Upload
bigbossjava
View
709
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Makalah Landasan Kependidikan
Citation preview
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah SWT, memiliki
kekhasan yang menjadikannya berbeda dengan makhluk lain. Kekhasan
tersebut yakni karena manusia diberikan hidayah berupa akal yang
dengannya manusia mampu berfikir, membedakan yang baik dan buruk,
serta salah dan benar. Dengan berfikir manusia mampu mengolah
pengetahuan yang akan menjadikan pemikiran manusia semakin
mendalam. Dengan pengetahuan itu manusia mengajarkan,
mengembangkan dan mengaplikasikan dalam kehidupan, sehingga
mampu menciptakan suatu peradaban untuk sebuah kemaslahatan hidup
dan kehidupan.
Selain pemikiran, manusia sebagaimana hewan, juga diberikan
potensi kehidupan berupa kebutuhan jasmani dan naluri (An Nabhani:
122). Secara garis besar manusia maupun hewan hanya melakukan dua
aktivitas dalam hidupnya, yakni pertama: memenuhi kebutuhan jasmani
seperti makan, minum, bekerja, dan pemenuhan segala kebutuhan
jasmaniah lainnya. Kedua: memenuhi kebutuhan naluri seperti
beribadah (dalam arti luas), menuntut ilmu, aktivitas seksual,
berkeluarga, mencari keturunan, berkasih sayang, bermasyarakat,
berpenampilan menarik dan sejenisnya.
Pemenuhan kebutuhan jasmani dan naluri bagi manusia, jika tidak
didasarkan pada akal pemikiran, maka manusia tidak ubahnya hewan.
Pembeda antara manusia dan hewan terletak pada akal, di mana hewan
tidak memilikinya.
Allah SWT berfirman:
1
Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai. (TQS al-A’raf : 179)
Ayat tersebut memberikan pesan kepada manusia akan urgensi
pendidikan yang hakekatnya adalah aktivitas menuntut ilmu dalam arti luas.
Dengan ilmu itulah manusia akan menjadi makhluk yang mulia, bertanggung
jawab dan memiliki daya kreasi yang dapat menjadikan kehidupan ini lebih
maju, lebih baik dan lebih bermanfaat sesuai dengan keinginan sang maha
Pencipta.
Dalam sebuah hadist, Nabi Muhammad SAW menjelaskan pentingnya
menuntut ilmu:
Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri
kepada Allah Azza wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak
mengetahuinya adalah sodaqoh. Sesungguhnya ilmu pengetahuan
menempatkan orangnya dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu
pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat.”
(HR. Ar-Rabii’)
Secara historis, pendidikan ada seiring dengan sejarah adanya manusia.
Secara alamiah sejak pertama manusia yang berstatus orang tua akan
mendidik anaknya agar bertahan hidup sehingga kehidupannya dan
keturunannya terus berlangsung. Nabi Adam sebagai manusia pertama
mendidik qabil dan habil untuk bercocok tanam dan beternak. Demikian juga
dengan manusia-manusia berikutnya, baik manusia-manusia yang berkumpul
dalam komunitas masyarakat primitif hingga modern. Dengan demikian
secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan upaya alami
untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.
2
Seiring perkembangan peradaban manusia, pendidikan dilaksanakan
secara lebih sistematis dan terorganisir dalam bentuk pendidikan formal di
sekolah. Dalam hal ini manusia pada dasarnya bisa sebagai subyek sekaligus
obyek dari pendidikan. Sebagai subyek pendidikan berarti mereka berperan
aktif dalam proses dan pelaksanaannya, mereka bertanggung jawab sebagai
perencana, pengelola sekaligus pihak yang harus mengevaluasi dan
mengawasi proses berlangsungnya pendidikan tersebut. Sedangkan sebagai
obyek berarti mereka menjadi sasaran yang harus digarap dan dituju oleh
pendidikan.
Dari latar belakang inilah kami menulis makalah berjudul: Hakikat
Manusia dan Hubungannya dengan Pendidikan
B. Rumusan Masalah
Permasalahan dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa pengertian hakikat manusia?
2. Apa pengertian pendidikan?
3. Bagaimana hubungan hakikat manusia dengan pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan pengertian hakekat manusia
2. Menjelaskan pengertian pendidikan
3. Menjelaskan hubungan hakikat manusia dengan pendidikan
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi bahwa manusia merupakan makhluk hidup yang
mulia jika dan hanya jika manusia itu memiliki ilmu pengetahuan,
sehingga tidak berprilaku sebagaimana hewan.
2. Memberikan kesadaran holistik dan spiritual akan pentingnya pendidikan,
sehingga seseorang terdorong untuk belajar dan menempuh suatu
pendidikan formal adalah karena dorongan untuk beribadah kepada Allah
SWT.
3
BAB IIKERANGKA BERPIKIR DALAM PENULISAN
A. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini adalah
analisis deskriptif yakni dengan mengkaji berbagai referensi ilmiah
baik dari buku maupun literatur internet yang yang berkaitan dengan
hakikat manusia dan hubungannya dengan pendidikan, lalu
mendeskripsikan dalam bentuk tulisan ilmiah.
B. Ruang Lingkup Kajian dan Pembahasan
Kajian dan pembahasan dalam makalah ini dibatasi pada
ruang lingkup kajian tentang hakekat manusia, potensi manusia dan
pendidikan sebagai kebutuhan mutlak bagi manusia
C. Sumber Data dan Informasi
Data dan informasi dalam makalah ini bersumber dari buku
dan literatur ilmiah, serta berbagai sumber terpercaya yang berasal
dari internet
D. Teknik Pengumpulan dan Penyajian Data dan Informasi
Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan metode
kepustakaan (Library Method) yaitu menggunakan literatur dan
catatan yang berhubungan dengan permasalahan. Informasi tersebut
diperoleh melalui perpustakaan dan media internet berupa artikel
yang berhubungan dengan hakekat pendidikan dan hubungannya
dengan pendidikan.
E. Peta Pikiran dalam Pengkajian dan Pembahasan
Kajian dan Pembahasan dalam makalah ini dipetakan dengan
diawali kajian tentang hakekat manusia, beserta penjelasan aspek
transendental. Di mana manusia merupakan makhluk ciptaan Allah
SWT yang mampu berfikir. Dalam kajian tentang manusia dijelaskan
4
pula teori yang bertentangan dengan nilai filosofis manusia seperti
aliran evolusisme.
Kajian dan pembahasan dilanjutkan dengan pemaparan tentang
pengertian dan implementasi pendidikan menurut para ahli, hal ini
dimaksudkan agar pengertian pendidikan tidak mengalami bias dan
miskonsepsi.
Setelah hakikat manusia dan pengertian pendidikan telah
dipaparkan, maka selanjutnya penulis mengaitkan hubungan antara
hakikat manusia dan hubungannya dengan pendidikan. Selain itu pada
akhir pembahasan dijelaskan pula permasalahan politik dalam
penyelenggaraan pendidikan formal.
5
BAB IIIKAJIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hakikat Manusia
Dalam perjalanan hidupnya manusia mempertanyakan tentang asal-
usul alam semesta dan asal-usul keberadaan dirinya sendiri. Terdapat dua
aliran pokok filsafat yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut,
yaitu Evolusionisme dan Kreasionisme. Menurut Evolusionisme, manusia
adalah hasil puncak dari mata rantai evolusi yang terjadi di alam semesta.
Manusia sebagaimana halnya alam semesta ada dengan sendirinya
berkembang dari alam itu sendiri, tanpa Pencipta. Penganut aliran ini antara
lain Herbert Spencer, Charles Darwin, dan Konosuke Matsushita.
Sebaliknya, filsafat Kreasionisme menyatakan bahwa asal usul manusia
sebagaimana halnya alam semesta dan kehidupan ini adalah ciptaan suatu
Creative Cause, yaitu Allah SWT. Penganut aliran ini antara lain Thomas
Aquinas, dan Al-Ghazali. (J.D. Butler, 1968).
Penolakan ini terutama didasarkan atas keimanan kita terhadap Tuhan
YME sebagai Maha Pencipta. Adapun secara filosofis penolakan tersebut
antara lain didasarkan kepada empat argumen berikut ini:
1. Argumen ontologis: Semua manusia memiliki ide tentang Tuhan.
Sementara itu, bahwa realitas (kenyataan) lebih sempurna daripada
ide manusia. Sebab itu, Tuhan pasti ada dan realitas ada-Nya itu
pasti lebih sempurna daripada ide manusia tentang Tuhan.
2. Argumen kosmologis: Segala sesuatu yang ada mesti mempunyai
suatu sebab. Adanya alam semesta - termasuk manusia - adalah
sebagai akibat. Di alam semesta terdapat rangkaian sebab-akibat,
namun tentunya mesti ada Sebab Pertama yang tidak disebabkan oleh
yang lainnya. Sebab Pertama adalah sumber bagi sebab-sebab yang
lainnya, tidak berada sebagai materi, melainkan sebagai al-Khaliq
(Pencipta).
6
3. Argumen Teleologis: Segala sesuatu memiliki tujuan (contoh: mata
untuk melihat, kaki untuk berjalan dsb.). Sebab itu, segala sesuatu
(realitas) tidak terjadi dengan sindirinya, melainkan diciptakan oleh
Pengatur tujuan tersebut, yaitu Tuhan.
4. Argumen Moral: Manusia bermoral, ia dapat membedakan perbuatan
yang baik dan yang buruk. Ini menunjukkan adanya dasar, sumber
dan tujuan moralitas. dasar, sumber, dan tujuan moralitas itu adalah
Tuhan. (Syaripudin, 2008; 9-10).
Dalam al-Qur’an Allah menegaskan bahwa manusia merupakan makhluk
yang diciptakan secara sempurna. Allah SWT berfirman:
Artinya
“Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS At Tiin: 4)
Al-Qur’an memandang bahwa manusia adalah makhluk biologis,
psikologis dan sosial. Pemikiran tentang hakikat manusia dibahas dalam filsafat
manusia. Manusia tak henti-hentinya memikirkan dirinya sendiri dan mencari
jawab akan apa, dari mana dan mau kemana manusia itu. Pemahaman yang tak
utuh tentang manusia dapat berakibat fatal bagi perlakuan seseorang terhadap
sesamanya, misalnya saja pandangan bahwa manusia merupakan fase lanjutan
dari spesies tertentu yang mengalami evolusi dan natural selection, akan
berimpikasi pada keyakinan bahwa manusia akan terus berkembang menuju
penyempurnaan spesies.
Islam memandang manusia dalam dua dimensi, yakni jasad dan roh atau
material dan spritual, lebih dari itu, Islam secara tegas mengatakan bahwa
manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah, dapat dididik dan mendidik,
hamba Allah yang mulia, berfungsi sebagai pemimpin atau pengelola bumi, dan
terakhir dalam keadaan suci atau memiliki kecendrungan menerima agama atau
fitrah. Berbeda dengan binatang yang hanya memiliki nafsu dan insting hewani,
7
nafsu yang ada dalam diri manusia diimbangi dengan potensi akal untuk berfikir
dan menimbang apakah sesuatu itu baik atau buruk, membahayakan atau tidak,
sedemikian hingga manusia dapat mengendalikan hawa nafsunya tadi dan tidak
berjerumus pada perbuatan tercela. Manusia yang baik tidaklah identik dengan
superman dan spideman yang ditokohkan sebagai pahlawan pembela kebenaran
dan kekuatan super tak terkalahkan. Gambaran manusia seperti itu menyesatkan,
karena disamping manusia memiliki keistimewaan juga memiliki kelemahan.
Eksistensi manusia terpaut dengan masa lalunya sekaligus mengarah
ke masa depan untuk mencapai tujuan hidupnya. Dengan demikian, manusia
berada dalam perjalanan hidup, dalam perkembangan dan pengembangan
diri. Ia adalah manusia tetapi sekaligus “belum selesai” mewujudkan
dirinya sebagai manusia (prinsip historisitas). Syaripudin (2008), dan
Soelaeman (1985).
B. Pengertian Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994) Kata Pendidikan diartikan
sebagai proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai
Pustaka menjelaskan, bahwa kata Pendidikan berasal dari kata dasar didik, yang
artinya memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan arti dari Pendidikan adalah Proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, dan
perbuatan mendidik.
Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Bab I Pasal 1 dikemukakan, bahwa Pendidikan adalah usaha sadar
dan terrencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
8
Menurut Good V. Carter dalam bukunya ‘Dictionary of Education’ yang dikutip oleh Taqiyuddin (2008 : 46) menjelaskan, bahwa Pendidikan adalah:
“The Aggragate of all the process by mean of wich a person develops abilities, attitudas and other from of behavior of positive value in society in wich he lives”
(Kumpulan dari semua proses yang memungkinkan seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk perilaku yang bernilai positif di dalam masyarakat dimana ia hidup).
Dan pada bagian lain di katakan, bahwa Pendidikan itu adalah:
“The social process by wich people are subjected to the influence of a selected and controlled envirenment, so that they may attain social competence and optimum individual development”.
(Proses sosial ketika seseorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol sehingga mereka dapat memperoleh kemampuan sosial dan perkembangan individu secara optimal)”.
Menurut Redja Mudyahardjo (2004: 9), bahwa Ilmu Pendidikan
merupakan sebuah sistem pengetahuan tentang pendidikan yang diperoleh melalui
riset. Oleh karena pengetahuan yang dihasilkan riset tersebut disajikan dalam
bentuk konsep-konsep pendidikan, maka Ilmu Pendidikan dapat pula dibataskan
sebagai sebuah sistem konsep pendidikan yang dihasilkan melalui riset. Dengan
mengutip May Brodbeck dalam Ligic and scientific Method in research, yang
dimuat dalam Handbook of Research on teaching, yang menjelaskan bahwa setiap
ilmu berisi sejumlah besar istilah yang disebut konsep, yang tidak lain merupakan
apa yang kita pikirkan berdasarkan pengalaman. Sehingga unsur yang menjadi isi
setiap ilmu termasuk Ilmu Pendidikan adalahkonsep. Keseluruhan konsep yang
menjadi isi sebuah ilmu ditata secara sistematis menjadi suatu kesatuan.
Sekelompok konsep yang berkenaan dengan sekelompok hal, yang merupakan
satu kesatuan disebut skema konseptual. Dan setiap ilmu termasuk Ilmu
Pendidikan, terbentuk dari beberapa skema konseptual yang merupakan bagian-
bagian atau komponen-komponen isi ilmu. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa
organisasi isi Ilmu Pendidikan, sebagai sebuah sistem konsep, terbentuk dari
unsur-unsur yang berupa konsep-konsep tentang variabel-variabel pendidikan, dan
9
bagian-bagian yang berupa skema-skema konseptual tentang komponen-
komponen pendidikan.
John Dewey dalam Suyitno (2008), mengemukakan bahwa pendidikan
adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan
terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda,
mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan
kesinambungan social. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari
orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.
Menurut Suyitno (2008) Hakikat pendidikan tiada lain adalah humanisasi.
Tujuan pendidikan adalah terwujudnya manusia ideal atau manusia yang dicita-
citakan sesuai nilai-nilai dan norma-norma yang dianut. Contoh manusia ideal
yang menjadi tujuan pendidikan tersebut antara lain: manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, cerdas, terampil, dst.
Sebab itu, pendidikan bersifat normatif dan mesti dapat dipertanggungjawabkan.
Mengingat hal di atas, pendidikan tidak boleh dilaksanakan secara sembarang,
melainkan harus dilaksanakan secara bijaksana. Maksudnya, pendidikan harus
dilaksanakan secara disadari dengan mengacu kepada suatu landasan yang kokoh,
sehingga jelas tujuannya, tepat isi kurikulumnya, serta efisien dan efektif cara-
cara pelaksanaannya.
Implikasinya, dalam pendidikan, menurut Syaripuddin (1994) mesti
terdapat momen berpikir dan momen bertindak. Secara lebih luas dapat dikatakan
bahwa dalam rangka pendidikan itu terdapat momen studi pendidikan dan
momen praktek pendidikan. Momen studi pendidikan yaitu saat berpikir atau
saat mempelajari pendidikan dengan tujuan untuk memahami/menghasilkan
sistem konsep pendidikan (Mudyahardjo; 1994).
10
C. Hubungan Manusia dengan Pendidikan
Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna yang
memiliki kemampuan intelektual dan daya nalar sehingga manusia mampu
berfikir, berbuat, dan bertindak untuk membuat perubahan dengan maksud
pengembangan sebagai manusia yang utuh.
Menurut Wahyudin (2008: 120) berbagai aspek hakikat manusia, pada
dasarnya adalah potensi yang harus diwujudkan setiap orang, sebab itu bahwa
berbagai aspek hakikat manusia merupakan sosok manusia ideal, merupakan
gambaran manusia yang dicita-citakan atau yang menjadi tujuan. Sosok manusia
ideal tersebut harus diupayakan untuk diwujudkan.
Dalam kaitannya dengan perkembangan individu, manusia dapat tumbuh
dan berkembang melalui suatu proses alami menuju kedewasaan baik bersifat
jasmani maupun naluri. Oleh karena itu, manusia memerlukan pendidikan demi
mendapatkan perkembangan yang optimal sebagai manusia.
Pada dasarnya, ada dua pokok permasalahan tentang hakikat manusia.
Pertama, telaah tentang manusia atau hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan
tuhan di muka bumi ini. Kedua, telaah tentang sifat manusia dan karakteristik
yang menjadi ciri hususnya serta hubungannya dengan fitrah manusia.
Pendidikan sebagai kekuatan berarti mempunyai peran sangat penting
bagi manusia. Karenanya tidak ada satu fungsi dan jabatan di dalam masyarakat
tanpa melalui proses pendidikan baik di dalam maupun di luar lembaga formal.
Hubungan dan interaksi sosial yang terjadi dalam proses pendidikan di masyrakat
mempengaruhi perkembangan kepribadian manusia. Untuk memperoleh hakekat
diri yang makin bertambah sebagai hasil pengalaman berturut-turut sepanjang
kehidupan masyarakat.
Apabila dalam kehidupan manusia tidak dibarengi dengan pendidikan
otomatis kehidupan manusia itu tidak akan terarah dengan baik, tetapi sebaliknya
apabila kehidupan manusia dibarengi dengan pendidikan maka kehidupannya pun
11
akan terarah dan menjadi lebih baik. Ilmu pengetahuan memegang peranan
penting dalam kehidupan. Tanpa ilmu, manusia akan buta dalam segalanya. Ada
banyak hal yang dapat diambil manfaatnya dari
Kesadaran akan pentingnya manfaat pendidikan dapat memberikan
prestasi intelektual bagi manusia yang terlibat didalamnya. Belakangan ini
kesadaran akan manfaat pentingnya pendidikan sebagai penunjang menciptakan
sumber daya manusia dirasakan sudah tidak ada lagi. Ketika bukan lagi
keutamaan, kasih dan keadilan yang ditanamkan dalam konsep pendidikan,
melainkan mencari keuntungan materi dan kekuasan atau adanya komersialisasi di
dunia pendidikan, ini akan menjadi sebab utama terjadinya praktik pendidikan
diskriminatif. Wahyuddin (2008:1.39).
Dengan adanya aktivitas dan lembaga-lembaga pendidikan sudah dapat
membantu manusia dalam mengatasi masalah dari perkembangan manusia itu
sendiri. Pendidikan yang akan membentuk manusia dengan tingkah laku tertentu
dan dalam keadaan tertentu pula. Jika pendidikan itu di katakan sebagai suatu
propesi, maka pendidik pun akan menekuni pekerjaan tersebut karena memang
sudah menjadi tugas seorang guru dalam mendidik dan maengajar anak-anak
didiknya. Seperti sebuah istilah guru tanpa tanda jasa, pendidik tidak pernah
menginginkan hal yang lebih selain dari keberhasilan anak didiknya.
Proses pendidikan dari tiga bentuk pendidikan dipengaruhi oleh sistem
politik dan ekonomi. Di samping itu, dengan adanya bermacam-macam jenis
politik dan bermacam-macam kondisi ekonomi maka arah proses pendidikan akan
bermacam-macam untuk masing-masing bentuk pendidikan yang diselenggarakan
oleh keluarga, pemerintah, lembaga keagamaan dan lembaga-lembaga non-agama.
Adapun lembaga pendidikan yang pertama ditekuni oleh seorang anak
yaitu lembaga pendidikan keluarga. Keluarga merupakan wadah yang sangat
penting dalam membentuk watak dan pribadi seorang individu. Selain itu, ada
juga lembaga pendidikan sekolah yang berfungsi juga membantu keluarga untuk
medidik anak-anak. Anak-anak mendapatkan pendidikan di lembaga ini, apa yang
12
tidak di dapat di dalam keluarga atau karena kedua orang tuanya tidak terlalu
memperhatikan anak tersebut, maka anak itu kan dididik disini.
Sebagian besar masyarakat modern memandang lembaga-lembaga
pendidikan sebagai peranan kunci dalam mencapai tujuan sosial Pemerintah
bersama orang tua telah menyediakan anggaran pendidikan yang diperlukan
sceara besar-besaran untuk kemajuan sosial dan pembangunan bangsa, untuk
mempertahankan nilai-nilai tradisional yang berupa nilai-nilai luhur yang harus
dilestarikan seperti rasa hormat kepada orang tua, kepada pemimpin kewajiban
untuk mematuhi hukum-hukum dan norma-norma yang berlaku, jiwa patriotisme
dan sebagainya. Pendidikan juga diharapkan untuk memupuk rasa takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kemajuan-kemajuan danpembangunan
politik, ekonomi, sosial dan pertahanan keamanan. Pendek kata pendidikan dapat
diharapkan untuk mengembangkan wawasan anak terhadap ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan secara tepat dan benar,
sehingga membawa kemajuan pada individu masyarakat dan negara untuk
mencapai tujuan pembangunan nasional.
Pendidikan sering dipandang hanya sebatas tanggung jawab pemerintah,
padahal pendidikan yang bermutu sangat memerlukan peran aktif seluruh
komponen masyarakat, baik dalam segi perancangan kurikulum, materi
pembelajaran, proses pendidikan, dan pembiayaan. Rendahnya pembiayaan
pendidikan merupakan komponen masalah yang terbesar dalam mengejar kualitas
pendidikan yang bertumpu pada faktor pembiayaan.
Untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas tentu memerlukan biaya yang
cukup besar, baik bagi kepentingan peningkatan kualitas tenaga kependidikan,
maupun sarana pendukung proses pembelajaran.
13
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari kajian teori dan pembahasan
tentang hakikat manusia dan pendidikan, adalah sebagai berikut:
1. Hakikat manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang
diberikan hidayah akal. Dengan akal manusia menjadi berbeda
dengan hewan, dengan akal manusia dapat menerima dan
memberikan suatu ilmu pengetahuan lalu membuat suatu
peradaban
2. Pendidikan merupakan upaya alamiah untuk melestarikan dan
meningkatkan taraf hidup manusia. Dalam perkembangannya
pendidikan lalu diimplementasikan secara informal, nonformal dan
formal.
3. Pendidikan memiliki peran sangat penting bagi manusia, sebab
tanpa adanya pendidikan, manusia yang merupakan makhluk
sosial, akan memiliki perilaku laiknya hewan. Formalisasi
pendidikan merupakan cara efektif dalam mengatur manusia untuk
berkembang, serta memaknai dan menyukuri ciptaan Allah SWT.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dalam penulisan ini adalah
sebagai berikut:
1. Pendidikan sebagai suatu bagian penting dari kehidupan manusia,
maka harusnya diberikan secara adil dan merata bagi seluruh
warga Negara. Sebab pada faktanya pendidikan saat ini sangat
dipengaruhi oleh kapitalisme, di mana yang mampu menempuh
pendidikan hanya orang-orang yang secara ekonomi memiliki
kemampuan finansial saja.
14
2. Pendidikan formal merupakan perangkat untuk menciptakan
manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk itu
kurikulum pendidikan wajib diarahkan pada sinkronisasi antara
ilmu pengetahuan dan agama. Semua teori dan postulat yang
bertentangan dengan agama harus dihapus dari kurikulum.
15
DAFTAR PUSTAKA
An-Nabhani, 2012. Peraturan Hidup dalam Islam. HTI Press, Bogor.
Anonim, 2012. Pengertian Pendidikan. http://www.artikelbagus.com/ 2012/11/ pengertian-pendidikan.html#ixzz2fnZxhnwV (diakses 23 September 2013).
Butler, 1957. Four Philosophies and Their Practice in Education and Religion, Harper & Brothers Publishers, New York.
Mudyahardjo, 1995. Filsafat Pendidikan (Sebuah Studi Akademik) Bagian I Orientasi Umum: Landasan Filosofis Pendidikan dan Filsafat Pendidikan sebagai Suatu teori Pendidikan, Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, FIP, IKIP Bandung.
Mudyahardjo, 2001. Filsafat Ilmu Pendidikan: Suatu Pengantar, PT. Remadja Rosdakarya, Bandung.
Muthahhari, 1990. Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama, Mizan, Bandung.
Nata, 1998. AL-Qur’an dan Hadits (Dirasah Islamiyah), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Suyitno, 2008, Pemahaman Mahasiswa UPI tentang Hakikat Manusia dan Pendidikan, dalam Kerangka Kesiapan Menjadi Guru, Sekolah Pasca Sarjana, Bandung
Syam, 1984. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, Usaha Nasional, Surabaya.
Syaripudin, 1994. Implikasi Eksistensi Manusia terhadap Konsep Pendidikan Umum (Thesis), Program Pascasarjana IKIP Bandung, Bandung.
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta.
Wilda, 2012. Ilmu Pendidikan http://wildaznov11.com/2009/02/ilmu-pendidikan.html. (diakses 23 September 2013)
16