28
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. 1 . Sebab-sebab terjadinya plasenta previa tak diketahui, tetapi faktor-faktor predisposisi antara lain umur dan paritas merupakan faktor predisposisi yang sangat penting karena vaskularisasi desidua yang berkurang mungkin karena infeksi, bekas-bekas luka endometrium bertambah dengan bertambahnya umur dan paritas serta besarnya plasenta, jika plasenta demikian besarnya, maka implantasinya akan meluas sampai segmen bawah rahim, misalnya pada eritroblastosis fetalis atau hamil kembar. 1,2 Gejala utama plasenta previa adalah perdarahan tanpa sebab, tanpa rasa nyeri dan biasanya berulang (painless, recurrent bleeding), darahnya berwarna merah segar, bagian terbawah janin tinggi (floating) dan sering dijumpai kelainan letak janin, perdarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, tetapi perdarahan berikutnya biasanya lebih banyak. 2 1

2. Isi Laporan Kasus.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 2. Isi Laporan Kasus.doc

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen

bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri

internum.1. Sebab-sebab terjadinya plasenta previa tak diketahui, tetapi faktor-

faktor predisposisi antara lain umur dan paritas merupakan faktor predisposisi yang

sangat penting karena vaskularisasi desidua yang berkurang mungkin karena

infeksi, bekas-bekas luka endometrium bertambah dengan bertambahnya umur dan

paritas serta besarnya plasenta, jika plasenta demikian besarnya, maka

implantasinya akan meluas sampai segmen bawah rahim, misalnya pada

eritroblastosis fetalis atau hamil kembar.1,2

Gejala utama plasenta previa adalah perdarahan tanpa sebab, tanpa rasa

nyeri dan biasanya berulang (painless, recurrent bleeding), darahnya berwarna

merah segar, bagian terbawah janin tinggi (floating) dan sering dijumpai kelainan

letak janin, perdarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak

fatal kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, tetapi perdarahan berikutnya

biasanya lebih banyak.2

Insidens plasenta previa sekitar 1 dari 500 kelahiran hidup dan yang terjadi

pada trimester II (16-20 minggu) sekitar 5%. Sekitar 90% kejadian plasenta previa

ini ditindaklanjuti dengan terminasi per abdominam.3 Berdasarkan data kelahiran

di Amerika Serikat pada tahun 2001, kejadian plasenta previa adalah 1 dari 305

persalinan (Martin and co workers, 2002). Sekitar 93.000 persalinan di Nova

Scotia, Crane dkk (1999) menemukan insidens 0,33 % (1 dari 300). Di Parkland

Hospital, insidennya adalah 0,26 % (1 dari 390) untuk lebih dari 169.000 persalinan

selama 12 tahun terakhir3,4

Di Indonesia, plasenta previa masih merupakan salah satu penyebab utama

mortalitas maternal dan perinatal. Sebagian besar mortalitas tersebut disebabkan

oleh keterlambatan penanganan, sehingga pasien tidak sempat mendapat

penanganan yang adekuat sebelum sampai ke rumah sakit rujukan, atau sampai ke

1

Page 2: 2. Isi Laporan Kasus.doc

rumah sakit rujukan dalam kondisi yang sudah buruk. Belum semua rumah sakit

rujukan memiliki fasilitas perawatan intensif yang memadai untuk menangani kasus

eklampsia pada khususnya, sehingga pengetahuan mengenai pengenalan faktor

resiko untuk dapat mendeteksi secara dini plasenta previa sangat diperlukan agar

tidak terjadi keterlambatan penanganan pertama dan rujukan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkat laporan kasus

mengenai pasien dengan plasenta previa. Kasus yang kami bahas yaitu pasien

wanita, 35 tahun, dengan diagnosis masuk G1P0A0 hamil 37-38 minggu dengan

HAP e.c. Susp. Plasenta Previa belum inpartu janin tunggal hidup letak lintang.

2

Page 3: 2. Isi Laporan Kasus.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3. 1. Definisi

Plasenta previa adalah implantasi plasenta pada segmen bawah rahim (SBR) yang

menutupi sebagian atau seluruh bagian orifisium uteri internum (OUI).2 Dari pengertian

ini didapat dua hal yaitu :

- implantasi plasenta letak rendah

- implantasi plasenta sepanjang atau didepan orificium uteri internum3

Plasenta previa merupakan salah satu penyebab perdarahan ante partum yang

terjadi pada kehamilan lanjut (pada trimester III), selain dari solusio plasenta, dan

perdarahan yang belum jelas sumbernya.1

3. 2. Tipe Plasenta Previa 3

Ada 4 tipe plasenta previa yaitu :

1. tipe 1 : plasenta letak rendah

pinggir plasenta berimplantasi di segmen bawah rahim

2. tipe 2 : plasenta previa marginal

plasenta mencapai OUI tetapi tidak menutup OUI

3. tipe 3 : plasenta previa parsial

plasenta menutupi sebagian OUI atau plasenta tidak menutupi OUI seluruhnya

ketika berdilatasi

4. tipe 4 : plasenta previa totalis

plasenta menutupi seluruh OUI ketika berdilatasi penuh

Klasifikasi plasenta previa ini didasarkan atas terabanya jaringan plasenta

melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu. Karena klasifikasi ini tidak

didasarkan pada keadaan anatomik melainkan fisiologik, maka klasifikasinya akan

berubah setiap waktu. Plasenta previa totalis pada pembukaan 4 cm mungkin akan

berubah menjadi plasenta previa parsialis pada pembukaan 8 cm. Tentu saja observasi

seperti ini tidak akan terjadi dengan penanganan yang baik.1

3

Page 4: 2. Isi Laporan Kasus.doc

Gambar 1. Plasenta Previa

Gambar 2. Tipe Plasenta Previa

4

Page 5: 2. Isi Laporan Kasus.doc

3. 3. Epidemiologi

Insidens plasenta previa sekitar 1 dari 500 kelahiran hidup dan yang terjadi pada

trimester II (16-20 minggu) sekitar 5%. Sekitar 90% kejadian plasenta previa ini

ditindaklanjuti dengan terminasi per abdominam.3

Berdasarkan data kelahiran di Amerika Serikat pada tahun 2001, kejadian plasenta

previa adalah 1 dari 305 persalinan (Martin and co workers, 2002). Sekitar 93.000

persalinan di Nova Scotia, Crane dkk (1999) menemukan insidens 0,33 % (1 dari 300).

Di Parkland Hospital, insidennya adalah 0,26 % (1 dari 390) untuk lebih dari 169.000

persalinan selama 12 tahun terakhir.4

3. 4 Etiologi 2

Penyebab pasti plasenta previa masih belum bisa dipastikan. Beberapa hipotesis

menyatakan bahwa kondisi berikut berkaitan dengan terjadinya plasenta previa :

- adanya jaringan parut pada endometrium (uterus)

- plasenta yang besar seperti pada kehamilan kembar (gemelli)

- bentuk uterus yang abnormal

- pembentukan plasenta yang abnormal

3. 5. Patofisiologi

Normalnya plasenta berimplantasi di fundus uteri dan aliran darah di fundus lebih

baik dari segmen bawah uterus. Adanya implantasi abnormal dapat diakibatkan

jaringan parut / skar pada uterus dan kerusakan pada uterus.3 Vaskularisasi yang

berkurang atau perubahan atropi pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat

menyebabkan plasenta previa, dimana plasenta yang letaknya normal akan memperluas

permukaannya sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir.1

3.6. Faktor Resiko 3

1. Riwayat operasi seksio sesaria sebelumnya (dihubungkan dengan kejadian

plasenta akreta)

2. paritas yang tinggi (multiparitas)

3. usia ibu tua

4. kehamilan kembar (gemelli)

5. merokok (penggunaan tembakau)

5

Page 6: 2. Isi Laporan Kasus.doc

6. tindakan instrumentasi pada uterus

3.7. Gejala 3

a. Perdarahan bercak pada timester pertama dan kedua

b. perdarahan pervaginam pada usia kehamilan 27-32 minggu tanpa disertai nyeri

(“Sentinel bleed”), dengan warna darah merah terang, jumlahnya bervariasi

dari perdarahan sedikit sampai banyak. Hal ini dapat dipicu akibat hubungan

seksual atau kontraksi uterus.

c. Abdomen lemas, tidak nyeri tekan

3. 8 Screening dan Diagnosis 1,2

Pada setiap perdarahan ante partum, pertama kali harus dicurigai bahwa

penyebabnya adalah plasenta previa sampai kemudian ternyata dugaan itu salah.

a. Anamnesis

Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung tanpa

nyeri, tanpa penyebab, terutama pada multigravida. Banyaknya perdarahan tidak dapat

dinilai dari anamnesis melainkan dari pemeriksaan hematokrit.

b. Pemeriksaan luar

Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul. Apabila

presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas panggul atau

mengolak ke samping dan sulit didorong ke dalam pintu atas panggul. Tidak jarang

tedapat kelainan letak janin seperti letak lintang atau letak sungsang.

c. Pemeriksaan Inspekulo

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium

uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina, seperti erosio porsionis uteri,

karsinoma poliposis servisis uteri, varises vulva, dan trauma. Apabila perdarahan

berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai.

6

Page 7: 2. Isi Laporan Kasus.doc

d. Penentuan letak plasenta tidak langsung

Penentuan letak plasenta secara tidak langsung ini dapat dilakukan dengan

radiografi, radioisotop, dan ultrasonografi. Adanya plasenta previa dapat dideteksi

melalui USG selama kunjungan Ante Natal Care atau setelah tejadinya perdarahan

pervaginam.2

- Diagnosis sebelum usia kehamilan 20 minggu :

Dengan pemeriksaan ultrasonografi rutin (USG) keadaan plasenta letak rendah atau

plasenta previa dapat diketahui

- Diagnosis setelah usia kehamilan 20 minggu :

Umumnya plasenta previa ini akan terdiagnosis jika sudah terjadi perdarahan per

vaginam. Dokter dapat mengkonfirmasi melalui pemeriksaan abdominal ultrasonografi

dan transvaginal ultrasonografi. Pemeriksaan tambahan lain dapat dengan MRI

(Magnetic Resonance Imaging) dimana pemeriksaan ini tidak menggunakan radiasi

sehingga cukup aman bagi janin.2

e. Penentuan letak plasenta secara langsung

Pemeriksaannya adalah secara langsung meraba plasenta melalui kanalis

servikalis. Namun pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan

perdarahan banyak. Oleh karenanya pemeriksaan ini dilakukan apabila penanganan

pasif ditinggalkan dan ditempuh penanganan aktif. Pemeriksaannya harus dilakukan

dalam keadaan siap operasi. Pemeriksaan Dalam di Meja Operasi (PDMO) yaitu :

- Perabaan fornises. Pemeriksaan ini hanya bermakna bila janin dalam presentasi

kepala. Sambil mendorong sedikit kepala janin ke arah pintu atas panggul,

perlahan-lahan seluruh fornises diraba dengan jari. Perabaannya terasa lunak

apabila antara jari dan kepala janin terdapat plasenta, dan akan terasa padat /

keras bila diantara jari dan kepala janin tidak terdapat plasenta.

- Pemeriksaan melalui kanalis servikalis. Apabila kanalis servikalis telah terbuka,

perlahan-lahan jari telunjuk dimasukkan ke dalam kanalis servikalis, dengan

tujuan meraba kotiledon plasenta.

7

Page 8: 2. Isi Laporan Kasus.doc

3.8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan tergantung dari jumlah perdarahan uterus abnormal, apakah

janin sudah viabel atau belum untuk hidup diluar uterus, besarnya plasenta yang

menutupi serviks, posisi janin di dalam rahim, dan paritas.1

Pada kehamilan awal, transfusi dapat diberikan untuk menggantikan kehilangan

darah ibu. Obat-obatan dapat diberikan untuk mencegah persalinan yang pre term, dan

memperpanjang masa kehamilan sampai mencapai 36 minggu.

Tindakan operatif (seksio sesaria) merupakan penatalaksanaan pada kasus

plasenta previa ini karena dapat mengurangi risiko kematian ibu dan bayi.

Berdasarkan usia kehamilan, ada dua tindakan yang dilakukan yaitu :

1. Tindakan Ekspektatif 5

Tujuan : agar janin tidak lahir prematur dan upaya diagnosis dilakukan secara

non invasif.

Syarat terapi ekspektatif :

- kehamilan pre term dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti

- belum ada tanda inpartu

- keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal)

- janin masih hidup

Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotika profilaksis

Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi plasenta, usia kehamilan,

profil biofisik, letak dan presentasi janin.

Perbaiki anemia dengan pemberian Sulfas ferosus atau Ferous fumarat per

oral 60 mg selama 1 bulan.

Pastikan tesedianya sarana untuk melakukan transfusi

Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama,

pasien dapat dirawat jalan (kecuali rumah pasien di luar kota atau diperlukan

waktu > 2 jam untuk mencapai rumah sakit) dengan pesan segera kembali ke

rumah sakit jika terjadi perdarahan.

Jika perdarahan berulang, pertimbangkan manfaat dan risiko ibu dan janin

untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut dibandingkan dengan terminasi

kehamilan.

8

Page 9: 2. Isi Laporan Kasus.doc

2. Tindakan Aktif 5

Rencanakan terminasi kehamilan jika :

- janin matur

- janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang mengurangi

kelangsungan hidupnya (misalnya anensefali)

- pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa

memandang maturitas janin.

Jika terdapat plasenta letak rendah dan perdarahan yang terjadi sangat sedikit,

persalinan per vaginam masih mungkin dilaksanakan. Jika tidak, tindakan

melahirkan dengan seksio sesaria.

Pemilihan cara persalinan tergantung dari derajat plasenta previa, paritas, dan

banyaknya perdarahan. Persalinan per vaginam dapat dilakukan pada

multigravida dengan plasenta letak rendah, plasenta previa marginalis, atau

plasenta previa parsialis pada pembukaan lebih dari 5 cm yang dapat

ditanggulangi dengan pemecahan selaput ketuban. Persalinan per vaginam

bertujuan agar bagian terbawah janin menekan plasenta dan bagian plasenta

yang berdarah selama persalinan berlangsung, sehingga perdarahan berhenti.

Apabila pemecahan selaput ketuban tidak berhasil, dapat dilakukan cara lain

dengan pemasangan cunam Willett dan versi Braxton –Hicks.1

Jika persalinan dengan seksio sesaria dan terjadi perdarahan dari tempat

plasenta :

- jahit tempat perdarahan

- pasang infus oksitosin 10 IU dalam 500 ml cairan intravena (NaCl

atau RL) dengan kecepatan 60 tetes per menit

Jika perdarahan terjadi pasca persalinan, segera lakukan penanganan yang

sesuai (ligasi arteri atau histerektomi)

3. 9 Prognosis

Dengan penanganan yang baik seharusnya kematian ibu karena plasenta previa

rendah sekali, atau tidak ada sama sekali. Sejak diperkenalkannya penanganan pasif

pada tahun 1945, kematian perinatal berangsur-angsur dapat diperbaiki. Walaupun

9

Page 10: 2. Isi Laporan Kasus.doc

demikian, hingga kini kematian perinatal yang disebabkan prematuritas tetap

memegang peranan utama.

10

Page 11: 2. Isi Laporan Kasus.doc

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. W

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 36 tahun

Status Nikah : Menikah

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Palembang/Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Kelurahan Air Batu, Talang Kelapa

MRS : 27 Juni 2013/11.00 WIB

3.2 Anamnesis

Anamnesis Umum (27 Juni 2013, pkl 11.30 WIB).

Riwayat Obstetri : G1 P0 A0

No Tempat

Bersalin

Tahun Hasil

Kehamilan

Jenis

Persalinan

ANAK

kelamin Berat Keadaan

1. Hamil ini

Riwayat kehamilan sekarang

Haid : Teratur, siklus 28 hari

Banyaknya : Biasa

HPHT : 14 Oktober 2012.

Taksiran persalinan : 7 Juli 2013

Lama hamil : 37-38 Minggu

Periksa hamil : Tidak periksa

11

Page 12: 2. Isi Laporan Kasus.doc

Riwayat Persalinan

Dikirim oleh : Sp.OG dengan Surat Pengantar

His mulai sejak tanggal : -

Darah lendir sejak tanggal : -

Ketuban : -

Riwayat Perkawinan : 1 kali; lama 7 tahun

Riwayat Sosial ekonomi : Sedang

Riwayat gizi : Sedang

Anamnesis Khusus

Keluhan Utama : Keluar darah dari kemaluan

Riwayat Perjalanan Penyakit :

± 1 hari yang lalu os mengeluh keluar darah dari kemaluan, warna merah segar,

banyaknya 1-2x ganti celana dalam basah, nyeri (-). R/ perut mules yang menjalar ke

pinggang (-), R/ trauma (-), R/ keluar air-air (-), R/ post koital (-), R/ keputihan(-), R/

minum jamu-jamuan / obat-obatan (-). Os mengaku hamil cukup bulan dan gerakan

anak masih dirasakan.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit ginjal sebelumnya disangkal

Riwayat penyakit anemia sebelumnya disangkal

Riwayat trauma pada abdomen sebelumnya disangkal

Riwayat pernah merokok sebelumnya (-)

3.3. Pemeriksaan Fisik

Status Present

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 130/90 mmHg.

Nadi : 86 x/mnt

12

Page 13: 2. Isi Laporan Kasus.doc

Frekuensi pernafasan : 22 x/mnt

Suhu : 37.0°C

Berat badan : 58 kg

Tinggi badan : 152 cm

Bentuk badan : Asthenikus

Konjungtiva palpebra : Pucat -/-

Sklera : Ikterik -/-

Gizi : Sedang

Payudara hiperpigmentasi : (+/+)

Jantung : Gallop (-), murmur (-)

Paru-paru : Wheezing (-), ronki (-)

Hati dan lien : Sulit dinilai

Edema pretibial : (-/-)

Varices : (-/-)

Refleks fisiologis : (+/+)

Refleks patologis : (-/-)

Status Obstetri

Pemeriksaan Luar :Tanggal : 27 Juni 2013, pukul 11.30 wib

Palpasi : Leopold I : 3 jari di bawah proccesus xiphoideus (31 cm)

Leopold II : teraba balotmen kepala pada fosa iliaka kanan dan bokong

pada fosa iliaka kiri

Leopold III : bagian terbawah janin (-)

Leopold IV : -

DJJ : 125x/menit

Pemeriksaan:

Tanggal 27 Juni 2013 pukul 13.00 WIB

- Vaginal Toucher : tidak dilakukan

- Pemeriksaan USG : Kesan : terdapat jaringan lunak yang hiperekhoik menutupi

hampir seluruh jalan lahir

- Pemeriksaan Panggul: Tidak dilakukan

13

Page 14: 2. Isi Laporan Kasus.doc

3.4. Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 27 Juni 2013

Darah Urine

Hb : 11,6 gr/dl Sedimen : +

Ht : 34 gr% sel epitel : 1-2/lpb

Leukosit : 9300/mm3 leukosit : 0-1/lpb

LED : 30 mm/jam eritrosit : -

Trombosit : 240.000/mm3 silinder : -

Hitung jenis : 1/0/0/61/11/7 kristal : -

Gol. Darah : B Protein : -

Bleeding Time: 2” Glukosa : -

Clooting Time: 6” Keton : -

Nitrit : -

3.5. Diagnosis Kerja

G1 P0 A0 hamil 37-38 minggu dengan HAP e c Susp Plasenta Previa Partial belum

inpartu, Janin Tunggal Hidup Letak Lintang dan Riwayat Infertilitas 7 Tahun/

3.6. Prognosis

Ibu : dubia

Anak : dubia

3.7. Penatalaksanaan

Aktif

Infus RL gtt xx/mnt

Observasi DJJ, his, tanda vital ibu dan tanda-tanda perdarahan

Injeksi Ceftriaxone 1 gr i.v (skin test)

Pemeriksaan laboratoris darah rutin, urin rutin, dan crossmatch

Pro Tranfusi Whole Blood durante Operasi

Terminasi Perabdominal (Sectio Cesarea)

14

Page 15: 2. Isi Laporan Kasus.doc

3.8.Follow UP

28 Juni 2013

Pkl. 06.00

S : kepala pusing

O : KU : Baik, compos Mentis

VS : TD 130/90 mmHg, HR 84x/m, RR 21x/m, T 360C

Status Obstetri

TFU 3 jari bawah procesus xhipoideus, melintang, Puka, DJJ 135x/mnt,

Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan

A : G1 P0 A0 hamil 37-38 minggu dengan HAP e c Susp Plasenta Previa Partial

belum inpartu, Janin Tunggal Hidup Letak Lintang

P : -

IVFD RL gtt XX/mnt

Injeksi antibiotik Ceftriaxone 2x1 gram IV

Obeservasi Vital sign

Informed consent dengan keluarga

Diet rendah garam, rendah protein.

28 Juni 2013

Pkl. 13.00

Dilakukan opersai SSTP dengan indikasi plasenta previa partial dan letak lintang.

- Operasi dimulai

- pasien terlentang dalam anestesi spinal

-Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada daerah operasi

-Dilakukan insisi pfanenstil dari kulit hingga mukosa, fascia dirobek secara tumpul

sampai menembus peritoneum

-Dilakukan insisi semilunar pada segmen bawah uterus, kemudian diperluas secara

tumpul

-Ketuban dipecahkan, jernih

Pkl 13.15

Lahir Bayi perempuan, BB : 2600gr; PB : 48cm

15

Page 16: 2. Isi Laporan Kasus.doc

Pkl.13.20

-Plasenta dilahirkan lengkap, didapatkan 1 tali pusat dengan 1 plasenta

-Dilakukan penjahitan uterus secara jelujur dengan benang asucryl

-Dilakukan penjahitan plika secara jelujur dengan plain

-Perdarahan dirawat, luka operasi ditutup lapis demi lapis

Pkl 13.45

-Operan selesai

Pkl 14.00

- Pasien masuk recovery room

Pkl 15.00

- Pasien dipindahkan ke bangsal kebidanan

29 Juni 2013

S : Nyeri luka post op

O : KU : Baik, compos Mentis

VS : TD 120/80 mmHg, HR 80x/m, RR 20x/m, T 36,60C

Status Obstetri

TFU sepusat, kontraksi baik, perdarahan (-), lochia rubra (+)

A : P1 A0 Post SSTP hari ke-1

P :

- IVFD RL + Induxin 2 Amp gtt XX/mnt selama 12 jam

- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr (IV)

- Inj. Metronidazole 3 x 500 mg (Infus)

- Inj. Asam Traneksamat 3x250 mg (IV)

- Inj.Keterolac 3 x 30 mg (IV)

- Lactamam 3 x 1 tab

16

Page 17: 2. Isi Laporan Kasus.doc

30 Juni 2013

S : Nyeri luka post op berkurang

O : KU : Baik, compos Mentis

VS : TD 120/80 mmHg, HR 78x/m, RR 22x/m, T 36,60C

Status Obstetri

TFU sepusat, kontraksi baik, perdarahan (-), lochia rubra (+)

A : P1 A0 Post SSTP hari ke-2

P :

- IVFD RL gtt XX/mnt

- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr (IV)

- Inj. Metronidazole 3 x 500 mg (Infus)

- Inj. Asam Traneksamat 3x250 mg (IV)

- Inj.Keterolac 3 x 30 mg (IV)

- Lactamam 3 x 1 tab

1 Juli 2013

S : Nyeri luka post op berkurang

O : KU : Baik, compos Mentis

VS : TD 120/80 mmHg, HR 86x/m, RR 20x/m, T 36,40C

Status Obstetri

TFU 1 jari dibawah pusat, kontraksi baik, perdarahan (-), lochia rubra (+)

A : P1 A0 Post SSTP hari ke-3

P :

- Ciprofloxacin Tab 500 mg 2x1

- Asam mefenamat Tab 500mg 3x1

-Becomp C Tab 1x1`

17

Page 18: 2. Isi Laporan Kasus.doc

BAB IV

ANALISA KASUS

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik penderita didiagnosis dengan

G1P0A0 hamil 37-38 minggu dengan pendarahan ante partum e.c susp plasenta previa

partial belum inpartu janin tunggal hidup dengan letak lintang Dari anamnesis, pasien

ini hamil untuk yang pertama kalinya sehingga didiagnosa sebagai G1P0A0. Dari Hari

Pertama Haid Terakhir yaitu Oktober 2012 maka taksiran persalinan menurut Naegele

adalah Juli 2007, pada saat ini pasien sedang hamil 37-38 minggu. Pada kasus ini

pasien datang dengan keluhan utama pendarahan dari kemaluan sejak 1 hari SMRS.

Kemungkinan diagnosis yang dapat difikirkan adalah abortus, plasenta previa, solutio

plasenta dan plasenta letak rendah. Pada kasus ini dengan usia kehamilan 37-38 minggu

diagnosa abortus dapat disingkirkan karena abortus terjadi pada usia kehamilan kurang

20 minggu. Plasenta letak rendah mulai pendarahan pada akhir kehamilan atau pada

akhir persalinan, karena itu diagnosa ini dapat disingkirkan. Pendarahan yang terjadi

berwarna merah segar banyaknya 1-2 kali ganti celana dalam tanpa keluhan nyeri pada

perut yang menjalar ke pinggang. Sehingga diagnosa solutio plasenta dapat

disingkirkan, karena pendarahan yang disebabkan oleh solutio plasenta selain biasanya

didahului oleh trauma, darahnya berwarna merah tua dan disertai nyeri perut yang terus

menerus.. Diagnosis belum inpartu dapat ditegakkan bila ada belum his yang teratur

minimal dua sampai tiga kali dalam 10 menit lamanya 25 detik, belum adanya

pendataran dan pembukaan cerviks dan disertai dengan keluarnya darah lendir. Pada

kasus ini pasien belum inpartu sedangkan pendataran dan pembukaan cerviks tidak

dapat dinilai karena tidak dilakukan vagina toucher. Vagina toucher tidak dilakukan

karena ditakutkan dapat terjadi pendarahan yang lebih berat yang disebabkan tindakan

tersebut. Keluarnya darah lendir tidak dapat dinilai karena adanya pendarahan

pervaginam sehingga mengaburkan apakah sudah keluar darah lendir atau belum.

Diagnosis janin tunggal hidup letak lintang diperoleh dari diketahui dari pemeriksaan

leopold I-II. Untuk mengetahui apakah janin masih hidup digunakan dopler untuk

mendengar DJJ dan didapatkan DJJ 125 x/menit. Prognosis pada kasus plasenta previa

adalah dubia. Ini berarti prognosis tidak dapat dipastikan mengingat Hb ibu yang

sedikit rendah tapi tidak menjadi jaminan terhadap perdarahan yang mungkin terjadi

18

Page 19: 2. Isi Laporan Kasus.doc

kemudian dalam terminasi kehamilan. Prognosis janin juga tidak dapat dipastikan

meskipun diyakini tidak didapatkan tanda gawat janin, tapi dengan alasan yang sama

seperti ibu bahwa perdarahan selama terminasi kehamilan bisa saja terjadi dan janin

tidak dalam masa prematur lagi tetapi dapat dipikirkan bahwa janin tersebut

kemungkinan mengalami gangguan sirkulasi uteroplasentar dalam rahim ibunya.

Penatalaksanaan pada kasus plasenta previa ada dua macam yaitu ekspektatif dan aktif.

Kedua penatalaksanaan ini mempunyai indikasi masing-masing. Penatalaksaan

ekspektatif dilakukan yaitu pada pendarahan yang sedikit Hb >8 gr % usia kehamilan

<37 minggu, janin hidup dan belum inpartu. Sedangkan penatalaksanaan aktif

dilakukan bila keadaan umum jelek dan syok, usia kehamilan >37 minggu atau TBJ

>2500gram, inpartu dan janin mati. Pada penderita ini dilakukan penatalaksanaan aktif

karena pada kasus ini karena sudah mencapai usia kehamilan >37 minggu, janin hidup.

Kemudian pasien dirawat, dengan mobilisasi bertahap kemudian dilakukan juga

observasi terhadap DJJ, his, vital sign ibu dan tanda-tanda pendarahan yang bertujuan

untuk mengawasi keadaan janin dan ibu. Pemberian RL gtt xx/mnt sebagai profilaksis

untuk menggantikan cairan yang hilang akibat perdarahan. Injeksi ceftriaxone 1 gr i.v

(skin test) sebagai profilaksis terhadap infeksi melalui jalan lahir akibat pendarahan

tersebut. Rencana USG dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosa plasenta previa dan

usia kehamilan secara pasti supaya dapat dilakukan penatalaksanaan selanjutnya.

Penyebab plasenta previa pada pasien ini diduga karena riwayat umur.BAB

VKESIMPULANBerdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis pasien

pada kasus ini sudah tepat.

1. Etiologi pada pasien ini adalah umur. Hal ini berdasarkan hasil anamnesa dimana

pasien telah berumur 36 tahun

2. Penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat, yaitu penatalaksanaan aktif, Infus RL

gtt xx/mnt, Observasi DJJ, his, tanda vital ibu dan tanda-tanda perdarahan,

Injeksi Ceftriaxone 1 gr i.v (skin test), Pemeriksaan laboratoris darah rutin, urin

rutin, dan crossmatch, Pro Tranfusi Whole Blood durante Operasidan Terminasi

Perabdominal (Sectio Cesarea)

19

Page 20: 2. Isi Laporan Kasus.doc

20