Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Anamnesa
Adapun pengkajian yang dilakukan pada penyakit Alzheimer
a. Aktifitas istirahat
Gejala: Merasa lelah
Tanda: Siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur
Letargi: penurunan minat atau perhatian pada aktivitas yang biasa, hobi,
ketidakmampuan untuk menyebutkan kembali apa yang dibaca/ mengikuti acara
program televisi.
Gangguan keterampilan motorik, ketidakmampuan untuk melakukan hal yang
telah biasa yang dilakukannya, gerakan yang sangat bermanfaat.
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik. hipertensi, episode emboli
(merupakan factor predisposisi).
c. Pengkajian psikososial
1) Sosialisasi lansia pada saat sekarang
2) Sikap pada orang lain
3) Harapan dalam melakukan sosialisasi
d. Masalah emosional/ Integritas ego dengan Deppresion Scale
Gejala : Curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan persepsi
terhadap lingkungan, kesalahan identifikasi terhadap objek dan orang,
penimbunan objek : meyakini bahwa objek yang salah penempatannya telah
dicuri. kehilangan multiple, perubahan citra tubuh dan harga diri yang dirasakan.
Tanda : Menyembunyikan ketidakmampuan ( banyak alasan tidak mampu untuk
melakukan kewajiban, mungkin juga tangan membuka buku namun tanpa
membacanya) , sering khawatir, menunjukakan kegelisahan, kecendrungan
mengurung diri, menyatakan banyak pikiran atau ada masalah keluarga.
e. Pengkajian spiritual
1) Kegiatan keagamaan, mungkin akan terlihat berubah pada lansia. Lansia akan
cenderung mendalami spiritual keagamaannya, namun terkadang berlebihan
karena terjadinya disorientasi waktu.
2) Konsep/keyakinan klien tentang kematiann.
Lansia umumnya cenderung pasrah dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan
tentang kematiannya.
3) Harapan klien
f. Pengkajian Fungsional lansia dengan Indeks Katz atau Modifikasi Dari Barthel
Indeks.penhgkajian uini berfungsi menilai kemampuan lansia dalam melakukan
ADL
1) Eliminasi
Gejala: Dorongan berkemih
Tanda: Inkontinensia urine/feaces, cenderung konstipasi/ imfaksi dengan diare.
2) Makanan/cairan
Gejala: Riwayat episode hipoglikemia (merupakan factor predisposisi)
perubahan dalam pengecapan, nafsu makan, kehilangan berat badan,
mengingkari terhadap rasa lapar/ kebutuhan untuk makan.
Tanda: Kehilangan kemampuan untuk mengunyah, menghindari/menolak
makan (mungkin mencoba untuk menyembunyikan keterampilan). dan tampak
semakin kurus (tahap lanjut).
3) Hiygene
Gejala : Perlu bantuan /tergantung orang lain
Tanda : tidak mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan personal yang
kurang, kebiasaan pembersihan buruk, lupa untuk pergi kekamar mandi, lupa
langkah-langkah untuk buang air, tidak dapat menemukan kamar mandi dan
kurang berminat pada atau lupa pada waktu makan: tergantung pada orang lain
untuk memasak makanan dan menyiapkannya dimeja, makan, menggunakan
alat makan.
g. Status mental dengan SPSMQ dan MMSE
Gejala : Pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan kognitif,
dan atau gambaran yang kabur, keluhan hipokondria tentang kelelahan, pusing
atau kadang-kadang sakit kepala. adanya keluhan dalam kemampuan kognitif,
mengambil keputusan, mengingat yang berlalu, penurunan tingkah laku
( diobservasi oleh orang terdekat). Kehilangan sensasi propriosepsi ( posisi
tubuh atau bagian tubuh dalam ruang tertentu ). dan adanya riwayat penyakit
serebral vaskuler/sistemik, emboli atau hipoksia yang berlangsung secara
periodic ( sebagai factor predisposisi ) serta aktifitas kejang ( merupakan akibat
sekunder pada kerusakan otak ).
Tanda : Kerusakan komunikasi : afasia dan disfasia; kesulitan dalam
menemukan kata- kata yang benar ( terutama kata benda ); bertanya berulang-
ulang atau percakapan dengan substansi kata yang tidak memiliki arti;
terpenggal-penggal, atau bicaranya tidak terdengar. Kehilangan kemampuan
untuk membaca dan menulis bertahap ( kehilangan keterampilan motorik
halus).
h. Kenyamanan
Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin menjadi factor
predisposisi atau factor akselerasinya), trauma kecelakaan ( jatuh, luka bakar dan
sebagainya).
Tanda : Ekimosis, laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain
i. Interaksi social
Gejala : Merasa kehilangan kekuatan. factor psikososial sebelumnya; pengaruh
personal dan individu yang muncul mengubah pola tingkah laku yang muncul.
Tanda : Kehilangan control social,perilaku tidak tepat.
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:
Klien dengan penyakit Alzheimer umumnya mengalami penurunan kesadaran sesuai
dengan degenerasi neuron kolinergik dan proses senilisme. Adanya perubahan pada
tanda-tanda vital, meliputi bradikardi, hipotensi, dan penurunan frekuensi pernafasan
a. B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernafasan :Berkaitan dengan hipoventilasi inaktifitas, aspirasi
makanan atau saliva dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.
1) Inspeksi: di dapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk
efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan penggunaan otot Bantu
nafas.
2) Palpasi : Traktil premitus seimbang kanan dan kiri
3) Perkusi : adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru
4) Auskultasi : bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, stridor, ronkhi, pada
klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang
menurun yang sering didapatkan pada klien dengan inaktivitas.
b. B2 (Blood)
Hipotensi postural : berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga
gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem persarafan otonom.
c. B3 (Brain)
Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan
dengan pengkajian pada sistem lainnya.
1) Inspeksi umum, didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah
laku.
2) Pengkajian Tingkat Kesadaran:Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan
juga bergantung pada perubahan status kognitif klien.
3) Pengkajian fungsi serebral
a) Status mental : biasanya status mental klien mengalami perubahan yang
berhubungan dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan
penurunan memori, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
b) Pengkajian Saraf kranial. Pengkajian saraf ini meliputi pengkajian saraf
kranial I-XII :
Saraf I. Biasanya pada klien penyakit alzherimer tidak ada kelaianan
fungsi penciuman
Saraf II. Tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan, yaitu sesuai
dengan keadaan usia lanjut biasanya klien dengan alzheimer mengalami
keturunan ketajaman penglihatan
Saraf III, IV dan VI. Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan pada
saraf ini
Saraf V. Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada saraf ini.
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal
Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses
senilis serta penurunan aliran darah regional
Saraf IX dan X. Kesulitan dalam menelan makanan yang berhubungan
dengan perubahan status kognitif
Saraf XI. Tidak atrofi otot strenokleidomastoideus dan trapezius.
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
vasikulasi dan indera pengecapan normal
c) Pengkajian sistem Motorik
Inspeksi umum pada tahap lanjut klien akan mengalami perubahan dan
penurunan pada fungsi motorik secara umum.
Tonus Otot. Didapatkan meningkat. Keseimbangan dan Koordinasi.
Didapatkan mengalami gangguan karena adanya perubahan status kognitif
dan ketidakkooperatifan klien dengan metode pemeriksaan.
d) Pengkajian Refleks
Pada tahap lanjut penyakit alzheimer sering mengalami kehilangan refleks
postural, apabila klien mencoba untuk berdiri dengan kepala cenderung ke
depan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam
berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunya ke depan atau ke
belakang) dapat menyebabkan klien sering jatuh.
e) Pengkajian Sistem sensorik
Sesuai barlanjutnya usia, klien dengan penyakit alzheimer mengalami
penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensori
yang ada merupakan hasil dari neuropati perifer yang dihubungkan dengan
disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum.
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
a. Perubahan proses pikir berhubungan dengan degeneration neuron iriversibel
b. Risiko cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi memori.
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan deficit kognitif.
d. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan iskemia lobus temporal
atau frontal sekunder akibat penyakit Alzheimer.
e. Kerusakan interaksi social berhubungan dengan hambatan komunikasi
sekunder akibat penyakit mental kronis.
f. Perubahan pola tidur berhubungan dengan Perubahan lingkungan, tekanan
psikologis, kerusakan neurologis, perubahan aktivitas
g. Inkontinensia berhubungan dengan kehilangan fungsi neurologis / tonus otot.
h. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Perubahan diet/pemasukan makanan.
4. Rencana Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1.1 Perubahan proses pikir
berhubungan dengan
degeneration neuron
iriversibel.
Setelah diberikan askep
selama …x24 jam diharapkan
gangguan proses pikir tidak
bertambah buruk, dengan out
come :
Klien mampu
menginterpretasikan
stimulus sedikit demi
sedikit
Klien mampu
mengakomodasikan sedikit
demi sedikit suatu
ide/perintah
Klien mampu mengenali
orang-orang terdekatnya,
seperti nama keluarganya.
Klien mampu mengenali
Mandiri
i. Kaji derajat gangguan
kognitif, seperti perubahan
orientasi terhadap orang,
tempat waktu, rentang
perhatian dan kemampuan
berpikir
ii. Pertahankan lingkungan
yang menyenangkan dan
tenang.
iii. Lakukan pendekatan
dengan cara perlahan dan
tenang.
iv. Tatap wajah ketika
bercakap-cakap dengan
pasien
v. Ajarkan klien dalam
Mandiri
1. Memberikan dasar untuk
evaluasi/perbandingan yang akan
datang dan mempengaruhi pilihan
terhadap intervensi.
2. Keramaian biasanya merupakan
sensori yang berlebihan yang
meningkatkan gangguan neuron
3. Pendekatan yang terburu-buru dapat
mengancam pasien bingung yang
mengalami kesalahan persepsi.
4. Menimbulkan perhatian, terutama
pada orang-orang dengan gangguan
perceptual
5. Sesuai dengan berkembangnya
tempat-tempat disekitarnya,
seperti alamat rumah.
Klien mampu mengenali
waktu seperti pagi, siang,
dan malam.
mengingat tempat, dan
bendan. Gunakan kata-kata
yang pendek dan kalimat
yang sederhana dan
berikan instruksi
sederhana. Ulangi instruksi
tersebut sesuai dengan
kebutuhan.
Kolaborasi
1. Antisiklotik, seperti
halopiridol (Haldol) ;
tioridazin (Mallril)
2. Vasodilator, seperti
siklandelat (Cyclospasmol)
3. Agen ansiolitik, seperti
diazepam, lorazepam,
oksazepam
penyakit, pusat komunikasi dalam
otak mungkin saja terganggu.
Kolaborasi
i. Dapat digunakan untuk mengontrol
agitasi, halusinasi.
ii. Dapat meningkatkan kesadaran
mental tetapi memerlukan penelitian
lebih lanjut.
3. Lebih bermanfaat pada fase awal
dan/atau fase sedang untuk
menghilangkan kecemasan
2.2 Risiko cedera
berhubungan dengan
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama ....x 24
Mandiri
1. Awasi klien
Mandiri
1. Untuk mengkaji
kerusakan fungsi
memori.
jam, diharapkan klien tidak
mengalami cedera dengan
kriteria hasil:
Klien dapat meningkatkan
tingkat aktivitas
Klien dapat beradaptasi
dengan lingkungan
secara ketat selama
beberapa malam pertama.
2. Anjurkan
individu untuk meminta
bantuan selama malam
hari.
3. Singkirkan
benda-benda berbahaya
dari klien.
4. Pasang
pegangan tangan di kamar
mandi.
5. Pertimbangkan
penggunaan sistem alarm.
keamanan klien.
2. Untuk menghindarkan
risiko cedera akbat suasana gelap.
3. Untuk menghindari
risiko cedera/terpapar benda-benda
berbahaya.
4. Untuk menghindari
terpleset di kamar mandi.
5. Untuk memudahkan
klien menginstruksikan keadaan
bahaya pada dirinya.
3.3 Defisit perawatan diri
berhubungan dengan
deficit kognitif.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama ...x 24
jam, diharapkan terdapat
perilaku peningkatan dalam
pemenuhan perawatan diri
Mandiri
1. Identifikasi kesulitan
berpakaian/perawatan diri,
seperti keterbatasan fisik;
apatis/depresi atau
Mandiri
1. Memahami penyebab yang
mempengaruhi pilihan intervensi/
strategi
dengan kriteria hasil :
klien tampak bersih dan
segar
temperatur ruangan.
2. Identifikasi kebutuhan akan
kebersihan diri dan berikan
bantuan sesuai kebutuhan
dengan perawatan
rambut/kuku/kulit,
bersihkan kacamata dan
gosok gigi.
3. Gabungkan kegiatan
sehari-hari kedalam jadwal
aktivitas jika mungkin.
4. Kaji kemampuan dan
tingkat itaspenurunan
kemampuan ADL dalam
skala 0 – 4.
5. Rencanakan tindakan untuk
defisit motorik seperti
tempatkan makanan dan
peralatan di dekat klien
agar mampu sendiri
2. Sesuai dengan perkembangan
penyakit, kebutuhan akan
kebersihan dasar mungkin
dilupakan.
3. Mempertahankan kebutuhan rutin
dapat mencegah kebingungan yang
semakin memburuk dan
meningkatkan partisipasi pasien.
4. Membantu dalam mengantisipasi
dan merencanakan pertemuan
kebutuhan individual.
5. Klien akan mampu melakukan
aktivitas sendiri untuk memenuhi
perawatan dirinya.
mengambilnya.
6. Kaji kemampuan
komnikasi untuk BAK.
Kemampuan menggunakan
urinal pispot. Antarkan ke
kamar mandi bila kondisi
memungkinkan .
7. Identifikasi kebiasaan BAB
. anjurkan minum dan
meningkatkan aktivitas.
8. Berikan informasi kepada
klien dan keluarga
mengenai pentingnya
kebutuhan akan kebersihan
diri
Kolaborasi :
1. Pemberian suppositoria dan
pelumas faeces / pencahar.
2. Konsul ke dokter terapi
okupasi.
6. Ketidakmampuan berkomunikasi
dengan perawat dapat menimbulkan
masalah pengososngan kandung
kemih oleh karena masalah
neurogenik.
7. Meningkatkan latihan dan
mencegah terjadinya konstipasi
8. Pengetahuan untuk meminimalkan
risiko infeksi.
6. Meningkatkan latihan
dan menolong mencegah
konstip
Kolaborasi :
1. Pertolongan utama terhadap fungsi
bowell atau BAB
2. Untuk mengembangkan terapi dan
melengkapi kebutuhan khusus.
4.4 Kerusakan komunikasi
verbal berhubungan
dengan iskemia lobus
temporal atau frontal
sekunder akibat penyakit
Alzheimer.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama ... x 24
jam, diharapkan klien tidak
mengalami hambatan
komunikasi verbal dengan
kriteria hasil :
Membuat teknik/metode
komunikasi yang dapat
dimengerti sesuai
kebutuhan dan
meningkatkan kemampuan
berkomunikasi
Mandiri
1. Kaji kemampuan klien
untuk berkomunikasi.
2. Menentukan cara-cara
berkomunikasi seperti
mempertahankan kontak
mata, pertanyaan dengan
jawaban ya atau tidak,
menggunakan kertas dan
pensil/bolpoint, gambar,
atau papan tulis; bahasa
isyarat, penjelas arti dari
komunikasi yang
disampaikan.
3. Letakkan bel/lampu
panggilan di tempat mudah
dijangkau dan berikan
penjelasan cara
menggunakannya. Jawab
panggilan tersebut dengan
Mandiri
1. Untuk menentukan tingkat
kemampuan klien dalam
berkomunikasi.
2. Untuk membantu proses
berkomunikasi dengan klien, dan
agar tidak terjadi miskomunikasi.
3. Untuk memudahkan klien dalam
memanggil perawat saat
membutuhkan bantuan.
segera. Penuhi kebutuhan
klien. Katakan kepada
klien bahwa perawat siap
membantu jika dibutuhkan.
4. Kolaborasi dengan ahli
wicara bahasa.
4. Memberikan terapi bicara pada
klien.
5.5 Kerusakan interaksi
sosial berhubungan
dengan hambatan
komunikasi sekunder
akibat penyakit mental
kronis.
Setelah diberikan Asuhan
Keperawatan selama ….x24
jam, diharapkan kliem mampu
melakukan interaksi social,
dengan criteria hasil :
klien mampu berinteraksi
dengan orang disekitarnya
dengan baik.
klien tidak memiliki rasa
bermusuhan/menyerang
orang.
Mandiri
1. Beri individu hubungan
suportif.
2. Bantu mengidentifikasi
alternative tindakan.
3. Bantu menganalisis
pendekatan yang
berfungsi paling baik.
4. Gunakan pertanyaan dan
observasi untuk
mendorong individu
dengan keterbatasan
keterampilan interaksi
5. Bantu anggota keluarga
dalam memahami dan
Mandiri
1. Agar individu terstimulasi untuk
melakukan interaksi social.
2. Agar klien mampu mengidentifikasi
tindakan yang baik.
3. Agar klien mampu melakukan
interaksi dengan orang lain dengan
baik.
4. Untuk merangsang klien untuk
menjawab pertanyaan perawat
secara tidak langsung menstimulasi
klien untuk berinteraksi.
5. Dukungan keluarga sangat
membantu dalam melakukan
memberi dukungan. interaksi social.
No. Diagnosa
keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
6 Perubahan pola tidur b.d
perubahan lingkungan,
tekanan
psikologis,kerusakan
neurologis, perubahan
pola aktivitas
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
perubahan pola tidur klien
dapat teratasi dengan
kriteria hasil :
- Tidak terjadi perubahan
tingkah laku dan penampilan
(gelisah)
- Mampu menciptakan pola
tidur yang adekuat dengan
penurunan terhadap pikiran
yang melayang-layang
(melamun)
- Mampu menentukan penyebab
tidur inadekuat
Mandiri :
1. Berikan lingkungan yang
nyaman untuk meningkatkan
tidur (mematikan lampu,
ventilasi ruang adekuat, suhu
yang sesuai. Menghindari
kebisingan)
2. Anjurkan latihan saat siang
hari dan turunkan aktivitas
mental/fisik pada sore hari
Rasional :
1. Hambatan kortikal pada
informasi reticular akan
berkurang selama tidur,
meningkatkan respons
otomatik, karenanya respons
kardiovaskular terhadap suara
meningkat selama tidur
2. Aktivitas fisik dan mental
yang lama mengakibatkan
kelelahan yang dapat
meningkatkan kebingungan ,
aktivitas yang terprogram
tanpa stimulasi berlebihan
meningkatkan waktu tidur.
3. Berikan makanan kecil sore
hari, susu hangat, mandi, dan
masase punggung
4. Turunkan jumlah minuman
sore hari. Lakukan berkemih
sebelum tidur
5. Anjurkan klien untuk
mendengarkan musik yang
lembut
Kolaborasi :
1. Berikan obat sesuai indikasi :
- Antidepresi,
seperti ;amitriptilin (elavil),
doksepin (senequan),
trasolon (desyrel)
3. Meningkatkan relaksasi
dengan perasaan mengantuk
4. Menurunkan kebutuhan akan
bangun untuk berkemih
selama malam hari
5. Menurunkan stimulasi
sensori dengan menghambat
suara lain dari lingkungan
sekitar yang akan
menghambat tidur.
1. Efektif menangani
pseudodemensia atau depresi,
meningkatkan kemampuan
untuk tidur, tetapi
antikolinergik dapat
mencetuskan bingung,
memperburuk kognitif dan
- Oksazepam (serax),
triazolam (halcion)
2. Hindari penggunaan
difenhidramin (benadryl)
efek samping hipotensi
ortostatik
Gunakan dengan hemat,
hipnotik dosis rendah efektif
mengatasi insomnia
2. Kontraindikasi karena
mempengaruhi produksi
assetilkolin yang sudah
dihambat dalam otak.
7 Inkontinensia b.d
kehilangan fungsi
neurologis/ tonus otot
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
inkontinensia dapat
teratasi dengan kriteria
hasil :
- Mampu menciptakan pola
eliminasi yang adekuat/
sesuai
Mandiri :
1. Letakkan tempat tidur dekat
dengan kamar mandi jika
memungkinkan, buatkan
tanda/pintu khusus. Berikan
cahaya yang cukup
2. Buat program latihan kandung
kemih, tingkatkan partisipasi
klien sesuai tingkat
kemampuannya
3. Anjurkan minum adekuat
Rasional :
1. Meningkatkan
orientasi/penemuan kamar
mandi dan mencegah cedera
2. Menstimulasi kesadaran
klien, meningkatkan
pengaturan fungsi tubuh dan
membantu menghindari
kecelakaan
3. Menurunkan risiko dehidrasi.
selama siang hari (minimal 2
liter sesuai toleransi), batasi
minum saat menjelang malam
dan waktu tidur
4. Pantau warna urine,
konsistensi
5. Ajarkan dan dukung klien
melakukan senam otot system
urinari secara berkala
Pembatasan minum pada sore
menjelang malam hari
menurunkan seringnya
berkemih/inkontinensia
selama malam hari
4. Pendeteksian suatu
perubahan memberikan
kesempatan untuk mengubah
intervensi, mencegah
komplikasi/ penanganan
sesuai dengan kebutuhan
5. Meminimalkan
inkontinensia.
8 Risiko perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh b.d perubahan diet/
pemasukan makanan
menurun
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
tidak terjadi perubahan
nutrisi kurang dari
kebutuhan dengan kriteria
hasil :
- Klien mendapat diet nutrisi
Mandiri :
1. Kaji pengetahuan
klien/keluarga mengenai
kebutuhan makan
2. Usahakan/ berikan bantuan
dalam memilih menu
Rasional :
1. Identifikasi kebutuhan untuk
membantu perencanaan
pendidikan
2. Klien tidak mampu
menentukan pilihan
kebutuhan nutrisi
yang seimbang
- Mempertahankan/ mendapat
kembali BB yang sesuai
- Klien dapat mengubah pola
asupan yang benar
3. Berikan makanan kecil setiap
jam sesuai kebutuhan
4. Hindari makanan yang terlalu
panas
Kolaborasi :
1. Rujuk atau konsultasikan
dengan ahli gizi
3. Makan makanan kecil
meningkatkan masukan yang
sesuai
4. Makan panas mengakibatkan
mulut terbakar atau menolak
untuk makan
Rasional :
1. Bantuan diperlukan untuk
mengembangkan
keseimbangan diet dan
menemukan kebutuhan /
makan yang disukai
5. EVALUASI
No.
DxDiagnosa Keperawatan Evaluasi
1. Perubahan proses pikir berhubungan
dengan degeneration neuron
iriversibel.
Proses pikir klien tidak bertambah buruk
2. Risiko cedera berhubungan dengan
kerusakan fungsi memori.
Tidak terjadi cedera.
3. Defisit perawatan diri berhubungan
dengan deficit kognitif.
Defisit perawatan diri teratasi
4. Kerusakan komunikasi verbal
berhubungan dengan iskemia lobus
temporal atau frontal sekunder akibat
penyakit Alzheimer.
klien tidak mengalami hambatan komunikasi
verbal
5. Kerusakan interaksi social
berhubungan dengan hambatan
komunikasi sekunder akibat penyakit
mental kronis.
Kerusakan interaksi social teratasi
6 Perubahan pola tidur b.d perubahan
lingkungan, tekanan
psikologis,kerusakan neurologis,
perubahan pola aktivitas
perubahan pola tidur klien dapat teratasi
7 Inkontinensia b.d kehilangan fungsi
neurologis/ tonus otot
inkontinensia dapat teratasi
8 Risiko perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d perubahan diet/
pemasukan makanan menurun
Nutrisi dapat terpenuhi secara adekuat.
Recommended