View
467
Download
4
Category
Preview:
Citation preview
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
1/62
1
LAPORAN PENDAHULUAN
DEPARTEMEN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA POST PARTUM
PATOLOGIS DI RUANG 8 RSUD DR. SAIFUL ANWAR
MALANG
Oleh :
Desak Gede Prema Wahini
105070201131010
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
2/62
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
3/62
3
POST PARTUM
1. Definisi PostPartum
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009).
Masa nifas adalah masa pulih kembali dimulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, lamanya 6-8 minggu
(Mochtar, 1998).
Masa puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai, dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Wiknjosastro, 2002).
Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami
banyak perubahan, baik secara fisik maupu psikologis sebenarnya sebagian
besar bersifat fisiologis, namun tidak menutup kemungkinan akan terjadi
keadaan patologis.
Masa nifas dibagi dalam 3 periode:
a. Early post partum
Dalam 24 jam pertama.
b. Immediate post partum
Minggu pertama post partum.
c. Late post partum
Minggu kedua sampai dengan minggu keenam.
2. Adaptasi PostPartum
Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat
fisiologis yang meliputi perubahan fisik dan psikologis, yaitu:
Adaptasi Fisik
Sistem Reproduksi
a. Uterus
- Involusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta
keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Dalam waktu 12 jam,
tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm diatas umbilicus. Dalam
beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
4/62
4
cepat. Fundus turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari
pascapartum ke enam fundus normal akan berada dipertengahan
antara umbilicus dan simpisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada
abdomen pada hari ke-9 pascapartum.
- Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah
bayi lahir, diduga terjadi sebagai respons terhadap penurunan volume
intrauterine yang sangat besar. Hemostasis pascapartum dicapai
terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan
oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormone oksitosin
yang dilepas kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi
uterus, mengkompresi pembuluh darah, dan membantu hemostasis.
- Afterpains
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada
umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering
dialami multipara dan bisa menimbulkan nyeri yang bertahan
sepanjang awal puerperium.
Tinggi Fundus Uterus dan Berat Uterus menurut Masa Involusi (Saleha,
2009)
Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat, 2 jari di bawah pusat 1000 gram
1 Minggu Pertengahan pusat simfisis 750 gram
2 Minggu Tidak teraba di atas simfisis 500 gram
6 Minggu Bertambah kecil 50 gram
8 Minggu Normal 30 gram
b. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
selama masa nifas. Lochea dibagi dalam beberapa jenis yaitu:
- Lochea rubra (cruentra): lochea yang terdiri dari darah segar dan sisa-
sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa,lanugo, dan
mekoneum selama 2 hari pasca persalinan.
- Lochea sanguinolenta: lochea yang berwarna merah kuning berisi
darah dan lendir, pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
5/62
5
- Lochea serosa: lochea yang berwarna kuning, cairan tidak berdarah
lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan. Lochea serosa mengandung
terutama cairan serum, jaringan desidua, leukosit.
- Lochea alba: lochea yang berupa cairan putih terdiri atas leukosit dan
sel-sel desidua, setelah 2 minggu.
- Lochea purulenta: apabila terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
c. Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan 18 jam pasca
partum, servik memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan
kembali ke bentuk semula, muara serviks yang berdilatasi 10 cm sewaktu
melahirkan, menutup secara bertahap. Setelah persalinan bentuk serviks
agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman,
konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil.
Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim. Setelah 2 jam
dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui oleh 1 jari.
d. Ligamen-ligamen
Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi ciut dan
pulih kembali.
e. Vagina
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke
ukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali
terlihat pada sekitar minggu ke-4, walaupun tidak akan semenonjol pada
wanita multipara
f. Perineum
Episiotomi : Penyembuhan dalam 2 minggu.
g. Payudara
Payudara mencapai maturasi yang penuh selama masa nifas kecuali jika
laktasi disupresi, payudara akan menjadi lebih besar, lebih kencang dan
mula mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status
hormonal serta dimulainya laktasi. Payudara membesar karena
vaskularisasi dan engorgement (bengkak karena peningkatan prolaktin
pada hari I-III). Pada payudara yang tidak disusui, engorgement akan
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
6/62
6
berkurang dalam 2-3 hari, puting mudah erektil bila dirangsang. Pada ibu
yang tidak menyusui akan mengecil pada 1-2 hari.
Sistem Endokrin
a. Hormon Plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-
hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan hormon human
placental lactogen (hPL), estrogen, dan kortisol, serta placental enzyme
insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula
darah menurun secara bermakna pada masa puerperium. Kadar
estrogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta
keluar, kadar terendahnya dicapai kira-kira satu minggu post partum.
b. Hormon hipofisis dan fungsi ovarium
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan
tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita
menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Pada wanita
tidak menyusui, ovulasi terjadi dini, yakni dalam 27 hari setelah
melahirkan, dengan waktu rata-rata 70 sampai 75 hari. Pada wanita
menyusui, waktu rata-rata terjadinya ovulasi sekitar 190 hari.
Sistem Urinarius
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat
spasme (kontraksi otot yang mendadak diluar kemaluan) sfingter dan edema
leher buli buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin
dan tulang pubis selama persalinan. Urin dalam jumlah yang besar akan
dihasilkan dalam waktu 12 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta
dilahirkan, kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akan
mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis.
Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
Sistem Digestivus
Kelebihan analgesia dan anestesi bisa memperlambat pengembalian tonus
dan motilitas keadaan normal. Buang air besar secara spontan bisa tertunda
selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa
disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
7/62
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
8/62
8
Sistem Integumen
Kloasma yang muncul pada masa kehamilan biasanya menghilang saat
kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi diareola dan linea nigra tidak menghilang
seluruhnya. Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha dan
panggul mungkin memudar tapi tidak hilang seluruhnya.
Sistem Neurologi
Sakit kepala (headaches) saat Post Partum dapat disebabkan oleh beberapa
hal, seperti : preeklamsi (PIH), stress, kehilangan cairan serebrospinal saat
dilakukan spinal anesthesi. Tergantung pada penyebab dan tindakan, sakit
kepala akan berkurang pada hari ke 1-3 Post Partum sampai beberapa
minggu.
Sistem Hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma,
serta faktor-faktor pembekuan darah semakin meningkat. Pada hari pertama
Post Partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikt menurun, tetapi darah
akan mengental sehingga menigkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis
yang meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000
selama proses persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari Post Partum.
Adaptasi Psikolog is
Reva Rubin (1961) membagi menjadi 3 fase :
- Fase taking in yaitu fase ketergantungan, hari pertama sampai dengan
hari ketiga post partum, fokus pada diri sendiri, berperilaku pasif dan
ketergantungan, menyatakan ingin makan dan tidur, sulit membuat
keputusan.
- Fase taking hold yaitu fase transisi dari ketergantungan kemandiri, dari
ketiga sampai dengan kesepuluh post partum, fokus sudah ke bayi,
mandiri dalam perawatan diri, mulai memperhatikan fungsi tubuh sendiri
dan bayi, mulai terbuka dalam menerima pendidikan kesehatan.
- Fase letting go yaitu fase dimana sudah mengambil tanggung jawab
peran yang baru, hari kesepuluh sampai dengan enam minggu post
partum, ibu sudah melaksanakan fungsinya, ayah berperan sebagai
ayah dan berinteraksi dengan bay
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
9/62
9
3. Pathway Post Partum
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
10/62
10
PERDARAHANPOST PARTUM
1. Definisi Perdarahan Post Partum
Perdarahan post partum (PPP) adalah perdarahan setelah bayi lahir (Kala
IV) sebelum atau pada saat setelah plasenta lahir, dengan jumlah lebih bari
500 ml (Saleha, 2009).
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam
massa 24 jam setelah anak lahir (Mochtar, 1998).
Perdarahan post partum adalah perdarahan yang melebihi 500 ml setelah
bayi lahir. Perdarahan masif dapat berasal dari tempat implantasi plasenta,
robekan jalan lahir, dan jaringan sekitarnya (Prawirohardjo, 2008).
Perdarahan post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
- Perdarahan paska persalinan dini/ early HPP/ primary HPP adalah
perdarahan berlebihan ( 600 ml atau lebih ) dari saluran genitalia yang
terjadi dalam 12 - 24 jam pertama setelah melahirkan.
- Perdarahan paska persalinan lambat / late HPP/ secondary HPP adalah
perdarahan yang terjadi antara hari kedua sampai enam minggu paska
persalinan.
2. Epidemiologi Perdarahan Post Partum
Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menyebutkan
bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2007 sebesar 228 per 10.000
kelahiran hidup. Angka kematian ibu ini turun bila dibandingkan pada tahun
2002 yang meiputi 307 per 10.000 kelahiran hidup (Kusumobroto et al, 2008).
Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), penyebab kematian ibu
disebabkan oleh perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%, komplikasi
masa nifas 8%, abortus 5%, emboli obstetri 3%, dan lain-lain (Depkes RI,
2007).
3. Etiologi dan Faktor Risiko Perdarahan Post Partum
Berdasarkan penyebabnya : Atonia uteri (50-60%), Retensio plasenta (16-
17%), Sisa plasenta (23-24%), Laserasi jalan lahir (4-5%), Kelainan darah
(0,5-0,8%)
Penyebab perdarahan dibagi dua sesuai dengan jenis perdarahan yaitu :
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
11/62
11
Penyebab perdarahan paska persalinan dini :
- Perlukaan jalan lahir : ruptur uteri, robekan serviks, vagina dan
perineum, luka episiotomi.
- Perdarahan pada tempat menempelnya plasenta karena : atonia
uteri, retensi plasenta, Prolaps Uteri.
- Gangguan mekanisme pembekuan darah.
Penyebab perdarahan paska persalinan terlambat: biasanya
disebabkan oleh sisa plasenta atau bekuan darah, infeksi akibat retensi
produk pembuangan dalam uterus sehingga terjadi sub involusi uterus.
Beberapa kondisi selama hamil dan bersalin dapat merupakan faktor
predisposisi terjadinya perdarahan paska persalinan, keadaan tersebut
ditambah lagi dengan tidak maksimalnya kondisi kesehatannya dan nutrisi
ibu selama hamil. Oleh karena itu faktor-faktor haruslah diketahui sejak awal
dan diantisipasi pada waktu persalinan :
-Trauma persalinan
Setiap tindakan yang akan dilakukan selama proses persalianan harus
diikuti dengan pemeriksaan jalan lahir agar diketahui adanya robekan
pada jalan lahir dan segera dilakukan penjahitan dengan benar.
-Kontraksi Uterus
Pada kasus yang diduga berisiko tinggi terjadinya atonia uteri harus
diantisipasi dengan pemasangan infus. Demikian juga harus disiapkan
obat uterotonika serta pertolongan persalinan kala III dengan baik dan
benar.
-Jumlah darah sedikit
Keadaan ini perlu dipertimbangkan pada kasus keadaan umum buruk,
hipertensi saat hamil, pre eklampsia dan eklamsia.
-Kelainan pembekuan darah
Meskipun jarang tetapi bila terjadi sering berakibat fatal, sehingga perlu
diantisipasi dengan hati-hati dan seksama.
4. Patofisiologi Perdarahan Post Partum
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus terus melebar untuk
meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus
menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
12/62
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
13/62
13
5. Manifestasi KlinisPerdarahan Post Partum
Gejala dan tanda Penyulit Diagnosa
penyebab
Uterus tidak berkontraksi
dan lembek, Perdarahan
segera setelah bayi lahir
Syok, Bekuan darah pada
serviks atau pada posisi
terlentang akan menghambat
aliran darah keluar
Atonia uteri
Darah segar mengalirsegera setelah anak lahir,
Uterus berkontraksi dan
keras, Plasenta lengkap
Pucat, Lemah, Mengigil Robekan/Laserasi jalan
lahir
Plasenta belum lahir
setelah 30 menit,
Perdarahan segera, uterus
berkontraksi dan keras
Tali pusat putus akibat traksi
berlebihan, Prolaps Uteri
akibat tarikan, Perdarahan
lanjutan
Retensio
plasenta
Plasenta atau sebagian Uterus berkontraksi tetapi Tertinggalnya
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
14/62
14
selaput tidak lengkap,
Perdarahan segera
tinggi fundus uteri tidak
berkurang
sebagian
plasenta
Uterus tidak teraba, Lumen
vagina terisi massa,
Tampak tali pusat (bila
plasenta belum lahir),
Perdarahan segera, Nyeri
sedikit/berat
Neurogenik syok, Pucat dan
limbung
Prolaps Uteri
6. Pemeriksaan Diagnostik Perdarahan Post Partum
- Palpasi uterus: bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
- Memeriksa plasenta dan ketuban: lengkap atau tidak
- Eksplorasi kavum uteri: untuk mencari sisa plasenta dan ketuban,
robekan rahim, dan plasenta succenturiata
- Inspekulo: melihat robekan pada serviks, vagina, dan vaskular yang
pecah
- Pemeriksaan laboratorium: waktu perdarahan, hemoglobin, clot
observation test.
7. PenatalaksanaanPerdarahan Post Partum
a. Ketahui secara pasti kondisi ibu bersalin sejak awal
b. Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman
c. Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat
d. Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila
dihadapkan dengan masalah dan komplikasi
e. Atasi syok jika terjadi syok
f. Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukan
pijatan uterus, beri uterotonika 10 IV dilanjutkan infus 20 ml dalam 500
cc NS/RL dengan tetesan 40 tetes/menit).
g. Pastikan plasenta telah lahir lengkap dan eksplorasi kemungkinan
robekan jalan lahir
h. Bila perdarahan tidak berlangsung, lakukan uji bekuan darah.
i. Pasang kateter tetap dan pantau cairan keluar masuk
j. Lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama paska persalinan dan
lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya.
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
15/62
15
ATONIA UTERI
1. Definisi Atonia Uteri
Atonia Uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Prawirohardjo, 2008).
Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam
15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir (Bobak,
2004).
2. Etiologi Atonia Uteri
- Disfungsi uterus : atonia uteri primer merupakan disfungsi intrinsik uterus.
- Penatalaksanaan yang salah pada plasenta, mencoba mempercepat kala
III, dorongan dan pemijatan uterus mengganggu mekanisme fisiologis
pelepasan plasenta dan dapat menyebabkan pemisahan sebagian
plasenta yang mengakibatkan perdrahan.
- Anestesi yang dalam & lama menyebabkan terjadinya relaksasi
miometrium yang berlebihan, kegagalan kontraksi dan retraksi
menyebabkan atonia uteri dan perdarahan Post Partum.
- Over distensi uterus : uterus yang mengalami distensi secara berlebihan
akibat keadaan bayi yang besar, kehamilan kembar, hidramion,
cenderung mempunyai daya kontraksi yang jelek.
- Kelemahan akibat partus lama : bukan hanya rahim yang lemah,
cenderung berkontraksi lemah setelah melahirkan, tetapi juga ibu yang
keletihan kurang bertahan terhadap kehilangandarah.
- Multi paritas : uterus yang lemah banyak melahirkan anak cenderung
bekerja tidak efisien dalam semua kala persalinan.
- Mioma uteri : dapat menimbulkan perdarahan dengan mengganggu
kontraksi dan retraksi uteri.
3. Patofisiologis Atonia Uteri
Perdarahan Post Partum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serat-serat
miometrium terutama yang berada disekitar pembuluh darah yang mensuplai
darah pada tempat implantasi plasenta. Pada dasarnya perdarahan terjadi
karena pembuluh darah didalam uterus masih terbuka. Pelepasan plasenta
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
16/62
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
17/62
17
6. Penatalaksanaan Atonia Uteri
- Kenali dan tegakkan kerja atonia uteri
- Sambil melakukan pemasangan infus dan pemberian uterotonika
(oksitosin dan turunan ergot), lakukan masase fundus uteri dan
merangsang puting susu.
- Pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak ada laserasi jalan lahir
- Berikan transfusi darah bila sangat diperlukan
- Lakukan uji beku darah untuk konfirmasi sistem pembekuan darah
- Bila semua tindakan diatas telah dilakukan tetapi masih terjadi
perdarahan lakukan tindakan spesifik
Pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar:
Kompresi bimanual internal yaitu uterus ditekan diantara telapak
tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk
menjempit pembuluh darah didalam miometrium.
Kompresi bimanual eksternal yaitu menekan uterus melalui dinding
abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua belah telapak
tangan yang melingkupi uteus. Bila perdarahan berkurang kompresi
diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali berkontraksi
atau dibawa ke fasilitas kesehata rujukan.
Kompresi aorta abdominalis yaitu raba arteri femoralis dengan ujung
jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut genggam tangan kanan
kemudian tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus dengan
sumbu badan, hingga mencapai kolumna vertebralis, penekanan
yang tepat akan menghetikan atau mengurangi, denyut arteri
femoralis.
Pada rumah sakit rujukan
Ligasi arteri uterina dan ovarika
Histerektomi
Teknik KBI Teknik KBE
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
18/62
18
Teknik KAA
Operatif
- Ligasi arteri Iliaka Interna
Identiffikasi bifurkasiol arteri iliaka, tempat ureter menyilang, untuk
melakukannya harus dilakukan insisi 5-8 cm pada peritoneum lateral
paralel dengan garis ureter. Setelah peritoneum dibuka, ureter ditarik
ke medial kemudian dilakukan ligasi arteri 2,5 cm distal bifurkasio
iliaka interna dan eksterna. Klem dilewatkan dibelakang arteri, dan
dengan menggunakan benang non absobable dilakukan dua ligasi
bebas berjarak 1,5-2 cm. Hindari trauma pada vena iliaka interna.
Identifikasi denyut arteri iliaka eksterna dan femoralis harus dilakukan
sebelum dan sesudah ligasi. Risiko ligasi arteri iliaka adalah trauma
vena iliaka yang dapat menyebabkan perdarahan.
- Teknik B-Lynch
Teknik B-Lynch dikenal juga dengan brace suture, ditemukan oleh
Christopher B Lynch 1997, sebagai tindakan operatif alternative untuk
mengatasi perdarahan pospartum akibat atonia uteri.
- Histerektomi
Histerektomi peripartum merupakan tindakan yang sering dilakukan
jika terjadi perdarahan pospartum masif yang membutuhkan tindakan
operatif. Insidensi mencapai 7-13 per 10.000 kelahiran, dan lebih
banyak terjadi pada persalinan abdominal dibandingkan vaginal.
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
19/62
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
20/62
20
2. Etiologi Retensio Plasenta
- Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks;
kelemahan dan tidak efektifnya kontraksi uterus; kontraksi yang tetanik dari
uterus; serta pembentukan constriction ring.
- Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta
previa; implantasi di cornu; dan adanya plasenta akreta.
- Kesalahan manajemen kala tiga persalinan , seperti manipulasi dari uterus
yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan
kontraksi yang tidak ritmik; pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya
yang juga dapat menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plasenta;
serta pemberian anestesi terutama yang melemahkan kontraksi uterus.
3. Patofisiologi Retensio Plasenta
Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif kala 3 bisa
disebabkan oleh adesi yang kuat antara plasenta dan uterus. Pada proses
kala 3 di dahului dengan tahap pelepasan atau separasi plasenta akan
ditandai dengan perdarahan pervaginam sampai akhirnya terjadi ekspulsi dan
plasenta lahir. Pada retensio plasenta, sepanjang plasenta belum terlepas,
maka tidak akan menimbulkan perdarahan. Namun jika sebagian plasenta
telah terlepas maka pembuluh darah tempat implantasi plasenta terbuka dan
menimbulkan perdarahan.
4. Manifestasi Klinis Retensio Plasenta
Gejala yang selalu ada : plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan
segera, kontraksi uterus baik.
Gejala yang kadangkadang timbul : tali pusat putus akibat raksi berlebihan,
inverse uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.
5. Pemeriksaan Diagnostik Retensio Plasenta
- Palpasi uterus: bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
- Memeriksa plasenta dan ketuban: lengkap atau tidak
- Eksplorasi kavum uteri: untuk mencari sisa plasenta dan ketuban,
robekan rahim, dan plasenta succenturiata
- Inspekulo: melihat robekan pada serviks, vagina, dan vaskular yang
pecah
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
21/62
21
6. Penatalaksanaan Retensio Plasenta
a. Retensio plasenta dengan separasi parsial
- Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan
yang akan diambil.
- Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengejan, bila ekspulsi
tidak terjadi cobakan traksi terkontrol tali pusat.
- Pasang infus oksitosin 20 unit/500 cc NS atau RL dengan tetesan
40/menit, bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400mg per rektal.
- Bila traksi terkontrol gagal melahirkan plasenta, lakukan manual
plasenta secara hati-hati dan halus.
- Restorasi cairan untuk mengatasi hipovolemia.
- Lakukan transfusi darah bila diperlukan.
- Berikan antibiotik profilaksis (ampicilin 2 gr IV/oral + metronidazole 1 g
supp/oral).
- Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, syok
neurogenik
b. Plasenta inkaserata
- Tentukan diagnosis kerja
- Siapkan peralatan dan bahan untuk menghilangkan kontriksi serviks
yang kuat, tetapi siapkan infus fluothane atau eter untuk menghilangkan
kontriksi serviks yang kuat, tetapi siapkan infus oksitosin 20 Untuk 500
NS atau RL untuk mengantisipasi gangguan kontraksi uterus yang
mungkin timbul.
- Bila bahan anestesi tidak tersedia tetapi serviks dapat dilalui oleh cunam
ovum lakukan manuver sekrup untuk melahirkan plasenta. Untuk
prosedur tersebut berikan analgesik (Tramadol 100 mg IV atau
Pethidine 50 mg IV) dan sedatif (Diazepam 5 mg IV) pada tabung suntik
yang terpisah
- Manuver Sekrup:
Pasang spekulum Sims sehingga ostium dan sebagian plasenta
tampak jelas.
Jepit porsio dengan klem ovum pada jam 12, 4 dan 8 dan lepaskan
spekulum
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
22/62
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
23/62
23
ROBEKAN JALAN LAHIR
1. Definisi Robekan Jalan Lahir
Robekan jalan lahir adalah robekan yang terjadi selama proses
persalinan. Biasanya akibat episiotomi, robekan spontanperineum, trauma
forseps atau vakum ekstraksi, atau karena versi ekstraksi. Robekan yang
terjadi bisa ringan (lecet, laserasi), luka episiotomi, robekan perineum spontan
derajat ringansampai ruptur perinei totalis, robekan pada dinding vagina,
forniks uteri, serviks, daerahsekitar klitoris, uretra, dan bahkan yang terberat
adalah ruptura uteri (Prawirohardjo, 2008).
Robekan Perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan
tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya
terjadi di garis tengan dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu
cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati
pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia
suboksipito bregmatika
Perinium merupakan kumpulan berbagai jaringan yang membentuk
perinium (Cunningham,1995). Terletak antara vulva dan anus, panjangnya
kira-kira 4 cm (Prawirohardjo, 1999). Jaringan yang terutama menopang
perinium adalah diafragma pelvis dan urogenital. Diafragma pelvis terdiri dari
muskulus levator ani dan muskulus koksigis di bagian posterior serta selubung
fasia dari otot-otot ini. Muskulus levator ani membentuk sabuk otot yang lebar
bermula dari permukaan posterior ramus phubis superior, dari permukaan
dalam spina ishiaka dan dari fasia obturatorius.
Derajat robekan perineum:
- Derajat I: Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum
- Derajat 2: Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot
perineum
- Derajat 3: Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot
perineum, otot sfingter ani
- Derajat 4: Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot
perineum, otot sfingter ani, dinding depan rectum
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
24/62
24
Robekan Dinding Vagina
Perlukaan vulva sering terjadi pada waktu persalinan. Jika diperiksa
dengancermat, akan sering terlihat robekan-robekan kecil pada labium minus,
vestibulum, ataubagian belakang vulva. Jika robekan atau lecet hanya kecil
dan tidak menimbulkanperdarahan banyak, tidak perlu dilakukan tindakan
apa-apa. Tetapi jika luka robek agakbesar dan banyak berdarah, lebih-lebih
jika robekan terjadi pada pembuluh darah didaerah klitoris, perlu dilakukan
penghentian perdarahan dan penjahitan luka robekan.Luka robekan dijahit
dengan catgut secara interuptus ataupun kontinu. Jika luka robekanterdapat di
sekitar orifisium uretra atau diduga mengenai vesika urinaria,
sebaiknyasebelum dilakukan penjahitan, dipasang dulu kateter tetap.
Robekan Serviks
Robekan kecil selalu terjadi dalam persalinan. Namun yang harus mendapat
perhatianadalah robekan yang dalam, yang kadang bisa sampai mencapai
forniks. Robekanbiasanya terdapat di pinggir samping serviks bahkan bisa
sampai ke segmen bawah rahimdan membuka parametrium. Robekan
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
25/62
25
demikian bisa membuka pembuluh darah besar danmenimbulkan perdarahan
yang hebat. Robekan seperti ini biasanya terjadi pada ekstraksiforsep dan
letak sungsang. Bila robekan ini tidak dijahit, selain menimbulkan
perdarahanhebat juga bisa dapat menyebabkan servisitis, parametritis, dan
mungkin juga terjadipembesaran karsinoma serviks.
2. Etiologi Robekan Jalan Lahir
Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, faktor janin,
dan faktor persalinan pervaginam. Diantara faktor-faktor tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut :
Faktor Ibu
- Paritas
Paritas menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai
batas viabilitas dan telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah anaknya
(Oxorn, 2003). Pada primipara robekan perineum hampir selalu terjadi
dan tidak jarang berulang pada persalinan berikutnya ( Sarwono, 2005 )
- Meneran
Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bila
pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu harus
didukung untuk meneran dengan benar pada saat ia merasakan
dorongan dan memang ingin mengejang (Jhonson, 2004).
Faktor Janin
- Berat Badan Bayi Baru Lahir
Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000 gram
(Rayburn, 2001). Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko
trauma persalinan melalui vagina seperti distosia bahu, kerusakan fleksus
brakialis, patah tulang klavikula, dan kerusakan jaringan lunak pada ibu
seperti laserasi jalan lahir dan robekan pada perineum (Rayburn, 2001).
- Presentasi
Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan sumbu
memanjang janin dengan sumbu memanjang panggul ibu (Dorland,1998).
Presentasi digunakan untuk menentukan bagian yang ada di bagian
bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan dalam.
Macam-macam presentasi dapat dibedakan menjadi presentasi muka,
presentasi dahi, dan presentasi bokong.
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
26/62
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
27/62
27
manual yang tepat dapat mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh
tubuh bayi untuk mencegah laserasi.
4. Patofisiologi Robekan Jalan Lahir
Trauma jalan lahir seperti episiotomi yang lebar, laserasi perineum, dan
robekan vagina serta serviks juga menyebabkan perdarahan karena
terbukanya pembuluh darah.
5. Manifestasi Klinis Robekan Jalan Lahir
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi
rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari
perlukaan jalan lahir (Depkes RI, 2004). Tanda-tanda yang mengancam
terjadinya robekan perineum antara lain :
- Kulit perineum mulai melebar dan tegang.
- Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap
- Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi robekan
pada mukosa vagina.
- Bila kulit perineum pada garis tengah mulai robek, di antara fourchette
dan sfingter ani.
6. Pemeriksaan Diagnostik Robekan Jalan Lahir
- Memeriksa plasenta dan ketuban: lengkap atau tidak
- Eksplorasi kavum uteri: untuk mencari sisa plasenta dan ketuban,
robekan rahim, dan plasenta succenturiata
- Inspekulo: melihat robekan pada serviks, vagina, dan vaskular yang
pecah
7. Penatalaksanaan Robekan Jalan Lahir
Ruptur peritonium dan robekan dinding vagina
- Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan sumber
perdarahan
- Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan antiseptik
- Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan
benang yang dapat diserap
- Lakukan penjahitan luka dari bagian yang paling distal
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
28/62
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
29/62
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
30/62
30
2. Etiologi Inversio Uteri
Ada beberapa faktor penyebab yang mendukung untuk terjadinya suatu
inversio uteri yaitu:
- Pengeluran plasenta secara manual
- Peningkatan tekanan intrabdominal, seperti batuk-batuk, bersin, mengejan
dan lain-lain.
- Kesalahan penanganan pada kala uri, yaitu penekanan fundus uteri yang
kurang tepat, Prasat Crede, penarikan tali pusat yang kuat, penggunaan
oksitosin yang kurang bijaksana
- Partus presipitatus
- Gemelli
- Abnormalitas uterus (Plasenta adhesive, Tali pusat pendek, Anomali
kongenital (uterus bikornus), Kelemahan dinding uterus, Implantasi
plasenta pada fundus uteri (75% dari inversio spontan), Riwayat inversio
uteri sebelumnya)
- Kondisi fungsional uterus (Relaksasi myometrium, Gangguan mekanisme
kontraksi uterus, Pemberian MgSO4,Atonia uteri)
3. Patofisiologi Inversio Uteri
Penyebab terjadinya inversio uteri belum dapat diketahui sepenuhnya
dengan pasti dan dianggap ada kaitannya dengan abnormalitas dari
miometrium. Inversio uteri sebagian dapat terjadi apontan dan lebih sering
terjadi karena prosedur tindakan persalinan dan kondisi ini tidak selalu dapat
dicegah.
Berdasarkan etiologinya inversio uteri dibagi menjadi dua, yaitu inversio
uteri nonobstetri dan inversio uteri puerperalis. Pada inversio uteri nonobstetri
biasanya diakibatkan oleh perlengketan mioma uteri submukosa yang terlahir,
polip endometrium dan sarkoma uteri. yang menarik fundus uteri ke arah
bawah yang dikombinasikan dengan kontraksi miometrium yang terus
menerus mencoba mengeluarkan mioma seperti benda asing.
Faktor-faktor predisposisi terjadinya inversio uteri pada yang berasal dari
kavum uteri antara lain; 1. Keluarnya tumor dari kavum uteri yang mendadak,
2. Dinding uterus yang tipis, 3. Dilatasi dari serviks uteri, 4. Ukuran tumor, 5.
Ketebalan tangkai dari tumor, 6. Lokasi tempat perlekatan tumor.
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
31/62
31
Pada inversio uteri purperalis dapat terjadi secara spontan, tetapi lebih
sering disebabkan oleh pertolongan persalinan yang kurang baik. Bila terjadi
spontan, lebih banyak didapatkan pada kasus-kasus primigravida terutama
yang mendapat MgSO4 IV untuk terapi PEB dan cenderung untuk berulang
pada kehamilan berikutnya. Hal ini kemungkinan berhubungan dengan
abnormalitas uterus atau kelainan kongenital uterus lain. Keadaan lain yang
dapat menyebabkan inversio uteri yaitu pada grandemultipara, atau pada
keadaan atonia uteri, kelemahan otot kandungan, atau karena tekanan intra
abdomen yang meningkat, misalnya ada batuk, mengejan ataupun dapat pula
terjadi karena tali pusat yang pendek. Pada kasus inversio uteri komplit
hampir selalu akibat konsekuensi dari tarikan tali pusat yang kuat dari
plasenta yang berimplantasi di fundus uteri.
Inversio uteri karena tindakan atau prosedur yang salah baik kala II
ataupun kala III sangat dominan disebabkan oleh faktor penolong (4/5 kasus).
Dibuktikan bahwa lebih banyak kasus didapatkan oleh tenaga tidak
terlatih/dukun beranak dan hampir tidak pernah oleh ahli kebidanan selama
prakteknya mendapatkan kasus inversio uteri. Harer dan Sharkly
mendapatkan 76% kasus disebabkan oleh teknik penanganan persalinan
yang salah.
4. Manifestasi Klinis Inversio Uteri
Inversio uteri sering kali tidak menampakkan gejala yang khas, sehingga
dignosis sering tidak dapat ditegakkan pada saat dini.Syok merupakan gejala
yang sering menyertai suatu inversio uteri. Syok atau gejala-gejala syok
terjadi tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang terjadi, oleh karena itu
sangat bijaksana bila syok yang terjadi setelah persalinan tidak disertai
dengan perdarahan yang berarti untuk memperkirakan suatu inversio
uteri.Syok dapat disebabkan karena nyeri hebat, akibat ligamentum yang
terjepit di dalam cincin serviks dan rangsangan serta tarikan pada peritoneum
atau akibat syok kardiovaskuler.6,14,29
Perdarahan tidak begitu jelas, kadang-kadang sedikit, tetapi dapat pula
terjadi perdarahan yang hebat, menyusul inversio uteri prolaps dimana bila
plasenta lepas atau telah lepas perdarahan tidak berhenti karena tidak ada
kontraksi uterus. Perdarahan tersebut dapat memperberat keadaan syok yang
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
32/62
32
telah ada sebelumnya, bahkan dapat menimbulkan kematian. Dilaporkan 90%
kematian terjadi dalam dua jam postpartum akibat perdarahan atau syok.
Pada pemeriksaan palpasi, didapatkan cekungan pada bagian fundus
uteri, bahkan kadang-kadang fundus uteri tidak dijumpai dimana seharusnya
fundus uteri dijumpai pada pemeriksaan tersebut. Pada pemeriksaan dalam
teraba tumor lunak di dalam atau di luar serviks atau di dalam rongga vagina,
pada keadaan yang berat (komplit) tampak tumor berwarna merah keabuan
yang kadang-kadang plasenta masih melekat dengan ostium tuba dan
endometrium berwarna merah muda dan kasar serta berdarah.
Tetapi hal ini dibedakan dengan tumor / mioma uteri submukosa yang
terlahir, pada mioma uteri yang terlahir, fundus uteri masih dapat diraba dan
berada pada tempatnya serta jarang sekali mioma submukosa ditemukan
pada kehamilan dan persalinan yang cukup bulan atau hampir cukup bulan.
Pada kasus inversio uteri yang kronis akan didapatkan gangren dan
strangulasi jaringan inversio oleh cincin serviks.
5. Pemeriksaan Diagnostik Inversio Uteri
Untuk menegakkan diagnosis inversio uteri didapatkan tanda-tanda
a. Pada penderita pasca persalinan ditemukan :
- Nyeri yang hebat
- Syok / tanda-tanda syok, dengan jumlah perdarahan yang tidak sesuai
- Perdarahan
- Nekrosis / gangren / strangulasi
b. Pada pemeriksaan dalam didapatkan :
- Bila inversio uteri ringan didapatkan fundus uteri cekung ke dalam
- Bila komplit, di atas simfisis uterus tidak teraba lagi, sementara di
dalam vagina teraba tumor lunak
- Kavum uteri tidak ada (terbalik)
6. Penatalaksanaan Inversio Uteri
Mengingat bahaya syok dan kematian maka pencegahan lebih diutamakan
pada persalinan serta menangani kasus secepat mungkin setelah diagnosis
ditegakkan.
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
33/62
33
Pencegahan
- Dalam memimpin persalinan harus dijaga kemungkinan timbulnya
inversio uteri, terutama pada wanita dengan predisposisinya.
- Jangan dilakukan tarikan pada tali pusat dan penekanan secara Crede
sebelum ada kontraksi.
- Penatalaksaan aktif kala III dapat menurunkan insiden Inversio Uteri.
- Tarikan pada tali pusat dilakukan bila benar-benar plasenta sudah lepas.
Pengobatan
- Perbaikan keadaan umum dan atasi komplikasi
- Reposisi
Pada kasus yang akut biasanya dicoba secara manual dan bila gagal
dilanjutkan metode operatif, sedangkan pada kasus yang subakut dan
kronis biasanya dilakukan reposisi dengan metode operatif. Reposisi
manual yaitu mendorong endometrium ke atas masuk kedalam vagina
dan terus melewati serviks samapai tangan masuk kedalam uterus pada
posisi normalnya. Reposisi manual dapat dilakukan dengan cara Jones,
Johnson, OSullivan.
- Operatif
Dilakukan bila karena jepitan serviks yang keras menyebabkan manuver
di atas tidak bisa dikerjakan, maka lakukan laporotomi untuk reposisi
dan kalau terpaksa dilakukan histerektomi bila uterus sudah mengalami
infeksi dan nekrosis. Metode operatif dibagi menjadi 2 yaitu
transabdominal (cara Huntington, Haulstain) dan transvaginal (cara
Spinelli, Kustner, Subtotal histerektomi)
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
34/62
34
ASUHAN KEPERAWATAN
PERDARAHAN POST PARTUM
A. Pengkajian
Keadaan Umum Ibu
- Jam pertama : tiap 15 menit, jam II tiap 30 menit
- 24 jam pertama : tiap 4 jam
- Setelah 24 jam : tiap 8 jam
- Tanda-tanda vital
Pemeriksaan Fisik
1. Lochea
Lochea rubra warna merah kehitaman
2. Vagina
Dari vagina dapat dilihat ada tidaknya perdarahan, jumlah
perdarahan dan ada / tidaknya fluor albus
3. Uterus
Biasanya uterus lama kelamaan akan mengecil dan biasanya
apabila ibu baru post partum tinggi uterus adalah 1 jari bawah pusat
4. Perineum
Terdapat perobekan alami atau akibat episiotomi sehingga ini dapat
menyebabkan nyeri
5. Cervix
Biasanya ibu nifas, keadaan cervixnya menganga seperti corong
berwarna merah kehitaman, konsistensi lunak dan biasanya ada
perobekan
6. Payudara
Biasanya ibu nifas, payudaranya tegang dan membesar, puting
susu menonjol, dan ini sebelumnya harus mendapatkan perawatan
payudara agar tidak terjadi infeksi, lecet dan bendungan ASI
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
pervaginam
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan
pervaginam
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
35/62
35
3. Risiko infeksi berhubungan dengan perdarahan dan personal hygiene
kurang adekuat
C. Intervensi
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
pervaginam
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1x24 jam
volume cairan adekuat
Kriteria hasil:
- TTV dalam batas normal (TD: 110-120/70-80 mmHg, N: 70-90
x/mnt),
- Input dan output seimbang
- Tidak terjadi penurunan kesadaran
- Tidak terjadi tanda-tanda syok hipovolemik
Tindakan Rasional
2. Tidurkan pasien dengan posisi
kaki lebih tinggi sedangkan
badannya tetap terlentang
3. Monitor tanda vital
4. Monitor intake dan output
setiap 5-10 menit
5. Evaluasi kandung kencing
6. Lakukan masage uterus
dengan satu tangan serta
tangan lainnya diletakan
diatas simpisis.
7. Batasi pemeriksaan vagina
dan rektum
8. Bila tekanan darah semakin
turun, denyut nadi makin
lemah, kecil dan cepat, pasien
merasa mengantuk,
perdarahan semakin hebat,
segera kolaborasi : Berikan
infus atau cairan intravena
1. Dengan kaki lebih tinggi akan
meningkatkan venous return dan
memungkinkan darah keotak dan
organ lain
2. Perubahan tanda vital terjadi bila
perdarahan semakin hebat
3. Perubahan output merupakan tanda
adanya gangguan fungsi ginjal
4. Kandung kencing yang penuh
menghalangi kontraksi uterus
5. Massage uterus merangsang
kontraksi uterus dan membantu
pelepasan placenta, satu tangan
diatas simpisis mencegah terjadinya
Prolaps Uteri
6. Trauma yang terjadi pada daerah
vagina serta rektum meningkatkan
terjadinya perdarahan yang lebih
hebat, bila terjadi laserasi pada
serviks / perineum atau terdapat
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
36/62
36
9. Berikan uterotonika (bila
perdarahan karena atonia
uteri)
10. Berikan antibiotik
11. Berikan transfusi whole blood
(bila perlu)
hematom
7. Cairan intravena mencegah
terjadinya shock
8. Uterotonika merangsang kontraksi
uterus dan mengontrol perdarahan
9. Antibiotik mencegah infeksi yang
mungkin terjadi karena perdarahan
pada subinvolusio
10. Whole blood membantu
menormalkan volume cairan tubuh.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan
pervaginam
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
perfusi jaringan kembali normal
Kriteria hasil :
- TD, nadi darah arteri, Hb/Ht dalam batas normal
- CRT < 2 detik, akral hangat
Tindakan Rasional
1. Perhatikan Hb atau Ht
sebelum dan sesudah
kehilangan darah. Kaji status
nutrisi, tinggi, dan berat badan
2. Pantau TTV, catat derajat, dan
durasi hipovolemik
3. Perhatikan tingkat kesadaran
dan adanya perubahan
perilaku
4. Kaji warna dasar kuku mukosa
mulut, gusi, dan lidah serta
perhatikan suhu kulit
5. Kaji payudara setiap hari,
perhatikan ada atau tidaknya
laktasi dan perubahan ukuran
payudara
1. Nilai bandingan membantu
menentukan beratnya kehilangan
darah
2. Peningkatan frekuensi pernafasan
dapat menunjukkan upaya untuk
mengatasi asidosis metabolik
3. Perubahan sensorium adalah
indikator dini hipoksia, sianosis
tanda lanjut mungkin tidak tampak
sampai kadar PO2 turun dibawah
50 mmHg
4. Sirkulasi pembuluh darah perifer
yang menurun mengakibatkan
sianosis dan suhu kulit dingin
5. Kerusakan hipofisa anterior
menurunkan kadar prolaktin,
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
37/62
37
6. Berikan terapi oksigen sesuai
kebutuhan
mengakibatkan tidak adanya ASI,
dan akhirnya menurunkan jaringan
kelenjar payudara
6. Memaksimalkan ketersediaan
oksigen untuk transpor sirkulasi ke
jaringan
3. Risiko infeksi berhubungan dengan perdarahan dan personal hygiene
kurang adekuat
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
- TTV dalam batas normal
- Tidak adanya pus pada perineum
- Luka jahit pada perineum baik dan tidak perdarahan
Tindakan Rasional
1. Observasi TTV
2. Lakukan vulva Hygiene tiap
selesai BAK dan BAB
3. Berikan penjelasan pada klien
tentang cara melakukan vulva
hygiene dengan benar
4. Catat adanya tanda lemas,
kedinginan, anoreksia, kontraksi
uterus yang lembek, dan nyeri
panggul
5. Monitor involusi uterus dan
pengeluaran lochea
6. Perhatikan kemungkinan infeksi
di tempat lain
7. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian Antibiotik
1. Untuk mengetahui tanda-tanda
adanya infeksi
2. Meminimalkan terjadinya infeksi
3. Melatih personal hygiene
4. Tanda-tanda tersebut merupakan
indikasi terjadinya bakterimia,
shock yang tidak terdeteksi
5. Infeksi uterus menghambat
involusi dan terjadi pengeluaran
lokea yang berkepanjangan
6. Mencegah terjadinya infeksi.
7. Infeksi di tempat lain
memperburuk keadaan
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
38/62
38
INFEKSI POST PARTUM
1. Definisi Infeksi Post Partum
Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah
persalinan. Suhu 38 C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 Post
Partum dan diukur peroral sedikitnya empat kali sehari (Fairer, 2001)
Infeksi pueperalis adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi
setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga mencapai 380 C
atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan
mengecualikan 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2009)
Istilah infeksi puerperium mencakup semua peradangan yang disebabkan
oleh masuknya kuman-kuman atau bakteri ke dalam alat-alat genitalia pada
waktu persalinan dan nifas.
Infeksi puerperium dapat dibagi dalam dua golongan berikut.
- Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan
endometrium
- Penyebaran melalui vena, saluran limfe (sistemik, dan melalui
permukaan endometrium)
Jenis-Jenis InfeksiPost Partum (Prawirohardjo, 2009)
- Metritis
Adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu
penyebab terbesar kematian ibu. Infeksi uterus pada saat pasca
persalinan dikenal sebagai endometritis, endomiometritis, dan
endoparametritis.
- Infeksi Payudara
Adalah infeksi payudara sesudah persalinan
Mastitis : payudara tegang/indurasi dan kemerahan
Abses payudara: terdapat masa padat, mengeras dibawah kulit
yang kemerahan
- Selulitis Parametrium
Sellulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi
dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu
disertai dengan rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
39/62
39
pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan
sellulitis pelvika.
- Abses Pelvis
Pada keadaan yang sangt jarang selulitis parametrium yang terjadi
akan meluas dan menjadi abses pelvis
- Peritonitis
Adalah infeksi pada peritoneum sesudah persalinan. Peritonitis
merupakan penyulit yang kadang terjadi pada penderita pascaseksio
sesarea yang mengalami metritis disertai nekrosis dan dehisensi insisi
uterus.
- Tromboflebitis
Adalah perluasan infeksi nifas yang paling sering terjadi yaitu
perluasan atau invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran
darah di seanjang vena atau cabang-cabangnya.
Pelviotromboflebitis
Mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum,
yaitu vena ovarika, vena uterina, dan vena hipogastrika
Tromboflebitis femoralis
Mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena femoralis,
vena poplitea, dan vena safena
2. Etiologi Infeksi Post Partum
a. Organisme penyebab
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti
eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain
dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang
terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang
sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuinan-
kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
- Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini
biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak
suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
- Staphylococcus aureus
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
40/62
40
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan
sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan
orang-orang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya
menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi
sebab infeksi umum.
- Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi
terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini
merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius
- Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat
berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadipada abortus kriminalis dan
partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
b. Cara terjadinya infeksi nifas
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut:
- Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada
pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada
dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung
tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak
sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
- Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi
bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau
petugas kesehatan lainnya. Oleh karena itu, hidung dan mulut
petugas yang bekerja di kamar bersalin harus ditutup dengan masker
dan penderita infeksi saluran pernafasan dilarang memasuki kamar
bersalin.
- Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen, berasal
dari penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-
kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara kemana-mana termasuk
kain-kain, alat-alat yang suci hama, dan yang digunakan untuk
merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas.
- Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting,
kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
41/62
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
42/62
42
4. Manifestasi Klinis Infeksi Post PartumInfeksi perineum , vulva, vagina ,dan serviks :
- Gejalanya berupa rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, kadang-
kadang perih saat berkemih.
- Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu
sekitar 38 derajat selsius dan nadi dibawah 100 per menit. Bila luka yang
terinfeksi, tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam
bisa naik sampai 39-40 derajat selsius, kadang-kadang disertai menggigil.
Endom etri t is :
- Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan
selaput ketuban yang disebut lokiometra dan dapat menyebabkan
kenaikan suhu.
- Uterus agak membesar, nyeri pada perabaan dan lembek.
Peri tonit is :
- Pada peritonotis umum terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan
kecil, perut kembung dan nyeri, dan ada defense musculaire.
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
43/62
43
- Muka yang semula kemerah-merahan menjadi pucat, mata cekung, kulit
muka dingin; terdapat fasies hippocratica.
- Pada peritonitis yang terbatas didaerah pelvis, gejala tidak seberat
peritonitis umum.
- Peritonitis yang terbatas : pasien demam, perut bawah nyeri tetapi
keadaan umum tidak baik.
- Bisa terdapat pembentukan abses.
Selul i t is p elvik :
- Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di kiri
atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya
selulitis pelvika.
- Gejala akan semakin lebih jelas pada perkembangannya.
- Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di
sebelah uterus.
- Di tengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses dimana suhu
yang mula-mula tinggi menetap, menjadi naik turun disertai menggigil.
- Pasien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut.
Tanda dan gejala infeksi Post Partum (Prawirohardjo, 2009)
Gajala dan Tanda
yang selalu didapat
Gejala lain yang
mungkin didapat
Kemungkinan
diagnosa
Nyeri perut bagian
bawah, lokhia yang
purulen dan berbau,
uterus tegang dan
subinvolusi
Perdarahan pervaginam,
syok, peningkatan sel
darah putih terutama
polimorfonuklear lekosit
Metritis
(Endometritis/
Endomiometritis)
Nyeri perut bagian
bawah, pembesaran
perut bagian bawah,
demam yang terus-
menerus
Dengan antibiotik tidak
membaik, pembengkakan
pada adneksa atau kavum
douglas
Abses Pelvik
Nyeri perut bagian
bawah, bising usus
tidak ada
Perut yang tegang
(rebound tenderness),
anoreksia/muntah
Peritonitis
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
44/62
44
Nyeri payudara dan
tegang
Payudara yang mengeras
dan membesar (pada
kedua payudara),
biasanya terjadi antara
hari 3-5 pasca persalinan
Bendungan pada
payudara
Nyeri payudara dan
tegang/bengkak
Ada inflamasi yang
didahului bendungan,
kemerahan yang batasnya
jelas pada payudara,
biasanya hanya satu
payudara, biasanya terjadi
antara 3-4 minggu pasca
persalinan
Mastitis
Nyeri pada luka/irisan
dan tegang/indurasi
Luka/irisan pada perut dan
perineal yang
mengeras/indurasi, keluar
pus, kemerahan
Selulitis pada luka
(perineal/abdominal)
Luka mengeras disertai
dengan pengeluaran
cairan serous atau
kemerahan dari luka,
tidak ada/sedikit
erithema dekat luka
insisi
Abses atau
hematoma pada
luka insisi
Disuria Nyeri dan tegang pada
daerah pinggang, nyeri
suprapubik, uterus tidak
mengeras, menggigil
Infeksi pada traktus
urinarius
Demam yang tinggi
walau mendapat
antibiotika, menggigil
Ketegangan pada otot
kaki, komplikasi pada
paru, ginjal, persendian,
mata, dan jaringan
subkutan
Thrombosis vena
yang dalam (deep
vein thrombosis)
Thromboflebitis:
PelviotromboflebitisF
emoralis
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
45/62
45
5. Pemeriksaan Diagnostik Infeksi Post Partum
- Jumlah sel darah putih: normal atau tinggi dengan pergeseran diferensial
ke kiri
- Laju endapan darah (LED) dan jumlah sel darah merah sangat meningkat
dengan adanya infeksi.
- Hemoglobin/hematokrit mengalami penurunan pada keadaan anemia
- Kultur (aerobik/anaerobik) dari bahan intrauterus atau intraservikal atau
drainase luka atau pewarnaan gram uterus mengidentifikasi organisme
penyebab
- Urinalisis dan kultur mengesampingkan infeksi saluran kemih
- Ultrasonografi menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang
tertahan melokalisasi abses perineum
- Pemeriksaan bimanual: menentukan sifat dan lokal nyeri pelvis, massa
atau pembentukan abses, serta adanya vena-vena dengan trombosis
6. Penatalaksanaan Infeksi Post Partum
a. Pencegahan
Masa kehamilan
Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia,
malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang
diderita ibu.
Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi
yang perlu.
Koitus pada hamil tuahendaknya dihindari atau dikurangi dan
dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban.
Kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.
Selama persalinan
Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama/menjaga
supaya persalinan tidak berlarut-larut.
Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam
maupun perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan
menjaga sterilitas.
Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang
hilang harus segera diganti dengan tranfusi darah.
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
46/62
46
Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan
mulut dengan masker; yang menderita infeksi pernafasan tidak
diperbolehkan masuk ke kamar bersalin.
Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci
hama.
Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada
indikasi dengan sterilisasi yang baik, apalagi bila ketuban telah
pecah.
Selama nifas
Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu
pula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat
kandungan harus steril.
Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan
khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat.
Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari
pertama dibatasi sedapat mungkin.
b. Penanganan medis
Suhu diukur dari mulut setidaknya 4x sehari
Berikan terapi antibiotik prokain penisilin 1,2-2,4 juta unit 1M penisilin
G 500.000 satuan setiap 6 jam atau metisilin 1 gr setiap 6 jam 1M
ditambah dengan ampisilin kapsul 4x250 mg per oral
Perhatikan diet ibu: diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP)
Lakukan transfusi darah bila perlu
Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam
rongga peritoneum.
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
47/62
47
ASUHAN KEPERAWATAN
INFEKSI POST PARTUM
A. Pengkajian
Pengkajian awal
a. Dimulai sejak kehamilan yang meliputi keadaan prenatal dan setelah
persalinan berlangsung
- G, P, Ab
- Usia kehamilan dalam minggu
- Penyakit kehamilan yang menyertai jika ada
- Lama proses persalinan
b. Perawatan dan kemajuan selama 1 jam Post Partum
- HPP
- Preeklampsia
- Depresi mental
- Keadaan umum ibu
- Kontraksi dan tinggi fundus uterus
- Warna, jumlah, dan bau lokia
- Peritonium
- Rektum
- Apakah vesica urinaria penuh atau tidak
c. Pada waktu pengkajian dilihat bagaimana status emosi ibu,
pengetahuan ibu tentang self care, perawatan bayi, dan sosial budaya.
Pengkajian selanjutnya
Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi
dengan
mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi:
a. Keadaan umum dan tanda-tanda awal
- Aktivitas/istirahat: malaise, letargi (persalinan lama, stressor Post
Partum multiple)
- TTV: nadi > 100x/menit, pernafasan cepat dan dangkal (berat atau
proses sistemik), serta suhu 38 0C atau lebih
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
48/62
48
b. Sistem vaskular
- Perdarahan diobservasi setiap 2 jam selama 8 jam. 1 jam pertama
kemudian tiap 8 jam berikutnya
- Tekanan darrah diawasi setiap 8 jam
- Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak, dan merah
- Hemoroid diobservasis etiap 8 jam terhadap besar dan
kekenyalannya
c. Sistem reproduksi
- Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat kali Post Partum,
kemudian setiap 8 jam selama 3 hari meliputi tinggi fundus uterus
dan posisinya serta konsistensinya.
- Lokia diobservasis etiap 8 jam terhadap warna, banyak, dan bau
- Perineum diobservasi setiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi
luka jahitan dan apakah ada jahitan yang lepas
- Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak
- Payudara dilihat apakah ada edema atau tidak
d. Traktus urinarius
Diobservasi setiap 2 jam selama 2 hari pertama, meliputi miksi
lancar/tidak, spontan/tidak
e. Traktus gastrointestinal
- Observasi terhadap nafsu makan, anoreksia, mual/muntah, haus,
dan membran mukosa kering
- Apakah ada obstipasi, diare, bising ususmungkin tidak ada bila
terjadi paralisis usus
- Distensia abdomen, nyeri lepas (peritonitis)
f. Nyeri/ketidaknyamanan
- Nyeri lokal, disuria, dan ketidaknyamanan abdomen
- Afterpain atau berat/lama, nyeri abdomen bawah atau uterus serta
nyeri tekan dengan guarding (endometritis)
g. Status psikologis/psikososial
- Ansietas jelas (peritonitis)
- Status sosial ekonomi rendah dengan stressor bersamaan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan pelepasan mediator inflamasi
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
49/62
49
2. Hipertermia berhubungan dengan infeksi mikroorganisme
3. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
C. Intervensi
1. Nyeri Akut berhubungan dengan pelepasan mediator inflamasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 jam nyeri dapat
berkurang
Kriteria Hasil:
- Pasien mengatakan nyeri berkurang
- Pasien tidak terlihat cemas dan tidak menunjukkan tanda-tanda
nyeri
- Tanda-tanda vital dalam batas normal (RR: 16-20 x/menit,
Nadi: 60-100 x/menit)
Tindakan Rasional
Monitoring
1. Tentukan lokasi, sifat, dan
skala nyeri
2.Monitor tanda-tanda vital
1.Menentukan intensitas nyeri untuk
membantu dalam pemberian intevensi
yang tepat
2.Peningkatan tanda-tanda vital dapat
menunjukkan terjadinya nyeri
Intervensi Mandiri
1.Berikan lingkungan yang tenang
2.Berikan kompres hangat lokal
1.Membuat klien merasa lebih rileks
2.Kompres hangat meningkatkan
vasodilatasi, meningkatkan sirkulasi
pada area yang sakit, dan
meningkatkan kenyamanan lokal
Kolaboratif
1.Kolaborasikan pemberian
analgesic, sesuai dengan
kebutuhan
2.Kolaborasikan dengan ahli gizi
pemberian makanan yang mudah
di cerna
1.Mengurangi nyeri
2.Mencegah timbulnya respons nyeri
Pendidikan untuk pasien /
keluarga 1.Mengurangi nyeri selain dengan
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
50/62
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
51/62
51
3. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan: Dalam 2x24 jam pasien memahami setiap informasi yang
diberikan
Kriteria hasil :
-Pasien mengatakan memahami informasi yang diberikan
-Pasien mampu menerapkan informasi yang diberikan
Tindakan Rasional
Monitoring
1.Monitor respons pasien selama
pemberian informasi
1.Mengetahui saat pasien tidak fokus
Intervensi Mandiri
1.Berikan pertanyaan dan minta
pasien untuk mengulang informasi
yang telah diberikan selama proses
diskusi
2.Berikan kesempatan untuk pasien
bertanya
1.Mengetahui sejauh mana pasien
mampu memahami informasi yang
diberikan
2.Memberikan kesempatan bagi
pasien untuk lebih memahami
informasi
Kolaboratif
1.Kolaborasikan dengan ahli
mengenai pemberian informasi
sesuai dengan kebutuhan pasien
1.Menambah pengetahuan pasien
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
52/62
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
53/62
53
atau bulan dimana para wanita yang mengalami hal ini kadang tidak
menyadari bahwa yang sedang dialaminya merupakan penyakit.
Post Partum psychosis
Post Partum psychosis, dalam kondisi seperti ini terjadi tekanan jiwa
yang sangat berat karena bisa menetap sampai setahun dan bisa juga selalu
kambuh gangguan kejiwaannya setiap pasca melahirkan.
2. Epidemiologi Gangguan Psikologis Post Partum
Kejadian post partum blues sering terjadi pada 50-70 % wanita setelah
melahirkan. Depresi post partum terjadi dalam 10-15 % wanita pada populasi
umum. Depresi Post Partum paling sering terjadi dalam 4 bulan pertama
setelah melahirkan, tetapi dapat trejadi kapan pun pada tahun pertama.
Wanita yang menderita satu episode depresi mayor setelah melahirkan
memiliki risiko kekambuhan sekitar 25%. Insiden psikosispost partum sekitar
1-2 per 1000kelahiran. Rekurensi dalam masakehamilan 20-30%.
Gejala psikosispost partum muncul beberapa hari sampai 4-6 minggupost
partum.
3. Etiologi dan Faktor Risiko Gangguan Psikologis Post Partum
Post Partum Blues
a. Faktor hormonal berupa perubahan kadar estrogen, progesteron,
prolaktin, dan estriol yang terlalu rendah. Kadar estrogen turun secara
bermakna setelah melahirkan. Ternyata estrogen memiliki efek supresi
aktifasi enzim nonadrenalin maupun serotonin yang berperan dalam
suasana hati dan kejadian depresi.
b. Ketidaknyamanan fisik yang dialami wanita menimbulkan gangguan
emosi seperti payudara bengkak, nyeri jahitan, dan rasa mules.
c. Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional
yang kompleks
d. Faktor umur dan paritas (jumlah anak)
e. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan
f. Stress yang dialami wanita itu sendiri seperti ASI tidak keluar, frustasi
karena bayi tidak mau tidur dan menangis, stress melihat bayi sakit, rasa
bosan dengan hidup yang dijalaninya
http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/kelahiran/http://www.lusa.web.id/category/askeb-i-kehamilan/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/http://www.lusa.web.id/tag/gejala/http://www.lusa.web.id/category/askeb-i-kehamilan/http://www.lusa.web.id/tag/kelahiran/http://www.lusa.web.id/tag/post-partum/8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
54/62
54
g. Takut kehilangan bayi karena rasa memiliki bayi yang terlalu dalam
h. Kelelahan pacsa melahirkan
i. Faktor lingkungan berupa kondisi lingkungan sekitar yang tidak
mendukung juga dapat menyebabkan ibu sedih dan emosi. Lingkungan
bisa diartikan sebagai orang tua, mertua, tetangga atau bahkan suami
atau ayah bayi sendiri.
j. Stress dala keluarga misalnya faktor ekonomi memburuk, persoalan
dengan suami, problem dengan mertua dan orang tua
k. Perubahan peran yang dialami ibu
l. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti status
perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan jiwa
sebelumnya
Post Partum Depresi
a. Karakteristik ibu yang meliputi, wanita yang mempunyai sejarah pernah
mengalami depresi, wanita yang berasal dari keluarga yang kurang
harmonis, wanita yang kurang mendapatkan dukungan dari suami atau
orangorang terdekatnya selama hamil dan setelah melahirkan
b. Faktor umur.
Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan
persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan
tersebut untuk menjadi seorang ibu.
c. Faktor pengalaman.
Depresi pascasalin ini lebih banyak ditemukan pada perempuan
primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang
berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi
dirinya dan dapat menimbulkan stres.
d. Faktor selama proses persalinan.
Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang
digunakan selama proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik
yang ditimbulkan pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula
trauma psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan yang
bersangkutan akan menghadapi depresi pascasalin.
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
55/62
55
e. Faktor dukungan sosial.
Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan
pascasalin, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak
berkurang.
Post Partum Psychosis
a. Adanya riwayatkeluarga penderita kelainan psikiatri
b. Riwayat ibu menderita penyakit psikiatri sebelumnya
c. Adanya masalahkeluarga dan perkawinan
4. Patofisiologi Gangguan Psikologis Post Partum
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga
mengakibatkan adanya perubahan dari psikisnya. Ia mengalami stimulasi
kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses eksplorasi dan asimilasi
terhadap banyinya, berada dibawah tekanan untuk dapat menyerap
pembelajaran yang diperlukan tentang apa yang harus diketahunya dan
perawatan untuk banyinya, dan merasa tanggung jawab yang luar biasa
untuk menjadi seorang ibu. Ibu mengalami sedikit perubahan perilaku dan
sesekali merasa kerepotan. Masa ini adalah masa rentan dan terbuka untuk
bimbingna dan pembelajaran.
5. Manifestasi Klinis Gangguan Psikologis Post Partum
Post Partum Blues
- Cemas tanpa sebab
- Reaksi depresi, sedih dan disforia
- Labilitas perasaan
- Mudah menangis, merasa sedih, kesal
- Tidak percaya diri terhadap kemampuan menjadi seorang ibu
- Cenderung menyalahkan diri sendiri
- Gangguan tidur dan nafsu makan
- Kelelahan
- Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih dan cepat pula gembira
- Sensitif
- Mudah tersinggung (iritabilitas)
- Perasaan bersalah
http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/http://www.lusa.web.id/tag/keluarga/8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
56/62
56
- Perasaan terjebak, marah kepada pasangan dan bayinya
Post Partum Depression
- Perubahan mood
- Gangguantidur dan pola makan
- Perubahan mental danlibido
- Dapat pula muncul pobhia, ketakutan menyakiti diri sendiri atau
bayinya
Post Partum Psychosis
- Gaya bicara yang keras
- Menarik diri dari pergaulan
- Cepat marah
- Gangguantidur
6. Pemeriksaan Diagnostik Gangguan Psikologis Post Partum
Untuk melakukan skrining gangguaan mood atau depresi, dapat digunakan
alat bantu berupa Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) yaitu
kuisioner dengan validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas
perubahan suasana depresi selama 7 hari pasca persalinan. Pertanyaan-
pertanyaan berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan
bersalah, serta mencakup hal-hal yang terdapat pada Post Partum blues.
Kuisioner ini terdiri dari 10 pertanyaan dimana setiap pertnyaan memiliki 4
pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih 1 sesuai
dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca persalinan saat ini.
Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat diselesaikan
dalam 5 menit. Alat ini juga telah teruji validitasnya. Edinburgh Postnatal
Depression Scale dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca
persalinan dan bila hasilnya meragukan dapat diulang pengisiannya 2
minggu kemudian.
7. Penatalaksanaan Gangguan Psikologis Post Partum
Post Partum Blues
a. Komunikasikan segala permasalahan atau hal lain yang ingin
diungkapkan
b. Bicarakan rasa cemas yang dialami
http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/gangguan/http://www.lusa.web.id/tag/tidur/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/libido/http://www.lusa.web.id/tag/gangguan/http://www.lusa.web.id/tag/tidur/http://www.lusa.web.id/tag/tidur/http://www.lusa.web.id/tag/gangguan/http://www.lusa.web.id/tag/libido/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/http://www.lusa.web.id/tag/tidur/http://www.lusa.web.id/tag/gangguan/http://www.lusa.web.id/tag/perubahan/8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
57/62
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
58/62
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
59/62
59
menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi. Selain
itu klien takut BAB atau BAK karena jahitannya robek atau nyerinya
bertambah.
k. Pola istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubahan pada pola istirahat dan tidur karena
merasakan nyeri pada perineum.
l. Pola aktivitas dan latihan
Biasanya klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan terbatas,
misalnya makan, minum, duduk dan biasanya klien dengan nyeri perineum
terjadi keterbatasan aktivitas.
m. Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami nyeri pada perineum akibat luka jahitan
dan nyeri perut akibat involusi uteri. Pada pola kognitif terjadi pada ibu
primipara yang mengalami kecemasan atas nyeri yang dialaminya.
n. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehailannya lebih
menjelang persalinan. Dampak psikologisnya adalah terjadinya perubahan
konsep diri yaitu Body Image dan ideal diri.
o. Pola reproduksi dan sexual
Terjadi perubahan sexsual atau disfungsi sexual yaitu perubahan dalam
hubungan sexual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan
nifas.
p. Pola hubungan dan peran
Dalam hubungan peran biasanya mengalami sedikit gangguan karena
masa nifas adalah masa dimana ibu harus istirahat dan melakukan
aktivitas terbatas.
q. Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien dengan masa nifas tidak dapat melakukan ibadah, tetapi klien hanya
bisa berdoa karena klien masih dalam keadaan bedrest dan belum bersih
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan koping tidak efektif
2. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurang pengetahuan
cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
60/62
60
3. Ketidakefektifan performa peranberhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang cara merawat bayi.
C. Intervensi
1. Ansietas berhubungan dengan koping tidak efektif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3x24 jam cemas
berkurang
Kriteria hasil :
- Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya
- Pasien mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang
Tindakan Rasional
1. Kaji respon psikologis klien
terhadap perannya paska
persalinan
2. Perlakukan pasien secara empati
serta sikap mendukung
3. Berikan informasi tentang
perawatan dan pengobatan
4. Bantu klien mengidentifikasi rasa
cemasnya
5. Kaji mekanisme koping yang
digunakan klien
1. Persepsi klien mempengaruhi
intensitas cemasnya
2. Memberikan dukungan emosi
3. Informasi yang akurat dapat
mengurangi cemas dan takut
yang tidak diketahui
4. Ungkapan perasaan dapat
mengurangi rasa cemas
5. cemas yang berkepanjangan
dapat dicagah dengan
mekanisme koping yang tepat
2. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurang
pengetahuan cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, klien
mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusui,
Kriteria Hasil:
- Klien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
- Asi keluar, payudara bersih
- Bayi mau menetek
Tindakan Rasional
1. Kaji pengetahuan pasien
mengenai laktasi dan
1. Mengetahui tingkat
pengetahuan pasien
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
61/62
61
perawatan payudara
2. Jelaskan mengenai manfaat
menyusui dan mengenai gizi
waktu menyusui
3. Ajarkan cara menyusui yang
benar
4. atih ibu untuk perawatan
payudara secara mandiri dan
teratur.
5. Motivasi ibu untuk
meningkatkan intake cairan dan
diet TKTP
2. Memberikan pengetahuan
bagi ibu mengenai manfaat
ASI bagi bayi
3. Mencegah terjadinya aspirasi
pada bayi
4. Perawatan payudara secara
teratur akan
mempertahankan produksi
ASI secara kontinyu
sehingga kebutuhan bayi
akan ASI tercukupi.
5. Meningkatkan produksi ASI.
3. Ketidakefektifan performa peran berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang cara merawat bayi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
gangguan proses parenting tidak ada.
Kriteria hasil:
- Ibu dapat merawat bayi secara mandiri (memandikan, menyusui).
- Ibu dapat berperan optimal dalam memenuhi kebutuhan bayi
Tindakan Rasional
1. Kaji kemampuan klien dalam
perawatan diri dan bayi
2. Libatkan suami atau keluarga
dalam perawatan bayi.
3. Kaji penyebab ketidakmampuan
peran perawatan ibu pada bayi
4. Bantu ibu mengidentifikasi pola
peran yang bermasalah
1. Mengetahui tingkat kemandirian
ibu dalam perawatan bayi.
2. Keterlibatan suami atau keluarga
dalam perawatan bayi akan
membantu meningkatkan
keterikatan batin ibu dengan bayi.
3. Mengetahui permasalahan peran
ibu dalam perawatan bayi
4. Membantu menemukan solusi
atas ketidakefektifan peran ibu
dalam memenuhi kebutuhan bayi
8/10/2019 LP NIFAS PATOL R 8
62/62
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, dkk,. 2001. Obstetrical Haemorrhage. Wiliam obstetrics
21th
edition.Lange USA: Prentice Hall International Inc Appleton.
Fadlun, dkk. 2011.AsuhanKebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika.
Farrer, Helen. 2001. Perawatan Maternitas Ed 2. Jakarta: EGC
Fraser & Cooper.2009. Buku Ajar Bidan Myles.Jakarta: EGC
Johnson & Taylor, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius.
Manuaba, Chandarnita, dkk,. 2007. Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi &
Obstetri-Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC.
Marylin E. D. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3. Jakarta :
EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri (Fisiologi dan Patologi) Edisi 2.
Jakarta: EGC
NANDA International. 2010. Diagnosis Keperawatan (Definisi dan Klasifikasi)
2009-2011. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Scoot, James. 2002. Danforth Buku SakuObstetri DanGinekologi. Jakarta:
Widya Medika.
Suherni, et al. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Yogyakarta: Penerbit Andi
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Wong, Dona L, dkk,. 2002. Maternal child nursing care 2ndedition. Santa Luis:
Mosby Inc.
http://www.lusa.web.id/http://www.lusa.web.id/category/obstetri/http://www.lusa.web.id/category/ginekologi/http://www.lusa.web.id/category/ginekologi/http://www.lusa.web.id/category/ginekologi/http://www.lusa.web.id/category/obstetri/http://www.lusa.web.id/Recommended