Upload
komang-sutha
View
93
Download
11
Embed Size (px)
DESCRIPTION
app
Citation preview
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Dedi
Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Kuningan
Pekerjaan : Petugas kebersihan
Tgl MRS : 07 November 2013
Dirawat : Ruang Bedah III
B. ANAMNESA
Autoanamnesa
Keluhan Utama
Nyeri perut kanan bawah
Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri perut kanan bawah sejak 7 hari SMRS, Os datang ke poli dengan
keluhan nyeri perut kanan bawah, nyeri seperti ditusuk nyeri dirasa terus
menerus. Nyeri perut menetap diperut kanan bawah, di bagian perut lain terasa
nyeri tetapi tidak senyeri di perut kanan bawah, nyeri dirasakan bertambah
berat bila bergerak dan berkurang bila berbaring, perut sebelah kiri terasa
tegang, os mengaku seebelumnya os demam, demam dirasa bersamaan dengan
nyeri, kembung (-), mual (+), muntah (-) nafsu makan menurun, sudah tiga hari
belum buang air besar, sebelum BAB tidak bisa Os mengaku BAB susah
keluar, buang air kecil normal, riwayat kencing pasir/batu (-), riwayat kencing
keruh (-), kentut (+), os mengaku jarang makan sayur.
Riwayat Penyakit Dahulu
Os pernah mengalami hal seperti ini 3 bulan yang lalu, namun Os tidak
berobat, dan nyeri menghilang setelah 3 hari.
1
Riwayat Penyakit Keluarga
Dikeluarga Os tidak ada yang menderita hal seperti ini.
Riwayat Pengobatan
Os belum berobat untuk penyakit ini.
Riwayat Alergi
Os tidak tahu ada alergi terhadap obat atau tidak.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign
TD : 110/70 mmHg
HR : 86x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 37o C
Status Generalis
Kepala : Normochepal
Mata :
Konjungtiva : anemis -/-
Sklera : ikterik -/-
Thorax :
Paru-paru
Inspeksi : pergerakan dada simetris, tidak ada luka bekas operasi
Palpasi : tidak ada pergerakan dada yang tertinggal, nyeri tekan (-),
vokal fremitus sama simetris dekstra sinistra.
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : vesikular (+/+) normal, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-),
stridor (-/-)
Abdomen : (status lokalis)
Ekstremitas atas : akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
2
Ekstremitas bawah : akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
Status Lokalis
At regio abdomen
Inspeksi : asites (-), luka bekas operasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : defans muskuler (-), nyeri tekan diepigastrium (-),
nyeri tekan perut kanan bawah (+), tidak teraba massa , rovsing sign (-),
psoas sign (+), obturator sign (+), Blumberg sign (+), nyeri ketok CVA
(-)
Perkusi : Timpani seluruh kuadran abdomen
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi Rutin
Darah rutin Hasil
Hb 14,3 g/dl
Leukosit 11.200/mm3
Ht 39,2 %
Trombosit 264.000/mm3
GDS 84 mg/dl
SGOT 17 U/I
SGPT 13 U/I
Ureum 35 mg/dl
Kreatinin 0,67 mg/dl
3
Pemeriksaan USG
Expertise : - Pada Scan abdomen kanan bawah tak tampak struktur hipooekhoik
menyerupai tubuler buntu tanpa peristaltik. Tak tampak infiltrat/koleksi cairan.
Kesan : Appendix tak tervisualisasi, letak retrocaecal perlu dipertimbangkan
4
RESUME
Nyeri perut kanan bawah sejak 7 hari SMRS, Os datang ke poli dengan
keluhan nyeri perut kanan bawah, nyeri seperti ditusuk nyeri dirasa terus
menerus. Nyeri perut menetap diperut kanan bawah, di bagian perut lain terasa
nyeri tetapi tidak senyeri di perut kanan bawah, nyeri dirasakan bertambah
berat bila bergerak dan berkurang bila berbaring, perut sebelah kiri terasa
tegang, os mengaku seebelumnya os demam, demam dirasa bersamaan dengan
nyeri, kembung (-), nausea (+), vomiting (-), anorexia, sudah tiga hari belum
buang air besar, sebelum BAB tidak bisa Os mengaku BAB susah keluar,
buang air kecil normal, riwayat kencing pasir/batu (-), riwayat kencing keruh
(-), flatus (+), os mengaku jarang makan sayur. Tanda-tanda vital Tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 86x/menit, pernafasan 22x/menit dan suhu 37o C.
Pada pemeriksaan abdomen di dapatkan, Abdomen tampak cembung,
auskultasi bising usus (+) menurun, Palpasi Defans muskuler (-), nyeri tekan di
epigastrium (-), nyeri tekan perut kanan bawah (+), rovsing sign (+), psoas sign
(+), obturator sign (+), Perkusi Timpani seluruh kuadran abdomen. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 11.200 ribu, pada pemeriksaan
USG tidak tampak struktur hipoekhoik menerupai tubuler buntu.
Bedasarkan keluhan utama pasien dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang kemungkinan penyakit dengan keluhan nyeri perut
kanan bawah adalah :
Appendisitis akut
Divertikulitis
Gastroenteritis
Ureterolithiasis/nephrolithiasis
Kemungkinan diagnosis yang disingkirkan :
Appendisitis kronik
Divertikullitis
Gastroenteritis
Ureterolithiasis/nephrolithiasis
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat dibuat Assesment :
5
Appendisitis Akut
BAB II
6
TINJAUAN PUSTAKA
A. Apendiks Vermiformis
1. Anatomi
Apendiks vermiformis pada manusia merupakan struktur tubular
yang rudimenter dan tanpa fungsi yang jelas. Apendiks berkembang dari
posteromedial sekum dengan panjang bervariasi dengan rata-rata antara 6-
10 cm dan diameter sekitar 0,5-0,8 cm. Posisi apendiks dalam rongga
abdomen juga bervariasi, tersering berada posterior dari sekum atau kolon
asendens. Hampir seluruh permukaan apendiks dikelilingi oleh
peritoneum, dan mesoapendiks (mesenter dari apendiks) yang merupakan
lipatan peritoneum berjalan kontinu disepanjang apendiks dan berakhir di
ujung apendiks.
Apendiks terletak retroperitoneal, yaitu di belakang sekum, di
belakang kolon asendens, atau di tepi lateral kolon asendens. Gejala klinis
apendisitis ditentukan oleh letak apendiks.
Vaskularisasi dari apendiks berjalan sepanjang mesoapendiks
kecuali di ujung dari apendiks dimana tidak terdapat mesoapendiks. Arteri
apendikular, derivat cabang inferior dari arteri iliocoli yang merupakan
cabang trunkus mesenteric superior. Selain arteri apendikular yang
memperdarahi hampir seluruh apendiks, juga terdapat kontribusi dari arteri
asesorius. Untuk aliran balik, vena apendiseal cabang dari vena ileocoli
berjalan ke vena mesenteric superior dan kemudian masuk ke sirkulasi
7
portal. Drainase limfatik berjalan ke nodus limfe regional seperti nodus
limfatik ileocoli. Persarafan apendiks merupakan cabang dari nervus vagus
dan pleksus mesenteric superior.
Permukaan eksternal apendiks tampak halus dan berwarna merah
kecoklatan hingga kelabu. Permukaan dalam atau mukosa secara umum
sama seperti mukosa kolon, berwarna kuning muda dengan gambaran
nodular, dan komponen limfoid yang prominen. Komponen folikel limfoid
ini mengakibatkan lumen dari apendiks seringkali berbentuk irregular
(stellata) pada potongan melintang dengan diameter 1-3 cm.
2. Perkembangan Embriologi
Apendiks vermiformis berasal dari struktur primordial yakni
divertikulum sekal yang muncul pada janin berusia 6 minggu. Bagian
proksimal dari divertikulum ini membentuk sekum sedangkan bagian
distal atau apeks terus memanjang membentuk apendiks. Pada anak-anak
peralihan antara sekum dan apendiks tidak sejelas pada orang dewasa, dan
apendiks tampak disebelah inferior dari sekum, berbeda pada orang
dewasa dimana peralihan lebih jelas dan apendiks berada disisi
posteromedial dari sekum. Perkembangan embriologis yang abnormal
dapat mengakibatkan agenesis, hipoplasia, duplifikasi atau bahkan
triplikasi dari apendiks. Duplifikasi dari apendiks sering diasosiasikan
dengan anomali kongenital lain yang mengancam jiwa.
8
Letak apendiks
1. Preileal
2. Postileal
3. Promontoric
4. Pelvic
5. Subcecal
6. Paracolic or prececal
3. Histologi
Komposisi histologi dari apendiks serupa dengan usus besar , terdiri dari
empat lapisan yakni mukosa, submukosa, muskularis eksterna/propria (otot
longitudinal dan sirkuler), dan serosa. Mukosa apendiks terdiri dari selapis epitel
di permukaan. Pada epitel ini terdapat sel-sel absorbtif, sel-sel goblet, sel-sel
neuro endokrin, dan beberapa sel paneth. Lamina propia dari mukosa adalah
lapisan seluler dengan banyak komponen sel-sel migratory, dan agregasi limfoid.
Berbeda dengan di usus besar dimana limfoid folikel tersebar, pada apendiks
folikel limfoid ini sangat banyak dijumpai terutama pada apendiks individu
berusia muda. Seringkali, folikel limfoid ini mengubah kontur lumen dari
apendiks. Lapisan terluar dari mukosa adalah muskularis mukosa, yang
merupakan lapisan fibromuskuler yang kurang berkembang pada apendiks.
Lapisan submukosa memisahkan mukosa dengan muskularis eksterna.
Lapisan ini tersusun longgar oleh jaringan serat kolagen dan elastin, serta
fibroblast. Lapisan submukosa juga dapat mengandung sel-sel migratori seperti
9
makrofag, sel-sel limfoid, sel-sel plasma serta sel mast. Pembuluh darah dan limfe
merupakan komponen yang dominan pada lapisan ini. Pembuluh limfatik terdapat
jelas di bawah dasar dari folikel limfoid. Di lapisan ini juga terdapat struktur
neural berupa pleksus Meissner. Pleksus saraf in terdiri dari ganglia, sel-sel
ganglion, kumpulan neuron dengan prosesusnya, dan sel Schwann yang saling
berinterkoneksi membentuk jaringan saraf di lapisan submukosa.
Lapisan otot polos yang tebal berada diantara submukosa dan serosa ,
merupakan lapisan muskularis eksterna dari apendiks. Lapisan ini terpisah
menjadi 2 bagian, yakni lapisan sirkular di dalam dan lapisan longitudinal di
sebelah luar. Pada lapisan ini sering terlihat degenerasi granular sitoplasmik
eosinofilik terutama pada lapisan sirkular. Di antara dua lapisan otot ini terdapat
pleksus mienterik atau pleksus Auerbach, yang serupa secara morfologi dan
fungsi dengan pleksus Meissner di lapisan submukosa. Sebagai tambahan,
pembuluh limfatik dan pembuluh darah juga terdapat pada lapisan ini.
Lapisan terluar dari apendiks adalah lapisan serosa, diantara lapisan serosa
dan muskularis eksterna terdapat region subserosal, yang terdiri dari jaringan
penyambung longgar, pembuluh darah, limfe dan saraf. Lapisan serosa sendiri
merupakan selapis sel-sel mesotelial kuboidal, yang terdapat pada lapisan tipis
jaringan fibrosa.
4. Fisiologi
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya
dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran
lendir I muara apendiks tampaknya berperan pada patogenesis apendisitis.
Imunoglobulin sekretoar dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid
tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah igA.
Imunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun
demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh karena
jumlah jaringan limf di sini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di
saluran cerna dan di seluruh tubuh.
B. Appendisitis
1. Definisi
10
Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks
vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling
sering. Apendiks disebut juga umbai cacing.
2. Epidemiologi
Insiden apendisitis akut di Negara maju lebih tinggi daripada di
Negara berkembang. Namun, dalam tiga-empat dasawarsa terakhir
kejadiannya menurun, diduga disebabkan oleh meningkatnya
penggunaan makanan berserat dalam menu sehari-hari. Apendisitis
dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu
tahun jarang dilaporkan. Insidens tertinggi pada umur 20-30 tahun,
setelah itu menurun. Insidens pada laki-laki dan perempuan umumnya
sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun, insidens laki-laki lebih
tinggi.
3. Etiologi
Etiologi apendisitis akut merupakan infeksi bakteri. Berbagai hal
berperan sebagai faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks
merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor pencetus di samping
hyperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks dan cacing askaris
dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat
menimbulkan apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit
seperti Entamoeba histolytica.
Penelitian epidemiologi menunjukan peran kebiasaan makan
makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya
apendisitis. Konstipasi akan menaikan tekanan intrasekal, yang
berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya
pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan
mempermudah timbulnya apendisitis akut.
Berikut adalah organsme yang dapat menyebabkan akut
appendiksitis,
11
4. Patologi
Patologi apendisitis dapat mulai di mukosa dan kemudian
melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48 jam
pertama. Usaha pertahanan tubuh adalah membatasi proses radang
dengan menutup apendiks dengan omentum, usus halus, atau adneksa
sehingga terbentuk masa periapendikuler yang secara salah dikenal
dengan istilah infiltrate apendiks. Di dalamnya dapat terjadi nekrosis
jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Jika tidak
terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa periapendikuler
akan menjadi tenang untuk selanjutnya akan mengurai diri saecara
lambat.
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna,
tetapi akan berbentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan
dengan jaringan di sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan
keluhan berulang di perut kanan bawah. Pada suatu ketika organ ini
dapat meradang akut lagi dan dinyatakan sebagai eksaserbasi akut.
5. Patofisiologi
Apendisitis disebabkan mula-mula oleh sumbatan lumen.
Obstruksi lumen apendiks disebabkan oleh penyempitan lumen
akibat hiperplasia jaringan limfoid submukosa. Feses yang
terperangkap dalam lumen apendiks mengalami penyerapan air dan
terbentuklah fekalit yang akhirnya sebagai kausa sumbatan.
12
Sumbatan lumen apendiks menyebabkan keluhan sakit di sekitar
umbilikus dan epigastrium, nausea dan muntah.
Proses selanjutnya ialah invasi kuman E.coli dan spesibakteroides
dari lumen ke lapisan mukosa, submukosa, lapisan muskularis dan
akhirnya ke peritoneum parietalis sehingga terjadilah peritonitis
lokal kanan bawah. Suhu tubuh mulai naik.
Gangren dinding apendiks disebabkan oleh oklusi pembuluh darah
dinding apendiks akibat distensi lumen apendiks. Bila tekanan
intralumen terus meningkat terjadi perforasi dengan ditandai
kenaikan suhu tubuh menigkat dan menetap tinggi.
Tahapan peradangan apendisitis:
Apendisitis akuta (sederhana, artinya tanpa perforasi)
Apendisitis akuta perforata (termasuk apendisitis gangrenosa,
karena gangren dinding apendiks sebenarnnya sudah terjadi
mikroperforasi).
6. Gambaran klinis
Apendisitis akut memiliki gejala khas yang didasari oleh radang
mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai
maupun tidak disertai rangsang peritoneum lokal. Gejala klasik
apendisitis ialah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri
viseral di daerah epigastrium di sekitar umbilikus. Keluhan ini sering
disertai mual dan kadang ada muntah. Umumnya nafsu makan
menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah
ke titik McBurney. Di sini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas
letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat. Kadang tidak
ada nyeri epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita
merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan itu dianggap berbahaya
karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. Bila terdapat
perangsangan peritoneum, biasanya pasien mengeluh sakit perut bila
berjalan atau batuk.
Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, karena letaknya
terlindung oleh sekum, tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu
13
jelas dan tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih ke
arah sisi perut kanan atau nyeri timbul pada saat berjalan atau
kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal.
Apendiks yang terletak di rongga pelvis, bila meradang, dapat
menimbulkan gejala dan tanda rangsangan sigmoid atau rektum
sehingga peristalsis meningkat, pengosongan rektum akan menjadi
lebih cepat dan berulang-ulang. Jika apendiks tadi menempel ke
kandung kemih, dapat terjadi peningkatan frekuensi kencing, karena
rangsangan dindingnya.
Gejala apendisitis akut pada anak tidak spesifik. Gejala awalnya
hanya sering rewel dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa
melukiskan rasa nyerinya. Dalam beberapa jam kemudian akan timbul
muntah-muntah dan anak menjadi lemah dan letargi. Karena gejala
yang tidak khas tadi, sering apendisitis diketahui setelah perforasi.
Pada bayi 80-90% apendisitis baru diketahui setelah terjadi perforasi.
Pada beberapa keadaan, apendisitis agak sulit didiagnosis sehingga
tidak ditangani pada waktunya dan terjadi komplikasi. Misalnya pada
orang berusia lanjut yang gejalanya sering samar-samar saja sehingga
lebih dari separuh penderita baru dapat didiagnosis setelah perforasi.
Pada kehamilan, keluhan utama apendisitis adalah nyeri perut,
mual, dan muntah. Yang perlu diperhatikan ialah, pada kehamilan
trimester pertama sering juga terjadi mual dan muntah. Pada
kehamilan lanjut, sekum dan apendiks terdorong ke kraniolateral
sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih ke
region lumbal kanan.
Kemungkinan Appendisitis dapat dipastikan dengan menggunakan
skala Alvarado.Sistem skoring ini dibuat untuk membantu penegakkan
diagnose Appendisitis. Pada tabel terdapat indikator spesifik untuk
mengidentifikasi.Pasien dengan skor 9 atau 10 hampir pasti
Appendisitis.Pasien dengan skor 7 atau 8 kemungkinan Appendisitis.
Pasien dengan skor 5 atau 6 belum pasti Appendisitis tetapi
diobservasi lagi, apabila gejala menurun, sudah pasti bukan
14
Appendisitis, jika gejala meningkat, kemungkinan Appendisitis. Pasien
dengan skr 0-4 bukan Appendisitis tetapi tidak menutup kemungkinan
bahwa itu adalah Appendisitis.
Pemeriksaan pada appendiksitis
Rovsing’s sign Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan pada kuadran kiri bawah dan timbul nyeri pada sisi kanan.
Psoas sign atau Obraztsova’s sign
Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian dilakukan ekstensi dari panggul kanan. Positif jika timbul nyeri pada kanan bawah.
Obturator sign Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan dilakukan rotasi internal pada panggul. Positif jika timbul nyeri pada hipogastrium atau vagina.
Dunphy’s sign Pertambahan nyeri pada tertis kanan bawah dengan batuk
Ten Horn sign Nyeri yang timbul saat dilakukan traksi lembut pada korda spermatic kanan
Kocher (Kosher)’s sign
Nyeri pada awalnya pada daerah epigastrium atau sekitar pusat, kemudian berpindah ke kuadran kanan bawah.
Sitkovskiy sign Nyeri yang semakin bertambah pada perut kuadran kanan bawah saat pasien dibaringkan pada sisi kiri
Bartomier-Michelson’s sign
Nyeri yang semakin bertambah pada kuadran kanan bawah pada pasien dibaringkan pada sisi kiri dibandingkan dengan posisi terlentang
Aure-Rozanova’s sign
Bertambahnya nyeri dengan jari pada petit trianglekanan (akan positif Shchetkin-Bloomberg’s sign)
Blumberg sign Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada kuadran
15
kanan bawah kemudian dilepaskan tiba-tiba
7. Diagnosa
Anamnesis dan pemeriksaan fisik harus diarahkan untuk
mendiagnosis apendisitis dan mengeklusi diagnosis altrenatif seperti
gastroenteritis viral, konstipasi, infeksi saluran kemih, sindrom
hemolitik-uremik, Henoch-Schönlein purpura, adenitis mensenterik,
osteomielitis pelvis, abses psoas, dan penyakit tuboovarian (kehamilan
ektopik, kista ovarium, Pelvic inflamator disease, ovarian torsion.
Pemeriksaan fisik harus dimulai dengan inspeksi yang meliputi
ekspresi pasien dan keadaan abdomen. Pada auskultasi bising usus
normal atau meningkat pada awal apendisitis, dan bising melemah jika
terjadi perforasi.
Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar °C. bila suhu lebih
tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu
aksilar dan rectal sampai 1°C. Pada inspeksi perut tidak ditemukan
gambaran spesifik. Kembung sering terlihat pada penderita dengan
komplikasi perforasi. Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada
masa atau abses periapendikuler.
Pada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada regio iliaka
kanan, bisa disertai nyeri lepas. Defans muskuler menunjukkan adanya
rangsangan peritoneum parietale. Nyeri tekan perut kanan bawah ini
merupakan kunci diagnosis. Pada penekanan perut kiri bawah akan
dirasakan nyeri di perut kanan bawah yang disebut tanda Rovsing.
Pada apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam
untuk menentukan adnaya rasa nyeri.
Karena terjadi pergeseran sekum ke kraniolaterodorsal oleh uterus,
keluhan nyeri pada apendisitis sewaktu : hamil trimester II dan III akan
bergeser kekanan sampai ke pinggang kanan. Tanda pada kehamilan
trimester I tidak berbeda dengan pada orang tidak hamil karena itu
perlu dibedakan apakah keluhan nyeri berasal dari uterus atau
apendiks. Bila penderita miring ke kiri, nyeri akan berpindah sesuai
dengan pergeseran uterus, terbukti proses bukan berasal dari apendiks.
16
Peristalsis colok dubur menyebabkan nyeri bila daerah infeksi bisa
dicapai dengan jari telunjuk, misalnya pada apendisitis pelvika.
Pemeriksaan laboratorium pada pasien yang dicurigai apendisitis
biasanya meliputi hitung jenis sel darah lengkap dan urinalisis. Peran
utama pemeriksaan laboratorium ini adalah untuk mengekslusi
diagnosis alternatif seperti infeksi saluran kemih, sindrim hemolitik-
uremik, Henoch-Schönlein purpura. Leukositosis moderat biasanya
sering terjadi pada pasien (75%) dengan apendisitis dengan jumlah
leukosit bekisar antara 10.000 – 18.000 sel /mL dengan pergeseran ke
kiri dan didominasi oleh sel polimorfonuklear. Sekalipun demikian,
tidak adanya leukositosis tidak menutup kemungkinan terhadap
apendisitis akut. Pada urinalisis terdapat peningkatan berat jenis urin,
terkadang ditemukan hematuria, piuria, dan albuminuria. Obat-obatan
seperti antibiotik dan steroid dapat mempengaruhi hasil laboratorium.
Pada pemeriksaan radiologi, foto polos perut dapat memperlihatkan
adanya fekalit. Ultrasonografi (USG) cukup membantu dalam
penegakkan diagnosis apendisitis (71 – 97 %), terutama untuk wanita
hamil dan anak-anak. Tingkat keakuratan yang paling tinggi adalah
dengan pemeriksaan CT scan (93 – 98 %). Dengan CT scan dapat
terlihat jelas gambaran apendiks. Pada apendisitis pelvika tanda perut
sering meragukan maka kunci diagnosis adalah nyeri terbatas sewaktu
dilakukan colok dubur. Pemeriksaan psoas dan uji obturator
merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak
apendiks. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat
hiperekstensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul
kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila apendiks yang meradang
menempel di m. psoas, tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Uji
obturator digunakan untuk melihat apakah apendiks yang meradang
kontak dengan m. obturator internus yang merupakan dinding panggul
pada posisi terlentang akan meimbulkan nyeri pada apendisitis pelvika.
Pemeriksaan Radiologi
17
Foto polos abdomen dilakukan apabila dari hasil pemeriksaan riwayat
sakit dan pemeriksaan fisik meragukan. Tanda-tanda peritonitis kuadran
kanan bawah. Gambaran perselubungan, mungkin terlihat “ileal ataupun
caecal ileus” (gambaran garis permukaan cairan-udara di sekum atau
ileum). Patognomonik bila terlihat gambaran fekilit.
Foto polos pada apendisitis perforasi:
o Gambaran perselubungan lebih jelas dan dapat terbatas di
kuadran kanan bawah
o Penebalan dinding usus di sekitar letak apendiks, seperti sekum
dan ileum.
o Garis lemak pra peritoneal menghilang;
o Skoliosis ke kanan;
o Tanda-tanda obstruksi usus seperti garis-garis permukaan cairan
akibat paralisis usus-usus lokal di daerah infeksi.
Gambaran tersebut di atas seperti gambaran pertonitis pada umumnya,
artinya dapat disebabkan oleh bermacam-macam kausa. Apabila foto
terlihat gambaran fekalit maka gambaran seperti tersebut di atas
patognomonik akibat apendisitis.
Laboratorium
Pemeriksaan darah: lekosist ringan umumnya pada apendisitis
sederhana. range dari 10.000-18.000/mm3 umumnya pada apendisitis
perforasi. Tidak adanya lekositosis tidak menyingkirkan apendisitis.
Hitung jenis: terdapat pergeseran ke kiri. Pemeriksaan urin: sedimen dapat
normal atau terdapat lekosit dan eritrosit > normal bila apendiks yang
meradang menempel pada ureter atau vesika.
8. Diagnosis Banding
Pada keadaan tertentu, beberapa penyakit perlu dipertimbangkan
sebagai diagnosis banding.
a. Gastroenteritis.
Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahului rasa
sakit. Sakit perut lebih ringan dan tidak berbatas tegas.
18
Hiperperistaltik sering ditemukan. Panas dan leukositosis kurang
menonjol dibandingkan apendisitis akut.
b. Demam Dengue
Demam dengue dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis.
Di sini didapatkan hasil tes positif untuk Rumpel Leede,
trombositopenia, dan hematokrit yang meningkat.
c. Limpadenitis Mesenterika
Biasanya didahului oleh enteritis atau gastroenteritis yang ditandai
dengan nyeri perut, terutama kanan disertai dengan perasaan mual,
nyeri tekan perut samar, terutama kanan.
d. Kelainan ovulasi
Folikel ovarium yang pecah (ovulasi) mungkin memberikan nyeri
perut kanan bawah pada pertengahan siklus menstruasi. Pada
anamnesis, nyeri yang sama pernah timbul terlebih dahulu. Tidak
ada tanda radang, dan nyeri biasa hilang dalam waktu 24 jam,
tetapi mungkin dapat mengganggu selama dua hari.
e. Infeksi panggul
Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut.
Suhu biasanya lebih tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut
bagian bawah perut lebih difus. Infeksi panggul pada wanita
biasanya disertai keputihan dan infeksi urin. Pada colok vagina,
akan timbul nyeri hebat di panggul jika uterus dilayunkan. Pada
gadis dapat dilakukan colok dubur jika perlu untuk diagnosis
banding.
f. Kehamilan diluar kandungan
Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang
tidak menentu. Jika ada ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar
rahim dengan perdarahan, akan timbul nyeri yang mendadak difus
di daerah pelvis dan mungkin terjadi syok hipovolemik. Pada
pemeriksaan vaginal didapatkan nyeri dan penonjolan rongga
Douglas dan pada kuldosentsis didapatkan darah.
g. Kista ovarium terpuntir
19
Timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan teraba
massa dalam rongga pelvis pada pemeriksaan perut, colok vaginal,
ultrasonografi dapat menentukan diagnosis.
h. Endometriosis eksterna
Endometriosis di luar rahim akan memberikan keluhan nyeri di
tempat endometriosis berada, dan darah menstruasi terkumpul di
tempat itu karena tidak ada jalan keluar.
i. Urolitiasis pielum/ureter kanan
Batu ureter atau batu ginjal kanan. Adanya riwayat kolik dari
pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan merupakan
gambaran yang khas. Eritrosituria sering ditemukan. Foto polos
perut atau urografi intravena dapt memastikan penyakit tersebut.
Pielonefritis sering disertai dengan demam tinggi, menggigil, nyeri
kostovertebral di sebelah kanan dan piura.
Penyakit saluran cerna lainnya. Penyakit lain yang perlu dipikirkan
adalah peradangan di perut, seperti divertikulitis Meckel, perforasi
tukak duodenum atau lambung, kolesistitis akut, pankreatitis,
divertikulitis kolon, obstruksi usus awal, perforasi kolon, demam
tifoid abdominalis, karsinoid, dan mukokel apendiks.
9. Terapi
1. Apendisitis perforasi
Persiapan prabedah: pemasangan sonde lambung dan tindakan
dekompresi. Rehidrasi. Penurunan suhu tubuh. Antibiotika dengan
spektrum luas, dosis cukup, diberikan secara intravena.
2. Apendisitis dengan penyulit peritonitis umum
Umumnya pasien dalam kondisi buruk. Tampak septik dan dalam
kondisi hipovolemi serta hipertensi. Hipovolemi diakibatkan oleh
puasa lama, muntah dan pemusatan cairan di daerah proses radang,
seperti udem organ intraperitoneal, dinding abdomen dan
pengumpulan cairan dalam rongga usus dan rongga peritoneal.
Persiapan prabedah:
- Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi
20
- Pemasangan kateter untuk kontrol produksi urin
- Rehidrasi
- Antibiotika dengan spektrum luas, dosis tinggi dan
diberikan secara intravena
- Obat-obat penurun panas, phenergen sebagai anti
menggigil, largaktil untuk membuka pembuluh-pembuluh
darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
E-book. Brunicardi, F. Charles. Schwartz’s Principles of Surgery, ninth edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. United States of America. 2010 Chapter 30
21
J.Zinner Michael, Stanley W Asshley. Abdominal Operations. 11st Edison.Skandalakis JE, Colborn GL, Weidman TA, et al. Editors. Skandalakis’ Surgical
Anatomy. USA: McGrawHill. 2004Russell RCG, Williams NS, Bulstrode CJK. Editors. Bailey and Love’s Short
Practice of Surgery. 24th Ed. London: Arnold. 2004.
22