50
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok merupakan suatu benda yang tentu saja tidak asing bagi kita, merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas di masyarakat, bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan banyak orang, salah satunya World Health Organization (WHO) memperkirakan ada satu milyar perokok di dunia, hampir 2/3 nya ada di 10 negara, dan Indonesia ada di urutan ke-3, setengah dari jumlah tersebut akan mati karena rokok (Habib Shaleh, 2008). Di dalam rokok ada 4.000 lebih macam racun, karena itulah merokok sama dengan memasukkan racun-racun tadi ke dalam rongga mulut dan tentunya paru-paru, efek-efek yang merugikan akibat merokok pun sudah diketahui dengan jelas, dan banyak penelitian membuktikan kebiasaan merokok 1

Proposal Revisi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

m

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rokok merupakan suatu benda yang tentu saja tidak asing bagi kita,

merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas di

masyarakat, bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan

dibuktikan banyak orang, salah satunya World Health Organization (WHO)

memperkirakan ada satu milyar perokok di dunia, hampir 2/3 nya ada di

10 negara, dan Indonesia ada di urutan ke-3, setengah dari jumlah tersebut

akan mati karena rokok (Habib Shaleh, 2008). Di dalam rokok ada 4.000

lebih macam racun, karena itulah merokok sama dengan memasukkan racun-

racun tadi ke dalam rongga mulut dan tentunya paru-paru, efek-efek yang

merugikan akibat merokok pun sudah diketahui dengan jelas, dan banyak

penelitian membuktikan kebiasaan merokok meningkatkan resiko timbulnya

berbagai banyak penyakit (Iskandarnet, 2008).

Di Amerika Serikat diperkirakan 500.000 perokok pertahunnya

meninggal disebabkan serangan jantung ; yakni sekitar 75% dari jumlah

pasien yang meninggal karena serangan jantung pada umumnya (Husaini A,

2006 : 40). Lebih dari 3 juta (6,0 persen) penduduk dunia meninggal akibat

rokok pada tahun 1990. Rokok menyebabkan kematian hampir 6 juta

penduduk dunia pertahun (Siagian A, 2003). Jumlah perokok di Indonesia

terus meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2011, data World Health

Organization (WHO) menempatkan Indonesia pada peringkat ke-3 jumlah

1

2

perokok terbesar di dunia, setelah Cina dan India yang mencapai 34,7%.

Meski jumlah tersebut di dominasi oleh usia produktif, yaitu 25-64 tahun,

kebiasaan merokok di Indonesia ternyata sudah dimulai pada usia sangat dini.

Menurut Riskesdes (2010), presentase usia mulai merokok di Indonesia yaitu

pada usia 5-9 tahun sebesar 1,7% pada usia 10-14 tahun sebesar 17,5%, pada

usia 15-19 tahun sebesar 43,3%, pada usia 20-24 tahun sebesar 14,6%, pada

usia 25-29 tahun sebesar 4,3% dan pada usia ≥30 tahun sebesar 3,9%. Data

tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia paling banyak mulai

merokok pada usia remaja. Sementara itu dari data Riskesdes (2007 dan

2010) terlihat bahwa perilaku merokok dari tahun ketahun memiliki

kecenderungan untuk dimulai pada usia yang semakin muda. Berdasarkan

hasil Susenas (2001), sebagian besar 91,8% perokok yang berumur 10 tahun

ke atas menyatakan bahwa mereka melakukan kebiasaan merokok di dalam

rumah ketika bersama-sama dengan anggota keluarga lainnya, yang lebih

memprihatinkan, perokok biasanya kurang peduli pada dampak paparan asap

rokok terhadap kesehatan anak. Dari survei Sarjani Jamal (2006),

membuktikan lebih dari 90% perokok aktif mengaku merokok dalam rumah

ketika bersama anggota keluarga, sedangkan 70% penduduk Indonesia

berumur 0-14 tahun telah terpapar asap rokok sejak lahir (perokok pasif).

Informasi ini menunjukkan betapa besarnya prevelensi perokok pasif dengan

akibat yang lebih parah (Sarjani, 2006).

Dengan kondisi ini, ketika seseorang yang telah merokok maka

kemungkinan besar dapat menyebabkan tekanan darah yang terlalu tinggi

yang dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung koroner ataupun stroke

3

(Indriasari, 2006 : 39). Bukan saja pada si perokok tetapi juga pada orang

disekelilingnya. Dampak yang ditimbulkan tidak hanya merugikan kesehatan

perokok dan orang lain yang terpapar asap rokok, tetapi mengancam ekonomi

keluarga masyarakat miskin (Depkes, 2013).

Melihat hal tersebut di atas, pemecahan masalah keluarga akan

terhambat karena akibat yang ditimbulkan dari merokok. Oleh sebab itu

penulis tergerak untuk melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan

keluarga tentang bahaya merokok.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan dari urutan di atas maka dapat dirumuskan pertanyaan

masalah sebagai berikut :

Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Remaja di Keluarga Tentang Bahaya

Merokok Di Wilayah Desa Gebangkerep, Kecamatan Baron, Kabupaten

Nganjuk?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan keluarga tentang bahaya

merokok.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengetahuan ramaja tentang bahaya merokok aktif.

b. Mengetahui pengetahuan keluarga tentang bahaya merokok pasif.

c. Mengidentifikasi sikap pengetahuan remaja tentang komplikasi akibat

merokok.

4

d. Mengetahui bahaya yang muncul jika remaja merokok bagi diri sendiri

dan keluarga.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan

manfaat kepada pihak terkait, diantaranya :

1. Bagi Peneliti

Hasil pengetahuan ini dapat meningkatkan pengetahuan penelitian

mengenai hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang bahaya

merokok.

2. Bagi Tempat Penelitian

Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi keluarga di Desa

Gebangkerep, Kecamatan Baron, Kabupaten Nganjuk dalam bahaya

merokok.

3. Bagi Responden

Memberikan gambaran bagi perokok tentang pengetahuan dan

sikapnya terhadap bahaya merokok pada perokok pasif dan tidak

menjadikan orang lain sebagai perokok pasif.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai bahan bacaan atau referensi bagi teman-

teman mahasiswa atau pembaca.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar, pengetahuan

manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2011).

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan mempunyai enam

tingkatan, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab

itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut seacara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

5

6

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagianya

terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diatikan sebagai aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagianya

dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama

lain. kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikassi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

7

penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,

atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2011).

3. Cara Memperoleh Pengetahuan

a. Cara Tradisional atau Non Ilmiah

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh

beberapa pengetahuan sebelum di ketemukan metode ilmiah. Cara

penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain : (Notoatmodjo S,

2003:11)

1) Cara Coba Salah (Trial and error)

Cara coba salah satu ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang

lain. Apabila kemungkinan yang kedua ini gagal pula, maka

dicoba lagi kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan

keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut terpecahkan. Itu

sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) dan error

(gagal atau salah) atau metode coba salah atau coba-coba.

2) Cara Kekuasaan (Otoritas)

Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang

dikemukakan oleh yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih

dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik

berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri.

Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat

8

tersebut menganggap bahwa apa yang dikemukakannya adalah

salah benar.

3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau

pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun

dapat digunakan sebagai upaya memperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

4) Melalui Jalan Pikir

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah

menggunakan jalan pikirannya. Cara ini melahirkan pemikiran

secara tak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang

dikemukakan kemudian dicari hubungannya sehingga dapat

dibuat suatu kesimpulan.

b. Cara Modern atau Cara Ilmiah

Pendekatan ilmiah adalah pendekatan yang tepat untuk mencari

suatu kebenaran karena didasari pada pengetahuan yang terstruktur

dan sistematis serta dalam mengumpulkan dan menganalisa datanya

didasarkan pada prinsip validitas dan realibitas. Metode ini jika

dikombinasi dengan pemikiran yang logis baik dengan pendekatan

induktif maupun deduktif, sehingga akan mampu menciptakan suatu

sistem problem solving yang lebih aktual dan tepat dari pada tradisi,

autoritas, pengalaman trial dan error (Nursalam, Siti Pariani,

2000 :10).

9

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Lukman yang dikutip oleh Hendra (2008), ada beberapa

faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu:

a. Umur

Abu Ahmadi (2001) juga mengemukakan bahwa daya ingat

seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini

maka dapat disimpulkan bahwa bertambahnya umur dapat

berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan

tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan

penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

b. Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar

dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam

situasi baru intelegensi merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang

merupakan salah satu modal untuk berfikir dan mengolah berbagai

informasi secara terarah sehingga ia menguasai lingkungan (Khayan,

2001). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perbedaan

intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat

pengetahuan.

c. Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama

bagi seseorang, di mana seseotang dapat mempelajari hal-hal yang

10

baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya.

Dalam ligkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan

berpengaruh pada cara berfikir seseorang.

d. Pendidikan

Menurut Notoatmodjo (2001), pendidikan adalah suatu kegiatan

atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan

kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri

sendiri. Menurut Wied Hary A. (2002), menyebutkan bahwa tingkat

pendidikan turut pula menentukan mudah atau tidaknya seseorang

menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada

umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin baik pula

pengetahuannya.

e. Informasi

Menurut Wied Hary A. (2004), informasi akan memberikan

pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki

pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang

baik dari berbagai media misalnya televisi, radio atau surat kabar,

maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

Informasi tidak terlepas dari sumber informasinya. Menurut

Notoatmodjo (2003) dalam Rahmahayani (2010), sumber informasi

adalah asal dari suatu informasi atau data yang diperoleh.

11

B. Konsep Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan

melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (Mubarak, 2006).

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat dibawah

satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiawati, 2008). Menurut

Undang-Undang No.10 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan

dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri dari suami istri atau suami istri dan anak-anaknya,

atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Suprajitno, 2004).

Adapun tipe keluarga menurut Suprajitno (2004) dikelompokkan

menjadi dua yaitu :

a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah

ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau

keduanya.

b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota

keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek,

paman-bibi).

2. Struktur Keluarga

Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diataranya adalah :

a. Patrilineal

12

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis

ayah.

b. Matrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa

generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

c. Matrilokal

Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.

d. Patrilokal

Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga suami.

e. Keluarga kawin

Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga,

dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena

adanya hubungan dengan suami atau istri.

(Setiadi, 2008)

3. Komponen Dukungan Keluarga

Komponen-komponen dukungan keluarga menurut Christine (2010),

terdiri dari :

a. Dukungan Pengharapan

Dukungan pengharapan meliputi pertolongan pada individu untuk

memahami kejadian dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi

koping yang dapat digunakan dalam mengadapi stressor. Dukungan ini

juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang

positif terhadap individu. Individu mempunyai seseorang yang dapat

13

diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi

pengharapan positif individu kepada individu lain, penyemangat,

persetujuan, terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan perbandingan

positif seseorang dengan orang lain, misalnya orang yag kurang

mampu. Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan strategi

koping individu dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan

pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yang positif.

b. Dukungan Nyata

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti

pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata

(instrumental support material support), suatu kondisi dimana benda

atau jasa akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk di

dalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau

meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan

pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit

ataupun mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan

masalah. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu dan

mengurangi depresi individu. Pada dukungan nyata keluarga sebagai

sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.

c. Dukungan Informasi

Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung

jawab bersama, termasuk didalamnya memberikan solusi dan masalah,

memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa

yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi

14

dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya, dan

tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stressor. Individu yang

mengalami depresi dapat keluar dari masalah dan memecahkan

masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan menyediakan feed

back. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpunan

informasi dan pemberi informasi.

d. Dukungan Emosional

Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara

emosional, sedih, cemas, dan kehilangan harga diri. Jika depresi

mengurangi perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan dicintai.

Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman, merasa

dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam bentuk semangat,

empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya

merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan

tempat istirahat dan memberikan semangat.

C. Konsep Remaja

1. Definisi Remaja

Remaja (Adolesence) berasal dari kata latin adolescere (kata

bendanya, adolensecentia yang berarti remaja), yang berarti pula

tumbuh atau tmbuh menjadi dewasa. Masa remaja merupakan suatu

fase perkembangan antara masa kanak dan masa dewasa, berlangsung

antara usia 10-19 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal (10-

14 tahun), masa remaja penengahan (14-17 tahun) dan masa remaja

akhir (17-19 tahun), pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik

15

biologis psikologis maupun sosial, tetapi umumnya proses pematangan

fisik terjadi lebih cepat dari proses pematangan kejiwaan.

(http://perkembanganremaja.com) diakses pada Juli 2015.

Menurut Santrock (2003:26) adolescene diartikan sebagai masa

perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang

mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional. Batsan

usia remaja andalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentanf waktu usia

remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12-15 tahun = masa

remaja awal, 15-18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun

= masa remaja akhir. (http://bambang-rustanto.com/2014/05/konsep-

remaja.html) Diakses pada Juli 2015.

Periode remaja merupakan sebuah masa peralihan dari masa

kanak-kanak ke masa dewasa. Disatu sisi, mereka sudah terlepas dari

masa kanak-kanak namun belum bisa dikategorikan sebagai masa

dewasa. Dr. Zakiah Daradjat dalam Willis (2005: 23) mengungkapkan

sebagai berikut: “Remaja adalah usia transisi. Seorang individu, telah

meninggalkan usia kanak-kanak yang lemah dan ketergantungan, akan

tetapi belum mampu ke usia yang kuat dan penuh tanggung jawab, baik

terhadap dirinya maupun terhadap masyarakat. Banyaknya masa transisi

ini bergantung kepada keadaan dan tingkat sosial masyarakat dimana ia

hidup. Semakin maju masyarakat semakin panjang usia remaja. Karena

ia harus mempersiapkan diri untuk menyesuaikan diri dalam

masyarakat yang banyak syarat dan tuntutannya”.

16

(http://bambangrustanto.com/2014/05/konsep-remaja.html).

Diakses pada Juli 2015.

2. Aspek-Aspek Perubahan Pada Remaja

Dua aspek pokok dalam perubahan pada remaja menurut (Notoatmodjo,

2007 : 263) yaitu :

a. Perubahan fisik

Masa remaja diawali dengan pertumbuhan yag sangat cepat dan

biasanya disebut pubertas. Dengan adanya perubahan yang cepat itu

terjadilah perubahan fisik yang dapat diamati seperti pertambahan

tinggi dan berat badan pada remaja atau biasa disebut

“Pertumbuhan” dan kematangan seksual sebagai hasil dari

perubahan hormonal. Masa remaja merupakan masa transmisis

antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa transisi seringkali

menghadapi individu yang bersangkutan pada situasi yang

membingungkan, disatu pihak ia masih kanak-kanak dan dilain

pihak ia harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi-situasi

yang menimbulkan konflik itu sering menyebabkan banyak tingkah

laku yang aneh, canggung, dan kalau tidak dikontrol bisa

menimbulkan kenakalan. Kematangan seksual remaja ditandai

dengan keluarnya air mani pertama pada laki-laki, sedangkan pada

remaja wanita mengalami menstruasi pertama.

17

b. Status Kesehatan Remaja

Seorang remaja sering kali megalami kesulitan dan tidak mampu

untuk menghadapi masalah-masalah perubahan-perubahan

fisiologis, psikologis maupun psikososial dengan baik. Adakalanya,

bagi remaja yang tidak memperoleh bimbingan dari orang tua, guru

atau pihak yang lebih profesional, maka akan menemui hambatan.

c. Masalah-masalah yang dihadapi remaja antara lain:

1) Depresi.

2) Kegemukan (obesitas).

3) Kebutuhan nutrisi dan gangguan pola makan.

B. Konsep Merokok

1. Definisi Rokok

Rokok merupakan suatu benda yang tentu saja tidak asing bagi kita,

merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas di

masyarakat, bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan

dibuktikan banyak orang, salah satunya World Health Organization

(WHO) memperkirakan ada satu milyar perokok di dunia, hampir 2 per-3

nya ada di 10 negara, dan Indonesia ada di urutan ke-3, setengah dari

jumlah tersebut akan mati karena rokok (Habib Shaleh, 2008).

2. Kandungan Rokok

Beberapa zat yang berbahaya di dalam rokok adalah nikotin, karbon

monoksida, dan tar :

18

a. Nikotin

Nikotin merupakan salah satu jenis obat perangsang yang dapat

merusak jantung dan sirkulasi darah dengan adanya penyempitan

pembuluh darah, peningkatan denyut jantung, pengerasan pembuluh

darah dan pengumpulan darah. Akibat paling buruk dari nikotin adalah

membuat pemakaiannya kecanduan (Kementerian Kesehatan RI,

2010).

Secara perlahan, nikotin akan mengakibatkan perubahan pada

sel-sel otak perokok yang menyebabkan seseorang merasa perlu

merokok lebih banyak untuk mengatasi gejala-gejala ketagihan. Secara

cepat, nikotin masuk ke dalam otak saat seseorang merokok. Kadar

nikotin yang dihisap akan menyebabkan kematian, apabila kadarnya

lebih dari 30 mg. Setiap batang rokok rata-rata mengandung nikotin

0,1-1,2 mg nikotin. Dari jumlah tersebut, kadar nikotin yang masuk ke

dalam peredaran darah dalam 25%. Namun, jumlah yang kecil itu

mampu mencapai otak dalam waktu 15 detik. (Asril, Repulika, 2003,

dalam Liza Ellizabet 2010:30).

b. Karbon Monoksida

Karbon monoksida merupakan gas beracun yang dapat

mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen.

Gas CO yang dihisap menurunkan kapasitas sel darah merah untuk

mengangkut oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan mati. Ditubuh

perokok, tempat untuk oksigen diduduki oleh CO, karena kemampuan

darah 200 kali lebih besar untuk mengikat CO ketimbang oksigen.

19

Akibatnya otak, jantung dan organ-organ vital tubuh lainnya akan

kekurangan oksigen (Kementerian Kesehatan RI, 2010:2). Serta hal

tersebut akan berbahaya bagi orang yang menderita penyakit jantung

dan paru-paru, karena akan mengalami sesak nafas ataupun nafas

pendek dan menurunkan stamina. Karbon monoksida juga merusak

lapisan pembuluh darah dan menaikkan kadar lemak pada dinding

pembuluh darah yang dapat menyebabkan penyumbatan (Lisa

Ellizabet, 2010 : 30).

c. Tar

Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok

dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah

dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat

pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Akibat negatif

lainnya yaitu menyebabkan gigi, jari, dan kuku perokok menjadi

kuning kehitam-hitaman. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg

per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg.

Tar mengandung bahan kimia beracun yang mengakibatkan

kerusakan sel paru-paru dan menyebabkan kanker. Partikel tar dalam

asap rokok akan mengendap pada lendir yang berada dalam waktu

lama di saluran nafas. Rangsangan terus-menerus (kronis) dari tar

terhadap dinding saluran pernapasan akan mengubah bentuk sel paru-

paru, dimulai dengan pra kanker yang lambat laun menjadi kanker

paru-paru (Kementerian Kesehatan RI, 2010:1).

20

3. Jenis-Jenis Rokok

Beberapa jenis rokok, yaitu berdasarkan bahan pembungkus,

berdasarkan bahan baku atau isi, berdasarkan proses pembuatannya,

berdasarkan penggunaan filter (Lisa Ellisabet, 2010 : 12-15).

a. Rokok Berdasarkan Bahan Pembungkus

1) Kawung adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun

aren.

2) Sigaret adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.

3) Cerutu adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun

tembakau.

b. Rokok Berdasarkan Bahan Baku atau Isi

1) Rokok putih yaitu rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun

tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma

tertentu.

2) Rokok kretek yaitu rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun

tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek

rasa dan aroma tertentu

3) Rokok klembak yaitu rokok yang bahan baku atau isinya berupa

daun tembaku, cengkeh, dan menyan yang diberi saus untuk

mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

c. Rokok Berdasarkan Proses Pembuatannya

1) Sigaret Kretek Tangan (SKT) adalah rokok yang proses

pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan

menggunakan tangan ataupun alat bantu sederhana.

21

2) Sigaret Kretek Mesin (SKM) adalah rokok yang proses

pembuatannya menggunakan mesin. Caranya, material rokok

dimasukkan ke dalam mesin pembuat rokok. Keluaran yang

dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan. Saat ini,

mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar

enam ribu sampai delapan ribu batang rokok per menit.

d. Rokok Berdasarkan Penggunaan Filter

1) Rokok Filter (RF) adalah rokok yang pada bagian pangkalnya

terdapat gabus.

2) Rokok Non Filter (RNF) adalah rokok yang pada bagian

pangkalnya tidak terdapat gabus.

4. Tipe-Tipe Perokok

Secara umum, tipe perokok dibagi menjadi dua, yaitu perokok aktif

dan perokok pasif (Lisa Ellisabet, 2010 : 49).

a. Perokok Aktif (Active Smoker)

Perokok aktif adalah seseorang yang benar-benar memiliki

kebiasaan merokok. Merokok sudah menjadi bagian hidupnya,

sehingga rasanya tak enak bila sehari saja tidak merokok. Oleh karena

itu, perokok akan melakukan apapun demi mendapatkan rokok.

b. Perokok Pasif (Pasive Smoker)

Perokok pasif adalah seseorang yang tidak memiliki kebiasaan

merokok, namun terpaksa menghisap asap rokok yang dihembuskan

oleh orang lain yang kebetulan ada didekatnya. Dalam keseharian, tak

berniat dan memiliki kebiasaan merokok. Meskipun perokok aktif

22

tidak merokok, tetapi perokok pasif memiliki resiko yang sama dengan

perokok aktif dalam hal terkena penyakit yang disebabkan oleh rokok.

5. Bahaya Rokok Bagi Kesehatan

a. Bahaya bagi Perokok Aktif

1) Penyakit Paru-paru

Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi

saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel

mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mukus bertambah

banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang

ringan dan penyempitan akibat bertambanya sel dan penumpukan

lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel

radang dan kerusakan alveoli. Karena terjadinya perubahan

anatomi saluran napas, perokok akan mengalami perubahan pada

fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini

menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru-paru

menahun (PPOM). (Lisa Ellisabet, 2010 : 108).

2) Penyakit Jantung Koroner

Pengaruh utama pada penyakit jantung disebabkan oleh dua

bahan kimia yang ada dalam rokok, yakni nikotin dan karbon

monoksida. Nikotin dapat mengganggu irama jantung berkurang

lantaran berikatan dengan Hb darah. Inilah yang menyebabkan

gangguan pada jantung, termasuk timbul Penyakit Jantung Koroner

(PJK). (Lisa Ellisabet, 2010 : 109-110).

23

3) Mengancam Kehamilan

Disamping meningkatnya resiko kanker leher rahim dan

rahim, perokok menimbulkan masalah kesuburan pada wanita dan

komplikasi selama kehamilan dan melahirkan. Merokok selama

kehamilan meningkatkan resiko bayi dengan berat badan rendah

(BBLR), kecacatan, keguguran, bahkan bayi meninggal saat

dilahirkan (Lisa Ellisabet, 2010 : 112).

4) Impotensi

Nikotin yang beredar melalui darah akan dibawa keseluruh

tubuh, termasuk organ reproduksi. Zat ini akan mengganggu proses

spermatogenesis sehingga kualitas sperma menjadi buruk. Selain

merusak sperma, khususnya gangguan disfungsi ereksi (Lisa

Ellisabet, 2010 : 111).

b. Bahaya bagi Perokok Pasif

Setiap perokok pasif pada umumnya akan mengalami gejala-

gejala sebagai berikut : susah bernafas, mual, tidak mampu

berkonsentrasi, pusing, mata dan hidung yang tidak berfungsi dengan

baik, rentan terhadap penyakit radang paru-paru. biasanya gangguan

pernafasan pada anak disebabkan karena mereka tertular batuk kering

dari orang tuanya yang timbul karena kebiasaan merokok orang tuanya

(Aiman Husaini, 2006 : 105).

Asap rokok yang dihasilkan secara langsung dari pembakaran

rokok maupun hembusan perokok dapat memperlambat pertumbuhan

dan fungsi paru-paru pada masa kanak-kanak, serta meningkatkan

24

resiko penyakit saluran pernapasan. Paparan asap rokok orang lain

memperburuk asma yang sudah ada sebelumnya dan menyebabkan

gejala asma kasus baru pada anak-anak dan orang dewasa (Lisa

Ellisabet, 2010 : 117-118).

6. Dampak Positif Merokok

Menurut Lisa Ellisabet (2010:89) berbagai dampak positif merokok

yaitu:

a. Merokok terlihat maco atau seksi.

b. Merokok dapat meningkatkan daya konsentrasi berfikir.

c. Merokok dapat meredakan ketegangan.

d. Merokok dapat memperbaiki mood.

e. Merokok dapat meningkatkan kepercayaan diri.

25

C. Kerangka Konsep

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak Diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Gambaran Pengetahuan

Remaja di Lingkungan

Keluarga Tentang Bahaya

Merokok Pengetahuan :

Baik 76% - 100%

Cukup 56% - 75%

Kurang <56%

Remaja

yang

Merokok

Tahu (Know)

Pengertian rokok

Bahaya merokok remaja

di keluarga

Dampak perilaku

merokok

Faktor- faktor yang

mempengaruhi pengetahuan

:

Umur

Intelegensi

Lingkungan

Tingkat pendidikan

Sumber informasi

Memahami

(Comprehension)

Aplikasi (Applivation)

Analisis (Analysis)

Sintesis (Synthesis)

Evaluasi (Evaluation)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian

yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman / penuntun peneliti pada

seluruh proses penelitian (Nursalam, 2003 : 81). Desain penelitian deskripsi,

yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk

membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan obyek.

(Notoatmodjo, 2005 : 138).

Pada penelitian ini, menggunakan desain deskripsi yang

menggambarkan pengetahuan remaja di keluarga tentang bahaya merokok.

B. Waktu Dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Agustus 2015

2. Tempat

Penelitian dilakukan di Desa Gebangkerep, Kecamatan Baron, Kabupaten

Nganjuk

C. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian ini merupakan bagan kerja rancangan kegiatan

penelitian yang akan diteliti. Kerangka penelitian meliputi populasi, sampel,

teknik sampling penelitian, teknik pengumpulan data, analisa data (Aziz,

Alimul, 2007: 31).

26

27

Gambar 2.2. Kerangka Penelitian

D. Populasi, Sampel Dan Sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. (Sugiyono, 2006 :215).

Populasi dalam penelitian ini di Ds. Gebangkerep, Kec. Baron,

Kab. Nganjuk yang berjumlah 10

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. (Soekidjo N, 2005 : 79)

Populasi

Remaja merokok di wilayah Desa Gebangkerep,

Kecamatan Baron, Kabupaten Nganjuk

Penentuan Sampel

Pengumpulan Data :

Kuesioner pengetahuan

Analisa Data : Tabulasi Data

Penyajian Hasil

28

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah Desa

Gebangkerep, Kecamatan Baron, Kabupaten Nganjuk yang berjumlah 10

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian

dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti.

(Nursalam, 2003 :96). Adapun kriteria Inklusi dalam penelitian ini

adalah:

1) Dapat berkomunikasi secara verbal dan non verbal dengan baik.

2) Bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

3) Tidak buta huruf.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria Eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena sebagai

sebab. (Nursalam, 2003 :97). Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini

adalah:

1) Tidak dapat berkomunikasi secara verbal dan non verbal dengan

baik.

2) Menolak dilibatkan dalam penelitian.

3) Sampel buta huruf.

3. Sampling

Sampling adalah suatu tehnik penetapan sampel dengan cara

memilih sampel diantara populasi, sesui dengan yang dikehendaki peneliti

(tujuan/ masalah dalam penelitian). (Nursalam, 2003 :97)

29

Dalam penelitian ini, tehnik sampling yang digunakan adalah

accident sampling yaitu suatu tehnik penetapan sampel dengan mengambil

kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia. (Soekidjo N,

2005 :89)

B. Identifikasi Variabel

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep

pengertian tertentu ( Soekidjo N, 2005 :70).

Dalam penelitian ini variabelnya adalah pengetahuan keluarga tentang

bahaya merokok.

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Gambaran Pengetahuan Remaja di Keluarga Tentang Bahaya Merokok

VariabelDefinisi

OperasionalParameter

Alat Ukur

Skala Pengukuran

Skor/ Kriteria Pengukuran

Pengetahuan

remaja di

keluarga

tentang

bahaya

merokok

Pengetahuan

remaja di

keluarga yang

meliputi

domain: tahu

(Know) pada

pengertian dan

bahaya

merokok bagi

remaja

dikeluarga

a) Pengertian

b) Bahaya

merokok

untuk

remaja di

keluarga

c) dampak

perilaku

merokok

K

U

E

S

I

O

N

E

R

O

R

D

I

N

A

L

a) Skor 1 untuk

jawaban yang

benar

b) Skor 0 untuk

jawaban yang

salah

Kriteria Pengukuran:

1) Baik 76% -100%

2) Cukup 56%-100%

3) Kurang: <56%

30

D. Pengumpulan Dan Analisa Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2002:5). Dalam penelitian ini dilakukan

dengan kuesioner dengan mengolah data primer. Dalam kuesioner tersebut

terdapat 10 pertanyaan tentang pengertian rokok, bahan kimia yang

terkandung dalam rokok, dampak perilaku merokok.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek

dan proses pengumpilan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2003 : 115).

Proses pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a. Mengadakan pendekatan kepada calon responden.

b. Memberikan penjelasan kepada calon responden tentang apa yang akan

dilakukan.

c. Mempersilahkan calon responden untuk mengisi lembar persetujuan

menjadi responden.

d. Mempersilahkan responden untuk memilih jawaban yang dianggap

benar.

3. Analisa Data

a. Editing

Mengkaji atau meneliti kembali data yang telah terkumpul, apakah

sudah baik dan sudah dipersiapkan untuk proses berikutnya, meliputi

lagkah berikut :

31

1) Mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi.

2) Mengecek kelengkapan data, apabila ternyata ada kekurangan isi

atau halaman, maka perlu dikembalikan atau diulang ke kancah.

3) Mengecek macam isian data, jika didalam instrument termuat

sebuah atau beberapa item yang diisi “tidak tahu” atau isian lain

bukan yang dikehendaki peneliti, padahal isian yang diharapkan

tersebut merupakan variable pokok, maka item ini perlu didrop

(Arikunto, 2006 : 235).

b. Tabulasi

Kegiatan yag dilakukan pada tahap ini adalah :

1) Memberikan kode pada item-item yang perlu diberi skor sesuai

dengan definisi operasional.

2) Memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu diberi

skor sesuai dengan definisi operasional.

3) Mengubah jenis data bila diperlukan, sesuai atau dimodifikasi

dengan teknik analisis yang digunakan.

Data yang terkumpul melalui kuesioner kemudian dilakukan

pengolahan data sebagai berikut. Dari pertanyaan yang ada dalam kuesioner

diberikan Skor 1 apabila jawaban Benar, dan Skor 0 untuk jawaban yang

Salah. Kemudian seluruh jawaban dari responden masing-masing dihitung

dengan menggunakan Rumus :

Keterangan :

N = Nilai yang diperoleh

32

∑x = Nilai yang didapat dari responden

y = Skor tinggi maksimal

Dari hasil pengolahan data di atas, kemudian data diinterprestasikan ke

dalam skala kualitatif sebagai berikut:

1. Pengetahuan yang Baik : 76% - 100%

2. Pengetahuan Cukup : 56% -75%

3. Pengetahuan Kurang : <56%

E. Alat Ukur

Alat ukur yang dipergunakan dalam penelitian adalah berupa

kuesioner tertutup (close ended item), yaitu suatu bentuk daftar pertanyaan,

dimana jawabannya telah disediakan (Soekidjo N, 2005 : 113).

Pada penelitian ini menggunakan kuesioner.

F. Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam

penelitian berhubungan langsung dengan manusia maka segi etika penelitian

harus diperhatikan (Azis, Alimul, 2007:39). Setelah mendapatkan

persetujuan, maka peneliti mulai melakukan penelitian sesuai dengan etika

penelitian yang meliputi:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Yaitu penelitian perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk

mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian

serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan

untuk berpartisipasi dalam penelitian (autonomy).

33

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for

privacy and confidentiality).

Penelitian tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas

baik nama maupun alamat asal subyek dan kuesioner untuk menjaga

anonimitas dan kerahasiaan identitas subyek. Peneliti dapat menggunakan

kode sebagai pengganti identitas subyek.

3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness).

Penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional,

berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan,

keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius

subyek penelitian.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits).

Melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian untuk

mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek

penelitian, serta meminimalkan dampak yang merugikan bagi subyek

peneliti (Irman S, 2007).