Upload
ovita-laura
View
1.498
Download
11
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Silahkan download secara Gratis, atau kunjung dadesire.blogspot.com
Citation preview
1
1.1 Pengertian Ranah Kognitif
Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan
pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disoleh Benjamin S. Bloom pada tahun
1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah,
kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang
lebih rinci berdasarkan hirarkinya.
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir.
2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan
cara penyesuaian diri.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,
berenang, dan mengoperasikan mesin.
Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga
domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro,
yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran,
penghayatan, dan pengamalan.
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan
subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku
yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam
setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih
rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman”
yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada
tingkatan pertama.
2
Domain Kognitif
Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri
dari dua bagian: Bagian pertama berupa Pengetahuan (kategori 1) dan bagian
kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6)
a. Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan,
definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb.
Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yg berada
di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik
produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk.
b. Aplikasi (Application)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan
gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja. Sebagai
contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi,
seseorang yg berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan
menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram.
c. Analisis (Analysis)
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis informasi yang
masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang
lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta
membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg rumit. Sebagai
contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab
meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap
penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yg
ditimbulkan.
3
d. Sintesis (Synthesis)
Satu tingkat di atas analisis, seseorang di tingkat sintesa akan mampu
menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak
terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk
menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang
manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat reject di
produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas
produk.
e. Evaluasi (Evaluation)
Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi,
gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar
yg ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di
tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yg
sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai
ekonomis, dst
Adapun kata kerja operasional pada ranah kognitif terdapat pada tabel 1.1
di bawah ini.
Pengetahu
an (Cl)
Pemaham
an (C2)
Penerapan
(C3)
Analisis
(C4)
Sintesis
(C5)
Penilaian
(C6)
Mengutip Memperkir
a-kan
Menugaska
n
Menganali
sis
Mengabstra
ksi
Memban-
dingkan
Menyebut-
kan
Menjelask
an
Mengurutk
an
Mengaudit Mengatur Menyimp
ul-kan
Menjelask
an
Mengkateg
o-rikan
Menentuka
n
Memecahk
an
Menganima
si
Menilai
Menggam-
bar
Mencirika
n
Menerapka
n
Menegask
an
Mengumpul
-kan
Mengarah
-kan
4
Membilan
g
Merinci Menyesuai
-kan
Mendeteks
i
Mengkatego
ri-kan
Mengkriti
k
Mengident
iflkasi
Mengasosi
asi-kan
Mengkalku
la-si
Mendiagn
o-sis
Mengkode Menimba
ng
Mendaftar Membandi
ng-kan
Memodifik
a-si
Menyeleks
i
Mengkombi
na-sikan
Memutus
-kan
Menunjuk
-kan
Menghitun
g
Mengklasif
i-kasi
Memerinci Menyusun Memisah-
kan
Memberi
label
Mengkontr
a-sikan
Menghitun
g
Menomina
si-kan
Mengarang Mempred
ik-si
Memberi
indek
Mengubah Membangu
n
Mendiagra
m-kan
Membangun Memperj
e-las
Memasang
-kan
Memperta-
hankan
Mengurut-
kan
Mengkorel
a-sikan
Menanggula
-ngi
Menuga-
skan
Menamai Menguraik
an
Membiasa-
kan
Merasional
-kan
Menghubun
g-kan
Menafsir-
kan
Menandai Menjalin Mencegah Menguji Menciptaka
n
Mempert
a-hankan
Membaca Membedak
an
Menentuka
n
Mencerah-
kan
Mengkreasi
kan
Memerin
ci
Menyadap Mendiskus
i-kan
Menggamb
ar-kan
Menjelajah Mengoreksi Menguku
r
Menghafal Menggali Mengguna-
kan
Mengem-
bangkan
Merancang Merangk
um
Menim Mencontoh
-kan
Menilai Menyimpu
l-kan
Merencanak
an
Membukt
i-kan
Mencatat Menerangk
an
Melatih Menemuka
n
Mendikte Memvali
da-si
Mengulan
g
Mengemuk
a-kan
Menggali Menelaah Meningkatk
an
Mengetes
5
Mereprod
uksi
Mempolak
an
Mengemuk
a-kan
Memaksim
al-kan
Memperjela
s
Menduku
ng
Meninjau Memperlu
as
Mengadapt
a-si
Memerinta
h-kan
Memfasilita
si
Memilih
Memilih Menyimpu
l-kan
Menyelidik
i
Mengedit Membentuk Memproy
ek-sikan
Menyatak
an
Meramalka
n
Mengopera
si-kan
Mengaitka
n
Merumuska
n
Mempelaj
ari
Merangku
m
Memperso
al-kan
Memilih Menggenera
li-sasi
Mentabula
si
Menjabark
an
Mengkons
ep-kan
Mengukur Menggabun
g-kan
Memberi
kode
Melaksana
-kan
Melatih Memadukan
Menelusur
i
Meramalka
n
Mentransf
er
Membatasi
Menulis Memprodu
k-si
Mereparasi
Memprose
s
Mengaitka
n
Menampilka
n
Mensuimul
a-sikan
Menyiapkan
Memecahk
an
Memproduk
si
Melakukan Merangkum
Mentabula
si
Merekonstru
k-si
Menyusun
6
Memprose
s
Meramalka
n
1.2 ANALISIS STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR,
INDIKATOR, DAN TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Standar Kompetensi (SK)
1. Pengertian
Untuk memantau perkembangan mutu pendidikan diperlukan SK. SK
dapat didefinisikan sebagai “pernyataan tentang pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang harus dikuasai peserta didik serta tingkat penguasaan yang diharapkan
dicapai dalam mempelajari suatu mata pelajaran” (Center for Civ¬ics Education,
1997:2).
Menurut definisi tersebut, SK mencakup dua hal, yaitu standar isi (content
standards), dan standar penampilan (performance stan-dards).SK yang
menyangkut isi berupa pernyataan tentang pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang harus dikuasai peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran tertentu
seperti Kewarganegaraan, Matematika, Fisika, Biologi, Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris. SK yang menyangkut tingkat penampilan adalah pernyataan tentang
kriteria untuk menentukan tingkat penguasaan peserta didik terhadap SI.
Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa SK memiliki dua penafsiran,
yaitu:
pernyataan tujuan yang menjelaskan apa yang harus diketahui
peserta didik dan kemampuan melakukan sesuatu dalam
mempelajari suatu mata pelajaran.
7
spesifikasi skor atau peringkat kinerja yang berkaitan dengan
kategori pencapaian seperti lulus atau memiliki keahlian.
SK merupakan kerangka yang menjelaskan dasar pengembangan program
pembelajaran yang terstruktur. SK juga merupakan fokus dari penilaian, sehingga
proses pengembangan kurikulum adalah fokus dari penilaian, meskipun
kurikulum lebih banyak berisi tentang dokumen pengetahuan, keterampilan dan
sikap dari pada bukti-bukti untuk menunjukkan bahwa peserta didik yang akan
belajar telah memiliki pengetahuan dan keterampilan awal.
Dengan demikian SK diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam:
a. melakukan suatu tugas atau pekerjaan
b. mengorganisasikan agar pekerjaan dapat dilaksanakan.
c. melakukan respon dan reaksi yang tepat bila ada penyimpangan dari
rancangan semula.
d. melaksanakan tugas dan pekerjaan dalam situasi dan kondisi yang
berbeda
2. Penentuan Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Perlu diingat kembali, bahwa kompetensi merupakan kebulatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat didemonstrasikan, ditunjukkan,
atau ditampilkan oleh peserta didik sebagai hasil belajar. Sesuai dengan
pengertian tersebut, maka SK, adalah standar kemampuan yang harus dikuasai
peserta didik untuk menunjukkan bahwa hasil mempelajari mata pelajaran tertentu
berupa penguasaan atas pengetahuan, sikap, dan keterampilan tertentu telah
dicapai.
Langkah-langkah menganalisis dan mengurutkan SK adalah:
a. menganalisis SK menjadi beberapa KD;
8
b. mengurutkan KD sesuai dengan keterkaitan baik secara prosedur
maupun hierarkis.
B. Kompetensi Dasar (KD)
1. Pengertian
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan nilai dan
sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dalam hal ini
kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang
dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat
melakukan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.
Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas, ketrampilan, sikap dan
apresiasi yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas-
tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu.
Dalam kurikulum kompetensi sebagai tujuan pembelajaran itu
dideskripsikan secara eksplisit, sehingga dijadikan standart dalam pencapaian
tujuan kurikulum. Baik guru maupun siswa perlu memahami kompetensi yang
harus dicapai dalam proses pembelajaran. Pemahaman ini diperlukan dalam
merencanakan strategi dan indicator keberhasilan. Ada beberapa aspek didalam
kompetensi sebagai tujuan, antara lain:
1. Pengetahuan (knowlegde) yaitu kemampuan dalam bidang kognitif
2. Pemahaman (understanding) yaitu kedalaman pengetahuan yang
dimiliki setiap individu
3. Kemahiran (skill)
4. Nilai (value) yaitu norma-norma untuk melaksanakan secara
praktik tentang tugas yang dibebankan kepadanya
5. Sikap (attitude) yaitu pandangan individu terhadap sesuatu
6. Minat (interest) yaitu kecenderungan individu untuk melakukan
suatu perbuatan
2. Langkah-langkah penyusunan Kompetensi Dasar
9
Adapun dalam mengkaji kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana
tercantum pada Standar Isi dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat
kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di
Standar Isi.
b. Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
mata pelajaran.
c. Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antar
mata pelajaran.
d. Pada dasarnya rumusan kompetensi dasar itu ada yang operasional
maupun yang tidak operasional karena setiap kata kerja tindakan yang
berada pada kelompok pemahaman dan juga pengetahuan yang tidak
bisa digunakan untuk rumusan kompetensi dasar.
e. Sehingga langkah-langkah untuk menyusun kompetensi dasar adalah
sebagai berikut:
Menjabarkan Kompetensi Dasar yang dimaksud.
Tulislah rumusan Kompetensi Dasarnya.
Mengkaji KD tersebut untuk mengidentifikasi indikatornya dan
rumuskan indikatornya yang dianggap relevan tanpa memikirkan
urutannya lebih dahulu juga tentukan indikator-indikator yang
relevan dan tuliskan sesuai urutannya.
Kajilah apakah semua indikator tersebut telah mempresentasikan
KD nya, apabila belum lakukanlah analisis lanjut untuk
menemukan indikator-indikator lain yang kemungkinan belum
teridentifikasi.
Tambahkan indikator lain sebelum dan sesudah indikator yang
teridentifikasi sebelumnya dan rubahlah rumusan yang kurang
tepat dengan lebih akurat dan pertimbangkan urutannya.
Langkah-langkah Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar
sama yaitu :
10
a. Mengkaji/memetakan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara
menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang
dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam
indikator
Melakukan kegiatan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi
dasar dari setiap mata pelajaran ke dalam indikator. Dalam
mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta
didik
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran
Dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang terukur dan/atau
dapat diamat
2. Menentukan tema
a. Cara penentuan tema
Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yakni:
Cara pertama, mempelajari standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran,
dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai.
Cara kedua, menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat
keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat
bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat
dan kebutuhan anak.
a. Prinsip Penentuan tema
11
Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa
prinsip yaitu:
Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan
siswa:
Dari yang termudah menuju yang sulit
Dari yang sederhana menuju yang kompleks
Dari yang konkret menuju ke yang abstrak.
Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya
proses berpikir pada diri siswa
Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan
perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan
kemampuannya
3. Identifikasi dan analisis Standar Kompetensi, Kompetensi dasar dan
Indikator
Lakukan identifikasi dan analisis untuk setiap Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar dan indikator yang cocok untuk setiap tema
sehingga semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator
terbagi habis.
a. Menetapkan Jaringan Tema
Buatlah jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar
dan indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema
tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan
indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat
dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.
b. Penyusunan Silabus
Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap
sebelumnya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus.
Komponen silabus terdiri dari standar kompetensi, kompetensi
dasar, indikator, pengalaman belajar, alat/sumber, dan penilaian.
12
c. Penyusunan Rencana Pembelajaran
Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru perlu menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran ini
merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah
ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen rencana
pembelajaran tematik meliputi:
Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan
dipadukan, kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam
pertemuan yang dialokasikan).
Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan.
Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa
dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.
Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret
yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi
pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai
kompetensi dasar dan indikator, kegiatan ini tertuang dalam
kegiatan pembukaan, inti dan penutup).
Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar
pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai
dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.
Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang
akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta
didik serta tindak lanjut hasil penilaian
a) Merumuskan indikator pencapaian kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang
ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik,
mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan
13
dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat
diobservasi.
Kata kerja operasional (KKO) Indikator dimulai dari tingkatan
berpikir mudah ke sukar, sederhana ke kompleks, dekat ke jauh,
dan dari konkrit ke abstrak (bukan sebaliknya).
Kata kerja operasional pada KD benar-benar terwakili dan teruji
akurasinya pada deskripsi yang ada di kata kerja operasional
indikator.
Ranah: Kognitif : C1 s/d C6 (
Ranah: Afektif A1 s/d A5
Ranah: Psikomotorik P1 s/d P4
b) Mengidentifikasi materi pembelajaran
Materi pokok adalah pokok-pokok materi pembelajaran yang harus
dipelajari siswa sebagai sarana pencapaian kompetensi dan yang akan
dinilai dengan menggunakan instrument penilaian yang disusun
berdasarkan indicator pencapaian belajar. Tugas para pengembang
materi adalah menjabarkan materi pokok itu dalam materi
pembelajaran untuk memudahkan guru, sekaligus memberikan arah
serta cakupan materi pembelajarannya. Selanjutnya materi
pembelajaran atau pokok-pokok materi tersebut perlu dirinci atau
diuraikan kemudian diurutkan. Urutan penyajian materi pembelajaran
berguna untuk menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya.
c) Mengembangkan kegiatan pembelajaran
Sebagai tahapan strategis pencapaian kompetensi, kegiatan
pembelajaran perlu didesain dan dilaksanakan secara efektif dan
efisien sehingga memperoleh hasil maksimal. Berdasarkan panduan
penyusunan KTSP (KTSP), kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan
tatap muka, kegiatan tugas terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur. Sekolah standar yang menerapkan sistem paket, beban
14
belajarnya dinyatakan dalam jam pelajaran ditetapkan bahwa satu jam
pelajaran tingkat SMA terdiri dari 45 menit tatap muka untuk Tugas
Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur memanfaatkan
0% – 60% dari waktu kegiatan tatap muka.
Sementara itu bagi sekolah kategori mandiri yang menerapkan sistem
kredit semester, beban belajarnya dinyatakan dalam satuan kredit
semester (sks). 1 (satu) sks tingkat SMA terdiri dari 1 (satu) jam
pelajaran (@45 menit) tatap muka dan 25 menit tugas terstruktur dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur. Dengan demikian, pada sistem
paket maupun SKS, guru perlu mendesain kegiatan pembelajaran tatap
muka, tugas terstruktur dan kegiatan mandiri.
d) Menentukan jenis penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan
berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes
dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja,
pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau
produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar
peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,
sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.
a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang
bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran,
dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.
Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya
15
dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan
yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak
lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program
remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah
kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang
telah memenuhi kriteria ketuntasan.
e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang
ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran
menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi
harus diberikan baik pada proses misalnya teknik wawancara, maupun
produk berupa hasil melakukan observasi lapangan.
e) Menentukan alokasi waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan
pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per
minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar,
keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan
kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus
merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar
yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam
Alokasi waktu setiap Standard Kompetensi (SK) pada struktur
kurikulum (Misalnya 100 jam) dibagi dengan jumlah komptensi dasar
dengan memperhatikan tingkat kesulitan materi dan luas cakupan
materi (per KD tidak harus memiliki alokasi waktu yang sama). Untuk
menentukan TM (Tatap Muka), PS (Praktek Sekolah) dan PI (Praktek
Industri) dapat dilihat dari kebutuhan masing-masing KD dengan
acuan (tetapi tidak harus sama seperti pola berikut) :
1 Jam TM diakui setara 1 jam PBM
1 Jam PS diakui setara 2 Jam PBM
16
1 Jam PI diakui setara 4 Jam PBM
f) Menentukan sumber belajar
Menurut F. Persifal dan H. Elington dalam Rahadi (2005), pusat
sumber belajar adalah tempat atau bangunan yang dirancang
secara khusus untuk tujuan menyimpan, merawat, mengembangkan
dan memanfaatkan berbagai sumber belajar, baik untuk kebutuhan
belajar secara individual maupun kelompok.
Terdapat beberapa jenis sumber belajar. Menurut AECT (dalam
Daryanto, 2009:81), ada enam jenis sumber belajar yaitu pesan, orang,
bahan, alat, teknik dan lingkungan.
1. Pesan yaitu informasi yang ditransmisikan atau ditruskan oleh
komponen lain dalam bentuk ide, ajaran, fakta, makna, nilai dan
data.
2. Orang yaitu manusia yang berperan sebagai pencari, penyimpan,
pengolah, dan penyaji pesan seperti guru dan dosen
3. Bahan yaitu sesuatu wujud tertentu yang mengandung pesan atau
saran untuk disajikan dengan menggunakan alat atau bahan itu
sendiri tanpa alat penunjang apapun.
4. Alat yaitu sesuatu perangkat yang digunakan untuk
menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan.
5. Teknik yaitu prosedur yang runtut atau acuan yang dipersiapkan
untuk menggunakan bahan, peralatan, orang dan lingkungan
belajar secara terkombinasi dan terkoordinasi untuk
menyampaikan ajaran atau materi pelajaran.
6. Lingkungan yaitu situasi di sekitar proses belajar mengajar terjadi
baik lingkungan fisik maupun non fisik
C. Indikator
1. Pengertian.
17
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik,
mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata
kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
Menurut Depag indikator adalah wujud dari kompetensi dasar yang lebih
spesifik. Sedangkan menurut E Mulyasa indicator merupakan penjabaran dari
kompetensi dasar yang menunjukkan tanda-tanda perbuatan dan respon yang
dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik. Indicator juga dikembangkan
sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan potensi daerah dan peserta didik
dan juga dirumuskan dalam rapat kerja operasional yang dapat diukur dan
diobservasi sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan alat
penilaian.
Sedangkan menurut Darwin Syah indikator pembelajaran adalah
karakteristik, cirri-ciri, tanda-tanda perbuatan atau respon yang dilakuakan oleh
siswa, untuk menunjukkan bahwa siswa telah memiliki kompetensi dasar tertentu.
Jadi indikator adalah merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang dapat
dijadikan untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran dan juga dijadikan tolak
ukur sejauh mana penguasaan siswa terhadap suatu pokok bahasan atau mata
pelajaran tertentu
Dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan:
1. tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang
digunakan dalam KD;
2. karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah; dan
3. potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/
daerah.
Dalam mengembangkan pembelajaran dan penilaian, terdapat dua
rumusan indikator, yaitu:
18
1. indikator pencapaian kompetensi yang dikenal sebagai indikator;
2. indikator penilaian yang digunakan dalam menyusun kisi-kisi dan
menulis soal yang di kenal sebagai indikator soal.
Indikator dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kata
kerja operasional. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal
yaitu tingkat kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi.
Mekanisme Pengembangan Indikator
a. Menganalisis Tingkat Kompetensi dalam SK dan KD.
Langkah pertama pengembangan indikator adalah menganalisis tingkat
kompetensi dalam SK dan KD. Hal ini diperlukan untuk memenuhi
tuntutan minimal kompetensi yang dijadikan standar secara nasional.
Sekolah dapat mengembangkan indikator melebihi standar minimal
tersebut.
Tingkat kompetensi dapat dilihat melalui kata kerja operasional yang
digunakan dalam SK dan KD. Tingkat kompetensi dapat diklasifikasi
dalam tiga bagian, yaitu tingkat pengetahuan, tingkat proses, dan
tingkat penerapan. Kata kerja pada tingkat pengetahuan lebih rendah
dari pada tingkat proses maupun penerapan. Tingkat penerapan
merupakan tuntutan kompetensi paling tinggi yang diinginkan.
Selain tingkat kompetensi, penggunaan kata kerja menunjukan
penekanan aspek yang diinginkan, mencakup sikap, pengetahuan, serta
keterampilan. Pengembangan indikator harus mengakomodasi
kompetensi sesuai tendensi yang digunakan SK dan KD. Jika aspek
keterampilan lebih menonjol, maka indikator yang dirumuskan harus
mencapai kemampuan keterampilan yang diinginkan.
b. Menganalisis Karakteristik Mata Pelajaran, Peserta Didik, dan Sekolah
Pengembangan indikator mempertimbangkan karakteristik mata
pelajaran, peserta didik, dan sekolah karena indikator menjadi acuan
19
dalam penilaian. Sesuai Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005,
karakteristik penilaian kelompok mata pelajaran adalah sebagai
berikut:
KELOMPOK MATA
PELAJARAN
MATA PELAJARAN ASPEK YANG
DINILAI
Agama dan Ahlak Mulia Pendidikan Agama Afektif dan Kognitif
Kewarganegaraan dan
Kepribadian
Pendidikan
Kewarganegaraan
Afektif dan Kognitif
Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan
Penjas Orkes Psikomotorik, Afektif,
dan Kognitif
Estetika Seni Budaya Afektif dan
Psikomotorik
Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
Matematika, IPA, IPS,
Bahasa, dan TIK
Afektif, Kognitif, dan
Psikomotorik (sesuai
dengan karakter mata
pelajaran)
Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang membedakan
dari mata pelajaran lainnya. Perbedaan ini menjadi pertimbangan penting dalam
mengembangkan indikator. Karakteristik mata pelajaran bahasa yang terdiri dari
aspek mendengar, membaca, berbicara dan menulis sangat berbeda dengan mata
pelajaran matematika yang dominan pada aspek analisis logis. Guru harus
melakukan kajian mendalam mengenai karakteristik mata pelajaran sebagai acuan
mengembangkan indikator. Karakteristik mata pelajaran dapat dikaji pada
dokumen standar isi mengenai tujuan, ruang lingkup dan SK serta KD masing-
masing mata pelajaran.
Pengembangkan indikator memerlukan informasi karakteristik peserta
didik yang unik dan beragam. Peserta didik memiliki keragaman dalam
intelegensi dan gaya belajar. Oleh karena itu indikator selayaknya mampu
20
mengakomodir keragaman tersebut. Peserta didik dengan karakteristik unik
visual-verbal atau psiko-kinestetik selayaknya diakomodir dengan penilaian yang
sesuai sehingga kompetensi siswa dapat terukur secara proporsional.
Karakteristik sekolah dan daerah menjadi acuan dalam pengembangan
indikator karena target pencapaian sekolah tidak sama. Sekolah kategori tertentu
yang melebihi standar minimal dapat mengembangkan indikator lebih tinggi.
Termasuk sekolah bertaraf internasional dapat mengembangkan indikator dari SK
dan KD dengan mengkaji tuntutan kompetensi sesuai rujukan standar
internasional yang digunakan. Sekolah dengan keunggulan tertentu juga menjadi
pertimbangan dalam mengembangkan indikator.
2. Menganalisis Kebutuhan dan Potensi
Kebutuhan dan potensi peserta didik, sekolah dan daerah perlu dianalisis
untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan indikator.
Penyelenggaraan pendidikan seharusnya dapat melayani kebutuhan peserta didik,
lingkungan, serta mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Peserta
didik mendapatkan pendidikan sesuai dengan potensi dan kecepatan belajarnya,
termasuk tingkat potensi yang diraihnya.
Indikator juga harus dikembangkan guna mendorong peningkatan mutu
sekolah di masa yang akan datang, sehingga diperlukan informasi hasil analisis
potensi sekolah yang berguna untuk mengembangkan kurikulum melalui
pengembangan indikator.
3. Merumuskan Indikator
Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan beberapa ketentuan
sebagai berikut:
a) Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator
21
b) Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang
dalam kata kerja yang digunakan dalam SK dan KD. Indikator harus
mencapai tingkat kompetensi minimal KD dan dapat dikembangkan
melebihi kompetensi minimal sesuai dengan potensi dan kebutuhan
peserta didik.
c) Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki
kompetensi.
d) Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu
tingkat kompetensi dan materi pembelajaran.
e) Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran
sehingga menggunakan kata kerja operasional yang sesuai.
f) Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator
penilaian yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan/atau
psikomotorik.
D. Pengertian Tujuan Pembelajaran
Salah satu sumbangan terbesar dari aliran psikologi behaviorisme terhadap
pembelajaran bahwa pembelajaran seyogyanya memiliki tujuan. Gagasan
perlunya tujuan dalam pembelajaran pertama kali dikemukakan oleh B.F. Skinner
pada tahun 1950. Kemudian diikuti oleh Robert Mager pada tahun 1962 yang
dituangkan dalam bukunya yang berjudul Preparing Instruction Objective. Sejak
pada tahun 1970 hingga sekarang penerapannya semakin meluas hampir di
seluruh lembaga pendidikan di dunia, termasuk di Indonesia.
Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno (2008) berikut ini dikemukakan
beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli. Robert F. Mager (1962)
mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai
atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi
tertentu. Kemp (1977) dan David E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan
pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau
22
penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil
belajar yang diharapkan. Henry Ellington (1984) bahwa tujuan pembelajaran
adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar. Sementara
itu, Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu
deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah
berlangsung pembelajaran .
Meski para ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran yang beragam,
tetapi semuanya menunjuk pada esensi yang sama, bahwa:
3. Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau
kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran;
4. Tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang
spesifik. Yang menarik untuk digarisbawahi yaitu dari pemikiran
Kemp dan David E. Kapel bahwa perumusan tujuan pembelajaran
harus diwujudkan dalam bentuk tertulis. Hal ini mengandung
implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran seyogyanya dibuat
secara tertulis (written plan).
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat
tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata
(2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran,
yaitu:
1) memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan
belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat
melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri;
2) memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar;
3) membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar
dan media pembelajaran;
4) memudahkan guru mengadakan penilaian.
Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses
disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi
23
mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk
dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta
menyediakan ukuran (standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa.
Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Salah satu sumbangan terbesar dari aliran psikologi behaviorisme terhadap
pembelajaran bahwa pembelajaran seyogyanya memiliki tujuan. Gagasan
perlunya tujuan dalam pembelajaran pertama kali dikemukakan oleh B.F. Skinner
pada tahun 1950. Kemudian diikuti oleh Robert Mager pada tahun 1962 yang
dituangkan dalam bukunya yang berjudul Preparing Instruction Objective. Sejak
pada tahun 1970 hingga sekarang penerapannya semakin meluas hampir di
seluruh lembaga pendidikan di dunia, termasuk di Indonesia.
Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno (2008) berikut ini dikemukakan
beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli. Robert F. Mager (1962)
mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai
atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi
tertentu. Kemp (1977) dan David E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan
pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau
penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil
belajar yang diharapkan. Henry Ellington (1984) bahwa tujuan pembelajaran
adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar. Sementara
itu, Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu
deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah
berlangsung pembelajaran .
Seiring dengan pergeseran teori dan cara pandang dalam pembelajaran,
saat ini telah terjadi pergeseran dalam perumusan tujuan pembelajaran. W. James
Popham dan Eva L. Baker (2005) mengemukakan pada masa lampau guru
diharuskan menuliskan tujuan pembelajarannya dalam bentuk bahan yang akan
dibahas dalam pelajaran, dengan menguraikan topik-topik atau konsep-konsep
yang akan dibahas selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
24
Menurut Oemar Hamalik (2005) bahwa komponen-komponen yang harus
terkandung dalam tujuan pembelajaran, yaitu
1) perilaku terminal,
2) kondisi-kondisi dan
3) standar ukuran.
Hal senada dikemukakan Mager (Hamzah B. Uno, 2008) bahwa tujuan
pembelajaran sebaiknya mencakup tiga komponen utama, yaitu:
1) menyatakan apa yang seharusnya dapat dikerjakan siswa selama
belajar dan kemampuan apa yang harus dikuasainya pada akhir
pelajaran;
2) perlu dinyatakan kondisi dan hambatan yang ada pada saat
mendemonstrasikan perilaku tersebut; dan
3) perlu ada petunjuk yang jelas tentang standar penampilan
minimum yang dapat diterima.
Berkenaan dengan perumusan tujuan performansi, Dick dan Carey
(Hamzah Uno, 2008) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran terdiri atas:
1) tujuan harus menguraikan apa yang akan dapat dikerjakan atau
diperbuat oleh anak didik
2) menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang
menjadi syarat yang hadir pada waktu anak didik berbuat; dan
3) menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai unjuk
perbuatan anak didik yang dimaksudkan pada tujuan
Telah dikemukakan di atas bahwa tujuan pembelajaran harus dirumuskan
secara jelas. Dalam hal ini Hamzah B. Uno (2008) menekankan pentingnya
penguasaan guru tentang tata bahasa, karena dari rumusan tujuan pembelajaran
itulah dapat tergambarkan konsep dan proses berfikir guru yang bersangkutan
dalam menuangkan idenya tentang pembelajaran.
25
Pada bagian lain, Hamzah B. Uno (2008) mengemukakan tentang teknis
penyusunan tujuan pembelajaran dalam format ABCD. A=Audience (petatar,
siswa, mahasiswa, murid dan sasaran didik lainnya), B=Behavior (perilaku yang
dapat diamati sebagai hasil belajar), C=Condition (persyaratan yang perlu
dipenuhi agar perilaku yang diharapkan dapat tercapai, dan D=Degree (tingkat
penampilan yang dapat diterima).
26
Contoh RPP ranah kognitif :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN(RPP)
Sekolah : SMK NEGERI 99 PALEMBANG
Mata Pelajaran : KIMIA Wajib
Kelas/Semester :XI / 1
Materi Pokok : Perubahan Entalpi Reaksi
Pertemuan Ke- : 13
Alokasi Waktu : 4 × 45 menit
A. Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkunagan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam
bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertidk secara efektif dan kreatif, dan mampu melaksanakan tugas
spesifik di bawah pengawasan langsung.
27
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
1.1 Menghayati dan mengamalkan agama yang dianutnya.
2.1 Memiliki motivasi internal, kemampuan bekerjasama, konsisten, sikap
disiplin, rasa percayadiri, dan sikap toleransi dalam perbedaan strategi
berpikir dalam memilih dan menerapkan strategi menyelesaikan masalah.
2.2 Mampu mentransformasi diri dalam berpilaku jujur, tangguh mengadapi
masalah, kritis dan disiplin dalam melakukan tugas belajar kimia.
2.3 Menunjukkan sikap bertanggungjawab, rasa ingin tahu, jujur dan perilaku
peduli lingkungan.
3.4 Memahami H reaksi berdasarkan hukum Hess
3.4.1 Menjelaskan definisi H reaksi hukum Hess
4.5 Menggunakan Hukum Hess untuk mengitung H suatu reaksi
4.5.1 Menjelaskan definisi H reaksi hukum Hess
4.5.2 Menyelesaikan operasi hitung H reaksi berdasarkan hukum Hess.
C. Tujuan Pembelajaran
Saat pembelajaran berlagsung diharapkan siswa terlibat aktif, dan serta di
akhir pembelajaran peserta didik diharapkan dapat :
1. Menjelaskan kembali defenisi H reaksi berdasarkan hukum Hess dari
masalah-masalah atau objek dalam kehidupan kita sehari-hari.
2. Mengerjakan operasi hitung H reaksi berdasarkan hukum Hess.
3. Memecahkan masalah yang diberikan dalam menentukan hasil operasi
hitung pada H reaksi berdasarkan hukum Hess.
4. Menerapkan materi operasi hitung H reaksi berdasarkan hukum Hess.
D. Materi Kimia
Hukum Hess
Hukum Hess
Hess dalam siklus Hess
entalpi dari hukum kekekalan energi
Menurut hukum Hess, karena
entalpi dari suatu reaksi kimia
digunakan untuk memperoleh
awal dan akhir yang berpengaruh terhadap perubahan entalpi, bukan langkah
langkah yang dilakukan untuk mencapainya.
Hal ini menyebabkan perubahan entalpi suatu reaksi dapat dihitung
sekalipun tidak dapat diukur secara langsung. Caranya adalah dengan melakukan
operasi aritmatika pada beberapa
diketahui. Persamaan
penjumlahan semua persamaan akan menghasilkan reaksi yang kita inginkan. Jika
suatu persamaan reaksi dikalikan (atau dibagi) dengan suatu angka, perubahan
entalpinya juga harus dikali (dibagi). Jika persamaan itu
perubahan entalpi harus dibalik pula (yaitu menjadi
Selain itu, dengan menggunakan hukum Hess, nilai ΔH juga dapat
diketahui dengan pengurangan
entalpi pembentukan
Hukum Hess adalah sebuah hukum dalam kimia fisik
siklus Hess. Hukum ini digunakan untuk memprediksi perubahan
kekekalan energi (dinyatakan sebagai fungsi keadaan ΔH).
Menurut hukum Hess, karena entalpi adalah fungsi keadaan
reaksi kimia adalah sama, walaupun langkah
digunakan untuk memperoleh produk berbeda. Dengan kata lain, hanya keadaan
awal dan akhir yang berpengaruh terhadap perubahan entalpi, bukan langkah
dilakukan untuk mencapainya.
Hal ini menyebabkan perubahan entalpi suatu reaksi dapat dihitung
sekalipun tidak dapat diukur secara langsung. Caranya adalah dengan melakukan
pada beberapa persamaan reaksi yang perubahan entalpinya
diketahui. Persamaan-persamaan reaksi tersebut diatur sedemikian rupa sehingga
penjumlahan semua persamaan akan menghasilkan reaksi yang kita inginkan. Jika
suatu persamaan reaksi dikalikan (atau dibagi) dengan suatu angka, perubahan
entalpinya juga harus dikali (dibagi). Jika persamaan itu dibalik, maka tanda
perubahan entalpi harus dibalik pula (yaitu menjadi -ΔH).
Selain itu, dengan menggunakan hukum Hess, nilai ΔH juga dapat
diketahui dengan pengurangan entalpi pembentukan produk-produk dikurangi
entalpi pembentukan reaktan. Secara matematis
.
28
untuk ekspansi
. Hukum ini digunakan untuk memprediksi perubahan
(dinyatakan sebagai fungsi keadaan ΔH).
fungsi keadaan, perubahan
adalah sama, walaupun langkah-langkah yang
berbeda. Dengan kata lain, hanya keadaan
awal dan akhir yang berpengaruh terhadap perubahan entalpi, bukan langkah-
Hal ini menyebabkan perubahan entalpi suatu reaksi dapat dihitung
sekalipun tidak dapat diukur secara langsung. Caranya adalah dengan melakukan
yang perubahan entalpinya
si tersebut diatur sedemikian rupa sehingga
penjumlahan semua persamaan akan menghasilkan reaksi yang kita inginkan. Jika
suatu persamaan reaksi dikalikan (atau dibagi) dengan suatu angka, perubahan
dibalik, maka tanda
Selain itu, dengan menggunakan hukum Hess, nilai ΔH juga dapat
produk dikurangi
29
Untuk reaksi-reaksi lainnya secara umum
.
Hukum Hess menyatakan bahwa perubahan entalpi keseluruhan dari suatu
proses hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir reaksi, dan tidak tergantung
kepada rute atau langkah-langkah diantaranya. Dengan mengetahui ΔHf
(perubahan entalpi pembentukan) dari reaktan dan produknya, dapat diramalkan
perubahan entalpi reaksi apapun, dengan rumus
ΔH=ΔHfP-ΔH fR
Perubahan entalpi suatu reaksi juga dapat diramalkan dari perubahan
entalpi pembakaran reaktan dan produk, dengan rumus
ΔH=-ΔHcP+ΔHcR
Contoh :
1. Contoh tabel yang digunakan untuk menerapkan hukum Hess
Zat ΔHfɵ /KJ.mol-1
CH4 (g) -75
O2 (g) 0
CO2 (g) -394
H2O (l) -286
Dengan menggunakan data entalpi pembentukan di atas dapat diketahui
perubahan entalpi untuk reaksi-reaksi dibawah ini:
CH4(g)+2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(l)
30
ΔHcɵ+-75+0=-394+2x-286
ΔHcɵ-75=-966
ΔHcɵ=-891KJ.mol-1
2. Jika diketahui:
B2O3(s) + 3H2O(g) → 3O2(g) + B2H6(g) ΔH = +2035 kJ
H2O(l) → H2O(g) ΔH = +44 kJ
H2(g) + (1/2)O2(g) → H2O(l) ΔH = -286 kJ
2B(s) + 3H*2B(s) + (3/2)O2(g) → B2O3(s)
Persamaan-persamaan reaksi di atas (berikut perubahan entalpinya) dikalikan
dan/atau dibalik sedemikian rupa:
B2H6(g) + 3O2(g) → B2O3(s) + 3H2O(g) ΔH = -2035 kJ
3H2O(g) → 3H2O(l) ΔH = -132 kJ
3H2O(l) → 3H2(g) + (3/2)O2(g) ΔH = +858 kJ
2B(s) + 3H2(g) → B2H6(g) ΔH = +36 kJ
Sehingga penjumlahan persamaan-persamaan di atas akan menghasilkan
2B(s) + (3/2)O2(g) → B2O3(s) ΔH = -1273 kJ
Konsep dari hukum Hess juga dapat diperluas untuk menghitung perubahan
fungsi keadaan lainnya, seperti entropi dan energi bebas. Kedua aplikasi ini amat
berguna karena besaran-besaran tersebut sulit atau tidak bisa diukur secara
langsung, sehingga perhitungan dengan hukum Hess digunakan sebagai salah satu
cara menentukannya.
Untuk perubahan entropi:
ΔSo = Σ(ΔSfoproduk) - Σ(ΔSf
oreaktan)
ΔS = Σ(ΔSoproduk) - Σ(ΔSo
reaktan).
31
Untuk perubahan energi bebas:
ΔGo = Σ(ΔGfoproduk) - Σ(ΔGf
oreaktan)
ΔG = Σ(ΔGoproduk) - Σ(ΔGo
reaktan).
E. Model/Metode Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Pendekatan saintifik (scientific).
Strategi Pembelajaran : Kooperatif Learning
Model Pembelajaran : STAD
Metode Pembelajaran : Ceramah, diskusi, tanya jawab, pengamatan dan
penugasan
F. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke-13
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan
1. Melakukan pembukaan dengan salam
pembuka dan berdoa untuk memulai
pembelajaran.
2. Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai
sikap disiplin.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
4. Melakukan apersepsi dengan mengajukan
pertanyaan untuk mengarahkan siswa kemateri
yang akan dipelajari
15 menit
Kegiatan Inti a. Mengamati 150 menit
32
1. Siswa melakukan pengamatan untuk
mempelajari materi H suatu reaksi
berdasarkan Hukum Hess yang terdapat
pada buku pegangan siswa (hal 56-60).
2. Siswa diarahkan untuk mempelajari materi
tersebut.
b. Menanya
1. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan yang terkait dengan materi H
suatu reaksi berdasarkan hukum Hess yang
telah dipelajari dari buku pegangan siswa
maupun dari sumber lain.
2. Siswa diarahkan untuk mengajukan
pertanyaan tentang hal-hal yang belum
diketahui dari materi yang dipelajari.
c. Menalar
1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
dengan tiap kelompok terdiri dari 4 orang.
2. Siswa mendiskusikan masalah-masalah
yang diberikan tentang operasi hitung pada
matriks (hal 56 & 60).
3. Selama siswa bekerja di dalam kelompok,
guru memperhatikan dan mendorong siswa
semua untuk terlibat dalam diskusi.
4. Salah satu kelompok diminta untuk
menampilkan hasil diskusi didepan kelas
dan kelompok yang lain menanggapi.
5. Guru mengumpulkan semua hasil diskusi.
d. Mencoba
1. Siswa mencoba pada permasalahan lain atau
33
soal yang relevan yang terdapat dalam kelas
atau lingkungan sekitar untuk mendapatkan
pemahaman yang sama dalam menemukan
operasi hitung pada matriks.
e. Jejaring
1. Dengan tanya jawab guru mengarahkan
semua siswa pada kesimpulan mengenai
operasi hitung H pada suatu reaksi
berdasarkan hukum Hess.
2. Guru memberikan soal yang terkait dengan
operasi hitung pada matriks,siswa dan guru
menyelesaikan kedua soal menggunakan
strategi yang tepat
Penutup
1. Siswa diminta menyimpulkan tentang H
suatu reaksi berdasarkan hukum Hess.
2. Guru memberikan beberapa soal sebagai tugas
/ PR mengenai operasi hitung H suatu reaksi
berdasarkan hukum Hess.
3. Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran
dengan memberikan pesan untuk tetap belajar.
15 menit
G. Alat/Media/Sumber Pembelajaran
a. White Board
b. Spidol
c. Lembar penilaian
Sumber Pembelajaran
a. Buku Kimia Siswa ( hal : 56-60)
b. Buku Kimia yang relevan
34
H. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik Penilaian : pengamatan, tes tertulis
2. Prosedur Penilaian :
No Aspek yang dinilai Teknik
Penilaian
Waktu
Penilai
an
1. Sikap
a. Terlibat aktif dalam pembelajaran
operasi hitung H suatu reaksi
berdasarkan Hukum Hess.
b. Bekerjasama dalam kegiatan
kelompok.
c. Toleran terhadap proses pemecahan
masalah yang berbeda dan kreatif.
Pengamatan Selama
pembel
ajaran
dan
saat
diskusi
2. Pengetahuan
a. Menjelaskan kembali definisi H
suatu reaksi berasarkan Hukum Hess.
b. Menentukan hasil operasi hitung H
suatu reaksi berdasarkan Hukum
Hess.
Pengamatan
dan tes
Penyele
saian
tugas
individ
u dan
kelomp
ok
3.
Keterampilan
a. Terampil menerapkan konsep/prinsip
dan strategi pemecahan masalah yang
relevan yang berkaitan dengan operasi
hitung H pada suatu reaksi
berdasarkan hukum Hess.
Pengamatan
Penyele
saian
tugas
(baik
individ
u
35
No Aspek yang dinilai Teknik
Penilaian
Waktu
Penilai
an
maupun
kelomp
ok) dan
saat
diskusi
I. Instrumen Penilaian Hasil belajar
Tes tertulis
1. Hitunglah Nilai ΔHcɵ pada data yang diberikan pada tabel
di bawah ini!
Zat ΔHfɵ /KJ.mol-1
CH4 (g) -90
O2 (g) 0
CO2 (g) -255
H2O (l) -190
2. Diketahui reaksi:
S + O2 → SO2 ΔH = − 71 kkal
2SO2 + O2 → 2SO3 (g) ΔH = − 47 kkal
Tentukan ΔH untuk reaksi S + 3/2O2 → SO3 !
3. Sebutkan dan Jelaskan bunyi dari Hukum Hess!
36
Kunci Jawaban :
1. Diketahui :
CH4 (g) = -90 KJ.mol-1
O2 (g) = 0 KJ.mol-1
CO2 (g) = -255 KJ.mol-1
H2O (l) = -190 KJ.mol-1
Ditanya :
ΔHcɵ = .................?
CH4(g)+2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(l)
ΔHcɵ+-90+0=-255+2x-190
ΔHcɵ-90=-445 + 2x
ΔHcɵ-90 + 445 = 2x
ΔHcɵ + 355 = 2x
ΔHcɵ = - 355/ 2x
ΔHcɵ= -177, 5 KJ.mol-1
2. Diketahui :
S + O2 → SO2 ΔH = − 71 kkal
2SO2 + O2 → 2SO3 (g) ΔH = − 47 kkal
Ditanya :
H pada reaksi S + 3/2O2 → SO3!
Penyelesaian :
Reaksi dibagi 2
37
3. Hukum Hess adalah sebuah hukum dalam kimia fisik
untuk ekspansi Hess dalam siklus Hess. Hukum ini
digunakan untuk memprediksi perubahan entalpi dari
hukum kekekalan energi (dinyatakan sebagai fungsi
keadaan H). Hukum Hess menyatakan bahwa
perubahan entalpi keseluruhan dari suatu proses hanya
tergantung pada keadaan awal dan akhir reaksi, dan
tidak tergantung kepada rute atau langkah-langkah
diantaranya.
ATURAN PENSKORAN TES TERTULIS
NO
SOAL
SKOR
MAKSIMAL KETERANGAN Skor
1. 40
* Jika jawaban lengkap dan
benar
* Jika jawaban kurang lengkap
* Jika menjawab dengan salah
40
20
10
2. 40
* Jika jawaban lengkap dan
benar
* Jika jawaban kurang lengkap
* Jika menjawab dengan salah
40
20
10
3. 20
* Jika jawaban lengkap dan
benar
* Jika jawaban kurang lengkap
* Jika menjawab dengan salah
20
10
5
38
Jumlah Skor 100
Mengetahui Palembang,
Juli 2013
Kepala Sekolah Guru mata
pelajaran
Drs. H. Ibrahim, M.T Ovita Laura,
S.Pd
39
LEMBAR KERJA KELOMPOK
MATA PELAJARAN : KIMIA
KELAS : XI ( ............................)
MATERI AJAR : Perubahan Entalpi Reaksi
NAMA ANGGOTA KELOMPOK :
………………............................................................................................................
.......................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
..................................................................................................
Petunjuk :
- Sebelum kamu mengerjakan tugas kelompok, bacalah permasalahan tentang
Perubahan Entalpi Rekasi berdasarkan Hukum Hess di buku siswa halaman 56-
60.
-. Isilah titik-titik dibawah ini.
1. Sebutkan dan Jelaskan pengertian H berdasarkan Hukum Hess!
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.........................................................................................................................
2. Gambarkan dan Jelaskan diagram Hess pada data berikut ini !
2C(s) + 2O2(g) -788 kJ
2CO2(g) - 566 kJ
40
2CO(g) + O2(g) - 222 kJ
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............
3. Jika diketahui:
B2O3(s) + 3H2O(g) → 3O2(g) + B2H6(g) ΔH = +2035 kJ
H2O(l) → H2O(g) ΔH = +44 kJ
H2(g) + (1/2)O2(g) → H2O(l) ΔH = -286 kJ
2B(s) + 3H*2B(s) + (3/2)O2(g) → B2O3(s)
Hitunglah penjumlahan persamaan reaksi-reaksi diatas!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..............................................................................
41
Pada dasarnya RPP kurikulum 2013 mengandung semua aspek, dari
kogntif, afektif, dan psikomotor. Tapi pada RPP ini pada indikator dan tujuan
pembelajaran sudah bisa terlihat kata Menjelaskan yang merupakan kata kerja
operasional ranah kognitif.
42
1.3 Kesimpulan
Setiap penyusunan RPP, untuk Analisis Standar Kompetensi, Kompetensi
Dasar, Tujuan Pembelajaran dan Indikator harus sesuai dengan Ranah Kognitif.
Karena dalam proses pembelajaran yang diajarkan adalah Ilmu Pengetahuan yang
sesuai dengan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Tujuan Pembelajaran dan
Indikator yang sudah ditentukan.
43
Daftar Pustaka
Anonim. http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom#Domain_Kognitif
diakses pada tanggal 20 November 2013
Anonim. 2012. Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
http://mgmpjawapemalang.wordpress.com/2012/09/30/analisis-standar
kompetensi-dan-kompetensi-dasar/ diakses pada 20 November 2013
Irawan, Donny. 2013. Pemetaan Kompetensi Dasar. http://sertifikasi-
inpasing.com/2013/09/pemetaan-kompetensi-dasar-
dasar_8724.html?m=1 diakses pada 20 November 2013
Sudrajat, Akhmad. 2009. Tujuan Pembelajaran Sebagai Komponen Penting
Dalam Pembelajaran.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/08/30/tujuan-pembelajaran-
sebagai-komponen-penting -dalam-pembelajaran/ diakses pada 20
November 2013
Sudrajat, Akhmad. 2009. Pengembangan Indikator.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/08/30/pengembangan-
indikator/ diakses pada 20 November 2013
Supeksa, Ketut. 2012. Daftar Kata Kerja Ranah Kognitif (C1-C6), Afektif (A1-
A5), dan Psikomotorik (P1-P4).
http://supeksa.wordpress.com/2012/12/10/daftar-kata-kerja-ranah-kognitif-
c1-c6-afektif-a1-a5-psikomotor-p1-p4/ diakses pada 20 November 2013
.
44
Tanya Jawab
1. Zoelistian (Kelompok 1)
Hal apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan
indikator?
Dijawab oleh Novan Dwinata :
Dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan:
1. tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang
digunakan dalam KD;
2. karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah; dan
3. potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/
daerah.
2. Euis Wulan Novita (Kelompok 2)
Apa saja keuntungan dan kerugian yang diperoleh dalam penuangan
tujuan pembelajaran, dan apa hubungan ABCD dalam penganalisian SK,
KD, Indikator, dan Tujuan Pembelajaran?
Dijawab oleh Sisko Amirudin : Keuntungan dari penuangan tujuan
pembelajaran yaitu tercapainya proses pembelajaran sesuai dengan kurikulum,
dan kerugiannya adalah kurangnya sarana dan prasarana, serta kemampuan guru
untuk mengembangkan pembelajaran, dan ketidaksiapan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tidak sesuai
dengan kurikulum. Dan dalam Analisis SK, KD, Indikator, dan Tujuan
Pembelajaran tentu ABCD ( Audience, Behavior, Condition, Degree) ada
hubungannya. Hamzah B. Uno (2008) mengemukakan tentang teknis penyusunan
tujuan pembelajaran dalam format ABCD. A=Audience (petatar, siswa,
mahasiswa, murid dan sasaran didik lainnya), B=Behavior (perilaku yang dapat
diamati sebagai hasil belajar), C=Condition (persyaratan yang perlu dipenuhi agar
45
perilaku yang diharapkan dapat tercapai, dan D=Degree (tingkat penampilan yang
dapat diterima).
3. Tri Maryati (Kelompok 5)
Berikan contoh SK, KD, Indikator, dan Tujuan Pembelajaran Ranah
Kognitif!
Dijawab oleh Ovita Laura : Penganalisisan itu sebenarnya hanya dilakukan
pada indikator dan tujuan pembelajaran karena SK dan KD sudah ditentukan dari
pusat. Contoh
Indikator ranah kognitif itu :
Menjelaskan Konstruksi dan Cara kerja Motor Bakar 2 tak dan 4 tak.
Pada Indikator ini terdapat kata menjelaskan yang pada tabel kata
operasional termasuk kata kerja ranah kognitif.
Tujuan pembelajaran ranah kognitif :
Setelah mempelajari pelajaran ini siswa diharapkan mampu:
Menjelaskan siklus motor 2 dan 4 langkah
Dan bisa kita lihat juga terdapat kata menjelaskan yang termasuk kata
kerja operasional ranah kognitf.
4. Ardiansyah (Kelompok 2)
Tolong jelaskan proses analisis SK, KD, Indikator, dan Tujuan
Pembelajaran ranah kognitif!
Dijawab oleh Erik Hidayat :
46
Penganalisisan hanya pada indikator dan tujuan pembelajaran saja, karena
SK dan KD diturunkan dari pusat. Untuk proses penganalisisan tentu yang
pertama kita melihat silabus, apa isi dari cakupan indikator dan tujuan
pembelajaran, lalu dituangkan ke rpp, di rpp kita bisa melihat aspek apa yang
ditujukan, apakah itu aspek kognitif, afektif, ataupun psikomotor.
5. Juneri Sinambela (Kelompok 4)
Apakah kata kerja operasional ranah kognitif harus digunakan
pada SK, KD, Indikator, dan tujuan pembelajaran?
Dijawab oleh Maulana : Ya tentu, hal itu ditujukan agar guru maupun
siswa mengetahui apa yang harus dituju dan dicapai dalam suatu pembelajaran.