4 bulan6 bulan--

BCG1 bulan-----

DPT2 bulan4 bulan6 bulan---

POLIO1 bulan2 bulan4 bulan6 bulan --

CAMPAK9 bulan-----

Kesan : Imunisasi dasar lengkap

5) Sosial, ekonomi, dan lingkungan: Sosial dan ekonomi Ayah (28 tahun, pedagang) dan ibu (22 tahun, ibu rumah tangga), penghasilan keluarga tidak menentu sekitar Rp750.000,00 Rp 1.500.000.,- /bulan keluarga merasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lingkungan Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan adiknya. Rumah terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, dapur, kamar mandi dan 3 kamar tidur. WC menyatu dengan kamar mandi. Sumber air berasal dari air sumur. Rumah berlantai keramik. Kesan : keadaan sosial ekonomi cukup & kondisi lingkungan rumah cukup.

6) Anamnesis sistem :Cerebrospinal : kejang (+), delirium (+), sakil kepala (-)Kardiovaskuler : sianosis (-), biru (-), takikardi (-)Respiratorius : batuk (-), pilek (-), nyeri tenggorokan (-), sesak (-) Gastrointestinal : muntah (-), BAB (+) dbnUrogenital : BAK (+) dbn, nyeri berkemih (-)Muskuloskeletal : kelainan bentuk (-), nyeri sendi (-), nyeri otot (-)Integumentum : bintik merah (-), ikterik (-)Otonom : demam (-) Kesan : terdapat masalah di sistem cerebrospinal.

PEMERIKSAANJASMANINama : An. IJenis Kelamin : Laki-lakiUmur : 3 tahunRuang : MelatiKelas : III-16

PEMERIKSAAN OLEH : Bentarisukma, S.Ked Tanggal 18 Juli 2014 Jam 12.00PEMERIKSAAN FISIKKeadaan Umum : Compos MentisTANDA VITAL :Nadi : 120 x/menitRR : 28 x/menitSuhu : 37,1CSTATUS GIZI :Umur : 3 tahunTB : BB : 15 kgKesimpulan status gizi : baik menurut WHO

Kulit : Sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petekie (-).Kel.limfe: Tidak terdapat pembesaran limfonodi.Otot: Kelemahan (-),atrofi (-),nyeri otot (-).Tulang: Tidak ada deformitas tulangSendi : Gerakan bebasKesan : Kulit, kel limfe, Otot, Tulang dan Sendi dalam batas normal

PEMERIKSAAN KHUSUS Kepala : Normocephal, rambut warna hitam, lurus, jumlah cukup. Ubun-ubun besar sudah menutup. Mata : Mata cowong (-/-), air mata (+/+), CA (-/-), SI (-/-), reflek cahaya (+/+), edema palpebra (-/-) Hidung : Sekret (-/-), epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (-/-) Mulut : Mukosa bibir dan lidah kering (-), sianosis (-) Faring : Hiperemis (-), tonsil membesar (-) Leher : Pembesaran limfonodi (-) Kesan: dalam batas normal

Thorax: Simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-) Cor Inspeksi: ictus cordis tampak Palpasi: ictus cordis tidak kuat angkat Perkusi : batas kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra batas kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dextra batas kiri atas: SIC II linea parasternalis sinistra batas kiri bawah: SIC IV linea midclavicula sinistra Auskultasi: BJ I-II intensitas reguler, bising jantung (-) Pulmo :KananDEPANKiri

Simetris(+), retraksi (-)InspeksiSimetris (+),retraksi (-)

Ketinggalan gerak (-), fremitus (+) PalpasiKetinggalan gerak (-), fremitus (+)

SonorPerkusiSonor

SDV normal, Rh (-), Wh (-)AuskultasiSDV normal, Rh (-), Wh (-)

KananBELAKANGKiri

Simetris (+)InspeksiSimetris (+)

Ketinggalan gerak (-), fremitus (+)PalpasiKetinggalan gerak (-), fremitus (+)

SonorPerkusiSonor

SDVnormal, Rh (-), Wh (-)AuskultasiSDVnormal, Rh (-), Wh (-)

Kesan : Thorax dalam batas normal

Abdomen :Inspeksi: Distended (-), sikatrik (-)Auskultasi: Peristaltik dbnPerkusi: Timpani (+), pekak beralih (-)Palpasi: Turgor kulit normal, nyeri tekan (-), Hepar: Tidak teraba membesarLien: Tidak teraba membesar Anogenital: Tidak ada kelainan Kesan : Abdomen dalam batas normal

Ekstremitas : PemeriksaanEkstremitas superiorEkstremitas inferior

Sianosis--

Oedema--

Akral dingin--

Capiler refill< 2 detik< 2 detik

Reflek fisiologisnormalnormal

Reflek patologis--

Tonusnormalnormal

Klonus--

Kesan : status neurologi dalam batas normal

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH RUTIN(18 Juli 2014)Darah RutinPemeriksaanHasilNilai rujukanSatuan

HEMATOLOGI

Hemoglobin10,114-18g/DL

Hematokrit33,240-43%

Leukosit20,95-10x10^3 ul

Trombosit508150-300x10^3 ul

Eritrosit4,114,5-5,5x10^6 ul

MPV12,56,5-12Fl

PDW18,29-17%

INDEX

MCV80,882-92fl

MCH24,627-31pg

MCHC30,432-37g/DL

HITUNG JENIS

Limfosit %3725-40%

Monosit %43-9%

Granulosit %5950-70%

Kesan : Hasil laboratorium terdapat peningkatan angka leukosit.

RINGKASAN ANAMNESIS Pasien dibawa ke IGD RSUD karanganyar dengan keluhan kejang (+), lama kejang kurang lebih 10 menit Terdapat riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit sekarang. Terdapat riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit sekarang Tidak terdapat riwayat penyakit pada lingkungan yang ditularkan pada pasien. Riwayat ANC baik, persalinan spontan, riwayat PNC baik. Pasien tidak mendapatkan ASI eksklusif. Imunisasi dasar lengkap. Pasien usia 2 tahun baru bisa memberi isyarat Keadaan sosial ekonomi cukup & kondisi lingkungan rumah kurang.

RINGKASAN PEMERIKSAAN FISIK KU: CM Vital sign HR : 120 x/menit ; RR : 28 x/menit ; Suhu : 37,1C Status gizi baik menurut WHO. Kepala: CA -/-, SI -/- Mata: cekung (-/-) Hidung : sekret (-/-) Mulut : mukosa dan lidah kering (-), sianosis (-) Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-) Thorax : dalam batas normal Abdomen: peristaltic dan turgor kulit dalam batas normal Extremitas: dalam batas normal

LABORATORIUMHasil laboratorium terdapat peningkatan angka leukosit.

DAFTAR MASALAH AKTIF / INAKTIFAKTIFKejangINAKTIF -

DIAGNOSA KERJAObs. KejangDIAGNOSA BANDINGSusp. EpilepsiSusp. Meningitis RENCANA PENGELOLAANRencana TindakanObsevasi keadaan umum dan vital signObservasi kejangPemeliharaan hidrasi dan nutrisiBed rest

Rencana TerapiInf. KAEN 3A 12 tpmInj. Cefotaxime 400 mg/12 jamInj. Piracetam 80 mg/12 jamInj. Dexametason 2 mg/8 jamFolac 1x1

Rencana Edukasi Menjelaskan kepada orang tua pasien mengenai penyakit yang diderita pasien. Menjelaskan kepada orang tua jika terjadi kejang sewaktu-waktu untuk menyediakan sendok untuk mencegah lidah tidak tergigit saat kejang. Mengatur pola makan

PROGNOSISQuo ad vitam : dubia ad bonamQuo ad fungsionam: dubia ad bonamQuo ad sanam: dubia ad malam

ILMUKESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN

102633NO RM : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

9

TglSOAP

18 Juli 2014

19 Juli 2014

Pasien datang dari IGD dengan kejang tanpa demam, kejang bersifat fokal, muntah (-)

Panas (-), batuk (-), pilek (-), mual (-), muntah (-), makan sedikit (+), BAB & BAK dbn

Keadaan Umum : SomnolenTANDA VITAL :Nadi : 120x/menitRR : 28x/menitSuhu : 37,1CBB : 15kgStatus gizi : baikK/L : ca(-/-), si(-/-), pkgb (-)Thorax : sdv (+/+), Rh (-/-), wh (-/-), BJ I/II murni regulerAbdomen: distensi (-), NT (-)Ekstremitas : akral hangat

Keadaan Umum : CMTANDA VITAL :Nadi : 110x/menitRR : 28x/menitSuhu : 35,3CBB : 15kgStatus gizi : baikK/L : ca(-/-), si(-/-), pkgb (-)Thorax : sdv (+/+), Rh (-/-), wh (-/-), BJ I/II murni regulerAbdomen: distensi (-), NT (-)Ekstremitas : akral hangat

Obs Kejang dd Epilepsi

Obs Kejang dd Epilepsi

O2 3-4 literInfus KAEN 3A 12 tpmInj. Cefotaxime 400 mg/12 jamInj. Piracetam 80 mg/12 jamInj. Dexametason 2 mg/8 jamFolac 1x1

Infus KAEN 3A 12 tpmInj. Cefotaxime 400 mg/12 jamInj. Piracetam 80 mg/12 jamInj. Dexametason 2 mg/8 jamFolac 1x1

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. KEJANG1. DefinisiKejang adalah manifestasi klinis yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik di neuron. Kejang dapat disertai oleh gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik dan atau otonom.2. EtiologiKejang dapat disebabkan oleh berbagai macam termasuk tumor otak , trauma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, gejala putus alkohol dan gangguan metabolik, sebagian kejang merupakan idiopatik.a. IntrakranialAsfiksia : Ensefalitis, hipoksia iskemikTrauma (perdarahan) : Perdarahan sub araknoid, sub dural atau intra ventricularInfeksi : Bakteri, virus, dan parasitb. EkstrakranialGangguan metabolik:Hipoglikemia, hiponatremia, hipoksemia, hipokalsemia, gangguan elektrolit, gagal ginjalToksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obatc. Idiopatik3. PatofisiologiUntuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel.Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya :1.Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya.3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.Pada keadaan demam kenaikan suhu 100C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik.Lepas muatan ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang terjadi pada suhu 380C sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 400C atau lebih.Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang. Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi padakejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anaerob, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat.Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.4. Klasifikasi kejangKejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : kejang, klonik, kejang tonik dan kejang mioklonik.a. Kejang TonikKejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai deserebrasi harus di bedakan dengan sikap epistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi selaput otak atau kernikterus.b. Kejang KlonikKejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan pemulaan fokal dan multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1 3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak diikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopati metabolik.

c. Kejang MioklonikGambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut menyerupai reflek moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat. Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik.5. Manifestasi Klinisa. Kejang parsial ( fokal, lokal )1. Kejang parsial sederhanaKesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :a.) Tanda tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.b.) Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan jatuh dari udara, parestesia.c.) Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.d.) Kejang tubuh; umumnya gerakan setipa kejang sama.2. Parsial kompleksa.) Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleksb.) Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.c.) Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku.b. Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )1. Kejang absensa.) Gangguan kewaspadaan dan responsivitasb.) Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detikc.) Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh2. Kejang mioklonika.) Kedutan kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara mendadak.b.) Sering terlihat pada orang sehat selama tidur tetapi bila patologik berupa kedutan kedutan sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.c.) Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompokd.) Kehilangan kesadaran hanya sesaat.3. Kejang tonik klonika.) Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menitb.) Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemihc.) Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.d.) Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal4. Kejang atonika.) Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.b.) Singkat dan terjadi tanpa peringatan.6. Penatalaksanaan

B. EPILEPSI1. DefinisiKejang merupakan manifestasi berupa pergerakan secara mendadak dan tidak terkontrol yang disebabkan oleh kejang involunter saraf otak.Menurut International League Against Epilepsy (ILAE) dan International Bureau for Epilepsy (IBE) pada tahun 2005 epilepsi didefinisikan sebagai suatu kelainan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi yang dapat mencetuskan kejang epileptik, perubahan neurobiologis, kognitif, psikologis dan adanya konsekuensi sosial yang diakibatkannya. Definisi ini membutuhkan sedikitnya satu riwayat kejang epilepsi sebelumnya.Status epileptikus merupakan kejang yang terjadi > 30 menit atau kejang berulang tanpa disertai pemulihan kesadaran kesadaran diantara dua serangan kejang.2. EtiologiDitinjau dari penyebab, epilepsi dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu : Epilepsi idiopatik : penyebabnya tidak diketahui, meliputi 50% dari penderita epilepsi anak dan umumnya mempunyai predisposisi genetik, awitan biasanya pada usia > 3 tahun. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan ditemukannya alat alat diagnostik yang canggih kelompok ini makin kecil. Epilepsi simptomatik: disebabkan oleh kelainan/lesi pada susunan saraf pusat. Misalnya: post trauma kapitis, infeksi susunan saraf pusat (SSP), gangguan metabolik, malformasi otak kongenital, asphyxia neonatorum, lesi desak ruang, gangguan peredaran darah otak, toksik (alkohol,obat), kelainan neurodegeneratif. Epilepsi kriptogenik: dianggap simtomatik tetapi penyebabnya belum diketahui, termasuk disini adalah sindrom West, sindron Lennox-Gastaut dan epilepsi mioklonik.3. KlasifikasiKlasifikasi Internasional Kejang Epilepsi menurut International League Against Epilepsy (ILAE) 1981:A. Kejang Parsial (fokal)a. Kejang parsial sederhana (tanpa gangguan kesadaran)1.) Dengan gejala motorik2.) Dengan gejala sensorik3.) Dengan gejala otonomik4.) Dengan gejala psikikb. Kejang parsial kompleks (dengan gangguan kesadaran)1.) Awalnya parsial sederhana, kemudian diikuti gangguan kesadarana.) Kejang parsial sederhana, diikuti gangguan kesadaranb.) Dengan automatisme2.) Dengan gangguan kesadaran sejak awal kejanga.) Dengan gangguan kesadaran sajab.) Dengan automatismec. Kejang umum sekunder/ kejang parsial yang menjadi umum (tonik-klonik, tonik atau klonik)1.) Kejang parsial sederhana berkembang menjadi kejang umum2.) Kejang parsial kompleks berkembang menjadi kejang umum3.) Kejang parsial sederhana berkembang menjadi parsial kompleks, dan berkembang menjadi kejang umumB. Kejang umum (konvulsi atau non-konvulsi)a. Lena/ absensb. Mioklonikc. Tonikd. Atonike. Klonikf. Tonik-klonikC. Kejang epileptik yang tidak tergolongkan4. PatofisiologiDasar serangan epilepsi ialah gangguan fungsi neuron-neuron otak dan transmisi pada sinaps. Ada dua jenis neurotransmitter, yakni neurotransmitter eksitasi yang memudahkan depolarisasi atau lepas muatan listrik dan neurotransmitter inhibisi (inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik saraf dalam sinaps) yang menimbulkan hiperpolarisasi sehingga sel neuron lebih stabil dan tidak mudah melepaskan listrik. Di antara neurotransmitter-neurotransmitter eksitasi dapat disebut glutamate, aspartat, norepinefrin dan asetilkolin sedangkan neurotransmitter inhibisi yang terkenal ialah gamma amino butyric acid (GABA) dan glisin. Jika hasil pengaruh kedua jenis lepas muatan listrik dan terjadi transmisi impuls atau rangsang. Dalam keadaan istirahat, membran neuron mempunyai potensial listrik tertentu dan berada dalam keadaan polarisasi. Aksi potensial akan mencetuskan depolarisasi membran neuron dan seluruh sel akan melepas muatan listrik.Oleh berbagai faktor, diantaranya keadaan patologik, dapat merubah atau mengganggu fungsi membran neuron sehingga membran mudah dilampaui oleh ion Ca dan Na dari ruangan ekstra ke intra seluler. Influks Ca akan mencetuskan letupan depolarisasi membran dan lepas muatan listrik berlebihan, tidak teratur dan terkendali. Lepas muatan listrik demikian oleh sejumlah besar neuron secara sinkron merupakan dasar suatu serangan epilepsi. Suatu sifat khas serangan epilepsi ialah bahwa beberapa saat serangan berhenti akibat pengaruh proses inhibisi. Diduga inhibisi ini adalah pengaruh neuron-neuron sekitar sarang epileptic. Selain itu juga sistem-sistem inhibisi pra dan pasca sinaptik yang menjamin agar neuron-neuron tidak terus-menerus berlepas muatan memegang peranan. Keadaan lain yang dapat menyebabkan suatu serangan epilepsi terhenti ialah kelelahan neuron-neuron akibat habisnya zat-zat yang penting untuk fungsi otak.5. Tanda dan Gejala Klinis1. Kejang parsial simplekSerangan di mana pasien akan tetap sadar. Pasien akan mengalami gejala berupa: deja vu : perasaan di mana pernah melakukan sesuatu yang sama sebelumnya. Perasaan senang atau takut yang muncul secara tiba-tiba dan tidak dapat dijelaskan Perasaan seperti kebas, tersengat listrik atau ditusuk-tusuk jarum pada bagian tubih tertentu. Gerakan yang tidak dapat dikontrol pada bagian tubuh tertentu Halusinasi2. Kejang parsial (psikomotor) kompleks Serangan yang mengenai bagian otak yang lebih luas dan biasanya bertahan lebih lama. Pasien mungkin hanya sadar sebagian dan kemungkinan besar tidak akan mengingat waktu serangan. Gejalanya meliputi: Gerakan seperti mencucur atau mengunyah Melakukan gerakan yang sama berulang-ulang atau memainkan pakaiannya Melakukan gerakan yang tidak jelas artinya, atau berjalan berkeliling dalam keadaan seperti sedang bingung Gerakan menendang atau meninju yang berulang-ulang Berbicara tidak jelas seperti menggumam.3. Kejang tonik klonik (epilepsy grand mal). Merupakan tipe kejang yang paling sering, di mana terdapat dua tahap: tahap tonik atau kaku diikuti tahap klonik atau kelonjotan. Pada serangan jenis ini pasien dapat hanya mengalami tahap tonik atau klonik saja. Serangan jenis ini biasa didahului oleh aura. Aura merupakan perasaan yang dialami sebelum serangan dapat berupa: merasa sakit perut, baal, kunang-kunang, telinga berdengung. Pada tahap tonik pasien dapat: kehilangan kesadaran, kehilangan keseimbangan dan jatuh karena otot yang menegang, berteriak tanpa alasan yang jelas, menggigit pipi bagian dalam atau lidah. Pada saat fase klonik: terjadi kontraksi otot yang berulang dan tidak terkontrol, mengompol atau buang air besar yang tidak dapat dikontrol, pasien tampak sangat pucat, pasien mungkin akan merasa lemas, letih ataupun ingin tidur setelah serangan semacam ini.6. DiagnosisDiagnosis epilepsi didasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan hasil pemeriksaan EEG dan radiologis.a. AnamnesisAnamnesis harus dilakukan secara cermat, rinci dan menyeluruh. Anamnesis menanyakan tentang riwayat trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, meningitis, ensefalitis, gangguan metabolik, malformasi vaskuler dan penggunaan obat-obatan tertentu. Anamnesis (auto dan aloanamnesis), meliputi:- Pola / bentuk serangan- Lama serangan- Gejala sebelum, selama dan paska serangan- Frekuensi serangan- Faktor pencetus- Ada / tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang- Usia saat serangan terjadinya pertama- Riwayat kehamilan, persalinan dan perkembangan- Riwayat penyakit, penyebab dan terapi sebelumnya- Riwayat penyakit epilepsi dalam keluargab. Pemeriksaan fisik umum dan neurologisMelihat adanya tanda-tanda dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi, seperti trauma kepala, infeksi telinga atau sinus, gangguan kongenital, gangguan neurologik fokal atau difus. Pemeriksaan fisik harus menepis sebab-sebab terjadinya serangan dengan menggunakan umur dan riwayat penyakit sebagai pegangan. Pada anakanak pemeriksa harus memperhatikan adanya keterlambatan perkembangan, organomegali, perbedaan ukuran antara anggota tubuh dapat menunjukkan awal gangguan pertumbuhan otak unilateral.c. Pemeriksaan penunjang1.) Elektro ensefalografi (EEG)Pemeriksaan EEG harus dilakukan pada semua pasien epilepsi dan merupakan pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan untuk rnenegakkan diagnosis epilepsi. Akan tetapi epilepsi bukanlah gold standard untuk diagnosis. Hasil EEG dikatakan bermakna jika didukung oleh klinis. Adanya kelainan fokal pada EEG menunjukkan kemungkinan adanya lesi struktural di otak, sedangkan adanya kelainan umum pada EEG menunjukkan kemungkinan adanya kelainan genetik atau metabolik. Rekaman EEG dikatakan abnormal.a.) Asimetris irama dan voltase gelombang pada daerah yang sama di kedua hemisfer otak.b.) Irama gelombang tidak teratur, irama gelombang lebih lambat dibanding seharusnya misal gelombang delta.c.) Adanya gelombang yang biasanya tidak terdapat pada anak normal, misalnyagelombang tajam, paku (spike) , dan gelombang lambat yang timbul secara paroksimal.2.) Rekaman video EEGRekaman EEG dan video secara simultan pada seorang penderita yang sedang mengalami serangan dapat meningkatkan ketepatan diagnosis dan lokasi sumber serangan. Rekaman video EEG memperlihatkan hubungan antara fenomena klinis dan EEG, serta memberi kesempatan untuk mengulang kembali gambaran klinis yang ada. Prosedur yang mahal ini sangat bermanfaat untuk penderita yang penyebabnya belum diketahui secara pasti, serta bermanfaat pula untuk kasus epilepsi refrakter. Penentuan lokasi fokus epilepsi parsial dengan prosedur ini sangat diperlukan pada persiapan operasi.3.) Pemeriksaan RadiologisPemeriksaan yang dikenal dengan istilah neuroimaging bertujuan untuk melihat struktur otak dan melengkapi data EEG. Bila dibandingkan dengan CT Scan maka MRl lebih sensitif dan secara anatomik akan tampak lebih rinci. MRI bermanfaat untuk membandingkan hipokampus kanan dan kiri serta untuk membantu terapi pembedahan.7. PenatalaksanaanStatus epileptikus merupakan kondisi kegawatdaruratan yang memerlukan pengobatan yang tepat untuk meminimalkan kerusakan neurologik permanen maupun kematian . Definisi dari status epileptikus yaitu serangan lebih dari 30 menit, akan tetapi untuk penanganannya dilakukan bila sudah lebih dari 5-10 menit

PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKA

Avner JR. Acute Fever. 2009. Pediatr Rev. Pp:30:5-13.Bhutta ZA. Bhutta ZA. Typhoid fever. Demam tipus. In: Rakel P, Bope ET, eds. Conn s Current Therapy 200 8. Dalam: P Rakel, Bope ET, eds. Conn 's Terapi Lancar 2008. 60th ed. 60 ed.Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2008:chap 48. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2008: bab 48Braunwald. 2005. Typhoid in Harrisons Principles of Internal Medicine. 16th Edition, New York.Cunha BA. 2006. The clinical significance of fever patterns. Inf Dis Clin North America. Pp10:33-44El-Radhi AS, Carroll J, Klein N, Abbas A. 2009. Fever. Dalam: El-Radhi SA, Carroll J,Klein N, penyunting. Clinical manual of fever in children. Edisi ke-9. Berlin: Springer-Verlag.Pp.1-24.Henri Santoso.2009.Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Kasus Dema Tifoid yang Dirawat pada Bangsal Penyakit Dalam di RSUP Karyadi Semarang. Semarang:Undip Press.Powel KR. 2007. Fever. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders Elsevier.http://www.who.int/topics/typhoid_fever/en diakses tgl 2 juni 2014http://www.who.int/immunization/topics/typhoid/en/index.html diakses tgl 2 juni 2014http://www.jevuska.com/2008/05/10/demam-tifoid-typhoid-fever diakses tgl 2 juni 2014http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001332.htm diakses tgl 2 juni 2014http://www.cdc.gov/ncidod/dbmd/diseaseinfo/TyphoidFever_g.htm diakses tgl 2 juni 2014