66
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambar Gambar adalah wadah untuk menuangkan ide-ide. Gambar 2.1 Contoh Gambar 2.2 Gambar Teknik Gambar teknik adalah wadah untuk menuangkan ide-ide yang digunakan oleh engineer. Gambar 2.2 Contoh Gambar Teknik

12. bab 2 edit

Embed Size (px)

Citation preview

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Gambar

    Gambar adalah wadah untuk menuangkan ide-ide.

    Gambar 2.1 Contoh Gambar

    2.2 Gambar Teknik

    Gambar teknik adalah wadah untuk menuangkan ide-ide yang digunakan

    oleh engineer.

    Gambar 2.2 Contoh Gambar Teknik

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 4

    2.2.1 Fungsi Gambar

    Fungsi dari gambar sebagai berikut :

    1. Menyampaikan informasi

    Gambar mempunyai fungsi meneruskan maksud dari perancang dengan

    tepat kepada orang-orang yang bersangkutan, kepada perancangan

    proses, pembuatan, pemeriksaan, perakitan, dsb.

    2. Penyimpanan, pengawetan, penggunaan atau dokumentasi

    Gambar merupakan data teknis yang sangat ampuh, dimana teknologi

    dari suatu perusahaan dipadatkan dan dikumpulkan.Oleh karena itu

    gambar bukan saja diawetkan untuk mensuplai bagian-bagian produk

    untuk diperbaiki, tetapi gambar juga diperlukan juga untuk disimpan

    dan dipergunakan sebagai bahan informasi untuk rencana-rencana baru

    di kemudian hari. Untuk itu diperlukan cara- cara penyimpanan,

    modifikasi nomor urut gambar dan sebagainya.

    3. Cara penyiapan informasi atau modifikasi

    Dalam perencanaan, konsep abstrak yang melintas dalam pikiran

    diwujudkan dalam bentuk gambar melalui proses. Pertama-tama

    masalah dianalisa dengan gambar, kemudian gambar tersebut diteliti

    dan dievaluasi. Proses ini dilakukan berulang-ulang, sehingga dapat

    dihasilkan gambar yang sempurna. Sarjana teknik tanpa kemampuan

    menggambar akan sulit dalam penyampaian keinginan, maupun dalam

    menerangkan hal yang sangat penting.

    2.2.2 Garis

    Garis merupakan kumpulan dari titik-titik yang menyatu secara kontinu.

    1. Garis nyata

    Garis nyata adalah garis yang digunakan untuk mengambarkan bagian

    yang tampak dari sebuah gambar.

    ______________________

    Gambar 2.3 Garis Nyata

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 5

    2. Garis gores

    Garis gores adalah garis yang digunakan untuk menggambarkan bagian

    yang ada dibelakang gambar.

    ---------------------------------

    Gambar 2.4 Garis Gores

    3. Garis bergores

    Garis bergores adalah garis yang digunakan untuk menerangkan bahwa

    gambar tersebut berbentuk silindrik atau titik sumbu dan simetri dari

    suatu bidang.

    Gambar 2.5 Garis Bergores

    4. Garis bergores ganda

    Garis bergores ganda adalah garis yang digunakan untuk bagian yang

    berdampingan, batas-batas kedudukan benda yang bergerak dll.

    Gambar 2.6 Garis Bergores Ganda

    Gambar 2.7 Contoh Gambar dengan Penggunaan Jenis-Jenis Garis

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 6

    Berikut merupakan tabel pembagian garis beserta fungsinya pada

    gambar.

    Tabel 2.1 Tabel Macam-macam Garis dan Penggunaannya

    2.2.3 Proyeksi Gambar

    Proyeksi gambar merupakan cara penyajian gambar 3D pada bidang datar

    yang dipantulkan.

    1. Proyeksi aksonometri

    Jika sebuah benda disajikan dalam bentuk proyeksi ortogonal, hanya

    sebuah bidang saja yang akan tergambar pada bidang proyeksi.

    Seandainya bidang-bidang atau tepi-tepinya dimiringkan terhadap

    bidang proyeksi, maka tiga muka dari benda itu akan terlihat serentak

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 7

    Tabel 2.2 Sudut Proyeksi Aksonometri

    a. Proyeksi isometri

    Proyeksi isometri merupakan proyeksi dimana pandangan yang

    dipilih dari objek diletakkan sedemikian rupa terhadap bidang

    proyeksi dimana masing masing bidang membentuk sudut 30

    dan skala yang digunakan pada setiap bidang adalah sama atau

    sudut antara sumbu satu terhadap sumbu lainya 120

    b. Proyeksi dimetri

    Proyeksi dimetri adalah proyeksi gambar dimana skala

    perpendekan dari dua sisi dan dua sudut dengan garis horizontal

    sama

    c. Proyeksi trimetri

    Proyeksi trimetri adalah proyeksi dimana skala perpendekan dari

    tiga sisi dan tiga sudut tidak sama

    2. Proyeksi Miring

    Proyeksi miring adalah semacam proyeksi sejajar, tetapi dengan garis-

    garis proyeksinya miring terhadap bidang proyeksi. Pada proyeksi ini

    permukaan depan dari benda sejajar dengan bidang proyeksi vertikal

    kemudian tergambar seperti sebenarnya.

    3. Proyeksi perspektif

    Gambar perspektif adalah gambar yang serupa dengan gambar benda

    yang dilihat dengan mata biasa, dan banyak dipergunakan dalam

    bidang arsitektur. Jika antara benda dan titik penglihatan tetap

    diletakkan sebuah bidang vertikal atau bidang gambar, maka pada

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 8

    bidang gambar ini akan terbentuk bayangan dari benda tadi, bayangan

    ini disebut gambar perspektif.

    4. Proyeksi Orthogonal

    1. Proyeksi sudut pertama (proyeksi eropa)

    Proyeksi sudut pertama disebut juga proyeksi amerika.Proyeksi ini

    terletak di kuadran pertama.Proyeksi Eropa ini merupakan proyeksi

    yang letak bidangnya terbalik dengan arah pandangannya.

    Gambar 2.8 Proyeksi Eropa

    Keterangan :

    P.A = Pandangan Atas

    P.Ki = Pandangan Kiri

    P.Ka = Pandangan Kanan

    P.Ba = Pandangan Bawah

    P.Be = Pandangan Belakang

    2. Proyeksi sudut ketiga (proyeksi Amerika)

    Proyeksi sudut ketiga disebut juga proyeksi amerika.Proyeksi ini

    terletak di kuadran ketiga.Proyeksi Amerika merupakan proyeksi

    yang letak bidangnya sama dengan arah pandangannya

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 9

    Gambar 2.9 Proyeksi Amerika

    Keterangan:

    P.A = Pandangan Atas

    P.Ki = Pandangan Kiri

    P.Ka = Pandangan Kanan

    P.Ba = Pandangan Bawah

    P.Be = Pandangan Belakang

    2.2.4 Toleransi

    Toleransi adalah batas maksimum dan minimum yang diperbolehkan.

    Untuk menghindari keraguan dan untuk keseragaman nilai toleransi

    standar telah ditentukan oleh ISO/R286 (ISO System of Limits and Fits-

    Sistim ISO untuk Limit dan Suaian). Toleransi standar ini disebut

    Toleransi Internasional atau IT

    Toleransi dibedakan menjadi 2 yaitu :

    1. Toleransi linear

    Toleransi linear merupakan toleransi dalam hal ukuran toleransi.

    toleransi ukuran merupakan batas-batas penyimpangan ukuran yang di

    perbolehkan pada suatu benda kerja sehingga benda kerja memiliki

    fungsi tukar.

    2. Toleransi sudut

    Toleransi sudut merupakan toleransi dalam hal posisi dan betuk.

    Toleransi posisi adalah penyimpangan posisi yang diizinkan terhadap

    posisi yang digunakan sebagai patokan.

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 10

    Gambar 2.10 Toleransi secara Umum

    Dua benda yang berhubungan mempunyai ukuran-ukuran yang

    berbeda sebelum dirakit.Perbedaan ukuran yang diizinkan untuk suatu

    pemakaian tertentu dari pasangan ini, disebut suaian. Tergantung dari

    kedudukan masing-masing daerah toleransi dari lubang atau poros,

    terdapat tiga jenis suaian, yaitu :

    1. Suaian longgar (clearance fit)

    2. Suaian pas ( transition fit)

    3. Suaian paksa (interference fit)

    Gambar 2.11 Sistem Suaian

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 11

    2.3 Proses Produksi

    Proses produksi adalah proses mengolah bahan baku menjadi bahan

    setengah jadi atau bahan jadi untuk menambah nilai guna. Proses produksi

    terdiri dari dua kata, yaitu proses dan produksi. Proses adalah metode

    bagaimana sumber-sumber (manusia, mesin, material, energi, teknologi

    informasi dan modal) yang dapat diubah menjadi suatu hasil yang

    mempunyai nilai guna. Sedangkan produksi adalah suatu kegiatan yang

    menciptakan atau menambah nilai guna suatu barang atau jasa.

    Material Informasi (IT)

    Manusia Modal Mesin

    Metoda

    Gambar 2.12 Bagan Proses Produksi

    Faktor-faktor yang mempengaruhi proses produksi adalah:

    1. Modal(Capital)

    Biaya yang diperlukan selama proses produksi berlangsung.

    2. Manusia (Man)

    Manusia sebagai operator dan pengontrol mesin yang dipakai pada

    proses produksi.

    3. Material (Material)

    Bahan baku yang akan diubah dan diproses menjadi suatu produk.

    4. Mesin (Machine)

    Alat-alat yang digunakan dalam proses produksi.

    5. Metode (Method)

    Langkah langkah yang dilakukan selama proses produksi.

    6. Informasi (Information)

    Informasi yang diperlukan dalam proses produksi agar proses produksi

    lebih efisien.

    Proses produksi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam yaitu

    proses pengecoran (Casting Process), Proses Pembentukan (Forming

    Bahan Baku Proses Produksi Produk

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 12

    Process), Proses Penyambungan (Joining Process), Proses Metalurgi

    Serbuk (Powder Metallurgy), Proses Perakitan (Assembly Process), Proses

    Perubahan Sifat Mekanik, Proses Polimer, Proses Pemesinan (Machining

    Process).

    2.3.1 Proses Pengecoran (Casting Process)

    Proses pengecoran merupakan proses dengan memanaskan logam sampai

    titik melting point, kemudian dimasukkan ke dalam cetakan, setelah dingin

    dikeluarkan, sehingga terbentuklah produk.

    Gambar 2.13 Proses Pengecoran

    2.3.2 Proses Pembentukan (Forming Process)

    Proses pembentukan merupakan proses produksi dengan cara memberi

    gaya pada material dengan atau tanpa cetakan sehingga terjadi deformasi

    plastis dan terbentuk produk yang diinginkan.

    Gambar 2.14 Proses Pembentukan

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 13

    2.3.3 Proses Penyambungan (Joining Process)

    Proses penyambungan adalah proses produksi yang menggabungkan dua

    material atau lebih dengan atau tanpa menggunakan material penyambung

    menjadi suatu produk.

    Proses penyambungan dikelompokkan menjadi 3 berdasarkan base dan fill

    1. Penyambungan Tetap

    Penyambungan permanen adalah penyambungan yang apabila

    dipisahkan akan dapat merusak material utama dan material

    penyambung. Contoh: penyambungan pada pengelasan, patri, solder,

    dan lain-lain.

    Gambar 2.15 Proses Penyambungan Mengelas

    2. Pemyambungan Tidak Tetap

    Penyambungan Non Permanen adalah penyambungan yang dapat

    dipisahkan kembali dan tidak merusak komponennya.Contoh:

    penyambungan pipa seperti pada contoh dibawah ini.

    Gambar 2.16 Penyambungan Pipa

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 14

    3. Penyambungan Semi Permanen.

    Penyambungan semi permanen adalah proses penyambungan yang

    apabila dipisahkan tidakakan merusak material utama, contohnya

    penyambungan dengan menggunakan soldier dan paku keling.

    Gambar 2.17 Penyambungan Semi Permanen dengan Paku Keling

    2.3.4 Proses Metalurgi Serbuk (Powder Metallurgy)

    Proses metalurgi serbuk adalah proses produksi dengan menggunakan

    serbuk logam di tekan (press) didalam cetakan kemudian dipanaskan

    hingga suhu dibawah titik melting dan dikeluarkan dari cetakan sehingga

    menghasilkan produk yang diinginkan.

    Gambar 2.18 Contoh Produk Metalurgi Serbuk

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 15

    Gambar 2.19 Tahapan Proses Metalurgi Serbuk

    2.3.5 Proses Perakitan (Assembly Process)

    Proses perakitan adalah proses produksi yang menggabungkan dua

    komponen atau lebih sehingga menjadi suatu produk. Perakitan berbeda

    dengan penyambungan, proses penyambungan merupakan penyambungan

    komponen secara keseluruhan, sedangkan proses perakitan sudah pasti

    menghasilkan produk dan masing-masingnya sudah mempunyai fungsi

    tertentu.

    Gambar 2.20 Proses Perakitan

    2.3.6 Proses Perubahan Sifat Mekanik

    Proses perubahan sifat mekanik adalah proses produksi untuk mengubah

    sifat-sifat mekanik pada material sehingga terbentuk sifat baru.

    Proses perubahan sifat mekanik terbagi 2 yaitu :

    1. Heat Treatment

    Merupakan suatu proses perlakuan thermal pada seluruh bagian logam

    bertujuan untuk mendapatkan sifat mekanik yang diinginkan dengan

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 16

    cara merubah sifat mekanik dengan menerima beban dari seluruh

    permukaan.

    Gambar 2.21 Proses Heat Treatment

    2. Surface Treatment

    Merupakan proses produksi yang merubah sifat mekanik dengan

    permukaan saja yang menerima beban utama tanpa mengubah sifat

    mekanik secara keseluruhan, karena perubahan yang dilakukan hanya

    pada bagian yang terkena beban yaitu pada permukaan.

    Gambar 2.22 Produk Hasil Surface Treatment

    2.3.7 Proses Polimer

    Proses polimer adalah proses produksi dengan menggunakan polimer

    sebagai material. Polimer adalah gabungan dari monomer-monomer yang

    membentuk ikatan hidrokarbon.

    Jenis-jenis polimer adalah sebagai berikut

    1. Termosetting

    Merupakan polimer yang tahan terhadap panas

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 17

    Contoh : Melamin.

    Gambar 2.23 Melamin

    2. Termoplastis

    Merupakan polimer yang tidak tahan terhadap panas.

    Gambar 2.24 Contoh Produk Termoplastis

    3. Elastomer

    Merupakan polimer yang elastis

    Contoh : ban

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 18

    Gambar 2.25 Produk Elastomer

    2.3.8 Proses Pemesinan (Machining Process)

    Proses pemesinan merupakan proses produksi yang menggunakan mesin

    perkakas dengan memanfaatkan gerak relatif pahat dengan benda kerja

    sesuai dengan spesifikasi geometrik sehingga dihasilkan produk dengan

    material sisa berupa geram.

    2.4 Klasifikasi Proses Pemesinan

    Proses pemesinan dapat diklasifikasikan berdasarkan gerak relatif, jumlah

    mata pahat yang digunakan, orientasi permukaan, berdasarkan mesin yang

    digunakan, dan berdasarkan bentuk pahat yang digunakan.

    2.4.1 Berdasarkan Gerak Relatif

    1. Gerak potong (cutting movement)

    Merupakan gerak relatif antara pahat dan benda kerja sehingga

    menghasilkan permukaan baru pada benda kerja.

    Gambar 2.26 Gerak Potong

    2. Gerak makan (feeding movement)

    Merupakan gerak relatif antara pahat dan benda kerja sehingga

    menyelesaikan permukaan baru.

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 19

    Gambar 2.27 Gerak Makan

    2.4.2 Berdasarkan Jumlah Mata Pahat yang Digunakan

    1. Pahat bermata potong tunggal (single point cutting tools)

    Berdasarkan jumlah mata pahat yang digunakan yaitu mata pahat

    tunggal, digunakan pada mesin bubut dan sekrap.

    Gambar 2.28 Pahat bermata potong tunggal

    2. Pahat bermata potong jamak (multiple point cutting tools)

    Berdasarkan jumlah mata pahat yang digunakan yaitu mata pahat

    tunggal, digunakan pada mesin freis dan gurdi.

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 20

    Gambar 2.29 Pahat bermata potong jamak

    3. Pahat bermata potong tak hingga

    Gambar 2.30 Pahat bermata potong tak hingga

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 21

    Tabel 2.3 Klasifikasi Proses Pemesinan Berdasarkan Jumlah Mata Pahat

    No Jenis Proses Jumlah Mata Pahat

    1 Proses Bubut (Turning) Tunggal

    2 Proses Gurdi (Drilling) Jamak

    3 Proses Sekrap (Shapping) Tunggal

    4 Proses freis(Milling) Jamak

    6 Proses Koter/ pelebaran lubang

    (boring)

    Jamak

    7 Proses Gerinda

    (Grinding)

    Tak hingga

    2.4.3 Orientasi Permukaan

    Berdasarkan orientasi permukaan, proses pemesinan dapat diklasifikasikan

    menjadi dua macam yaitu :

    1. Permukaan berbentuk silindrik/konis

    Gambar 2.31 Baut

    2. Permukaan berbentuk perismatik

    Gambar 2.32 Permukaan Berbentuk Perismatik

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 22

    2.4.4 Berdasarkan Mesin yang Digunakan

    Berikut merupakan klasifikasi proses pemesinan berdasarkan mesin

    perkakas yang digunakan. Dalam proses pemesinan perlu diketahui

    terlebih dahulu mesin apa yang seharusnya kita gunakan berdasarkan jenis

    proses pemesinan yang akan dilakukan.

    Tabel 2.4 Klasifikasi Proses Permesinan Berdasarkan Mesin perkakas yang Digunakan

    Jenis Proses Mesin yang digunakan

    1. Proses Bubut (turning)

    2. Proses Gurdi (drilling)

    3. Proses Sekrap (shaping,planning)

    4. Proses Freis (milling)

    5. Proses Gergaji (sawing)

    6. Proses Koter/ pelebaran lubang

    (boring)

    7. Proses Parut (broaching)

    8. Proses Gerinda (grinding)

    9. Proses Asah (honing)

    10. Proses Asah halus (lapping)

    11. Proses Asah super halus (super

    finishing)

    12.Proses Kilap (polishing &

    buffing)

    1. Mesin bubut (lathe)

    2. Mesin gurdi (drilling machine)

    3. Mesin sekrap (shaping

    machine, planning machine)

    4. Mesin freis (freis machine)

    5. Mesin gergaji (sawing

    machine)

    6. Mesin koter (boring machine)

    7. Mesin parut (broaching machine)

    8.Mesin gerinda (grinding

    machine)

    9. Mesin asah (honing machine)

    10. Mesin asah (lapping machine)

    11. Mesin asah super halus ( super

    mirror finishing)

    12. Mesin pengkilap (polisher &

    buffer)

    2.4.5 Berdasarkan Bentuk Pahat yang Digunakan

    Berdasarkan bentuk pahat yang digunakan, proses pemesinan dibagi

    menjadi 3 yaitu :

    1. Konvensional

    Proses ini merupakan proses pemesinan untuk mengubah suatu produk

    dengan menggunakan pahat dalam proses pemotongannya.

    Contohnya : proses bubut, freis, dan sekrap.

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 23

    Gambar 2.33 Proses Bubut

    2. Abrasif

    Proses ini merupakan proses penggunaan alat yang abrasif untuk

    menghasilkan sebuah permukaan yang baik.

    Contohnya : gerinda silindrik, gerinda datar dan lain-lain.

    Gambar 2.34 Gerinda Silindrik

    3. Non Konvensional

    Proses non konvensional merupakan suatu proses pemesinan yang

    tidak menggunakan mata pahat sebagai mata potong untuk

    pemotongan logamnya dan fungsi pahat potong digantikan dengan

    adanya energi lain.Contohnya pemanfaatan energi listrik, bahan kimia,

    dan tekanan air.

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 24

    Contoh dari proses non konvensional antara lain :

    a. Electrical Discharge Machining (EDM)

    Electrical-Discharge Machining merupakan suatu proses

    pemesinan yang memanfaatkan beda potensial dan larutan

    elektrolik untuk memotong logam.

    Gambar 2.35 Electrical Discharge Machining(EDM)

    b. Elektro Chemical Machining (ECM)

    Electrochemical Machining merupakan suatu proses pemesinan

    yang memanfaatkan perbedaan potensial untuk memotong logam.

    Gambar 2.36 Proses Elektro Chemical Machining(ECM)

    c. Laser Beam Machining.

    Laser Beam Machining merupakan suatu proses pemesinan yang

    menggunakan energi laser untuk pemotongan logam.

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 25

    Gambar 2.37 Laser Beam Machining

    d. Chemical Milling

    Chemical Milling merupakan suatu proses produksi yang

    menggunakan reaksi kimia untuk pemotongan logam

    Gambar 2.38 Chemical Milling

    2.5 Elemen Dasar Proses Pemesinan

    Berdasarkan gambar teknik, dimana dinyatakan spesifikasi geometrik

    suatu produk komponen mesin, salah satu atau beberapa jenis proses

    pemesinan harus dipilih sebagai suatu proses atau urutan proses yang

    digunakan untuk membuatnya. Bagi suatu tingkatan proses, ukuran

    obyektif ditentukan, dan pahat harus membuang sebagian material benda

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 26

    kerja sampai ukuran obyektif tersebut tercapai. Hal ini dapat dilaksanakan

    dengan cara menentukan penampang geram (sebelum terpotong). Selain

    itu, setelah berbagai aspek teknologi ditinjau, kecepatan pembuangan

    geram dapat dipilih supaya waktu pemotongan sesuai dengan yang

    dikehendaki.

    Lima elemen dasar proses permesinan,yaitu :

    1. Kecepatan potong (cutting speed) : Vc (m/min)

    2. Kecepatan makan (feeding speed) : Vf (mm/min)

    3. Kedalaman potong (depth of cut) : a (mm)

    4. Waktu pemotongan (cutting time) : tc (min), dan

    5. Kecepatan penghasilan geram (rate of metal removal) : Z (cm3/min)

    Elemen proses pemesinan (Vc, Vf, a, tc dan Z) dihitung berdasarkan

    dimensi benda kerja dan pahat, serta besaran dari mesin perkakas. Besaran

    mesin perkakas diatur ada bermacam-macam tergantung pada jenis mesin

    perkakas. Oleh sebab itu, rumus yang dipakai untuk menghitung setiap

    elemen proses pemesinan dapat berlainan.

    2.5.1 Proses Bubut ( Turning )

    Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-bagian

    mesin berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan mesin

    bubut. Pada proses bubut gerak potong dilakukan oleh benda kerja yang

    melakukan gerak rotasi sedangkan gerak makan dilakukan oleh pahat yang

    melakukan gerak translasi. Selain itu mesin bubut ini menggunakan pahat

    bermata potong tunggal, jenis mata pahat yang digunakan adalah paghat

    HSS, dengan kecepatan potong (Vc) yang optimum adalah 20 m/min. Pada

    proses bubut benda kerja dipegang oleh pencekam yang dipasang di ujung

    poros utama Spindle .Harga putaran poros utama umumnya dibuat

    bertingkat dengan aturan yang telah distandarkan, misalnya : 83, 155, 275,

    550, 1020 dan 1800 rpm. Pahat dipasangkan pada dudukan pahat dan

    kedalaman potong (a) diatur dengan menggeserkan peluncur silang melalui

    roda pemutar (skala pada pemutar menunjukkan selisih harga diameter)

    dengan demikian kedalaman gerak translasi dan gerak makannya diatur

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 27

    dengan lengan pengatur pada rumah roda gigi. Gerak makan (f) yang

    tersedia pada mesin bubut dibuat bertingkat dengan aturan yang telah

    distandarkan, misalnya : 0.065; 0.113; 0.130; 0.455 (mm/(r)).

    Gambar 2.39 Mesin Bubut

    Bagian-bagian dari mesin bubut :

    a. Spindle revolves merupakan lubang tempat pemasangan

    pencekam/chuck.

    b. Headstock merupakan tempat diletakkannya spindle dan gear box.

    c. Tool Post adalah tempat untuk memasang pahat.

    d. Feed change gear box merupakan pengatur untuk gerak makan dan

    kecepatan potong

    e. Lead screw gunanya untuk menggerakkan kereta saat melakukan proses

    bubut untuk pembuatan ulir.

    f. Carriage sebagai pembawa pahat yang melakukan gerak translasi untuk

    melakukan gerak makan.

    g. Gearbox adalah tempat lengan pengatur.

    h. Bed merupakan tempat landasan mesin sebagai peredam getaran pada

    mesin

    i. Power unit merupakan kontrol untuk menghidupkan dan mematikan

    mesin.

    j. Feedrod merupakan poros penghubung untuk gerak makan.

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 28

    k. Tailstock merupakan kepala lepas tempat letak center dan digunakan

    tempat pahat untuk drilling.

    Kondisi pemotongan proses bubut dapat dilihat pada Gambar yang

    ditentukan sebagai berikut :

    Benda kerja :

    d0 = Diameter mula-mula ; mm.

    dm = Diameter akhir ; mm.

    lt = Panjang proses pemesinan ; mm

    Pahat :

    kr= Sudut potong utama

    o= Sudut geram

    Mesin bubut :

    a = Kedalaman potong ; mm.

    f = Gerak makan ; mm/rev.

    n = Putaran poros utama (benda kerja) ; r/mm.

    Gambar 2.40 Pemotongan Bubut

    Jenis perasi bubut berdasarkan posisi benda kerja yang akan dibuat pada

    mesin bubut, ada beberapa proses bubut yaitu :

    1. Bubut silindris (Turning)

    Untuk memotong permukaan benda kerja dengan kedalaman tertentu

    yang mana hasilnya berbentuk silindris.

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 29

    Gambar 2.41 Bubut Silindrik

    2. Pengerjaan tepi / bubut muka (Facing)

    Pengerjaan tepi adalah apabila permukaan harus dipotong pada

    pembubut. Benda kerja biasanya dipegang pada plat muka atau dalam

    pencekam. Tetapi bisa juga pengerjaan tepi dilakukan dengan benda

    kerja diantara kedua pusatnya. Karena pemotongan tegak lurus terhadap

    sumbu putaran maka kereta luncur harus dikunci pada bangku

    pembubut untuk mencegah gerakan aksial.

    Gambar 2.42 Bubut Muka (Facing)

    3. Bubut Alur (Grooving)

    Alur (grooving) pada benda kerja dibuat untuk memberi kelonggaran

    ketika memasangkan dua buah elemen mesin, membuat baut dapat

    bergerak penuh, dan memberi jarak bebas pada proses gerinda terhadap

    suatu poros.

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 30

    Gambar 2.43 Bubut Alur

    4. Bubut Ulir (Threading)

    Biasanya pembuatan ulir dengan mesin bubut dilakukan apabila hanya

    sedikit ulir yang harus dibuat atau dibuat bentuk khusus. Bentuk ulir

    didapatkan dengan menggerinda pahat menjadi bentuk yang sesuai

    dengan menggunakan gage atau plat pola.

    Gambar 2.44 Bubut Ulir

    5. Pemotongan (Cut-Off)

    Bisa digunakan untuk memotong benda kerja yang berbentuk silindrik.

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 31

    Gambar 2.45 Bubut Pemotongan (Cut-Off)

    6. Meluaskan lubang (Boring)

    Proses ini biasanya digunakan untuk menambah diameter lubang yang

    telah dibuat.

    Gambar 2.46 Proses Boring

    Elemen Dasar Proses Bubut

    a. Kecepatan potong (Cutting speed )

    Vc =1000

    .. nd ; m/min

    Dimana, d = diameter rata-rata ,yaitu

    d = (do + dm)/2 ; mm

    b. Kecepatan makan (feeding speed)

    Vf = f.n ; mm/min.

    c. Waktu pemotongan (depth of cut)

    tc = lt / Vf ; min.

    d. Kedalaman potong (cutting time)

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 32

    a = ( dm do ) / 2 ; mm

    e. Kecepatan penghasilan geram (rate of metal removal)

    Z = A .V ; A = f . a ; mm2

    Z = f . a . Vc ; cm3/min

    2.5.2 Proses Freis ( Milling )

    Proses freis adalah suatu proses permesinan yang digunakan untuk

    membuat produk dengan bentuk prismatik, spie dan roda gigi. Mesin

    freis merupakan mesin yang paling mampu melakukan banyak kerja

    dari semua mesin perkakas.Pahat freis mempunyai jumlah mata potong

    banyak (jamak) sama dengan jumlah gigi freis.Pada mesin freis pahat

    bergerak rotasi dan benda kerja bergerak translasi.

    Gambar 2.47 Mesin Freis

    Bagian-bagian mesin freis :

    a. Lengan untuk kedudukan penyongkong obor

    b. Penyongkong obor

    c. Tunas untuk mengerakan meja secara otomatis

    d. Nok pembatas, untuk membatasi jarak gerakan otomatis meja

    e. Meja mesin, tempat untuk memasang benda kerja dengan

    perlengkapan mesin

    f. Engkol untuk mengerakan meja dalam arah memanjang

    g. Tuas untuk mengunci meja

    h. Baut menyetel, untuk menghilangkan getaran meja

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 33

    i. Engkol untuk menggerakan lutut dalam arah melintang.

    j. Engkol untuk menggerakan lutut dalam arah tegak

    k. Tuas untuk mengunci meja

    l. Tabung pendukung dengan batang ulir, untuk mengatur tinggi meja

    m. Lutut untuk kedudukan alas meja

    n. Tuas untuk mengunci sadel

    o. Alas meja, tempat kedudukan untuk meja

    p. Tuas untuk merubah kecepatan motor listrik

    q. Engkol meja

    r. Tuas untuk menentukan besarnya putaran spindle/pisau frais

    s. Tuas untuk mengatur angka-angka kecepatan spindle/pisau frais

    t. Tiang, untuk mengantar turun naiknya meja

    u. Spindle, untuk memutarkan arbor dan pisau frais

    v. Tuas untuk menjalankan spindle

    Jenis pemotongan pada mesin freis adalah sebagai berikut :

    1. Pemotong freis biasa

    Merupakan sebuah pemotong berbentuk piringan yang hanya memiliki

    gigi pada sekelilingnya.

    Gambar 2.48 Freis Biasa

    2. Pemotong freis samping.

    Pemotong ini mirip dengan pemotong datar kecuali bahwa giginya

    berada di samping.

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 34

    Gambar 2.49 Freis Samping

    3. Pemotong gergaji pembelah logam.

    Pemotong ini mirip dengan pemotong freis datar atau samping kecuali

    bahwa pembuatannya sangat tipis, biasanya 5 mm atau kurang.

    Gambar 2.50 Proses Pemotongan

    4. Pemotong freis sudut.

    Ada dua pemotong sudut yaitu pemotong sudut tunggal dan pemotong

    sudut ganda. Pemotong sudut tunggal mempunyai satu permukaan

    kerucut, sedangkan pemotong sudut ganda bergigi pada dua permukaan

    kerucut.Pemotong sudut digunakan untuk memotong lidah roda,

    tanggem, galur pada pemotong freis, dan pelebar lubang.

    5. Pemotong freis bentuk

    Gigi pada pemotong ini merupakan bentuk khusus. Termasuk

    didalamnya adalah pemotong cekung dan cembung, pemotong roda

    gigi, pemotong galur, pemotong pembulat sudut, dan sebagainya.

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 35

    Gambar 2.51 Freis Bentuk

    6. Pemotong proses ujung.

    Pemotong ini mempunyai poros integral untuk menggerakkan dan

    mempunyai gigi dikeliling dan ujungnya.

    Gambar 2.52 Freis Ujung

    Gambar 2.53 Proses Freis

    Pengelompokan ini berdasarkan posisi dari spindle mesin tersebut, antara

    lain:

    1. Freis tegak (Face Milling)

    Pada freis tegak antara sumbu pahat dan benda kerja tegak lurus.

    2. Freis datar (Slab Milling)

    Pada freis datar antara sumbu pahat dan benda kerja sejajar.

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 36

    Freis datar dibedakan menjadi dua, yaitu :

    1. Mengefreis turun (down milling)

    Pada down milling gerak rotasi pahat searah dengan gerak translasi

    benda kerja. Pahat bekerja turun sehingga menyebabkan benda

    kerja lebih tertekan ke meja dan meja terdorong oleh pahat, gaya

    dorongnya akan melebihi gaya dorong ulir atau roda gigi

    penggerak meja.

    2. Mengefreis naik (up milling/coventional milling)

    Pada up milling gerak rotasi pahat berlawanan arah dengan gerak

    translasi benda kerja. Mengefreis naik dipilih karena alasan

    kelemahan mengefreis turun. Mengefreis naik mempercepat

    keausan pahat karena mata potong lebih banyak menggesek benda

    kerja saat mulai pemotongan, selain itu permukaan benda kerja

    lebih kasar.

    Tabel 2.5 Perbedaan Up Milling dengan Down Milling

    No. Up milling Down milling

    1 Gerak pahat berlawanan dengan gerak benda kerj

    kerja

    Gerak pahat searah dengan benda kerja

    2 Kehalusan permukaan kurang baik

    Kehalusan permukaan lebih baik

    3 Keausan lebih cepat Keausan lambat

    4 Gaya yang diberikan lebih besar

    Gaya yang diberikan kecil

    5 Getaran yang dihasilkan

    kecil Getaran dihasilkan besar

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 37

    Gambar 2.54 Jenis Freis

    Beberapa parameter yang dapat diatur pada mesin freis adalah putaran

    spindle (n), kecepatan makan (Vf), kedalaman potong (a). Elemen dasar dari

    proses freis dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang dapat

    diturunkan dari kondisi pemotongan, sebagai berikut :

    Benda kerja : w = lebar pemotongan

    lw = panjang pemotongan

    a = kedalaman potong

    Pahat freis : d = diameter luar

    z = jumlah gigi (mata potong)

    rk = sudut potong utama

    = 90 untuk pahat freis selubung.

    Mesin freis : n = putaran poros utama

    Vf = kecepatan makan

    Elemen dasar pada mesin freis dapat dihitung dengan rumus berikut :

    1. Kecepatan potong

    v = 1000

    .. nd ; m/min

    2. Gerak makan pergigi

    fz = Vf / (z n) ; mm/(gigi)

    3. Waktu pemotongan

    tc = lt / Vf ; min

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 38

    dimana :

    lt = lv + lw + ln ; mm,

    lv )( ada ; untuk mengefreis datar,

    lv 0 ; untuk mengefreis tegak,

    ln 0 ; untuk mengefreis datar,

    ln = d / 2 ; untuk mengefreis tegak

    dimana :

    lw= panjang pemotongan ; mm

    lv = panjang mula-mula ; mm

    lt= panjang proses pemesinan ; mm

    ln= panjang pengakhiran ; mm

    4. Kecepatan menghasilkan geram

    Z = 1000

    .. waV f ; cm3 /min

    2.5.3 Proses Gurdi (Drilling )

    Proses gurdi adalah roses gurdi adalah proses pemesinan yang paling

    sederhana di antara proses pemesinan yang lain. Biasanya di bengkel

    atau workshop proses ini dinamakan proses bor, walaupun istilah ini

    sebenarnya kurang tepat. Proses gurdi dimaksudkan sebagai proses

    pembuatan lubang bulat dengan menggunakan mata bor (twist drill).

    Sedangkan proses bor (boring) adalah proses meluaskan/memperbesar

    lubang yang bisa dilakukan dengan batang bor (boring bar) yang tidak

    hanya dilakukan pada mesin gurdi, tetapi bisa dengan mesin bubut,

    mesin freis, atau mesin bor.

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 39

    Gambar 2.55 Mesin Gurdi

    Bagian-bagian mesin gurdi

    a. Drilling head sebagai kepala drilling tempat gear box

    b. Spindle merupakan lubang tempat memasang pencekam

    c. Arm merupakan lengan untuk mengatur center pahat pada benda

    kerja

    d. Base merupakan dasar mesin

    e. Table merupakan meja meletakkan benda kerja

    f. Handle feeding merupakan handle untuk megatur kecepatan makan

    Beberapa proses yang dapat dilakukan pada mesin gurdi yaitu :

    1. Gurdi (Drilling)

    2. Perluasan ujung lubang (Counter Boring)

    3. Penyerongan ujung lubang (Counter Sinking)

    4. Perluasan atau penghalusan lubang (Roaming)

    5. Gurdi lubang dalam (Gun Drilling)

    Pengelompokan Mesin Gurdi

    Mesin gurdi dapat dikelompokkan berdasarkan konstruksinya :

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 40

    a. Mesin gurdi portabel / mampu bawa

    Gambar 2.56 Mesin Gurdi Portabel

    b. Mesin penggurdi teliti :

    a. pasangan bangku

    b. pasangan lantai

    Gambar 2.57 Mesin Gurdi Teliti

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 41

    c. Mesin penggurdi radial

    Gambar 2.58 Mesin Gurdi Radial

    d. Mesin penggurdi tegak :

    1) tugas ringan

    2) tugas berat

    3) mesin penggurdi kelompok

    Gambar 2.59 Mesin Gurdi Tegak

    e. Mesin penggurdi spindle jamak :

    1) unit tunggal

    2) jenis jalan

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 42

    Gambar 2.60 Mesin Gurdi Spindle

    f. Mesin penggurdi turet

    Gambar 2.61 Mesin Gurdi Turet

    g. Mesin penggurdi produksi otomatis :

    1) meja pengarah

    2) jenis jalan

    h. Mesin penggurdi di lubang dalam.

    Ada tiga jenis pahat dari mesin gurdi, yaitu :

    1. Penggurdi Puntir (Twist Drill)

    Penggurdi puntir merupakan penggurdi dengan dua galur dan dua

    tepi potong.

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 43

    Gambar 2.62 Penggurdi Puntir

    2. Penggurdi Pistol (gundrill)

    Ada dua jenis penggurdi pistol yaitu :

    a. Bergalur lurus yang digunakan untuk penggurdian lubang yang

    dalam, yaitu penggurdi trepan yang tidak memiliki pusat mati dan

    meninggalkan inti pejal dari logam.

    b. Penggurdi pistol pemotong pusat yang fungsinya hampir sama

    dengan penggurdi trepan. Penggurdi pistol ini mempunyai

    kecepatan potong yang lebih tinggi dari penggurdi puntir

    konvensional.

    Gambar 2.63 Penggurdi pistol bergalur lurus.

    3. Penggurdi Khusus

    Penggurdi khusus digunakan untuk menggurdi lubang yang lebih

    besar yang tidak dapat dilakukan oleh penggurdi puntir.

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 44

    Gambar 2.64 Penggurdi Khusus Untuk Lubang Besar

    Elemen dasar dari proses gurdi dapat diketahui atau dihitung dengan

    menggunakan rumus yang dapat diturunkan dari kondisi pemotongan

    ditentukan sebagai berikut :

    Benda kerja :

    lw = panjang pemotongan benda kerja ; mm

    Pahat gurdi :

    d = diameter gurdi; mm

    Kr = sudut potong utama

    = sudut ujung (point angle)

    Mesin gurdi :

    n = putaran poros utama ; rev/min

    Vf = kecepatan makan ; mm/min

    Elemen dasar dapat dihitung dengan rumus berikut :

    1. Kecepatan potong :

    v =1000

    .. nd

    ; m/min

    2. Gerak makan permata potong:

    fz =nz

    V f

    . ; mm/gigi

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 45

    3. Kedalaman potong:

    a = d/2 ; mm

    4. Waktu pemotongan:

    tc = lt / Vf ; min

    dimana:

    lt = lv + lw + ln ; mm

    ln = (d/2) tan Kr ; mm

    5. Kecepatan penghasilan geram:

    Z =1000.4

    .. 2 fVd

    ; cm3/m

    2.5.4 Proses Sekrap ( Shaping )

    Proses sekrap hampir sama dengan proses membubut, tapi gerak

    potongnya tidak merupakan gerak rotasi melainkan gerak translasi yang

    dilakukan oleh pahat (pada mesin sekrap) atau oleh benda kerja (pada

    mesin sekrap meja) dengan arah gerak tegak lurus. Benda kerja

    dipasang pada meja dan pahat (mirip dengan pahat bubut) dipasangkan

    pada pemegangnya.

    Gambar 2.65 Mesin Shaping

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 46

    Bagian-bagian pada mesin sekrap

    Keterangan gambar:

    1. Tool post/head merupakan pemegang pahat

    2. Deep feeding handle merupakan pengatur kedalaman makan

    3. Movement wheel merupakan pengatur gerak meja

    4. Vise sebagai pengapit benda kerja

    5. Base dasar mesin

    6. Worktable/Meja kerja sebagai tempat meletakkan benda kerja

    7. Ram penggerak tool

    Mesin sekrap pada umumnya digunakan untuk :

    a. perataan permukaan

    b. alur spiral

    c. batang gigi

    d. celah T, dan lain-lain.

    Pengelompokkan Mesin Sekrap

    Mesin sekrap dapat dikelompokkan sebagai berikut :

    1. Pemotong dorong- horizontal

    1. Biasa (pekerjaan produksi)

    2. Universal (pekerjaan ruang perkakas)

    2. Pemotong tarik- horizontal

    3. Vertikal

    1. Pembuat celah (slotter)

    2. Pembuat dudukan pasak (key skater)

    Jenis-Jenis Mesin Sekrap

    a. Mesin sekrap horizontal

    Terdiri dari dasar dan rangka yang mendukung ram horizontal.

    Ram yang membawa pahat, diberi gerak bolak balik sama dengan

    panjang langkah yang diinginkan. Pemegang pahat peti lonceng

    diberi engsel pada ujung atas untuk memungkinkan pahat naik pada

    langkah balik sehingga tidak menggaruk benda kerja. Benda

    didukung pada rel silang yang memungkinkan benda kerja untuk

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 47

    digerakkan menyilang atau vertikal dengan atau tanpa pengerak

    daya.

    b. Mesin sekrap hidrolis

    Mesin sekrap hidrolis seperti digerakkan oleh mekanisme lengan

    osilasi, tapi penggeraknya adalah rangkaian hidrolis. Salah satu

    keuntungan utama dari mesin sekrap ini adalah kecepatan potong

    dan tekanan dalam penggerak ram konstan dari awal sampai akhir

    pemotongan. Kecepatan potong biasanya ditunjukkan pada

    indikator dan tidak memerlukan perhitungan. Perbandingan

    maksimum kecepatan balik terhadap kecepatan potong adalah 2 : 1.

    c. Mesin Sekrap Potong Tarik

    Mesin sekrap vertikal (slotter) digunakan untuk pemotongan dalam

    dan menyerut sudut, serta untuk operasi yang memerlukan

    pemotongan vertikal karena dudukan yang diharuskan untuk

    memegang benda kerja. Operasi dari bentuk ini sering dijumpai

    pada pekerjaan cetakan, cetakan logam dan pola logam. Ram mesin

    ini beroperasi secara vertikal dan memiliki sifat balik cepat

    biasanya seperti pada jenis horizontal. Benda kerja yang akan di

    mesin ditumpu pada meja putar yang memiliki gerakan putar

    tambahan gerak untuk mesin biasa.

    Mesin sekrap terbagi dua macam, yaitu:

    1. Mesin Sekrap Meja (planner)

    Pada sekrap meja, meja bergerak bolak-balik sedangkan pahat diam

    seperti pada gambar 2.66

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 48

    Gambar 2.66 Mesin Sekrap Meja

    2. Mesin Sekrap (shaping)

    Pada mesin sekrap biasa pahat bergerak bolak-balik, sedangkan

    benda kerja diam, seperti pada gambar 2.67

    Gambar 2.67 Mesin Sekrap(Shaping)

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 49

    Proses yang biasa dilakukan pada mesin sekrap (pahat bermata potong

    tunggal yang melakukan gerak potong (shaping) atau gerak

    makan(planning), kedua gerakan tersebut berupa translasi bertahap).

    Proses ini terbagi sebagai berikut:

    1. Sekrap (shaping)

    2. Sekrap meja (planning)

    3. Sekrap alur (sloting)

    Beberapa parameter yang dapat dihitung pada proses sekrap adalah:

    Pada Benda Kerja :

    lw = Panjang pemotongan benda kerja ; mm

    Lv = Langkah pengawalan ; mm

    Ln = Langkah Pengakhiran ; mm

    Lt = Panjang Pemesinan

    = lv + lw + ln ; mm

    W = Lebar pemotongan benda kerja ; mm

    Mesin Sekrap :

    f = gerak makan ; mm/langkah

    A = kedalaman potong ; mm

    Np = jumlah langkah per menit ; langkah/min

    Rs = perbandingan kecepatan ;

    = Vm = Kecepatan Maju< 1

    Vf Kecepatan Mundur

    Perhitungan elemen dasar dalam proses menyekrap adalah :

    1. Kecepatan potong rata-rata :

    v1000.2

    )1(. stp Rln ; m / min

    2. Kecepatan makan

    Vf = f . np ; mm / min

    3. Kecepatan menghasilkan geram :

    Z = A .V ; cm3/min

    dengan :

    A = f . a = h . b

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 50

    4. Waktu pemotongan :

    tc = w / Vf ; min

    2.6 Pahat

    Pahat merupakan alat pemotong pada proses pemesinan. Selain itu pahat

    berfungsi sebagai pembentuk dari geometri benda kerja yang diinginkan,

    pahat dibedakan atas tiga pokok yaitu : elemen, bidang aktif, dan mata

    potong pahat, sehingga secara lebih rinci bagian-bagiannya dapat

    didefenisikan. Dengan mengetahui defenisinya maka berbagai jenis pahat

    yang digunakan dalam proses pemesinan dapat dikenal dengan lebih baik.

    2.6.1 Bagian bagian Pahat

    Gambar 2.68 Bagian-bagian Pahat

    Bagian-bagian pahat terdiri dari :

    1. Badan

    Bagian pahat yang dibentuk menjadi mata potong atau tempat untuk

    sisipan pahat

    2. Pemegang/gagang

    Bagian pahat untuk dipasangkan pada mesin perkakas. Bila bagian ini

    tidak ada, maka fungsinya digantikan oleh lubang pahat

    3. Sumbu pahat

    Garis maya yang digunakan untuk mendefinisikan geometri pahat

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 51

    4. Dasar (base)

    Bidang rata pada pemegang untuk meletakkan pahat sehingga

    mempermudah proses pembuatan, pengukuran maupun pengasahan

    pahat.

    5. Lubang pahat (tool bare)

    Lubang pada pahat melalui mata pahat dipasang pada poros utama

    (Spindle) atau poros pemegang dari mesin perkakas. Umumnya

    dipunyai oleh pahat freis.

    2.6.2 Bidang Pahat

    1. Bidang geram (A , Face)

    Merupakan bidang diatas dimana geram mengalir

    2. Bidang utama (A , Principal/Major Flank)

    Merupakan bidang yang menghadap ke permukaan transien dari benda

    kerja. Permukaan transien benda kerja akan terpotong akibat gerakan

    pahat relatif terhadap benda kerja. Karena adanya gaya pemotongan

    sebagian bidang utama akan terdeformasi sehingga bergesekan dengan

    permukaan transien benda kerja

    3. Bidang bantu (A Auxiliary/Minor Flank)

    Merupakan bidang yang menghadap permukaan terpotong dari benda

    kerja. Karena adanya gaya pemotongan, sebagian kecil bidang bantu

    akan terdeformasi dan menggesek permukaan benda kerja yang telah

    terpotong /dikerjakan. Untuk pahat freis selubung tidak diperlukan

    bidang bantu.

    2.6.3 Mata Potong Pahat

    1. Mata potong utama (S, principal / mayor cutting edge)

    Mata potong utama adalah garis perpotongan antar bidang geram

    dengan bidang utama.

    2. Mata potong bantu (S, auxiliary / minor cutting edge)

    Mata potong bantu adalah garis perpotongan antara bidang geram

    dengan bidang bantu.

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 52

    Gambar 2.69 Bentuk Pahat Bubut

    2.6.4 Material Pahat

    Proses pembentukan geram dengan cara pemesinan berlangsung, dengan

    cara mempertemukan dua jenis material. Untuk menjamin kelangsungan

    proses ini maka jelas diperlukan material pahat yang lebih unggul daripada

    material benda kerja. Keunggulan tersebut dapat dicapai karena pahat

    dibuat dengan memperhatikan berbagai segi, yaitu :

    1. Kekerasan yang cukup tinggi melebihi kekerasan benda kerja

    2. Keuletan yang cukup besar untuk menahan beban kejut yang terjadi

    sewaktu pemesinan dengan interupsi maupun sewaktu memotong

    benda kerja yang mengandung partikel/bagian yang keras (hard spot).

    3. Ketahanan beban kejut termal :bila terjadi perubahan temperatur yang

    cukup besar secara berkala / periodik.

    4. Sifat adhesi yang rendah: untuk mengurangi afinitas benda kerja

    terhadap pahat , mengurangi laju keausan ,serta penurunan gaya

    pemotong

    5. Daya larut elemen/komponen material pahat yang rendah untuk

    memperkecil laju keausan akibat mekanisme difusi.

    Berdasarkan material pahat dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

    1. Baja karbon

    Mempunyai kandungan karbon yang relatif tinggi yaitu 0,7% - 1,4%

    dan persentase unsur lain yang rendah (Mn, W, Cr) serta memiliki

    kekerasan permukaan yang sangat tinggi. Baja karbon ini bisa

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 53

    digunakan untuk kecepatan potong rendah (sekitar VC = 10 m/min)

    karena sifat martensit yang melunak pada suhu sekitar 2500 C. Pahat

    jenis ini hanya dapat memotong logam yang lunak ataupun kayu.

    Karena harganya yang relatif murah maka sering digunakan untuk tap

    (untuk membuat ulir).

    Gambar 2.70 Pahat Baja Karbon

    2. HSS (High Speed Steels)

    Merupakan baja paduan tinggi dengan unsur paduan krom dan

    tungsten. Melalui proses penuangan (molten metalurgy) kemudian

    diikuti pengerolan ataupun penempaan baja dibentuk menjadi batang

    atau silindris. Pada kondisi lunak (annealed) bahan tersebut dapat

    diproses secara pemesinan menjadi berbagai bentuk pahat potong.

    Setelah proses perlakuan panas dilaksanakan kekerasannya akan

    cukup tinggi sehingga dapat digunakan pada kecepatan potong yang

    tinggi (sampai dengan tiga kali kecepatan potong untuk pahat CTS),

    sehingga dinamakan dengan Baja Kecepatan Tinggi; HSS, High

    Speed Steel. Apabila telah aus maka HSS dapat diasah sehingga mata

    potongnya tajam kembali, karena sifat keuletan yang relatif baik..

    Pahat ini biasanya digunakan sebagai pahat untuk mesin gurdi,bubut,

    dan sekrap.

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 54

    Gambar 2.71 Pahat HSS

    Hot Hardness dan Recovery Hardness yang cukup tinggi, dapat

    dicapai berkat adanya unsur paduan W, Cr, Mo, Co. Pengaruh unsur

    tersebut pada unsur dasar besi (Fe) dan karbon (C) adalah sebagai

    berikut :

    a. Tungsten / Wolfram (W)

    Untuk mempertinggi Hot Hardness, dimana terjadi pembentukan

    karbida, yaitu paduan yang sangat keras, yang menyebabkan

    kenaikan temperatur untuk proses hardening dan tempering.

    b. Chromium (Cr)

    Menaikkan hardenability dan hot hardness. Crom merupakan

    elemen pembentuk karbida akan tetapi Crom menaikkan

    sensitivitas terhadap over heating.

    c. Vanadium (V)

    Menurunkan sensitiviitas terhadap over heating serta

    menghaluskan ukuran butir. Juga merupakan elemen pembentuk

    karbida.

    d. Molybdenum (Mo)

    Mempunyai efek yang sama seperti W, akan tetapi lebih terasa (

    2% W, dapat digantikan oleh 1% Mo). Selain itu Mo HSS lebih

    liat, senhingga mampu menahan beban kejut. Kejelekannya adalah

    lebih sensitif terhadap over heating hangusnya ujungujung yang

    runcing seewaktu dilakukan proses Heat treatment.

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 55

    e. Cobalt (Co)

    Bukan elemen pembentuk karbida. Ditambahkan dalam HSS untuk

    menaikkan Hot hardness dan tahanan keausan. Ukuran butir

    menjadi lebih halus sehingga ujung ujung yang runcing tetap

    terpelihara selama heat treatment pada temperatur tinggi.

    3. Karbida

    Karbida adalah pahat yang dibuat dengan cara menyinter serbuk

    karbida (Nitrida & Oksida) dengan bahan pengikat yang umum yaitu

    Cobalt. semakin besar persentase pengikat Co maka kekerasan makin

    menurun dan sebaliknya keuletannya membaik serta memiliki

    modulus elastisitas dan berat jenis yang tinggi. Memiliki koefesien

    muai setengah dari baja dan konduktivitas panas sekitar dua sampai

    tiga kali konduktifitas panas HSS.

    Gambar 2.72 Pahat Karbida

    Ada 3 jenis utama pahat karbida sisipan yaitu :

    a. Karbida tungsten (campuran WC dan Co)

    b. Karbida tungsten paduan

    c. Karbida lapis (Coated Cemented Carbides

    4. Keramik

    Keramik adalah material paduan metalik dan non metalik. Proses

    pembuatannya melalui powder processing Keramik secara luas

    mencakup karbida, nitrida, borida, oksida, silikon, dan karbon .

    Keramik mempunyai sifat yang relatif rapuh.

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 56

    Gambar 2.73 Pahat Keramik

    5. CBN(Cubic Boron Nitrides)

    Dibuat dengan penekanan panas sehingga serbuk grafit putih Nitrida

    Boron dengan struktur atom heksagonal berubah manjadi material

    kubik. Pahat sisipan CBN bisa dibuat dengan menyinter serbuk BN

    tanpa atau dengan material pengikat Al2O3, TiN, atau Co. CBN

    memeliki kekerasan yang sangat tinggi dibandingkan pahat

    sebelumnya. Pahat ini bisa digunakan untuk pemesinan berbagai jenis

    baja pada keadaan dikeraskan, besi tuang, HSS atau karbida. CBN

    memiliki afinitas yang sangat kecil terhadap baja dan tahan terhadap

    perubahan reaksi kimia sampai dengan kecepatan potong yang sangat

    tinggi. Saat ini pahat CBN sangat mahal sehingga pemakaiannya

    sangat terbatas.

    Gambar 2.74 Pahat Berbahan Dasar CBN (Cubic Boron Nitrides)

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 57

    6. Intan

    Merupakan pahat potong yang sangat keras yang merupakan hasil

    proses sintering serbuk intan tiruan dengan bahan pengikat Co (5%-

    10%). Hot hardeness yang sangat tinggi dan tahan terhadap deformasi

    plastis. Sifat ini ditentukan oleh besar butir intan serta persentase dan

    komposisi material pengikat.Karena intan pada temperratur tinggi

    mudah berubah menjadi grafit dan mudah terdifusi dengan atom besi,

    maka pahat intan tidak bisa digunakan untuk memotong bahan yang

    mengandung besi.

    Gambar 2.75 Pahat Berbahan Dasar Intan

    2.6.5 Umur Pahat

    Keausan pahat akan tumbuh atau membedar dengan bertambahnya waktu

    pemotongan sampai pada suatu saat pahat yang bersangkutan dianggap

    tidak dapat digunakan lagi karena telah ada tanda-tanda tertentu yang

    menunjukkan bahwa umur pahat telah habis.Semakin besar

    keausan/kerusakan yang diderita pahat maka kondisi pahat akan semakin

    krits. Jika pahat tersebut masih tetap digunakan maka pertumbuhan

    keausan akan semakin cepat dan pada suatu saat ujung pahat sama sekali

    akan rusak. Keausan pahat akan menimbulkann efek samping yaitu:

    a. Kenaikan gaya potong

    b. Getaran/chatter

    c. Penurunan kehalusan permukaan hasil pemesinan

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 58

    d. Perubahan dimensi/geometri produk

    Umur pahat berdasarkan rumus Taylor,

    VcTn = Ctvb f-pa-q

    Keterangan :

    Vc = kecepatan potong ; m/min.

    Ctvb = konstanta keausan.

    Tn = Umur Pahat

    f = Gerak Makan

    a = Kedalaman Potong

    Berdasarkan rumus Taylor yang mempengaruhi umur pahat adalah:

    1. Terutama oleh kecepatan potong

    Sehingga untuk setiap kombinasi pahat dan benda kerja ada suatu

    kecepatan potong moderat sehingga umur pahat jadilebih lama.

    (misal:pahat HSS dengan material baja,kecepatan potong moderat

    sekitar 20 m/min).

    2. Material yang dipakai (faktor n)

    3. Gerak makan (f) dan kedalaman makan (a)

    Keausan pada pahat sering kali terjadi karena adanya keausan secara

    bertahap membesar pada bidang aktif pahat.

    Berikut macam-macam keausan pahat berdasarkan tempat terjadinya:

    1. Keausan kawah (crater wear) - Terjadi pada bidang geram.

    2. Keausan tepi (flank wear) - Terjadi pada mata potong utama

    3. Keausan ujung - Disebabkan karena kedalaman makan yang berlebihan.

    Berikut macam-macam penyebab terjadinya keausan pada pahat

    1. Keausan adhesive ( Adhesive wear)

    Terjadi bila kontak permukaan dari dua material atau lebih

    mengakibatkan adanya perlekatan satu sama lainnya (adhesive) serta

    deformasi plastis dan pada akhirnya terjadi pelepasan / pengoyakan

    salah satu material.

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 59

    2. Proses Abrasif

    a. Adanya partikel yang keras pada benda kerja yang menggesek

    bersama aliran material benda kerja pada bidang geram dan bidang

    utama pahat.

    b. Penyebab keausan pahat dan tepi

    c. Pada pahat HSS, proses abrasif dominan pada kecepatan potong

    rendah (10-20 m/min)

    d. Pada pahat karbida, proses abrasif tidak dominan karena pahat

    karbida yang sangat keras.

    3. Gouging

    Keausan ini terjadi akibat interaksi permukaan dimana permukaan yang

    mengalami beban berulang akan mengarah pada pembentukan retak-

    retak mikro. Retak-retak mikro tersebut pada akhirnya menyatu dan

    menghasilkan pengelupasan material.

    4. Proses Difusi

    a. Perpindahan atom metal dari daerah konsentrasi tinggi ke

    konsentrasi rendah karena material pengikat melamah pada

    temperatur yang tinggi.

    b. Pada HSS , atom Fe dan C terdifusi sehingga Fe3C terkelupas

    c. Pada pahat karbida Co sebagai pengikat karbida terdifusi

    d. Penyebab keausahan kawah

    5. Keausan Oksidasi/Korosif (Corrosive wear)

    Proses kerusakan dimulai dengan adanya perubahan kimiawi material di

    permukaan oleh faktor lingkungan.

    6. Keausan Erosi ( Erosion wear )

    Proses erosi disebabkan oleh gas dan cairan yang membawa partikel

    padatan yang membentur permukaan material. Jika sudut benturannya

    kecil, keausan yang dihasilkan analog dengan abrasif.

    2.7 Mekanisme Terbentuknya Geram

    Mekanisme terbentuknya geram ada dua teori yaitu teori lama dan teori

    baru.

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 60

    2.7.1 Teori Lama

    Geram terbentuk dari retak mikro (micro crack) tepat pada ujung mata

    pahat pada awal proses pemotongan. Ketika tekanan dari pahat semakin

    bertambah maka retak akan mengalir ke depan hingga akhirnya sisa

    pemotongan muncul yang disebut dengan geram

    Gambar 2.76 Pembentukan Geram Teori Lama

    2.7.2 Teori Baru

    Tekanan yang diberikan pahat kepada beban kerja menimbulkan tegangan

    pada benda kerja. Jika tegangan ini lebih bedar dari keuletan benda kerja

    maka akan terjadi deformasi plastis yang jika terus berlanjut akan

    membuat bagian benda kerja terpisah. Bagian benda kerja yang terpisah

    inilah yang disebut dengan geram.

    Gambar 2.77 Pembentukan Geram Teori Baru

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 61

    2.8 Fluida Pendingin (Coolant)

    Fluida pendingin (coolant) merupakan cairan yang digunakan dalam

    proses pemesinan.Cairan pendingin perlu dipilih sesuai dengan jenis

    pekerjaan yang dilakukan dengan mesin perkakas. Penggunaan cairan

    pendingin ini dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti disemprotkan,

    dikucurkan, dikabutkan, dll. Efektivitas dari cairan pendingin ini hanya

    dapat diketahui dengan melakukan percobaan pemesinan.

    2.8.1 Fungsi Coolant

    Fungsi dari coolant secara umum adalah sebagai berikut :

    1. Menurunkan temperatur pahat pada saat pemotongan

    2. Menurunkan gaya potong.

    3. Memperpanjang umur pahat

    4. Melumasi elemen pembimbing (ways)

    5. Memperhalus atau memperbaiki kualitas permukaan benda kerja.

    6. Membersihkan geram dari bidang geram pada saat proses pemotongan.

    7. Proteksi korosi pada permukaan benda kerja yang baru terbentuk.

    8. Mengurangi gesekan antara geram, pahat, dan benda kerja.

    9. Sebagai pelumas.

    2.8.2 Jenis-Jenis Coolant

    Jenis coolant secara umum terbagi 2 yaitu :

    1. Air blow

    Merupakan coolant berupa tiupan udara yang dialirkan dari selang

    khusus. Coolant jenis ini digunakan untuk material yang cepat

    menangkap dan melepaskan panas

    2. Water blow

    Merupakan coolant yang berbentuk cair. Coolant ini biasanya

    digunakan pada material yang laju perpindahan panasnya lambat.

    Berdasarkan komposisi fluida pendingin (coolant) yang biasa dipakai

    dalam proses pemesinan dapat dikategorikan dalam empat jenis

    utama,sebagai berikut:

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 62

    1. Cairan sintetik (synthetic fluids, chemical fluids)

    Cairan yang jernih atau diwarnai merupakan larutan murni (true

    solutions) atau larutan permukaan aktif (surface active). Pada larutan

    murni unsur yang dilarutkan tersebar antara molekul dan tegangan

    permukaan (surface tension) hampir tidak berubah. Larutan murni tidak

    bersifat melumasi tetapi hanya dipakai untuk sifat penyerapan panas

    yang tinggi dan melindungi dari korosi. Dengan menambah unsur lain

    yang mampu membentuk kumpulan molekul akan mengurangi

    tegangan permukaan menjadi cairan permukaan aktif sehingga mudah

    membasahi dan daya lumasnya naik.

    2. Cairan emulsi (emulsions, water miscible fluids, water soluble oil,

    emulsifiable cutting fluids)

    Yaitu air yang mengandung partikel minyak (520

    m)unsurpengemulsiditambahkan dalam minyak yang kemudian

    dilarutkan dalam air.Bila ditambahkan unsure lain seperti EP(Extreme

    Pressure Additives) daya lumasnya akan meningkat.

    3. Cairan semi sintetik (semi synthetic fluids)

    Merupakan perpaduan antara jenis sintetik dan emulsi. Kandungan

    minyaknya lebih sedikit daripada cairan emulsi. Sedangkan kandungan

    pengemulsinya (molekul penuruntegangan permukaan ). Partikel lebih

    banyak daripada cairan sintetik. Partikel minyaknya lebih kecil dan

    tersebar. Dapat berupa jenis dengan minyak yang sangat jenuh (super-

    fatted) atau jenis EP(Exterme Pressure).

    4. Minyak (cutting oils)

    Merupakan kombinasi dari minyak bumi (naphthenic,paraffinic),

    minyak binatang, minyak ikan atau minyak nabati seperti terlihat pada

    Gambar. Viskositasnya bermacam-macam dari yang encer sampai

    dengan yang kental tergantung pemakaianya. Pencampuran antara

    minyak bumi dengan minyak hewani atau nabati menaikkan daya

    pembasahan (wetting action) sehingga memperbaiki daya lumas.

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 63

    2.8.3 Cara Pemakaian Coolant

    Cara pemakaian coolant adalah sebagai berikut :

    1. Manual

    Bila mesin perkakas tak dilengkapi dengan sistem cairan pendigin,

    misalnya mesin gurdi atau freis jenis bangku (bench drilling/milling

    machine) maka cairan pendingin hanya dipakai secara terbatas.

    2. Dikucurkan/dibanjirkan

    Sistem pendingin yang terdiri atas pompa, saluran, nozel dan tangki,

    dimiliki oleh hampir semua mesin perkakas. Satu atau beberapa nozel

    dengan selang fleksibel diatur sehingga cairan pendingin disemprotkan

    pada bidang aktif pemotongan. Keseragaman pendinginan harus

    diusahakan dan bila perlu dapat dibuat nozel khusus.

    Gambar 2.78 Pemakaian Coolant Pada Mesin Pfauter

    3. Ditekan lewat saluran pada pahat

    Cairan pendingin dialirkan dengan tekanan tinggi melewati saluran

    pada pahat. Untuk penggurdian lubang yang dalam (deep Hole

    driulling; gun drilling) atau pengefreisan dengan posisi yng sulit

    dicapai dengan penyemprotan biasa. Spindle mesin perkakas

    dirancang khusus karena harus menyalurkan cairan pendingin ke

    lubang pada pahat.

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 64

    Gambar 2.79 Pahat Gurdi (Jenis End Mill )

    4. Dikabutkan

    Cairan pendingin disemprotkan berupa kabut. Partikel cairan sintetik,

    semi sintetik atau emulsi disemprotkan melalui aspirator yang

    bekerja dengan prinsip seperti semprotan nyamuk. Cairan dalam

    tabung akan naik melalui pipa berdiameter kecil karena daya vakum

    akibat aliran udara diujung atas pipa dan menjadi kabut yang

    menyemprot keluar. Jenis pengabut lain (pressure feed) menggunakan

    dua selang yang bersatu di nozel sehingga lebih mudah diarahkan

    semprotannya. Selang yang pertama membawa udara tekan dan yang

    kedua membawa cairan daritabung yang diberi tekanan. Pengabut ini

    berukuran kecil dan mudah dibuat dan dipasangkan pada bench

    drilling/ milling machines menggantikan cara manual.

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 65

    Gambar 2.80 Pemakain Coolant dengan Cara di Kabutkan

    2.8.4 Pemeliharaan Coolant

    Cara pemeliharan coolant yaitu dengan memerhatikan beberapa hal berikut

    ini

    1. Air yang digunakan untuk membuat emulsi atau cairan pendingin perlu

    diperiksa kesadahannya. Jika air ini terlalu banyak mineralnya bila

    mungkin harus dicari penggantinya. Untuk menurunkan kesadahan

    (dengan mendestilasikan, melunakkan dengan Zeolit atau Deonizer)

    jelas memerlukan ongkos, sementara cairan pendingin yang dibuat atau

    yang selalu ditambahi air kesadahan tinggi akan memerlukan

    penggantian yang lebih sering dan ini juga akan menaikkan ongkos

    2. Bakteri sulit diberantas tetapi dapat dicegah kecepatan berkembang

    biaknya dengan cara-cara yang cocok. Jika sudah ada tanda-tanda

    mulainya degradasi maka cairan pendingin harus diganti dengan

    segera. Seluruh sistem cairan pendingin perlu dibersihkan (dibilas

    beberapa kali), diberi zat anti bakteri, selanjutnya barulah cairan

    pendingin segar dimasukkan. Dengan cara ini umur cairan

    pendingin dapat diperlama (4-6 bulan).

    2.9 Snei dan Tapping

    Snei dan tapping dilakukan bertujuan untuk membuat ulir dalam dan ulir

    luar dari benda kerja yang telah dilubangi oleh mesin bubut.

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 66

    2.9.1 Snei

    Pengerjaan proses ini digunakan untuk menyempurnakan ulir luar yang

    telah dihasilkan oleh proses bubut ulir. Ulir yang dibuat pada mesin bubut

    hasilnya belum begitu bersih, oleh karena itu diperlukan proses snei untuk

    mendapatkan ulir luar yang bersih.

    Adapun prosedur pelaksanaan snei:

    1. Sebelum melakuan snei harus sudah ada ulir luar yang telah dibuat

    oleh mesin bubut.

    2. Snei harus berada dalam sudut 900 terhadap bidang kerja. Kelebihan

    gaya akan menyebabkan ulir menjadi rusak atau tidak teratur.

    3. Tempatkan snei tegak lurus terhadap bidang kerja, putar secara

    perlahan dengan mendesak snei dengan menggunakan telapak tangan.

    4. Mensnei dilakukan dengan menekan sambil memutar setengah

    putaran searah jarum jam dan diikuti dengan pembalikan putaran

    putaran untuk memutuskan geram dari proses snei.

    5. Teruskan proses snei sampai panjang ulir yang diinginkan.

    Gambar 2.81 Alat Snei

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 67

    Gambar 2.82 Proses Snei

    2.9.2 Tapping

    Pada prinsipnya tap digunakan untuk memproduksi dengan tangan pada

    ulir sebelah dalam. Perkakas tap itu sendiri adalah benda yang dikeraskan

    dari baja karbon atau baja paduan yang mirip baut dengan pemotongan

    galur sepanjang sisinya untuk memberikan mata potong.

    Beberapa jenis tap adalah :

    a. Tap konis, diserong sampai 8 atau 10 ulir. Digunakan untuk

    mengetap mula pertama mengetap lubang.

    b. Tap antara, mempunyai dua sampai tiga ulir serong. Tap ini dipakai

    setelah mengetap dengan konis.

    c. Tap rata, mempunyai ulir dengan ukuran penuh. Tap ini dipakai

    untuk menyelesaikan akhir.

    Prosedur Mengetap :

    1. Sebelum mengetap harus dibuat lubang dengan mesin gurdi pada

    diameter tap.

    2. Tap harus berada pada sudut 900 terhadap bidang kerja,kelebihan

    gaya yang tidak diingini akan mengakibatkan tap patah.

  • Laporan Akhir Proses Manufaktur Kelompok 4

    Laboratorium Inti Teknologi Produksi 68

    3. Tempatkan tap konis kedalam lubang tegak lurus pada bidang kerja.

    Mulailah memutar pelan-pelan dengan mendesak tap menggunakan

    telapak tangan.

    4. Mengetap dilakukan dengan menekan sambil memutar setengah

    putaran searah jarum jam dan diikuti dengan pembalikan putaran

    seperempat putaran untuk memutuskan geram-geram hasil

    pengetapan.

    5. Teruskan pengetapan sampai dengan kedalaman yang diinginkan,

    setelah itu tukar pahat tap dengan jenis tap berikutnya dan ulangi

    pekerjaan seperti prosedur sebelumnya.

    Gambar 2.83 Pahat Tapping

    Gambar 2.84 Proses Tapping