Abstract
I. PENDAHULUAN
Ada beberapa jenis penyakit yang kadang-kadang dijumpai pada jaringan lunak mulut,
seperti pada bibir, palatum dan lidah. Lesi dermal diklasifikasikan berdasarkan penampakan
klinis seperti ulkus, vesikel maupun bulla. Penyakit ulseratif atau vesikulobulosa di dalam
rongga mulut memiliki penampakan klinis yang hampir sama. Mukosa oral yang tipis
menyebabkan vesikel dan bula mudah pecah sehingga terbentuk ulser. Keparahan ulser
dipicu dengan adanya trauma (gigi dan makanan) dan infeksi sekunder oleh flora mulut.
Faktor ini dapat menyebabkan lesi memiliki penampakan spesifik pada mukosa oral.
Vesikel adalah suatu benjolan berisi cairan, berbatas jelas dalam epidermis yang kurang
dari 1 cm diameternya. Cairan vesikel umumnya terdiri atas limfe atau serum, tetapi juga
dapat berisi darah. Dinding epitel dari vesikel adalah tipis dan akhirnya akan pecah,
karenanya trerjadi suatu ulkus atau scar. Vesikel adalah umum dalam infeksi-infeksi virus,
seperti herpes simpleks, herpes zoster, cacar air dan cacar ( Bricker et all, 1994).
Bulla adalah suatu vesikel yang diameternya lebih dari 1 cm. kondisi ini terjadi dari
pengumpulan cairan dalam pertemuan epidermis-dermis atau celah pada epidermis. Bulla
umumnya dijumpai pada pemfigus, pemfigoid, luka bakar dan epidermolisis bullosa.
Ulkus adalah suatu luka terbuka dari kulit atau jaringan mukosa yang menperlihatkan
disintegritas dan nekrosis jaringan yang sedikit demi sedikit. Ulkus meluas melalui lapisan
basal dari epitel dan kedalam dermisnya, karena jaringan parut dapat mempengaruhi
penyembuhannya. Ulkus-ulkus dapat diakibatkan dari stomatitis apthosa atau infeksi oleh
virus seperti herpes simpleks, varicola (cacar) dan varicella zoster (cacar air dan shingles).
Ulkus-ulkus biasanaya sakit dan sering kali memerlukan terapi obat topical agar terapi
efektif.
Kelainan mukosa dapat didiagnosis dari brief history dan pemeriksaan klinis, namun
pendekatan ini tidak cukup sehingga menyebabkan kesalahan diagnosis dan pengobatan yang
tidak tepat. Brief history yang terperinci dapat memberikan banyak informasi sebagai
petunjuk dokter dalam pemeriksaan klinis. Untuk mempermudah diagnosis dilakukan
pemeriksaan berdasarkan pada panjang waktu lesi itu ada (lesi akut atau kronis), sejarah
masa lalu lesi yang serupa (primer atau reccurent) dan jumlah lesi (tunggal atau ganda).
Sehingga diagnosis lesi oral membutuhkan pengetahuan dermatologi dasar karena banyak
kelainan yang terjadi pada mukosa oral dan juga mempengaruhi kulit.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Lesi vesikobulosa merupakan lesi yang berisi cairan jernih dan terdapat pada lapisan
epitel yang muda, ruptur dan menimbulkan ulcer. Lesi vesikobulosa pada rongga mulut
kebanyakan menunjukkan gambaran yang hampir sama, sehingga sulit dibedakan.
Etiologi dan Patofisiologi Lesi Vesikobulosa pada Rongga Mulut yang Disebabkan Virus
1. Herpes Zoster
Etiologi dari penyakit ini adalah virus varicella zoster. Gambaran Klinis dari herpes
zoster terdapat lesi vaskuler yang ulcerative vaskuler dan sangat nyeri. Umumnya mengenai
bibir, lidah, dan mukosa pipi. Tampak adanya lesi melepuh vesikuler dan pustuler (vesikel
kecil dan berisi nanah) unilateral yg timbul setelah 1-3 hari.
(Greenberg dan Glick, 2003)
Gejala-gejala dari herpes jenis ini adalah pada 3-4 hari sebelum timbulnya herpes zoster,
penderita merasa tidak enak badan, menggigil, demam, mual, diare atau sulit berkemih.
Terkadang penderita merasakan nyeri, kesemutan atau gatal di kulit yang terkena.Gejala lain,
muncul sekumpulan lepuhan kecil berisi cairan dikelilingi oleh daerah kemerahan. Lepuhan
ini hanya terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi oleh saraf yang terkena. Lepuhan paling
sering muncul di batang tubuh dan biasanya hanya mengenai satu sisi (kanan saja atau kiri
saja).Daerah yang terkena biasanya peka terhadap berbagai rangsangan (termasuk sentuhan
yang sangat ringan) dan bisa terasa sangat nyeri.
(Greenberg dan Glick, 2003)
Infeksi awal virus varicella-zoster (yang bisa berupa cacar air) berakhir dengan masuknya
virus kedalam ganglia (badan saraf) pada saraf spinalis maupun saraf kranialis dan virus
menetap disana dalam keadaan tidak aktif. Herpes zoster tejadi jika virus kembali aktif.
Kadang pengaktivan kembali virus ini terjadi jika terdapat gangguan pada system kekebalan
akibat suatu penyakit (misalnya karena AIDS atau penyakit Hodgkin) atau obat-obatan yang
mempengaruhi sistem kekebalan.
(Greenberg dan Glick, 2003)
2. GHP (Gingivostomatitis Herpetika Primer)
Etiologi Gingivostomatitis herpetika primer merupakan infeksi HSV tipe 1 pada rongga
mulut. Gingivostomatitis Herpetika Primer lebih banyak terjadi pada anak dan remaja.
Gingivostomatitis herpetika primer adalah suatu penyakit yang ditandai dengan lesi ulserasi
pada lidah, bibir, mukosa gingiva, palatum durum dan molle.
(Greenberg dan Glick, 2003)
Gambaran klinis pada intraoral terdapat gingivitis, lesi vesikula ( kemudian pecah dan
terjadi ulserasi) pada mukosa oral, lidah dan bibir. Tepi gusi yang berwarna merah padam
dan edema mudah terjadi pendarahan disertai rasa demam, anoreksia, limfadenopati dan
sakit kepala.
(Greenberg dan Glick, 2003)
GHP memiliki periode inkubasi hingga 2 minggu. Fase prodromal ditandai malaise dan
kelelahan, sakit otot dan kadang sakit tenggorokan. Pada tahap awal nodus limfe
submandibular sering membesar dan sakit. Fase prodromal ini berlangsung 1-2 hari dan
diikuti dengan timbulnya lesi oral dan kadang sirkumoral. Vesikula kecil berdinding tipis
dikelilingi dasar eritematous yang cenderung berkelompok timbul pada mukosa oral.Vesikula
kemudian pecah dengan cepat dan menimbulkan ulser bulat dangkal.Ulser dapat terjadi pada
semua bagian mukosa mulut.
(Greenberg dan Glick, 2003)
3. Herpangina
Herpangina adalah penyakit yang etiologinya adalah virus coxsackie virus( the A-16
coxsackie virus). Gambaran klinis dari herpangina adalah adanya vesikel berpapil abu-abu
muda yang pecah membentuk ulkus-ulkus yang dangkal, besar, dan multipel. Lesi ini
mempunyai tepi erithematous dan berbatas pada pilar-pilar anterior, palatum lunak, uvula,
dan tonsil.
(Greenberg dan Glick, 2003)
Herpangina ditandai dengan serangan tiba-tiba, berupa demam, sakit tenggorokan disertai
lesi ada faring berukuran 1 – 2 mm berbentuk papulovesikuler berwarna abu-abu dengan
dasar eritematus dan berkembang secara perlahan menjadi lesi yang sedikit lebih besar. Lesi
ini yang biasanya muncul pada dinding anterior faucium dari tonsil, palatum molle, uvula
dan tonsilnya sendiri, muncul sekitar 4 – 6 hari sesudah mulai sakit.
(Greenberg dan Glick, 2008)
4. Hand Foot and Mouth Disease
Menyerang anak umur di bawah 10 tahun, mengalami demam ringan dan mulut terasa
sakit.75-100% pasien mengalami ruam pada kulitnya, terutama pada tangan dan kaki. Ruam
ini muncul dan berwarna merah berbentuk makula kemudian menjadi vesikula. Pasien
mengalami rasa sakit pada mulut and tenggorokannya. Lesi bermula dari macula
erithematous kemudian menjadi vesikel dan pecah menjadi ulser. Lesi berlokasi di lidah,
palatum keras dan lunak, mukosa bukal, dan di permukaan mukosa yang lain.
5. Infeksi Mononucleosis Like Diseases
Etiologi dari penyakit ini adalah adanya infeksi dari virus cytomegalovirus (CMV) yang
merupakan β-herpesvirus. Infeksi primer biasanya bersifat asimtomatis. Infeksi akan
bermanifestasi pada pasien yang mempunyai gejala imunocompromise yang mendapatkan
donor organ dari orang yang terkena HIV.
Infeksi CMV ditandai dengan adanya ulcer nekrosis tunggal dan kadang – kadang
bersifat multipel. Lesi biasanya terasa sangat sakit dan dapat bertahan mulai dari hitungan
minggu sampai hitungan bulan.Virus ini juga diduga merupakan etiopatogenesis dari
vasculopathi dan thrombosis.
6. Necrotizing Ulcerative Gingivitis and Periodontitis
Penyakit ini tidak terlalu sering dihubungkan dengan demam dan malaise,
limphadenopati submandibular jarang terlihat. Demam yang terjadi bersifat fluktuatif,
disertai anemia, kadar leukosit yang tinggi, kekurangan tenaga, dan penyakit sistemik seperti
campak.
PASIEN DENGAN ULCER ORAL YANG BERKELANJUTAN
1. Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS)
Terdapat lesi di mukosa oral dan diawali dengan rasa seperti terbakar 2-48 jam sebelum
ulcer itu muncul. Pada periode awal ini berkembang erithema, papula berbentuk bulat kecil
putih, dan akan bertambah besar. Lesi bulat, simetris, dan dangkal. Banyak terdapat di
mukosa bukal dan labial. Jarang terdapat lesi di palatum dan gingival. Pada RAS yang jinak
lesi berukuran 0,3-1 cm, dan sembuh dalam waktu 1 minggu. Tetapi pada pasien yang
menderita RAS parah , diameter lesinya lebih dr 1cm. Lesinya disebut dengan lesinya mayor
apthous ulser. Ulser ini menimbulkan rasa sakit yang amat sangat pada waktu makan dan
bicara.
2. Behcet Disease
Munculnya ulser yang berulang terjadi pada 90% pasien, lesi nya sulit dibedakan dari lesi
RAS. Lesi ini mungkin muncul di manapun di mukosa oral dan mukosa pharyngeal.
3. Pemfigus
Terdapat lesi tipis yang menyebar di kulit normal atau mukosa. Jika kita memerikan
tekanan, akan menghasilkan bentukan lesi yang baru, yang sering disebut nikolsi sign. Selain
itu, beberapa pasien sering mengeluhkan acute fulminating disesase. Biasanya beberapa
mukosa dan permukaaan kulit. Pasien dengan lesi pemfigus pada oral bisanya juga
mengalami lesi pada esophagus.
Pada rongga mulut, lesi dimulai dengan bulla yang tidak terinflamasi, klinisi sering
menemukan bentuk ulser yang dangkal dan tidak teratur karena bulla yang sering pecah.
Biasanya lesi dimulai dalam mukosa bukal, selain itu palatum dan gingival merupakan lokasi
lain tempat terjadinya lesi ini.
4. Paraneoplastik Pemfigus (PNPP)
Jenis pemifigus ini berhubungan dengan lesi neoplasma, seperti non-Hodgkin’s
lymphoma, chronic lymphocytic leukemia, atau thymoma. Pasien dengan lesi ini biasanya
mengeluhkan gejala erosi permukaan mukosa dan kulit. Lesi oral merupakan manifestasi
yang sering ditemukan, biasanya lesi ini meluas dan bersifat nyeri tekan, mengalami gejala
inflamasi, nekrosis, dengan permukaan erosi menutupi bibir,lidah, dan palatum lunak.
5. Pemfigus Vegetans
Pemfigus vegetans merupakan variasi benigna dari pemfigus vulgaris. Terdapat dua jenis,
yakni jenis Neumann dan hallopeau. Neumann memiliki cirri-ciri seperti pemfigus vulgaris ,
dengan area yang relative besar dan denided. Area ini jika mengalami penyembuhan, akan
memebentuk jaringan granulasi hiperplastik. Jenis Hallopeau lebih sedikit agresive, pustule,
jenis pustule ini biasanya diikuti vegetasi hiperkeratosis verukosa.
Lesi oral merupakan salah satu bentuk pemfigus vegetans dan merupakan tanda awal
penyakit. Lesi gingival berulserasi dengan dasar yang merah, dan permukaan purulent.
6. Mucus Membrane Pemphigoid (MMP)
MMP merupakan penyakit kronis autoimun subepithelial yang menyerang pasien di atas
50 tahun, yang sering tampak ulserasi, dan subsequent scaring. Lesi subepithelial sering
melibatkan permukaan mukosa, terutama mukosa oral. Lesi oral terjadi pada 90% dengan
MMP. Deskuamasi gingivitis merupakan manifestasi yang sering tampak warna merah muda.
Lesi biasanya tampak vesikel dari gingival atau permukaan mukosa yang lain, tapi lesi ini
tampak permukaan erosi yang non-spesifik. Erosi tampak lebih kecil dibanding lesi pemfigus
yang biasanya serta bersifat self-limiting.
7. Chronis Bullous Disease
CDBC merupakan blistering subepitelial yang menyerang anak-anak di bawah usia 5
tahun. Lesi ini ditandai dengan deposisi IgA pada membran dasar, yang terdeteksi dengan
DIF pada permukaan epidermal mukosa.
L esi
Zona jaringan yang fungsinya terganggu akibat penyakit dan trauma
Keadaan jaringan yang abnormal pada tubuh. Hal ini dapat terjadi karena proses
beberapa penyakit seperti trauma fisik, kimiawi, dan elektris, infeksi, masalah
metabolisme, dan autoimun.
Reaksi peradangan daerah sub.epitel yang akhirnya menimbulkan luka pad sub
mukosa
Keadaan jaringan yang abnormal pada tubuh karena proses trauma atau infeksi,
masalah metabolisme dan autoimun ( berkaitan erat dengan alergi, faktor tertentu di
dalam jaringan tubuh mengembangkan sifat2 autogenik)
Ulkus
Ulkus merupakan lesi yang terbentuk oleh kerusakan lokal dari seluruh epidermis dan
sebagian atau seluruh korium di bawahnya.
Coated Tongue
Lidah memiliki lapisan alami dikarenakan pengelupasan sel permukaan epitel. Namun
kegagalan sel untuk mengelupas dapat menyebabkan lapisan permukaan yang dapat
menghasilkan tampilan putih atau berwarna di lidah. Coated tongue biasanya sering
ditemukan pada pasien dengan penyakit demam atau pasien dengan diet lunak. Lapisan pada
lidah dapat bervariasi dalam warna. Mulai dari oranye, putih sampai coklat, tergantung pada
faktor-faktor eksternal seperti merokok atau kebiasaan minum teh / minum kopi. Xerostomia
juga dapat berdisposisi pada lapisan lidah.
Halitosis
Merupakan bau tak sedap yang berasal dari mulut. Sebagian besar bakteri di rongga mulut
menghasilkan senyawa volatile sulfur, seperti methyl mercaptan, hydrogen sulfide, rantai
asam lemak seperti butyric, propionic, valeric acid, dll yang terbukti dapat menghasilkan
bau tak sedap tersebut.
III. PERMASALAHAN
Seorang wanita pekerja salon (20), datang ke klinik Oral Medicine dengan keluhan rasa
sakit di mulut yang meluas ke depan sampai ke pipi dan sudut mulut kanan sehingga
mengganggu penampilan dan pengunyahan. Satu bulan yang lalu pasien menderita demam
dan batuk karena sakit tenggorokan. Tiga hari yang lalu ia merasa capek, lemah, tidak enak
badan, demam dan sakit kepala serta otot-ototnya terasa sakit, kemudian muncul rasa sakit
mulut yang dikeluhkan sekarang.
Pasien belum pernah mengalami sakit seperti ini, tetapi sering sariawan. Pemeriksaan
vital signs :
Tensi120/80 mmHg
Pernapasan 20x/menit
Nadi 100x/menit
Suhu 38,50C
Pada pemeriksaan ekstra oral; muka simetris, pada sudut bibir kanan terdapat lesi
vesikuler dan ulkus. Limfonodi submandibular kanan teraba lunak dan nyeri tekan. Intra oral
terdapat area ulseratif yang eritematous dan sakit pada mukosa buccal, sedangkan pada
gingiva regio 16-17 tampak edematous dan eritematous serta muda berdarah. Lidah coated
dengan indeks CT (Coated Tongue) 60%, hipersalivasi dan halitosis positif. Tidak ada lesi di
palatum molle dan tenggorokan maupun di bagian tubuh yang lain.
IV. DISKUSI
Pemeriksaan Subyektif
Keluhan Utama (CC) : keluhan rasa sakit di mulut yang meluas ke depan sampai ke pipi
dan sudut mulut kanan sehingga mengganggu penampilan dan pengunyahan.Keadaan
sakit sekarang (PI): rasa sakit mulut yang meluas ke depan sampai ke pipi.
Riwayat kesehatan gigi (PDH) : sering sariawan
Riwayat kesehatan umum (PMH) : demam, batuk (sakit tenggorokan), capek, lemah,
tidak enak badan, sakit kepala, otot-otot terasa sakit.
Riwayat kesehatan keluarga (FH) : tidak ada
Pemeriksaan Obyektif
a. Vital Sign
- Tensi120/80 mmHg
- Pernapasan 20 kali /menit
- Nadi 100 kali/menit
- Suhu 38,50C
b. Pemeriksaan Ekstraoral :
- Muka simetris
- Sudut bibir kanan terdapat lesi vesikuler dan ulkus
- Limfonodi submandibular kanan teraba lunak dan nyeri tekan.
c. Pemeriksaan Intraoral:
- Area ulseratif yang eritematous dan sakit pada mukosa buccal
- Ginggiva regio 16-17 tampak edematous dan eritematous serta muda berdarah.
- Hipersalivasi
- Halitosis positif
- Tidak ada lesi di palatum mole dan tenggorokan serta bagian tubuh yang lain.
Berdasarkan hasil pemeriksaan subyektif dan obyektif, didapatkan tanda spesifik pada
pasien yang dapat mengarahkan pada diagnosis banding yaitu adanya lesi vasikuler dan ulkus
pada sudut bibir. Tanda ini mengarahkan pada beberapa penyakit vesikobulosa. Penyakit
vesikobulosa dapat disebabkan karena agen infeksius berupa bakteri atau virus, serta dapat
disebabkan oleh reaksi alergi (autoimun). Setiap penyakit memiliki gejala prodormal yang
hampir sama satu sama lain. Untuk dapat mendiagnosis secara tepat, seorang dokter harus
paham mengenai tanda gejala dan ciri-ciri lesi vesikobulosa yang spesifik dari masing-
masing penyakit.
Berikut ini adalah beberapa diagnosis banding yang dapat disimpulkan dari hasil
pemeriksaan subyektif dan obyektif kasus di atas :
Gingivostomatitis Primer (Primary Herpes Ginggivostomatitis)
Sebagian besar kasus infeksi HSV 1 primer terjadi pada anak-anak dan remaja. Dokter
gigi seringkali merupakan dokter pertama yang menerima keluhan karena gejala klinisnya,
sehingga penting bagi dokter gigi dapat mengenali kondisi ini.
Etiologi dan Patogenesis
Gingivostomatitis primer merupakan manifestasi awal dari infeksi virus HSV. Virus ini
menyebar melalui kontak langsung dengan lendir yang terinfeksi atau air liur, biasanya
melalui berciuman atau berbagi peralatan makan.
Diawali dengan gejala prodormal berupa demam 1-3 hari, kehilangan nafsu makan,
malaise, myalgia, dan disertai pula oleh rasa sakit kepala dan pusing, Serta rasa nyeri pada
rongga mulut. Pasien sebaiknya di opname untuk menjalani proses hidrasi. Waktu
penyembuhan biasanya 10-14 hari( tipe untuk penyakit yang disebabkan virus). Periode
inkubasi hingga 2 minggu.
Fase prodromal ditandai malaise dan kelelahan, sakit otot dan kadang sakit tenggorokan.
Pada tahap awal nodus limfe submandibular sering membesar dan sakit. Fase prodromal ini
berlangsung 1-2 hari dan diikuti dengan timbulnya lesi oral dan kadang sirkumoral. Vesikula
kecil berdinding tipis dikelilingi dasar yang eritematous dan cenderung berkelompok timbul
pada mukosa oral (mukosa berkeratinisasi seoerti pada palatum keras, gingival cekat, dan
dorsum lidah, juga terdapat pada mukosa yang tidak berkeratin pada mukosa bukal dan
labial, ventral lidah, dan pada palatum lunak). Vesikula kemudian pecah dengan cepat dan
menimbulkan ulser bulat dangkal yang berukuran 1-5 mm. Ulser dapat terjadi pada semua
bagian mukosa mulut.
Dengan berkembangnya penyakit, beberapa lesi bersatu membentuk lesi ireguler yang
lebih besar. Lesi ini disertai simptom demam, anoreksia, limfadenopati dan sakit kepala.
Gingiva akan berwarna merah menyala (redness), swelling, redness dan mudah berdarah
berefek pada tepi dan papila gingiva sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman serta rongga
mulut akan terasa sangat nyeri, dan sulit untuk makan. Biasanya disertai pula adanya white
coated tongue. Tanda dan gejala ini akan meningkat selama 1-2 minggu pertama, kemudian
akan menghilang di minggu ketiga seiring terbentuknya antibodi terhadap virus ini.
Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan leukositosis atau neutropenia yang berhubungan
dengan infeksi virus.
Kultur HSV dan scraping dapat membantu menegakkan diagnosis virus. Scraping dapat
diproses secara immunofluorescent, atau pengecatan sitologis untuk melihat pathognomonic
pseudogiant cells. Antibody terhadap HSV dalam darah menunjukkan peningkatan tinggi
sekitar 4x atau lebih.
Managemen dan perawatan
Tidak ada obat yang dapat mencegah virus bermigrasi pada ganglion setelah infeksi
primer. Namun ancyclovir merupakan obat yang paling poten untuk mencegah keparahan
yang berakibat ensepalitis, terutama pada orang yang immunocompromise. Dan akan
mempercepat penyembuhan pada fase awal penyakit. Istirahat dan memperbanyak intake
cairan serta mengkonsumsi antipiretik dapat menurunkan demam akibat infeksi. Ketika
vesikel sudah muncul, pasien diharapkan tidak menyentuh vesikel untuk mencegah
penyebaran virus pada bagian lain.
Varicella Zoster Virus Infection
Herpes zoster adalah penyakit lokal yang terjadi terutama pada orang dewasa yang khas
ditandai oleh adanya nyeri radikuler yang unilateral serta adanya erupsi vesikuler yang
terbatas pada dermatom yang diinervasi oleh serabut saraf spinal maupun ganglion serabut
saraf sensoris dari nervus cranialis. Insidensi dari Herpes Zoster Infection akan meningkat sesuai
dengan umur dan derajat immunosupresi (Greenberg dan Glick, 2003).
Etiologi & Patogenesis
Infeksi virus ini menyebabkan varicella (chicken pox). Sama dengan virus herpes yang
lain, virus ini bersifat laten seringkali ditemui di akar dorsal ganglia di saraf cranial. Tidak
jarang herpes zoster ditemui pada pasien yang menjalani kemoterapi kanker, dan pasien
dengan terapi obat imunosupresan yang kronik dan pasien penderita HIV. Virus ini bersifat
sitopatik pada sel epitel di kulit dan mukosa menyebabkan adanya lesi dan luka.
Transmisinya melalui rute respiratori. Dengan masa inkubasi 2-3 minggu.
Herpes zoster muncul pada salah satu cabang nervus trigeminal pada 18-20% kasus,
tetapi paling sering terjadi pada cabang nervus opthalmikus. Herpes zoster yang muncul pada
nervus cabang kedua dan ketiga trigeminal mempunyai karakteristik terjadi lesi pada fasial
dan intraoral .
(Greenberg dan Glick, 2003)
Lesi yang mengenai cabang maksilaris menyebabkan timbulnya lesi pada palatum keras,
dan lunak serta vestibulum rahang atas. Lesi pada cabang mandibula menyebabkan
terbentuknya lesi dagu sampai verteks. Pada mulut, lesi mengenai pipi, vestibulum rahang
bawah dan lidah. Pada mulut, vesikel pecah dengan cepat membentuk ulser. Perubahan
sitologi pada vesikel atau ulser mirip dengan infeksi virus herpes simpleks .
(Gayford dan Haskell,1990)
Herpes zoster biasanya berupa vesikel unilateral dan terasa sakit. Herpes ini juga
mempengaruhi saraf-saraf motorik. Komplikasi yang sering terjadi ketika menderita herpes
zoster adalah postherpetic neuralgia, yang ditandai dengan rasa sakit yang kambuh lebih dari
1 bulan setelah lesi mukokutaneus sembuh. Insidensi terjadinya post herpetic neuralgia
adalah 12-14%, tetapi resiko meningkat secara signifikan setelah umur 60 tahun, seiring
dengan menurunnya imunitas seseorang. Imunosupresi tidak meninkatkan resiko post
herpetic neuralgia.
(Greenberg dan Glick, 2003)
Manifestasi Klinis
VZV primer ini terjadi dalam 2 dekade pertama kehidupan. Diawali dengan munculnya
demam, malaise, pruritik, ruam yang berbentuk makulopapular, diikuti dengan adanya
vesikel yang berbentuk seperti titik embun. Bentuk vesikel berawan, pustula , scab dan
seperti terbakar. Lesi dimulai dari leher pada wajah dan kemudian menyebar. Lesi kulit
secara klinis dan patologis mirip dengan cacar air.
(Gayford dan Haskell,1990)
Komplikasinya antara lain, pneumonia, myokarditis, dan hepatitis. HZI pada kulit
menyerang orang dewasa dan rasa sakitnya seperti terbakar dan tajam. Jarang dijumpai
demam pada limphadenopathy. 2-4 hari kemudian diikuti dengan munculnya vesikel pola
zoster yang berbentuk unilateral, linear. Lesi sembuh dalam 2-4 minggu dengan
meninggalkan jaringan parut dan hiperpigmentasi.
Faktor predisposisinya antara lain, usia tua, rasa sakit prodromal, dan beberapa penyakit
klinis yang terjadi selama fase ruam akut. Penurunan imun pasien semakin bertambah parah
dengan ditandai munculnya atipik, bilateral, dan multiple dermatomes. Retinitis,
pneumonitis, enchepalitis adalah beberapa bentuk komplikasinya.
Pemeriksaan Oral
VZV primer muncul dengan ditandai adanya ulser akut minor. Keterlibatan nervus V
menyebabkan adanya rasa sakit prodormonal, seperti terbakar, melunak, dan biasa terjadi
pada palatum di satu sisi.. Beberapa hari kemudian diikuti oleh rasa sakit ulcer yang
berbentuk kluster ukuran 1-5 mm berupa vesikel yang muda pecah, pada palatum durum,
mukosa bukal, dan daerah distribusi di satu sisi. Ulcer akan sembuh dalam waktu10-14 hari.
Setiap lesi oral dari herpes zoster menyerupai lesi yang terjadi pada penderita infeksi
herpes simpleks. Diagnosisnya biasanya dapat diambil dari pengelaman rasa sakitnya, sifat
unilateralnya, dan distribusi dari lesi tersebut. Herpes Zoster dapat dibedakan dengan lesi
multipel akut pada mulut, yang dimana biasanya terjadi bilateral dan tidak disertai dengan
rasa sakit.
(Greenberg dan Glick, 2003).
Herpangina
Herpangina berasal dari kata herpes yang berarti “vesicular eruption” dan angina yang
berarti inflamasi pada tenggorokan. Herpangina merupakan penyakit infeksi yang disebabkan
oleh Coxsackie Virus.
Manifestasi Klinis
Diderita anak-anak yang berusia di bawah 10 tahun. Penderita mengalami demam, sakit
kepala, sakit otot, kira-kira selama 1-3 hari.
Manifestasi Oral
Gejala yang dirasakan penderita adalah sakit tenggorokan dan nyeri pada waktu menelan.
Terdapat erithema di oropharing, palatum lunak, dan tonsil. Muncul vesikel kecil yang pecah
menjadi ulcer 2-4 mm yang persisten selama 5-10 hari. Faringitis Limfonodular merupakan
salah satu variasinya. Ulkus pada rongga mulut bagian posterior merupakan tanda yang khas
pada herpangina. Ginggiva yang berwarna kemerahan dn nyeri merupakan karakteristik dari
infeksi HSV primer dan tidak biasa ditemukan pada infeksi Coxsackie Virus.
Berdasarkan hasil pemeriksaan subyektif dan obyektif pasien serta pendekatan teori di
atas, dapat disimpulkan bahwa diagnosis kerja kasus yang dialami pasien adalah Primary
Herpes Ginggivostomatitis. Gingivostomatitis primer merupakan manifestasi awal dari
infeksi virus HSV. Virus ini menyebar melalui kontak langsung dengan lendir yang terinfeksi
atau air liur, biasanya melalui berciuman atau berbagi peralatan makan. Mengingat pasien
adalah seorang wanita berusia 20 tahun yang berprofesi sebagai pegawai salon, dimana
kemungkinan untuk terinfeksi virus HSV sangat besar.
V. MAPPING CONCEPT
VI. KESIMPULAN
Lesi vesikobulosa merupakan lesi yang berisi cairan jernih dan terdapat pada lapisan
epitel yang muda, ruptur dan menimbulkan ulcer. Gingivostomatitis primer merupakan
manifestasi awal dari infeksi virus HSV. Virus ini menyebar melalui kontak langsung
dengan lendir yang terinfeksi atau air liur.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Ajar AH, Chavin PJ. Acute Herpetic Gingivostomatitis in Adults: A Review of 13
Cases,including Diagnosis and Management. J Can Dent Assoc 2005; 68(4): 247-51.
Bricker S.L., Langlais R.P.,Miller, C.S., 1994, Oral Diagnosis, Oral Medicine, and
Treatment Planning, 2nd edition, Lea & Febiger a Waverly Company, USA.
Field A., Longman T., 2004, Tyldesley’s oral medicine, 5th ed, New York, Oxford.
Greenberg, Martin S., ett all., 2008, Burket’s Oral Medicine, Eleventh Edition, BC Decker
Inc, Hamilton.
Greenberg,M.S. dan M. Glick. 2003. Burket’s Oral Medicine, Diagnosis and Treatment,10th
Edition. BC Decker Inc. Ontario.
Gayford,J.J. dan R.Haskell. 1990. Clinical Oral Medicine, 2nd Edition. EGC, Jakarta.
Langlais, Robert P and Craig S. Miller., 1998, Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut Yang
Lazim, Hipokrates, Jakarta .
Raborn GW, Grace M. Herpes Simplex Type 1 Orofacial Infections. Herpes. 2009 18:6(1): 1-
8.
Recommended