59
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi selalu mengahdapi berbagai hal yang harus diselesaikan. Tidak terkecuali adalah kemiskinan. Kemiskinan merupakan permasalahan dalam pembangunan ekonomi baik dalam skala nasional maupun internasional. Dalam skala internasional masalah kemiskinan ini dijelaskan dalam Millenium Development Goals atau MDG’s. Sedangkan dalam skala nasional permasalahan kemiskinan ini juga telah dijelaskan oleh berbagai produk hukum seperti Pancasila sila ke 5 dan UUD 1945 pasal 36. Kemiskinan di Indonesia itu sendiri dari tahun ke tahun memang cenderung menurun akan tetapi ini tetap saja tidak mampu mengatasi kemiskinan secara keseluruhan. Selain itu program-program pemerintah yang telah dilaksanakan juga belum mampu mengurangi kemiskinan dengan signifikan. Kemiskinan di Indonesia memang sempat mengalami penurunan yang cukup penurunan akan tetapi setelah terjadi krisis pada tahun 1997-1998 kemiskinan yang ada cenderung mengalami peningkatan lagi. Dan setelah krisis tersebut kemiskinan belum mampu menurun dengan signifikan meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi tingkat kemiskinan masyarakat. Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara juga ditentukan oleh tingkat kemiskinan. Apabila semakin tinggi tingkat kemiskinan maka negara tersebut belum mampu melakukan pembangunan ekonomi dengan baik. Karena pembangunan ekonomi berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat. Apabila tingkat

1. Kemiskinan Tugas AKHIR

Embed Size (px)

DESCRIPTION

--

Citation preview

Page 1: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan ekonomi selalu mengahdapi berbagai hal yang harus diselesaikan.

Tidak terkecuali adalah kemiskinan. Kemiskinan merupakan permasalahan dalam

pembangunan ekonomi baik dalam skala nasional maupun internasional. Dalam skala

internasional masalah kemiskinan ini dijelaskan dalam Millenium Development Goals atau

MDG’s. Sedangkan dalam skala nasional permasalahan kemiskinan ini juga telah dijelaskan

oleh berbagai produk hukum seperti Pancasila sila ke 5 dan UUD 1945 pasal 36.

Kemiskinan di Indonesia itu sendiri dari tahun ke tahun memang cenderung

menurun akan tetapi ini tetap saja tidak mampu mengatasi kemiskinan secara keseluruhan.

Selain itu program-program pemerintah yang telah dilaksanakan juga belum mampu

mengurangi kemiskinan dengan signifikan. Kemiskinan di Indonesia memang sempat

mengalami penurunan yang cukup penurunan akan tetapi setelah terjadi krisis pada tahun

1997-1998 kemiskinan yang ada cenderung mengalami peningkatan lagi. Dan setelah krisis

tersebut kemiskinan belum mampu menurun dengan signifikan meskipun pemerintah telah

melakukan berbagai upaya untuk mengurangi tingkat kemiskinan masyarakat.

Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara juga ditentukan oleh tingkat

kemiskinan. Apabila semakin tinggi tingkat kemiskinan maka negara tersebut belum mampu

melakukan pembangunan ekonomi dengan baik. Karena pembangunan ekonomi berkaitan

dengan kesejahteraan masyarakat. Apabila tingkat kemiskinan tinggi hal itu membuktikan

tingkat kesejahteraan masyarakat yang masih rendah. Sehingga bisa dikatakan pembangunan

ekonomi belum mampu memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat.

Untuk menentukan tingkat kemiskinan dapat dilakukan dengan berbagai ukuran.

Menurut BPS (Badan Pusat Statistik), tingkat kemiskinan didasarkan pada jumlah rupiah

konsumsi berupa makanan yaitu 2100 kalori per orang per hari (dari 52 jenis komoditi

yang dianggap mewakili pola konsumsi penduduk yang berada dilapisan bawah), dan

konsumsi nonmakanan (dari 45 jenis komoditi makanan sesuai kesepakatan nasional dan

tidak dibedakan antara wilayah pedesaan dan perkotaan). Patokan kecukupan 2100 kalori

ini berlaku untuk semua umur, jenis kelamin, dan perkiraan tingkat kegiatan fisik, berat

badan, serta perkiraan status fisiologis penduduk, ukuran ini sering disebut dengan garis

Page 2: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

kemiskinan. Penduduk yang memiliki pendapatan dibawah garis kemiskinan, dikatakan

dalam kondisi miskin.

Besarnya tingkat kemiskinan suatu negara atau daerah disebabkan oleh berbagai

faktor. Menurut Todaro (1997) menyatakan bahwa variasi kemiskinan dinegara

berkembang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) perbedaan geografis, jumlah

penduduk dan tingkat pendapatan, (2) perbedaan sejarah, sebagian dijajah oleh negara

yang berlainan, (3) perbedaan kekayaan sumber daya alam dan kualitas sumber daya

manusianya, (4) perbedaan peranan sektor swasta dan negara, (5) perbedaan struktur

industri, (6) perbedaan derajat ketergantungan pada kekuatan ekonomi dan politik negara

lain dan (7) perbedaan pembagian kekuasaan, struktur politik dan kelembagaan dalam

negeri.

Selain itu faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kemiskinan diantaranya

seperti FDI atau penanaman modal asing, pendapatan per kapita, pertumbuhan ekonomi,

pengangguran, tingkat pendidikan, dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut memiliki pengaruh

sendiri-sendiri terhadap kemiskinan itu sendiri. Ada yang memiliki hubungan positif ataupun

negatif. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis ingin menganalisis apa saja faktor-faktor

yang bisa berpengaruh terhadap kemiskinan.

Sehubungan dengan tujuan tersebut maka penulis akan membuat paper dengan

judul “Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kemiskinan di Indonesia

tahun 1984-2013”

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini akan dibahas beberapa permasalahan, yaitu:

1. Bagaimana hubungan FDI dengan tingkat kemiskinan?

2. Bagaimana hubungan Inflasi dengan tingkat kemiskinan?

3. Bagaimana hubungan pendapatan per kapita dengan tingkat kemiskinan?

4. Bagaimana hubungan pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kemiskinan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui hubungan FDI dan tingkat kemiskinan

2. Untuk mengetahui hubungan inflasi dan tingkat kemiskinan

3. Untuk mengetahui hubungan pendapatan per kapita dan tingkat kemiskinan

4. Untuk mengetahui hubungan pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan

Page 3: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kemiskinan

a. Pengertian Kemiskinan

Definisi kemiskinan menurut UNDP (United Nations Development Programme)

Badan Program Pembangunan adalah ketidak mampuan untuk memperluas kebutuhan

hidup, antara lain dengan memasukkan penilaian tidak adanya pastisipasi dalam

pengambilan kebijakan publik sebagai salah satu indikator kemiskinan.

Bappenas (2004) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang

atau sekelompok orang, laki-laki atau perempuan, tidak mampu memenuhi hak-hak

dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bertabat. Hak-

hak dasar masyarakat desa antara lain, terpenuhi kebutuhan pangan, kesehatan,

pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam dan

lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan dan hak

untuk berpartisipasi dalam kegiatan social-politik, baik bagi perempuan maupun laki-

laki.

Dalam arti luas Chambers (dalam Chriswardani Suryawati, 2005) mengatakan

bahwa kemiskinan adalah suatu intergrated concept yang memiliki lima dimensi, yaitu:

1) kemiskinan (proper), 2) ketidakberdayaan (powerless), 3) kerentanan menghadapi

situasi darurat (state of emergency), 4) ketergantungan (dependence), dan 5)

keterasingan(isolation) baik secara geografis maupun sosiologis.

b. Penyebab Kemiskinan

Menurut Todaro (1997) menyatakan bahwa variasi kemiskinan dinegara

berkembang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) perbedaan geografis, jumlah

penduduk dan tingkat pendapatan, (2) perbedaan sejarah, sebagian dijajah oleh negara

yang berlainan, (3) perbedaan kekayaan sumber daya alam dan kualitas sumber daya

manusianya, (4) perbedaan peranan sektor swasta dan negara, (5) perbedaan struktur

industri, (6) perbedaan derajat ketergantungan pada kekuatan ekonomi dan politik negara

lain dan (7) perbedaan pembagian kekuasaan, struktur politik dan kelembagaan dalam

negeri.

Menurut Nasikun dalam Chriswardani Suryawati (2005), beberapa sumber dan

proses penyebab terjadinya kemiskinan, yaitu:

Page 4: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

a. Policy induces processes, yaitu proses pemiskinan yang dilestarikan, direproduksi

melalui pelaksanaan suatu kebijakan, diantaranya adalah kebijakan anti kemiskinan,

tetapi relitanya justru melestarikan.

b. Socio-economic dualism, negara bekas koloni mengalami kemiskinan karena poal

produksi kolonial, yaitu petani menjadi marjinal karena tanah yang paling subur dikuasai

petani sekala besar dan berorientasi ekspor.

c. Population growth, prespektif yang didasari oleh teori Malthus , bahwa pertambahan

penduduk seperti deret ukur sedangkan pertambahan pangan seperti deraet hitung.

d. Resaurces management and the environment, adalah unsur mismanagement sumber

daya alam dan lingkungan, seperti manajemen pertanian yang asal tebang akan

menurunkan produktivitas.

e. Natural cycle and processes, kemiskinan terjadi karena siklus alam. Misalnya tinggal

dilahan kritis, dimana lahan itu jika turun hujan akan terjadi banjir, akan tetapi jika

musim kemarau kekurangan air, sehingga tidak memungkinkan produktivitas yang

maksimal dan terus-menerus.

f. The marginalization of woman, peminggiran kaum perempuan karena masih dianggap

sebagai golongan kelas kedua, sehingga akses dan penghargaan hasil kerja yang lebih

rendah dari laki-laki.

g. Cultural and ethnic factors, bekerjanya faktor budaya dan etnik yang memelihara

kemiskinan. Misalnya pada pola konsumtif pda petani dan nelayan ketika panenj raya,

serta adat istiadat yang konsumtif saat upacara adat atau keagamaan.

h. Exploatif inetrmediation, keberadaan penolong yang menjadi penodong, seperti

rentenir.

i. Inetrnal political fragmentation and civil stratfe, suatu kebijakan yang diterapkan pada

suatu daerah yang fragmentasi politiknya kuat, dapat menjadi penyebab kemiskinan.

j. Interbational processe, bekerjanya sistem internasional (kolonialisme dan

kapitalisme) membuat banyak negara menjadi miskin.

c. Ukuran Kemiskinan

Menurut BPS (Badan Pusat Statistik), tingkat kemiskinan didasarkan pada jumlah

rupiah konsumsi berupa makanan yaitu 2100 kalori per orang per hari (dari 52 jenis

komoditi yang dianggap mewakili pola konsumsi penduduk yang berada dilapisan

bawah), dan konsumsi nonmakanan (dari 45 jenis komoditi makanan sesuai kesepakatan

Page 5: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

nasional dan tidak dibedakan antara wilayah pedesaan dan perkotaan). Patokan

kecukupan 2100 kalori ini berlaku untuk semua umur, jenis kelamin, dan perkiraan

tingkat kegiatan fisik, berat badan, serta perkiraan status fisiologis penduduk, ukuran ini

sering disebut dengan garis kemiskinan. Penduduk yang memiliki pendapatan dibawah

garis kemiskinan, dikatakan dalam kondisi miskin.

Bank Dunia mengukur garis kemiskinan berdasarkan pada pendapatan seseorang.

Seseorang yang memiliki pendapatan kurang dari US$ 1 per hari masuk dalam kategori

miskin (Criswardani Suryawati, 2005).

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengukur

kemiskinan berdasarkan dua kriteria (Criswardani Suryawati, 2005), yaitu:

a) Kriteria Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS) yaitu keluarga yang tidak mempunyai

kemampuan untuk menjalankan perintah agama dengan baik, minimum makan dua kali

sehari, membeli lebih dari satu stel pakaian per orang per tahun, lantai rumah bersemen

lebih dari 80%, dan berobat ke Puskesmas bila sakit.

b) Kriteria Keluarga Sejahtera 1 (KS 1) yaitu keluarga yang tidak berkemampuan untuk

melaksanakan perintah agama dengan baik, minimal satu kali per minggu makan

daging/telor/ikan, membeli pakaian satu stel per tahun, rata-rata luas lantai rumah 8

meter per segi per anggota keluarga, tidak ada anggota keluarga umur 10 sampai 60

tahun yang buta huruf, semua anak berumur antara 5 sampai 15 tahun bersekolah, satu

dari anggota keluarga mempunyai penghasilan rutin atau tetap, dan tidak ada yang sakit

selama tiga bulan.

Ada tiga ukuran utama yang diusulkan oleh Foster, Greer, dan Thorbecke (1984)

dalam Lipton (1985) ukuran itu adalah:

1) Head-Count Measureindex H

Teori Head-Count Measureindex H adalah teori yang memperkirakan jumlah

orang yang berada dibawah garis kemiskinan. Ukuran jumlah orang (Head- Count

Measure) di dalam menentukan tingkat kemiskinan diperoleh dari :

H = q/n . 100

Keterangan :

H = Tingkat Kemiskinan

Q = Jumlah penduduk miskin atau berada di bawah garis kemiskinan

n = Jumlah Penduduk

Page 6: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

2) Poverty Gap Index PG

Teori Poverty Gap Index PG adalah teori yang memperhitungkan jumlah dana

yang diperlukan mengatasi masalah kemiskinan. Untuk mengukur kesenjangan

kemiskinan (Poverty gap) dilakukan berbagai bentuk tergantung tujuan yang ingin

dicapai dengan ukuran tersebut disamping perkiraan jumlah dana yang harus disediakan

untuk menghapus kemiskinan, tidak jarang pula ukuran harus disediakan ini disediakan

untuk menghapus kemiskinan, tidak jarang pula ukuran harus disediakan ini dinyatakan

secara relatif yaitu perbandingan antara jumlah kesenjangan kemiskinan dengan

variabel lain, seperti PDB, jumlah pendapatan penduduk miskin, jumlah pendapatan

penduduk tidak miskin, jumlah pengeluaran pemerintah, jumlah bantuan luar negeri,

atau nilai ekspor,. Kesenjangan kemiskinan diukur dengan memperlihatkan perbedaan

tingkat pendapatan penduduk miskin dengan garis kemiskinannya, rumusnya:

PG = Gk –Yp

Keterangan :

PG = Kesenjangan Kemiskinan

Gk = Garis Kemiskinan

Yp = Pendapatan Penduduk Miskin

Bila kesenjangan kemiskinan akan diukur secara relatif diperoleh dengan cara

% PG = PG/Vt . 100%

Keterangan:

%PG = kesenjangan kemiskinan relatif

Vt = variabel tertentu secara perkapita, seperti PDB, bantuan luar negeri,

pendapatan penduduk miskin, jumlah pengeluaran pemerintah dan sebagainya.

3) The Foster, Greer, Thorbecke P2 Meansure

FGT P2 adalah poverty gap dari orang miskin yang ditimbang dengan poverty ganya untuk menafsir kemiskinan agregat jadi:

Dengan membandingkan rumus ketiga H, PG, dan P2 di atas strukturnya menjadi jelas dengan menggolongkan ke dalam ukuran tambahan secara umum:

Untuk a adalah parameter non-negatif Ini adalah ukuran kemiskinan dari Foster, Greer, Thorbecke (Foster, 1984). Pa adalah rata-rata dari seluruh populasi dari ukuran kemiskinan individual dimana mempunyai nilai a z yi ] 1 [ - untuk orang miskin dan nol untuk non-miskin.

Page 7: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

d. Kriteria Kemiskinan

Menurut Badan Pusat Statistik, kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi

standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makan maupun non makan.

Membandingkan tingkat konsumsi penduduk dengan garis kemiskinan atau jumlah

rupiah untuk konsumsi orang perbulan. Menurut UNDP kemiskinan adalah

ketidakmampuan untuk memperluas pilihan-pilihan hidup, antara lain dengan

memasukkan penilaian tidak adanya partisipasi dalam pengambilan kebijakan publik

sebagai salah satu indikator kemiskinan. Pada dasarnya defenisi kemiskinan dapat dilihat

dari dua sisi, yaitu:

1) Kemiskinan absolut

Kemiskinan yang dikaitkan dengan perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan yang

hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang

memungkinkan seseorang untuk hidup secara layak. Dengan demikian kemiskinan

diukur dengan membandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat pendapatan

yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya yakni makanan, pakaian dan

perumahan agar dapat menjamin kelangsungan hidupnya.

2) Kemiskinan relatif

Kemiskinan dilihat dari aspek ketimpangan sosial, karena ada orang yang sudah dapat

memenuhi kebutuhan dasar minimumnya tetapi masih jauh lebih rendah dibanding

masyarakat sekitarnya (lingkungannya). Semakin besar ketimpangan antara tingkat

penghidupan golongan atas dan golongan bawah maka akan semakin besar pula jumlah

penduduk yang dapat dikategorikan miskin, sehingga kemiskinan relatif erat

hubungannya dengan masalah distribusi pendapatan.

Kemiskinan dibagi dalam empat bentuk, yaitu:

a. Kemiskinan absolut, kondiai dimana seseorang memiliki pendapatan di bawah garis

kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan,

kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang dibutuhkan untuk bisa hidup dan bekerja.

b. Kemiskinan relatif, kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang

belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan ketimpangan pada

pendapatan.

c. Kemiskinan kultural, mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang

disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha memperbaiki tingkat

kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif meskipun ada bantuan dari pihak luar.

Page 8: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

d. Kemiskinan struktural, situasi miskin yang disebabkan oleh rendahnya akses terhadap

sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial politik yang

tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi seringkali menyebabkan suburnya

kemiskinan.

e. Teori Lingkaran Setan Kemiskinan

Penyebab kemiskinan menurut Kuncoro (2000) sebagai berikut :

1. Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan

sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan timpang, penduduk miskin hanya

memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan kualitas nya rendah.

2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia karena kualitas

sumber daya manusia yang rendah berate produktivitasnya juga akan rendah, upahnya

nya pun rendah.

3. kemiskinan muncul karena adanya akses modal.

Ketiga penyebab kemiskinan itu bermuara pada lingkaran setan kemiskinan

(vicious circle of poverty ) lihat gambar 2.1. Adanya keterbelakangan,

ketidaksempurnaan pasar, kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas.

Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima.

Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi,

redahnya investasi akan berakibat pada keterbelakangan dan seterusnya.

Gambar 2.1 Lingkaran Setan Kemiskinan

Sumber : Nurkse (1953) dalam Kuncoro, 2000

Page 9: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

Logika berpikir yang dikemukakan Nurkse yang dikutip Kuncoro (2000) yang

mengemukakan bahwa Negara miskin itu karena dia miskin (a poor country is poor

because it is poor). Dalam mengemukakan teorinya tentang lingkaran setan kemiskinan,

pada hakikatnya Nurkse berpendapat bahwa kemiskinan bukan saja disebabkan oleh

ketiadaan pembangunan masa lalu tetapi juga disebabkan oleh hambatan pembangunan

di masa yang akan datang. Sehubungan dengan hal ini Nurkse mengatakan : “Suatu

Negara menjadi miskin karena ia merupakan Negara miskin” (A country is poor because

is poor).

Menurut pendapatnya inti dari lingkaran setan kemiskinan adalah keadaan-

keadaan yang menyebabkan timbulnya hambatan terhadap teciptanya pembentukan

modal yang tinggi. Di satu pihak pembentukan modal ditentukan oleh tingkat tabungan

dan di lain pihak oleh perangsang untuk menanam modal. Di Negara berkembang kedua

faktor itu tidak memungkinkan dilaksanakannya tingkat pembentukan modal yang tinggi.

Jadi, menurut pandangan Nurkse, terdapat dua jenis lingkaran setan kemiskinan yang

menghalangi Negara berkembang mencapai pembangunan yang pesat yaitu. Dari segi

penawaran modal dan permintaan modal.

Dari segi penawaran modal ingkaran setan kemiskinan dapat dinyatakan sebagai

berikut. Tingkat pendapatan masyarakat redah yang diakibatkan oleh tingkat

produktivitas yang rendah, menyebabkan kemampuan masyarakat untuk menabung juga

rendah. Ini akan menyebabkan suatu Negara menghadapi kekurangan barang modal dan

dengan demikian tingkat produktivitasnya akan tetap rendah yang akan mempengaruhi

kemiskinan.

Dari segi permintaan modal, corak lingkaran setan kemiskinan mempunyai

bentuk yang berbeda di setiap negara. Di Negara-negara miskin perangsang untuk

melaksanakan penanaman modal rendah karena luas pasar untuk berbagai jenis barang

terbatas, dan hal ini disebabkan oleh pendapatan masyarakat rendah. Sedangkan

pendapatan masyarakat yang rendah disebabkan oleh produktivitasnya rendah ditunjukan

oleh pembentukan modal yang terbatas pada masa lalu dan mengakibatkan pada masa

yang akan datang. Pembentukan modal yang terbatas ini disebabkan oleh kekurangan

perangsang untuk menanam modal, sehingga kemiskinan tidak berujung pada

pangkalnya.

Page 10: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

B. Pertumbuhan Ekonomi

a. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari

negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada

penduduknya yang ditentukan oleh adanya kemajuan atau penyesuaianpenyesuaian

teknologi, institusional (kelembagaan), dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan

yang ada (Simon Kuznetz dalam Todaro, 2004).

Menurut Robinson Tarigan (2004) pertumbuhan ekonomi wilayah adalah

pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan

seluruh nilai tambah (value added) yang terjadi di wilayah tersebut. Lebih lanjut Prof.

Simon Kuznets (Jhingan. 1996: 72) mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi

merupakan kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk

menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya,

kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian

kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya.

Menurut Todaro (2003), ada tiga faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi,

yaitu :

1. Akumulasi modal termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan),

peralatan fiskal, dan sumber daya manusia (human resources). Akumulasi modal akan

terjadi jika ada sebagian dari pendapatan sekarang di tabung yang kemudian

diinvestasikan kembali dengan tujuan untuk memperbesar output di masa-masa

mendatang. Investasi juga harus disertai dengan investasi infrastruktur, yakni berupa

jalan, listrik, air bersih, fasilitas sanitasi, fasilitas komunikasi, demi menunjang

aktivitas ekonomi produktif. Investasi dalam pembinaan sumber daya manusia

bermuara pada peningkatan kualitas modal manusia, yang pada akhirnya dapat

berdampak positif terhadap angka produksi.

2. Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja. Pertumbuhan penduduk dan hal-hal

yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angka kerja (labor force) secara

tradisional telah dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan

ekonomi. Artinya, semakin banyak angkatan kerja semakin produktif tenaga kerja,

sedangkan semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestiknya.

3. Kemajuan Teknologi. Kemajuan teknologi disebabkan oleh teknologi cara-cara baru

dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisional.

Ada 3 klasifikasi kemajuan teknologi, yakni :

Page 11: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

a. Kemajuan teknologi yang bersifat netral, terjadi jika tingkat output yang dicapai

lebih tinggi pada kuantitas dan kombinasi-kombinasi input yang sama.

b. Kemajuan teknologi yang bersifat hemat tenaga kerja (labor saving) atau hemat

modal (capital saving), yaitu tingkat output yang lebih tinggi bisa dicapai dengan

jumlah tenaga kerja atau input modal yang sama

c. Kemajuan teknologi yang meningkatkan modal, terjadi jika penggunaan teknologi

tersebut memungkinkan kita memanfaatkan barang modal yang ada secara lebih

produktif.

b. Teori Umum Pertumbuhan Ekonomi

Menurut pandangan kaum historis, diantaranya Friedrich List dan Rostow,

pertumbuhan ekonomi merupakan tahapan proses tumbuhnya perekonomian mulai dari

perekonomian bersifat tradisional yang bergerak di sektor pertanian dimana produksi

bersifat subsisten, hingga akhirnya menuju perekonomian modern yang didominasi oleh

sektor industri manufaktur. Menurut pandangan ekonom klasik, Adam Smith, David

Ricardo, Thomas Robert Malthus dan John Straurt Mill, maupun ekonom neo klasik,

Robert Solow dan Trevor Swan, mengemukakan bahwa pada dasarnya ada empat faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu (1) jumlah penduduk, (2) jumlah stok

barang modal, (3) luas tanah dan kekayaan alam, dan (4) tingkat teknologi yang

digunakan.

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila

tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi dari pada apa yang dicapai pada masa sebelumnya

(Mudrajad Kuncoro, 2003). Sedangkan menurut Schumpeter, faktor utama yang

menyebabkan perkembangan ekonomi adalah proses inovasi, dan pelakunya adalah

inovator atau wiraswasta (entrepreneur). Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya

bisa diterapkan dengan adanya inovasi oleh para entrepreneur.

Menurut Nugraheni, pengukuran akan kemajuan sebuah perekonomian

memerlukan alat ukur yang tepat, beberapa alat pengukur pertumbuhan ekonomi antara

lain yaitu (Sri Aditya, 2010):

a. Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB), atau di tingkat regional disebut Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB), merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh

suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar. Baik PDB

atau PDRB merupakan ukuran yang global sifatnya, dan bukan merupakan alat ukur

Page 12: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

pertumbuhan ekonomi yang tepat, karena belum dapat mencerminkan kesejahteraan

penduduk yang sesungguhnya, padahal sesungguhnya kesejahteraan harus dinikmati

oleh setiap penduduk di negara atau daerah yang bersangkutan.

b. Produk Domestik Bruto Per kapita/Pendapatan Per kapita

Produk domestik bruto per kapita atau produk domestik regional bruto per kapita pada

skala daerah dapat digunakan sebagai pengukur pertumbuhan ekonomi yang lebih baik

karena lebih tepat mencerminkan kesejahteraan penduduk suatu negara daripada nilai

PDB atau PDRB saja. Produk domestik bruto per kapita baik di tingkat nasional

maupun di daerah adalah jumlah PDB nasional atau PRDB suatu daerah dibagi dengan

jumlah penduduk di negara maupun di daerah yang bersangkutan, atau dapat disebut

juga sebagai PDB atau PDRB rata-rata.

c. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Kemiskinan

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan

menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu.

Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan bila seluruh balas jasa riil terhadap

penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada pendapatan riil

masyarakat pada tahun sebelumnya.

Terdapat tiga faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi, yakni: 1) akumulasi

modal yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru, 2) pertumbuhan penduduk

dan 3) kemajuan teknologi. Dalam kaitannya dengan kemiskinan diharapkan sumber-

sumber pertumbuhan tersebut dapat menurunkan kemiskinan. Investasi melalui

penyerapan tenaga kerjanya baik oleh swasta maupun oleh pemerintah, perkembangan

teknologi yang semakin inovatif dan produktif dan pertumbuhan penduduk melalui

peningkatan modal manusia (human capital).

C. Penanaman Modal Asing (PMA/FDI)

a. Pengertian Penanaman Modal Asing

Pengertian modal asing dalam Undang-undang No 1 tahun 1967 ialah:

a. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaann

devisa Indonesia, yang dengan persetujuan Pemerintah digunakan untuk pembiayaan

perusahaan diIndonesia.

Page 13: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

b. Alat-alat untuk perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang

asing dan bahan-bahan,yang dimasukkan dari luar ke dalam wilayah Indonesia,

selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisa Indonesia.

c. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan Undang-undang ini

diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan di

Indonesia.

Penanaman modal merupakan langkah awal dalam kegiatan produksi. Dengan

posisi semacam itu, investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan

pembangunan ekonomi. Apabila dilihat berdasarkan sudut pandang ekonomi makro,

maka penanaman modal atau investasi adalah pengeluaran yang menambah modal baru

bagi masyarakat. Modal baru tersebut dapat berupa penambahan sejumlah uang yang

diinvestasikan maupun penambahan pada faktor-faktor produksi. Dinamika penanaman

modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan marak

lesunya pembangunan.

Mengacu pada ketentuan yang terdapat dalam UU Penanaman Modal No. 25

Tahun 2007, maka yang disebut sebagai “Penanaman Modal Asing”, harus memenuhi

beberapa unsur berikut (Ps.1(3)):

a. Merupakan kegiatan menanam modal

b. Untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia

c. Dilakukan oleh penanam modal asing,

d. Menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan

penanam modal dalam negeri.

b. Hubungan FDI dan Kemiskinan

Dalam hal dampak FDI terhadap kemiskinan, hasil pengujian menunjukkan baik

secara langsung maupun tidak langsung arus masuk FDI berkontribusi positif dalam

mengurangi tingkat kemiskinan di Kalimantan Selatan. FDI berdampak positif terhadap

pertumbuhan ekonomi dan secara langsung mengurangi tingkat kemiskinan, namun

dampaknya relatif sangat rendah.

PMA berpengaruh positif terhadap pembangunan ekonomi atau pertumbuhan

ekonomi di negara tuan rumah, pertama lewat pembangunan pabrik-pabrik baru (PP)

yang berarti penambah output atau PDB, total ekspor (X) dan Kesempatan Kerja (KK).

Ini adalah dampak langsung.

Page 14: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

Kedua masih dari sisi suplai, namun sifatnya tidak langsung, adalah sebagai

berikut: adanya PP baru berarti ada penambahan permintaan di dalam negeri terhadap

barang-barang modal, barang-barang setengah jadi, bahan baku dan input-input lainnya.

Jika permintaan antara ini sepenuhnya dipenuhi oleh sektor-sektor lain (SSL) di dalam

negeri (tidak ada yang diimpor), maka dengan sendirinya efek positif dari keberadaan

atau kegiatan produksi di pabrik-pabrik baru tersebut sepenuhnya dinikmati oleh sektor-

sektor domestik lainnya; jadi output di SSL tersebut mengalami pertumbuhan. Apabila

PMA mengalami kemunduran dapat dipastikan hal tersebut dapat berpengaruh terhadap

banyaknya pengangguran yang berakibat pada peningkatan jumlah kemiskinan di

Indonesia.

Adanya investasi-investasi baru memungkinkan terciptanya barang-barang modal

baru sehingga akan menyerap faktor produksi baru yaitu menciptakan lapangan kerja

baru, kesempatan kerja yang akan menyerap tenaga kerja yang pada gilirannya akan

mengurangi pengangguran. Dengan demikian terjadi penambahan output dan pendapatan

baru pada faktor produksi tersebut akan menambah output nasional sehingga akan terjadi

pertumbuhan ekonomi. Dengan berkurangnya tingkat pengangguran (karena terciptanya

lapangan kerja yang baru) dan pertumbuhan ekonomi yang positif akan berpengaruh

terhadap tingkat kemiskinan dimana diharapkan akan mengurangi jumlah penduduk yang

berada di bawah garis kemiskinan.

D. Pendapatan Per Kapita

a. Pengertian Pendapatan Per Kapita

PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) didefinisikan sebagai jumlah nilai

tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah atau jumlah seluruh

nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.

Nilai PDRB dibagi jumlah penduduk di wilayah tersebut menghasilkan pendapatan

perkapita. Penghitungan PDRB dilakukan atas dasar harga berlaku dan harga konstan

dengan tujuan berbeda. Penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk

melihat pergeseran dan struktur ekonomi dari tahun ke tahun, sedang penghitungan

PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari

tahun ke tahun. Pertumbuhan pendapatan perkapita yang positif dari tahun ke tahun

menjadi indikator laju pertumbuhan ekonomi, dimana peningkatan pendapatan akan

meningkatkan taraf kesejahteraan dan kemampuan masyarakat untuk memenuhi

kebutuhannya.

Page 15: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

Pembangunan ekonomi mensyaratkan pendapatan nasional yang lebih tinggi dan

untuk itu tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi merupakan pilihan yang harus

diambil.Namun yang menjadi permasalahan bukan hanya soal bagaimana cara memacu

pertumbuhan, tetapi juga siapa yang melaksanakan dan berhak menikmati hasilnya.

Produk Domestik ragional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh nilai produk

barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang beroperasi pada suatu

daerah dalam jangka waktu tertentu. Atau apabila ditinajau dari segi pendapatan

merupakan jumlah dari pendapatan yang diterima oleh faktor- faktor produksi yang

dimiliki oleh penduduk di wilayah tersebut yang ikut serta dalam proses produksi dalam

jangka waktu tertentu.

Pendapatan perkapita merupakan gamabaran rata-rata pendapatan yang diterima

oleh penduduk sebagai hasil dari proses produksi. Pendapatan perkapita sering menjadi

tolak ukur kemakmuran suatu negara atau daerah. Pendapatan perkapita pada dasarnya

mengukur kemampuan dari suatu negara untuk memperbesar output dalam laju yang

lebih cepat daripada pertumbuhan penduduk. Tingkatan dan laju pertumbuhan

pendapatan perkapita riil (yakni sama dengan pertumbuhan pendapatan perkapita setelah

dikurangi dengan tingkat inflasi) merupakan tolak ukur ekonomis yang paling sering

digunakan untuk mengukur sejauh mana kemakmuran ekonomis dari suatu negara.

Berdasarkan tolak ukur tersebut, makan akan dimungkinkan untuk mengetahui

seberapa banyak barang dan jasa riil yang tersedia bagi rata-rata penduduk untuk

melakukan kegiatan konsumsi dan investasi.

b. Hubungan Pendapatan Per Kapita dan Kemiskinan

Pendapatan per kapita memberikan gambaran tentang laju pertumbuhan

kesejahteraan masyarakat diberbagai Negara dan juga dapat menggambarkan perubahan

corak perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat yang sudah terjadi diantara berbagai

Negara (Lincoln Arsyad,1999). Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka akan

semakin tinggi pula kemampuan seseorang untuk membayar berbagai pungutan yang

ditetapkan oleh pemerintah (Thamrin, 2000). Hal ini berarti juga semakin tinggi PDRB

per kapita semakin sejahtera penduduk suatu wilayah. Dengan kata lain jumlah penduduk

miskin akan berkurang.

Menurut Kuznet (dikutip dari Tulus Tambunan, 2001), pertumbuhan dan

kemiskinan mempunyai korelasi yang sangat kuat, karena pada tahap awal proses

pembangunan tingkat kemiskinan cenderung meningkat dan pada saat mendekati tahap

Page 16: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

akhir pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur berkurang. Selanjutnya

menurut penelitian Deni Tisna (2008) menyatakan bahwa PDRB Sebagai indicator

pertumbuhan ekonomi berpengaruh negative terhadap kemiskinan.

E. Inflasi

a. Pengertian Inflasi

Menurut Samuelson (2001), inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kenaikan

tingkat harga umum, baik barang-barang, jasa-jasa maupun faktor-faktor produksi. Dari

definisi tersebut mengindikasikan keadaan melemahnya data beli yang diikuti dengan

semakin merosotnya nilai riil mata uang suatu negara.

Inflasi dapat dihitung melalui perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK),

termasuk di Indonesia yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Besarnya inflasi

pada bulan tertentu dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

Dimana :

INFt : Inflasi pada periode t dalam peresen

IHKt : Indeks Harga Konsumen pada periode t

IHKt-1 : Indeks Harga Konsumen pada periode sebelumnya

b. Jenis Inflasi

Sehubungan dengan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap inflasi, maka

dapat dilakukan pengelompokan jenis inflasi berdasarkan sudut pandang sebagai

berikut :

Jenis-jenis inflasi menurut sebabnya adalah (Nopirin:2000) :

i. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand-Pull Inflation)

Inflasi ini bermula dari adanya permintaan total, sedangkan produksi telah berada

pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh.

Dalam keadaan seperti itu, kenaikan permintaan total disamping menaikkan harga dapat

juga menaikkan hasil produksi atau output. Apabila kesempatan kerja penuh telah

tercapai, maka penambahan permintaan hanya akan menaikkan harga saja. Apabila

kenaikan permintaan ini menyebabkan keseimbangan GNP pada kesempatan kerja penuh

Page 17: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

makan akan terdapat “inflationary group” yang akhirnya akan menimbulkan masalah

inflasi.

ii. Inflasi Dorongan Biaya (Cost-Push Inflation)

Inflasi Dorongan Biaya merupakan inflasi yang terjadi akibat kenaikan biaya

produksi yang mengakibatkan adanya penurunan penawaran. Kenaikan biaya produksi

ini ditimbulkan oleh beberapa faktor diantaranya :

1. Persatuan serikat buruh dalam menuntut kenaikan upah.

2. Industri yang bersifat monopolistis, sehingga dapat menggunakan di pasar

untuk menentukan harga yang lebih tinggi.

3. Kenaikan harga bahan baku industri.

Menurut (Khalwaty:2000), berdasarkan bobotnya inflasi dibagi menjadi 4, yakni :

i. Inflasi Ringan

Inflasi ringan dengan laju pertimbuhan yang berlangsung secara perlahan dan

berada pada posisi satu digit atau di bawah 10% pertahun

ii. Inflasi Sedang

Inflasi sedang adalah inflasi dengan tingkat laju pertumbuhan berada diantara 10-

30% pertahun atau melebihi dua digit dan sangat mengancam struktur dan pertumbuhan

ekonomi suatu negara.

iii. Inflasi Berat.

Inflasi berat adalah inflasi dengan laju pertumbuhan berada diantara 30-100 %

pertahun. Pada kondisi demikian, sektor-sektor produksi hampir lumpuh total kecuali

yang dikuasai negara.

iv. Inflasi Sangat Berat.

Inflasi sangat berat atau Hyper Inflation adalah inflasi dengan laju pertumbuhan

melampaui 100% pertahun. untuk keperluan perang terpaksa harus mencetak uang secara

berlebihan.

c. Hubungan Inflasi dan Kemiskinan

Kenaikan inflasi memiliki pengaruh terhadap daya beli masyarakat dan juga

terhadap distribusi pendapatan. Kedua pengaruh tersebut akan berhubungan dengan

tingkat kemiskinan yang ada. Dalam kaitannya dengan pengaruh inflasi dan daya beli

masyarakat, tentu saja dengan adanya inflasi akan ada sebagian masyarakat yuang

dirugikan karena tidsak mampu membeli bahan kebutuhannya seperti bahan pokok.

Page 18: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

Dengan kata lain, maka dengan adanya harga yang tinggi masyarakat miskin akan

kehilangan daya beli mereka. Selain itu apabila inflasi tersebut tidak diimbangi dengan

adanya kenaikan pendapatan maka masyarakat yang tadinya tidak tergolong miskin bisa

menjadi miskin karena daya beli mereka yang terus menurun.

Pengaruh inflasi terhadap kemiskinan selanjutnya dijelaskan melalui distribusi

pendapatan. Menurut IMF perekonomian menjadi terdiri dari dua kelompok pekerja,

yakni insider dan outsider. Pihak yang di dalam adalah mereka yang bekerja di sektor

yang memiliki serikat pekerja yang (biasanya) memperoleh upah yang diindeks dengan

biaya hidup atau inflasi sehingga insider lebih terproteksi dari efek inflasi atau kenaikan

harga. Outsider, sebaliknya, tak menikmati proteksi yang sama dalam hal karakteristik

upah.

Hasil dari adanya inflasi adalah adanya kesenjangan pendapatan antara insider

dan outsider. Dengan adanya inflasi ini cenderung merugikan golongan miskin. Bahkan,

inflasi dapat menyebabkan golongan yang belum miskin terjerembap ke dalam jurang

kemiskinan. Maka, mengendalikan inflasi tampaknya sebuah keharusan, setidaknya

untuk mencegah orang susah lebih susah.

Page 19: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

BAB III

DATA DAN METODE

A. DATA

a. Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan diambil dari data World Bank dan

Badan Pusat Statistik Indonesia. Kemudian data yang digunakan adalah data dari tahun

1984 sampai tahun 2013. Dan variabel-variabel yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Kemiskinan

Variabel kemiskinan menjelaskan tentang besarnya tingkat kemiskinan yang ada di

Indonsia. Variabel ini menggunakan data presentase tingkat kemiskinan di Indonesia

tahun 1984-2013. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik Indonesia.

2. Penanaman Modal Asing (PMA/FDI)

Variabel FDI menjelaskan besarnya investasi asing yang dilakukan di Indonesia.

Variabel ini menggunakan data FDI Net Inflow(% of GDP) tahun 1984 sampai tahun

2013. Data tersebut diperoleh dari Wold Bank.

3. Inflasi

Variabel Inflasi menjelaskan besarnya kenaikan harga secara keseluruhan yang

terjadi di Indonesia. Variabel ini menggunakan data Inflation, GDP deflator (annual

%) tahun 1984 sampai tahun 2013. Data tersebut diperoleh dari Wold Bank.

4. Pendapatan Per Kapita

Variabel pendapatan per kapita menjelaskan besarnya pendapatan per kapita yang

diterima oleh masyarakat di Indonesia. Variabel ini menggunakan data GDP per

capita (current US$) tahun 1984 sampai tahun 2013. Data tersebut diperoleh dari

Wold Bank.

5. Pertumbuhan Ekonomi

Variabel pertumbuhan ekonomi menjelaskan besarnya pertumbuhan ekonomi yang

terjadi di Indonesia. Variabel ini menggunakan data GDP growth (annual %) tahun

1984 sampai tahun 2013. Data tersebut diperoleh dari Wold Bank.

b. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder

adalah data yang diambil dari instansi tertentu dan tidak perlu melakukan survei. Data

tersebut diambil dari World Bank dan Badan Pusat Statistik. Oleh karena itu data

tersebut termasuk dalam data sekunder karena penulis tidak perlu melakukan survei

untuk memperoleh data.

Page 20: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

B. Metode Penelitian

Error correction model atau yang dikenal dengan model koreksi kesalahan adalah

suatu model yang digunakan untuk melihat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek dari

masing-masing peubah bebas terhadap peubah terikat (Satria, 2004). Menurut Sargan, Engle

dan Granger, error correction model adalah teknik untuk mengoreksi ketidakseimbangan

jangka pendek menuju keseimbangan jangka panjang, serta dapat menjelaskan hubungan

antara peubah terikat dengan peubah bebas pada waktu sekarang dan waktu lampau.

ECM diterapkan dalam analisis ekonometrika untuk data runtun waktu karena

kemampuan yang dimiliki ECM dalam meliput banyak peubah untuk menganalisis fenomena

ekonomi jangka panjang dan mengkaji kekonsistenan model empirik dengan teori

ekonometrika, serta dalam usaha mencari pemecahan terhadap persoalan peubah runtun

waktu yang tidak stasioner dan regresi lancung dalam analisis ekonometrika (Satria, 2004).

Page 21: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Uji Stasioner

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data runtut waktu atau time

series. Oleh karena itu untuk data runtut waktu harus memenuhi uji stasionaritas dahulu

sebelum data tersebut dianalisis menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Uji

stasionaritas dilakukan dengan uji akar-akar unit (unit root test), uji derajat integrasi

(integration test), dan uji kointegrasi (cointegration test). Uji ini sebagai prasyarat untuk

melakukan estimasi model dinamis. Pada penelitian ini untuk melakukan uji stasioner

digunakan uji akar-akar unit (unit root test).

Pengujian akar-akar unit untuk semua variabel yang digunakan dalam analisis

runtut waktu perlu dilakukan untuk memenuhi kesahihan analisis ECM (Error Correction

Model). Ini berartibahwa data yang dipergunakan harus stasioner, atau dengan kata lain

perilaku data yang stasioner memiliki varians yang tidak terlalu besar dan mempunyai

kecenderungan untuk mendekati nilai rata-ratanya.

Dalam penelitian ini pengujian stasioneritas data yang dilakukan terhadap seluruh

variabel yang ada, didasarkan pada Dickey Fuller (DF) Test danAugmented Dickey Fuller

(ADF) Test. Pengujian akar-akar unit dilakukan dengan memasukkan intersep namun tidak

memasukkan trend waktu pada uji DF, sedangkan untuk uji ADF dengan memasukkan

intersep dan trend waktu.

Untuk uji akar-akar unit ini, dilihat dari besarnya probabilitas uji ADF dan

probabilitas masing-masing variabel. Apabila nilai probabilitas tersebut signifikan pada

tingkat 5%, maka variabel tersebut bersifat stasioner. Untuk memperoleh hail yang stasioner

kita bisa melakukannya dengan beberapa tingkat dalam pengujian, seperti tingkat level,

tingkat derajat satu ataupun tingkat derajat dua. Apabila pada tingkat level nilai probabilitas

belum signifikan maka harus dilanjutkan ke tingkat derajat satu maupun derajat dua sampai

hasil probabilitas menunjukkan hasil yang signifikan dan stasioner. Hasil uji stasioner pada

tingkat level adalah sebagai berikut:

Page 22: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

Null Hypothesis: Unit root (individual unit root process) Series: FDI, INFLASI, PEND_PERCAPITA, PERT_EKODate: 11/28/15 Time: 19:19Sample: 1984 2013Exogenous variables: Individual effectsUser specified maximum lagsAutomatic selection of lags based on SIC: 0Total (balanced) observations: 116Cross-sections included: 4

Method Statistic Prob.**ADF - Fisher Chi-square  24.9639  0.0016ADF - Choi Z-stat -1.27768  0.1007

** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi        -square distribution. All other tests assume asymptotic normality.

Intermediate ADF test results UNTITLED

Series Prob. Lag   Max Lag ObsFDI  0.4168  0  3  29

INFLASI  0.0008  0  3  29PEND_PERCAPIT

A  0.9990  0  3  29PERT_EKO  0.0111  0  3  29

Dari hasil output tersebut kita dapat mengetahui apakah variabel tersebut

stasioner atau tidak dilihat dari probabilitas yang ada. Pada output tersebut diketahui bahwa

hasil probabilitas dari ADF - Fisher Chi-square adalah signifikan pada level 5% akan tetapi

probabilitas dari ADF - Choi Z-stat tidak signifikan. Selain itu probabilitas masing-masing

variabel tersebut sebagian ada yang signifikan dan ada yang tidak. Oleh karena itu hasil

output tersebut menunjukkan bahwa pada tingkat level masing-masing variabel tidak bersifat

stasioner. Sehingga diperlukan estimasi lebih lanjut untuk turunan pertama dan keduanya.

Berikut adalah hasil dari estimasi output uji stasioner pada tingkat derajat satu :

Null Hypothesis: Unit root (individual unit root process) Series: FDI, INFLASI, PEND_PERCAPITA, PERT_EKODate: 11/28/15 Time: 19:20Sample: 1984 2013Exogenous variables: Individual effectsUser specified maximum lagsAutomatic selection of lags based on SIC: 0Total (balanced) observations: 112Cross-sections included: 4

Method Statistic Prob.**ADF - Fisher Chi-square  79.8981  0.0000ADF - Choi Z-stat -7.51984  0.0000

** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi        -square distribution. All other tests assume asymptotic normality.

Page 23: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

Intermediate ADF test results D(UNTITLED)

Series Prob. Lag   Max Lag ObsD(FDI)  0.0011  0  3  28

D(INFLASI)  0.0000  0  3  28D(PEND_PERCAP

ITA)  0.0106  0  3  28D(PERT_EKO)  0.0000  0  3  28

Seperti pada cara sebelumnya untuk melakukan uji stasioner maka bisa dilihat

dari besarnya probabilitas yang dimiliki. Dari output tersebut dapat terlihat bahwa

probabilitas dari ADF - Fisher Chi-square dan ADF - Choi Z-stat adalah signifikan pada

level 5%. Selain itu dilihat dari besarnya probabilitas masing-masing variabel dapat diketahui

bahwa variabel-variabel tersebut memiliki probabilitas yang signifikan. Sehingga bisa

sikatakan bahwa pada tingkat derajat satu masing-masing variabel tersebut sudah stasioner

sehingga bisa digunakan untuk melakukan uji selanjutnya.

B. Uji Kointegrasi

Setelah mendapatkan hasil yang stasioner dalam masing-masing variabel maka

langkah selanjutnya adalah melakukan uji kointegrasi. Regresi kointegrasi dilakukan untuk

menguji apakah residual regresi yang dihasilkan stasioner atau tidak. Jika variabel

terkointegrasi, maka terdapat hubungan yang stabil dalam jangka panjang. Sebaliknya bila

tidak terdapat kointegrasi antar variabel, maka dapat dikatakan bahwa tidak ada keterkaitan

hubungan dalam jangka panjang.

Uji yang digunakan adalah uji Cointegrating Regression Durbin Watson

(CRWD), uji Dickey Fuller (DF) dan uji Augmented Dickey Fuller (ADF). Namun dalam

penelitian ini untuk menguji variabel yang ada akan digunakan metode Engel dan Granger

dengan memakai uji statistik DF dan ADF dari residual regresi kointegrasi stasioner atau

tidak. Untuk menghitung nilai DF dan ADF dari residual regresi terlebih dahulu membentuk

persamaan regresi kointegrasi dengan metode kuadrat terkecil biasa (OLS).

KEMISKINAN =C0 + C1 FDI t + C2 INFLASI t + C3 PENDPERCAPITAt + C4 PERT EKOt + + ε i

.................................................................................... (4.1)

Dimana kemiskinan sebagai variabel dependen adalah presentase tingkat

kemiskinan yanga ada di Indonesia, dan variabel independennya seperti FDI adalah arus

modal asing masuk ke dalam negeri, Inflasi adalah kenaikan harga yang terjadi Pert_eko

Page 24: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

adalah pertumbuhan ekonomi dan Pend_percapita adalah besarnya pendapatan percapita.

Berikut adalah hasil dari estimasi persamaan tersebut :

Dependent Variable: KEMISKINANMethod: Least SquaresDate: 11/28/15 Time: 19:23Sample: 1984 2013Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 21.69610 2.568977 8.445423 0.0000FDI -0.199103 0.540677 -0.368247 0.7158

INFLASI -0.055734 0.079994 -0.696731 0.4924PEND_PERCAPITA -0.002407 0.000640 -3.763447 0.0009

PERT_EKO -0.143104 0.283579 -0.504636 0.6182

R-squared 0.505779    Mean dependent var 16.91633Adjusted R-squared 0.426704    S.D. dependent var 3.595158S.E. of regression 2.722121    Akaike info criterion 4.991711Sum squared resid 185.2485    Schwarz criterion 5.225244Log likelihood -69.87567    Hannan-Quinn criter. 5.066420F-statistic 6.396177    Durbin-Watson stat 1.016725Prob(F-statistic) 0.001093

Dari hasil estimasi tersebut maka akan diperoleh nilai resid yang akan digunakan

untuk melakukan uji kointegrasi. Berikut adalah hasil dari uji kointegrasi :

Null Hypothesis: RESID01 has a unit rootExogenous: ConstantLag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)

t-Statistic   Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.886360  0.0000Test critical values: 1% level -3.689194

5% level -2.97185310% level -2.625121

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test EquationDependent Variable: D(RESID01)Method: Least SquaresDate: 11/28/15 Time: 19:24Sample (adjusted): 1986 2013Included observations: 28 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

RESID01(-1) -0.875739 0.148774 -5.886360 0.0000D(RESID01(-1)) 0.657403 0.144473 4.550360 0.0001

C -0.102187 0.325866 -0.313585 0.7564

R-squared 0.604558    Mean dependent var -0.065745

Page 25: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

Adjusted R-squared 0.572922    S.D. dependent var 2.636098S.E. of regression 1.722721    Akaike info criterion 4.026644Sum squared resid 74.19421    Schwarz criterion 4.169381Log likelihood -53.37302    Hannan-Quinn criter. 4.070280F-statistic 19.11016    Durbin-Watson stat 1.887822Prob(F-statistic) 0.000009

Dari hasil estimasi tersebut dapat diketahui bahwa untuk melihat apakah nilai resid

tersebut stasioner atau tidak bisa dilihat melalui nilai probabilitasnya. Kemudian dari hasil

output tersebut dapat diketahui bahwa besarnya probabilitas dari Augmented Dickey-Fuller

test statistic adalah 0.0000 yang menunjukkan njilai yang signifikan. selain itu probabilitas

dari variabel resid01(-1) dan dresid01(-1) juga menunjukkan angka yang sangat signifikan,

yaitu 0.0000 dan 0.0001. jadi dari hasil output tersebut dapat dikatakan bahwa nilai resid01

bersifat stasioner. Dengan kata lain, semua variabel mampu membentuk himpunan variabel

yang berkointegrasi. Setelah melakukan uji stasioner dan uji kointegrasi maka langkah

selanjutnya adalah melakukan uji ECM.

C. Uji ECM

Error Correction Model dapat meliput lebih banyak variabel dalam menganalisis

fenomena ekonomi jangka pendek dan jangka panjang serta mengkaji konsisten tidaknya

model empirik dengan teori ekonomi, mencari pemecahan persoalan variabel time series yang

tidak stasioner dan regresi lancung atau korelasi langsung dalam analisis ekonometrika.

Estimasi dengan pendekatan Error Correction Model ini, akan menjelaskan

parameter jangka pendek maupun dalam jangka panjang atas variabel-variabel independen

yang mempengaruhi variabel dependen. Dalam hal ini, menjelaskan parameter jangka pendek

dan jangka panjang dari variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat kemiskinan. Model

ECM untuk fungsi tingkat kemiskinan tersebut adalah sbb :

DKEMISKINAN = C0 + C1 DFDI t + C2 DINFLASI t + C3 DPENDPERCAPITAt + C4

DPERT EKOt + C5 FDI t−1 + C6 INFLASI t−1 + C7 PENDPERCAPITAt−1 + C 8 PERT EKOt−1 + C9

ECT ........................................................................ (4.2)

Keterangan:

Page 26: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

KEMISKINAN : Tingkat kemiskinan (persen)

FDI : Arus modal asing masuk (persen)

INFLASI : Kenaikan harga (persen)

PERT_EKO : Pertumbuhan ekonomi (persen)

PEND_PERCAPITA : Pendapatan per capita (US$)

DKEMISKINAN : Perubahan Tingkat kemiskinan dalam jangka panjang

FDI : Perubahan Arus modal asing masuk dalam jangka panjang

INFLASI : Perubahan Kenaikan harga dalam jangka panjang

PERT_EKO : Perubahan Pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang

PEND_PERCAPITA : Perubahan Pendapatan per capita dalam jangka panjang

ECT : Biaya ketidaksesuaian simpanan masyarakat akibat variabel-variabel

bebas dalam model

cO : Intersep

c1, c2 , c3, C4 : Koefisien asli regresi ECM dalam jangka panjang

c5 , c6,C7, C8 : Koefisien regresi dalam jangka pendek

c9 : Koefisien regresi ECT

Dimana:

DKEMISKINAN : Kemiskinan - kemiskinan(-1)

DFI : fdi - fdi(-1)

DINFLASI : inflasi - inflasi(-1)

DPERT_EKO : pert_eko - pert_eko(-1)

DPEND_PERCAPITA : pend_percapita - pend_percapita(-1)

ECT : fdi(-1) + inflasi(-1) + pert_eko(-1) + pend_percapita(-1) -

kemiskinan(-1)

Page 27: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

Setelah dilakukan pengolahan data menggunakan program E-Views 6 maka

diperoleh output sbb :

Dependent Variable: DKEMISKINANMethod: Least SquaresDate: 11/28/15 Time: 19:44Sample (adjusted): 1985 2013Included observations: 29 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 6.520105 9.002751 0.724235 0.4777DFDI 0.035737 1.027683 0.034775 0.9726

DINFLASI -0.040349 0.091553 -0.440717 0.6644DPEND_PERCAPITA -0.001678 0.002910 -0.576630 0.5710

DPERT_EKO -0.008905 0.363320 -0.024510 0.9807FDI(-1) 0.143344 1.007833 0.142230 0.8884

INFLASI(-1) -0.361848 0.418185 -0.865283 0.3977PEND_PERCAPITA(-1) -0.369883 0.339942 -1.088078 0.2902

PERT_EKO(-1) -0.276878 0.572581 -0.483561 0.6342ECT 0.368694 0.339318 1.086573 0.2908

R-squared 0.301307    Mean dependent var -0.349310Adjusted R-squared -0.029654    S.D. dependent var 2.436753S.E. of regression 2.472618    Akaike info criterion 4.915230Sum squared resid 116.1629    Schwarz criterion 5.386712Log likelihood -61.27084    Hannan-Quinn criter. 5.062892F-statistic 0.910402    Durbin-Watson stat 1.396292Prob(F-statistic) 0.536336

Dari hasil output tersebut maka dapat diperoleh persamaan, sebagai berikut :

DKEMISKINAN = 6.520104787 + 0.0357372082012*DFDI -

0.0403489875996*DINFLASI - 0.00167774421475*DPEND_PERCAPITA -

0.00890492723579*DPERT_EKO + 0.143344061149*FDI(-1) -

0.361848356743*INFLASI(-1) - 0.369883017381*PEND_PERCAPITA(-1) -

0.276877919792*PERT_EKO(-1) + 0.368694120362*ECT .......................................... (4.3)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan analisis ECM di atas, dapat diketahui

besarnya nilai variabel ECT (Error Correction Term). ECT merupakan indikator apakah

spesifikasi model dianggap baik atau tidak. Hal ini dapat dilihat dari besarnya tingkat

signifikansi dari koefisien regresi parsial ECT. Jika variabel ECT signifikan pada derajat

keyakinan 5% dan menunjukkan tanda positif, maka spesifikasi model cukup baik (valid).

Koefisien regresi parsial ECT sebesar 0.368694120362 berarti bahwa presentase

tingkat kemiskinan di Indonesia pada periode sebelumnya yang disesuaikan pada periode

Page 28: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

sekarang adalah sekitar 0.368694120362 %. Sedangkan besarnya nilai probabilitas ECT

sebesar 0.2908 sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai probabilitas dari koefisien regresi

parsial ECT tidak signifikan pada 5%. Hal ini berarti bahwa spesifikasi model yang dipakai

adalah belum mampu menjelaskan variasi dinamis.

Variabel jangka pendek dari model persamaan tersebut ditunjukkan oleh FDI(-1),

INFLASI(-1), PEND_PERCAPITA(-1),dan PERT_EKO(-1) sedangkan koefisien regresi

jangka panjang dengan simulasi dari regresi ECM tingkat kemiskinan diperoleh dari :

Konstanta: c0 /c9 = (6.52 + 0.369) / 0.369 = 18.670

DFDI : (c1 + c9)/c9 = (0.036 + 0.369) / 0.369 = 1.098

DINFLASI : (c2 + c9)/c9 = ((-0.040) + 0.369) / 0.369 = 0.892

DPEND_PERCAPITA: (c3 + c9)/c9 = ((-0.002) + 0.369) / 0.369 = 0.995

DPERT_EKO : (c3 + c9)/c9 = ((-0.009) + 0.369) / 0.369 = 0.976

Dengan demikian hubungan jangka panjang regresi model ECM dapat dituliskan

sebagai berikut:

DKEMISKINAN = 18.670 + 1.098*DFDI – 0.892*DINFLASI –

0.995*DPEND_PERCAPITA – 0.976*DPERT_EKO + 0.143344061149*FDI(-1) -

0.361848356743*INFLASI(-1) - 0.369883017381*PEND_PERCAPITA(-1) -

0.276877919792*PERT_EKO(-1) + 0.368694120362*ECT ....................................(4.4)

Dari hasil output tersebut dapat diketahui bahwa masing-masing variabel

memiliki koefisisen dan hubungan terhadap variabel dependen yang berbeda-beda. Hasil

analisi dari nilai koefisien tersebut adalah sebagai berikut :

1. Konstanta/Intersep (C0¿

Dari hasil estimasi tersebut diketahui bahwa besarnya nilai Intersep dalam persamaan tersebut

adalah 18.670. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun semua variabel independen

Page 29: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

tersebut memiliki koefisien 0 (nol) besarnya tingkat kemiskinan tetap ada adalah

18.670.

2. Variabel DFDI

Variabel DFDI menunjukkan variabel FDI dalam jangka panjang. Dari hasil estimasi

tersebut dapat diketahui bahwa koefisien dari DFDI memiliki koefisien sebesar 1.098.

Hal ini menunjukkan variabel FDI dalam jangka panjang memiliki hubungan yang

positif terhadap kemiskinan. Kemudian, koefisien 1.098 menunjukkan bahwa apabila

variabel FDI dalam jangka panjang berubah 1% maka tingkat kemiskinan akan

bertambah sebesar 1.098%.

3. Variabel DINFLASI

Variabel DINFLASI menunjukkan variabel inflasi dalam jangka panjang. Dari hasil

estimasi tersebut dapat diketahui bahwa koefisien dari DINFLASI memiliki koefisien

sebesar – 0.892. Hal ini menunjukkan variabel inflasi dalam jangka panjang memiliki

hubungan yang negatif terhadap kemiskinan. Kemudian, koefisien – 0.892

menunjukkan bahwa apabila variabel inflasi dalam jangka panjang berubah 1% maka

tingkat kemiskinan akan berkurang sebesar 0.892 %.

4. Variabel DPEND_PERCAPITA

Variabel DPEND_PERCAPITA menunjukkan variabel pendapatan perkapita dalam

jangka panjang. Dari hasil estimasi tersebut dapat diketahui bahwa koefisien dari

DPEND_PERCAPITA memiliki koefisien sebesar – 0.995. Hal ini menunjukkan

variabel inflasi dalam jangka panjang memiliki hubungan yang negatif terhadap

kemiskinan. Kemudian, koefisien – 0.995 menunjukkan bahwa apabila variabel inflasi

dalam jangka panjang berubah 1 US$ maka tingkat kemiskinan akan berkurang

sebesar 0.995%.

5. Variabel DPERT_EKO

Page 30: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

Variabel DPERT_EKO menunjukkan variabel pertumbuhan ekonomi dalam jangka

panjang. Dari hasil estimasi tersebut dapat diketahui bahwa koefisien dari

DPERT_EKO memiliki koefisien sebesar – 0.976. Hal ini menunjukkan variabel

inflasi dalam jangka panjang memiliki hubungan yang negatif terhadap kemiskinan.

Kemudian, koefisien – 0.976 menunjukkan bahwa apabila variabel inflasi dalam

jangka panjang berubah 1% maka tingkat kemiskinan akan berkurang sebesar

0.976%.

6. Variabel FDI(-1)

Variabel FDI(-1) menunjukkan variabel pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek.

Dari hasil estimasi tersebut dapat diketahui bahwa koefisien dari FDI(-1) memiliki

koefisien sebesar 0.143344061149. Hal ini menunjukkan variabel FDI dalam jangka

pendek memiliki hubungan yang positif terhadap kemiskinan. Kemudian, koefisien

0.143344061149 menunjukkan bahwa apabila variabel FDI dalam jangka pendek

berubah 1% maka tingkat kemiskinan akan meningkat sebesar 0.143344061149%.

7. Variabel INFLASI(-1)

Variabel INFLASI(-1) menunjukkan variabel inflasi dalam jangka pendek. Dari hasil

estimasi tersebut dapat diketahui bahwa koefisien dari INFLASI(-1) memiliki

koefisien sebesar - 0.361848356743. Hal ini menunjukkan variabel inflasi dalam

jangka pendek memiliki hubungan yang negatif terhadap kemiskinan. Kemudian,

koefisien - 0.361848356743 menunjukkan bahwa apabila variabel inflasi dalam

jangka pendek berubah 1% maka tingkat kemiskinan akan berkurang sebesar

0.361848356743%.

8. Variabel PEND_PERCAPITA(-1)

Variabel PEND_PERCAPITA(-1) menunjukkan variabel pendapatan per kapita

dalam jangka pendek. Dari hasil estimasi tersebut dapat diketahui bahwa koefisien

Page 31: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

dari PEND_PERCAPITA(-1) memiliki koefisien sebesar - 0.369883017381. Hal ini

menunjukkan variabel pendapatan per kapita dalam jangka pendek memiliki

hubungan yang negatif terhadap kemiskinan. Kemudian, koefisien - 0.369883017381

menunjukkan bahwa apabila variabel pendapatan per kapita dalam jangka pendek

berubah 1 US$ maka tingkat kemiskinan akan berkurang sebesar 0.369883017381%.

9. Variabel PERT_EKO(-1)

Variabel PERT_EKO(-1) menunjukkan variabel pertumbuhan ekonomi dalam jangka

pendek. Dari hasil estimasi tersebut dapat diketahui bahwa koefisien dari

PERT_EKO(-1) memiliki koefisien sebesar - 0.276877919792. Hal ini menunjukkan

variabel pendapatan per kapita dalam jangka pendek memiliki hubungan yang negatif

terhadap kemiskinan. Kemudian, koefisien - 0.276877919792 menunjukkan bahwa

apabila variabel pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek berubah 1% maka

tingkat kemiskinan akan berkurang sebesar 0.276877919792%.

10. Koefisien ECT

ECT merupakan indikator apakah spesifikasi model dianggap baik atau tidak. Hal ini

dapat dilihat dari besarnya tingkat signifikansi dari koefisien regresi parsial ECT. Jika

variabel ECT signifikan pada derajat keyakinan 5% dan menunjukkan tanda positif,

maka spesifikasi model cukup baik (valid). Koefisien regresi parsial ECT sebesar

0.368694120362 berarti bahwa presentase tingkat kemiskinan di Indonesia pada

periode sebelumnya yang disesuaikan pada periode sekarang adalah sekitar

0.368694120362 %.

Dari hasil estimasi persamaan diatas dapat diketahui besarnya koefisien R-

squared adalah 0.301307. hal ini menunjukkan variabel-variabel independen dalam model

tersebut hanya mampu menjelaskan variabel dependennya sebesar 3,01% dan sisanya 96.95

Page 32: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Sehingga bisa dikatakan bahwa model tersebut

belum mampu menjelaskan variabel dependen secara sempurna dan masih memrlukan

perbaikan.

Page 33: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kemiskinan memiliki pengertian dan berbagai kriteria yang berbeda-beda.

Bappenas (2004) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau

sekelompok orang, laki-laki atau perempuan, tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya

untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bertabat. Hak-hak dasar

masyarakat desa antara lain, terpenuhi kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan,

perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari

perlakuan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan social-

politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan juga berbagai macam, seperti

besarnya investasi asing langsung/penanaman modal asing, tingkat inflasi, besarnya

pendapatan per kapita suatu negara, pertumbuhan ekonomi suaitu negara, pengangguran,

tingkat pendidikan, dan lain-lain. Dalam penelitian ini penulis mencoba mengestimasi

variabel kemiskinan dan faktor yang mempengaruhinya menggunakan metode ECM.

Berdasarkan hasil estimasi ECM menggunakan Eviews 6 dapat diketahui bahwa

masing-masing variabel memiliki hubungan sendiri-sendiri terhadap kemiskinan baik dalam

jangka panjang maupun jangka pendek. Baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek

variabel FDI, inflasi, pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan

yang sama. Yaitu untuk variabel FDI memiliki hubungan yang positif terhadap kemiskinan.

Artinya adanya kenaikan FDI justru akan menyebabkan kenaikan kemiskinan baik dalam

jangka panjang maupun jangka pendek. sedangkan untuk variabel yang lain (inflasi,

pendapatan per kapita, pertumbuhan ekonomi) memiliki hubungan yang negatif terhadap

kemiskinan. Artinya adanya kenaikan pada variabel-variabel tersebut justru akan membuat

kemiskinan mengalami penurunan.

Akan tetapi karena probabilitas yang dimiliki ECT tidak signifikan pada 5%

maka model tersebut bisa dikatakan kurang valid atau baik. Selain itu melalui koefisien R-

squared juga diketahui bahwa besarnya nilai R-squared sangatlah kecil yaitu hanya 0.301307.

hal ini menunjukkan variabel independen yang digunakan hanya mampu menjelaskan

variabel dependen sebesar 3.01%.

Page 34: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

B. Saran

Sehubungan dengan hasil estimasi yang diperoleh, yaitu variabel FDI memiliki

hubungan positif dan variabel lain memiliki hubungan negatif maka penulis dapat

memberikan saran sebagai berikut untuk dapat menurunkan tingkat kemiskinan :

1. Pemerintah harus mengurangi keberdaan penanaman modal asing di dalam negeri.

Seharusnya pemerintah lebih meningkatkan investasi dalam negerinya saja.

2. pemerintah harus menjaga keseimbangan inflasi. Apabila ada inflasi pemerintah juga

harus dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dengan menaikkan upah misalnya.

Dengan begitu keberadaan inflasi akan dapat menurunkan tingkat kemiskinan

masyarakat.

3. Pemerintah harus terus meningkatkan pendapatan nasional dan mengontrol laju

pertumbuhan penduduk. Karena apabila pendapatan nasional meningkat dan laju

pertumbuhan bisa terkontrol dengan baik maka pendapatan per kapita pun juga akan

lebih tinggi. Dengan demikian kemiskinan akan dapat berkurang. Selain itu apabila

pendapatan nasional meningkat tentu hal ini akan berpengaruh juga terhadap

pertumbuhan ekonomi. Karena apabila pertumbuhan ekonomi meningkat akan dapat

mengurangi kemiskinan.

Page 35: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/57478/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=2&isAllowed=y diakses pada Sabtu, 28 November 2015 pukul 16.21

http://core.ac.uk/download/pdf/11722049.pdf diakses pada Sabtu, 28 November 2015 pukul 16.24

http://core.ac.uk/download/pdf/16509067.pdf diakses pada Sabtu, 28 November 2015 pukul 16.46

http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_1_67.htm diakses pada Sabtu, 28 November 2015 pukul 16.54

http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-penanaman-modal-asing-dan.html diakses pada Sabtu, 28 November 2015 pukul 16.54

http://elietaliestianisuganda.blogspot.co.id/2011/02/hubungan-antara-pertumbuhan-ekonomi-dan.html diakses pada Sabtu, 28 November 2015 pukul 17.08

https://www.academia.edu/7298158/PERTUMBUHAN_EKONOMI_DAN_PENGURANGAN_KEMISKINAN_DATA_DARI_INDONESIA_MENDUKUNG_POSITIF_HUBUNGAN_HIPOTESIS 17.10

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18695/1/Fatmi%20Ratna%20Ningsih-FEB.pdf diakses pada Sabtu, 28 November 2015 pukul 17.12

http://core.ac.uk/download/pdf/11735221.pdf diakses pada Sabtu, 28 November 2015 pukul 17.13

https://www.academia.edu/3881792/Faktor2_Inflasi_skripsi diakses pada Sabtu, 28 November 2015 pukul 17.14

http://yulitaning.blogspot.co.id/2012/06/pengaruh-inflasi-terhadap-kemiskinan-di.html diakses pada diakses pada Sabtu, 21 November 2015 pukul 17.18

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2851/1/MUHAMMAD%20SOFYAN-FEB.pdf diakses pada diakses pada Sabtu, 21 November 2015 pukul 17.23

https://eprints.uns.ac.id/8135/1/72160707200903071.pdf diakses pada diakses pada Sabtu, 21 November 2015 17.24

http://budisansblog.blogspot.co.id/2013/04/inflasi-dan-kemiskinan.html diakses pada diakses pada Sabtu, 21 November 2015 pukul 17.25

http://www.stialanbandung.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=412:pendapatan-per-capita-vs-kemiskinan-di-indonesia&catid=12:artikel&Itemid=85 diakses pada diakses pada Sabtu, 21 November 2015 pukul 17.27

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/12211/SKRIPSI%20LENGKAP-FEB-IE-SASKIA.pdf?sequence=1 17.28

Page 36: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

https://www.academia.edu/5969174/Analisis_Potret_Kemiskinan_dan_Pendapatan_per_Kapita_Penduduk_Indonesia diakses pada diakses pada Sabtu, 21 November 2015 pukul 17.29

Rahayu,Aisyah Tri.Modul Laboratorium Ekonometrika (Dengan Aplikasi

Eviews).2012.Surakarta:Jurusan Ekonomi Pembangunan UNS

Rusdarti & Lesta Karolina Sebayang.2013. Jurnal Economia, Volume 9, Nomor 1. Universitas Negeri Semarang

Page 37: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

LAMPIRAN

DATA TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA DAN FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI

Tahun Kemiskinan Pert. Eko FDI Inflasi Pend. per kapita

1984 21.6 7,17215198 0,354939312 8,047928808 542,3052365

1985 21.6 3,47753879 0,322255659 4,285426396 529,2873919

1986 21.6 5,96451638 0,507048516-

0,096895884 475,4138596

1987 17.4

0 5,30000314 0,648739068 15,43782744 442,1481221

1988 17.4

0 6,35567875 0,6722179 12,74534728 507,3551831

1989 17.4

0 9,08471434 0,955198331 9,993165409 569,2271706

1990 19.1

4 9,00157322 1,156294864 7,723910536 630,6685568

1991 19.1

4 8,92779615 1,277348796 8,827730236 694,2457566

1992 19.1

4 7,2205016 1,268299445 5,364316197 740,9177479

1993 13.7

0 7,25407541 1,192251901 8,880105482 827,8103481

1994 11.3

0 7,54006668 2,150079796 7,77637773 912,0977029

1995 17.4

7 8,39635804 2,724197983 9,703276861 1026,270534

1996 24.2

0 7,64278628 2,167798298 8,853591291 1137,265648

1997 23.4

3 4,69987254 -0,25229045 12,57130893 1063,567956

1998 19.1

4 -13,1267239 -1,33257353 75,27128405 463,8830021

1999 18.4

1 0,79112984 -2,75743993 14,16119256 671,0056341

2000 18.2

0 4,9200646 -1,85568619 20,4474593 780,0920792001 17.4 3,64346645 0,074151638 14,29571544 748,1847461

Page 38: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR

2

2002 16.6

6 4,49947539 -0,25425633 5,896051693 900,1308039

2003 15.9

7 4,78036912 0,738243957 5,487427042 1065,656546

2004 17.7

5 5,03087395 2,916114833 8,550732687 1150,349294

2005 16.5

8 5,6925713 1,347942641 14,3317834 1263,481446

2006 15.4

2 5,50095179 1,603010572 14,08742442 1590,177906

2007 14.1

5 6,34502223 1,826329024 11,25857853 1860,622626

2008 13.3

3 6,0137036 0,90391942 18,14975125 2167,85765

2009 12.4

9 4,62887118 2,025179146 8,274752432 2262,720786

2010 12.3

6 6,22385418 2,302984294 15,26429366 3125,219934

2011 11.9

6 6,16978421 2,309780318 7,465943034 3647,626622

2012 11.6

6 6,03005065 2,557088004 3,753878753 3700,5235382013 11.47 5,57921117 2,913748417 4,708939681 3623,53236

Page 39: 1. Kemiskinan Tugas AKHIR