Upload
khusnul-kotimah
View
208
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MANAJEMEN PESERTA DIDIK DI LEMBAGA
PENDIDIKAN ISLAM
M A K A L A H
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
" Manajemen Pendidikan Islam"
Dosen Pengampu :
Afiful Ikhwan, M.Pd.I
Oleh :
KHUSNUL KOTIMAH
2013471928/ 2013.4.047.0001.1.001683
PAI – Smt 6/Sawo
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAMMUHAMMADIYAH
(STAIM) TULUNGAGUNG
April 2016
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama
Islam.
Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa dalam menyusun makalah ini
banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala
hormat saya sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM)
Tulungagung Bapak Nurul Amin, M.Ag
2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan
makalah ini Bapak Afiful Ikhwan, M.Pd.I
3. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam
penyelesaian makalah.
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut saya hanya dapat berdo' a
dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi
amal soleh di mata Allah SWT. Amin.
Dan dalam penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak
kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan keritikan positif,
sehingga bisa diperbaiki seperlunya.
Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir
amalan saya dan bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh
pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin.
(PENYUSUN)
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………………………….…..…....... i
Kata Pengantar …………………………………………………..…........ ii
Daftar Isi …………………………….....……………………..…. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………… 2
C. Tujuan Masalah …………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
MANAJEMEN PESERTA DIDIK DI LEMBAGA
PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam …………...……... 3
B. Definisi Peserta Didik dalam Pendidikan Islam …………… 5
C. Konsep Manajemen dalam Lembaga Pendidikan Islam …… 9
D. Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik …………….. 12
E. Ruang Lingkup Manajemen Kesiswaan …………………... 14
F. Kebutuhan-Kebutuhan Peserta Didik ………………….….. 19
G. Karakteristik Peserta Didik ……………………………….. 21
BAB III PENUTUP
Kesimpulan …………………………………………….……. 23
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi,
benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik, tidak boleh
dikerjakan secara asal-asalan. Arah pekerjaan yang jelas dan landasan yang
mantab serta cara-cara mendapatkannya yang transparan akan menjadikan amal
perbuatan yang mendapatkan ridlo dan hidayah dari Allah swt. Hal ini merupakan
prinsip utama dalam ajaran Islam. Sesuai dengan prinsip itu, maka manajemen
dalam arti mengatur segala sesuatu agar dilakukan dengan baik, tepat dan tuntas
merupakan hal yang disyariatkan dalam ajaran Islam.
Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, khususnya pendidikan Islam
akan sangat bergantung kepada manajemen yang digunakan dalam suatu lembaga
pendidikan Islam (sekolah Islam) yang bersangkutan. Manajemen tersebut akan
efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber daya manusia yang professional
untuk mengoperasikan sekolah Islam tersebut, kurikulum yang sesuai dengan
tingkat perkembangan dan karakteristik siswa, kemampuan dan komitmen tenaga
kependidikan yang handal, sarana-prasarana yang memadai untuk mendukung
kegiatan belajar-mengajar, dana yang cukup untuk menggaji staf sesuai dengan
fungsinya, serta partisipasi masyarakat yang tinggi. Bila salah satu hal di atas
tidak sesuai dengan yang diharapkan dan/atau tidak berfungsi sebagaimana
mestinya, maka efektivitas dan efisiensi pengelolaan sekolah Islam tersebut
kurang optimal.
Sementara itu salah satu elemen keberhasilan pendidikan islam ialah
peserta didik atau boleh dikatakan sebagai murid. Murid merupakan input dalam
suatu lembaga pendidikan. Sedangkan keberhasilan suatu pendidikan dapat dilihat
atau dipandang melalui output yang dihasilkan. Output yang mempunyai mutu
atau kualitas yang tinggi tidak mungkin kalau dihasilkan dengan input yang
1
2
rendah. Output yang tinggi biasanya dihasilkan melalui input yang tinggi pula.
Maka dari itu suatu sekolah islam yang ingin meningkatkan kualitas
pendidikannya harus meningkatkan kualitas inputnya dahulu.
Disamping itu walaupun input suatu sekolah tersebut baik, sekolah
tersebut tidak mungkin baik jika tidak didukung dengan pengaturan atau bahasa
sekarang dinamakan manajemen yang baik pula. Banyak sekali sekolah-sekolah
yang inputnya baik tapi kenyataannya outputnya kurang berhasil atau bermutu.
Ketika diselidiki, hal itu bukan disebabkan pendidikan atau materinya akan tetapi
disebabkan manajemen peserta didiknya yang kurang baik.
Maka dari itu penulis disini akan menguraikan dari beberapa referensi
mengenai manajemen peserta didik dan hal-hal yang berkaitan dengan
manajemen peserta didik tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Manajemen Pendidikan Islam?
2. Apa Definisi Peserta Didik dalam Pendidikan Islam?
3. Bagaimana Konsep Manajemen dalam Lembaga Pendidikan Islam?
4. Apa Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik?
5. Apa saja Ruang Lingkup Manajemen Kesiswaan?
6. Apa saja Kebutuhan-Kebutuhan Peserta Didik?
7. Bagaimana Karakteristik Peserta Didik?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Manajemen Pendidikan Islam.
2. Untuk Mengetahui Definisi Peserta Didik dalam Pendidikan Islam.
3. Untuk Mengetahui Konsep Manajemen dalam Lembaga Pendidikan Islam.
4. Untuk Mengetahui Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik.
5. Untuk Mengetahui Ruang Lingkup Manajemen Kesiswaan.
6. Untuk Mengetahui Kebutuhan-Kebutuhan Peserta Didik.
7. Untuk Mengetahui Karakteristik Peserta Didik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam
Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesi. Luther
Gulick memandang manajemen sebagai ilmu karena manajemen
dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik
berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama.1
Sedangkan menurut Folet melihatnya sebagai kiat karena manajemen
mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain
menjalankan tugas.2 Dipandang sebagai profesi karena manajemen
dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer,
dan para profesional dituntut oleh suatu kode etik.
Meskipun cenderung mengarah pada suatu fokus tertentu, para ahli
masih berbeda pandangan dalam mendefenisikan manajemen dan
karenanya belum dapat diterima secara universal. Namun demikian
terdapat konsensus bahwa manajemen menyangkut derajat keterampilan
tertentu. Untuk memahami istilah manajemen, pendekatan yang digunakan
di sini adalah berdasarkan pengalaman manajer. Meskipun pendekatan ini
mempunyai keterbatasan, namun hingga kini belum ada perbaikan.
Manajemen di sini dilihat sebagai suatu sistem yang setiap komponenya
menampilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan. Manajemen merupakan
suatu proses sedangkan manajer dikaitkan dengan aspek organisasi (orang
– struktur – tugas - tekhnologi) dan bagaimana mengaitkan aspek yang
satu dengan yang lain, serta bagaimana mengaturnya sehingga tercapai
tujuan system.
Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh
seorang manajer/pimpinan, yaitu:
1Luther Gulick, Dictionary Of Education (New York: Mcgraw-Hill Book Company, Ttp), h. 145
2Folet, Managerial Proses And Organisational Behavior (Glenview: Scott, Ttp), h. 39
3
4
1. Perencanaan (Planning)
2. Pengorganisasian (Organizing)
3. Pimpinan (leading)
4. Pengawasan (Controling)3
Manajemen sering diartikan sebagai proses perencanaan, mengorganisasi,
memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar
tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
Pemikiran tentang manajemen bermula pada tahun 5.000 SM di
Mesir. Pada masa itu orang memakai catatan tertulis untuk perdagangan
dan pemerintahan. Pada 3.00 SM –3.00 M masyarakat Roma
memanfaatkan komunikasi efektif dan pengendalian terpusat untuk
efektifitas dan efesiensi. Tahun 1500 M Machiaveli membuat pedoman
pemanfaatan kekuasaan. Tahun 1776 M Adam Smith menyatakan bahwa
pembagian kerja titik kunci badan usaha.4 Kemudian 1841-1925 Henry
Fayol mengemukakan pentingnya administrasi. Menurut penulis
manajemen biasa dikatakan sebagai ilmu jika teori-teorinya mampu
menentukan manajer dengan memberi kejelasan bahwa apa yang harus
dilakukan pada situasi tertentu dan memungkinkan mereka meramalkan
akibat-akibat dari tindakan-tindakanya.
Menurut Mary Parker Follet manajemen sebagai seni untuk
melasanakan pekerjaan melalui orang-orang. Defenisi ini perlu mendapat
perhatian karena berdasarkan kenyataan, manajemen mencapai tujuan
organisasi dengan cara mengatur orang lain.
Adapun interpretasi tentang pendidikan berbeda-beda menurut para
pakar. Perbedaannya tak lain hanya terletak pada sudut pandang. Di antara
mereka ada yang mendefinisikan dengan mengkonotasikan dengan
peristilahan bahasa, keberadaan, dan hakekat kehidupan manusia di dunia
ini, dan ada pula yang melihat dari segi proses kegiatan yang dilakukan
3Liat Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Cet. V (Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 2
4Adan Smith, Management System Analysis And Aplication, Cet. I (Japan: Holt Saunders International, 1982), h. 29
5
dalam penyelenggarakan pendidikan. Tetapi semua pendapat itu bertemu
dalam pandangan bahwa pendidikan adalah suatu proses mempersiapkan
generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan
hidup secara efektif dan efisien.
Oleh karena itu, pendidikan benar-benar merupakan latihan fisik,
mental, dan moral bagi individu-individu supaya mereka menjadi manusia
yang berbudaya. Sehingga mampu memenuhi tugasnya sebagai manusia
dan menjadi warga negara yang berguna. Inilah yang kelihatannya
merupakan pandangan yang kebanyakan dipegang oleh para ahli
pendidikan terkemuka sepanjang zaman. John Dewey, misalnya
mengemukakan; bahwa pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan
fundamental, secara intelektual dan emosional, ke arah alam sesama
manusia.
Adapun Mohammad Nasir menyatakan bahwa pendidikan adalah
bimbigan jasmani dan rohani yang menuju kepada kesempurnaan dan
kelengkapan arti kemanusiaan dengan arti sesungguhnya.5 Pengertian
tersebut hampir sama dengan pengertian yang dipublikasikan oleh Ahmad
D. Marimba, bahwa pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.
Dari beberapa pandangan ahli pendidikan di atas, jelaslah bahwa
pendidikan adalah suatu proses belajar dan penyesuaian individu-individu
secara terus-menerus terhadap nilai-nilai budayadan cita-cita masyarakat.
B. Definisi Peserta Didik dalam Pendidikan Islam
Dengan berpijak pada paradigma “belajar sepanjang masa”, maka
istilah yang tepat untuk menyebut individu yang menuntut ilmu adalah
peserta didik dan bukan anak didik. Peserta didik cakupannya lebih luas,
yang tidak hanya melibatkan anak-anak, tetapi juga pada orang-orang
5Muhammad Natsir, Capita Selekta (Bandung: Gravenhage, 1954), h. 87
6
dewasa. Sementara istilah anak didik hanya dikhususkan bagi individu
yang berusia kanak-kanak. Penyebutan peserta didik ini juga
mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan tidak hanya di sekolah
(pendidikan formal), tapi juga lembaga pendidikan di masyarakat, seperti
Majelis Taklim, Paguyuban, dan sebagainya.6
Secara etimologi, murid berarti “orang yang menghendaki”.
Sedangkan menurut arti terminologi, murid adalah pencari hakikat di
bawah bimbingan dan arahan seorang pembimbing spiritual (mursyid).
Sedangkan thalib secara bahasa berarti orang yang mencari, sedangkan
menurut istilah tasawuf adalah penempuh jalan spiritual, dimana ia
berusaha keras menempuh dirinya untuk mencapai derajat sufi.
Penyebutan murid ini juga dipakai untuk menyebut peserta didik pada
sekolah tingkat dasar dan menengah, sementara untuk perguruan tinggi
lazimnya disebut dengan mahasiswa.7
Peserta didik adalah amanat bagi para pendidiknya. Jika ia
dibiasakan untuk melakukan kebaikan, niscaya ia akan tumbuh menjadi
orang yang baik, selanjutnya memperoleh kebahagiaan dunia dan
akhiratlah kedua orang tuanya dan juga setiap mu’alim dan murabbi yang
menangani pendidikan dan pengajarannya. Sebaliknya, jika peserta didik
dibiasakan melakukan hal-hal yang buruk dan ditelantarkan tanpa
pendidikan dan pengajaran seperti hewan ternak yang dilepaskan beitu saja
dengan bebasnya, niscaya dia akan menjadi seorang yang celaka dan
binasa.8
Sama halnya dengan teori barat, peserta didik dalam pendidikan
Islam adalah individu sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik,
psikologis, sosial, dan religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan
di akhirat kelak. Definisi tersebut memberi arti bahwa peserta didik
merupakan individu yang belum dewasa, yang karenanya memerlukan
6Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2008), h. 103.7Ibid., h.1048Jamal Abdul Rahman, Tahapan Mendidik Anak, Penerjemah: Bahrun Abu Bakar Ihsan
Zubaidi (Bandung: Irsyad Baitus salam, 2008), h. 16.
7
orang lain untuk menjadikan dirinya dewasa. Anak kandung adalah peserta
didik dalam keluarga, murid adalah peserta didik di sekolah, dan umat
beragama menjadi peserta didik masyarakat sekitarnya, dan umat
beragama menjadi peserta didik ruhaniawan dalam suatu agama.
Dengan demikian dalam konsep pendidikan Islam, tugas mengajar,
mendidik, dan memberikan tuntunan sama artinya dengan upaya untuk
meraih surga. Sebaliknya, menelantarkan hal tersebut berarti sama dengan
mejerumuskan diri ke dalam neraka. Jadi, kita tidak boleh melalaikan
tugas ini.9
Menurut Langeveld anak manusia itu memerlukan pendidikan,
karena ia berada dalam keadaan tidak berdaya atau hulpeoosheid.10 Dalam
Al-Quran dijelakan:
هاتكم ال تعلمون شيئ�ا والله أخرجكم من بطون أممع واألبصار واألفئدة لعلكم تشكرون وجعل لكم الس
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (QS. An-Nahl: 78)11
Peserta didik di dalam mencari nilai-nilai hidup, harus dapat
bimbingan sepenuhnya dari pendidik, karena menurut ajaran Islam, saat
anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan suci/fitrah sedangkan alam
sekitarnya akan memberi corak warna terhadap nilai hidup atas pendidikan
agama peserta didik.12
Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW., yang artinya:
“Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah (kecenderungan untuk percaya kepada Allah), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani, Majusi” (HR. Muslim)
Menurut hadis ini manusia lahir membawa kemampuan-
kemampuan; kemampuan itulah yang disebut pembawaan. Fitrah yang
disebut di dalam hadis itu adalah potensi. Potensi adalah kemampuan; jadi
9Jamal Abdul Rahman, Tahapan Mendidik Anak, Penerjemah: Bahrun Abu Bakar Ihsan Zubaidi (Bandung: Irsyad Baitus salam, 2008), h. 17
10M. Nashir Ali, Dasar-Dasar Ilmu Mendidik (Jakarta: Mutiara, 1982), h. 93.11Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008), h.
275.12Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 170.
8
fitrah yang dimaksud disini adalah pembawaan. Ayah-ibu dalam hadis ini
adalah lingkungan sebagaimana yang dimaksud oleh para ahli pendidikan.
Kedua-duanya itulah, menurut hadis ini, yang menentukan perkembangan
seseorang.13
Manusia mempunyai banyak kecenderungan, ini disebabkan oleh
banyak potensi yang dibawanya. Dalam garis besarnya, kecenderungan itu
dapat dibagi dua, yaitu kecenderungan menjadi orang yang baik dan
kecenderungan menjadi orang yang jahat. Kecenderungan beragama
termasuk ke dalam kecenderungan menjadi baik.14
Firman Allah SWT:
ا فطرت الله التي فطر فأقم وجهك للدين حنيف� الناس عليها ال تبديل لخلق الله ذلك الدين القيم
ولكن أكثر الناس ال يعلمون“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ar-Rum: 30)15
Dari ayat dan hadits tersebut jelaslah bahwa pada dasarnya anak itu
telah membawa fitrah beragama, dan kemudian bergantung kepada para
pendidiknya dalam mengembangkan fitrah itu sendiri sesuai dengan usia
anak dalam pertumbuhannya. Dasar-dasar pendidikan agama ini harus
sudah ditanamkan sejak peserta didik itu masih usia muda, karena kalau
tidak demikian kemungkinan mengalami kesulitan kelak untuk mencapai
tujuan pendidikan Islam yang diberikan pada masa dewasa. Dengan
demikian, maka agar pendidikan Islam dapat berhasil dengan sebaik-
baiknya haruslah menempuh jalan pendidikan yang sesuai dengan
perkembangan peserta didik.16
13Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008), h. 35
14Ibid., h. 3515Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008), h.
407.16R. Ali Mahdum Davir, Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam, dalam
http://mayuzta.blogspot.co.id/2015/06/peserta-didik-dalam-pendidikan-islam_22.html, Diunggah Pada Senin, 22 Juni 2015 Pukul 06.21 WIB
9
C. Konsep Manajemen dalam Lembaga Pendidikan Islam
Setiap jenis pengetahuan termasuk pengetahuan manajemen
mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana
(epistemology) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan manajemen tersebut
disusun. Ketiganya berkaitan satu sama lain (sistem). Berdasarkan
landasan ontologi dan aksiologi itu, maka bagaimana mengembangkan
landasan epistemology yang sesuai. Persoalan utama yang dihadapi oleh
setiap epistemology pada dasarnya bagaimana mendapatkan pengetahuan
yang benar dengan memperhitungkan aspekontologi dan aksiologi.
Dengan demikian juga halnya dengan masalah yang dihadapi epistimologi,
yakni bagaimana menyusun pengetahuan yang benar untuk menjadi
masalah mengenai dunia empiris yang akan digunakan sebagai alat untuk
meramalkan dan mengendalikan peristiwa atau gejala yang muncul. Di
dalam pengetahuan manajemen, falsafah pada hakikatnya menyediakan
seperangkat pengetahuan untuk berfikir efektif dalam memecahkan
masalah-masalah manajemen. Ini merupakan hakikat manajemen sebagai
suatu disiplin ilmu dalam mengatasi masalah organisasi berdasarkan
pendekatan keilmuan. Bagi seorang manajer perlu pengetahuan tentang
kebenaran manajemen, asumsi yang telah diakui, dan nilai-nilai yang telah
ditentukan. Pada akhirnya semua itu akan memberikan kepuasan dalam
melakukan pendekatan yang sistematik dalam peraktek manajerial.
Manajemen mempunyai peran atau membantu menjelaskan
perilaku organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas, dan
kepuasan. Karakteristik teori manajemen secara garis besar dapat
dinyatakan:
1. Mengacu pada pengalaman empirik,
2. Adanya keterkaitan antara satu teori dengan teori lain
3. Mengakui kemungkinan adanya penolakan.
10
Di dalam proses manajemen digambarkan fungsi-fungsi
manajemen secara umum yang ditampilkan ke dalam perangkat organisasi
dan dimulai dikenal sebagai teori manajemen klasik. Menurut teori klasik
pilar-pilar manajemen klasik terdiri dari 3 pilar yaitu: pembagian kerja,
struktur, rentang pengawasan. Namun banyak ahli yang mengatakan
bahwa manajemen belum mempunyai teori yang standar, tetapi sebagai
pendekatan. Karena itu teori seringkali dikatakan sebagai pendekatan
manajemen secara klasik, neoklasik dan pendekatan modern. Salah satu
teori klasik yang tergolong paling tua adalah manajemen ilmiah yang
dipelopori oleh Henry Fayol. Tergolong dari teori klasik ini yaitu; tentang
studi waktu dan gerak, administrasi, birokrasi. Sedangkan teori neoklasik
seringkali dikaitkan dengan pendekatan perilaku, yaitu teori kebutuhan
manusia, teori kepribadian dan organisasi selanjutnya teori modern yaitu;
pimpinan situasional, dan hubungan bagian dalam sistem dan lingkungan.
Manajemen mempunyai prinsip dasar dalam praktik pendidikan antara lain:
a) Menentukan cara/metode kerja
b) Pemilihan pekerja dan pengembangan keahliannya.
c) Pemilihan prosudur kerja.
d) Menentukan batas-baras tugas
e) Mempersiapkan dan membuat spesipikasi tugas
f) Melakukan pendidikan dan latihan
g) Menentukan sistem yang menghasilkan17
Semua itu dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi
dan produktifitas pendidikan. Banyak sumber daya manajemen yang
terlibat dalam organisasi atau lembaga-lembaga termasuk lembaga
pendidikan, antara lain: manusia, sarana dan prasarana, biaya, teknologi
dan informasi. Namun demikian sumber daya yang paling penting dalam
pendidikan adalah sumber daya manusia. Bagaimana manajer
menyediakan tenaga, bakat kreativitas, dan semangatnya bagi organisasi.
17Shrode A. William, Organization And Management Basic Syestem Comcepts (Malaysia: Irwin Book, Ttp), h. 132
11
Karena tugas terpenting dari seorang manajer adalah menyeleksi,
menempatkan, melatih dan mengembangkan sumber daya manusia.
Persoalannya pengembagan sumber daya manusia mempunyai hubungan
yang positif dengan produktivitas dan pertumbuhan organisasi, kepuasan
kerja, kekuatan dan profesionalitas manajer.
Sumber daya manusia menurut penulis terkandung aspek:
kompetensi, keterampilan, kemampuan, sikap, perilaku, motivasi, dan
komitmen. Dalam pendidikan, jenis sumber daya berdasarkan ruang
lingkup keterlibatannya ke dalam penyelenggaraan pendidikan
dikelompokkan kedalam SDM Pendidikan dalam sekolah dan SDM
pendidikan luar sekolah. Apabila dilihat dari segi tugas pokoknya,
dibedakan menurut tenaga teknis, tenaga administratif dan tenaga
penunjang. Selanjutnya dalam PP 38/1992 tentang tenaga kependidikan
ditegaskan pengelompokannya menjadi tenaga pendidik, (pembimbing,
pengajar, pelatih), pengelolaan, pengawas, laporan, teknisi sumber belajar,
peneliti dan penguji.
Persoalan pokok dalam pembinaantenaga kependidikan adalah
pembinaan etos kerja. Etos kerja adalah sikap mentaluntuk menghasilkan
produk kerja yang baik, bermutu tinggi baik barang maupunjasa. Etos
kerja dipengaruhi oleh sikap, pandangan, cara-cara, dankebiasaan-
kebiasaan kerja yang ada pada seseorang, suatu kelompok atau
bangsa.Pembinaan etos kerja ini merupakan bagian dari pembinaan tata
nilai, dan dalam dunia pendidikan masalah ini tidak cukup diperhatikan.
Pada pengembangan mutu SDM ini yang paling banyak dilakukan
pembinaan keterampilan untuk melakukan sesuatu yang nyata seperti
keterampilan komputer, menjahit, akuntansi, dan sebagainya. Akan tetapi
membentuk keinginan bagaimana melakukan pekerjaan-pekerjaan itu
sebaik-baiknya kurang diperhatikan. Tentunya hal ini dapat terwujud jika
kemampuan menghasilkan sesuatu yang bermutu itu ditunjang oleh etos
kerja, motivasi tinggi untuk berprestasi. Bagaimana caranya memupuk
etos kerja. Salah satu usaha dengan menciptakan suasana kerja yang
12
mengantarkan perilaku karyawan/ guru ke arah yang lebih produktif secara
langsung mengubah sikap, pandangan harapan dan keterampilan/ keahlian
yang lebih efektif yang sekarang sudah tidak sesuai dengan tuntutan
perkembangan zaman. Dan ini tantangan para manajer/pimpinan
pendidikan.18Pada intinya manajemen kesiswaan di suatu sekolah
membantu siswa untuk mengembangkan dirinya yang sesuai dengan
program-program yang dilakukan oleh sekolah atau sekolah islam
tersebut.19
D. Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik
Tujuan umum dari manajemen peserta didik ialah mengatur segala
kegiatan-kegiatan peserta didik agar semua kegiatan-kegiatan tersebut
dapat menunjang proses belajar mengajar di sekolah. Sehingga proses
belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib, dan teratur serta
dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan
pendidikan secara keseluruhan.20
Tujuan khusus dari manajemen peserta didik adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotorik peserta didik.
2. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan), bakat
dan minat peserta didik.
3. Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik
Dengan terpenuhinya 1, 2, 3 di atas diharapkan peserta didik dapat mencapai
kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat belajar dengan baik
dan tercapai cita-cita mereka.
18Ansar Zainuddin, Manajemen Pendidikan Islam, dalam http://ansarbinbarani.blogspot.co.id/2015/11/manajemen-pendidikan-islam.html, diunggah pada Rabu, 18 November 2015 pukul 11.02 WIB
19Fathurrohman, Memahami Manajemen Kesiswaan Dalam Lembaga Pendidikan Islam, dalam https://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/10/07/memahami-manajemen-kesiswaan-dalam-lembaga-pendidikan-islam/, diunggah pada minggu,7 oktober 2012 pukul 10.22 WIB
20Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 12.
13
Fungsi Manajemen Peseta didik secara umum adalah sebagai
wahana bagi peserta pendidik untuk mengembangkan diri semaksimal
mungkin baik dari segi individualitasnya, sosialnya, aspirasinya,
kebutuhan dan potensi lainnya dari peserta didik.
Secara khusus fungsi manajemen peserta didik adalah sebagai berikut:21
a) Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta didik
adalah agar mereka dapat mengembangkan potensi-potensi individualitas
tanpa banyak terhambat. Meliputi kemampuan kecerdasan, kemampuan
bakat dan kemampuan lainnya.
b) Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta didik
adalah agar peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan sebayanya,
orang tua dan keluarganya, lingkungan sosial sekolahnya dan lingkungan
sosial lingkungannya.
c) Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta
didik adalah agar peserta didik tersalur hobi, kesenangan dan minatnya.
Karena hobi juga merupakan penunjang terhadap pengembangan diri
peserta didik secara keseluruhan.
d) Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan kesejahteraan
peserta didik adalah agar peserta didik sejahtera dalam hidupnya.
Kesejahteraan sangat penting karena dengan demikian ia akan jugaa turut
memikirkan kesejahteraan sebayanya.
Sedangkan Menurut Shrode dan Voich, Tujuan utama manajemen
pendidikan adalah produktifitas dan kepuasan.22 mungkin saja tujuan ini
tidak tunggal bahkan jamak, seperti peningkatan mutu
pendidikan/lulusanya, keuntungan/ profit yang tinggi, pemenuhan
kesempatan kerja, pembangunan daerah/ nasional tanggung jawab sosial.
Tujuan-tujuan ini ditentukan berdasarkan penataan dan pengkajian
21Ibid., h. 12-13.22Shrode A. William, Organization And Management Basic Syestem
Comcepts (Malaysia: Irwin Book, Ttp), h. 132.
14
terhadap situasi dan kondisi organisasi, seperti kekuatan dan kelemahan,
peluang dan ancaman.
Apabila produktivitas merupakan tujuan maka perlu dipahami
makna produktivitas itu sendiri. Sutermeister membataskan produktivitas
sebagai ukuran kuantitas dan kulaitas kinerja dengan mempertimbangkan
kemanfaatan sumber daya. Produktivitas itu sendiri dipengaruhi
perkembangan bahan, teknologi, dan kinerja manusia. Pengertian konsep
produktivitas berkembang dari pengertian teknis sampai dengan perilaku.
Produktifitas dalam arti teknis mengacu kepada derajat keefektifan,
efisiensi dalam penggunaan sumber daya. Sedangkan dalam pengertian
perilaku, produktifitas merupakan sikap mental yang senantiasa berusaha
untuk terus berkembang.
E. Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik
Secara umum bidang kesiswaan/ peserta didik sedikitnya memiliki
tiga tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan murid baru,
kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin.
Berdasarkan tiga tugas utama tersebut ruang lingkup manajemen peserta
didik berkaitan erat dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Perencanaan peserta didik/ kesiswaan
Dalam perencanaan kesiswaanini mencakup sensus sekolah dan
penentuan jumlah siswa yang diterima. Sensus sekolah pencatatan anak usia
sekolah yang diperkirakan akan masuk sekolah islam atau calon
siswa.Pendataan anak usia sekolah atau calon siswa merupakan salah satu
komponen penting dalam perencanaan pendidikan. Dengan data yang
diperoleh dari sensus sekolah akan dapat ditetapkan:
a) Jumlah dan lokasi sekolah,
b) Batas daerah penerimaan siswa suatu sekolah.
c) Jumlah fasilitas transportasi,
15
d) Layanan program pendidikan,
e) Fasilitas pendidikan bagi anak-anak cacat,
f) Laju pertumbuhan pendidikan khususnya anak-anak usia sekolah
disekitar sekolah.
2. Penerimaan Siswa Baru
Penerimaan siswa baru perlu dikelola sedemikian rupa mulai dari
perencanaan penentuan daya tampung sekolah islam atau jumlah siswa baru
yang akan diterima, dengan mengurangi daya tampung dengan jumlah anak
yang tinggal dikelas atau mengulang. Kegiatan tersebut biasanya dikelola
oleh panitia penerimaan siswa baru atau PSB.
Langkah-langkah penerimaan siswa baru adalah sebagai berikut:
a) membentuk panitia penerimaan murid,
b) menentukan syarat pendaftaran calon,
c) menyediakan formulir pendaftaran,
d) pengumuman pendaftaran calon,
e) menyediakan buku pendaftaran,
f) waktu pendaftaran,
g) penentuan calon yang diterima.
3. Pengelompokan Siswa
Pengelompokan siswa dimaksudkan agar dalam pelaksanaan proses
kegiatan belajar mengajar di sekolah islam dapat berjalan lancar, tertib dan
dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Ada beberapa jenis
pengelompokan siswa diantaranya:
a) Pengelompokan dalam kelas-kelas.
b) Pengelompokan berdasarkan bidang studi
c) Pengelompokan berdasarkan spesialisasi
d) Pengelompokan dalam sistem kredit
e) Pengelompokan berdasarkan kemampuan
f) Pengelompokan berdasarkan minat.
4. Pembinaan Disiplin Siswa
16
Disiplin adalah suatu kegiatan dimana sikap, penampilan dan tingkah
laku peserta didik sesuai dengan tatanan nilai, norma dan ketentuan-ketentuan
yang berlaku di sekolah dan kelas dimana mereka berada. Dalam peningkatan
kedisiplinan biasanya terdapat tata tertib suatu sekolah yang harus dipetuhi
oleh seorang siswa misalnya: hadir 10 menit sebelum pelajaran dimulai,
mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran dengan baik, dan mengerjakan
semua tugas yang diberikan.
Kewajiban menaati tata tertib yang ada merupakan hal yang penting
karena merupakan bagian dari sistem persekolahan yang dilaksanakan dan
juga sebagai sebuah kelengkapan sekolah islam dalam menjalankan proses
pembelajaran.
5. Kegiatan Ektra Kurikuler
Yang dimaksud dengan kegiatan tersebut adalah kegiatan yang
dilaksanakan di sekolah islam namun dilaksanakan diluar jam sekolah secara
resmi. Artinya diluar jadwal pelajaran yang tercantum. Tujuan dari adanya
kegiatan ini adalah memperkaya dan memperluas wawasan siswa dan juga
membantu menanamkan nilai-nilai pada diri siswa.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kegiatan ekstra kurikuler
adalah:
a) Peningkatan aspek pengetahuan sikap dan ketrampilan.
b) Dorongan untuk menyalurkan bakat dan minat siswa
c) Penetapan waktu dan obyek kegiatan yang disesuaikan dengan kondisi
lingkungan.
d) Jenis-jenis kegiatan ekstra yang disediakan seperti pramuka, PMR,
kesenian, olahraga dan sebagainya.
Sedangkan kegiatan Ko Kurikuler dilaksanakan dalam berbagai
bentuk, misalnya mempelajari buku-buku pelajaran tertentu, mengerjakan PR,
atau mengadakan kegiatan lain diluar sekolah islam. Pada intinya kedua
kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan pribadi siswa.
6. Organisasi Siswa Intra Sekolah
17
OSIS adalah satu-satunya organisasi yang bersifat intra sekolah yang harus
ada di sekolah islam Tsanawiyah maupun Aliyah. OSIS berfungsi sebagai
wadah untuk:
a) Pembinaan pemuda dan budaya
b) Pembinaan stabilitas dan ketahanan nasional
c) Pembentukan watak dan kepribadian dalam integrasi sekolah.
d) Pencegahan pembinaan siswa yang kurang dapat dipertanggung
jawabkan.
e) Pembinaan aktifitas intra sekolah yang berorientasi pada kegiatan
yang bersifat edukatif.
f) Pemberian kesempata seluas-luasnya bagi pengembangan potensi
siswa.
Tujuan OSIS adalah untuk:
1) mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang memiliki jiwa
pancasila, berkepribadian luhur, moral dan mental yang tinggi,
berkecakapan serta berpengetahuan yang siap untuk diamalkan.
2) mempersiapakan siswa agar menjadi warga negara yang mengabdi
pada Tuhan YME, tanah air dan bangsanya.
3) menggalang kesatuan dan persatuan yang kokoh di sekolah dalam satu
wadah OSIS.
4) menghindarkan siswa dari pengaruh-pengaruh yang tidak sehat.
Kegiatan ini dibina oleh kepala sekolah dan dibantu oleh guru yang
mempunyai kompetensi dalam keorganisasian.
7. Evaluasi Kegiatan Siswa
Dalam evaluasi kegiatan siswa terdapat berbagai langkah yang perlu
diperhatikan:
a) Penentuan standar, yang dimaksud standar adalah patokan mengenai
suatu keerhasilan atau kegagalan dalam suatu kegiatan.
18
b) Mengadakan pengukuran. Pengukuran dilakukan terhadap kegiatan-
kegiatan yang telah dilaksanakan.
c) Membandingkan hasil pengukuran dengan standar yang telah
ditentukan.
d) Mengadakan perbaikan. Maka dari itu perlu untuk mengetahui
standar agar dapat digunakan sebagai umpan balik sebagai perbaikan
dalam pelaksanaan suatu kegiatan, supaya pelaksanaan kegiatan
memenuhi target yang telah ditetapkan.
8. Perpindahan Siswa
Perpindahan siswa mempunyai dua pengertian, yakni perpindahan
siswa dari suatu sekolah islam ke sekolah islam lain yang sejenis dan
perpindahan siswa dari suatu jenis program ke jenis program lain.
Perpindahan siswa dari suatu sekolah islam ke sekolah islam lain yang
sejenis pada dasarnya dikarenakan perpindahan wilayah atau tempat.
Perpindahan siswa dari suatu jenis program ke jenis program lain lebih
dikarenakan kurang cocoknya siswa masuk dalam program tersebut. Maka
dari itu untuk mengantisipasi hal tersebut, pada saat penjurusan harus
menentukan jurusan setepat-tepatnya bagi siswa dengan melihat
kecenderungan dan karakeristik siswa bahkan dengan data yang lengkap yang
dimiliki oleh pihak sekolah islam.
9. Kenaikan Kelas dan Penjurusan
Kenaikan Kelas dan Penjurusan dapat diatur dalam peraturan sekolah
yang didasarkan pada kebijakan yang ada pada sekolah. Dalam pelaksanaan
kenaikan kelas dan penjurusan seringkali muncul berbagai masalah yang
memerlukan penyelesaian secara bijak. Masalah ini dapat diperkecil jika data-
data tentang hasil evaluasi siswa obyektif dan mendayagunakan fungsi. Juga
para guru harus berhati-hati dalam memberikan nilai hasil evaluasi belajar
kepada siswa.
10. Kelulusan dan Alumni
19
Kelulusan adalah pernyataan dari sekolah islam sebagai suatu lembaga
tentang telah diselesaikannya program pendidikan yang harus diikuti oleh
siswa. Kelulusan ini ditandai dengan adanya Ijazah atau STTB. Prosesnya
biasanya ditandai dengan pelepasan sAiswa dalam suatu upacara.
Sedangkan hubungan dengan alumni, para sekolah islam tetap
menjaga hubungan dengan para alumninya. Demikian juga para alumni juga
biasanya bangga dengan sekolah islam dimana ia bersekolah dan menempuh
pendidikan dahulu.23
F. Kebutuhan-Kebutuhan Peserta Didik
Kebutuhan peserta didik adalah sesuatu kebutuhan yang harus
didapatkan oleh peserta didik untuk mendapatkan kedewasaan ilmu.
Kebutuhan peserta didik tersebut wajib dipenuhi atau diberikan oleh
pendidik kepada peserta didiknya. Menurut Ramayulis, ada delapan
kebutuhan peserta didik yang harus dipenuhi, yaitu:24
1. Kebutuhan Fisik
Fisik seorang anak didik selalu mengalami pertumbuhan yang cukup pesat.
Proses pertumbuhan fisik ini terbagi menjadi tiga tahapan:
a. Peserta didik pada usia 0-7 tahun, pada masa ini peserta didik masih
mengalami masa kanak-kanak.
b. Peserta didik pada usia 7-14 tahun, pada usia ini biasanya peserta didik
tengah mengalami masa sekolah yang didukung dengan peralihan
pendidikan formal.
c. Peserta didik pada usia 14-21 tahun, pada masa ini peserta didik mulai
mengalami masa pubertas yang akan membawa kepada kedewasaan.25
2. Kebutuhan Sosial
23Fathurrohman, Memahami Manajemen Kesiswaan Dalam Lembaga Pendidikan Islam, dalam https://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/10/07/memahami-manajemen-kesiswaan-dalam-lembaga-pendidikan-islam/, diunggah pada minggu,7 oktober 2012 pukul 10.22 WIB
24Ibid.25Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarat: PT. Rineka Cipta, 2006), h. 42.
20
Adalah kebutuhan yang berhubungan langsung dengan masyarakat
agar peserta didik dapat berinteraksi dengan masyarakat lingkungan. Begitu
juga supaya dapat diterima oleh orang lebih tinggi dari dia seperti orang
tuanya, guru-gurunya dan pemimpinnya. Kebutuhan ini perlu agar peserta
didik dapat memperoleh kebutuhan ini perlu agar peserta didik dapat
memperoleh posisi dan berprestasi dalam pendidikan.26
3. Kebutuhan untuk Mendapatkan Status
Dalam proses kebutuan ini biasanaya seorang peseta didik ingin
menjadi orang yang dapat dibanggakan atau dapat menjadi seorang yang
benar-benar berguna dan dapat berbaur secara sempurna di dalam sebuah
lingkungan masyarakat.
4. Kebutuhan Mandiri
Kebutuhan mandiri ini pada dasarnya memiliki tujuan utama yaitu
untuk menghindarkan sifat pemberontak pada diri peserta didik, serta
menghilangkan rasa tidak puas akan kepercayaan dari orang tua atau pendidik
karena ketika seorang peserta didik terlalu mendapat kekangan akan sangat
menghambat daya kreativitas dan kepercayaan diri untuk berkembang
5. Kebutuhan untuk memiliki filsafat hidup
Peserta didik memiliki beberapa dimensi penting yang mempengaruhi
akan perkembangan peserta didik, dimensi ini harus diperhatikan secara baik
oleh pendidik dalam rangka mencetak peserta didik yang berakhlak mulia dan
dapat disebut insan kamil dimensi fisik (jasmani), akal, keberagamaan,
akhlak, rohani (kejiwaan), seni (keindahan), sosial.
Di dalam proses pendidikan seorang peserta didik yang berpotensi
adalah objek atau tujuan dari sebuah sistem pendidikan yang secara langsung
berperan sebagai subjek atau individu yang perlu mendapat pengakuan dari
lingkungan sesuai dengan keberadaan individu itu sendiri. Sehingga dengan
pengakuan tersebut seorang peserta didik akan mengenal lingkungan dan
26Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), h. 78.
21
mampu berkembang dan membentuk kepribadian sesuai dengan lingkungan
yang dipilihnya dan mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya pada
lingkungan tersebut. Adapun hal-hal yang harus dipahami adalah:
a. Kebutuhannya
b. Dimensi-dimensinya
c. Intelegensinya
d. Kepribadiannya.27
G. Karakteristik Peserta Didik
Beberapa hal yang perlu dipahami mengenai karakteristik peserta didik adalah:28
1. Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri,
sehingga metode belajar mengajar tidak boleh dilaksanakan dengan orang
dewasa. Orang dewasa tidak patut mengeksploitasi dunia peserta didik,
dengan mematuhi segala aturan dan keinginannya, sehingga peserta didik
kehilangan dunianya.
2. Peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan kebutuhan
itu semaksimal mungkin. Kebutuhan individu, menurut Abraham Maslow,
terdapat lima hierarki kebutuhan yang dikelompokkan dalam dua kategori,
yaitu: (1) kebutuhan-kebutuhan tahap dasar (basic needs) yang meliputi
kebutuhan fisik, rasa aman dan terjamin, cinta dan ikut memiliki (sosial), dan
harga diri; dan (2) meta kebutuhan - meta kebutuhan (meta needs), meliputi
apa saja yang terkandung dalam aktualisasi diri, seperti keadilan, kebaikan,
keindahan, keteraturan, kesatuan, dan lain sebagainya. Sekalipun demikian,
masih ada kebutuhan yang tidak terjangkau kelima hierarki kebutuhan itu,
yaitu kebutuhan akan transendensi kepada Tuhan. Individu yang melakukan
ibadah sesungguhnya tidak dapat dijelaskan dengan kelima hierarki
27Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), h. 97.28R. Ali Mahdum Davir, Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam, Dalam
http://mayuzta.blogspot.co.id/2015/06/peserta-didik-dalam-pendidikan-islam_22.html, Diunggah Pada Senin, 22 Juni 2015 Pukul 06.21 WIB
22
kebutuhan tersebut, sebab akhir dari aktivitasnya hanyalah keikhlasan dan
ridha dari Allah SWT.
3. Peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang lain,
baik perbedaan yang disebabkan dari factor endogen (fitrah) maupun eksogen
(lingkungan) yang meliputi segi jasmani, intelegensi, sosial, bakat, minat, dan
lingkungan yang mempengaruhinya. Pesrta didik dipandang sebagai kesatuan
sistem manusia. Sesuai dengan hakikat manusia, peserta didik sebagai
makhluk monopluralis, maka pribadi peserta didik walaupun terdiri dari dari
banyak segi, merupakan satu kesatuan jiwa raga (cipta, rasa dan karsa).
4. Peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan yang
dimungkinkan dapat aktif, kreatif, serta produktif. Setiap peserta didik
memiliki aktivitas sendiri (swadaya) dan kreatifitas sendiri (daya cipta),
sehingga dalam pendidikan tidak hanya memandang anak sebagai objek pasif
yang bisanya hanya menerima, mendengarkan saja.
5. Peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dalam
mempunyai pola perkembangan serta tempo dan iramanya. Implikasi dalam
pendidikan adalah bagaimana proses pendidikan itu dapat disesuaikan dengan
pola dan tempo, serta irama perkembangan peseta didik. Kadar kemampuan
peserta didik sangat ditentukan oleh usia dan priode perkembangannya,
karena usia itu bisa menentukan tingkat pengetahuan, intelektual, emosi,
bakat, minat peserta didik, baik dilihat dari dimensi biologis, psikologis,
maupun dedaktis. 29
29Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), h. 103.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Manajemen pendidikan Islam adalah proses perencanaan, mengorganisasi,
memimpin dan mengendalikan pendidikan Islam dengan segala aspeknya
agar tujuan pendidikan tercapai secara efektif dan efisien.
2. Peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu sedang tumbuh dan
berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religius dalam
mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak.
3. Manajemen mempunyai peran atau membantu menjelaskan perilaku
organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas, dan kepuasan.
Manajemen juga mempunyai prinsip dasar dalam praktik pendidikan antara
lain: Menentukan cara/metode kerja, Pemilihan pekerja dan pengembangan
keahliannya, Pemilihan prosudur kerja, Menentukan batas-baras tugas,
Mempersiapkan dan membuat spesipikasi tugas, Melakukan pendidikan dan
latihan dan Menentukan sistem yang menghasilkan.
4. Tujuan dari manajemen peserta didik ialah mengatur segala kegiatan-kegiatan
peserta didik agar semua kegiatan-kegiatan tersebut dapat menunjang proses
belajar mengajar di sekolah. Sehingga proses belajar mengajar di sekolah
dapat berjalan lancar, tertib, dan teratur.
Fungsi Manajemen Peseta didik secara umum adalah sebagai wahana bagi
peserta pendidik untuk mengembangkan diri semaksimal mungkin baik dari
segi individualitasnya, sosialnya, aspirasinya, kebutuhan dan potensi lainnya
dari peserta didik.
5. Ruang lingkup manajemen kesiswaan, yaitu: Perencanaan peserta didik/
kesiswaan; Penerimaan Siswa Baru; Pengelompokan Siswa; Pembinaan
Disiplin Siswa; Kegiatan Ektra Kurikuler; Organisasi Siswa Intra Sekolah;
23
24
Evaluasi Kegiatan Siswa; Perpindahan Siswa; Kenaikan Kelas dan
Penjurusan; Kelulusan dan Alumni.
6. Kebutuhan-Kebutuhan Peserta Didik, berupa: Kebutuhan Fisik; Kebutuhan
Sosial; Kebutuhan untuk Mendapatkan Status; Kebutuhan Mandiri; dan
Kebutuhan untuk memiliki filsafat hidup.
7. Karakteristik peserta didik diantaranya: peserta didik bukan miniatur orang
dewasa, ia mempunyai dunia sendiri, sehingga metode belajar mengajar tidak
boleh dilaksanakan dengan orang dewasa; peserta didik memiliki kebutuhan
dan menuntut untuk pemenuhan kebutuhan itu semaksimal mungkin; peserta
didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang lain; peserta
didik dipandang sebagai kesatuan sistem manusia; peserta didik merupakan
subjek dan objek pendidikan; peserta didik mengikuti periode-periode
perkembangan tertentu dalam mempunyai pola perkembangan serta tempo
dan iramanya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu & Nur Uhbiyati. 2006. Ilmu Pendidikan. Jakarat: PT. Rineka Cipta.
Ali, M. Nashir. 1982. Dasar-Dasar Ilmu Mendidik. Jakarta: Mutiara.
Davir, R. Ali Mahdum. Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam, Dalam http://mayuzta.blogspot.co.id/2015/06/peserta-didik-dalam-pendidikan-islam_22.html, diunggah pada Senin, 22 Juni 2015 Pukul 06.21 WIB
Departemen Agama RI. 2008. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Diponegoro.
Fathurrohman, Memahami Manajemen Kesiswaan Dalam Lembaga Pendidikan Islam, dalam https://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/10/07/memahami-manajemen-kesiswaan-dalam-lembaga-pendidikan-islam/, diunggah pada minggu, 7 oktober 2012 pukul 10.22 WIB
Fattah, Liat Nanang. 2001. Landasan Manajemen Pendidikan, Cet. V. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Imron, Ali. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Mujib, Abdul. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Natsir, Muhammad. 1954. Capita Selekta. Bandung: Gravenhage.
Rahman, Jamal Abdul. 2008. Tahapan Mendidik Anak, Penerjemah: Bahrun Abu Bakar Ihsan Zubaidi. Bandung: Irsyad Baitus salam.
Ramayulis. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Smith, Adan. 1982. Management System Analysis And Aplication, Cet. I. Japan: Holt Saunders International.
Tafsir, Ahmad. 2008. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Zainuddin, Ansar. Manajemen Pendidikan Islam, dalam http://ansarbinbarani.blogspot.co.id/2015/11/manajemen-pendidikan-islam.html, diunggah pada Rabu, 18 November 2015 pukul 11.02 WIB
Zuhairini. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
25