6
ABSES PARAFARING LAPORAN PENDAHULUAN ABSES PARAFARING I. PENGERTIAN Abses merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya karena bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran/ perluasan infeksi ke bagian lain dari tubuh. Abses parafaring adalah kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang parafaring. Abses parafaring terjadi karena ruang parafaring mengalami infeksi. II. ETIOLOGI Ruang parafaring dapat mengalami infeksi dengan cara: 1. Langsung, yaitu akibat tusukan jarum akibat melakukan tonsilektomi dengan analgesia. Peradangan terjadi karena jarum suntik telah terkontamiunasi kuman yang menembus lapisan otot tipis (muskulus konstriktor faring superior) yang memisahkan ruang parafaring dari fosa tonsilaris. 2. Proses supurasi kelenjar leher limfa bagian dalam, gigi, tonsil, faring, hidung, sinus paranasal, mastoid dan serebra servikal dapat merupakan sumber infeksi untuk terjadinya abses ruang parafaring. 3. Penjelasan infeksi dari ruang peritonsil, retrofaring atau submandibula. III MANIFESTASI KLINIS Gejala dan tanda yang utama ialah trismus, indurasi atau pembengkakan di daerah sekitar angulus mandibuila, deemam tinggi dan pembengkakan dinding lateral faring, sehingga menonjol ke arah medial. IV PENATALAKSANAAN 1. Bed rest 2. Posisi tundelen berg (kepala lebih rendah dari pada badan ) 3. Bila terdapat pus dilakukan evakuasi bedah (insisi) 4. Insisi intraoral, bila penonjolan dalam faring dilanjutkan insisi dan drainase

ABSES PARAFARING

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KSJWFIOIW

Citation preview

ABSES PARAFARINGLAPORAN PENDAHULUANABSES PARAFARINGI. PENGERTIANAbses merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya karena bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran/ perluasan infeksi ke bagian lain dari tubuh.Abses parafaring adalah kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang parafaring. Abses parafaring terjadi karena ruang parafaring mengalami infeksi.II. ETIOLOGIRuang parafaring dapat mengalami infeksi dengan cara:1. Langsung, yaitu akibat tusukan jarum akibat melakukan tonsilektomi dengan analgesia. Peradangan terjadi karena jarum suntik telah terkontamiunasi kuman yang menembus lapisan otot tipis (muskulus konstriktor faring superior) yang memisahkan ruang parafaring dari fosa tonsilaris.2. Proses supurasi kelenjar leher limfa bagian dalam, gigi, tonsil, faring, hidung, sinus paranasal, mastoid dan serebra servikal dapat merupakan sumber infeksi untuk terjadinya abses ruang parafaring.3. Penjelasan infeksi dari ruang peritonsil, retrofaring atau submandibula.

III MANIFESTASI KLINIS Gejala dan tanda yang utama ialah trismus, indurasi atau pembengkakan di daerah sekitar angulus mandibuila, deemam tinggi dan pembengkakan dinding lateral faring, sehingga menonjol ke arah medial.

IV PENATALAKSANAAN1. Bed rest2. Posisi tundelen berg (kepala lebih rendah dari pada badan )3. Bila terdapat pus dilakukan evakuasi bedah (insisi)4. Insisi intraoral, bila penonjolan dalam faring dilanjutkan insisi dan drainase5. Insisi ekstraoral bila abses menonjol ke luar/ tampak pembengkakan yang jelas6. Antibiotika dosis tinggi seperti gentamisin 2 x 40-80 mg dan metronidazole 3 x 250-500 mg

V PEMERIKSAAN PENUNJANG Foto jaringan lunak AP menunjukkan penebalan jaringan lunak parafaring dan pendorongan trakhea ke samping depan. Dengan tomografi komputer terlihat jelas abses dan penjalarannya.

ASKEP TEORII. Pengkajian Pengkajian pada klien dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi:1. Identitas

2. Riwayat Penyakit dahuluPernah menderita sakit gigi, pernah dilakukan insisi di daerah muskulus konstriktor faring superior

3. Observasi dan pemeriksaan fisika. Keadaan umum Keadaan umum klien biasanya lemah

b. Tanda-tanda vitalTerjadi hipertermi

c. Body sistem1. Pernapasan (B1: Breathing)Terjadi obstuksi saluran napas seperti mengorok dan dispnea, suara klien menjadi sengau.

2. Cardiovaskuler (B2: Bleeding)Terdapat edema pada laring, edema di daerah submandibula dan di uvula.

3. Persyarafan (B3:Brain)Kesadaran biasanya komposmentis. Adanya nyeri pada leher, leher terasa kaku.

4. Perkemihan (B4: Bladder)Umumnya tidak ada gangguan pada sistem perkemihan.

5. Pencernaan (B5: Bowel)Terdapat nyeri telan, anoreksia, konstipasi dapat terjadi karena terlalu lama bedrest.

6. Tulang-Otot-Integumen (B6: Bone)Terjadi kekakuan otot leher (neck stiffnes) disertai nyeri pada pergerakan, terjadi trismus

7. Reproduksi-SeksualUmumnya tidak terjadi gangguan pada sistem reproduksi.

II. Diagnoisa Keperawatan1. Hipertermi b.d proses infeksi2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubu b.d intake yang kurang, anoreksia, kesulitan menelan.3. Perubahan pola istirahat dan tidur bd nyeri, hipertermi4. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan b.d kurangnya informasiIII. Intervensi

1. Hipertermi b.d proses infeksiTujuan : Setelah dilakukan perawatan suhu tubuh menurun

Kriteria hasil : 1. Suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5)2. K/U membaik3. Akral hangat kering merah4. klien nyaman

Intervensi1. Pantau tanda-tanda vital tiap 4 jam sekaliR: Untuk mengetahu kedaan klien2. Kompres air hangat pada pusat panas seperti axilla dan dahiR: Untuk menurunkan panas3. anjurkan pada keluarga klien untuk memakaikan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringatR: Agar klien nyaman4. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik dan antipiretikR: Antibiotik dapat mencegah dan mengantisipasi terjadinya infeksi, antipiretik dapat memblok pusat panas sehingga panas dapat teratasi.

2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubu b.d intake yang kurang, anoreksia, kesulitan menelan.Tujuan: Setelah dilakukan perawatan jumlah kalori klien sesuai dengan kebutuhan tubuhKriteria hasil :1. Berat badan stabil2. Masukan oral meningkat3. Nafsu makan meningkat

Intervensi1. Monitor balance intake dan output2. Beri penjelasan pada klien tentang pentingnya nutrisi untuk kesembuhan3. Berikan makanan lunak/cair4. beri makanan dalam porsi sedikit tapi sering5. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet

3.Perubahan pola istirahat dan tidur bd nyeri, hipertermiTujuan : Kebutuhan tidur dapat terpenuhiKriteria hasil:1. Tidur kembali normal (7-8 jam / hari)2. Klien tampak segar

Intervensi:1. Kaji penyebab gngguan tidur pada klien2. Ciptakan suasana yang nyaman3. Berikan posisi yang nyaman pada klien4. Hindari melakukan tindakan saat klien tidur

4. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan b.d kurangnya informasiTujuan : Klien dan keluarga mengerti tentang penyakitKriteria hasil:1. Klien dan keluarga tidak cemas2. Klien dan keluarga dapat menjawab pertanyaan yg diajukan perawat

Intervensi1. Beri informasi yang akurat tentang proses pnyakit dan anjurkan klien untuk ikut serta dalam tindakan perawatanR: Informasi yang akurat tentang penyakit dan keikutseraat klien dalam perawatan dapat mengurangi beban pikiran klien2. Kaji tingkat pengetahuan pasien/ keluarga tentang penyakitR: Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan klien dfan keluarga3. Kaji latar belakang dan pendidikan klien.R: Agar perawat dapat menjelaskan dengan kata-kata yang mudah dipahami oleh klien dan keluarga4. Gunakan gambar-gambar dalam melakukan penjelasan (bila memungkinkan).R: Gambar dapat membantu mengimgat penjelasan yang telah diberikan.http://s-squarepants.blogspot.com/2012/05/abses-parafaring.html

PENDAHULUAN Abses parafaring adalah penumpukan nanah atau pus pada ruang parafaring Insiden : - Pada semua umur - Tinggi pada dewasa muda dan remaja - Biasanya unilateral Etiologi : Tertanam langsung jarum operasi Melalui pembuluh darah Saluran limfatik/ supurasi dari kelenjar servikal dalam, gigi, tonsil, faring, hidung, sinus paranasal, mastoid, vertebra servikal. Penjalaran infeksi dari ruang peritonsil, retrofaring atau submandibula. Patologi : Dimulai dari daerah prastiloid sebagai selulitis, jika tidak diobati berkembang menjadi suatu abses dan akhirnya menjadi suatu trombosis dari vena jugularis interna. Abses dapat mengikuti m. stiloglossus ke dasar mulut dimana terbentuk abses. Infeksi dapat menyebar ke anterior ke bagian posterior, dengan perluasan ke bawah sepanjang sarung pembuluh-pembuluh darah besar, disertai oleh trombosis v. jugularis/ mediastinitis. Infeksi bagian posterior : meluas ke atas sepanjang pembuluh-pembuluh darah dan mengakibatkan infeksi intrakranial/ erosi a. karotis interna. Gejala-gejala : - bengkak dengan nyeri tekan di daerah submandibula terutama pada angulus mandibula - leukositosis dengan pergeseran ke kiri disertai demam. - Edem uvula, pilar tonsil, palatum, pembengkakan dinding lateral faring sehingga menonjol ke arah medial. - X-foto lateral leher : pergeseran trakea ke arah anterior. - Trismus karena menegangnya m. pterigoid internus , bisa tidak terlihat bila infeksi jauh di dalam sampai proc. Stiloid dan tidak mengenai m.pterigoid interna. Terapi : - Bed rest ( kepala lebih rendah daripada badan ) - kompres panas untuk menekan lokalisasi abses - Bila terdapat pus dilakukan evakuasi bedah (insisi) - Insisi intraoral, bila penonjolan ke dalam faring dilanjutkan insisi dan drainase - Insisi ekstraoral, bila abses menonjol ke luar/ tampak pembengkakan yang jelas. - Antibiotika dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob. Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ

Copy and WIN :http://ow.ly/KNICZhttp://pinter-sains.blogspot.com/2010/10/abses-parafaring.html