Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
12 Universitas Kristen Petra
2. PERANCANGAN TAPAK
2.1. Dasar Pemilihan Lokasi
Tapak yang dipilih berada di kota Malang, Jawa Timur, yaitu berada di
BWK Malang Barat Laut. Adapun pertimbangan pemilihan tapak adalah sebagai
berikut :
Menurut RDTRK,
Kota Malang, merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah
Surabaya. Dalam beberapa tahun terakhir Malang menjadi kota yang cukup maju
dalam hal perdagangan. Terjadi peningkatan yang pesat yang mengakibatkan
perubahan dinamika kehidupan masyarakat yang tinggal di dalamnya. Salah
satunya adalah perubahan pola pikir masyarakatnya antara lain banyaknya
bermunculan wanita karir terutama sejak krisis ekonomi. Juga semakin maraknya
penyakit-penyakit yang timbul sebagai akibatnya merupakan alasan perlu adanya
fasilitas yang dapat menjaga keseimbangan antara tubuh, jiwa, dan roh sehingga
tercipta stamina, kesehatan dan kecantikan yang sejati. Kebutuhan yang besar
akan relaksasi dan istirahat dirasakan masih belum memadai.
Menurut survei dan pengamatan di Malang, tempat-tempat yang
menyediakan fasilitas untuk relaksasi sangatlah tidak memadai. Atau dapat
dikatakan, tidak ada tempat yang khusus dirancang dengan nuansa alami untuk
area relaksasi. Kebanyakan tempat justru sebenarnya adalah salon yang memiliki
fasilitas tambahan berupa perawatan-perawatan relaksasi.
Di samping itu, jumlah penduduk kota Malang terus meningkat pesat.
Tentu saja penambahan fasilitas-fasilitas khusus untuk berelaksasi yang memadai
sangat diperlukan. Sebuah tempat relaksasi yang memasukkan unsur alam. Oleh
sebab itu lokasi yang dipilih adalah kota Malang karena fasilitas relaksasi
bernuansa alam di kota ini belum ada.
Menurut RTDRK, daerah yang tepat adalah wilayah BWK Malang Barat
Laut karena pemusatan lokasi perdagangan dan perumahan ada di wilayah ini .
Selain itu Jalan menuju tapak yaitu jalan Sukarno Hatta merupakan jalan yang
banyak dilewati karena menjadi pilihan kebanyakan orang untuk menuju ke pusat
Universitas Kristen Petra
13
kota. Selain itu juga merupakan jalan menuju ke Kediri, Tulungagung, Blitar, dan
kota wisata Batu. Hal ini akan memudahkan pengenalan dan pencapaian karena
fasilitas jasa relaksasi dan kecantikan ini bersifat sangat komersial dengan pasar
menengah ke atas, baik wanita karir atau ibu rumah tangga atau anak muda dari
sekitar perumahan atau dari luar kota.
2.2. Kriteria Pemilihan Lokasi
2.2.1. Segi tata Guna tanah
• Terletak di sekitar pemukiman
• Memiliki sumber daya dukung pendidikan ( sarana dan tenaga)
• Kontur / bentuk permukaan tanah sedikit bergelombang bergelombang
• Bebas dari gangguan bencana alam ( banjir dan tanah longsor).
• Bebas dari keramaian ( pusat perbelanjaan, bioskop / pusat hiburan).
• Aman karena terletak di area perumahan yang penjagaannya cukup ketat.
2.2.2. Segi Fasilitas Penunjang
• Adanya pasar bagi fasilitas ini yaitu dari area perumahan dan orang-orang
yang menuju dan dari pusat kota melalui jalan alternatif ini.
2.2.3. Segi Kesehatan Lingkungan
• Memiliki sumber air bersih ( PDAM, air tanah, air permukaan dan air
hujan).
• Terjangkau jaringan listrik tegangan menengah
• Tidak berdekatan dengan bengkel/ pabrik
• Bebas dari gangguan bau tempat penimbunan sampah dan pengelolaan
limbah / zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan.
• Terdapat pembuangan air ( air kotor , air limbah, air hujan)
2.2.4. Segi Pengenalan dan Pencapaian Terhadap Lokasi
• Mudah dicapai dan dikenal oleh pengunjung dari dalam kota ataupun luar
kota karena merupakan jalan kolektor primer.
Universitas Kristen Petra
14
• Merupakan jalan alternatif yang dipilih oleh kebanyakan orang untuk
menuju pusat kota.
• Dicapai atau dilalui oleh angkutan umum ( taksi, bemo, dan becak)
• Adanya jalan tembus ke pusat kota.
2.3. Alasan Pemilihan Tapak
• Segi pengenalan dan pencapaian terhadap lokasi
Lokasi mudah dikenal dan mudah dicapai oleh pengunjung yang datang
dari dalam kota maupun dari luar kota karena terletak dekat jalan raya
yaitu Jln. Panjang Jiwo sebagai jalan kolektor sekunder.Jalan Panjangjiwo
dipisahkan oleh Kali Wonorejo , jadi tapak tidak bising mengingat
lalulintas kendaraan pada Jalan Panjangjiwo sangatlah padat. Selain itu,
tapak juga menghindari daerah dengan kebisingan tinggi karena dapat
mengganggu konsentrasi anak. Dari segi fungsi, fasilitas ini menuntut
privasi yang sangat tinggi, namun di sisi lain, sasaran utama pasar adalah
wanita karir dan ibu rumah tangga di sekitar site atau dari pusat kota yang
ingin berelaksasi dan keluar dari rutinitas (back to nature), namun tidak
memiliki banyak waktu untuk ke luar kota atau pedesaan karena harus
mengurus keluarga mereka.
• Segi fasilitas penunjang
Dekat dengan perumahan-perumahan menengah ke atas yang merupakan
pasar bagi Pusat Relaksasi dan Kecantikan ini.
2.4. Lokasi Tapak
Bangunan penting di sekitar tapak :
• Gedung Seni dan Budaya Sasana Krida
• Sekolah MI Jenderal Sudirman
• Institut Teknologi Pertanian dan Kehutanan Malang (IPM)
Universitas Kristen Petra
15
Gambar 2.1. Peta Garis dan Foto Lokasi
2.5. Tinjauan Lokasi Proyek
2.5.1. Data Tapak
Kota Malang
Secara geografis : 112°17’10.9” – 112°57’00” BT & 07°44’55.11” –
08°26’35.45”, dengan batas-batas :
• Utara : kabupaten Pasuruan & kabupaten Probolinggo
• Timur : Kabupaten Lumajang
Sasana krida
Sekolah MI Jenderal Sudirman
IPM Malang
TAPAK
Universitas Kristen Petra
16
• Selatan : Samudera Hindia
• Barat : Kabupaten Blitar & Kabupaten Kediri
Berikut ini adalah gambar konsep sistem pusat pelayanan kota Malang.
Pertumbuhan Kota Malang diharapkan dapat memberikan pelayanan ke dalam dan
ke luar, yaitu ke kota-kota sekitarnya.
Gambar 2.2. Pola Pertumbuhan Kota Malang
Secara tata ruang wilayah Kabupaten Malang dibagi dalam 5 Sub Satuan
Wilayah Pengembangan (SSWP), yaitu :
• SSWP Malang Utara, pusat pertumbuhan di Kotatif Batu
• SSWP Malang Timur, pusat pertumbuhan di Kecamatan Tumpang
• SSWP Malang Selatan, pusat pertumbuhan di Sumbermanjing Kulon
• SSWP Malang Barat, pusat pertumbuhan di Kecamatan Turen & Dampit
• SSWP Malang Tengah, pusat pertumbuhan di Kecamatan Kepanjen
Lokasi : Jalan Sukarno Hatta, depan Gedung Seni dan Budaya Sasana Krida
Kelurahan : Jatimulyo
Kecamatan : Lowokwaru
Kotamadya : Malang
Propinsi : Jawa Timur
KDB : 80%
KLB : 0,9 – 3,0
TLB : 1 – 3 lantai
Universitas Kristen Petra
17
2.5.2. Peraturan-peraturan Bangunan dan Wilayah
2.5.2.1. Ruang Terbuka
Daerah ini termasuk kawasan terbangun kota yang tidak terletak di pusat
kota yang kepadatan bangunannya sedang. Untuk daerah dengan kepadatan
sedang, harus disediakan ruang terbuka minimum 15% dari luas kawasan.
2.5.2.2. Rencana Tata Guna Lahan
Terkait dengan pariwisata, dalam RTRW Kota Malang direncanakan
untuk mengembangkan objek wisata buatan, misalnya : rekreasi keluarga, taman
kota, fasilitas kebugaran dan relaksasi, dsb. Dan dari hasil perhitungan hingga
tahun 2010, fasilitas rekreasi, relaksasi, dan olahraga hamper seluruh BWK di
Kota Malang membutuhkannya. Sehingga pengembangan fasilitas ini diarahkan
menyebar pada setiap BWK yang ada.
Sedangkan secara spesifik, kondisi eksisting site, yaitu di kecamatan
Lowokwaru, fasilitas rekreasi, relaksasi, dan kebudayaan yang ada masih kurang
dan perlu ditingkatkan. Hanya terdapat 2 buah fasilitas yaitu Pemandian Tlogomas
dan Gedung Seni dan Budaya Sasana Krida padahal jumlah pendudk kota Malang
terus meningkat. Selain itu, perdagangan di kecamatan Lowokwaru juga dalam 5
tahun terakir berkembang sangat pesat, terutama di BWK Malang Barat Laut yaitu
di sepanjang Jalan Sukarno Hatta yang merupakan jalan utama yang sangat
berpotensi untuk perdagangan.
Rencana Tata Guna Lahan Kecamatan Lowokwaru (BWK Barat Laut) :
• Perdagangan : merupakan salah satu fungsi primer kota Malang (sedang
berkembang pesat terutama di Jalan Sukarno Hatta).
• Perumahan : diarahkan pada kelurahan Tasikmadu, Tunjungsekar,
Tunggulwulung, Mojolangu, dan Merjosari.
• Pariwisata, olahraga, dan budaya : di jalan Sukarno Hatta dan Tlogomas
(dipertahankan bahkan dikembangkan lebih lanjut).
• Industri : kelurahan Dinoyo dan Penanggungan (ibatasi)
• Pedagang kaki lima : iarahkan ke kawasan Dinoyo.
Universitas Kristen Petra
18
• Pertanian : iarahkan ke kelurahan Tunggulwulung, Tasikmadu, dan
Tunjungsekar.
• Pendidikan tinggi : iarahkan pada kawasan Dinoyo – Sumbersari.
Tabel 2.1. Rencana Kebutuhan Penambahan Fasilitas di BWK Malang Barat Laut
(Kecamatan Lowokwaru)
2.5.2.3. Struktur Pelayanan Kota
Direncanakan sesuai dengan penempatan kegiatan fungsional kota
Malang yaitu dengan menetapkan Bagian Wilayah Kota (BWK). Pusat kota dan
BWK ini dalam pengembangan kota Malang ditetapkan sebagai berikut :
• Pusat kota Malang : di sekitar alun-alun
• BWK Malang Tengah : Kel Sidoarjo, Kiduldalem, dan Kauman
• BWK Malang Timur Laut : Kec. Blimbing
• BWK Malang Tenggara : Kec. Kedungkandang
Universitas Kristen Petra
19
• BWK Malang Barat Daya : Kec. Sukun
• BWK Malang Barat Laut : Kec. Lowokwaru
2.6. Potensi dan Permasalahan Tapak
2.6.1. Potensi Tapak
• Malang memiliki iklim yang mendukung.
• Lokasi mulai berkembang menjadi daerah perdagangan sehingga
merupakan lokasi yang strategis.
• Pencapaian mudah dan terlihat karena letaknya di jalan kolektor primer.
• Merupakan jalan alternatif ang dipilih oleh kebanyakan orang untuk
menuju ke pusat kota karena jalan cukup lebar, tidak macet, dan tanpa
lampu merah. (Lebar jalan 10 meter untuk satu arahnya).
• Merupakan jalan utama ke kota wisata Batu yang banyak dikunjungi, serta
jalan menuju ke Blitar, Kediri, dan Tulungagung serta sebaliknya.
• Pencapaian mudah karena tapak terletak di depan Gedung Seni dan
Budaya Sasana Krida yang merupakan penanda kawasan.
• Jalan masuk site merupakan jalan utama untuk masuk ke beberapa area
perumahan menengah ke atas, dimana perumahan-perumhana ini
merupakan salah satu pasar/sasaran fasilitas ini.
• Kepadatan bangunan masih rendah, banyak lahan kosong yang ditanami
tanaman yang membuat area ini cukup rindang. Selain itu beberapa area
merupakan lahan pertanian.
• Terdapat deretan pohon rindang di tepi jalan tapak. Selain itu sebagai
barier arah jalan terdapat taman selebar 2 meter yang juga ditanami
pepohonan.
• Tidak begitu bising jika dibandingkan dengan pusat kota meskipun mulai
berkembang menjadi area perdagangan. Hal ini disebabkan karena lebar
jalan cukup lebar.
• Tapak dilewati oleh jalur angkutan umum (taksi dan bemo) sehingga
memudahkan pencapaian bagi karyawan dan pengunjung. Selain itu telah
terdapat halte angkutan umum di depan site.
Universitas Kristen Petra
20
2.6.2. Permasalahan Tapak
• Taman Krida Budaya pada saat-saat tertentu digunakan untuk pameran,
pernikahan maupun acara-acara tertentu lainnya sehingga memungkinkan
kebisingan kendaraan.
Solusinya adalah dengan penataan ruang-ruang yang membutuhkan privasi
dan agak terbuka di bagian belakang, tidak di dekat jalan kolektor primer
Sukarno Hatta. Selain itu, pemberian taman yang cukup luas dan
pepohonan rindang di area depan dalam site merupakan barier udara dan
suara yang cukup baik.
2.7. Data dan Analisis Eksisting Tapak
2.7.1. Batas-Batas Tapak
Gambar 2.3. Batas-Batas Tapak
Area tapak dibatasi langsung oleh jalan raya :
• Jalan Kolektor Primer Sukarno Hatta
Perum Griya Shanta Blok P-M
Perum Griya Shanta Blok A-B
Sukarno Hatta
Universitas Kristen Petra
21
• Jalan Kolektor Sekunder Griya Shanta Blok A-B
• Jalan Perumahan Griya Shanta P-M
2.7.2. Kebisingan dan Polusi Udara
Taman sebagai barier ke kapling selebar 2m tidak cukup untuk
mengatasi bising dan polusi. Taman ditanami semak dan pohon-pohon.
Kebisingan utama tapak adalah dari jalan Sukarno Hatta. Lalu disusul
oleh jalan Griya Shanta Blok P-M. Sisi paling tenang tapak adalah sisi yang
dibatasi jalan Griya Shanta blok P-M.
• Jalan Griya Shanta Blok P-M
Merupakan jalan local perumahan,memiliki lebar jalan ±9m untuk 2 arah.
• Jalan Griya Shanta Blok P-M
Merupakan salah satu jalan masuk utama ke lingkungan perumahan, dari
arah jalan Sukarno Hatta.
• Jalan Griya Shanta Blok A-B
Merupakan kolektor sekunder, memiliki pedestarian selebar 1.00m. Lebar
jalan untuk 1 arahnya adalah +- 7m. Terdapat barier jalan berupa taman
yang lebarnya +- 1.00m.
2.7.3. Pedagang Kaki Lima (PKL)
Terdapat beberapa titik PKL di depan ruko-ruko sepanjang jalan
Sukarno Hatta. PKL yang terbanyak terletak di depan Pool Café yang merupakan
tempat billiard dan café yang menjadi pusat kegiatan yang selalu ramai setiap hari.
Letaknya cukup jauh dari site, yaitu sekitar 400 meter dari site.
Gambar 2.4. Tempat Pemusatan PKL
Universitas Kristen Petra
22
2.7.4. Jalur Pejalan Kaki dan Arus Pejalan Kaki
2.7.4.1. Jalur Pejalan Kaki
Lebarnya 1.5m. Pedestarian cukup berfungsi dan digunakan oleh
masyarakat karena banyaknya deretan ruko di sepanjang Sukarno Hatta. Di
sepanjang pedestrian ditanami ppepohonan yang cukup rimbun. Di samping
pedestrian terdapat saluran air kotor yang ditutup oleh gril-gril.
2.7.4.2. Arus Pejalan Kaki
Arus pejalan kaki utama
Arus pejalan kaki utama terletak pada jalan kolektor primer (Sukarno
Hatta) dan kolektor sekunder (jalan perumahan Griya Shanta Blok A-B), karena
merupakan jalan masuk utama ke perumahan dan beberapa fasilitas umum.
Arus pejalan kaki jumlahnya cukup banyak pada pagi hari ( 07.00 am), Siang (
01.30 pm), dan sore hari (05.30 pm) yang merupakan jam-jam sibuk arus
kendaraan lewat dan jam-jam aktivitas fasilitas umum yang ada.
Jalan Sukarno Hatta dilewati oleh angkutan umum sehingga
menimbulkan arus pejalan kaki utama. ada koloktor Primer dan kolekt. Sekunder
tersebut sudah terdapat pedestarian ways (trotoar) yang cukup lebar dan cukup
untuk menampung pejalan kaki ( lebar 1.5m).
Arus Menyeberang Pejalan Kaki
Karena adanya deretan ruko yang berseberangan menimbulkan arus
menyeberang pejalan kaki. Untuk itu perlu disediakan jalur penyeberangan namun
jangan terlalu dekat dengan site dan area putar balik agar tidak mengganggu.
2.7.5. Arus Kendaraan
Universitas Kristen Petra
23
Gambar 2.5. Arus Kendaraan Jalan Sukarno Hatta
• Koridor Sukarno Hatta dilewati oleh angkutan umum, sepeda motor, mobil
dan truk. Vegetasi cukup rapat dan rindang.
• Pengguna jalan yang dominan adalah kendaraan pribadi.
• Arus kendaraan cukup padat namun tidak macet (lancar), terutama pada
jam 5sore-8 malam.
2.7.6. Barier Jalan
Gambar 2.6. Barier Jalan Koridor Sukarno Hatta
• Lebar taman barier adalah 3m.
• Di sepanjang barier jalan terdapat titik lampu yang berderetan tiap ±15m.
• Di sepanjang barier jalan terdapat deretan pohon tiap ±4m.
• Taman barier juga selain ditanami pohon tiap 4 m, juga ditanami pohon-
pohon pendek setinggi 1.5m. (jalan cukup rindang )
2.7.7. Sanitasi
Terdapat saluran pembuangan (got) selebar 50cm sedalam 60cm . Got
ini ditutup sebagian dan pada beberapa tempat dibuat terbuka. Pada saat hujan
tidak banjir di sepanjang Sukarno Hatta ini.
2.7.8. Landmark dan Nodes
2.7.8.1. Landmark
Potensi
Lokasi tapak sangat dikenali karena adanya landmark di jalan ini.
Universitas Kristen Petra
24
Landmark tersebut adalah Gedung Seni dan Budaya Sasana Krida yang ramai
pada momen-momen tertentu menimbulkan kebisingan, jalan juga jadi lebih padat
tetapi tidak macet.
Prospek
• Lokasi site dapat menjadi landmark minor di koridor Sukarno Hatta.
• Sehinga tidak mengalahkan landmark mayor yamg terlenih dulu ada.
Gambar 2.7. Gedung Seni dan Budaya Sasana Krida
2.7.8.2. Node
Potensi:
• Pusat kegiatan kota di kawasan ini adalah fasilitas –fasilitas di sepanjang
koridor Sukarno Hatta, yaitu berupa ruko-ruko. Namun bisa dibilang tidak
terlalu ramai, beberapa masih belum dinuka.
• Tempat di koridor Sukarno Hatta yang dapat dibilang cukup ramai setiap
hari dan menjadi tempat berkumpul / pusat aktifitas adalah tempat billiard
dan Pool café, yang letaknya sangat jauh dari site, kurang lebih 400m dari
site.
• Karena Pool café selalu ramai setiap hari, di depannya banyak sekali PKL
yang singgah.
Gambar 2.8. Pool Café
Universitas Kristen Petra
25
2.7.9. Pencapaian Menuju Tapak
Pencapaian menuju tapak dapat diakses melalui berbagai arah karena
semua sisi tapak dikelilingi oleh jalan. Namun jalan-jalan di sekeliling tapak
beberapa merupakan jalan perumahan sehingga tidak memungkinkan untuk
dijadikan entrance tapak. Sesuai dengan konsep perancangan, pintu masuk
(entrance) harus mudah terlihat dan dikenal namun harus memiliki privasi tinggi.
Konsumen bagi jasa pusat relaksasi ini berasal dari:
• Perumahan
• Hotel / Tempat kerja
Yaitu dari :
• Lingkungan sekitar site
• Dari pusat kota
• Dari luar kota
Jalan Sukarno Hatta
Merupakan alternatif utama pencapaian kedalam tapak karena
merupakan jalan kolektor primer dan jalan pilihan masyarakat untuk ke pusat kota
demi menghindari lampu merah dan kemacetan. Juga merupakan jalan utama ke
kota Batu, Blitar dan Kediri.
Gambar 2.9. Pencapaian Menuju Tapak
Perum Griya Shanta Blok P-M
Perum Griya Shanta Blok A-B
Sukarno Hatta
Universitas Kristen Petra
26
Jalan Griya Shanta
Tidak mungkin dijadikan pintu masuk ke tapak karena merupakan jalan
perumahan. Tidak semua orang mengerti atau bahkan melewati jalan ini.
• Arus lalu lintas sepi ( hanya kendaraan pribadi yang menuju perumahan )
• Ramai hanya pada jam-jam tertentu ( Pejalan kaki dan kendaraan pribadi
menuju fasilitas umum MIJS, IPM, dan SLTPN 18 Malang ).
• Sisi-sisi jalan ini ditutup dengan pagar dekoratif untuk menciptakan
privasi di dalam site.
2.7.10. Land Use
• Perumahan
• Ruko
• Masjid
• fasilitas-fasilitas umum
(Institut Pertanian Dan Kehutanan Malang -IPM dan Sekolah MI Malang,
serta Gedung Seni dan Budaya Sasana Krida)
• lahan pertanian
Area perdagangan (ruko-ruko) merupakan fungsi yang mendominasi
koridor Sukarno Hatta. Perumahan juga merupakan fungsi yang dominan di area
ini karena memang secara peruntukan utama, kawasan ini difungsikan untuk
perdagangan, perumahan, dan fasilitas umum.
Lahan-lahan disekitar site masih banyak yang kosong, yaitu yang
terletak di area perumahan dan beberapa di koridor jalan Sukarno Hatta. Untuk
masa depan, lahan-lahan kosong tersebut (oranye) akan digunakan untuk lahan
perumahan Griya Shanta.
Universitas Kristen Petra
27
Gambar 2.10. Land Use Kawasan
2.7.11. Vegetasi
Lingkungan tapak adalah lingkungan yang cukup rindang. Di sepanjang
jalan, area depan kapling, dan pada barier jalan ditanami pepohonan yang
berderet. Selain itu terdapat semak-semak setinggi 1.5 meter. Selain itu lahan
sekitarnya beberapa adalah lahan pertanian.
2.7.12. Iklim
Data iklim kota Malang dari sumber Badan Pusat Statistik Kota Malang
2003:
• Suhu udara 22°
• Kelembaban udara rata-rata 70%
• Kecepatan angin rata-rata 5.50 km/jam
• Curah hujan rata-rata 98 mm/thn
Universitas Kristen Petra
28
Kota Malang memiliki curah hujan rata-rata 98 mm/tahun. Data ini
menunjukkan bahwa curah hujan relatif tinggi. Hal ini akan mempengaruhi
bentukan atap bangunan, dimana desain atap harus mampu mengalirkan air hujan
seefektif mungkin, baik dari bentukan, material,dsb.
Kelembaban udara di Kota Batu memiliki rata-rata 70%. Kondisi ini
menunjukkan kelembaban udara yang tinggi. Sirkulasi udara pada bangunan harus
mampu memiliki sirkulasi yang maksimal untuk memberikan kenyamanan pada
penghuni. Bentuk dan posisi pembukaan akan sangat berperan untuk
menghasilkan kenyamanan udara yang baik. Untuk sirkulasi udara di buat lorong-
lorong angin agar pada open space tercipta angin yang cukup. Udara yang lembab
jika diterpa angin maka akan tercipta udara yang sejuk.
Pembukaan utama yaitu lorong-lorong angin utama untuk menangkap
angin diarahkan pada arah Barat Laut-Tenggara sesuai arah angin.
Secara global matahari terbit dari Timur dan tenggelam di Barat,
sehingga sebisa mungkin orientasi bangunan menghadap ke arah Utara-Selatan
untuk menghindari sinar matahari Barat.
Namun konsep peletakan massa bangunan tidak memungkinkan untuk
semua bangunan berorientasi ke barat-timur maka perlu diperhatikan pemberian
pembayangan untuk mengurangi intensitas sinar matahari yang masuk.
2.7.13. Gaya Bangunan
Gambar 2.11. Ruko-Ruko di Samping Kiri Site
Universitas Kristen Petra
29
Gambar 2.12. Ruko di Samping Kanan Site
Gambar 2.13. Landmark Kawasan
Daerah sekitar site memiliki langgam yang tidak seragam. Terdapat
kebebasan langgam dalam kawasan jalan Sukarno Hatta. Pengaruh langgam
sekitar terhadap langgam site :
• secara tampilan bentuk massa sengaja dibuat sangat berbeda dengan
sekitar yaitu dengan bentuk masa kurva karena ingin menampilkan kesan
yang berbeda dengan sekitar, berbeda, lepas dari rutinitas.
• Karena bentuknya berbeda, bangunan relaksasi ini menjadi landmark
minor. Namun secara fungsi dan tinggi bangunan tidak mungkin menjadi
landmark mayor.
• langgam modern dan simplicity dengan penyesuaian dengan landmark
yang ada dalam kawasan.
• menggunakan atap yang dari arah luar (jalan) nampak mirip dengan
sekitar.
• pengadopsian sebagian dari ciri khas landmark yang ada di depan site
(unsur-unsur kayu sebagai ornament pada fasade dan bentuk-bentuk
jendela dan pembukaan yang kotak-kotak)
Universitas Kristen Petra
30
2.8. Aplikasi Penataan Bangunan dalam Site
2.8.1. Sirkulasi dan Sistem Parkir
2.8.1.1. Lingkungan Luar Menuju Tapak
Arus kendaraan paling banyak adalah pada jalan Sukarno Hatta karena
merupakan jalan utama. Pengunjung yang datang ke tapak diasumsi yang paling
banyak berasal dari jalan Sukarno Hatta, meskipun juga ada yang berasal dari area
perumahan Griya Shanta. Oleh sebab itu entrance diletakkan di Jalan Sukarno
Hatta. Selain untuk mempermudah pencapaian dan lebih dikenal orang, tujuan
peletakan entrance di jalan utama adalah agar tidak mengganggu area perumahan
dengan polusi udara dan kebisingan.
Pada area depan dalam tapak diberi deretan pohon yang cukup rindang
dan taman-taman sehingga pengunjung dapat menikmati suasana yang alami dari
jarak pandang 50 meter. Selain itu juga terdapat sculpture berupa air mancur yang
diberi warna kontras sebagai vocal point untuk menarik pandangan orang ke
dalam site.
Gambar 2.14. Sirkulasi Menuju Tapak
Universitas Kristen Petra
31
Untuk memasuki entrance, pengunjung harus putar balik jadi sempat
menikmati bangunan dari jauh (stimulasi). Entrance dan parkir mobil untuk
pengunjung dan pengelola dijadikan satu yaitu di jalan Sukarno Hatta dengan
pertimbangan :
• perbedaan waktu keluar masuk kendaraan
• jumlah pengelola yang menggunakan mobil tidak banyak.
Entrance dan parkir sepeda motor karyawan dan pengunjung dijadikan
satu dengan pertimbangan :
• perbedaan waktu keluar masuk kendaraan
• jumlah pengunjung yang menggunakan sepeda motor tidak banyak.
Entrance untuk servis dijadikan satu karena pertimbangan datangnya
yang tidak setiap hari.
Jadi hanya terdapat satu pintu masuk. Hal ini akan mempermudah
pengawasan sehingga keamanan benar-benar terjamin.
2.8.1.2. Dari Dalam Tapak
Terdapat 3 buah pintu keluar :
• 1 buah pintu keluar di jalan Sukarno Hatta untuk pengunjung yang
mengendarai mobil
• 2 buah pintu keluar di jalan Perum Griya Shanta untuk pengelola,
karyawan, loading dock, dan pengunjung yang mengendarai sepeda motor.
dan
B
A
C
Universitas Kristen Petra
32
Gambar 2.15. Peletakan Pintu Keluar
Peletakan pintu masuk dan pintu keluar diletakkan di area depan site
yaitu pada jalan kolektor primer dan kolektor sekunder untuk arus keluar-masuk
pengunjung dan karyawan serta servis (PLN, pompa, dsb), sehingga tidak
mengganggu masyarakat perumahan.
Untuk pintu keluar servis restoran dibuat terpisah yaitu pada jalan
perumahan karena dianggap tidak mengganggu masyarakat karena hanya mobil
pengantar bahan makanan.
2.8.1.3. Sirkulasi dalam Tapak
Sirkulasi antar ruang dibuat linear dengan pola yang jelas agar
mempermudah pengunjung (pejalan kaki) untuk mengetahui arah perjalanannya
(merupakan penerapan konsep adanya tahapan yang jelas dan pasti).
A
C
B
Universitas Kristen Petra
33
OPEN SPACE
Gambar 2.16. Pola Sirkulasi dalam Site
Gambar 2.17. Pola Sirkulasi Kendaraan
PUBLIC SPACE
LOBY, FRONT DESK & R. TUNGGU
FAS. RELAKSASI FISIK
FAS. RELAKSASI PSIKIS
KANTOR PENGELOLA & SERVIS
FASILITAS PENUNJANG (RESTORAN)
MAIN ENTRANCE
AREA PRIVAT
AREA PUBLIK
AREA KENDARAAN
Universitas Kristen Petra
34
Gambar 2.18. Pola Sirkulasi Pejalan Kaki
2.8.2. Site Plan
2.8.2.1. Site dan Lingkungan Sekitar
Pengaruh lingkungan sekitar terhadap site dan pengaruh perencanaan
site terhadap lingkungan sekitar
• bagi karyawan, terdapat halte untuk angkutan umum di sisi kiri jalan
sukarno hatta. Oleh sebab itu disediakan pedestrian di sekeliling site.
• Pola penataan ruang luar yang melingkar sangat berbeda dengan
sekitarnya yang kotak-kotak.
• tinggi bangunan tidak boleh lebih dari 3 lantai menurut peraturan daerah
AREA PUBLIK
FASILITAS FISIK
FASILITAS ] PSIKIS
Universitas Kristen Petra
35
• terdapat batas-batas garis sempadan yang dimanfaatkan sebagai taman
untuk barier suara dan polusi udara.
• Karena daerah sekitarnya adalah perumahan yang merupakan salah satu
pasar bagi fasilitas ini maka disediakan pedestrian / trotoar sekelilingnya.
2.8.2.2.Penzoningan / Pendaerahan
Berdasarkan konsep - proses relaksasi
• Area Publik meliputi = salon, butik, organic market, toko aksesoris, toko
aromatherapy, restoran (oranye)
• Area semi publik = loby ( merupakan area transisi/ penyaringan dari area
publik ke private) kantor pengelola (merah)
• Area private = fasilitas relaksasi fisik dan fasilitas relaksasi psikis (biru).
• Area service = ruang-ruang penunjang seperti genset, ruang filter, loker
dan ruang ganti karyawan, ruang PLN, ruang trafo, dan MDP (hijau).
Gambar 2.19. Penzoningan
Kolektor Primer SUKARNO HATTA
Kolektor Sekunder GRIYA SHANTA
Lokal Perumahan GRIYA SHANTA
Public tanpa butuh view dan ketenangan
Public namun butuh view dan ketenangan
Universitas Kristen Petra
36
Pembagian daerah (penzoningan) dalam site dibagi menjadi beberapa
area berdasarkan pelaku aktivitasnya :
• Area publik = untuk pengunjung (semua orang bisa masuk), termasuk area
parkir dan entrance.
Berdasarkan hasil analisis tapak, penempatan fasilitas public
diletakkan pada sisi jalan kolektor primer Sukarno Hatta yang arus
kendaraannya cukup deras. Peletakan area public di sini sekaligus
berfungsi sebagai buffer zone bagi area private yang sangat membutuhkan
ketenangan dan privasi.
Penataan area public pun masih dibagi dua yaitu fasilitas public
yang butuh view dan ketenangan dan yang tidak terlalu membutuhkan
view dan ketenangan.
Fasilitas-fasilitas publik yang membutuhkan view dan
ketenangan seperti salon (khusus untuk area pressotherapy, manicure,
pedicure, dan head massage) diletakkan di sisi jalan local perumahan griya
shanta. Hal ini juga agar tidak mengganggu penduduk perumahan.
Gambar 2.20. Pembagian Area Publik
Jalan local perumahan
Jalan kolektor primer
Kolektor sekunder
TAMAN PARKIR
Salon Restoran
Market Butik
Universitas Kristen Petra
37
Sedangkan untuk fasilitas-fasilitas publik yang tidak terlalu
membutuhkan view dan ketenangan seperti organic market, butik, dan area
parkir diletakkan di sisi jalan kolektor sekunder.
• Area semi publik = hanya pengunjung yang ingin ke area private dan
kantor pengelola
• Area privat = khusus untuk pengunjung yang ingin menikmati treatment
relaksasi.
• Area servis = untuk pengelola dan karyawan (diletakkan di dekat jalan
kolektor sekunder dan jalan perumahan).
2.8.2.3.Penataan Massa 3 tahap proses
Pola penataan massa dalam tapak dibuat melingkar dengan sirkulasi
pengunjung di lingkar dalam agar pengunjung dapat merasakan adanya privasi
dan keamanan. Lingkar luar digunakan untuk sirkulasi karyawan (servis) agar
tidak mengganggu privasi pengunjung. Pola penataan tiap-tiap massa dibuat linear
sesuai dengan tahap-tahapan dalam relaksasi.
Adanya konsep proses relaksasi yang terdiri dari 3 tahapan diterapkan ke
dalam penataan massa dalam site yang seolah terbagi 3 bagian yaitu 3 buah pusat
lingkaran. Kesamaan bentuk lingkaran dan diameter pusat yang berbeda-beda
adalah untuk menunjukkan bahwa tiap tahap proses relaksasi adalah sama
pentingnya untuk memperoleh kondisi yang rileks namun memiliki karakter dan
cara yang berbeda. Oleh sebab itu site dibagi atas 3 area (3 pusat lingkaran).
Pusat lingkaran pertama terdiri atas lobi, salon, butik, toko aksesoris,
toko aroma terapi, restoran, kantor pengelola, dan ruang-ruang servis ( laundry,
genset, ruang pompa dan tandon, ruang trafo, ruang PLN, ruang ganti karyawan,
dsb).
Pada tahap awal kesan yang ingin diciptakan adalah pertentangan antara
bentuk yang cukup massif dan tinggi seperti bangunan sekitarnya dengan adanya
open space yang bernuansa alam sehingga pengunjung dapat merasa berada di
tempat yang berbeda sehingga menyadari tujuan datang (Prinsip Pertentangan
Tadao Ando). Oleh sebab itu pada pusat lingkar 1 penataan massa dibuat secara
vertical dan horizontal dan ditata secara melingkar rapat namun dengan open
Universitas Kristen Petra
38
space yang cukup luas. Bagian antar massa yang diberi jarak hanya pada area
bangunan penerima bagian depan yang sekaligus berfungsi untuk penghawaan-
lorong angin.
Gambar 2.21. Penataan Massa Area Publik
Pusat lingkaran 2 terdiri atas ruang ahli kecantikan, ruang ahli
kebugaran, ruang konselor, ruang konseling, ruang terapis, ruang P3K, dan
fasilitas relaksasi fisik bagi pengunjung yang meliputi kolam air hangat,
sauna/steam, massage dan lulur, serta Jacuzzi.
Penataan massa pada pusat lingkar 2 dibuat hanya secara horizontal dan
lebih renggang ( terdapat sedikit jarak antar massa-lorong angin) namun dengan
diameter lingkar dalam (area sirkulasi) dibuat lebih kecil untuk membuat
pengunjung merasa terlingkupi karena fasilitas relaksasi fisik yang ada di area ke
2 ini sangat membutuhkan privasi.
Penghawaan pada open space tengah (area lingkar dalam) diciptakan
melalui adanya lorong-lorong angina yang cukup kecil. Dengan lebar lorong yang
tidak terlalu besar dan penataan lorong yang dibuat dengan system cross
ventilation diharapkan tercipta semilir angin di area open space tengah yang
Lorong angin
Universitas Kristen Petra
39
merupakan jalur sirkulasi bagi pengunjujng. Di lingkar luar, pada ujung lorong
ditanami pohon-pohon yang cukup rindang sebagai barier kebisingan, polusi
debu, dan barier angin pada saat kecepatan angin cukup kencang.
Gambar 2.22. Penataan Massa Fasilitas Relaksasi Fisik
Pusat lingkaran 3 terdiri atas unit-unit ruang meditasi dan loby penerima
yang dibuat dengan kesan terbuka dan menyatu dengan alam, tidak massif..
Penataan massa pada pusat lingkar 2 dibuat hanya secara horizontal dan
sangat renggang. Kesan yang ingin diciptakan adalah kesan yang lapang dan
kebebasan, dimana dalam kebebasan tersebut orang membutuhkan kesendirian
(privasi dan rasa aman). Untuk menciptakan kesan tersebut penataan massa dibuat
lapang seolah tanpa batas dengan cara memberi jarak yang cukup luas antara area
loby dan open space tengah ke tiap ruang meditasi. Penataan massanya dibuat
seolah menyebar. Adanya deretan pohon akan membantu menciptakan kesan
lapang seolah tanpa batas dan menciptakan penyesuaian antar bentuk site yang
Aliran Udara ( cross ventilation )
Universitas Kristen Petra
40
persegi dengan bentuk massa yang melingkar. Privasi dan rasa aman diciptakan
melalui penataan massa yang juga melingkar.
Gambar 2.23. Penataan Massa Fasilitas Relaksasi Psikis
LOBY RUANG
MEDITASI