View
8
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PENERAPAN SOFTWARE ATHENAEUM LIGHT 6.0 PADA SISTEM
OTOMASI PERPUSTAKAAN SEKOLAH AN-NISAA’ BINTARO
OLEH :
KIRMAN EFENDI
103025027588
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 1429 H/ 2008
ABSTRAK
Kirman Efendi Coping Penerapan Software Athenaeum Light 6.0 Pada Sistem Otomasi Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ Bintaro
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan software Athenaeum Light
6.0 pada sistem otomasi perpustakaan Sekolah An-Nisaa’. Metode yang digunakan
dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan
pendekatan deskriptif analitis. Data-data dalam penelitian ini diperoleh melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan sumber data kepala perpustakaan,
staf perpustakaan, dan pemakai perpustakaan. Dari hasil penelitian ini diketahui
bahwa alasan pemilihan Athenaeum Light 6.0 lebih ke faktor biaya dan
kemudahannya, baik dari segi penggunaan dan perawatannya. Athenaeum Light 6.0
juga mempunyai menu-menu yang cukup baik dan dapat menangani fungsi-fungsi
kegiatan perpustakaan Sekolah An-Nisaa’. Sehingga bisa membantu dan
memudahkan pengelolaan Perpustakaan An-Nisaa’. Dan, secara umum tidak ada
kendala yang serius selama Athenaeum Light 6.0 diterapkan pada sistem otomasi
perpustakaan Sekolah An-Nisaa’. Dapat disimpulkan bahwa Athenaeum Light 6.0
merupakan software yang gratis (murah) dan mudah digunakan serta mudah dalam
perawatannya. Mempunyai menu-menu yang cukup relevan dengan kebutuhan
perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ dan tidak banyak kendala dalam penggunaannya.
KATA PENGANTAR
Puji syukur sangatlah pantas penulis panjatkan ke Hadirat Illahi Rabbi yang
telah memberikan nikmat dan karuniaNya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi yang berjudul “PENERAPAN SOFTWARE ATHENAEUM
LIGHT 6.0 PADA SISTEM OTOMASI PERPUSTAKAAN SEKOLAH AN-
NISAA’ BINTARO”. Tidak lupa Shalawat serta Salam semoga senantiasa tercurah
kepada Nabi Agung Muhammad SAW, sahabat, keluarga, dan para pengikutnya.
Semoga kita kelak mendapatkan safa’atnya, Amin.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa`terima kasih yang tulus
kepada:
1. Bapak DR. Abdul Khoir, MA., selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Rizal Saeful Haq, MLS., selaku Kepala Jurusan Ilmu Perpustakaan dan
Informasi. Serta Bapak Pungki Purnomo, MLS selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Perpustakaan dan Informasi.
3. Ibu Teta, selaku Kepala Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ yang telah banyak
membantu memberikan data dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Serta
Pak Heri yang baik hati serta sabar membantu menjawab pertanyaan penulis.
4. Kedua orang tua penulis, bapa dan mamah tercinta yang telah begitu ikhlas
memberikan kasih sayangnya mulai dari buaian hingga sekarang masih
penulis rasakan. Bapa, mamah, Aang bangga! Serta untuk adikku Ernut
jangan manja tetap belajar yang rajin.
5. Bapak Ade Abdul Haq, M.Hum, selaku dosen pembimbing yang tanpa lelah
senantiasa memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam
penulisan skripsi ini.
6. Mama Ida, terima kasih kamar gratisnya dan semua kebaikan yang telah
diberikan kepada penulis. Maaf atas semua khilaf.
7. Buat Keluarga di Ciputat, Kong Tojak (alm.), Nene, Ang Yadi, Teh Evi,
keponakanku Galuh dan Zahra. Terima kasih atas kebaikannya semua.
8. Untuk Bunda, terima kasih Ayah ucapkan atas goresan-goesan tinta
kebahagian yang telah menjadi sebuah lukisan pengalaman terindah dalam
hidup Ayah.
9. Seluruh dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang telah banyak
memberikan ilmunya kepada penulis. Semoga kebaikan bapak dan ibu semua
mendapat imbalan dari Allah SWT. Amin.
10. Mahasiswa JIPI, terutama angkatan 2003. Tidak terasa waktu kita begitu cepat
berlalu, masih lekat dalam ikatan waktu kita PROPESA tanpa kita saling
mengenal. Dan sekarang masing-masing diri kita harus menentukan jalan
hidupnya sendiri. Meski begitu, tali persaudaran yang ada diantara kita kan
tetap indah terjaga.
11. Teman-teman mess, Pak Sam, Nita, Ating, Habiel, dan bos Ridho, senang
berteman dengan kalian semua. Penulis doakan cepat nikah ya!
12. Teman-teman disaat penulis masih di Ciputat (Teh Yos, Lia, Mail, Devri,
Iwan, Ana, Ahong, Mang Ujang, Euce, Yance, Bune, Nanang, dan masih
banyak lagi).
13. Teman-teman SL Crew 2005, Bos Jamal, Agung, Kong Edi, Uni Fitri dan
Mpok Suryah.
14. Untuk Keluarga Besar ROMANZA, Om Jack, Ust. Salman, Ust. Yani, Ust.
Hakim, P’Ahmad, dan semuanya. Terima kasih atas bimbingan dan
kebersamaannya. Penulis banyak sekali mendapatkan pelajaran hidup, arti
persaudaraan dan tentunya pelajaran agama.
Dan untuk semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, penulis
hanya bisa mengucapkan terima kasih atas semua kebaikannya. Semoga Allah
membalasnya. Amin.
Bintaro, Juni 2008
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... ..................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI .................................................................................................v
DAFTAR TABEL .........................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.....................................................4
C. Tujuan Penelitian...................................................................................4
D. Manfaat Penelitian ................................................................................5
E. Sistematika Penulisan ............................................................................5
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Fungsi-fungsi Kegiatan Perpustakaan...................................................7
1. Fungsi Layanan Teknis.....................................................................7
a. Fungsi Pengadaan .......................................................................7
b. Fungsi Pengolahan......................................................................9
c. Fungsi Penyimpanan dan Pemeliharaan ....................................12
2. Fungsi Layanan Pemakai/ Publik....................................................12
a. Layanan Sirkulasi .....................................................................12
b. Layanan Referensi ....................................................................13
3. Fungsi Administrasi .......................................................................13
4. Fungsi Sosialisasi ...........................................................................14
B. Otomasi Perpustakaan ........................................................................14
1. Definisi Otomasi Perpustakaan.......................................................14
2. Tujuan Otomasi Perpustakaan ........................................................16
3. Manfaat Otomasi Perpustakaan ......................................................17
4. Metode Otomasi Perpustakaan .......................................................18
5. Unsur-unsur Otomasi Perpustakaan ................................................19
6. Cakupan Otomasi Perpustakaan......................................................23
a. Pengadaan (acquisiting) ............................................................24
b. Pengkatalogan (cataloguing).....................................................24
c. Pengawasan Sirkulasi (circulation control)................................24
d. Pengelolaan Terbitan Berkala (serials control) ..........................25
e. Katalog Online (online public access catalogue) .......................25
f. Pengelolaan Anggota.................................................................25
C. Penerapan Perangkat Lunak (software)
Pada Sistem Otomasi Perpustakaan .....................................................25
1. Gambaran Umum Perangkat Lunak ................................................25
2. Kriteria Perangkat Lunak ...............................................................33
3. Perangkat Lunak Open Source
Untuk Sistem Otomasi Perpustakaan ..............................................35
BAB III GAMBARAN UMUM SISTEM OTOMASI PERPUSTAKAAN
AN-NISAA’ DAN SOFTWARE ATHENAEUM LIGHT 6.0
A. Sejarah Singkat Sistem Otomasi Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ .....42
B. Cakupan Kegiatan Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ ..........................43
C. Software Athenaeum Light 6.0
1. ................... Karakteristik……. ......................................................... 49
2. ................... Cara Instalasi …… ....................................................51
3. ................... Menggunakan Athenaeum Light 6.0 ..........................53
4. ................... Menu-menu Athenaeum Light 6.0 .............................56
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian................................................................................59
B. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data.......................................60
C. Teknik Analisa Data ............................................................................61
D. Pengujian Kredibilitas Data.................................................................62
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Alasan Penggunaan Software Athenaeum Light 6.0 Pada
Sistem Otomasi Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ ..............................64
B. Penerapan Fasilitas-fasilitas Software Athenaeum Light 6.0
Pada Fungsi-fungsi Kegiatan Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’
1. Fungsi Pengadaan...................................................................67
2. Fungsi Pengolahan..................................................................69
3. Fungsi Administrasi Anggota .................................................72
4. Fungsi Sirkulasi ......................................................................75
5. Fungsi Penelusuran.................................................................79
6. Fungsi Laporan ......................................................................84
C. Kendala-kendala Menggunakan Software Athenaeum Light 6.0
Pada Sistem Otomasi Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’......................86
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................90
B. Saran.. ...............................................................................................91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Keunggulan dan Kendala Menu-menu Athenaeum Light 6.0………….88
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : File Apilikasi Athenaeum Light 6.0 ................................................. 51
Gambar 2 : Langkah Pertama Untuk Membuka Proteksi Read Only ................... 51
Gambar 3 : Langkah Kedua Untuk Membuka Proteksi Read Only ..................... 52
Gambar 4 : Langkah Ketiga Untuk Membuka Proteksi Read Only ..................... 52
Gambar 5 : Langkah Keempat Untuk Membuka Proteksi Read Only.................. 53
Gambar 6 : File Untuk Membuka Athenaeum Light 6.0..................................... 53
Gambar 7 : Tampilan Untuk Mengisi Pasword Pada Athenaeum Light 6.0 ........ 54
Gambar 8 : Tampilan Depan Athenaeum Light 6.0
Dengan Password Merdeka atau Freedom ...................................... 55
Gambar 9 : Tampilan Halaman Depan Athenaeum Light 6.0
Dengan Password User ................................................................. 55
Gambar 10 : Entri Katalog (Untuk Akes Internet) .............................................. 69
Gambar 11 : Entri Pengolahan Koleksi .............................................................. 70
Gambar 12 : Entri Anggota................................................................................ 73
Gambar 13 : Entri Peminjaman Koleksi ............................................................. 76
Gambar 14 : Entri Perpanjangan Koleksi ........................................................... 77
Gambar 15 : Entri Pengembalian Koleksi........................................................... 78
Gambar 16 : Entri Penelusuran “Fast Find” ...................................................... 80
Gambar 17 : Entri Penelusuran “Easy”.............................................................. 81
Gambar 18 : Entri Penelusuran “Detail”............................................................ 82
Gambar 19 : Entri Laporan ................................................................................ 84
Gambar 20 : Entri Stock Opname ...................................................................... 86
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi
komputer hampir semua sektor aktivitas manusia tidak bisa lepas dari penggunaan
teknologi komputer, termasuk salah satunya perpustakaan. Tidak heran kalau akhir-
akhir ini muncul istilah perpustakaan digital (digital library), perpustakaan hibrida
(hybrid library), dan perpustakaan terotomasi. Semua ini tentunya menjadi kemajuan
dalam dunia perpustakaan yang bisa kita banggakan.
Penerapan teknologi komputer dipandang dapat meningkatkan citra dan
kinerja sebuah perpustakaan apabila penerapannya benar sesuai kebutuhan
perpustakaan. Namun sayang belum semua perpustakaan bisa menggunakan
teknologi komputer dalam kegiatan operasionalnya, termasuk menggunakan software
khusus perpustakaan yang menyuguhkan fasilitas untuk mengemas pangkalan data
koleksi, katalog online atau lebih dikenal OPAC (Online Public Access Catalogue),
melakukan proses sirkulasi, dan membuat laporan. Semua fasilitas tersebut tentunya
akan mempermudah kegiatan operasional dan meningkatkan layanan perpustakaan.
Hal ini dianggap wajar, karena untuk mewujudkan itu semua membutuhkan dana
yang relatif besar. Sedangkan kita tahu masih banyak perpustakaan yang mempunyai
keterbatasan dana, fasilitas, serta sumber daya manusia. Ini tentunya menjadi kendala
untuk menjadikan perpustakaan lebih baik dan maju.
Idealnya sebuah software perpustakaan dibuat sesuai kebutuhan perpustakaan.
Untuk itu dibutuhkan kerjasama antara pustakawan yang benar-benar mengerti
kebutuhan perpustakaan dengan orang yang menguasai teknologi komputer.
Diharapkan dari kerjasama itu akan menghasilkan sebuah software yang benar-benar
sesuai dengan kebutuhan perpustakaan tersebut. Tentunya hal ini masih sulit
dilakukan oleh sebagian banyak perpustakaan di Indonesia. Karena untuk membuat
software atau membeli software membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Belum lagi
biaya untuk perawatan dan pembelian sarana pendukungnya.
Sekarang sudah banyak program aplikasi yang sudah diluncurkan untuk
mendukung terciptanya perpustakaan elekronik yang disebut sistem otomasi
perpustakaan. Mulai dari yang sangat murah seperti CDS/ISIS sampai dengan yang
sangat mahal seperti URICA yang berkurs dollar dan iuran rutin tahunan yang tinggi.
Software CDS/ISIS, WINISIS dahulu pernah populer di Indonesia meskipun
sekarang sudah mulai ditinggalkan karena susah untuk dikembangkan dan cuma
sebatas pengolahan data dan penelusuran informasi menggunakan WWWISIS.
Sekarang UNESCO juga sudah mengeluarkan LIS yang berbasis pada ISIS untuk
urusan sirkulasi dan bebas di-download dari situs UNESCO.
Selain software-software di atas, masih banyak software gratisan (freeware)
perpustakaan yang bisa didapatkan dengan men-download di internet secara cuma-
cuma. Seperti Imelda (www.imelda.org), greenstone (www.greenstone.org), Koha
(www.koha.org), OpenBiblio (www.obiblio.sourceforge.net/), PHPMyLibrary
(www.phpmylibrari.org), dan lain-lain. Ini tentunya akan memberikan solusi terhadap
keterbatasan dana yang dihadapi perpustakaan di Indonesia pada umumnya. Namun
demikian tidak semua software gratis tersebut mempunyai fasilitas/ fitur yang benar-
benar sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Kalaupun fasilitasnya sesuai dengan
kebutuhan perpustakaan ada kalanya pengopersiannya tidak mudah dan sebaliknya
ketika pengoperasiannya mudah, fasilitasnya masih jauh dari apa yang perpustakaan
butuhkan. Selain itu kebanyakan software gratisan tidak bersifat open-script artinya
kode atau formula di dalamnya tidak ditutup oleh pembuatnya. Padahal kalau
software itu open-script akan memudahkan para pemakainya untuk memperbaiki,
memodifikasi tampilan, field, bahasa, serta relasi data sesuai dengan kebutuhan
masing-masing perpustakaan.
Termasuk salah satunya software Athenaeum Light 6.0 yang akhir-akhir ini
sedang ramai menjadi bahan diskusi dan pilihan untuk digunakan di perpustakaan.
Software ini ada versi yang tidak gratisnya yaitu Athenaeum Pro dan Athenaeum
Light 6.0 merupakan penggalan dari software versi lengkapnya. Dari sekian banyak
software gratis yang sudah ada, tentunya memberikan kesempatan yang luas untuk
memilih software yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan, sarana dan sumber
daya manusia yang dimiliki masing-masing perpustakaan. Sehingga penggunaan
software tersebut benar-benar dapat digunakan secara maksimal.
Dari uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
penerapan dan pemanfaatan perangkat lunak open source pada sebuah sistem
pengelolaan perpustakaan berbasis komputer (sistem otomasi). Penelitian ini akan
membahas tentang penerapan software Athenaeum Light 6.0 yang telah digunakan
pada sistem otomasi perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ Bintaro.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang luas terhadap masalah yang dibahas
dalam skripsi ini, maka penulis memberikan batasan bahwa penulisan skripsi ini
hanya membahas mengenai penerapan software Athenaeum Light 6.0 pada sistem
otomasi perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ Bintaro.
2. Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penulisan skripsi ini adalah:
a. Mengapa software Athenaeum Light 6.0 dipilih sebagai program aplikasi
dalam sistem otomasi perpustakaan Sekolah An-Nisaa’?
b. Apakah software Athenaeum Light 6.0 yang diterapkan pada sistem otomasi
perpustakaan dapat menangani fungsi-fungsi kegiatan perpustakaan di
perpustakaan Sekolah An-Nisaa’?
c. Apakah ada kendala selama menggunakan software Athenaeum Light 6.0
dalam sistem otomasi Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui alasan penggunaan software Athenaeum Light 6.0. pada sistem
otomasi Perpustakaan An-Nisaa’
2. Mengetahui relevansi fasilitas-fasilitas software Athenaeum Light 6.0 dengan
fungsi-fungsi kegiatan perpustakaan di Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’.
3. Mengetahui kendala-kendala menggunakan software Athenaeum Light 6.0.
dalam sistem otomasi Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pengetahuan tentang relevansi software Athenaeum Light 6.0.
dengan fungsi-fungsi kegiatan perpustakaan.
2. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perpustakaan atau
pustakawan dalam memilih software perpustakaan yang sesuai dengan
kebutuhan perpustakaan.
3. Menambah pengetahuan tentang teknologi informasi dalam bidang
perpustakaan.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terbagi ke dalam 5 (lima) bab yang terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN
Mencakup Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN LITERATUR
Berisi tentang Fungsi-fungsi Kegiatan Perpustakaan, Definisi Otomasi
Perpustakaan, Tujuan Otomasi Perpustakaan, Manfaat Otomasi Perpustakaan,
Metode Otomasi Perpustakaan, Unsur-unsur Otomasi Perpustakaan, Cakupan
Otomasi Perpustakaan, Gambaran Umum Perangkat Lunak, Kriteria Perangkat
Lunak, dan Perangkat Lunak Open Source Untuk Sistem Otomasi Perpustakaan.
BAB III GAMBARAN UMUM SISTEM OTOMASI PERPUSTAKAAN AN-
NISAA’ DAN SOFTWARE ATHENAEUM LIGHT 6.0
Berisi tentang Sejarah Singkat Sistem Otomasi Perpustakaan Sekolah An-
Nisaa’, Cakupan Kegiatan Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’, Software Athenaeum
Light 6.0, Karakteristik, Cara Instalasi , dan Menu-menu Athenaeum Light 6.0.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang Metode, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data, Teknik
Analisa Data, dan Pengujian Kredibilitas Data.
BAB V HASIL PENELITIAN
Membahas tentang Alasan Penggunaan Software Athenaeum Light 6.0 Pada
Sistem Otomasi Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’, Penerapan Fasilitas-fasilitas
Software Athenaeum Light 6.0 Pada Fungsi-fungsi Kegiatan Perpustakaan Sekolah
An-Nisaa’, dan Kendala-kendala Dalam Penggunaan Software Athenaeum Light 6.0
Pada Sistem Otomasi Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’.
BAB VI PENUTUP
Terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Fungsi-fungsi Kegiatan Perpustakaan
Kegiatan yang dilakukan perpustakaan sangat bervariasi. Variasi kegiatan
tersebut tergantung kepada jenis perpustakaan dan ruang lingkup organisasinya.
Sebuah perpustakaan yang besar membagi tugas dan pekerjaan kepada berbagai
bidang, bagian, sub bagian, divisi, sub divisi, seksi, dan lain-lain. Sedangkan
perpustakaan yang relatif kecil dapat menyederhanakan pembagian tugasnya kedalam
orang dan jabatan yang terbatas pula. Namun pada prinsipnya ada beberapa hal yang
memiliki kesamaan. Kegiatan itu meliputi: fungsi layanan teknis terdiri dari,
pengadaan, pengolahan, dan pemeliharan; layanan pemakai terdiri dari layanan
sirkulasi dan layanan referensi; fungsi administrasi dan fungsi sosialisasi.
1. Fungsi Layanan Teknis
a. Fungsi Pengadaan
Pengadaan (acquisiting) koleksi bahan pustaka merupakan proses awal dalam
mengisi atau menambah koleksi yang di perpustakaan. Proses pengadaan dilakukan
dengan cara : pembelian, hadiah atau sumbangan, tukar-menukar, dan titipan1.
1 Soeatminah, Perpustakaan, Kepustakawanan, dan Pustakawan, (Kanisius : Yogyakarta,
1992), h. 71
Hal-hal pokok yang harus ditetapkan berkaitan dengan pengadaan koleksi
adalah:2
a). Menyusun rencana operasional pengadaan bahan pustaka yang meliputi:
1) Perumusan kebijakan tentang koleksi, mencakup pedoman, peraturan,
penekanan, dan penyediaan anggaran.
• Mempelajari peta dan kondisi masyarakat pemakai
• Presentasi bidang-bidang pengetahuan bahan pustaka yang akan
diadakan
• Seleksi, dengan berpedoman kepada atau bersumber pada katalog
terbitan, brosur, bibliografi, daftar tambahan (accession list),
permintaan pemakai, perkembangan informasi, dan lain-lain.
2) Menghimpun alat seleksi bahan pustaka
Kegiatan ini adalah mengumpulkan semua sumber informasi literatur
yang akan dipergunakan dalam proses penyeleksian dan penentuan bahan
pustaka yang akan diadakan. Sumber-sumber informasi ini seperti, katalog
penerbit, bibliografi, buletin, abstrak, brosur terbitan baru, dan lain-lain.
b). Survei Minat Pemakai
Kegiatan ini adalah membuat instrumen, mengumpulkan, mengolah dan
menganalisa data serta membuat laporan hasil survei untuk mengetahui bidang atau
subjek apa yang diminati pemakai, jenis pustaka apa yang diperlukan termasuk jenis
layanan yang dikehendaki.
2 Sutarno N.S., Manajemen Perpustakaan : Suatu Pendekata Praktik, (Samitra Media Utama :
Jakarta, 2004), h. 147-149
c). Survei Bahan Pustaka
Kegiatan ini adalah mengamati keberadaan bahan pustaka di penerbit, toko
buku, pameran, da perpustakaan lainnya.
d). Membuat dan Menyusun Desiderata
Kegiatan ini adalah membuat deskripsi bahan pustaka dalam bentuk kartu atau
daftar dan disusun dengan menurut aturan tertentu untuk digunakan sebagai seleksi
bahan pustaka dalam proses pengadaan bahan pustaka.
e.) Menyeleksi Bahan Pustaka
Dengan menggunakan daftar desiderata, laporan hasil survei minat pemakai,
dan laporan hasil survei maka diadakanlah penyeleksian bahan pustaka untuk
menentukan bahan pustaka yang akan diadakan oleh perpustakaan.
b. Fungsi Pengolahan
Pengolah (processing) adalah pekerjaan yang diawali sejak koleksi diterima di
perpustakaan sampai dengan penempatan di rak atau di tempat tertentu yang telah
disediakan.3 Proses pengolahan koleksi terdiri dari: inventarisasi, klasifikasi,
katalogisasi, pembuatan kelengkapan pustaka, penyusunan kartu katalog, dan
penyusunan buku.
1). Inventarisasi
Proses ini terdiri dari:
3 Sutarno N.S., Manajemen Perpustakaan : Suatu Pendekata Praktik, h. 151
a) Mencatat setiap eksemplar buku dalam buku induk
b) Memberi nomor induk pada setiap eksemplar buku dan mencatatnya dalam
buku yang bersangkutan
c) Memberi cap atau stempel milik pada setiap buku, pada halaman tertentu yang
telah ditentukan sebelumnya.
2). Klasifikasi
Klasifikasi adalah kegiatan mengelompokkan buku yang subjeknya sama
dikumpulkan dan berbeda dipisahkan. Untuk melaksanakan kegiatan ini diperlukan
alat yaitu sistem klasifikasi. Misalnya Dewey Decimal Classification (DDC),
Universal Decimal Classification (UDC), Library of Congress Classification (LCC),
atau sistem yang lainnnya.
Pengklasifikasian koleksi akan membantu dalam penempatan koleksi dirak
dan juga mempermudah pemakai dalam mencari dan menemukan koleksi yang
diinginkan. Pada sisi lain manfaat klasifikasi akan membantu tersusunnya koleksi
yang lebih rapi dan teratur.
3). Katalogisasi
Katalogisasi adalah kegiatan membuat deskripsi data bibliografi suatu bahan
pustaka menurut standar atau peraturan tertentu.4 Hasil dari proses ini berupa
deskripsi (entry) kartu katalog manual atau katalog online yang sesuai dengan ISBD
(International Standar Book Description) terdiri dari nama pengarang, keterangan
judul, keterangan kota terbit, nama penerbit, tahun terbit, jumlah halaman, ukuran
4 Ibid., h. 154
buku, ilustrasi, indeks, tabel, bibliografi, keterangan singkat tentang isi buku, judul
asli, dan pengarang aslinya (apabila buku tersebut hasil terjemahan)5.
4). Pembuatan Kelengkapan Pustaka
Pembuatan kelengkapan pustaka adalah kegiatan menyiapkan dan membuat
kelengkapan pustaka agar pustaka siap dipakai, mudah digunakan, dan untuk
memelihara agar koleksi tetap dalam keadaan baik. Kegiatan itu antara lain:6
a) Label buku (call number) yang berisi kode klasifikasi, tiga huruf pertama
nama terkahir pengarang, dan satu huruf pertama judul buku.
b) Kartu buku dan kantong buku
c) Slip buku atau slip tanggal kembali
d) Sampul buku
5). Penyusunan Kartu Katalog
Penyusunan kartu katalog adalah kegiatan menyajikan katalog perpustakan
agar dapat digunakan oleh pemakai perpustakaan untuk mencari dan menemukan
lokasi suatu buku yang dikehendakinya.7
Biasanya kartu-kartu katalog disusun dalam laci katalog berdasarkan kategori
pengarang, judul atau subjek. Ketiga pembagian tersebut menjadi jalan atau akses
poin dalam mencari koleksi yang dibutuhkan pemakai. Hal ini berbeda dengan
katalog online yang tidak perlu disusun berdasarkan ketiga kategori tersebut. Karena
5 Ibid. h. 155 6 Ibid., h. 156
7 Soeatminah, Perpustakaan, Kepustakawanan, dan Pustakawan, h. 82
secara otomatis katalog tersebut bisa diakses berdasarkan judul. Pengarang, subjek,
atau kategori yang lainnya.
6). Penyusunan Buku
Penyusunan buku adalah kegiatan menempatkan buku-buku yang sudah
selesai diolah dan telah dilengkapi dengan label ke dalam rak atau lemari buku. Buku
diatur sesuai dengan sandi buku, yang merupakan kode kelompok subjek buku.
Buku-buku yang subjeknya sama terkumpul dalam satu lokasi, sehingga mudah bagai
pemakai perpustakaan untuk menemukan buku-buku yang dikehendaki.
c. Fungsi Penyimpanan dan Pemeliharaan
Kegiatan ini bertujuan agar setiap bahan pustaka selalu terpelihara sehingga
usianya menjadi panjang, daya pakainya lama, dan penempatannya di rak selalu
teratur dan bersih. Kegiatan ini terdiri dari; pengecekan sebelum bahan pustaka
mengalami kerusakan, mengatur penempatan bahan pustaka pada ruangan dengan
pendingin ruangan (AC), pemeliharaan koleksi ketika rusak (melaminasi, menjilid
ulang, memberi bahan kimia pengawet kertas, mencegah masuknya serangga ke
dalam buku, dan meroproduksi bahan pustaka kedalam format tertentu).
2. Fungsi Layanan Pemakai/ Publik
Tugas-tugas layanan (service) perpustakaan merupakan kelanjutan kegiatan
pengadaan dan pengolahan. Tugas-tugas layanan pada umumnya terdiri dari layanan
sirkulasi dan layanan referensi.
a. Layanan Sirkulasi
Layanan sirkulasi adalah kegiatan melayani peminjaman dan pengembalian
buku-buku perpustakaan. Tugas pokok bagian sirkulasi adalah melayani pemakai
yang akan meminjam, mengembalikan dan memperpanjang pinjaman buku-buku
perpustakaan serta membuat laporan kegiatan sirkulasi.
Untuk dapat memantau sejauh mana pelayanan perpustakaan digunakan,
petugas sirkulasi dapat membuat laporan kegiatan pelayanannya. Laporan tersebut
dapat digunakan untuk mengevaluasi pelayanan perpustakaan.
Beberapa laporan yang dapat dibuat diantaranya adalah:
a) Laporan anggota perpustakaan
b) Laporan pengunjung perpustakaan
c) Laporan buku yang dipinjam
b. Layanan Referensi
Layanan referensi adalah layanan yang berhubungan dengan pelayanan yang
membantu pemakai perpustakaan yang menemukan kesulitan dalam memperoleh
informasi atau bahan pustaka dan memberikan petunjuk agar informasi atau bahan
pustaka yang diperlukan dapat secepatnya ditemukan.8
3. Fungsi Administrasi
Sebenarnya administrasi perpustakaan terdapat di setiap kegiatan, baik
pengadaan koleksi, pengolahan, layanan, dan sekretariat. Yang dimaksud kegiatan
administrasi perpustakaan adalah kegiatan yang berada di sekretariat (ketatausahaan).
Ada yang mengatakan bahwa kegiatan administrasi ini merupakan kegiatan
penunjang dari tugas pokok perpustakaan. Kegiatan pokoknya terdiri dari pengadaan,
pengolahan sampai terselenggaranya kegiatan layanan. Kegiatan administrasi
8 Rizal Saeful Haq, dkk, Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah, (Fakultas Adab
UIN Syarif Hidayatullah : Jakarta, 2006), h. 111
perpustakaan mencakup antara lain; konsep surat, pengetikan, surat masuk, surat
keluar, menata arsip dan dokumen, membuat peraturan tata tertib, penyusunan
anggaran, pembuatan laporan, menyusun program kegiatan perpustakaan, dan lain-
lain9.
4. Fungsi Sosialisasi
Istilah sosialisasi selalu dikaitkan dengan upaya promosi dan publikasi.
Promosi perpustakaan merupakan metode yang digunakan untuk menginformasikan,
membujuk dan mengingatkan pemakai tentang institusi beserta sumber-sumber yang
ada di dalamnya dan juga layanan yang diberikan.10 Selain itu, kegiatan sosialisasi/
promosi perpustakaan berguna untuk menjaring minat dan respon masyarakat,
mengembangkan kerja sama, memberikan sesuatu yang berguna dan
mengembangkan upaya membangun media penghubung antara perpustakaan dengan
masyarakat pengguna perpustakaan. Kegiatan sosialisasi diantaranya adalah;
penyebaran brosur, pembuatan daftar koleksi baru, pembuatan bookmark
perpustakaan, pembuatan mading perpustakaan, mengadakan berbagai lomba
kegiatan dan seminar atau workshop, membuat websit atau homepage perpustakaan,
dan lain-lain.
B. Otomasi Perpustakaan
1. Definisi Otomasi Perpustakaan
Perkembangan teknologi informasi (TI) yang begitu pesat telah merambah ke
berbagai bidang aktivitas manusia, termasuk salah satunya bidang perpustakaan.
9 Sutarno N.S., Manajemen Perpustakaan : Suatu Pendekata Praktik, h. 168-169
10 Rizal Saeful Haq, dkk, Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah, h. 171
Penerapan teknologi informasi (TI) dalam pengelolaan perpustakaan dikenal dengan
istilah otomasi perpustakaan.
Otomasi adalah pengorganisasian mesin untuk mengerjakan tugas-tugas rutin
yang sebelumnya dilakukan oleh manusia. Definisi lain menyebutkan bahwa otomasi
adalah penggunaan peralatan yang dioprasikan secara otomatis, untuk menghemat
tenaga fisik dan mental manusia.11 Sedangkan menurut Sulistiyo Basuki,12 pengertian
otomasi adalah mencakup konsep proses/ hasil membuat mesin swatindak dan/atau
swakendali dengan mengurangi adanya campur tangan manusia.
Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian dari sebuah gedung, ataupun
gedung tersendiri yang digunakan untuk menyimpan buku serta terbitan lainnya.
Bahan-bahan pustaka itu disimpan menurut tata susunan tertentu untuk kepentingan
pembaca.13 Sedangkan menurut IFLA (Inetrnational Federation of Library
Associations and Institutions, yang dikutip Sulistiyo Basuki perpustakaan merupakan
kumpulan bahan tercetak dan non cetak dan atau sumber informasi dalam komputer
yang disusun secara sistematis untuk kepentingan pemakai.14
Jadi dapat disimpulkan bahwa otomasi perpustakaan adalah penggunaan
komputer untuk melakukan beberapa kegiatan perpustakaan yang bersifat rutin
11 Peter Salim dan Yenni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta :
Modern English Press, 2002), Ed. 3, h. 1067 12 Sulistiyo Basuki, Periodisasi Perpustakaan Indonesia, (Bandung : Remaja Rosda Karya,
1994), h. 96 13 Sulistiyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
1991), h. 5
14 Ibid, h. 5
dengan mengurangi campur tangan manusia, sehingga akan memberikan peningkatan
kualitas layanan kepada pemakai.
2. Tujuan Otomasi Perpustakaan
Penerapan sistem otomasi dalam sebuah perpustakaan pastinya mempunyai
tujuan. Menurut John Corbin, bahwa tujuan utama dari diterapkanya sistem otomasi
perpustakaan adalah:15
a) Meringankan beban kerja, khusunya yang rutin dan berulang-ulang. Perangkat
lunak yang digunakan dapat diprogram untuk mengerjakan pekerjaan bersifat
administratif, misalnya pengisian data anggota perpustakaan, pembuatan
statistik pelayanan, pengisian data bibliografi untuk pembuatan katalog, dan
sejenisnya.
b) Menghemat waktu dan tenaga sehingga dapat meningkatkan efesiensi kerja.
c) Komputer dapat mengolah data lebih cepat dan akurat dari pada pengolahan
secara manual.
d) Meningkatkan kerjasama antar layanan atau bagian ataupun antar
perpustakaan, sistem otomasi perpustakaan memungkinkan adanya hubungan
dan kerja sama (networking) baik secara lokal (antar bagian di satu
perpustakaan) maupun atar perpustakaan.
e) Memberikan hasil pekerjaan yang konsisten.
15 John Corbin, Managing The Library Automation Project , (Kanada : Oryx Press, 1985), h.
18-19
f) Penggunaan komputer dapat mengurangi resiko kesalahan manusia dalam
mengerjakan pekerjaan rutinnya, karena komputer tidak dipengaruhi oleh
kondisi fisik maupun emosi.
g) Memberikan layanan yang lebih efektif bagi pemakai.
h) Pustakawan dapat mengalihkan pekerjaan yang bersifat rutin kepada
komputer dan dapat lebih mengkonsentrasikan diri kepada pengembangan
jasa perpustakaan, sehingga dapat memberikan layanan sebaik mungkin
kepada pemakai.
3. Manfaat Otomasi Perpustakaan
Penerapan sistem otomasi perpustakaan diharapkan akan memberikan
manfaat yang besar terhadap kemajuan dan peningkatan kualitas layanan
perpustakaan. Menurut Abdul Rahman Saleh, beberapa manfaat yang dapat diperoleh
apabila basis data diolah oleh komputer:16
a. Satu kali data dimasukan atau diketik ke komputer, maka untuk data yang
sama akan dihasilkan berbagai keluaran antara lain:
1) Dapat mencetak kartu katalog
2) Dapat mencetak daftar tambahan buku
3) Dapat mencetak bibliografi
4) Dapat mencetak buku induk jika diperlukan
5) Dapat mencetak label nomor pangil
6) Dapat mencetak kartu buku, dan lain-lain
16 Abdul Rahman Saleh, CDS/ISIS Pedoman Pengelolaan Sistem Manajemen Basis Data,
(Jakarta : Saraswati Utama, 1996), h. 21
b. Penelusuran dapat dilakukan dari berbagai titik penelusuran (access points).
Bukan saja berdasarkan nama pengarang, judul buku, atau subjek,
sebagaimana biasanya pada sistem tradisional, melainkan dari seluruh kata
dan melalui seluruh ruas serta subruas yang ada dalam basis data.
c. Penelusuran dapat dilakukan lebih cepat dibandingkan dengan cara
tradisional.
d. Data, meskipun sudah lama dimasukan ke komputer, masih dapat secara
leluasa diubah-ubah (diperbaiki, ditambah, atau dikurangi).
e. Seluruh jumlah data yang disimpan akan memakan ruang lebih sedikit
dibandingkan dengan cara penyimpanan tradisional.
f. Data yang ada dapat saling dipertukarkan.
g. Kalau sudah paham penggunaannya akan terasa menyenangkan mencari
informasi dengan komputer.
4. Metode Otomasi Perpustakaan
Penggunaan komputer atau otomasi perpustakaan pada hakekatnya bertujuan
untuk meningkatkan kualitas layanan perpustakaan kepada para penggunanya.
Menurut Corbin yang dikutip Jonner Hasugian, bahwa untuk mencapai tujuan itu
perpustakaan dapat menggunakan beberapa metode atau cara sebagai berikut:17
a. Mengadaptasi Sistem
Perpustakaan dapat juga membangun dan mengembangkan
otomasinya dengan cara mengadaptasi sistem kerjasama jaringan. Sistem
17 Jonner Hasugian, Penerapan Teknologi Pada Sistem Kerumahtanggaan Perpustakaan
Perguruan Tinggi, (Marsela, 2000), h. 45
jaringan adalah suatu sistem yang dirancang, diprogram dan digunakan secara
bersama oleh beberapa perpustakaan, karena itu sistem tersebut dinamakan
juga sistem kooperatif.
b. Membeli Sistem Turnkey
Sistem turnkey adalah suatu sistem komputer yang sudah dirancang,
diprogram, diuji dan kemudian dijual oleh perusahaan kepada perpustakaan
dalam keadaan siap untuk dipasang dan dioperasikan. Sistem ini merupakan
sistem paket jadi.
c. Menggunakan Bersama Sistem Dari Perpustakaan Lain
Metode atau cara lain yang dapat dipilih oleh perpustakaan dalam
rangka membangun dan mengembangkan sistem otomasinya adalah
menggunakan bersama sistem dari perpustakaan lain.
d. Mengembangkan Sistem Lokal
Sistem lokal adalah sistem komputer yang dirancang, diprogram dan
diuji oleh perpustakaan pembuatnya. Perpustakaan juga dapat membangun
sistem otomasinya dengan mengembangkan sistem lokal yang sering disebut
in-house developed system.
5. Unsur-unsur Otomasi Perpustakaan
Sepeti halnya satu buah PC (Personal Computer) yang bisa digunakan untuk
berbagai kebutuhan, terdiri dari beberapa unsur atau komponen. Kita mengenal istilah
hardware dan software yang menjadikan sebuah komputer bisa dioperasikan.
Sama halnya dengan sistem otomasi perpustakaan yang merupakan perpaduan
dari beberapa unsur yang didisain sedemikian rupa untuk bekerjasama dalam
menyempurnakan tugas-tugas khusus, dan apabila salah satu unsur yang ada tersebut
hilang maka sistem tersebut tidak akan dapat bekerja dengan baik. Unsur-unsur atau
syarat tersebut adalah:18
a). Pengguna (user)
Pengguna merupakan unsur utama dalam sistem otomasi perpustakan. Dalam
pembangunan sistem perpustakaan hendaknya selalu dikembangkan melalui
konsultasi dengan pengguna-penggunanya yang meliputi pustakawan, staf yang
nantinya sebagai operator atau teknisi serta para angota perpustakaan. Apa misi
organisasi tersebut? Apa kebutuhan informasi mereka? Seberapa melek komputerkah
mereka? Bagaimana sikap mereka? Apakah pelatihan dibutuhkan? Itu adalah
beberapa pertanyaan yang harus dijawab dalam mengembangkan sebuah sistem
otomasi perpustakaan. Otomasi perpustakaan baru bisa dikatakan baik bila memenuhi
kebutuhan pengguna baik staf maupun anggota perpustakaan. Tujuan dari pada
sistem otomasi perpustakaan adalah untuk memberikan manfaat kepada pengguna.
Konsultasikan dengan pengguna untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan
mereka. Namun perlu hati-hati terhadap penilaian keliru yang dilakukan oleh
pengguna mengenai kebutuhan dan persepsi tentang apa yang bisa dan tidak bisa
dilakukan oleh suatu sistem komputer. Kebutuhan dapat dirincikan terlalu banyak
atau terlalu sedikit dan kadang-kadang persepsi bisa juga keliru.
Staf yang bersangkutan harus dilibatkan mulai dari tahap perencanaan dan
pelaksanaan sistem. Masukan dari masing-masing staf harus dikumpulkan untuk
18 Ikwan Arif, Konsep dan Perencanaan Dalam Automasi Perpustakaan, Malang : Makalah
Seminar dan Workshop Sehari “Membangun Jaringan Perpustakaan digital dan Automasi Perpustakaan Menuju Masyarakat Berbasis Pengetahuan” UMM, 4 Oktober 2003, h. 4
menjamin kerjasama mereka. Tenaga-tenaga inti yang dilatih untuk menjadi operator,
teknisi dan administrator sistem harus diidentifikasikan dan dilatih sesuai bidang
yang akan dioperasikan.
b). Perangkat Keras (Hardware)
Komputer adalah sebuah mesin yang dapat menerima dan mengolah data
menjadi informasi secara cepat dan tepat. Pendapat lain mengatakan bahwa komputer
hanya komponen fisik dari sebuah sistem komputer yang memerlukan program untuk
menjalankannya.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komputer adalah
sebuah alat dimana kemampuannya sangat tergantung pada manusia yang
mengoperasikan dan software yang digunakan. Kecendrungan perkembangan
komputer:
1) Ukuran fisik mengecil dengan kemampuan yang lebih besar
2) Harga terjangkau
3) Kemampuan menyimpan data berkapasitas tinggi
4) Transfer pengiriman data yang lebih cepat dengan adanya jaringan
Dalam memilih perangkat keras yang pertama adalah menentukan staf yang
bertanggungjawab atas pemilihan dan evaluasi hardware sebelum transaksi
pembelian. Adanya staf yang bertanggungjawab adalah untuk mengurangi
ketergantungan terhadap pihak lain dan dapat menghindari dampak buruk yang
mungkin timbul. Hal ini adalah adanya dukungan teknis serta garansi produk dari
vendor penyedia komputer.
c). Perangkat Lunak (Software)
Perangkat lunak diartikan sebagai mode atau prosedur untuk mengoperasikan
komputer agar sesuai dengan permintaan pemakai. Kecendrungan dari perangkat
lunak sekarang mampu diaplikasikan dalam berbagai sistem operasi, mampu
menjalankan lebih dari satu program dalam waktu bersamaan (multi-tasking),
kemampuan mengolah data yang lebih handal, dapat dioperasikan secara bersama-
sama (multi-user).
d). Jaringan (Network)
Jaringan komputer telah menjadi bagian dari otomasi perpustakaan karena
perkembangan yang terjadi di dalam teknologi informasi sendiri serta adanya
kebutuhan akan pemanfaatan sumber daya bersama melalui teknologi.
Komponen perangkat keras jaringan antara lain: komputer sebagai server dan
klien, network interface card (LAN Card terminal kabel/ HUb), jaringan telepon atau
radio, modem
Hal yang harus diperhatikan dalam membangun jaringan komputer adalah:
1) Jumlah komputer serta lingkup dari jaringan (LAN, WAN)
2) Lokasi dari hardware: komputer, kabel, panel distribusi, dan sejenisnya
3) Protokol komunikasi yang digunakan
4) Menentukan staf yang bertanggungjawab dalam membangun jaringan
e). Data
Data merupakan bahan baku informasi, dapat didefinisikan sebagai kelompok
teratur simbol-simbol yang mewakili kuantitas, fakta, tindakan, benda, dan
sebagainya. Data terbentuk dari karakter, dapat berupa alfabet, angka, maupun simbol
khusus seperti *, $ dan /. Data disusun mulai dari bits, bytes, fields, records, file, dan
database.
Sistem informasi menerima masukan data dan instruksi, mengolah data
tersebut sesuai instruksi dan mengeluarkan hasilnya. Fungsi pengolahan informasi
sering membutuhkan data yang telah dikumpulkan dan diolah dalam priode waktu
sebelumnya, karena itu ditambahkan sebuah penyimpanan data file (data file storage)
ke dalam model sistem informasi, dengan begitu kegiatan pengolahan tersedia baik
bagi data baru maupun data yang telah dikumpulkan dan disimpan sebelumnya.
f). Manual
Manual atau biasa disebut prosedur adalah penjelasan bagaimana memasang,
menyesuaikan, menjalankan suatu perangkat keras atau perangkat lunak. Prosedur
merupakan aturan-aturan yang harus diikuti bilamana mengunakan perangkat keras
dan perangkat lunak. Banyak peripheral perangkat keras maupun sistem tidak
berjalan dengan optimal karena dokumentasi yang tidak memadai atau pengguna
tidak mengerti manual yang disediakan. Manual harus dibaca dan dimengerti walau
serumit apapun. Manual adalah kunci bagi kelancaran sistem. Manual/ prosedur dapat
juga mencakup kebijakan-kebijakan khususnya dalam lingkungan jaringan dimana
pemasukan dan pengeluaran data membutuhkan format komunikasi bersama.
Pertemuan-pertemuan mungkin perlu sering diadakan diantara anggota-anggota
jaringan untuk menentukan standar-standar dan prosedur-prosedur.
6. Cakupan Otomasi Perpustakaan
Dalam kegiatan operasionalnya, perpustakaan mempunyai tugas-tugas khusus
seperti pengadaan, pengolahan, sirkulasi, dan lain-lain. Penerapan teknologi
inforamasi (TI) dalam pengelolaan perpustakaan yang kemudian lebih dikenal dengan
otomasi perpustakaan didalam penerapannya mencakup berbagai bidang yakni:
pengadaan (acquisiting), pengkatalogan (cataloguing), pengawasan sirkulasi
(circulation control), pengelolaan terbitan berkala (serials control), katalog terpasang
(online public access catalogue), pengelolaan anggota.19
a. Pengadaan (acquisiting)
Kegiatan ini berkaitan dengan pengadan bahan pustaka baik melalui cara
membeli, pertukaran, maupun dari hadiah. Dalam kegiatan pengadaan terdapat
kegiatan pengecekan bibliografi (pre-order bibliographic control) yang dilakukan
sebelum pemesanan dan penerimaan bahan pustaka, pemprosesan faktur, dan
pemeliharaan arsip yang berhubungan dengan pengadaan.
b. Pengkatalogan (cataloguing)
Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mempersiapkan cantuman
bibliografi untuk pembuatan katalog yang digunakan sebagai sarana temu kembali
koleksi.
c. Pengawasan Sirkulasi (ciculation control)
Kegiatan yang berkaitan dengan peminjaman dan pengembalian bahan
pustaka, kegiatan ini berhubungan dengan pengontrolan peredaran koleksi
perpustakaan.
19 A. Ridwan Siregar, “Automasi Perpustakaan : Desain Sistem Kerumahtanggaan”, diakses
pada 30 April 2008 dari http://library.usu.ac.id/download/lib/AutomasiPerpustakaan.html
d. Pengelolaan Terbita Berkala (serials control)
Kegiatan ini berhubungan dengan pembuatan pesanan, penerimaan dokumen,
akses terhadap koleksi, pengarahan, pengajuan tuntutan, peminjaman dan penjilitan
terbitan berkala dan serial.
e. Katalog Online (online public access catalogue)
Penyediaan fasilitas sarana temu kembali koleksi perpustakaan menggunakan
komputer untuk digunakan oleh pengguna perpustakaan.
f. Pengelolaan Anggota
Kegiatan administratif pengelolaan perpustakaan yang meliputi penerimaan
layanan keanggotaan, pembuatan kartu anggota, layanan surat keterangan bebas
pustaka dan lainnya.
C. Penerapan Perangkat Lunak (software) Pada Sistem Otomasi Perpustakaan
1. Gambaran Umum Perangkat Lunak
Perangkat lunak atau lebih dikenal dengan istilah software, merupakan
perangkat yang harus ada dalam sistem sebuah komputer. Biasanya kinerja sebuah
software akan bekerja sama dengan perangkat keras atau lebih dikenal dengan istilah
hardware.
Banyak definisi untuk istilah perangkat lunak yang diantaranya adalah:
Perangkat lunak diartikan sebagai metode atau prosedur untuk mengoperasikan
komputer agar sesuai dengan permintaan pemakai20. Perangkat lunak dapat juga
dikatakan sebagai penterjemah perintah-perintah yang dijalankan pengguna komputer
20 Ikhwan Arif, Konsep dan Perencanaan Dalam Automasi Perpustakaan., h. 6
untuk diteruskan ke atau diproses oleh perangkat keras. Perangkat lunak ini dibagi
menjadi 3 tingkatan: tingkatan program aplikasi (application program) misalnya
Microsoft Office, tingkatan sistem operasi (operating system) misalnya Microsoft
Windows, Linux, dan Unix, dan tingkatan bahasa pemrograman yang dibagi lagi atas
bahasa pemrograman tingkat tinggi seperti Pascal dan bahasa pemrograman tingkat
rendah yaitu bahasa rakitan.
Perangkat lunak adalah program komputer yang isi instruksinya dapat diubah
dengan mudah. Perangkat lunak umumnya digunakan untuk mengontrol perangkat
keras yang sering disebut sebagai (device driver), melakukan proses perhitungan,
berinteraksi dengan perangkat lunak yang lebih mendasar lainnya seperti sistem
operasi, dan bahasa.
Dilihat dari cara mendapatkannya (segi ekonomi), perangkat lunak terbagi
menjadi dua jenis, yaitu freeware dan shareware.
1). Freeware
Istilah freeware lebih mengacu pada paket-paket program yang mengizinkan
redistribusi tetapi bukan pemodifikasian (dan kode programnya tidak tersedia).
Freeware didistribusi dalam form biner tanpa ada biaya lisensi. Freeware sering
digunakan dalam program promosi sebagai software tambahan pada penjualan
software berpemilik dan juga untuk meningkatkan penjualan21. Berbeda dari
shareware yang mewajibkan penggunanya membayar (misalnya setelah jangka waktu
21 “Freeware Definition”, diakses pada 14 Oktober 2008 dari
http://www.linfo.org/freeware.html
percobaan tertentu atau untuk memperoleh fungsi tambahan). Para pengembang
freeware seringkali membuat freeware untuk disumbangkan kepada komunitas,
namun juga tetap ingin mempertahankan hak mereka sebagai pengembang dan
memiliki kontrol terhadap pengembangan selanjutnya. Kadang jika para programer
memutuskan untuk berhenti mengembangkan sebuah produk freeware, mereka akan
memberikan kode sumbernya kepada programer lain atau mengedarkan kode sumber
tersebut kepada umum sebagai perangkat lunak bebas.
2). Shareware
Shareware ialah perangkat lunak yang mengijinkan orang-orang untuk
meredistribusikan salinannya, tetapi bila pengguna terus menggunakannya diminta
untuk membayar biaya lisensi. Shareware bukan perangkat lunak bebas ataupun
semi-bebas. Hal ini dikarenakan sebagian besar shareware, kode programnya tidak
tersedia, jadi tidak dapat dimodifikasi sama sekali. Selain itu shareware tidak
mengizinkan pengguna membuat salinan dan memasangnya tanpa membayar biaya
lisensi 22.
Istilah lainnya untuk shareware adalah trialware, demoware yang pada
intinya mencoba dulu sebelum membeli. Fitur-fitur perangkat lunak shareware belum
tentu mencerminkan keseluruhan fitur yang didapat ketika pengguna sudah membeli
perangkat lunak tersebut, tetapi beberapa shareware membuka semua fitur tanpa
terkecuali. Umumnya perangkat lunak shareware hanya bisa dijalankan dalam
periode waktu tertentu saja atau dibatasi dari jumlah penggunaannya. Setelah periode
22 “Shareware ”, diakses pada 14 Oktober 2008 dari http://www.pcmag.com/encyclopedia
term/0,2542,t=shareware&i=51251,00.asp
tertentu atau mencapai jumlah pemakaian tertentu, perangkat lunak akan terkunci.
Jika pengguna tidak merasa cocok, dan tidak ingin menggunakannya lagi, maka
pengguna wajib untuk menghapus program dari komputer pengguna. Apabila
pengguna merasa cocok, untuk dapat terus menggunakan, ia harus membeli untuk
memperoleh kunci pembuka atau perangkat lunak versi non-shareware-nya. Apabila
menggunakan kunci pembuka, pengguna memasukkan kunci tersebut di perangkat
lunak shareware. Apabila kunci tersebut valid, perangkat lunak yang tadinya terkunci
akan terbuka untuk penggunaan seterusnya tanpa batasan.
Sedangkan dilihat dari jenisnya perangkat lunak terbagi menjadi dua, yaitu
open source software dan closed source software.
1). Open Source Sofware
Open Source adalah suatu lisensi dari software yang memberikan kebebasan
kepada penggunanya untuk melihat kode sumber program, merubah kode sumber
program, dan mendistribusi program.23
Sebelumnya istilah open source adalah free software (perangkat lunak bebas).
Istilah ini diciptakan oleh Richard Stallman dan Free Software Foundation yang
mengacu kepada perangkat lunak yang bebas untuk digunakan, dipelajari dan diubah
serta dapat disalin dengan atau tanpa modifikasi, atau dengan beberapa keharusan
untuk memastikan bahwa kebebasan yang sama tetap dapat dinikmati oleh pengguna-
pengguna berikutnya. Bebas di sini juga berarti dalam menggunakan, mempelajari,
23 “Open Source”, diakses pada 14 Oktober 2008 dari http://www.pcmag.com/encyclopedia
term/0%2C254%2Ct%3Dopen+source&i%3D48471%2C00.asp
mengubah, menyalin atau menjual sebuah perangkat lunak, seseorang tidak perlu
meminta ijin dari siapa pun.24
Menurut Richard Stallman dan Yayasan Perangkat Lunak Bebas, suatu
perangkat lunak dikatakan perangkat lunak bebas jika pengguna yang menerima
salinan perangkat lunak tersebut memiliki empat kebebasan yaitu:25
a) Kebebasan 0: Bebas untuk menjalankan perangkat lunak untuk tujuan
apapun.
b) Kebebasan 1: Bebas untuk mempelajari dan mengubah perangkat lunak.
c) Kebebasan 2: Bebas untuk menyalin perangkat lunak, sehingga Anda
dapat membantu tetangga Anda.
d) Kebebasan 3: Bebas untuk memajukan perangkat lunak, dan merilisnya ke
publik, sehingga komunitas dapat menikmati keuntungan tersebut.
Kebebasan 1 dan 3 membutuhkan akses atas kode sumber, karena tidak mungkin
untuk mempelajari dan mengubah perangkat lunak tanpa kode sumbernya.
Konsep open source pada intinya adalah membuka kode sumber (source
code) dari sebuah perangkat lunak. Konsep ini terasa aneh pada awalnya dikarenakan
source code merupakan kunci dari sebuah perangkat lunak. Dengan diketahui logika
yang ada di source code, maka orang lain semestinya dapat membuat perangkat lunak
yang sama fungsinya. 26
24 “Perangkat Lunak Sumber Terbuka”, diakses pada 24 September 2008 dari
http://www.gnu.org/philosophy/free-sw.id.html 25 Ibid. 26 Masyarakat Digital Gotong Royong, “Pengantar Sistem Operasi Komputer”, diakses pada
30 April 2008 dari http://bebas.vlsm.org/v06/kuliah/SistemOperasi/BUKU
Gerakan Open Source mendefinisikan bahwa open source tidak hanya sekedar
kemudahan akses pada kode sumber, namun suatu software dapat disebut open
source bila distribusinya memenuhi kriteria-kriteria berikut :27
a) Pendistribusian Ulang Secara Cuma-Cuma (free redistribution). Lisensi
software tersebut tidak boleh membatasi suatu pihak untuk menjual atau
memberikan software, baik software yang berdiri sendiri maupun software
yang menjadi komponen software lain.
b) Kode sumber. Program harus menyertakan kode sumber dan harus
memungkinkan pendistribusian dalam bentuk kode sumber maupun
terkompilasi.
c) Karya-karya Bentukan (derived works). Lisensi harus memungkinkan
modifikasi dan pekerjaan turunan, serta harus memungkinkan mereka
didistribusikan berdasarkan syarat-syarat yang sama dengan yang ada pada
lisensi software awal.
d) Integritas kode sumber. Lisensi tersebut dapat membatasi pendistribusian
kode sumber dalam bentuk modifikasi hanya saja jika lisensi itu mengijinkan
pendistribusian dalam bentuk patc file (potongan/ tidak seluruhnya) dengan
kode sumber dengan tujuan memodifikasi program tersebut pada masa
pembuatan. Lisensi itu tertulis harus memperbolehkan pendistribusian
perangkat lunak yang dibuat dari modifikasi kode sumber. Lisensi tersebut
27 Tedi Heriyanto, “Pengembangan Software Berbasiskan Open Source di Indonesia”, diakses
pada 9 Mei 2008 dari http://tedi.heriyanto.net/papers/pengembangan.html,
mungkin memerlukan pekerjaan-pekerjaan bentukan untuk membawa nama
atau versi yang berbeda dari perangkat lunak asal.
e) Tidak ada diskriminasi terhadap orang atau kelompok.
f) Tidak ada diskriminasi terhadap bidang-bidang pemberdayaan (fields of
endeavor). Lisensi tidak boleh membatasi seseorang menggunakan program
dalam bidang tertentu.
g) Distribusi lisensi. Hak-hak yang ada dalam program harus berlaku pula bagi
tiap pihak yang menerima program, tanpa memerlukan lisensi tambahan.
h) Lisensi tidak boleh spesifik terhadap suatu produk.
i) Lisensi tidak boleh mempengaruhi software lain. Lisensi tidak boleh
membatasi software-software yang didistribusikan beserta software terlisensi
open source
Open source lahir karena kebebasan berkarya, tanpa intervensi berpikir dan
mengungkapkan apa yag diinginkan dengan menggunakan pengetahuan dan produk
yang cocok. Kebebasan menjadi pertimbangan utama ketika dilepas ke publik.
Komunitas yang lain mendapat kebebasan untuk belajar, mengutak-atik, merevisi
ulang, membenarkan atau bahkan menyalahkan, tetapi kebebasan ini juga datang
bersama dengan tanggung jawab bukan tanpa tanggung jawab.
2). Closed Source Software
Program closed source software merupakan paket program yang tidak dapat
didistribusikan lagi selain oleh pembuat/ vendor program tersebut. Jika ada distribusi
yang bukan oleh vendor program tersebut, maka itu dianggap sebagai pembajakan
software. Atau dengan kata lain program yang closed source tidak dapat
didistribusikan secara bebas, kecuali oleh vendor program tersebut. Sedangkan
software yang Open Source, dapat didistribusikan secara bebas oleh siapapun. Paket
program juga dapat digandakan secara bebas.
Closed source atau dikenal juga dengan istilah perangkat lunak tak bebas
kadang disebut perangkat lunak berbayar, perangkat lunak sumber tertutup, perangkat
lunak proprieter atau perangkat lunak berpemilik adalah perangkat lunak dengan
pembatasan terhadap penggunaan, penyalinan, dan modifikasi yang diterapkan oleh
proprietor atau pemegang hak. Pembatasan-pembatasan ini dapat dilakukan secara
teknis maupun hukum, atau pun keduanya. Cara teknis dilakukan misalnya dengan
memberikan berkas biner terbaca-mesin kepada pengguna dan menyimpan kode
sumber terbaca manusia. Cara hukum dapat melalui lisensi perangkat lunak, hak
cipta, dan hukum paten. Hak eksklusif secara hukum atas perangkat lunak tak
dibutuhkan oleh seorang proprietor suatu perangkat lunak untuk menjadi perangkat
lunak tersebut tak bebas, karena perangkat lunak domain publik dan perangkat lunak
di bawah suatu lisensi permisif dapat menjadi perangkat lunak tak bebas dengan
mendistribusikan versi kompilasi program tanpa menyediakan kode sumbernya.28
Pembatasan perangkat lunak tak bebas membuatnya menjadi antonim dari
perangkat lunak bebas. Oleh perangkat lunak bebas, hukum yang sama yang
digunakan oleh perangkat lunak tak bebas digunakan untuk mempertahankan
kebebasan untuk menggunakan, menyalin, dan memodifikasi perangkat lunak.
28 “Perangkat Lunak tak Bebas”, diakses pada 24 September 2008 dari
http://www.gnu.org/philosophy/free-sw.id.html
Perangkat lunak tak bebas mencakup freeware dan shareware. Perangkat lunak ini
dapat berupa perangkat lunak komersial, meskipun perangkat lunak domain publik
dan perangkat lunak bebas lainnya juga dapat dijual untuk suatu harga tertentu dan
digunakan untuk tujuan komersial.
2. Kriteria Perangkat Lunak
Suatu software dikembangkan melalui suatu pengamatan dari suatu sistem
kerja yang berjalan, untuk menilia suatu software tentu saja banyak kriteria yang
harus diperhatikan. Hal ini sangat penting diperhatikan oleh pustakawan dalam
memilih sebuah software yang akan dipakai pada sistem otomasi perpustakaannya.
Agar pemilihan sebuah software akan sesuai dengan kebutuhan perpustakaan, bisa
dioperasikan secara maksimal, serta tidak banyak masalah dalam penggunaan
software tersebut.
Menurut Abdul Rahman Saleh, hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pemilihan software adalah sebagai berikut:29
a) Sebaiknya perangkat lunak tersebut mempunyai fitur multiuser, artinya
perangkat lunak tersebut bisa dijalankan pada jaringan lokal dan dapat
diakses oleh banyak pemakai secara bersamaan.
b) Memiliki kecepatan penelusuran (retrievel speed) yang tinggi
c) Ditunjang oleh kemampuan batch processing, artinya program tersebut
dapat menunda beberapa proses, dimana proses tersebut dijalankan di
29 Abdul Rahman Saleh, “Kriteria Pemilihan Perangkat Lunak untuk Automasi
Perpustakaan”, Jurnal Pustakawan Indonesia, h. 8-11
waktu yang lain. Misalkan pada saat komputer tidak banyak diakses oleh
pengguna.
d) Mempunyai kemampuan space recovery yang baik, artinya bila terjadi
gangguan pada komputer maka program ataupun data yang ada tidak akan
rusak atau kerusakan data sangat minimal.
e) Memungkinkan pembatasan akses secara bertingkat kepada pengguna,
misalnya dengan password, dan lain-lain demi keamanan data.
f) Memungkinkan akses ke pangkalan data sebanyak-banyaknya
g) Dapat dijalankan di PC (Personal Computer) yang berbasis LAN
h) Memiliki menu yang mudah dimengerti (user friendly)
i) Apakah perangkat lunak tersebut disertai oleh manual yang lengkap dan
mudah dimengerti (misalnya petunjuk instalasi, pembuatan struktur data,
pengisian data, dan lain-lain).
j) Apakah perangkat lunak tersebut ditunjang oleh service dan after sale
service yang baik dari suplier seperti bantuan instalasi, pemeliharaan
sistem, dan sebagainya.
k) Apakah harga perangkat lunak tersebut kompetitif (murah tapi dengan
kinerja yang baik).
Sedangkan menurut Ikhwan Arif ada beberapa kriteria untuk menilai software
adalah sebagai berikut :30
30 Ikhwan Arif, Konsep dan Perencanaan Dalam Automasi Perpustakaan,, h. 6-7
a) Kegunaan : fasilitas dan laporan yang ada sesuai dengan kebutuhan dan
menghasilkan informasi tepat pada waktu (realtime) dan relevan untuk
proses pengambilan keputusan.
b) Ekonomis : biaya yang dikeluarkan sebanding untuk mengaplikasikan
software sesuai dengan hasil yang didapatkan.
c) Keandalan : mampu menangani operasi pekerjaan dengan frekuensi besar
dan terus-menerus.
d) Kapasitas : mampu menyimpan data dengan jumlah besar dengan
kemampuan temu kembali yang cepat.
e) Sederhana : menu-menu yang disediakan dapat dijalankan dengan mudah
dan interaktif dengan pengguna
f) Fleksibel : dapat diaplikasikan di beberapa jenis sistem operasi dan
institusi serta maupun memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.
3. Perangkat Lunak Open Source Untuk Otomasi Perpustakaan
Saat ini banyak tersedia perangkat lunak berbasis open source yang dapat
digunakan gratis oleh perpustakaan untuk impelentasi otomasi perpustakaan atau
pembangunan perpustakaan digital. Bagi perpustakaan yang tidak memiliki dana
yang memadai untuk pengadaan perangkat lunak otomasi dan perpustakan digital,
tetap dapat mengimplementasikan otomasi perpustakaan atau pembangunan
perpustakaan digital dengan memanfaatkan perangkat lunak perpustakaan berbasis
open source.
Open source menjadi familiar ditelinga masyarakat Indonesia setelah razia
penggunaan perangkat lunak windows tidak berlisensi yang dilakukan oleh
Microsoft. Perangkat lunak Open source mulai dikenal masyarakat yang mencari
alternatif perangkat lunak untuk menghindari jeratan undang-undang hak cipta karena
tidak menggunakan perangkat lunak berlisensi. Open source dan Linux yang
merupakan salah satu produk dari gerakan open source semakin dikenal oleh
masyarakat Indonesia.
Secara harfiah open source berarti kode sumber yang terbuka. Sumber terbuka
yang dimaksudkan di sini adalah source code (kode sumber) dari sebuah program
(perangkat lunak), baik itu berupa kode-kode bahasa pemrograman maupun
dokumentasi dari program atau perangkat lunak tersebut.
Secara sederhana open source adalah sistem pengembangan yang tidak
dikoordinasi oleh satu orang/ lembaga pusat, tetapi oleh para pelaku yang bekerja
sama dengan memanfaatkan source code yang tersebar dan tersedia bebas
(menggunakan fasilitas komunikasi internet).31
Banyak orang yang mendifinisikan open source sebagai perangkat lunak
“gratisan”. Akan tetapi hakikat dari open source itu bukan hanya sebatas “gratis”
karena tidak semua softaware atau program open source itu gratis, walaupun
memang banyak dari perangkat lunak open source dapat diperoleh dengan cuma-
cuma. Justru arti penting dari open source itu adalah source code (kode sumber) yang
dapat diperoleh oleh pengguna sehingga pengguna dapat memodifikasi perangkat
lunak tersebut sesuai dengan kebutuhan. Kemungkinan pengguna memperoleh source
31Masyarakat Digital Gotong Royong, “Pengantar Sistem Operasi Komputer”
code perangkat lunak inilah yang menyebabkan perangkat lunak berbasis open source
banyak digunakan oleh masyarakat saat ini.
Beberapa perangkat lunak yang dibutuhkan untuk dapat membuat sebuah sistem
informasi perpustakaan diantaranya:32
a. Operating system (Linux atau window)
b. Bahasa Pemrograman PHP
c. MySQL
d. Source Code yang dapat didownload di internet
e. Apache web server
Semua perangkat lunak yang dibutuhkan tersebut dapat diperoleh secara
cuma-cuma atau hanya mengganti biaya penggandaannya (kecuali untuk operating
system Windows). PHP, MySQL, dan Apache dapat diperoleh secara cuma-cuma di
situs yang menyediakan fasilitas untuk men-download program ini.
Saat ini ada berberapa perangkat lunak perpustakaan berbasis open source
yang dapat digunakan secara gratis oleh perpustakaan, bahkan perpustakaan dapat
memodivikasi perangkat lunak tersebut sesuai dengan kebutuhan perpustakaan.
Perangkat lunak-perangkat lunak tersebut antara lain OpenBibio, PhpMyLibrary,
Otomigen, Koha, X-Igloo dan GDL. OpenBiblio, PHP MyLibrary, Otomigen, Koha
dan X-Igloo adalah software untuk otomasi perpustakaan, sedangkan GDL adalah
32 Jaringan Perpustakaan Lingkungan Hidup, “JPLH Dalam Implementasi Library Catalogue
Online dan Digital Library for Environmental”, diakses pada 30 April 2008 dari http://www.jplh.or.id/elnv4
perangkat lunak untuk membangun perpustakaan digital. Kesemua perangkat lunak
tersebut termasuk dalam kategori perangkat lunak berbasis open source.33
Beberapa perangkat lunak open source untuk otomasi perpustakaan yang
banyak digunakan dan terus dikembangkan adalah:34
a). Koha
Koha pertama kali dikembangkan oleh Katipo Communications dan
Horowhenua Library Trust di New Zealand. Koha telah banyak digunakan seperti di
New Zealand, Prancis, Kanada, dan Amerika Serikat. Software ini bisa di-download
di www.koha.org
b). Emilda
Imelda dikembangkan di negara Finlandia oleh sebuah perusahaan bernama
Realnode. Mereka memulai mengembangkan Emilda untuk satu sistem perpustakaan
sekolah. Software ini bisa di-download di www.emilda.org
c). PHPMyLibrary
PHPMyLibrary adalah sebuah perangkat lunak otomasi perpustakaan yang
dibangun menggunakan PHP dan MySQL. Program ini terdiri atas modul
pengkatalogan, sirkulasi, dan web-opac. Program ini menggunakan standar
USMARC untuk menambahkan koleksi. Untuk bisa menggunakan software ini bisa
di-download di www.phpmylibrary.org
33 Heri Abi Burachman Hakim, “Open source Sebuah Peluang Bagi Pengembangan
Perpustakaan”, diakses pada 1 April 2008 dari http://www.heri_abi.staff.ugm.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=17&Itemid=33
34 Edward M. Corrado, “Open Source Library Automation System”, diakses pada 4 April 2008 dari http://library.rider.edu/scholary/ecorrado/il2004/
d). OpenBiblio
OpenBiblio dibangun untuk mudah digunakan dan kode sumber (source code)
dari program ini pun dibuka agar dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan
kebutuhan. Untuk dapat menjalankan program ini memerlukan PHP, MySQL, dan
Apache yang diinstal pada sistem operasi (OS) Linux dan Windows. Software ini bisa
di-download di www.obiblio.sourceforge.net/
Selain perangkat lunak open source yang telah disebutkan di atas, sekarang ini
ada software Athenaeum Light Versi 6.0 dan 8.0. Software ini dibangun
menggunakan filmaker yang dikembangkan oleh Sumware Consulting dari New
Zealand. Beberapa produk yang mereka kembangkan antara lain ialah: Athenaeum
Pro , Athenaeum Express, dan Athenaeum Light. Semuanya sebagai solusi untuk
perpustakaan sekolah maupun korporat. Sampai saat ini, versi Athenaeum terakhir
sudah sampai versi 8 (Athenaeum Express 8). Dari sekian banyak versi tersebut,
hanya Athenaeum Light yang direlease sebagai freeware (gratis). Untuk mendapatkan
Athenaeum Light versi oroginal dapat di-download di Athenaeum original. Dan bagi
yang ingin mengetahui lebih banyak tentang Athenaeum bisa dilihat di
http://sumware.co.nz/athenaeum/light.php.
Dan yang terbaru dari Perpustakaan Diknas adalah software SENAYAN
merupakan aplikasi berbasis web dengan pertimbangan cross-platform. Sepenuhnya
dikembangkan menggunakan Software Open Source yaitu: PHP Web Scripting
Language, (www.php.net) dan MySQL Database Server (www.mysql.com) . Untuk
meningkatkan interaktifitas agar bisa tampil seperti aplikasi desktop, juga digunakan
teknologi AJAX (Asynchronous JavaScript And XML). Senayan juga menggunakan
Software Open Source untuk menambah fitur seperti PhpThumb dan Simbio
(development platform yang dikembangkan dari proyek Igloo). Karena
pengembangan senayan dibiayai dengan dana dari APBN maka sudah sepantasnya
semua rakyat Indonesia bisa memperolehnya secara bebas. Untuk itu Senayan
dilisensikan dibawah GPLv3 yang menjamin kebebasan dalam mendapatkan,
memodifikasi dan mendistribusikan kembali (rights to use, study, copy, modify, and
redistribute computer programs). Lebih detail tentang GPLv3 bisa dibaca di
http://www.gnu. org/licenses/ gpl-3.0.html.35
SENAYAN versi 1 dan 2 tidak dirilis ke publik karena masih tahap uji coba
dan sedang dalam penyempurnaan. Sejak versi 3, Senayan dianggap sudah stabil
untuk dirilis ke publik dan sudah waktunya diujicoba oleh komunitas pustakawan.
Diharapkan dengan peer-to-peer review oleh publik, software Senayan semakin stabil
dan fitur-fiturnya bisa semakin beragam dan mengakomodasi banyak kebutuhan.
Untuk melihat demo dan men-download software Senayan, bisa berkunjung ke
http://senayan. diknas.go. id.
Dengan semakin banyaknya perangkat lunak perpustakaan open source yang
beredar dan dapat digunakan oleh perpustakaan, semakin banyak juga pilihan
pustakawan untuk memilih alternatif software yang sesuai dengan kebutuhan
perpustakaan. Dan diharapkan dengan semakin berkemabangnya perangkat lunak
open source untuk perpustakaan khususnya di Indonesia kesan mahal dan susah
35 Diakses pada 29 April 2008 dari http://chinmi.wordpress.com/2007/12/05/perpustakaan-
diknas-dalam-meluncurkan-perangkat-lunak-perpustakaan-open-source/
untuk mewujudkan sebuah perpustakaan yang terkomputerize (terotomasi) akan
segera hilang.
BAB III
GAMBARAN UMUM SISTEM OTOMASI PERPUSTAKAAN AN-NISAA’
DAN SOFTWARE ATHENAEUM LIGHT 6.0
A. Sejarah Singkat Sistem Otomasi Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’
Untuk mewujudkan sebuah perpustakaan yang bisa memberikan pelayanan
yang baik untuk anggotanya dan memberikan kemudahan dalam pengelolaannya,
perpustakaan An-Nisaa’ menerapkan sistem otomasi dalam pengelolan
perpustakaannya. Salah satu alasannya adalah adanya masalah pada kurangnya
kualitas layanan dan beratnya pengelolaan perpustakaan, ketika kegiatan tersebut
masih dikelola secara manual. Masalah itu seperti pada layanan sirkulasi, katalog/
penelusuran koleksi, pengolahan koleksi, dan pembuatan laporan.
Program otomasi perpustakaan di perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ dimulai
sejak akhir tahun 2005. Pada tanggal 1 Oktober 2005, beberapa pustakawan
perpustakaan An-Nisaa’ mengikuti kegiatan PIPS (Pertemuan Informal Pustakawan
Sekolah) di British International School. Dari pertemuan tersebut Perpustakaan An-
Nisaa’ mendapatkan software Athenaeum Light 6.0 dari presiden KALI (Komunitas
Athenaeum Light Indonesia) yang saat itu dijabat oleh bapak Didik Witono secara
gratis dan beliau menawarkan untuk memberikan pelatihannya. Dan, pada tahun 2006
perpustakaan An-Nisaa’ mendapatkan software Athenaeum Light 6.0 New Ver. 2006
dari Kelompok Kompas-Gramedia yang bekerja sama dengan KALI sebagai ucapan
terima kasih atas partisipasi Perpustakaan An-Nisaa’ mengikuti lomba Perpustakaan
Sekolah.
Sejak saat itu perpustakaan mulai melakukan proses input data koleksi dengan
menggunakan program excel. Namun sampai satu tahun berjalan jumlah koleksi yang
masuk input baru sekitar ± 4000 eksemplar. Hal ini dikarenakan keterbatasan SDM
yang harus melakukan pekerjaan yang lain selain input data. Pada waktu itu pihak
perpustakaan sudah mengajukan kepada yayasan untuk menjadikan program otomasi
sebagai proyek. Namun pihak yayasan tidak memberikan izin dan akhirnya
perpustakan tetap melakukan input data sendiri dengan SDM yang terbatas.
Pada akhir tahun 2007 tepatnya sejak bulan juli, perpustakaan serius untuk
mengerjakan input data dengan mengurangi program-program perpustakaan yang
lainnya. Cara ini ditempuh mengingat pihak yayasan meminta pada tahun ajaran baru
sistem otomasi harus berjalan di perpustakaan An-Nisaa’. Akhirnya dengan segenap
perjuangan yang kuat, tanggal 14 januari 2008 perpustakaan bisa merealisasikan
sistem otomasi perpustakaan di perpustakaan An-Nisaa’. Meskipun belum semua
koleksi masuk ke dalam data base perpustakaan. Dari ± 19000 koleksi baru sekitar
14000 koleksi yang sudah masuk ke dalam data base perpustakaan.
B. Cakupan Kegiatan Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’
Dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya, perpustakaan mempunyai tugas-
tugas khusus seperti pengadaan, pengolahan, sirkulasi, dan lain-lain. Ini merupakan
tugas-tugas khusus yang bisa diakomodir dengan adanya sistem otomasi
perpustakaan. Sehingga dengan adanya sistem otomasi dalam sebuah perpustakaan
tugas-tugas khusus tersebut bisa dilaksanakan dengan lebih baik dan ringan.
Adapun cakupan kegiatan Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ adalah sebagai
berikut:
1. Pengadaan
Kegiatan ini berkaitan dengan pengadaan bahan pustaka baik melalui cara
pembelian dan sumbangan/ hadiah. Kegiatan pengadaan di perpustakaan An-Nisaa’
khususnya yang melalui pembelian dilakukan 3-4 kali dalam satu semester. Proses
pembelian dilakukan secara langsung atau melalui sales masing-masing penerbit.
Setiap pengadaan bahan pustaka, pihak perpustakaan terlebih dahulu menyebarkan
form permintaan koleksi yang dibutuhkan pemakai. Selain itu perpustakaan
mendapatkan informasi buku baru dari katalog penerbit yang dikirim ke perpustakaan
atau katalog online yang diakses oleh pustakawan sebagai referensi untuk pengadaan
bahan pustaka yang akan dilakukan. Setelah semuanya terkumpul dan diseleksi,
selanjutnya perpustakaan membuat daftar pengajuan pembelian bahan pustaka yang
diserahkan kepada Ketua Perguruan untuk mendapatkan persetujuan sekaligus
realisasi dana untuk pembelian koleksi yang diajukan. Setelah mendapatkan
persetujuan dari Ketua Perguruan dan proses pencairan dana selesai, selanjutnya
proses pembelian buku-buku yang ada dalam daftar pengadaan dilakukan oleh
pustakawan sendiri ke toko buku dan pameran atau memesan melalui sales penerbit
yang bersangkutan. Setelah proses pembelian selesai, kemudian buku-buku baru
tersebut dicek kembali sesuai dengan daftar pengadaan buku yang ada. Dan, langkah
terakhir adalah membuat laporan realisasi pengadan bahan pustaka ke Ketua
Perguruan.
2. Pengolahan
Kegiatan ini terdiri dari; inventarisasi, klasifikasi, katalogisasi dan pembuatan
kelengkapan pustaka (nomor panggil dan barcode nomor induk koleksi).
Pengolahan bahan pustaka di Perpustakaan An-Nisaa’ dimulai dari kegiatan
inventarisasi, yaitu setiap koleksi baru dicap dan diberi nomor induk.
Selanjutnya proses klasifikasi, yaitu pemberian nomor kelas/ subjek
berdasarkan DDC (Dewey Decimal Classification). Untuk nomor kelas yang sama/
yang sudah ada di data bese koleksi, pustakawan tinggal mencari nomor kelas dengan
menggunakan pencarian di OPAC berdasarkan subjek. Sedangkan untuk nomor kelas
yang belum ada di data base, pustakawan mencarinya melalui menu DDC yang ada
di Athenaeum atau untuk lebih lengkap mencari di dalam buku pedoman DDC.
Proses selanjutnya adalah katalogisasi (pembuatan katalog), yaitu memasukan
identitas buku/ koleksi ke form katalog di Athenaeum yang hasil akhirnya bisa
dijadikan sebagai katalog onlione yang bisa diakses untuk mencari informasi koleksi
yang dibutuhkan pemakai. Data-data yang dimasukan dalam proses ini terdiri dari;
keterangan judul, pengarang, ilustrator/ penerjemah, subjek, ISBN, tempat terbit,
penerbit, tahun terbit, ringkasan isi bahan pustaka, nomor panggil, tempat koleksi
berada, jenis koleksi, tipe koleksi, bahasa, alamat website penerbit, seri, asal
pengadaan (pembelian, sumbangan, ganti, foto copy), tanggal pembelian, harga, dan
identitas penginput data. Untuk koleksi yang sama, pustakawan tidak usah lagi
membuat katalog yang baru, cukup meng-copy katalog yang sudah ada.
Proses terakhir dalam kegiatan pengolahan adalah pembuatan kelengkapan
pustaka, seperti pembuatan nomor panggil dan pembuatan barcode nomor induk
koleksi. Nomor panggil dan barcode nomor induk koleksi bisa langsung di-print,
karena di Atehenaeum tersedia fasilitas cetak nomor panggil dan barcode nomor
induk koleksi.
3. Sirkulasi
Kegiatan yang berkaitan dengan peminjaman, perpanjangan, dan
pengembalian bahan pustaka, kegiatan ini berhubungan dengan pengontrolan
peredaran koleksi perpustakaan. Kegiatan sirkulasi di Perpustakaan An-Nisaa’
berlangsung setiap hari. Karena setiap kelas mempunyai jam khusus perpustakaan
(satu minggu satu kali). Untuk itu, proses sirkulasi merupakan tugas terberat yang
dirasakan oleh pustakawan disamping tugas pengolahan koleksi.
Sejak otomasi diterapkan di Perpustakaan An-Nisaa’, kegiatan sirkulasi
(peminjaman, perpanjangan, dan pengembalian) dirasakan cukup terbantu dengan
adanya fasilitas sirkulasi di dalam Athenaeum. Karena proses sirkulasi sudah
menggunakan alat barcode scanner. Sangat berbeda ketika proses sirkulasi masih
dilakukan dengan cara manual, yaitu proses sirkulasi dilakukan dengan mencatat
setiap kartu pinjaman kemudiam memasukannya ke dalam kantong peminjaman.
Proses seperti ini memungkinkan sering terjadi kesalahan pencatatan identitas
peminjam atau salah memasukan kartu pinjaman ke kantong peminjam (kantong
pinjaman anggota).
4. Data Anggota
Kegiatan administratif pengelolaan perpustakaan yang meliputi penerimaan
layanan keanggotaan, pembuatan kartu anggota, layanan surat keterangan bebas
pustaka dan lainnya. Semua kegiatan ini bisa dilakukan di Athenaeum, kecuali
pembuatan KTA (Kartu Tanda Anggota) yang masih dibuat secara terpisah (manual).
Namun untuk pembuatan barcode ID anggota bisa di-print di Athenaeum kemudian
ditempel di KTA. Kecuali untuk level KB/TK barcode ID anggota ditempel di map
folder setiap anak.
5. Katalog Online atau OPAC (Online Public Access Catalogue)
Penyediaan fasilitas sarana temu kembali koleksi perpustakaan menggunakan
komputer untuk digunakan oleh pengguna perpustakaan. Setiap pemakai
perpustakaan bisa menggunakan fasilitas OPAC untuk mencari informasi koleksi
yang dibutuhkan. Karena di Athenaeum tersedia tiga fasilitas pencarian, dua fasilitas
pencarian yang bisa digunakan oleh pemakai, yaitu fast find, dan easy find.
Sedangkan satu lagi fasilitas pencarian yaitu pencarian detail hanya bisa digunakan
oleh pustakawan.
6. Laporan
Kegiatan yang berkaitan dengan pembuatan laporan sirkulasi. Sejak ada
otomasi perpustakaan, pembuatan laporan sangat terbantu. Pustakawan tidak perlu
lagi membuat laporan dengan cara manual. Karena di Athenaeum terdapat menu
laporan yang bisa digunakan untuk membuat laporan sirkulasi per minggu, bulan, dan
tahun. Dalam pembuatan laporan sirkulasi, pustakawan bisa memilih pembuatan
laporan sirkulasi berdasarkan kelas, koleksi, atau anggota. Dan juga, dalam menu
laporan tersedia fasilitas search custom yang berguna untuk mengetahui identitas
peminjam koleksi terakhir apabila terjadi kerusakan koleksi. Sehingga pihak
perpustakaan akan mudah untuk melacaknya dan meminta pertanggungjawabannya.
C. Software Athenaeum Light 6.0
Kata "Athenaeum" diambil dari bahasa Yunani, yang artinya perpustakaan
atau reading room. Nama ini digunakan oleh Sumware Consulting, perusahaan
software yang berlokasi di New Zealand, untuk nama produk perangkat lunak
perpustakaan yang mereka buat.
Sumware Consulting telah berdiri sejak tahun 1992 bersamaan dengan
peluncuran produk pertama untuk solusi perpustakaan yang bernama "That Book is
SumWare". Mereka mengkhususkan diri pada pengembangan dan training database,
dengan fokus secara ekslusif pada produk Filemaker untuk Windows dan Macintosh.
Beberapa produk yang mereka kembangkan antara lain ialah: Athenaeum Pro,
Athenaeum Express, dan Athenaeum Light. Semuanya sebagai solusi untuk
perpustakaan sekolah maupun korporat. Sampai saat ini, versi Athenaeum terakhir
sudah sampai versi 8 (Athenaeum Express 8). Dari sekian banyak versi tersebut,
hanya Athenaeum Light yang di-release sebagai freeware (gratis). Untuk
mendapatkan Athenaeum Light versi oroginal dapat di-download di Athenaeum
original. Dan bagi yang ingin mengetahui lebih banyak tentang Athenaeum bisa
dilihat di http://sumware.co.nz/athenaeum/light.php
Athenaeum versi Light, adalah Athenaeum dengan fitur-fitur yang telah
dibatasi dibandingkan dengan versi yang lebih lengkap yaitu Athenaeum Pro dan
Express (proprietary). Sekalipun aplikasi ini free dan sekedar potongan perangkat
lunak untuk tujuan promosi (strategi marketing), tampaknya fasilitas yang ada sangat
menarik untuk dipakai sebagai salah satu otomasi perpustakaan secara sederhana.
Selain menyuguhkan fasilitas untuk mengemas pangkalan data buku
(collections), aplikasi ini juga menyediakan menu-menu peminjaman dan laporan.
Fasilitas lain seperti pembuatan label barcode, statistik dan stock opname yang
disediakan, menjadi nilai tambah tersendiri, hal ini jarang bisa ditemukan pada
aplikasi gratisan lain.
Athenaeum, dibangun dengan Database Filemaker Pro 6.0. Sebuah perangkat
lunak untuk mengelola pangkalan data (database) dengan penggunaan yang sangat
mudah dan sederhana. Kemudahan yang diberikan Filemaker telah menobatkannya
sebagai software yang "paling mudah" digunakan, versi Majalah PC World 2005.
Kemudahannya ini yang memberi peluang pada banyak orang (non-programmer)
mampu untuk mengotak-atik bahkan membuat sendiri aplikasi sesuai dengan
kebutuhan.
Source Code dari Athenaeum Light 6.0 masih dapat dibaca dengan bantuan
Filemaker. Hal ini memudahkan para pemakainya untuk memperbaiki, memodifikasi,
tampilan field, bahasa, relasi data sesuai kebutuhan masing-masing.
1. Karakteristik
Athenaeum Light 6.0 dibangun dengan menggunakan database Filemaker
yang asalnya native untuk Macintosh (Apple Mac) kemudian Windows lalu Linux
(FileMaker Server 5.5 for Red Hat Linux). Untuk menjalankannya, perpustakaan
harus memiliki komputer dengan spesifikasi minimal yang telah disyaratkan. Antara
lain :
a. Sistem Operasi Windows: Windows 95/98/XP/2000 or Windows NT with
Service Pack 6 (atau lebih tinggi). Spesifikasi hardware yang disyaratkan
untuk PC sedikitnya Pentium II 200MHz dengan RAM 128MB. Tentunya
semakin tinggi spesifikasinya semakin baik kinerja Athenaeum.
b. Sistem Operasi Macintosh: Power Macintosh sistem 8.6 atau lebih tinggi.
Prosesor yang direkomendasikan ialah Power PC Macintosh 200MHz atau
lebih tinggi dengan RAM 64MB atau lebih. Untuk Macintosh OS-X, RAM
minimum ialah 256MB.
c. Sistem Operasi *nix (linux/posix): Tidak ada penjelasan lanjut dari
Athenaeum, hanya menyebut Red Hat Linux (salah satu distro linux
terpopuler). Sedangkan Filemaker menyediakan Filemaker Server for RedHat.
Secara umum Athenaeum Light 6.0 mengenal hak akses yang diwakili oleh 3
karakter user, yaitu Administrator/Root, Librarian dan User. Ketiga karakter tersebut
mewakili perbedaan wewenang dalam penggunaan Athenaeum Light 6.0 sehari-hari.
Berikut adalah penjelasannya:
1) Administrator/Root: Hak akses atas semua fasilitas Athenaeum Light
6.0, seperti layout, administrasi, sirkulasi, input/output data, searching,
modifikasi script, dll.
2) Librarian: Hak akses terbatas atas input/output data, beberapa fungsi
administrasi, sirkulasi, searching.
3) User: Hak akses terbatas atas fungsi pencarian (searching) saja.
Sebagai Administrator, hak akses atas librarian dan user dapat dirubah dengan
menggunakan Filemaker Pro dengan menuju menu File-Access Privileges.
Administrator bisa saja menambah atau mengurangi karakter user sesuai dengan
kebutuhan, dengan membatasi hak atas akses Athenaeum Light 6.0.
2. Cara Instalasi
Untuk instalasi, Athenaeum Light 6.0 tidak perlu diinstal ke hardisk. Karena
software ini dikemas secara runtime [exe] dan bekerja pada OS Windows / 95 / 98/
ME / 2000 / XP. Dengan mengkopi seluruh file ke dalam perangkat keras (copy
paste). Aplikasi ini bisa dibuka dengan meng “klik” 2x.
Gambar 1: File Apilikasi Athenaeum Light 6.0
Untuk dapat melakukan entry data dan perintah lain secara penuh, maka
proteksi (read only) yang umumnya jika kita mengkopi Athenaeum Light 6.0 dari
CD-ROM ke komputer dengan OS Windows / 95 / 98/ ME / 2000 / XP harus dibuka
terlebih dahulu.
Caranya adalah sebagai berikut;
a. Klik kanan pada folder Athenaeum Light � Properties
Gambar 2 : Langkah Pertama Untuk Membukan Proteksi Read Only
b. Hilangkan status Read Only yang masih aktif dengan cara mengklik tanda
check list-nya
Gambar 3 : Langkah Kedua Untuk Membukan Proteksi Read Only
Gambar 4 : Langkah Ketiga Untuk Membukan Proteksi Read Only
c. Pilih Apply � pilih Apply changes to this folder, subfolders and file
Gambar 5 : Langkah Keempat Untuk Membukan Proteksi Read Only
Catatan: untuk OS Windows XP perintah di atas bisa diabaikan.
3. Menggunakan Athenaeum Light 6.0
Untuk menggunakan Athenaeum caranya adalah sebagai berikut:
Klik 2x pada file Athenaeum Light 6.0 Application atau EXE
Gambar 6 : File Untuk Membuka Athenaeum Light 6.0
Lalu akan muncul tampilan seperti gambar di bawah ini
Gambar 7: Tampilan Untuk Mengisi Password Pada Athenaeum Light 6.0
Ada 3 pilihan password untuk membuka Athenaeum Light 6.0
Masukkan password (pilih salah satu password di bawah ini) � ok
Admin (tertinggi) : merdeka
Petugas/pustakawan : freedom
Pengguna (OPAC) : user
Adanya perbedaan password untuk membuka Athenaeum berguna untuk
memberikan perbedaan akses terhadap menu-menu yang ada di Athenaeum. Sehingga
ada menu-menu khusus untuk pustakawan/ pengelola perpustakaan dan tidak bisa
diakses oleh pemakai perpustakaan.
Interface (tampilan depan) Athenaeum Light 6.0 dengan menggunakan
password merdeka atau freedom seperti di bawah ini:
Gambar 8 : Tampilan Depan Athenaeum Light 6.0 Dengan Password Merdeka atau
Freedom
Sedangkan untuk Interface (tampilan depan) Athenaeum Light 6.0 dengan
menggunakan password user seperti gambar di bawah ini:
Gambar 9 : Tampilan Halaman Depan Athenaeum Light 6.0 Dengan Password User
Tampilan depan (interface) termasuk gambar, huruf, kombinasi warna dan
bahasa bisa dirubah sendiri dengan menggunakan filemaker yang bisa di-download di
www.filemaker.com.
4. Menu-menu Athenaeum Light 6.0
Software yang digunakan dalam sebuah sistem otomasi perpustakaan harus
mampu mengakomodir kebutuhan-kebutuhan dalam pengelolaan sebuah
perpustakaan. Tentunya hal ini, sebuah software untuk otomasi perpustakaan harus
mempunyai fasilitas-fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan perpustakaan.
Sebagai software yang sifatnya gratis (freeware), Athenaeum Light 6.0
memiliki menu-menu yang lumayan lengkap yang dapat digunakan dalam otomasi
perpustakaan. Menu-menu uatama Athenaeum Light 6.0 adalah sebagai berikut:
a. Menu Administrasi
Menu ini memungkinkan pustakawan untuk mengisi nama diri, instansi,
jabatan, serta logo instansi. Selain itu menu ini bisa digunakan untuk pengaturan
seperti jumlah koleksi yang bisa dipinjam, jumlah hari peminjaman, jenis ukuan
kertas untuk mencetak barcode, dan lain-lain.
b. Data Anggota
Menu ini berfungsi sebagai data base angota perpustakaan. Dalam menu ini
tersedia fasilitas registarsi anggota, mencetak surat bebas pustaka dan untuk
mencetak barcode ID anggota.
c. Katalog (Data Koleksi)
Menu ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan data koleksi yang nantinya
bisa diakses dalam menu penelusuran koleksi. Sebagai OPAC (Online Public Access
Catalogue)
d. Peminjaman
Menu ini sebagai fasilitas untuk melakukan peminjaman koleksi. Proses
peminjaman bisa menggunakan barcode scanner atau tanpa barcode scanner.
e. Pengembalian
Menu ini sebagai fasilitas untuk melakukan pengembalian koleksi. Proses
pengembalian bisa menggunakan barcode scanner atau tanpa barcode scanner.
f. Perpanjangan
Menu ini sebagai fasilitas untuk melakukan perpanjangan koleksi. Proses
perpanjangan bisa menggunakan barcode scanner atau tanpa barcode scanner.
g. Sirkulasi
Menu ini sebagai tempat pencatatan untuk data peminjaman yang telah
berlangsung. Sehingga koleksi yang dipinjam/ keluar dan data peminjam serta
tanggal kembali akan diketahui.
h. Informasi
Menu ini memungkinkan pustakwan untuk menuliskan informasi yang
penting kepada anggota perpustakaan.
i. DDC
Menu ini berisi informasi DDC (Dewey Decimal Classification) sederhana
yang bisa membantu pustakawan dalam proses pengklasifikasian koleksi.
j. Pencarian
Menu ini berfungsi sebagai media pencarian koleksi yang dibutuhkan. Di
Athenaeum tersedia tiga fasilitas pencarian, dua fasilitas pencarian yang bisa
digunakan oleh pemakai, yaitu fast find, dan easy find. Sedangkan satu lagi fasilitas
pencarian yaitu pencarian detail hanya bisa digunakan oleh pustakawan.
Kata kunci (key word) untuk pencarian koleksi bisa berdasarkan judul,
pengarang, subjek, atau dari unsur yang lainnya, seperti seri, penerbit, bahasa, dan
lain-lain.
k. Laporan
Menu ini berfungsi sebagai laporan dari semua kegiatan sirkulasi. Laporan ini
terdiri dari laporan sirkulasi mingguan, bulanan, tahunan, laporan yang bisa dicetak
berdasarkan divisi/ kelas, koleksi, dan anggota. berdasarkan divisi/ kelas, koleksi,
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam sebuah penelitian pastinya diperlukan sebuah metode penelitian.
Metode merupakan upaya yang dapat dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan
informasi dan data yang diperlukan dalam penelitiannya.
Menurut Winarto Surachman, cara mencari kebenaran yang dipandang ilmiah
adalah melalui metode penelitian.36 Penggunaan metode penelitian adalah untuk
menemukan data yang valid, akurat dan sesuai dengan permasalahan yang ada dalam
penelitian.
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian
kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif analitis, yaitu sebuah
pendekatan penelitian yang mencoba menggambarkan kondisi lapangan secara apa
adanya, data-data mengenai hal-hal yang diamati kemudian dianalisa.37
Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh melalui berbagai
cara, seperti observasi, wawancara, dan dokumentasi.
B. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber data dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan
dengan fokus dan tujuan penelitian. Pada penelitian ini sumber data dipilih dan
mengutamakan perspektif emik, yaitu mementingkan pandangan informan dan
36 Winarto Surachman, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Teknik, (Bandung :
Tarsito, 1992), h. 26
37 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988). Cet. 3, h. 72.
peneliti tidak bisa memaksakan kehendaknya untuk mendapatkan data yang
diinginkan.38
Untuk mendapatkan data yang bisa menjawab pertanyaan penelitian, maka
sumber datanya adalah kepala perpustakaan sebagai pihak yang mempunyai
kebijakan dalam penerapan software Athenaeum Light 6.0 pada sistem otomasi
Perpustakaan An-Nisaa’, staf perpustakaan sebagai pihak yang mempunyai
pengetahuan tentang penggunaan Athenaeum Light 6.0 dan operator software
tersebut dalam menjalankan kegiatan-kegiatan perpustakaan, serta anggota
perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ sebagai pengguna sebagian fasilitas yang ada dalam
software Athenaeum Light 6.0.
Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:
1. Observasi, yaitu melihat secara langsung aktivitas kegiatan pengelolaan
perpustakaan yang menggunakan software Athenaeum Light 6.0., dan penulis
diberi kesempatan untuk mengoperasikan Athenaeum Light 6.0 secara
langsung. Ini dilakukan agar mendapatkan data-data akurat yang berhubungan
dengan Athenaeum, seperti fungsi dan cara pengoperasian setiap menu yang
ada pada Athenaeum Light 6.0.
2. Wawancara keberbagai sumber seperti kepala perpustakaan, staf perpustakaan
dan anggota perpustakaan. Cara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi
dan data yang berkaitan dengan alasan pemilihan software pada sistem
otomasi Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’, manfaat atau relevansi fasilitas-
38 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 2005), h. 206
fasilitas Athenaeum Light 6.0 dengan fungsi-fungsi kegiatan Perpustakaan
Sekolah An-Nisaa’, dan kendala-kendala penggunaan Athenaeum Light 6.0
pada sistem otomasi Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’. Selain itu penulis bisa
mendapatkan informasi seputar sejarah sistem otomasi di Perpustakaan
Sekolah An-Nisaa’ serta informasi mengenai gambaran umum dari software
Athenaeum Light 6.0.
3. Dokumentasi, yaitu melihat hasil kerja seperti print out data koleksi, data
anggota, dan laporan sirkulasi dari software Athenaeum Light 6.0, serta
dokumen-dokumen pendukung lainnya yang dibutuhkan untuk menjawab
masalah dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk melengkapi data-data
dari hasil observasi dan wawancara yang akan peneliti lakukan.
C. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisa
kualitatif mengadopsi konsep Miles and Huberman. Menurut Miles and Huberman
yang dukutip oleh Sugono dalam bukunya “Memahami Penelitian Kualitatif”,
aktifitas dalam analisa data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus selama penelitian39. Aktifitas analisa data yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Reduksi data (data reduction)
Data yang diperoleh penulis dari lapangan melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi yang jumlahnya cukup banyak penulis rinci, kemudian dilakukan
perangkuman, memilih hal-hal yang pokok, dan memfokuskan pada hal-hal yang
39 Ibid, h. 206
penting. Dengan demikian data yang telah direduksi dapat memberikan gambaran
yang lebih jelas.
2. Penyajian data (data display)
Dari hasil reduksi data, kemudian langkah selanjutnya adalah men-display
data. Dalam hal penyajian data, penulis melakukan dalam bentuk teks yang bersifat
naratif.
3. Penarikan kesimpulan (verification)
Langkah yang ketiga ini merupakan usaha verifikasi dari data-data yang telah
dirangkum dan disajikan dalam bentuk naratif. Hasil verifikasi ini digunakan untuk
menjawab rumusan masalah yang jadi pembahasan dalam penelitian ini.
D. Pengujian Kredibilitas Data
Pengujian kredibilitas data penelitian dilakukan dengan cara triangulasi.
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data, tringulasi juga dapat
digunakan untuk menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan
berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber.40
Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi metode dan
sumber. Triangulasi metode dilakukan dengan cara melakukan pengecekan derajat
kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik penumpulan data dan
pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
40 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Remaja Rosdakarya : Bandung, 1989),
h. 330-331
Sedangkan triangulasi sumber yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat berbeda.
Dengan kata lain pemiliahan teknik triangulasi peneliti dapat me-recheck
temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber dan metode.
Untuk itu peneliti akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan
2. Mengeceknya dengan berbagai sumber data
3. Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat
dilakukan.
Langkah-langkah di atas dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi
yang benar-benar valid, akurat, dan signifikan.
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Alasan Penggunaan Software Atheneum Light 6.0 Dalam Sistem Otomasi
Perpustakaan An-Nisaa’
Sudah menjadi rahasia umum bahwa untuk membeli sebuah software otomasi
perpustakaan yang bagus dan ideal membutuhkan biaya yang mahal. Hal inilah yang
masih menjadi penghalang besar kebanyakan perpustakaan untuk menerapkan sistem
otomasi di perpustakaannya. Selain software-nya mahal, sistem otomasi perpustakaan
membutuhkan SDM yang bisa mengoperasikan serta butuh biaya yang lumayan besar
untuk membeli perangkat kerasnya (hardware). Ditambah biaya perawatan yang
harus selalu dianggarkan agar sistem otomasi selalu bisa berjalan baik.
Seiring berjalanya waktu dan semakin pesatnya kemajuan teknologi
komputer, sekarang banyak software yang gratis (free) dan bersifat open source yang
bisa dimanfaatkan oleh perpustakaan.
Termasuk software Athenaeum Light 6.0 yang digunakan dalam sistem
otomasi Perpustakaan An-Nisaa’. Ada hal-hal yang menjadi alasan ketika
perpustakaan An-Nisaa’ memilih untuk menggunakan Atheneum Light 6.0 di dalam
sistem otomasi perpustakaanya. Karena sebelumnya perpustakaan An-Nisaa’ sudah
pernah membeli dan menggunakan software yang murah dari Elex Media
Komputindo namun pada penerapannya software ini tidak sesuai dengan kebutuhan
perpustakaan.
Menurut kepala Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ ibu Vera Yunindra atau
yang akrab dipanggil ibu Teta, ada beberapa alasan yang menjadikan Athenaeum
Light 6.0 dipilih sebagai software dalam sistem otomasi perpustakaan. Alasannya
adalah sebagai berikut:41
41 Vera Yunindra, Kepala Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’, Wawancara Pribadi, 9 Juni 2008
1) Athenaeum Light 6.0 adalah software gratis, jadi perpustakaan tidak perlu
mengeluarkan anggaran yang besar untuk membeli sebuah software
perpustakaan. Sehingga anggaran perpustakaan bisa dialokasikan untuk
kebutuhan yang lainnya. Alasan ini memang tepat, mengingat untuk membeli
sebuah software perpustakaan yang sifatnya tidak gratis memerlukan biaya
yang tidak sedikit.
2) Mudah dalam penggunaanya (user friendly), baik untuk staf perpustakaan
ataupun untuk pengguna (anggota perpustakaan) khususnya menu katalog.
Hal ini penting, sebab dengan sistem opersional atau menu-menunya yang
mudah digunakan akan memungkinkan penggunaan yang maksimal. Sehingga
penerapan software dalam sistem otomasi perpustakaan dapat memberikan
kemudahan dan manfaat yang besar demi peningkatan kualitas layanan
perpustakaan.
3) Athenaeum juga tidak terlalu membutuhkan perangkat penunjang (hardware)
dengan spesifikasi yang terlalu tinggi termasuk murah dalam biaya
perawatannya. Sehingga akan mengurangi biaya perawatan dan pembelian
perangkat hardware-nya, seperti komputer, barcode scanner, printer, dan
lain-lain.
4) Mempunyai penyimpanan data yang relatif besar dengan kemampuan temu
kembali yang cepat. Hal ini penting, karena dengan kapasitas penyimpanan
data yang besar dan cepat, pustakawan tidak perlu khawatir dalam hal
penyimpanan data anggota maupun koleksi perpustakaan.
5) Mempunyai password yang bertingkat/ berbeda sesuai penggunanya Hal ini
akan memberikan perbedaan penggunaan fasilitas yang bisa diakses sesuai
password yang digunakan. Sehingga akan memberikan tingkat keamanan
yang baik terhadap data dan fasilitas yang ada dalam software tersebut.
6) Tidak membutuhkan SDM yang benar-benar ahli dalam bidang komputer
untuk pengoperasian dan perawatannya. Dengan begitu, cukup pustakawan
atau staf perpustakaan yang lainnya bisa menggunakan software tersebut
dengan baik meskipun bukan seorang yang akhli dalam bidang komputer dan
software.
7) Ada komunitas pengguna software Athenaeum Light, sehingga bisa sharing
dengan sesama pengguna tentang Athenaeum, baik itu soal pengembangan
software atau masalah yang berkaitan dengan pengoperasian Atenaeum. Dan
di Indonesia ada KALI (Komunitas Athenaeum Light Indonesia), yaitu sebuah
organisasi yang menjadi wadah untuk semua pengguna Athenaeum di
Indonesia.
Alasan-alasan diatas sesuai dengan kriteria pemilihan software yang
diungkapkan oleh Ikhwan Arif dan Abdul Rahman Saleh. Yaitu diantaranya
ekonomis, artinya biaya yang dikeluarkan relatif murah, kapasitas mampu
menyimpan data dengan jumlah besar dengan kemampuan temu kembali yang cepat,
sederhana atau mudah untuk digunakan, mempunyai pembatasan akses secara
bertingkat, mempunyai kemampuan space recovery data yang baik, mempunyai
kecepatan penelusuran, mudah dan murah dalam perawatannya, dan lain-lain.
B. Penerapan Fasilitas-fasilitas Software Athenaeum Light 6.0 Pada Fungsi-
fungsi Kegiatan Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’
1. Fungsi Pengadaan
Secara umum proses pengadaan koleksi di perpustakaan An-Nisaa’ terdapat
dua cara, yaitu proses pembelian dan sumbangan. Namun sebagian besar koleksi
perpustakaan An-Nisaa’ diperoleh melalui pembelian yang dilakukan secara langsung
oleh pustakawan atau pun melalui pemesanan kepada penerbit. Sedangkan untuk
sumbangan, koleksi banyak diperoleh dari siswa yang menjadi sahabat perpustakaan
(friend of library) dan sumbangan dari orang tua murid.
Dalam proses pengadaan koleksi, sebelumnya pihak perpustakaan
mengadakan seleksi terhadap koleksi-koleksi yang akan dibeli. Alat bantu seleksinya
bisa melalui katalog penerbit, form pemesanan koleksi dari anggota, dan buku induk
koleksi.
Menurut pustakawan yang penulis wawancarai, beliau mengatakan bahwa,
“Dalam proses pengadaan tidak ada menu khusus untuk anggota melakukan
permintaan koleksi yang dibutuhkan. Jadi untuk melakukan permintaan koleksi masih
menggunakan form isian yang disiapkan perpustakaan”.42
Hal ini benar bahwa dalam Athenaeum Light 6.0 tidak ada menu pengadaan
secara khusus. Sehingga tidak memungkinkan pemakai melakukan permintaan
koleksi yang belum ada di perpustakaan secara online. Permintaan koleksi masih
dilakukan secara manual, yaitu pemakai mengisi form permintaan koleksi yang
disediakan perpustakaan. Hal ini belum sesuai dengan salah satu unsur otomasi
42 Heri, Pustakawan Sekolah An-Nisaa’, Wawancara Pribadi, 9 Juni 2008
perpustakaan, yaitu unsur pengguna (user) yang diungkapkan oleh Ikhwan Arif.43
Meskipun demikian, untuk proses seleksi bisa dilakukan secara komputeraize.
Terutama untuk mengecek apakah koleksi yang akan dibeli atau yang diminta
pemakai sudah tersedia atau belum di perpustakaan. Selain itu pustakawan bisa
mengetahui mengenai jumlah koleksi yang sudah ada, apakah perlu ditambah atau
tidak.
Masih menurut pustakawan An-Nisaa’, beliau mengatakan bahwa, “Dalam
Athenaeum juga terdapat fasilitas website penerbit yang ada di menu katalog,
pustakawan tinggal menuliskan alamat website salah satu penerbit maka kita bisa
mengakses website penerbit tersebut”.44 Dengan adanya fasilitas seperti itu,
pustakawan bisa menggunakan katalog online penerbit untuk memilih koleksi-koleksi
apa yang dibutuhkan perpustakaan sekaligus bisa dicetak untuk data pembelian
koleksi. Dengan catatan jaringan internet sudah tersedia di perpustakaan. Kegiatan ini
sesuai dengan salah satu unsur dari cakupan otomasi perpustakaan yang diungkapkan
oleh A. Ridwan Siregar mengenai pengadaan (acquisiting), yaitu dalam kegiatan
pengadaan terdapat kegiatan pengecekan bibliografi (pre-order bibliographic
control) yang dilakukan sebelum pemesanan dan penerimaan bahan pustaka. 45
43 Ikhwan Arif, Konsep dan Perencanaan Dalam Automasi Perpustakaan, hal. 4
44 Heri, Wawancara Pribadi, 9 Juni 2008
45 A. Ridwan Siregar, “Automasi Perpustakaan : Desain Sistem Kerumahtanggaan”.
Gambar 10 : Entri Katalog (Untuk Akes Internet)
Dengan adanya fasilitas tersebut, proses seleksi tidak lagi dilakukan secara
manual. Meskipun tidak terdapat fasilitas permintaan/ pemesanan koleksi yang bisa
diisi oleh pemakai. Namun fasilitas yang ada di Atenaeum Light 6.0 sudah membantu
pustakawan dalam proses seleksi pengadaan koleksi.
2. Fungsi Pengolahan
Proses pengolahan koleksi bisa dilakukan pada menu pengolahan yang ada di
Athenaeum Light 6.0. Dengan menu ini pustakawan tidak perlu lagi melakukan
pengolahan untuk koleksi dengan judul yang sama, karena pada menu pengolahan
terdapat fasilitas duplicate record (duplikasi data) koleksi. Selain itu duplikasi data
(nomor induk koleksi yang sama) dalam pengolahan dapat dihindari karena menu ini
telah dilengkapi proteksi duplikasi data.
Gambar 11 : Entri Pengolahan Koleksi
Berdasarkan wawancara terhadap seorang pustakawan An-Nisaa’ yang
bertugas melakukan proses pengolahan koleksi, beliau berkata “Dengan sistem yang
ada sekarang, yaitu Athenaeum, proses pengolahan tidak lagi sulit dan repot. Karena
untuk setiap buku yang sama tinggal di-copy saja termasuk proses klasifikasi,
pembuatan nomor panggil dan barcode nomor induk koleksi. Semuanya bisa
dikerjakan dengan fasilitas yang ada di Athenaeum. Hal ini berbeda ketika masih
dilakukan secara manual”.46 Ini berarti terdapat perubahan yang baik dibandingkan
ketika proses pengolahan masih dilakukan secara manual. Proses pengolahan untuk
koleksi yang sama harus ditulis kembali. Ini artinya terdapat pemborosan waktu dan
tenaga. Hal ini senada dengan yang diungkapkan John Corbin pada salah satu tujuan
otomasi perpustakaan, yaitu komputer dapat mengolah data lebih cepat dan akurat
dari pada pengolahan secara manual.47
Untuk form pengolahan (katalogisasi) pada Athenaeum Light 6.0 mencakup
informasi bibliografi yang secara umum telah sesuai dengan standar ISBD
(International Standar Book Description) dalam membuat katalog perpustakaan.
Bagian-bagian tersebut antara lain: bidang keterangan judul dan kepengarangan,
bidang impresum (penerbit, tempat terbit, dan tahun terbit), bidang kolasi (jumlah
halaman, ukuran buku), bidang seri, bidang catatan dan ISBN. Dan, untuk layout
serta penambahan atau pengurangan bagian-bagian katalog bisa diatur sesuai dengan
46 Heri, Wawancara Pribadi, 9 Juni 2008
47 Corbin, Managing the Library Automation Project, hal. 18
kebutuhan perpustakaan. Untuk merubahnya bisa menggunakan filemaker yang
sebelumnya harus sudah diinstal di komputer.
Begitu juga dengan proses klasifikasi. Menurut kepala perpustakaan, beliau
mengatakan, “Untuk proses klasifikasi pustakawan bisa melihat nomor DDC untuk
subjek yang sama dengan koleksi yang telah ada di data base koleksi. Sehingga
pustakawan tidak perlu lagi mencari nomor klasifikasi untuk setiap koleksi baru”.48
Kemudahan ini tidak hanya membantu pustakawan dalam proses klasifikasi, tapi juga
menjadi kontrol yang tetap untuk pemberian nomor klasifikasi untuk subjek yang
sama. Athenaeum juga menyediakan fasilitas DDC sederhana yang bisa membantu
dan mempermudah pustakawan dalam proses klasifikasi. Sehingga pustakawan tidak
lagi membuka buku klasifikasi untuk subjek yang sederhana.
Selain itu pembuatan kelengkapan koleksi, seperti nomor panggil (call
number) dan barcode nomor induk koleksi bisa langsung dicetak (print) tanpa harus
membuatnya terlebih dahulu. Karena secara otomatis nomor panggil dan barcode
nomor induk koleksi siap dicetak ketika proses katalogisasi selesai dibuat.
Perlu diketahui juga bahwa proses pengolahan/ input data deskrifsi katalog
bisa dibuat di program excel. Yang sebelumnya, tabel diisi bagian-bagian daerah
deskrifsi katalog yang disesuaikan dengan bagian-bagian yang ada di menu form
pengolahan Athenaeum. Seperti nomor induk koleksi, keterangan kepengarangan,
judul, tempat terbit, penerbit, tahun terbit, ISBN, jumlah halaman, ukuran buku,
ilustrasi, dan lain-lain. Kemudian file katalog yang ada di excel di-import ke menu
48 Vera Yunindra, Wawancara Pribadi, 9 Juni 2008
katalog yang ada di Athenaeum. Maka secara otomatis data yang dari excel akan
masuk menjadi katalog online di Athenaeum.
Secara umum menu pengolahan di Athenaeum Light 6.0 dapat mempermudah
dan mempercepat proses pengolahan. Sehingga pustakawan bisa bekerja secara
efektif dan efisien. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan otomasi perpustakaan yang
diungkapkan John Corbin, yaitu meringankan beban tugas pustakawan/ pengelola
perpustakaan terhadap pekerjaan yang bersifat pengulangan dan rutin.49
3. Fungsi Administrasi Anggota
Athenaeum Light 6.0 mempunyai menu administrasi yang diterapkan pada
fungsi keanggotaan. Fasilitas yang ada dalam menu ini adalah sebagai berikut:
a. Registrasi Anggota
Dengan fasilitas ini setiap anggota perpustakaan di catat dengan menggunkan
form entri data anggota yang terdiri dari; ID anggota, nama panggilan dan nama
lengkap, divisi atau bagian, tempat tanggal lahir, dan alamat lengkap anggota.
b. Surat Bebas Pustaka
Fasilitas ini berfungsi untuk membuat surat bebas pustaka untuk setiap
anggota yang habis masa aktif kenggotaannya. Syarat untuk mendapatkan surat bebas
pustaka adalah setiap anggota (siswa) yang telah menyelesaikan masa studinya atau
pindah sekolah, dan guru atau karyawan yang berakhir masa kerjanya atau pindah
kerja dengan ketentuan tidak mempunyai pinjaman buku perpustakaan.
49 Corbin, Managing the Library Automation Project, hal. 18
c. Laporan Anggota
Fasilitas ini berfungsi untuk membuat laporan tercetak data anggota
perpustakaan. Data ini juga berfungsi sebagai cadangan (back up) data anggota
perpustakaan.
d. Barcode ID Anggota
Fasilitas ini untuk mencetak barcode ID setiap anggota yang sudah terdata di
data base anggota perpustakaan.
Gambar 12 : Entri Anggota
Namun pada menu ini tidak terdapat fasilitas print out KTA (Kartu Tanda
Anggota). Seperti yang dituturkan oleh pustakawan An-Nisaa, “Dalam menu ini tidak
ada fasilitas cetak kartu anggota. Namun, untuk barcode ID anggota bisa dicetak dan
kemudian ditempel di kartu anggota. Begitu juga dengan surat bebas pustaka bisa
dicetak dengan bantuan menu ini”.50 Sangat disayangkan dalam menu ini tidak ada
fasilitas yang bisa mencetak KTA secara otomatis. Padahal fasilitas ini dibutuhkan
oleh perpustakaan untuk memudahkan proses pembuatan KTA. Hal ini sesuai yang
50 Heri, Wawancara Pribadi, 9 Juni 2008
dituturkan oleh kepala perpustakaan, yaitu “Pembuatan KTA secara otomatis
memang kami butuhkan, sebab anggota perpustakaan di sini cukup banyak. Tapi
untuk kedepannya ada rencana KTA akan dicetak di percetakan seperti kartu
ATM”.51
Di perpustakaan An-Nisaa’ tidak semua anggota mempunyai KTA. Khusus
untuk level KB dan TK mereka hanya diberi barcode ID (nomor induk anggota) yang
ditempel pada map folder masing-masing anak. Map folder harus selalu mereka bawa
ketika ada kunjungan kelas perpustakaan atau setiap akan melakukan peminjaman,
selain berguna sebagai pengganti KTA map folder juga berfungsi untuk menjaga
buku yang mereka pinjam dari kerusakan. Cara ini diambil sebagai antisipasi
hilangnya KTA atau ketinggalan di rumah setiap akan melakukan kunjungan kelas
perpustakaan.
Dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan penulis, menu
administrasi anggota masih kurang maksimal. Karena untuk pembuatan KTA masih
dikerjakan secara terpisah/ manual. Namun secara umum menu ini telah sesuai
dengan yang diungkapkan John Corbin pada salah satu tujuan otomasi perpustakaan,
yakni perangkat lunak yang digunakan dapat diprogram untuk mengerjakan pekerjaan
yang bersifat administratif, misalnya pengisian data anggota perpustakaan,
pembuatan statistik pelayanan, pengisian data bibliografi untuk pembuatan katalog
dan sejenisnya.52
51 Vera Yunindra, Wawancara Pribadi, 9 Juni 2008
52 Corbin, Managing the Library Automation Project, hal. 18
4. Fungsi Sirkulasi
Proses sirkulasi merupakan salah satu layanan yang harus ada dalam sebuah
perpustakaan, khususnya perpustakaan sekolah. Ada juga yang mengatakan bahwa
petugas sirkulasi dan layanan sirkulasi merupakan ujung tombak sebuah
perpustakaan. Baik buruknya perpustakaan ditentukan dari petugas dan layanan
sirkulasinya. Ketika mutu layanan sirkulasinya baik dan memuaskan pemakai, maka
perpustakaan tersebut mendapatkan predikat sebagai perpustakaan bagus. Namun
sebaliknya ketika petugas dan layanan sirkulasinya jelek dan tidak memuaskan, maka
perpustakaan tersebut mendapat predikat sebagai perpustakaan jelek.
Atas dasar tersebut proses sirkulasi harus dilakukan secara cepat, tepat dan
benar. Dengan adanya otomasi perpustakaan, proses sirkulasi, yaitu proses
peminjaman, pengembalian dan perpanjangan bisa dilakukan dengan sistem otomasi
tidak lagi dilakukan secara manual. Selain itu, proses sirkulasi bisa dilakukan dengan
alat bantu barcode scenner. Sehingga diharapkan layanan sirkulasi akan semakin baik
dan maksimal.
Dalam Athenaeum Light 6.0 terdapat menu peminjaman, pengembalian dan
perpanjangan, serta fasilitas yang bisa mengecek mengenai informasi pinjaman
anggota, yang terdiri dari jumlah buku yang dipinjam, judul buku yang dipinjam,
serta tanggal pinjam dan kembali koleksi yang dipinjam.
a. Peminjaman Koleksi
Dengan fasilitas ini, proses peminjaman koleksi dapat lebih cepat dan lebih
mudah dikerjakan. Karena proses peminjaman sudah menggunakan alat bantu
barcode scenner. Dengan barcode scenner ini sistem akan membaca barcode ID
anggota dan barcode nomor induk buku yang akan dipinjam. Dan secara otomatis
data peminjaman akan tersimpan di data sirkulasi. Berdasarkan wawancara penulis
dengan salah seorang anggota perepustakaan mengatakan bahwa, “Proses sirkulasi
lebih cepat dibanding sebelum menggunkan sistem komputer. Apalagi sekarang
sudah kaya di supermarket menggunakan scanner”.53
Gambar 13 : Entri Peminjaman Koleksi
b. Perpanjangan Koleksi
Menurut pustakawan yang sering menangani sirkulasi menjelaskan bahwa
menu ini memungkinkan pemakai untuk bisa memperpanjang masa peminjaman
buku yang dipinjamnya. Perpanjangan bisa via telepon atau datang langsuang ke
perpustakaan. Untuk perpanjangan via telepon, pemakai cukup menyebutkan ID
53 Anita Siallagan, Anggota Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’, Wawancara Pribadi, 10 Juni
2008
anggota atau nomor induk buku yang dipinjam. Selanjutnya proses perpanjangan
akan dilakukan oleh pustakawan, yaitu pustakawan akan memasukan ID anggota atau
nomor induk buku yang diperpanjang. Sedangkan untuk perpanjangan yang datang
langsung ke perpustakaan, pemakai bisa membawa buku yang akan diperpanjang atau
cukup menyebutkan nomor ID dan nomor induk bukunya. 54
Gambar 14 : Entri Perpanjangan Koleksi
c. Pengembalian Koleksi
Proses pengembalian juga lebih cepat dan lebih mudah serta tidak lagi terjadi
kesalahan data peminjam dengan buku yang dikembalikan. Seperti yang diutarakan
oleh salah seorang anggota perpustakaan, “Sirkulasi lebih baik dan jarang lagi terjadi
kesalahan dalam peminjaman dan pengembalian”55 Pustakawan cukup meng-scan
barcode nomor induk buku yang dikembalikan. Secara otomastis data pengembalian
akan masuk/ tersimpan di data laporan. Selain itu, ketika buku terlambat
dikembalikan maka sistem akan memberitahukan jumlah hari keterlambatannya.
54 Heri, Wawancara Pribadi, 9 Juni 2008 55 Samsuri, Anggota Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’, Wawancara Pribadi, 10 Juni 2008
Hanya saja untuk jumlah denda tidak bisa diketahui secara otomatis. Untuk denda,
pustakawan harus menghitung jumlah hari keterlambatan dikali nominal uang denda
yang berlaku di perpustakaan.
Berbeda ketika proses pengembalian masih dilakukan secara manual. Proses
pengembalian buku cukup lama karena pustakawan harus mencarai kantong kartu
anggota dan kartu buku pinjaman terlebih dahulu, setelah itu mencocokannya dengan
nomor induk buku yang dikembalikan. Pada proses ini sering terjadi ketidakcocokan
antara buku yang dikembalikan dengan kartu pinjaman yang ada di kantong anggota
yang mengembalikan. Hal ini terjadi dari adanya kesalahan pada proses peminjaman,
yaitu pustakawan salah memasukan kartu pinjaman ke kantong anggota.
Gambar 15 : Entri Pengembalian Koleksi
Dengan adanya menu sirkulasi yang terdapat dalam Atehenaeum Light 6.0,
proses sirkulasi dapat dilakukan secara mudah, cepat dan tepat. Sehingga
perpustakaan bisa memberikan layanan sirkulasi yang lebih baik bagi pemakai. Hal
ini sesuai dengan yang diungkapkan John Corbin pada salah satu tujuan otomasi
perpustakaan, yaitu memberikan layanan yang efektif bagi pemakai.56 Namun dari
observasi yang penulis lakukan, pada proses peminjaman sering terjadi antrian
khususnya peminjaman pada saat jam kunjungan kelas perpustakaan berbeda untuk
peminjaman di luar jam kunjungan kelas perpustakaan yang tidak terjadi antrian. Hal
ini disebabkan proses peminjaman ditangani oleh satu orang petugas sirkulasi.
Terlebih untuk peminjaman level bawah yang banyak menjadi sahabat perpustakaan.
Setiap sahabat perpustakaan mempunyai kewenangan untuk meminjam 4 buku dan 2
buku untuk non sahabat perpustakaan. Bisa dibayangkan sibuknya petugas sirkulasi
menangani satu kelas yang masing-masing kelas berjumlah sekitar 23-26 siswa. Dan
setiap harinya ada kelas kunjungan perpustakaan antara 4-6 kelas.
5. Fungsi Penelusuran
Athenaeum Light 6.0 mempunyai menu penelusuran atau biasa disebut OPAC
(Online Public Access Catalogue) yang bisa digunakan oleh pemakai dan pustakawan
untuk mencari koleksi yang dibutuhkan. Penelusuran informasi koleksi yang
dibutuhkan tidak bisa menggunakan bantuan operator boolean logic (and, or, not).
Untuk itu, penelusuran bisa dilakukan dengan menggunkanan beberapa kategori
pencarian, yaitu: pencarian cepat (fast find), easy find (pencarian mudah) untuk
pemakai dan pustakawan, serta pencarian detail khusus untuk pustakawan. Perbedaan
fasilitas akses di Athenaeum disebabkan adanya tingkatan password yang digunakan.
Adanya perbedaan password untuk membuka Athenaeum berguna untuk memberikan
perbedaan akses terhadap menu-menu yang ada di Athenaeum. Sehingga ada menu-
56 Corbin, Managing the Library Automation Project, hal. 19
menu khusus untuk pustakawan/ pengelola perpustakaan dan tidak bisa diakses oleh
pemakai perpustakaan.
a. Fast Find (pencarian cepat)
Gambar 16 : Entri Penelusuran “Fast Find”
Menu ini berfungsi untuk mencari informasi koleksi yang dibutuhkan secara
cepat dan umum. Pemakai bisa memasukan kata kunci (keyword) seperti nama
pengarang, judul atau subjek. Maka sistem akan menampilkan semua koleksi yang
sesuai dengan kata kunci yang dipakai dalam penelusuran. Menurut salah satu
anggota perpustakaan mengatakan bahwa, menu fast find merupakan menu pencarian
yang sangat mudah, karena pengguna cukup mengetik satu kata kunci bisa berupa
judul, pengarang, atau subjek57.
b. Easy Find (pencarian mudah)
Menu ini berfungsi untuk penelusuran informasi koleksi yang spesifik.
Pemakai harus mengisi lebih dari satu kata kunci atau mengkombinasikan kata kunci,
misalkan nama pengarang dengan judul, pengarang dengan subjek, atau nama
57 Hisyam, Anggota Perpustakaan, Wawancara Pribadi, 11 Juni 2005
pengarang, judul dan subjek. Hal ini dilakukan untuk mengkhususkan hasil pencarian
yang diinginkan pemakai. Semakin banyak kata kunci yang dipakai, maka hasil
pencarian akan semakin spesifik. Hal ini sesuai dengan hasil observasi penulis,
bahwa menu ini berguna ketika pemakai mencari informasi yang lebih spesifik.
Misalkan mencari judul dengan pengarang tertentu, mencari subjek dengan
pengarang tertentu, dan yang lainnya. Biasanya menu ini lebih banyak digunakan
oleh guru dan siswa level 5-6.
Gambar 17 : Entri Penelusuran “Easy Find”
c. Pencarian Detail
Menu ini berfungsi untuk penelusuran informasi yang lebih spesifik lagi
dibandingkan dengan menu easy find. Namun menu ini hanya dipakai oleh
pustakawan (menggunakan password khusus ). Menurut pustakawan, menu pencarian
detail memungkinkan pustakawan mengetahui jumlah koleksi berdasarkan jenis/
kategori koleksi (fiksi, non fiksi, referensi, audio visual, teacher resource, dan alat
peraga), bahasa, atau tipe koleksi (buku, majalah, DVD, VCD, CD-ROM, dan lain-
lain). Sehingga menu ini bisa membantu pustakawan dalam membuat laporan
koleksi58.
Gambar 18 : Entri Penelusuran “Detail”
Setiap hasil penelusuran dapat ditampilkan secara detail mengenai data
bibliografi koleksinya (judul, pengarang, impresum, kolasi, catatan, nomor panggil).
Sistem juga akan menampilkan status koleksi, jika sedang dipinjam maka informasi
peminjam dan tanggal kembali bisa diketahui. Selain itu pemakai bisa melakukan
pemesanan koleksi, ketika koleksi yang dicari sedang dipinjam/ keluar. Pemakai
cukup memilih item pesan yang ada di entri katalog kemudian masukan ID anggota.
Secara otomatis buku yang dipesan akan tersimpan di entri data anggota pemesan.
Nantinya pustakawan bisa mengecek siapa yang memesan dan buku apa yang
dipesan.
Berdasarkan wawancara penulis dengan kepala perpustakaan diketahui bahwa
dengan adanya fasilitas OPAC sangat membantu pengguna dalam menelusur
informasi koleksi yang dibutuhkan dan juga meringankan tugas pustakawan, karena
58 Heri, Wawancara Pribadi, 9 Juni 2008
pemakai bisa melakukan penelusuran informasi koleksi secara langsung.59 Dan, hal
ini juga sesuai dengan salah satu tujuan dari otomasi perpustakaan yang dikatakan
John Corbin bahwa pustakawan dapat mengalihkan pekerjaan yang bersifat rutin
kepada komputer dan lebih mengkonsentrasikan diri kepada pengembangan jasa
perpustakaan, sehingga dapat memberikan layanan sebaik mungkin kepada
pemakai.60
Sedangkan menurut seorang anggota perpustakaan yang penulis wawancarai
mengatakan “penelusuran koleksi cukup mudah. Biasanya mengisikan judul atau
pengarang kadang subjek bukunya”.61 Selain itu menurut anggota perpustakaan yang
lainnya mengatakan, “Tidak sich, menurut aku gampang tinggal mengetikan judul,
pengarang atau subjek bukunya lalu ok”.62 Secara umum menu pencarian yang ada
dalam Athenaeum cukup mudah untuk digunakan baik oleh pustawakan dan juga
pengguna perpustakaan dalam menelusur informasi koleksi yang mereka butuhkan.
Dengan adanya menu penelusuran maka perpustakaan dapat memberikan
layanan yang baik dalam penelusuran koleksi yang dibutuhkan pemakai. Karena
pemakai bisa melakukan penelusuran secara mandiri tidak terlalu tergantung kepada
pustakawan. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan otomasi yang diungkapkan John
59 Vera Yunindra, Wawancara Pribadi, 9 Juni 2008
60 Corbin, Managing the Library Automation Project, hal. 19
61 Yunita, Anggota Perpustakaan An-Nisaa’, Wawancara Pribadi, 10 Juni 2008
62 Sarah, Anggota Perpustakaan An-Nisaa’, Wawancara Pribadi, 11 Juni 2008
Corbin, yakni mempercepat layanan informasi yang diberikan dan hasil yang
konsisten.63
6. Fungsi Laporan
Athenaeum Light 6.0 mempunyai menu laporan sirkulasi yang bisa dicetak
berdasarkan waktu (mingguan, bulanan, atau tahunan), kelas/ divisi, judul koleksi,
dan nama anggota. Selain itu menurut kepala perpustakaan menjelaskan bahwa ada
fasilitas search custom yang bisa digunakan untuk mengetahui secara cepat koleksi
yang telah dipinjam dan data peminjam. Hal ini sangat berguna ketika ada koleksi
yang rusak, dengan fasilitas ini pustakawan bisa melacak data peminjam terakhir.64
Namun sayang untuk laporan jumlah pengunjung, belum bisa dilakukan di
Athenaeum. Karena di Athenaeum sendiri tidak tersedia fasilitas untuk mendata
pengunjung perpustakaan. Semua laporan bisa dicetak secara detail atau ringkas (sum
mary) karena di Atheneum ada pilihan format cetaknya.
Gambar 19 : Entri Laporan
63 Corbin, Managing the Library Automation Project, hal. 19
64 Vera Yunindra, Wawancara Pribadi, 9 Juni 2008
Dengan adanya menu laporan di Atheaneum, setidaknya pustakawan merasa
terbantu dan tidak perlu repot lagi menghitung secara manual mengenai data sirkulasi
koleksi. Karena menurut kepala perpustakaan proses penghitungan data sirkulasi
ketika masih dengan cara manual memerlukan waktu yang lama serta konsentrasi
yang tinggi. Sangat berbeda ketika penghitungan data sirkulasi sudah menggunakan
komputer, proses pembuatan laporan cukup mudah dan praktis65. Hal ini sesuai
dengan salah satu tujuan otomasi perpustakaan yang diungkapkan John Corbin, yaitu
komputer dapat mengolah data lebih cepat dan akurat dari pada proses secara
manual.66
Semua fungsi yang telah dijelaskan di atas seperti fungsi pengadaan, fungsi
pengolahan, fungsi administrasi anggota, fungsi sirkulasi, fungsi penelusuran, dan
fungsi laporan, secara umum telah membantu pustakawan dalam menjalankan
kegiatan operasional perpustakaannya.
Namun demikian, masih ada fasilitas yang ada dalam Athenaeum Light 6.0
yang belum digunakan oleh pustakawan. Fasilitas itu adalah menu stock opname yang
berfungsi untuk mengecek keberadaan koleksi perpustakaan. Biasanya kegiatan ini
dilakukan pustakawan di setiap akhir tahun pelajaran untuk mengecek semua koleksi
perpustakaan. Sehingga pustakawan bisa mengetahui data dan kondisi koleksi yang
ada di perpustakaan. Berikut tampilan menu stock opname:
65 Ibid, 9 Juni 2008
66 Corbin, Managing the Library Automation Project, hal. 18
Gambar 20 : Entri Stock Opname
C. Kendala-kendala Dalam Penggunaan Software Athenaeum Light 6.0 Pada
Sistem Otomasi Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’
Selama sistem otomasi perpustakaan berjalan dengan software Athenaeum
Light 6.0, menurut kepala perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ tidak ada masalah yang
serius. Artinya untuk sistem Athenaeum sendiri tidak ada masalah dan juga dalam
penggunanya tidak sulit semua menu dan fasilitas bisa dijalankan secara baik karena
menu-menu yang ada cukup sederhana dan mudah digunakan.
Ada pun fasilitas yang masih kurang seperti halnya tidak adanya fasilitas
cetak KTA (Kartu Tanda Anggota), form permintaan koleksi, dan laporan
pengunjung perpustakaan itu semua masih dapat ditangani. Karena tugas rutin
perpustakaan yang paling berat sehari-hari adalah sirkulasi dan pengolahan. Kalau
pun ada hanya kendala yang sifatnya ekstern seperti halnya masih kurangnya unit
komputer untuk fasilitas OPAC dan proses sirkulasi yang dapat menunjang proses
penelusuran informasi koleksi yang dibutuhkan dan mempercepat proses
peminjaman. Karena di perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ jumlah pengunjung dan
peminjam setiap harinya selalau ada dan banyak.
Selain itu belum adanya UPS (alat menyimpan daya) yang dirasakan sangat
penting untuk mendukung berjalannya sistem otomasi dan pemeliharaan Athenaeum
dari kerusakan sistem yang diakibatkan gangguan listrik mati secara tiba-tiba. Hal ini
dikarenakan sudah dua kali sistem Athenaeum mengalami kerusakan yang
disebabkan oleh komputer mati secara tiba-tiba akibat padamnya arus listrik.
Kerusakan yang pertama pihak perpustakaan/ pustakawan belum mengetahui cara
memperbaiki kerusakan sistem. Akibatnya ada sebagian data yang hilang khususnya
data koleksi. Untungnya pihak perpustakaan mempunyai backup datanya.
Setelah kerusakan yang pertama, pustakawan mencari informasi tentang
memperbaikai kerusakan pada Athenaeum. Dan informasi tersebut didapat dari milis
komunitas Athenaeum Indonesia yang memberi informasi cara menggunakan fasilitas
recovery data. Dan untuk kerusakan yang kedua, pustakawan bisa memperbaiki
kerusakan dengan menggunakan fasilitas recovery data. Perlu diketahui bahwa
Athenaeum Light 6.0 mempunyai fasilitas recovery data yang cukup bagus. Sehingga
ketika ada kerusakan pada sebagian sistem Athenaeum, pustakawan bisa
memperbaiki kerusakan tersebut dengan fasilitas recovery data yang ada pada
Athenaeum Light 6.0.
Fasilitas recovery data yang ada pada Athenaeum Light 6.0 sesuai dengan
salah satu kriteria pemilihan software menurut Abdul Rahman Saleh, yaitu software
memiliki kemampuan space recovery yang baik, artinya bila terjadi gangguan pada
komputer maka program ataupun data yang ada tidak akan rusak atau kerusakan data
sangat minimal.67 Proses recovery data akan berjalan baik apabila ditunjang dengan
spesifikasi komputer yang tinggi. Dan faktor ini juga yang bisa memaksimalkan
kinerja Athenaeum Light 6.0.
Untuk mempermudah mengetahui keunggulan dan kendala menu-menu pada
software Athenaeum Light 6.0, berikut daftar tabelnya:
67 Saleh, Kriteria Pemilihan Perangkat Lunak untuk Automasi Perpustakaan, hal. 8-12
Keunggulan Kendala
• Terdapat menu pengolahan
koleksi, termasuk fasilitas cetak
barcode nomor induk koleksi dan
nomor panggil (call number)
• Terdapat menu administrasi
anggota
• Terdapat menu informasi
• Terdapat menu DDC
• Terdapat menu sirkulasi, terdiri
dari peminjaman, perpanjangan,
dan pengembalian koleksi
• Terdapat menu penelusuran
koleksi (katalog online)
• Terdapat menu laporan, yang
• Tidak ada menu permintaan
koleksi secara online
• Tidak ada fasilitas cetak KTA
(Kartu Tanda Anggota)
perpustakaan
• Tidak ada laporan Pengunjung
Perpustakaan
Tabel 1 : Keunggulan dan Kendala Menu-menu Athenaeum Light 6.0
BAB VI
PENUTUP
terdiri dari laporan koleksi dan
laporan sirkulasi.
A. Kesimpulan
Secara umum Athenaeum Light 6.0 sebagai software yang diterapkan pada
sistem otomasi perpustakaan Sekolah An-Nisaa’, telah mampu memberikan
kemudahan dan membantu pihak perpustakaan (pustakawan) maupun pemakai
perpustakaan. Sehingga kegiatan-kegiatan rutin perpustakaan dan kebutuhan pemakai
untuk mendapatkan layanan dan informasi yang dibutuhkan dapat dibantu dengan
adanya menu-menu yang ada di Athenaeum Light 6.0.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Athenaeum Light 6.0 yang diterapkan pada sistem otomasi perpustakaan
Sekolah An-Nisaa’ merupakan software yang dipilih dengan alasan-alasan
yang secara umum sesuai dengan kriteria-kriteria pemilihan software yang
diungkapkan oleh Abdul Rahman Saleh dan Ikhwan Arif.
2. Athenaeum Light 6.0 secara umum terdiri dari; menu administrasi, menu data
anggota, menu katalog (data koleksi), menu peminjaman, menu
pengembalian, menu perpanjangan, menu sirkulasi, menu informasi, menu
DDC, menu pencarian, dan menu laporan. Menu-menu tersebut sebagian
besar telah sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Meskipun ada kebutuhan-
kebutuhan yang belum bisa ditangani oleh software Athenaeum Light 6.0,
seperti cetak KTA (Kartu Tanda Anggota), form pengadaan koleksi, dan
laporan pengunjung perpustakaan. Namun menurut pengelola perpustakaan,
pekerjaan-pekerjaan rutin perpustakaan dapat dikerjakan lebih efektif dan
efesien. Begitu juga dengan pemakai, pemakai mendapatkan layanan yang
lebih baik dari perpustakaan terutama layanan sirkulasi dan penelusuran
informasi/ koleksi yang dibutuhkan.
3. Secara umum tidak ada kendala yang berarti selama Athenaeum Light 6.0
diterapkan pada sistem otomasi perpustakaan Sekolah An-Nisaa’. Meskipun
dalam software Athenaeum Light 6.0 masih ada kendala seperti tidak adanya
fasilitas permintaan koleksi secara online, tidak ada fasilitas cetak kartu
anggota perpustakaan, dan tidak terdapat fasilitas laporan pengunjung
perpustakaan. Namun menurut pengelola perpustakaan kendala-kendala
tersebut masih bisa ditangani.
B. Saran
1. Pihak perpustakaan diharapkan lebih memperhatikan perawatan program
Athenaeum Light 6.0 untuk mencegah terjadinya masalah yang bisa
mengakibatkan kerusakan sistem.
2. Membuat cadangan data (back up data) secara berkala sebagai antisipasi dari
kerusakan sistem yang menyebabkan hilangannya data.
3. Menyediakan UPS (alat penyimpan daya listrik) sebagai antisipasi dari
pemadaman listrik yang tidak terduga.
4. Menambah unit komputer untuk fasilitas OPAC (Online Public Access
Catalogue ) agar memudahkan pemakai melakukan penelusuran informasi/
koleksi yang dibutuhakan. Serta penambahan unit komputer untuk layanan
sirkulasi agar proses sirkulasi, terutama peminjaman pada waktu jam kelas
perpustakaan dapat lebih cepat tidak terjadi lagi antrian.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Ikhwan. Konsep dan Perencanaan Dalam Automasi Perpustakaan. Malang : Makalah Seminar dan Workshop Sehari “Membangun Jaringan Perpustakaan digital dan Automasi Perpustakaan Menuju Masyarakat Berbasis Pengetahuan” UMM, 4 Oktober 2003.
Basuki, Sulistiyo. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,
1991.
______________. Periodisasi Perpustakaan Indonesia. Bandung : Remaja
Rosdakarya, 1994. Corbin, John. Managing The Library Automation Project. Kanada : Oryx Press, 1985 Corrado, Edward M. “Open Source Library Automation System”. Diakses pada 4
April 2008 dari http://library.rider.edu/scholary/ecorrado/il2004/. “Freeware Definition”, diakses pada 14 Oktober 2008 dari
http://www.linfo.org/freeware.html Hakim, Heri Abi Burachman. “Open source Sebuah Peluang Bagi Pengembangan
Perpustakaan”. Diakses pada 1 April 2008 dari http://www.heri_abi.staff.ugm.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=17&Itemid=33.
Haq, Rizal Saeful, dkk. Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah. Jakarta :
Fakultas Adab UIN Syarif Hidayatullah, 2006. Hasugian, Jonner. Penerapan Teknologi Pada Sistem Kerumahtanggan Perpustakaan
Perguruan Tinggi. Marsela, 2000. Heriyanto, Tedi. “Pengembangan Software Berbasiskan Open Source di Indonesia”.
Diakses pada 9 Mei 2008 dari http://tedi.heriyanto.net/papers/pengembangan.html “Perangkat Lunak tak Bebas”. Diakses pada 30 April 2008 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Perangkat_lunak_tak_bebas
Jaringan Perpustakaan Lingkungan Hidup. “JPLH Dalam Implementasi Library
Catalogu Online dan Digital Library for Environmental”. Diakses pada 30 April 2008 dari http://www.jplh.or.id/elnv4.
KALI. “Athenaeum Light-Freeware for Simple Automation Library”. Diakses pada 6
September 2007 dari http://kali.openlib.info/background.php./ ______________. “File Maker”. Diakses pada 2 April 2008 dari
http://kali.openlib.info/filemaker.php. Kountur, Ronny. Metode Penelitian : Untuk Skripsi dan Tesis. Jakarta : Penerbit
PPM, 2005. Lasa, H.S. Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta : Gama Media, 2005.
Masyarakat Digital Gotong Royong. “Pengantar Sistem Operasi Komputer”. Diakses pada 30 April 2008 dari http://bebas.vlsm.org/v06/kuliah/SistemOperasi/BUKU.
Misky, Dudy. Kamus Informasi dan Teknologi. Jakarta : Edsa Mahkota, 2005. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya,
1989. Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988. “Open Source”, diakses pada 14 Oktober 2008 dari
http://www.pcmag.com/encyclopedia term/0%2C254%2Ct%3Dopen+source&i%3D48471%2C00.asp
“Perangkat Lunak Sumber Terbuka”, diakses pada 24 September 2008 dari
http://www.gnu.org/philosophy/free-sw.id.html “Perangkat Lunak tak Bebas”, diakses pada 24 September 2008 dari
http://www.gnu.org/philosophy/free-sw.id.html “Perpustakaan Diknas Dalam Meluncurkan Perangkat Lunak Open Source”. Diakses
pada 29 April 2008 dari http://chinmi.wordpress.com/2007/12/05/perpustakaan-diknas-dalam-meluncurkan-perangkat-lunak-perpustakaan-open-source/ .
Saleh, Abdul Rahman. CDS/ISIS Pedoman Pengelolaan Sistem Manajemen Basis
Data. Jakarta : Saraswati Utama, 1996. ______________. “Kriteria Pemilihan Perangkat Lunak untuk Automasi Perpustakaan”. Jurnal Pustakawan Indonesia.
Salim, Peter dan Salim, Yenni. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, Ed. 3.
Jakarta : Modern English Press, 2002. “Shareware ”, diakses pada 14 Oktober 2008 dari
http://www.pcmag.com/encyclopedia term/0,2542,t=shareware&i=51251,00.asp
Siregar, A. Ridwan. “Automasi Perpustakaan : Desain Sistem Kerumahtanggaan”.
Diakses pada 30 April 2008 dari http://library.usu.ac.id/download/lib/AutomasiPerpustakaan.html.
Soeatminah. Perpustakaan, Kepustakawanan, dan Pustakawan. Yogyakarta :
Kanisius, 1992.
Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta, 2005. Surachman, Winarto. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Teknik.
Bandung : Tarsito, 1992. Sutarno N.S. Manajemen Perpustakaan : Suatu Pendekata Praktik. Jakarta : Samitra
Media Utama, 2004. Wawancara Pribadi dengan Heri. Bintaro, 9 Juni 2008. Wawancara Pribadi dengan Vera Yunindra. Bintaro, 9 Juni 2008. Wawancara Pribadi dengan Anita Sialagan. Bintaro, 10 Juni 2008 Wawancara Pribadi dengan Yunita. Bintaro, 10 Juni 2008 Wawancara Pribadi dengan Samsuri. Bintaro, 10 Juni 2008 Wawancara Pribadi dengan Hisyam. Bintaro, 11 Juni 2008 Wawancara Pribadi dengan Sarah. Bintaro, 11 Juni 2008 Witono, Didik. “Athenaeum Light 6.0”. Diakses pada 2 juli 2007 dari
http://.apisionline.blogspot.com.
Recommended