48 Model Kajian Sebaran Runoff Nana Suwargana

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/23/2019 48 Model Kajian Sebaran Runoff Nana Suwargana

    1/15

    Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

    640

    MODEL KAJIAN SEBARAN RUN-OFF UNTUK MENDUKUNG

    PENGELOLAAN SISTEM DAS MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN

    JAUH (STUDI KASUS DAS CILIWUNG)

    Nana SuwarganaPusat Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi Penginderaan Jauh, LAPAN

    Email:[email protected]

    ABSTRAK

    Aliran permukaan (run-off) di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah penting

    untuk mengetahui kehilangan air dan sifat tanah. Banyaknya tanah yang terangkut sertamengendapan tanah dapat mengurangi kapasitas penyimpanan air. Beberapa factor yangmempengaruhi aliran permukaan adalah curah hujan, kemiringan dan sifat-sifat tanah. Kegiatanini bertujuan untuk mengkaji sebaran koefisien aliran permukaan wilayah DAS Ciliwung dengan

    menggunakan data penginderaan jauh citra SPOT dan Landsat. Informasi tentang pola DASdiperoleh berdasarkan analisis DEM (Digital Elevation Model) SRTM (Shuttle Radar

    Tophography Mission), sedangkan informasi tentang sebaran spasial koefisien run-offmenggunakan peta kemiringan, penutup lahan dan data curah hujan (TRMM dan QMorph).Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa model pengembangan run-off memberikan nilaisebaran spasial koefesien aliran adalah 0,0-0,8. Nilai koefisien permukaan menunjukkan bahwa

    semakin tinggi derajat kemiringan suatu lereng semakin besar pula aliran permukaan yangterjadi. Disamping itu, semakin baik sifat tanah dan penutup lahan maka semakin kecil aliranpermukaan yang terjadi.

    Kata Kunci:aliran permukaan, DAS, penutup lahan, curah hujan, dan kemiringan.

    ABSTRACT

    Surface run-off in the watershed area is important to be known of water loss and thenature of land. Numbers of transported land, and also precipitation of land able to lessen thedepository capacities of water. Some the factor influence surface run-off is rainfall, ramp, andnature of land. The objective of this research was studied the run-off coefficients in the Ciliwung

    watershed area by using remote sensing data of SPOT and Landsat image. Information on thewatershed pattern was obtained by analysis of DEM (Digital Elevation Model) SRTM (ShutleRadar Tophography Mission), whereas information on the distribution of run-off by usinginclination map, land cover and the rainfall (TRMM dan QMorph) data. The result of theresearch showed that run-off development model gives the value of run-off coefficient spatialdistribution that are 0,0-0,8. The value of surface coefficient showed that the excelsior degree of

    inclination bevel hence ever greater also surface run-off that happened. Besides that, goodprogressively the land of land and land cover hence smaller surface run-off that happened.

    Keywords : run-off, watershed, land cover, rainfall, and inclination.

    PENDAHULUAN

    Run-off adalah aliran air di permukaan tanah yang dapat di pengaruhi oleh

    beberapa faktor diantaranya curah hujan, kemiringan dan sifat-sifat tanah.

    Meningkatnya curah hujan yang tinggi bisa berdampak bencana terhadap banjir,

    karena volumeair yang meningkat meluapnya limpasan air permukaan melebihi

    kapasitas pengaliran sistem drainase. Pengikisan tersebut membawa sebagian

    mailto:[email protected]://id.wikipedia.org/wiki/Airhttp://id.wikipedia.org/wiki/Airmailto:[email protected]
  • 7/23/2019 48 Model Kajian Sebaran Runoff Nana Suwargana

    2/15

    Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

    641

    unsur hara yang terkandung dalam tanah. Limpasan permukaan sangat erat

    kaitannya dengan erosi, salah satu faktor yang sangat menentukan adalah penutup

    lahan vegetasi. Peranan vegetasi yang dapat dilihat dengan jelas adalah pengaruh

    kanopi pohon dalam mengurangi energi kinetik air hujan yang jatuh kepermukaan

    tanah dan pengaruh akan tanaman dalam agregasi tanah atau memberi kekuatan

    kepada tanah terhadap adanya daya rusak berupa air hujan maupun kemiringan

    lahan dan juga pengaruh akar tanaman sebagai penyedia reservoir ataupun

    penyedia air tanah alami.

    Menurut Sinukaban (2005), banjir di Jakarta terjadi karena penggunaan

    lahan di kawasan DAS Ciliwung tidak sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi

    tanah. Akibatnya, sebagian besar air hujan tidak terserap tanah, tetapi mengalir di

    permukaan tanah, lalu langsung masuk ke sungai. Apa pun yang dilakukan

    pemerintah DKI Jakarta untuk mengatasi banjir di Jakarta, akan sia-sia kalau

    lahan di kawasan DAS Ciliwung tidak ditata sesuai konservasi tanah dan air. Oleh

    karena itu, banjir merupakan fenomena yang harus ditangani secara menyeluruh

    dalam suatu DAS.

    DAS merupakan wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh

    punggung-punggung gunung (igir-igir) yang menampung dan menyimpan air

    hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. Laju aliran

    permukaan akan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjaga

    keseimbangan DAS. Run-off akan mengakibatkan hilangnya kemampuan DAS

    dalam menyimpan air, meningkatkan frekuensi banjir, menurunkan kuantitas dan

    kualitas air sepanjang tahun serta meningkatkan erosi tanah dan sedimentasi.

    Teknologi penginderaan jauh (citra satelit) sebagai sarana untuk membantu

    penyedia data dan informasi dalam bidang pemetaan permukaan bumi, dewasa initelah berkembang sangat pesat. Pemakaian citra satelit resolusi tinggi telah

    menggantikan cara-cara konvensional dalam hal inventarisasi dan evaluasi

    sumberdaya alam, serta pemantauan lingkungan sebagai input untuk perencanaan

    pengambilan keputusan. Kondisi topografi, geografi dan lingkungan yang

    berkaitan dengan banjir dapat dipantau melalui citra satelit. Kajian dari kondisi

    tersebut dapat diolah melalui: penentuan batas dan luas DAS, bentuk lahan,

    kondisi topografi wilayah, luas areal banjir, dan vegetasi penutup lahan.

  • 7/23/2019 48 Model Kajian Sebaran Runoff Nana Suwargana

    3/15

    Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

    642

    Sementara pemantauan daerah potensi banjir berbasis data curah hujan harian

    dapat dilakukan secara operasional melalui wilayah berskala global (seluruh

    Indonesia).

    Berdasarkan latar belakang diatas, kegiatan ini bertujuan untuk

    menentukan model koefisien sebaran aliran permukaan (run-off) di wilayah DAS

    Ciliwung dengan menggunakan data satelit penginderaan jauh. Data yang

    digunakan adalahDigitalElevationModel(DEM) SRTM, citra satelit SPOT, dan

    data curah hujan (TRMM dan QMorph). DEM SRTM digunakan untuk

    menentukan pola dan batas DAS, parameternya menggunakan metode aliran

    kemiringan dan penurunan luas penampang piksel. Data penutup lahan

    diturunkan dari citra satelit Landsat (2002) yang telah diupdating dengan citra

    SPOT (2007), sedangkan intensitas curah hujan diturunkan dari data TRMM dan

    Qmorph. Kesemua informasi yang dihasilkan akan menjadi masukan untuk

    menghitung sebaran koefisien run-off di wilayah DAS Ciliwung.

    BAHAN DAN METODE

    Bahan dan Lokasi Penelitian

    Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    Data Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) untuk wilayah Jabotabek

    dengan resolusi spasial 90 m untuk perekaman 2000.

    Data Landsat 7 ETM+untuk wilayah Jabotabek dan sekitarnya dengan resolusi

    spasial 30 m untuk perekaman tahun 2002.

    Data SPOT-4 untuk wilayah Jabotabek dan sekitarnya dengan resolusi spasial

    20 m untuk perekaman tahun 2007 (untuk proses updating).

    Data Tropical Rainfall Measurement Mission (TRMM) bulanan dengan

    resolusi spasial 27 km untuk perekaman tahun 1998-2009.

    Data Qmorph dengan resolusi spasial 8 km untuk perekaman 28-30 November

    2009

    Batas daerah aliran sungai dari BP-DAS, Departemen Kehutanan.

    Peralatan yang digunakan adalah: seperangkat PC dengan software PCI,

    ER_Mapper, ArcView, dan WMS.Ver 6.0.

  • 7/23/2019 48 Model Kajian Sebaran Runoff Nana Suwargana

    4/15

    Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

    643

    Lokasi penelitian untuk kajian pembuatan pola dan batas DAS adalah DAS

    Ciliwung (Gambar 1). Alasan pemilihan lokasi dilakukan dengan

    mempertimbangkan bahwa:

    DAS tersebut memang menjadi fokus kegiatan mitigasi bencana banjir

    karena hampir setiap tahun terjadi bencana banjir di DAS tersebut.

    Kondisi topografi DAS dan tutupan lahan yang bervariasi

    Ketersediaan data utama dan data pendukung

    Gambar 1 Data 3 dimensi untuk DAS Ciliwung

    Metode

    Metode penelitian dilakukan menggunakan data penginderaan jauh

    dengan informasi batas DAS diperoleh berdasarkan analisis Digital Elevation

    Model (DEM) SRTM. Penentuan koefisien sebaran run-off, pengolahannya

    dengan mengoverlaykan data kemiringan, klasifikasi penutup lahan (Lapan,

    2007), data curah hujan (TRMM dan QMorph), yang perhitungannya

    disesuaikan dengan penurunan run-off dari Puslitbang air (1984) dan

    Hardiningrum (2005).

    Informasi Batas DAS

    Informasi pembuatan batas DAS dilakukan menggunakan sofware

    WMS.ver 6.0. Data DEM dengan perbedaan ketinggian pada setiap pixel dapat

  • 7/23/2019 48 Model Kajian Sebaran Runoff Nana Suwargana

    5/15

    Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

    644

    digunakan untuk menentukan kearah mana air akan mengalir (arah aliran),

    kemudian menghitung akumulasi aliran yang terjadi dan akhirnya memetakan

    batas daerah aliran. Pola aliran dibuat dengan menarik garis untuk

    menghubungkan piksel dengan akumulasi rendah mengarah ke piksel dengan

    akumulasi lebih tinggi. Sehingga diperoleh Pola aliran yang mengarah pada

    suatu outlet yang terdapat di akhir aliran. Tahap terakhir adalah membuat poligon

    untuk membatasi semua arah aliran yang menuju kepada outlet tersebut. Poligon

    ini merupakan batas DAS yang ingin dipetakan.

    Klasifikasi Penutup Lahan

    Kelasifikasi penutup lahan dilakukan dengan menggunakan metoda

    digitasi visual dari data SPOT-4 untuk perekaman 2007 (hasil updating) dan

    langkah pengerjaanya menggunakan sofware ER_Mapper dan ArcView. Pada

    tahap awal penutup lahan dikelaskan dalam 10 kelas yaitu: Semak belukar,

    fasilitas umum, hutan, kampung, perkotaan, tegalan dan ladang, perkebunan,

    sawah, lahan terbuka dan tubuh air (waduk/danau). Selanjutnya dilakukan

    perubahan data dari bentuk vektor menjadi raster dan dilakukan klasifikasi ulang

    sesuai dengan tutupan lahan dari Tabel 1 (Puslitbang air (1984) dan Hardiningrum

    (2005)).

    Tabel 1. Koefisien aliran (Run-off) untuk berbagai tipe penutup lahan

    Sumber: Puslitbang air (1984) dan Hardiningrum (2005)

  • 7/23/2019 48 Model Kajian Sebaran Runoff Nana Suwargana

    6/15

    Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

    645

    Peta Kemiringan Lahan

    Membuat slop tingkat kemiringan lahan dari data penginderaan jauh,

    hasilnya disesuaikan dengan model referensi dari koefisien aliran Puslitbang Air

    (1984) dan Hardiningrum et. al (2005) yang di kelaskan menjadi 3 kelas

    kemiringan yakni (0-5%, 5-10% dan >10%).

    Penentuan Intensitas Curah Hujan

    Potensi curah hujan yang akan digunakan sebagai acuan intensitas curah

    hujan simulasi diekstrak dari data TRMM multi temporal dengan resolusi spasial

    27 Km untuk perekaman 1998-2009. Sedangkan untuk memantau distribusi

    spasial harian digunakan potensi curah hujan harian menggunakan data Qmorph

    multi temporal dengan resolusi spasial 8 km. Pertama dilakukan rektifikasi data

    TRMM dan Qmorph untuk keempat titik sudutnya. Selanjutnya dilakukan overlay

    seluruh citra multi temporal dan ekstraksi data curah hujan untuk wilayah DAS

    kajian. Gambar 2 memperlihatkan data TRMM untu wilayah Indonesia.

    Gambar 2. Contoh TRMM untuk wilayah Indonesia.

    Perhitungan Koefisien Run-offPenentuan sebaran koefisien Run-off dengan data penginderaan jauh

    penurunannya disesuaikan dengan referensi dari model yang diturunkan oleh

    Puslitbang air (1984) dan Hardiningrum (2005), informasi parameternya

    ditunjukkan pada Tabel 1. Nilai koefisien Run-off untuk setiap piksel dibantu

    dengan informasi mengenai jenis tanah, jenis penutup lahan, dan kemiringan

    lahan. Jenis klasifikasi penutup lahan dikelaskan menjadi 6 kelas, sedangkan

    kemiringan lahan dikelaskan menjadi 3 kelas yang sesuai dengan Tabel 1

  • 7/23/2019 48 Model Kajian Sebaran Runoff Nana Suwargana

    7/15

    Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

    646

    (Puslitbang air (1984) dan Hardiningrum (2005)). Selanjutnya kedua informasi ini

    digabungkan untuk menentukan nilai koefisien Run-off pada setiap piksel

    berdasarkan pengolahan sistim penginderaan jauh.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil pemetaan pola aliran dan batas DAS Ciliwung dengan menggunakan

    data DEM (Digital Elevation Model) SRTM (Shutle Radar Tophography Mission)

    resolusi spasial 90 m diperlihatkan pada Gambar 3 kiri. Pola aliran permukaan

    diperlihatkan dengan garis biru, aliran sungai Ciliwung diperlihatkan dengan garis

    merah tebal, sedangkan batas DAS dengan garis hitam. Pada pola aliran, cabang-

    cabang aliran (orde 1) akan bergabung menjadi aliran yang lebih besar (orde 2)

    dan seterusnya, sehingga membentuk aliran utama (orde tertinggi). Gambar 3 kiri

    memperlihatkan bahwa aliran utama tersebut berhimpit (tumpang tindih) dengan

    aliran sungai Ciliwung, yang berarti pola aliran yang dibuat cukup akurat.

    Pengujian terhadap batas DAS dilakukan dengan melakukan tumpang tindih

    antara batas DAS Ciliwung dengan tampilan 3D topografi seperti diperlihatkan

    pada Gambar 3 kanan. Terlihat dengan jelas bahwa pada wilayah bertopografi

    tinggi, garis batas tersebut melalui punggung gunung (igir-igir) sesuai dengan

    definisi DAS yaitu suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh

    punggung-punggung gunung (igir-igir) yang menampung dan menyimpan air

    hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama.

    Informasi penutup lahan yang digunakan untuk menentukan koefisien

    Run-off DAS Ciliwung adalah tutupan lahan tahun 2002, yang terlebih dahulu

    telah di dilakukan updating dengan data SPOT-4 tahun 2007. Data SPOT-4 yang

    digunakan diperlihatkan pada Gambar 4. Informasi penutup lahan DAS Ciliwungyang dihasilkan dari updating tahun 2007 diperlihatkan pada Gambar 5.

  • 7/23/2019 48 Model Kajian Sebaran Runoff Nana Suwargana

    8/15

    Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

    647

    Gambar 3. DAS Ciliwung dengan tampilan3D topografi

    Gambar 4. Data Citra SPOT-4 dan DASCiliwung

    Koefisien aliran (run-off) merupakan bilangan yang menunjukkan

    perbandingan antara besarnya aliran permukaan (terhadap besarnya curah hujan

    yang jatuh. Oleh karena itu, untuk membuat model koefisien aliran dengan data

    penginderaan jauh nilai parameter-parameternya harus disesuaikan dengan

    referensi dari koefisien aliran yang bersumber dari Puslitbang air (1984) dan

    Hardiningrum et. al (2005), ditampilkan pada Tabel 1. Informasi atau parameter-parameter untuk menentukan koefisien aliran yang diperlukan adalah kelas

    penutup lahan, kemiringan lahan dan jenis tanah. Berdasarkan laporan-laporan

    sebelumnya diketahui bahwa jenis dan tekstur tanah di DAS Ciliwung didominasi

    oleh jenis tanah aluvial dan dapat digolongkan kedalam tipe tanah lempung,

    diantaranya menurut hasil penelitian Sawiyo (2005) menyatakan bahwa keadaan

    tanah di daerah Sub DAS Cibogo (DAS Ciliwung) berkembang dari bahan induk

    tufa volkan, drainase baik, solum dangkal dan sedang, tekstur lempung sampai

    lempung berpasir, reaksi tanah masam, pH 4,6-5,0, yang diklasifikasikan sebagai

    Andosol Coklat atau Typic Hapludans (Soil Survey Staff, 1998).

  • 7/23/2019 48 Model Kajian Sebaran Runoff Nana Suwargana

    9/15

    Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

    648

    Gambar 5.Peta spasial

    penutup lahan DASCiliwung 2002, HasilUpdating 2007

    Gambar 6.

    Reklasifikasipenutup lahanmenjadi 6 kelas.

    Sesuai PuslitbangAir (1984) &Hardiningrum

    (2005)

    Gambar 7.

    Klasifikasi Slopdengan sistem datapenginderaan jauh.

    Gambar 8.

    Klasifikasi slopsesuai puslitbangAir (1984) &

    Hardiningrum(2005)

    Dengan mengikuti penyesuaian dari klasifikasi mulai koefisien aliran

    Puslitbang air (1984) dan Hardiningrum (2005) ditampilkan pada Tabel 1, makainformasi kelas penutup lahan 2007 harus disesuaikan dengan referensi tersebut.

    Informasi kelas penutup lahan dalam bentuk data vektor dirubah menjadi raster

    dan dilakukan reklasifikasi menjadi 6 kelas. Hasil reklasifikasi peta penutup

    lahannya diperlihatkan pada Gambar 6 dan kelas penutup lahannya diperlihatkan

    pada Tabel 2.

    Tabel. 2 Reklasfikasi penutup lahan dari10 kelas menjadi 6 kelas

    Tutupan Lahan 10 kelas Tutupan Lahan menjadi 6 kelas

    Belukar, Semak Semak, Belukar

    Hutan Hutan

    Kampung Permukiman

    Perkotaan Permukiman

    Lahan Terbuka Permukiman

    Pelabuhan Permukiman

    Sawah Pertanian

    Tegalan, Ladang Pertanian

    Perkebunan Perkebunan

    Waduk/Danau Perairan

  • 7/23/2019 48 Model Kajian Sebaran Runoff Nana Suwargana

    10/15

    Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

    649

    Hasil pembuatan slop tingkat kemiringan lahan dengan data penginderaan

    jauh diperlihatkan pada Gambar 7, dengan derajat kelerengan ditunjukkan dengan

    00

    (warna ping ) hingga 900(warna merah). Pada Gambar 7 ditunjukkan bahwa

    kemiringan di wilayah DAS Ciliwung berkisar antara 00hingga 450. Kemiringan

    paling tinggi disekitar hulu DAS, kemiringan rendah disekitar tengah DAS dan

    kemiringan paling rendah disekitar tengah menuju hilir DAS. Selanjutnya slop

    tingkat kemiringan lahan disesuaikan dengan model referensi dari koefisien aliran

    Puslitbang Air (1984) dan Hardiningrum et. al (2005) yang di kelaskan menjadi 3

    kelas kemiringan yakni (0-5%, 5-10% dan >10%), hasilnya diperlihatkan pada

    Gambar 8. Parameter kemiringan dengan kisaran 0-5% ditunjukkan dengan warna

    ping, 5-10% warna hijau, dan >10% warna putih.

    Curah hujan dipantau dengan menggunakan data TRMM multi temporal

    1998-2009 dengan resolusi spasial 27 km. Data TRMM yang sudah direktifikasi,

    kemudian digabung secara time series bulanan, dan diekstrak curah hujan tertinggi

    yang terjadi sepanjang periode tersebut. Gambar 9 memperlihatkan distribusi

    curah hujan di DAS Ciliwung sepanjang periode 1998-2009. Luas wilayah DAS

    Ciliwung mempunyai luas yang sama dengan sekitar 4-5 piksel TRMM, sehingga

    dilakukan perhitungan statistik untuk mencari nilai minimum, rata-rata dan

    maksimum dari curah hujan di wilayah DAS Ciliwung. Dari gambar ini dapat

    diketahui bahwa intensitas curah hujan maksimum terjadi pada tahun 2002, 2007

    dan 2008 terutama intensitas terbesar terjadi pada bulan Januari 2002. Bila

    diasumsikan bahwa 1 bulan adalah 31 hari dan hujan turun setiap hari, maka

    intensitas maksimum selama 1 hari di DAS Ciliwung berkisar 20-30 mm.

    Setelah menyesuaikan dan memasukan nilai parameter-parameter yang

    diturunkan dari Puslitbang Air (1984) dan Hardiningrum et. al (2005) kedalampengolahan data penginderaan jauh maka diperoleh peta distribusi spasial

    koefisien aliran permukaan (Run-off) diperlihatkan pada Gambar 10. Dari

    Gambar 10 dapat ditunjukkan bahwa model koefisien aliran permukaan run-off

    untuk seluruh wilayah DAS diperoleh nilai koefisien aliran permukaan run-off

    berkisar antara 0,0 hingga 0,8. Koefisien aliran permukaan yang tinggi

    teridentifikasi di bagian hulu DAS (warna merah) dan koefesien aliran

    permukaan rendah disekitar tengah dan hilir DAS (warna hijau).

  • 7/23/2019 48 Model Kajian Sebaran Runoff Nana Suwargana

    11/15

    Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

    650

    Gambar 9. Distribusi curah hujan bulanan di DAS Ciliwung sepanjangperiode 1998-2009

    Gambar 10.Distribusi spasial

    koefisien aliranpermukaan (run-off)DAS Ciliwung

    Sebagai kajian dilakukan analisis terhadap nilai distribusi koefesian aliran

    permukaan run-off. Kajian diambil 4 lokasi yang mewakili 4 penutup lahan yaitu:

    hutan, perkebunan, permukiman, dan pertanian yang semuanya berada di wilayah

    bagian hulu DAS. Distribusi spasial koefisien aliran permukaan run-off pada

    lokasi 1 (penutup lahan adalah hutan) terlihat berkisar 0.45 - 0.50 dengan tingkat

    kemiringan >10% diperlihatkan pada Gambar 11 dan Tabel 3. Nilai koefesian

    cukup rendah karena obyek lokasi merupakan daerah hutan lindung, tanah tidak

    banyak terangkut hingga tanah dapat menambah kapasitas penyimpanan air dan

    akar tanaman akan menahan air dalam tanah saat hujan terjadi. Distribusi spasial

    koefesien aliran pada lokasi 3 (penutup lahan adalah permukiman dan pertanian)

    teridentifikasi berkisar dan 0.50-0.60 dan 0.45-0.55 dengan kemiringan 0-5 % dan

    5-10%. Ini menunjukkan bahwa banyak tanah yang terangkut serta mengendapan

    hingga dapat mengurangi kapasitas penyimpanan air. Namun di wilayah

    pertanian cukup rendah bila dibandingkan dengan permukiman. Sedangkan pada

    lokasi 2 menunjukkan bahwa untuk perkebunan teridentifikasi koefisien run-off

    berkisar 0.50-0.60 kemiringan 5-10% dan permukiman berkisar 0.60-0.65 serta

  • 7/23/2019 48 Model Kajian Sebaran Runoff Nana Suwargana

    12/15

    Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

    651

    kemiringan >10%. Ini menunjukkan bahwa lokasi tersebut merupakan perkebunan

    teh dengan kemiringan cukup tinggi dan sedang dengan laju aliran permukaan

    cukup besar, karena tanaman teh daunnya rindang tapi dibawahnya tidak ada

    semak-semak hingga akar-akarnya tak dapat banyak menahan air dalam tanah saat

    hujan terjadi. Apalagi untuk permukiman dengan kemiringan >10% laju aliran

    permukaan cukup tinggi. Oleh karena itu di wilayah DAS Ciliwung sering terjadi

    banjir karena kondisi run-off cukup tinggi, terutama di daerah yang tutupan

    lahannya perkebunan dan permukiman banyak mensuport run-off tinggi.

    Gambar 11. Pengambilan contoh lokasi distribusi spasial koefisien aliran permukaan (Run-off) di

    hulu DAS Ciliwung dengan penutup lahan : hutan, perkebunan, permukiman, danpertanian.

    Tabel 3 . Nilai koefesien aliran run-off untuk berbagai penutup lahan dan kemiringan

    Lokasi Penutup lahan Kemiringan Koefesien run-off

    1 Hutan >10 0.40 - 0.50

    2 Perkebunan dan

    permukiman

    5-10

    >10

    0.50 - 0.60,

    0.60 - 0.65

    3 Permukiman dan

    pertanian

    0-5

    5-10

    0.50-0.60

    0.45-0.50

    4 Pertanian,

    perkebunan

    5-10 0.50 - 0.60,

    0.55 - 0.60

    Setelah diamati kondisi penutup lahan dan kemiringan lahan di wilayah

    hulu DAS Ciliwung dapat diketahui bahwa daerah dengan tutupan lahan

    permukiman dan pertanian yang terdapat pada kemiringan yang tinggi mempunyai

    nilai koefisien aliran yang tertinggi. Sedangkan daerah dengan tutupan lahan

  • 7/23/2019 48 Model Kajian Sebaran Runoff Nana Suwargana

    13/15

    Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

    652

    permukiman dan pertanian yang terdapat pada kemiringan yang rendah

    mempunyai nilai koefisien aliran yang rendah. Didaerah hutan dengan kemiringan

    tinggi dan sedang laju aliran permukaan cukup kecil, karena akar tanaman akan

    menahan air dalam tanah saat hujan terjadi. Diperlihatkan dengan distribusi run-

    off berkisar 0.4-0.5 (warna hijau hingga kuning).

    KESIMPULAN

    Dengan menggunakan data penginderaan jauh citra satelit (Landsat dan

    SPOT ) dan berdasarkan analisis DEM (Digital Elevation Model) SRTM (Shutle

    Radar Tophography Mission ) serta penyesuaian terhadap koefisien aliran (Run-

    off) untuk berbagai tipe penutup lahan dari Puslitbang Air (1984) danHardiningrum et. al (2005) maka diperoleh peta distribusi spasial koefisien aliran

    permukaan (Run-off). Dari peta spasial tersebut dapat ditunjukkan bahwa model

    koefisien aliran permukaan run-off untuk seluruh wilayah DAS diperoleh nilai

    berkisar antara 0.0 hingga 0.8. Koefisien aliran permukaan yang tinggi

    teridentifikasi di bagian hulu DAS dan koefesien aliran permukaan rendah

    disekitar tengah dan hilir. Daerah permukiman dan pertanian dengan kemiringan

    tinggi mempunyai nilai koefisien aliran tertinggi. Sedangkan daerah dengan

    kemiringan rendah mempunyai nilai koefisien aliran rendah. Didaerah hutan

    dengan kemiringan tinggi dan sedang laju aliran permukaan cukup kecil, karena

    akar tanaman akan menahan air dalam tanah saat hujan terjadi. Sedangkan

    perkebunan dan permukiman di wilayah DAS Ciliwung dominan laju aliran

    permukaan cukup tinggi sehingga untuk wilayah DAS Ciliwung bagian hilir

    sering terjadi banjir saat hujan besar.

    Kemiringan dan jenis penutup lahan mempengaruhi besar kecilnya nilai

    aliran permukaan (run-off). Semakin tinggi derajat kemiringan suatu lahan maka

    semakin besar pula aliran permukaan dan sebaliknya semakin kecil derajat

    kemiringan lahan maka semakin kecil pula aliran permukaan (tergantung jenis

    penutup lahan). Jika lahan di kawasan DAS Ciliwung tidak ditata sesuai

    konservasi tanah dan air, maka banjir di Jakarta tidakakan teratasi. Oleh karena

    itu, semakin baik sifat tanah dan jenis penutup lahan maka semakin kecil aliran

    permukaan yang terjadi.

  • 7/23/2019 48 Model Kajian Sebaran Runoff Nana Suwargana

    14/15

    Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

    653

    DAFTAR PUSTAKA

    Arsyad, S, 2000, Konservasi Tanah dan Air, Serial Pustaka, IPB Press , Bagian

    Proyek Penelitian Sumberdaya Agroklimat dan Hidrologi (BP2SAH) dan

    Bagian Proyek Pembinaan Perencanaan Sumber Air Ciliwung Cisadane. 2004. Laporan Akhir Pengembangan Teknologi Dam Parit

    untuk Penanggulangan Banjir dan Kekeringan. Balai Agroklimat dan

    Hidrologi Bogor.

    Fakhrudin, M, 2003, Kajian Respon Hidrologi Akibat Perubahan Penggunaan

    Lahan di DAS Ciliwung, Bahan Seminar Program Pascasarjana IPB,

    Bogor

    Hardiningrum, et. al (2005) dan Puslitbang air (1984) koefisien aliran (Run-off)

    untuk berbagai tipe penutup lahan.

    Irianto, G,, N, Pujilestari dan N, Heryani, 2001, Pengembangan Teknologi Panen

    Hujan dan Aliran Permukaan, Laporan Akhir. Pusat Penelitian danPengembangan Tanah dan Agroklimat

    Irianto, G, 2003, Kumpulan Pemikiran : Banjir dan Kekeringan Penyebab dan

    antisipasi dan Solusinya, CV, Universal Pustaka Media, Bogor, 135 hal

    Karama, A,S, Irianto, G, Pawitan, H, 2002, Panen Hujan dan Aliran Permukaan

    untuk Menanggulangi Banjir dan Kekeringan serta MengembangkanKomoditas Unggulan, Kantor MENRISTEK dan LIPI, Jakarta

    Kartiwa, B, 2004, Modelisation Du Functionnement Hydrologique Des Bassins

    Versants,These De Doctorat, Universite DAngers, France

    Kustiyo dkk, 2008 Analisis ketelitian Kertinggian Data DEM SRTM, pertemuanIlmiah Tahuan MAPIN ke XIV, Bandung

    Parwati dkk, 2008 Sistem Peringatan Dini untuk Banjir/longsor berbasis data

    Penginderaan Jauh. Pertemuan Ilmiah Tahuan MAPIN ke XIV, Bandung

    Pawitan, H, 2002, Flood hydrology and an integrated approach to remedy the

    Jakarta floods, International Conference on Urban Hydrology for the 21stCentury, Kuala Lumpur, Malaysia

    Perrin, C.,Andreassian, V., 2003 Improvement of a parsimonious model for

    streamflow simulation. Journal of Hydrology 279 (1-4) 275-289.

    Rodriguez-Iturbed I.et Valdes. J. B., The geomorphologic structure of hydrologic

    response. Water Resour. Res. 15 (5:1409-1420).

  • 7/23/2019 48 Model Kajian Sebaran Runoff Nana Suwargana

    15/15

    Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

    654

    Runtunuwu.N., Pujilestari. N., Ramdani. F., Hari Adi. S., dan Hamdani

    A.,2004,Panduan Perangkat Lunak Water and Agroclimate Reseouces

    Management (WARM) Laboratorium Numeric dan Sistem Informasi

    Spasial Agroklimat dan Hidrologi. Balai Penelitian Agroklimat dan

    Hidrologi, Bogor

    Sawiyo (2005). Http/:www.Benefits Development of Channel Reservoir for Flood

    Control.com : Study Kasus Sub Das Cibogo, Das Ciliwung, Bogor.

    Sinukaban, 2005. Http/:www.Jakarta Banjir karena Salah Urus DAS

    Ciliwung.com.

    Http/:www.docstoc.com/Google./Prinsip-Dasar-Pengelolaan-Daerah-Aliran

    Sungai

    CATATAN

    1. Perlu ditampilkan mengenai bagan alir penentuan nilai koefisien aliran.2. Fungsi data hujan pada penentuan nilai koefisien aliran pada tulisan ini tidak

    terlihat.3.

    Perlu dilihat kembali definisi dari beberapa istilah hidrologi yang digunakan.

    4. Dasar reklasifikasi tutupan lahan dari 10 menjadi 6 kelas perlu ditinjaukembali.