Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan
MENU Pengertian pengukuran dan penilaian mutu pelayanan
kesehatan
Tujuan dan manfaat
Deming Cycle (PDCA Cycle)
Pendekatan IPO dalam pengukuran dan penilaian
GKM dalam mutu pelayanan kesehatan (RS)
Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan Pelaksanaan manajemen mutu berfokus pada tercapainya kepuasan
pelanggan. Di lain pihak, tingkat kepuasan pelanggan pun berubah-ubah sesuai
dengan waktu, tempat dan jarak. Untuk itu, setiap perusahaan baik itu perusahaan penghasil produk
maupun jasa haruslah secara terus-menerus melakukan perbaikan mutu sesuai dengan situsi dan kondisi yang dihadapi.
Perbaikan yang dilakukan tersebut dalam bentuk kebijakan perusahaan yang dibuat berdasarkan data (fakta) yang diperoleh melalui pengukuran mutu.
Selain digunakan sebagai data dalam membuat kebijakan perbaikan mutu, pengukuran mutu juga menjadi langkah positif dalam meningkatan performansi perusahaan tersebut, bagaimana sebenarnya mutu perusahaan yang ditampilkan saat itu, dan membantu mengidentifikasi bagian mana dari perusahaan tersebut yang harus diperbaiki.
Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan Dalam melakukan pengukuran mutu, ada beberapa hal yang turut mempengaruhi yaitu:
Pengukuran mutu seharusnya melibatkan semua individu yang terlibat dalam proses itu
Hal ini berkaitan dengan pengukuran mutu bersifat partisipatif. Dimana setiap orang yang terlibat dalam proses harus memahami secara baik akan nilai pengukuran kualitas dan bagaimana memperoleh nilai tersebut. Dengan melibatkan setiap orang, maka diharapkan agar dapat memberikan hasil yang terbaik.
Pengukuran mutu seharusnya dapat memunculkan data
Data ini diperlukan untuk pengambilan keputusan tentang kebijakan seperti apa yang harus dibuat berkaitan dengan perbaikan mutu. Data yang ada dapat ditunjukkan dalam bentuk peta, diagram, tabel, hasil perhitungan statistik, dll. Dengan adanya data, maka akan menghasilkan informasi yang lebih akurat.
Perlu adanya komitmen secara menyeluruh untuk pengukuran kualitas dan perbaikannya
Hal ini sangat penting sebelum aktivitas pengukuran mutu dilakukan.
Program-program pengukuran dan perbaikan kualitas seharusnya dapat diuraikan dalam batas-batas yang jelas sehingga tidak tumpang tindih dengan program yang lain
Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan Measurement is an element of all quality
management activities.
Performance is measured to determine current levels of quality, identify improvement opportunities, and evaluate whether changes have improved outcomes. (Spath, 2009)
Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan
Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan Jenis Pengukuran yang sering digunakan dalam pelayanan kesehatan (Spath, 2009):
Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan Measurement provides information for
quality management purposes.
For the measures to be used effectively, they must be accurate, useful, easy to interpret, and reported consistently.
Kapan Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan dilakukan Faktor kapan suatu pengukuran mutu harus
dilakukan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengukuran mutu itu sendiri. Dikatakan berpengaruh karena hasil dari pengukuran mutu merupakan suatu dasar dalam pembuatan kebijakan perbaikan mutu secara keseluruhan dalam suatu usaha atau organisasi.
Kapan Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan dilakukan Menurut Vincent Gaspersz dalam buku Total Quality Management, pengukuran mutu haruslah dilakukan pada:
Pengukuran harus dimulai pada permulaan program
Hal ini berhubungan dengan perumusan berbagai masalah yang berkaitan dengan mutu atau kualitas dan bagaimana peluang untuk memperbaiki masalah tersebut. Dengan dilakukannya pengukuran sejak permulaan program, maka diharapkan agar hasil dari pengukuran mutu tersebut dapat berupa suatu kebijakan perbaikan mutu yang sesuai dengan kondisi yang terjadi di organisasi atau usaha itu.
Pengukuran mutu dilakukan pada sistem
Pengukuran mutu terfokus pada keseluruhan sistem. Hal ini berarti bahwa pengukuran harus dimulai dari perencanaan awal pembuatan produk atau jasa, selama proses berlangsung, proses akhir yang menghasilkan produk atau jasa, hingga pada penggunaan produk atau jasa oleh pelanggan.
Mengapa Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan dilakukan Untuk membuat keputusan, pekerja membutuhkan
informasi tentang konsumen, produk dan jasa, proses, karyawan, pemasok (suppliers), dan pesaing (competitor).
Informasi di dapat dari analisis data. Sedangkan data itu sendiri didapat dari pengukuran.
Oleh karena itu, untuk menghasilkan kualitas yang baik, memerlukan framework dari pengukuran data dan analisisnya.
Pengukuran adalah suatu tindakan yang menentukan apakah suatu objek memiliki karakteristik mutu tertentu, atau mengukur jumlah karakteristik mutu dengan menggunakan beberapa instrument pengukuran.
Mengapa Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan dilakukan Karakteristik mutu adalah properti dari produk yang
dievaluasi terhadap spesifikasi-spesifikasinya.
Pengukuran menghasilkan suatu penilaian apakah spesifikasinya sudah sesuai dengan standar, yang memungkinkan manajer dan para pimpinan untuk mengetahui seberapa dekat mereka dengan targetnya dan untuk membuat prioritas dalam peningkatan.
Pengukuran juga menyediakan scorecard (kartu penilaian) dari performansi bisnis dan membuat penyelesaian yang dapat dilihat oleh setiap orang.
Mengetahui bahwa seseorang telah melakukan pekerjaannya dengan baik adalah kekuatan dari seorang motivator.
Mengapa Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan dilakukan Inspeksi dan pengukuran menyediakan data, biasanya dalam bentuk
mutu dan performansi operasional data.
Data relasi mutu seperti defect rates (angka kecacatan) dan hasil dari kepuasan pelanggan (customer) menghasilkan input yang dibutuhkan untuk perencanaan strategis/strategic planning, pembuatan desain produk dan jasa, manajemen sumber daya manusia, serta perbaikan dan peningkatan proses.
Performansi operasional, seperti proses produksi, siklus waktu, dan pengukuran produktivitas, membantu manajer memastikan apakah mereka telah melakukan tugasnya dengan baik dan benar, apakah mereka menggunakan sumber dayanya dengan efektif, apakah mereka telah melakukan perbaikan, dibagian mana terjadi masalah, dan dibagian mana dibutuhkan tindakan koreksi.
Mengapa Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan dilakukan Data yang objektif digunakan untuk perencanaan dan pembuatan keputusan. Osborne dan Gaeble (1992), dalam bukunya membuat tiga pemahaman :
If you don’t measure results, you can’t tell success from failure (jika kamu tidak mengukur hasilnya, maka kamu tidak dapat menyatakan sukses dari kegagalan)
If you can’t see success, you can’t reward it – and if you can’t reward success, you are probably rewarding failure. (Jika kamu tidak bisa melihat kesuksesan, maka kamu tidak bisa menghargainya. Dan jika kamu tidak bisa menghargai kesuksesan, kamu akan menghargai kegagalan)
If you can’t recognize failure, you can’t correct it (Jika kamu tidak bisa mengenali kegagalan, kamu tidak akan bisa mengoreksinya)
Manfaat Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan Data dan informasi manajemen yang akurat, akan menghasilkan manfaat-manfaat sebagai berikut:
Membantu perusahaan mengetahui apakah costumer menerima pelayanan yang sesuai, karena indicator yang digunakan dalam pengukuran akurat.
Menyediakan timbal balik yang konkrit kepada pekerja untuk menjelaskan kemajuan mereka.
Membuat standar untuk pengakuan dan penghargaan
Menghasilkan/menciptakan suatu rata-rata penilaian dari kemajuan dan menandai kebutuhan untuk tindakan korektif.
Mengurangi biaya operasi melalui perencanaan yang lebih baik dan peningkatan aksi.
Cara Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan Pengukuran suatu jasa di rumah sakit dilakukan tidak langsung. Biasanya yang diukur adalah petunjuk yang dianggap relevan dengan aspek-aspek tertentu yang ada peranannya dalam produksi jasa itu:
1. Indikator
Indikator adalah petunjuk atau tolak ukur, seperti keadaan gizi seorang anak adalah salah satu petunjuk tentang status kesehatannya. Ada beberapa macam indikator, yaitu mengacu pada mutu, keselamatan, kepuasan pasien, efektifitas, dan efisiensi.
Indikator-indikator ini mengacu pada berbagai aspek mutu yaitu: Indikator adalah petunjuk atau tolak ukur, seperti keadaan gizi seorang anak adalah salah satu petunjuk tentang status kesehatannya. Ada beberapa macam indikator, yaitu mengacu pada mutu, keselamatan, kepuasan pasien dan efektifitas dan efisiensi.
Cara Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan Indikator-indikator ini mengacu pada berbagai aspek mutu yaitu:
a. Klinis atau penampilan profesi
b. Efisiensi dan efektifitas
c. Keamanan atau keselamatan pasien
d. Kepuasan pasien
Cara Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan Indikator klinis sebagai petunjuk derajat mutu pelayanan medis oleh
rumah sakit antara lain adalah:
a. Angka infeksi nosokomial
b. Angka kematian rumah sakit
c. Kasus kelainan neurologi yang timbul selama pasien dirawat
d. Indikasi operasi tidak tepat
e. Dll.
Indikator yang mengacu pada aspek efisiensi dan efektifitas adalah:
a. Masalah dalam antar-jemput pasien ke dan dari kamar bedah, bagian rontgen,dsb
b. Pasien harus menunggu terlalu lama di kamar operasi, kamar rontgen, dll sebelum ditolong.
c. Masalah prasarana
d. Prosedur administtrasi yang rumit.
Cara Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan Indikator yang mengacu pada aspek keselamatan pasien,yaitu:
1. Pasien terjatuh dari tempat tidur
2. Pasien lupa diberi obat
3. Infeksi nosokomial
4. Alat pemadam kebakaran tidak tersedia
Indikator yang mengacu pada aspek-aspek kepuasan pasien, yaitu:
1. Jumlah keluhan dari pasien atau keluarga
2. Hasil penilaian dengan kuesioner atau survey tentang derajat kepuasan pasien pengaduan malpraktek
3. Laporan dari staf medis dan perawat
4. Kritik dalam suara pembaca koran
Cara Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan 2. Kriteria
Kriteria adalah indikator yang dispesifikan. Dalam hal ini kriteria sangat diperlukan sebagai patokan mutu. Untuk pelayanan kesehatan, kriteria ini adalah fenomena yang dapat dihitung. Contoh kriteria adalah tinggi badan anak dan berat badan anak dari indikator status kesehatan anak.
3. Standar
Standar adalah kriteria yang dispesifikkan dan bersifat kuantitatif. Standar dapat ditetapkan oleh instansi yang berwenang ataupun disusun sendiri atas kesepakatan bersama. Contohnya dari kriteria panjang badan bayi baru lahir adalah 50 cm dan berat badan bayi baru lahir adalah 3 kg.
Pendekatan Sistem Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan Pengukuran performansi mutu dapat dilakukan pada empat tingkat, yaitu:
Tingkat Input (input level),
tingkat proses (prosess level),
tingkat output (output level), dan
tingkat outcome (outcome level).
Pendekatan Sistem Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan Donabedian (1980) menyatakan pengukuran mutu bisa dilakukan dengan pendekatan :
Struktur
Proses
Outcome
Pendekatan Sistem Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan Pengukuran pada tingkat input mengukur
segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan suatu kegiatan/implementasi programInput dalam pelayanan kesehatan, seperti SDM, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi, informasi dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula.
Pendekatan Sistem Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan Menurut Stufflebean evaluasi masukan dilakukan untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan sebagai berikut :
Apakah strategi yang digunakan oleh program sudah sesuai dengan pencapaian tujuan?
Apakah sumber sumber termasuk (SDM) yang ada sudah sesuai dengan beban program yang akan dijalankan?
Apakah strategi yang diambil ini merupakan strategi yang benar-benar sudah disepakati bersama oleh pengelola program?
Strategi yang manakah yang sudah ada sebelumnya dan sudah cocok untuk pencapaian tujuan yang lalu?
Pendekatan Sistem Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan Pengukuran pada tingkat proses mengukur
setiap langkah atau aktivitas dalam proses dan karakteristik input yang diserahkan oleh pemasok (supplier) yang mengendalikan karakteristik output yang diinginkan.
Tujuan dari pengukuran pada tingkat ini adalah mengidentifikasi perilaku yang mengatur setiap langkah dalam proses dan menggunakan ukuran-ukuran ini untuk mengendalikan operasi serta memperkirakan output yang akan dihasilkan sebelum output itu diproduksi atau diserahkan ke pelanggan.
Pendekatan Sistem Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan Beberapa contoh ukuran pada tingkat proses yang
mengambarkan performansi kualitas adalah: lama waktu menjawab panggilan telepon, banyaknya panggilan telepon yang tidak dikembalikan ke pelanggan, konformansi terhadap waktu penyerahan yang dijanjikan, persentase material cacat yang diterima dari pemasok, siklus waktu produk (product cycle times), banyaknya inventori barang setengah jadi, dll.v
Pendekatan Sistem Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan Pengukuran pada tingkat output mengukur
karakteristik output yang dihasilkan dan dibandingkan dengan spesifikasi karakteristik yang diinginkan pelanggan. Beberapa contoh ukuran pada tingkat output adalah banyaknya unit produk yang tidak memenuhi spesifikasi tertentu yang telah ditetapkan (banyak produk cacat). Tingkat efektivitas dan efisiensi produksi, kualitas dari produk yang dihasikan, dll.
Pendekatan Sistem Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan Pengukuran pada tingkat outcome mengukur
bagaimana baiknya suatu produk memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan, artinya mengukur tingkat kepuasan pelanggan dalam mengkonsumsi produk yang diserahkan. Pengukuran pada tingkat outcome merupakan tingkat tertinggi dalam pengukuran performansi kualitas.
Pendekatan Sistem Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan Beberapa contoh ukuran pada tingkat outcome
adalah: banyaknya keluhan pelanggan yang diterima, banyaknya produk yang dikembalikan oleh pelanggan, tingkat ketepatan waktu penyerahan produk sesuai dengan waktu yang dijanjikan, dll.
Pendekatan Sistem Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan Dalam sistem kualitas modern, kelompok yang
harus dipuaskan adalah pelanggan, pemegang saham, pekerja, dan masyarakat. Karena itu, pengukuran kualitas dilakukan dalam empat dimensi, yaitu pelanggan, pemegang saham, pekerja dan masyarakat.
Pendekatan Sistem Pengukuran Dan Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan Pengukuran performansi dalam empat dimensi :
Kelompok Siapa yang dihubungi Ukuran-ukuran kunci
o Pelanggan Pelanggan Kepuasan pelanggan
Karakteristik output yang
diinginkan oleh pelanggan
o Pemegang saham Pemilik perusahaan
Pimpinan perusahaan
Indikator keuangan: biaya,
penjualan, keuntungan
Sasaran dan tujuan yang
didefinisikan oleh manajemen
o Karyawan / pekerja Karyawan/pekerja Kepuasan karyawan
Faktor-faktor yang berkontribusi
pada kepuasan kinerja
o Masyarakat Pemerintah
Lembaga pelayanan sosial
Kelompok profesional
Kelompok media massa
Kelompok akademik
Kesesuaian pada peraturan-
peraturan yang ada
Faktor-faktor yang berdampak pada
masyarakat.
PEMILIHAN UKURAN PENGUKURAN Organisasi pelayanan kesehatan menggunakan dua tingkatan
pengukuran untuk mengevaluasi kinerja mutu. Beberapa langkah mengevaluasi kinerja pada tingkat sistem.
Persentase pasien klinik kesehatan yang puas dengan kualitas layanan pelanggan adalah contoh dari pengukuran tingkat sistem.
Ukuran ini adalah gambaran umum dari keseluruhan kinerja klinik.
Karena banyak kegiatan di klinik kesehatan mempengaruhi kualitas layanan pelanggan, kinerja juga perlu dievaluasi pada tingkat aktivitas untuk menilai kepuasan pasien.
Persentase waktu staf penerimaan telepon pasien untuk mengingatkan mereka tentang janji klinik yang akan datang adalah contoh ukuran tingkat aktivitas.
PENDEKATAN DALAM PENGUKURAN DAN PENILAIAN MUTU 1. STANDARDS 2. RISK MANAGEMENT 3. UTILIZATION REVIEW 4. PEER REVIEW 5. PERFORMANCE INDICATORS 6. CLINICAL INDICATORS 7. MEDICAL AUDIT DAN RETROSPECTIVE RECORD REVIEW 8. CUSTOMER FEEDBACK 9. BENCHMARKING 10. CLINICAL PATHWAYS
MODEL PDCA PLAN 1.Identifikasi , output, pelanggan dan kebutuhannya 2. Deskripsikan proses saat ini 3. Mengukur dan menganalisa proses tersebut 4. Fokuskan pada peluang peningkatan kualitas 5. Identifikasi akar permasalahan 6. Simpulkan dan pilih penyelesaian
DO: 1. Rencanakan pilot project utk menyelesaikan masalah 2. Implementasikan project tersebut
MODEL PDCA CHECK
1. Evaluasi hasil dari pilot project tersebut
2. Buat Kesimpulan
ACT
1. Standarisasi perubahan
2.Monitor proses yg sudah diperbaiki : pertahankan pencapaian
Shewhart Cycle Walter Shewhart, who developed the concepts and
techniques of statistical process control, was one of the first quality experts to discuss a systematic model for continuous improvement.
In his book Statistical Method from the Viewpoint of Quality Control, published in
1939, he referred to this model as the Plan-Do-Check-Act (PDCA) cycle (Best and Neuhauser 2006).
Shewhart Cycle The Shewhart cycle (also referred to as the PDCA
cycle) consists of four steps: planning, doing, checking/studying, and acting.
The steps are linked to represent the cyclical nature of the approach. In the planning step, the process of concern is investigated and studied to better understand the problem(s) and to identify how to improve the process. In the doing step, the new process or intervention is implemented on a small scale to test its effectiveness.
Shewhart Cycle The checking/studying step involves monitoring
the results of the intervention to determine how well the new process is working.
Finally, in the acting step, the results and effects are reviewed to determine what was learned from the small-scale trial.
On the basis of what was learned from the test, the new process is studied and refinements are made, and this second planning step begins the cycle again.
Shewhart Cycle
Shewhart Cycle Why is a systematic approach to improvement as
represented by the Shewhart cycle important?
The Shewhart cycle offers a framework to incorporate the scientific method into improvement approaches.
Employees at all levels of an organization—from entry level to the executive suite—may use this simple four-step process to promote problem solving in the work setting.
DEMING CYCLE Another renowned statistician, W. Edwards Deming, went to
Japan as part of the allied occupation after World War II to teach the Japanese industrial quality improvement methods such as statistical Process control and systematic process improvement (Best and Neuhauser 2005).
Deming modified Shewhart’s original model and renamed it the Plan-Do-Study-Act (PDSA) cycle.
PDSA is the most widely recognized improvement process today
To ensure continuous improvement, the steps perpetually cycle and repeat. PDSA is also referred to as its predecessor, PDCA; the Deming or Shewhart model; and rapid cycle improvement.
DEMING CYCLE
DEMING CYCLE Plan
State the objectives of the improvement project.
Determine needed improvements.
Design process changes to achieve the improvement objectives.
Develop a plan to carry out the changes (define who, what, when, and where).
Identify data that need to be collected to determine whether changes produced desired results.
DEMING CYCLE Do
Implement the changes on a small scale.
Document problems and unexpected events.
Gather data to assess the changes’ effect on the process.
Study
Analyze data to determine whether the changes were effective.
Compare results with expectations.
Summarize lessons learned during and after implementation of the changes.
DEMING CYCLE Act
If changes were not successful, repeat the PDSA cycle.
If changes were successful, or partially successful, modify them as necessary and implement them on a wider scale.
Predict results.
Each repetition of the PDSA cycle provides greater insight into the problem. This information becomes the basis for continuous improvement. The improvement team learns from its successes and failures and uses this knowledge to plan the next process change.
GUGUS KENDALI MUTU/QUALITY CONTROL CIRCLE Usaha peningkatan mutu bukanlah merupakan beban
kerja pada satu bagian saja melainkan merupakan usaha terpadu dari setiap individu yang turut berkepentingan (konsep Stakeholder), mulai dari proses penciptaan hingga penyerahan produk atau jasa kepada pelanggan.
Selanjutnya langkah konkrit yang diharapkan dari keterlibatan kita adalah pemecahan persoalan.
Pemecahan persoalan yang dimaksud adalah tidak sekedar mengatasi atau menanggulangi kejadian-kejadian yang dihadapi melainkan juga mengusahakan pencarian sebab penyimpangan agar selanjutnya kita dapat mengadakan pencegahan terulangnya kembali kesalahan tersebut.
GUGUS KENDALI MUTU/QUALITY CONTROL CIRCLE Namun di sisi lain saat menghadapi persoalan
sebenarnya masing-masing individu mempunyai persoalan teknis tersendiri.
Masing-masing individu belum tentu mampu melihat di mana dan dalam bentuk apa persoalan yang sebenarnya akan dipecahkan, karena sering dalam satu waktu yang bersamaan seribu satu persoalan sekaligus menyusup dan antri dalam benak tetapi sulit dirumuskan secara jelas.
GUGUS KENDALI MUTU/QUALITY CONTROL CIRCLE Marbun (1993) menyebutkan, kendala lain yang biasanya timbul
setelah personalan itu dipecahkan adalah adanya konflik kepentingan.
Pribadi yang merasa dirinya turut berkepentingan tidak selamanya terpenuhi kebutuhannya.
Jadi, ada baiknya kalau setiap pribadi yang nantinya akan turut terlibat dalam penetapan pemecahan persoalan itu, telah dilibat-kan sedini mungkin selama proses pemecahan persoalan berlangsung.
Kenyataan diatas melahirkan gagasan untuk mengadakan kelompok diskusi yang mampu memecahkan persoa-lannya sendiri secara terpadu, dan selanjutnya dirumuskan dengan konsep Gugus Kendali Mutu atau Quality Control Circle
GUGUS KENDALI MUTU/QUALITY CONTROL CIRCLE Menurut Juse (1983) Quality control circle (QCC) adalah
sebuah suatu kelompok kerja kecil yang secara sukarela mengadakan kegiatan pengendalian mutu di dalam tempat kerja mereka sendiri.
Tiap anggota kelompok kecil ini berpar-tisipasi sepenuhnya secara terus menerus (berkesinambungan) sebagai bagian dari kegiatan kendali mutu menyeluruh perusahaan, mengembangkan diri serta pengembangan bersama, pengendalian dan perbaikan di dalam tempat kerja dengan menggunakan teknikteknik kendali mutu.
Adapun pokok-pokok kegiatan gugus kendali mutu adalah partisipasi, kegiatan sukarela, pengembangan diri dan pengembangan bersama
GUGUS KENDALI MUTU GKM adalah suatu sistem dalam manajemen organisasi
yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan mutu produksi, dalam rangka meningkatkan daya-saing produk yang dihasilkan.
Sistem ini dilaksanakan melalui pemasyarakatan cara pandang, cara analisa dan diagnosa dan solusi sesuatu masalah inefisiensi, produktivitas rendah dan rendahnya mutu pekerjaan/produk) di lingkungan kerja seluruh jajaran SDM organisasi, sehingga dapat membentuk kebiasaan (habit) yang diterapkan dalam etos kerja dan budaya produksi kompetitif.
GUGUS KENDALI MUTU Gugus kendali mutu adalah suatu kelompok kecil dari
para pegawai/karyawan yang bekerja dalam bidang yang sama, dengan mengadakan pertemuan untuk mengenal, menganalisis dan memecahkan masalah kualitas.
Melalui gerakan gugus kendali mutu yang terdiri dari partisipasi, kegiatan sukarela, pengembangan bersama dan pengembangan diri memungkinkan manusia dalam penyempurnaan tugas mereka dan menumbuhkan rasa bangga dan adanya perasaan memiliki organisasi.
GUGUS KENDALI MUTU Gugus kendali mutu memperkenalkan gaya manajemen
yang berorientasi pada manusia, yang bersifat menghargai kecerdasan pegawai dan merangsang kreativitas dengan latihan dan kesempatan terstruktur bagi manusia untuk terlibat secara aktif dalam pemecahan masalah secara bersama antar manusia serta memungkinkan pegawai berkembang dan tumbuh secara pribadi, serta memiliki rasa menghargai diri sendiri dan prestasi.
Rumah sakit disarankan mempunyai tim gugus kendali mutu yang masing-masing team terdiri dari ketua, anggota dan fasilitator. Masing-masing team gugus kendali mutu mempunyai jadwal pertemuan masing-masing untuk melakukan perbaikan produk kesehatan.
7 STEP GKM
UNTUK PROBLEM SOLVING
STEP STEP DASAR KEGIATAN
1.
SELEKSI
TEMA / TOPIK
- IDENTIFIKASI MASALAH
- TENTUKAN TOPIK
STEP STEP
DASAR KEGIATAN
2. PAHAMI
SITUASI
SAAT INI
DAN SET
TARGET
KUMPULKAN DATA
- TENTUKAN PROBLEM
FOKUS YANG AKAN
DIPERBAIKI
- SET TARGET
3. P O A - APA YANG DILAKUKAN
- BUAT SKEDUL
STEP STEP
DASAR KEGIATAN
4. ANALISA
SEBAB
• CHECK PROBLEM
KARAKTERISTIK YANG AKAN
DILAKUKAN PEMECAHAN
• LIS KEMUNGKINAN PENYEBAB
• ANALISA
• SEBAB YANG MUNGKIN
• CARI PENYEBAB UTAMA YANG
HARUS DIPECAHKAN
STEP STEP
DASAR KEGIATAN
5.
SOLUSI
DAN
IMPLEME
NTASI
• KUMPULKAN IDE SOLUSI
• DISKUSIKAN YANG TEPAT
SOLUSI DAN SPESIFIK
• CEK DETIL SOLUSINYA
• RENCANAKAN
IMPLEMENTASI
• IMPLEMENTASI SOLUSi
STEP STEP
DASAR KEGIATAN
6. CEK
HASIL
• CEK HASIL IMPLEMENTASI
• BANDINGKAN DENGAN
• TARGET
• IDENTIFIKASI KENTUNGAN
• YANG NAMPAK DAN TIDAK
• NAMPAK
STEP STEP
DASAR
KEGIATAN
7
STANDA-
RISASI
DAN
KONTROL
• TENTUKAN STANDAR BARU
• ATAU REVISI STNDAR LAMA
• TENTUKAN METODE UNTUK
• KONTROL
• SOSIALISASIKAN TIM DENGAN
• STANDAR BARU
• LATIH PENANGGUNG JAWAB
• KEGIATAN DGN STANDAR BARU
• MAINTENANCE STANDAR BARU
ALAT KENDALI MUTU
SUMBANG SARAN (BRAIN STORMING)
CHECK SHEET DIAGRAM PARETO
STRATIFIKASI DIAGRAM AFINITAS
DIAGRAM RELASI (RELATION DIAGRAM)
DIAGRAM POHON (TREE DIAGRAM)
DIAGRAM PENCAR (SCATTER DIAGRAM)
PETA KENDALI (CONTROL CHART)
HISTOGRAM
DIAGRAM TULANG IKAN (FISH BONE DIAGRAM)
ORGANISASI GKM
-ANGGOTA CIRCLE
- PEMIMPIN CIRCLE
- FASILITATOR/PROGRM KOORDINATOR
- STEERING COMMITEE
STEERING COMMITTEE
-MENENTUKAN ARAH DAN SASARAN CIRCLE
- MENENTUKAN OPERASIONAL GUIDELINES
- MENGIKUTI PERKEMBANGAN CIRCLE
TERDIRI :
- WAKIL DIVISI
- FASILITATOR
FASILITATOR
- SEBAGAI KOORDINATOR GUGUS
- MENGARAHKAN AKTIVITAS CIRCLE
LEADER :
- MERUPAKAN SUPERVISOR DARI ORGANISASI
- MEMIMPIN PERTMUAN CIRCLE
ANGGOTA :
MEREKA YANG BEKERJA PADA BIDANG YANG SAMA
GUGUS MEMPUNYAI ANGGOTA 4 – 5 ORANG
ANGGOTA IDEAL ADALAH 7 – 8 ORANG
PERTEMUAN GUGUS 1 MINGGU 1 KALI
LAMA PERTEMUAN 1 JAM
THEMA DIPILIH SESUAI DENGAN PEKERJAAN SEHARI-HARI
PERANAN PIMPINAN
MENDORONG TERBENTUK GKM DI UNIT KERJANYA
MEMBERIKAN BANTUANPENDIDIKAN/LATIHAN PMT/GKM
MENYEDIAKAN FASILITAS UNTUK KEGIATAN GKM
MENDORONG ANGGOTA GKM UNTUK AKTIF
TANGGAP AKAN HASIL PEMIKIRAN GKM
MEMBERI PENGARAHAN DAN BIMBINGAN GKM
MENGUSAHAKAN AGAR SEMUA KARYAWAN MENJADI
ANGGOTA GKM
PERANAN KETUA GKM
BERPERAN SERTA DALAM GUGUS
MENGARAHKAN AKTIVITAS DAN DISKUSI GUGUS
MENCIPTAKAN KERJASAMA ANTAR ANGGOTA
MENCIPTAKAN SUASANA ANGGOTA BEBAS BERBICARA
MENDORONG ANGGOTA AGAR SELALU MENERAPKAN
KONSEP DAN TEHNIK KENDALI MUTU
MENYERASIKAN HUBUNGAN ANTAR ANGGOTA DENGAN
PIMPINAN DENGAN FASILITATOR DENGAN GUGUS LAIN
PERANAN ANGGOTA GKM
MENGHADIRI AKTIF PERTEMUAN GKM.
MENJADI PENDENGAR YANG BAIK DALAM PERTEMUAN
AKTIF SUMBANG SARAN DALAM ANALISA MASALAH
MENGUMPULKAN DATA YANG DIPERLUKAN
MENJAGA KERJASAMA ANTAR ANGGOTA
MENGEMBANGKAN DIRI
MELAKSANAKAN KONSEP DAN TEHNIK GKM
PERANAN FASILITATOR
o MENGKOORDINIR GKM YANG ADA DIBAWAH
BIMBINGANNYA
o BERPERAN SERTA DALAM PERTEMUAN GKM
o MEMBINA DAN MENGARAHKAN KEGIATAN GKM.
o MELATIH KETUA/ANGGOTA GKM DALAM TEHNIK
KENDALI MUTU
o MENCIPTAKAN HUBUNGAN GKM DENGAN PIMPINAN
o MENGIKUTI PERKEMBANGAN PDCA GKM
o MEMBERIKAN LAPORAN PERKEMBANGAN GKM
PADA PIMPINAN
o MEMBANGKITKAN SEMANGAT BILA KENDOR DAN
MEMBANTU GKM BILA MENEMUKAN KESULITAN
REFERENSI
Loliwey Simanjuntak, Irwan Noor, Sukanto. 2013. HUBUNGAN
GUGUS KENDALI MUTU DENGAN KINERJA PEGAWAI PADA
ORGANISASI PUBLIK (Studi Pada RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang)
Spath, Patrice. 2009. Introduction to healthcare quality
management . Chicago
Indah Rosana. 2010. Langkah-langkah Gugus Kendali Mutu.
Vincent Gaspersz. 2011. Total Quality Management
TUGAS KELOMPOK
CARILAH DARI JURNAL ILIMIAH
PENERAPAN GUGUS KENDALI MUTU DI
PELAYANAN KESEHATAN DAN BAHASLAH
TERKAIT TOPIK BERIKUT:
a. MANFAAT GKM
b. LANGKAH-LANGKAH DALAM GKM
c. PENGORGANISASIAN DALAM GKM
d. PERANAN MASING-MASING PIHAK DALAM
GKM
e. KENDALA PENERAPAN GKM
TUGAS KELOMPOK
CARILAH DARI JURNAL ILMIAH BENTUK
PENILAIAN DAN PENGUKURAN MUTU DI
PELAYANAN KESEHATAN BERIKUT:
a. KLINIK DAN PUSKESMAS (Kelompok Ganjil)
b. RUMAH SAKIT (Kelompok Genap)
TUGAS KELOMPOK
DIKUMPULKAN PADA SESI 9 DALAM
BENTUK MAKALAH DAN PAPARAN
SINGKAT
SALAH SATU KELOMPOK DIBERIKAN
KESEMPATAN UNTUK MEMAPARKAN
HASIL DISKUSI KELOMPOKNYA