32
BAB I STATUS PASIEN A. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. Dedi Umur : 28 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Alamat : Kuningan Pekerjaan : Petugas kebersihan Tgl MRS : 07 November 2013 Dirawat : Ruang Bedah III B. ANAMNESA Autoanamnesa Keluhan Utama Nyeri perut kanan bawah Riwayat Penyakit Sekarang Nyeri perut kanan bawah sejak 7 hari SMRS, Os datang ke poli dengan keluhan nyeri perut kanan bawah, nyeri seperti ditusuk nyeri dirasa terus menerus. Nyeri perut menetap diperut kanan bawah, di bagian perut lain terasa nyeri tetapi tidak senyeri di perut kanan bawah, nyeri dirasakan bertambah berat bila bergerak dan berkurang bila berbaring, perut sebelah kiri terasa tegang, os mengaku seebelumnya os demam, demam 1

Appendicitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

app

Citation preview

Page 1: Appendicitis

BAB I

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. Dedi

Umur : 28 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Kuningan

Pekerjaan : Petugas kebersihan

Tgl MRS : 07 November 2013

Dirawat : Ruang Bedah III

B. ANAMNESA

Autoanamnesa

Keluhan Utama

Nyeri perut kanan bawah

Riwayat Penyakit Sekarang

Nyeri perut kanan bawah sejak 7 hari SMRS, Os datang ke poli dengan

keluhan nyeri perut kanan bawah, nyeri seperti ditusuk nyeri dirasa terus

menerus. Nyeri perut menetap diperut kanan bawah, di bagian perut lain terasa

nyeri tetapi tidak senyeri di perut kanan bawah, nyeri dirasakan bertambah

berat bila bergerak dan berkurang bila berbaring, perut sebelah kiri terasa

tegang, os mengaku seebelumnya os demam, demam dirasa bersamaan dengan

nyeri, kembung (-), mual (+), muntah (-) nafsu makan menurun, sudah tiga hari

belum buang air besar, sebelum BAB tidak bisa Os mengaku BAB susah

keluar, buang air kecil normal, riwayat kencing pasir/batu (-), riwayat kencing

keruh (-), kentut (+), os mengaku jarang makan sayur.

Riwayat Penyakit Dahulu

Os pernah mengalami hal seperti ini 3 bulan yang lalu, namun Os tidak

berobat, dan nyeri menghilang setelah 3 hari.

1

Page 2: Appendicitis

Riwayat Penyakit Keluarga

Dikeluarga Os tidak ada yang menderita hal seperti ini.

Riwayat Pengobatan

Os belum berobat untuk penyakit ini.

Riwayat Alergi

Os tidak tahu ada alergi terhadap obat atau tidak.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Vital Sign

TD : 110/70 mmHg

HR : 86x/menit

RR : 22x/menit

Suhu : 37o C

Status Generalis

Kepala : Normochepal

Mata :

Konjungtiva : anemis -/-

Sklera : ikterik -/-

Thorax :

Paru-paru

Inspeksi : pergerakan dada simetris, tidak ada luka bekas operasi

Palpasi : tidak ada pergerakan dada yang tertinggal, nyeri tekan (-),

vokal fremitus sama simetris dekstra sinistra.

Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru

Auskultasi : vesikular (+/+) normal, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-),

stridor (-/-)

Abdomen : (status lokalis)

Ekstremitas atas : akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)

2

Page 3: Appendicitis

Ekstremitas bawah : akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)

Status Lokalis

At regio abdomen

Inspeksi : asites (-), luka bekas operasi (-)

Auskultasi : Bising usus (+)

Palpasi : defans muskuler (-), nyeri tekan diepigastrium (-),

nyeri tekan perut kanan bawah (+), tidak teraba massa , rovsing sign (-),

psoas sign (+), obturator sign (+), Blumberg sign (+), nyeri ketok CVA

(-)

Perkusi : Timpani seluruh kuadran abdomen

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hematologi Rutin

Darah rutin Hasil

Hb 14,3 g/dl

Leukosit 11.200/mm3

Ht 39,2 %

Trombosit 264.000/mm3

GDS 84 mg/dl

SGOT 17 U/I

SGPT 13 U/I

Ureum 35 mg/dl

Kreatinin 0,67 mg/dl

3

Page 4: Appendicitis

Pemeriksaan USG

Expertise : - Pada Scan abdomen kanan bawah tak tampak struktur hipooekhoik

menyerupai tubuler buntu tanpa peristaltik. Tak tampak infiltrat/koleksi cairan.

Kesan : Appendix tak tervisualisasi, letak retrocaecal perlu dipertimbangkan

4

Page 5: Appendicitis

RESUME

Nyeri perut kanan bawah sejak 7 hari SMRS, Os datang ke poli dengan

keluhan nyeri perut kanan bawah, nyeri seperti ditusuk nyeri dirasa terus

menerus. Nyeri perut menetap diperut kanan bawah, di bagian perut lain terasa

nyeri tetapi tidak senyeri di perut kanan bawah, nyeri dirasakan bertambah

berat bila bergerak dan berkurang bila berbaring, perut sebelah kiri terasa

tegang, os mengaku seebelumnya os demam, demam dirasa bersamaan dengan

nyeri, kembung (-), nausea (+), vomiting (-), anorexia, sudah tiga hari belum

buang air besar, sebelum BAB tidak bisa Os mengaku BAB susah keluar,

buang air kecil normal, riwayat kencing pasir/batu (-), riwayat kencing keruh

(-), flatus (+), os mengaku jarang makan sayur. Tanda-tanda vital Tekanan

darah 110/70 mmHg, nadi 86x/menit, pernafasan 22x/menit dan suhu 37o C.

Pada pemeriksaan abdomen di dapatkan, Abdomen tampak cembung,

auskultasi bising usus (+) menurun, Palpasi Defans muskuler (-), nyeri tekan di

epigastrium (-), nyeri tekan perut kanan bawah (+), rovsing sign (+), psoas sign

(+), obturator sign (+), Perkusi Timpani seluruh kuadran abdomen. Pada

pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 11.200 ribu, pada pemeriksaan

USG tidak tampak struktur hipoekhoik menerupai tubuler buntu.

Bedasarkan keluhan utama pasien dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang kemungkinan penyakit dengan keluhan nyeri perut

kanan bawah adalah :

Appendisitis akut

Divertikulitis

Gastroenteritis

Ureterolithiasis/nephrolithiasis

Kemungkinan diagnosis yang disingkirkan :

Appendisitis kronik

Divertikullitis

Gastroenteritis

Ureterolithiasis/nephrolithiasis

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat dibuat Assesment :

5

Page 6: Appendicitis

Appendisitis Akut

BAB II

6

Page 7: Appendicitis

TINJAUAN PUSTAKA

A. Apendiks Vermiformis

1. Anatomi

Apendiks vermiformis pada manusia merupakan struktur tubular

yang rudimenter dan tanpa fungsi yang jelas. Apendiks berkembang dari

posteromedial sekum dengan panjang bervariasi dengan rata-rata antara 6-

10 cm dan diameter sekitar 0,5-0,8 cm. Posisi apendiks dalam rongga

abdomen juga bervariasi, tersering berada posterior dari sekum atau kolon

asendens. Hampir seluruh permukaan apendiks dikelilingi oleh

peritoneum, dan mesoapendiks (mesenter dari apendiks) yang merupakan

lipatan peritoneum berjalan kontinu disepanjang apendiks dan berakhir di

ujung apendiks.

Apendiks terletak retroperitoneal, yaitu di belakang sekum, di

belakang kolon asendens, atau di tepi lateral kolon asendens. Gejala klinis

apendisitis ditentukan oleh letak apendiks.

Vaskularisasi dari apendiks berjalan sepanjang mesoapendiks

kecuali di ujung dari apendiks dimana tidak terdapat mesoapendiks. Arteri

apendikular, derivat cabang inferior dari arteri iliocoli yang merupakan

cabang trunkus mesenteric superior. Selain arteri apendikular yang

memperdarahi hampir seluruh apendiks, juga terdapat kontribusi dari arteri

asesorius. Untuk aliran balik, vena apendiseal cabang dari vena ileocoli

berjalan ke vena mesenteric superior dan kemudian masuk ke sirkulasi

7

Page 8: Appendicitis

portal. Drainase limfatik berjalan ke nodus limfe regional seperti nodus

limfatik ileocoli. Persarafan apendiks merupakan cabang dari nervus vagus

dan pleksus mesenteric superior.

Permukaan eksternal apendiks tampak halus dan berwarna merah

kecoklatan hingga kelabu. Permukaan dalam atau mukosa secara umum

sama seperti mukosa kolon, berwarna kuning muda dengan gambaran

nodular, dan komponen limfoid yang prominen. Komponen folikel limfoid

ini mengakibatkan lumen dari apendiks seringkali berbentuk irregular

(stellata) pada potongan melintang dengan diameter 1-3 cm.

2. Perkembangan Embriologi

Apendiks vermiformis berasal dari struktur primordial yakni

divertikulum sekal yang muncul pada janin berusia 6 minggu. Bagian

proksimal dari divertikulum ini membentuk sekum sedangkan bagian

distal atau apeks terus memanjang membentuk apendiks. Pada anak-anak

peralihan antara sekum dan apendiks tidak sejelas pada orang dewasa, dan

apendiks tampak disebelah inferior dari sekum, berbeda pada orang

dewasa dimana peralihan lebih jelas dan apendiks berada disisi

posteromedial dari sekum. Perkembangan embriologis yang abnormal

dapat mengakibatkan agenesis, hipoplasia, duplifikasi atau bahkan

triplikasi dari apendiks. Duplifikasi dari apendiks sering diasosiasikan

dengan anomali kongenital lain yang mengancam jiwa.

8

Page 9: Appendicitis

Letak apendiks

1. Preileal

2. Postileal

3. Promontoric

4. Pelvic

5. Subcecal

6. Paracolic or prececal

3. Histologi

Komposisi histologi dari apendiks serupa dengan usus besar , terdiri dari

empat lapisan yakni mukosa, submukosa, muskularis eksterna/propria (otot

longitudinal dan sirkuler), dan serosa. Mukosa apendiks terdiri dari selapis epitel

di permukaan. Pada epitel ini terdapat sel-sel absorbtif, sel-sel goblet, sel-sel

neuro endokrin, dan beberapa sel paneth. Lamina propia dari mukosa adalah

lapisan seluler dengan banyak komponen sel-sel migratory, dan agregasi limfoid.

Berbeda dengan di usus besar dimana limfoid folikel tersebar, pada apendiks

folikel limfoid ini sangat banyak dijumpai terutama pada apendiks individu

berusia muda. Seringkali, folikel limfoid ini mengubah kontur lumen dari

apendiks. Lapisan terluar dari mukosa adalah muskularis mukosa, yang

merupakan lapisan fibromuskuler yang kurang berkembang pada apendiks.

Lapisan submukosa memisahkan mukosa dengan muskularis eksterna.

Lapisan ini tersusun longgar oleh jaringan serat kolagen dan elastin, serta

fibroblast. Lapisan submukosa juga dapat mengandung sel-sel migratori seperti

9

Page 10: Appendicitis

makrofag, sel-sel limfoid, sel-sel plasma serta sel mast. Pembuluh darah dan limfe

merupakan komponen yang dominan pada lapisan ini. Pembuluh limfatik terdapat

jelas di bawah dasar dari folikel limfoid. Di lapisan ini juga terdapat struktur

neural berupa pleksus Meissner. Pleksus saraf in terdiri dari ganglia, sel-sel

ganglion, kumpulan neuron dengan prosesusnya, dan sel Schwann yang saling

berinterkoneksi membentuk jaringan saraf di lapisan submukosa.

Lapisan otot polos yang tebal berada diantara submukosa dan serosa ,

merupakan lapisan muskularis eksterna dari apendiks. Lapisan ini terpisah

menjadi 2 bagian, yakni lapisan sirkular di dalam dan lapisan longitudinal di

sebelah luar. Pada lapisan ini sering terlihat degenerasi granular sitoplasmik

eosinofilik terutama pada lapisan sirkular. Di antara dua lapisan otot ini terdapat

pleksus mienterik atau pleksus Auerbach, yang serupa secara morfologi dan

fungsi dengan pleksus Meissner di lapisan submukosa. Sebagai tambahan,

pembuluh limfatik dan pembuluh darah juga terdapat pada lapisan ini.

Lapisan terluar dari apendiks adalah lapisan serosa, diantara lapisan serosa

dan muskularis eksterna terdapat region subserosal, yang terdiri dari jaringan

penyambung longgar, pembuluh darah, limfe dan saraf. Lapisan serosa sendiri

merupakan selapis sel-sel mesotelial kuboidal, yang terdapat pada lapisan tipis

jaringan fibrosa.

4. Fisiologi

Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya

dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran

lendir I muara apendiks tampaknya berperan pada patogenesis apendisitis.

Imunoglobulin sekretoar dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid

tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah igA.

Imunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun

demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh karena

jumlah jaringan limf di sini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di

saluran cerna dan di seluruh tubuh.

B. Appendisitis

1. Definisi

10

Page 11: Appendicitis

Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks

vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling

sering. Apendiks disebut juga umbai cacing.

2. Epidemiologi

Insiden apendisitis akut di Negara maju lebih tinggi daripada di

Negara berkembang. Namun, dalam tiga-empat dasawarsa terakhir

kejadiannya menurun, diduga disebabkan oleh meningkatnya

penggunaan makanan berserat dalam menu sehari-hari. Apendisitis

dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu

tahun jarang dilaporkan. Insidens tertinggi pada umur 20-30 tahun,

setelah itu menurun. Insidens pada laki-laki dan perempuan umumnya

sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun, insidens laki-laki lebih

tinggi.

3. Etiologi

Etiologi apendisitis akut merupakan infeksi bakteri. Berbagai hal

berperan sebagai faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks

merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor pencetus di samping

hyperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks dan cacing askaris

dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat

menimbulkan apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit

seperti Entamoeba histolytica.

Penelitian epidemiologi menunjukan peran kebiasaan makan

makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya

apendisitis. Konstipasi akan menaikan tekanan intrasekal, yang

berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya

pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan

mempermudah timbulnya apendisitis akut.

Berikut adalah organsme yang dapat menyebabkan akut

appendiksitis,

11

Page 12: Appendicitis

4. Patologi

Patologi apendisitis dapat mulai di mukosa dan kemudian

melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48 jam

pertama. Usaha pertahanan tubuh adalah membatasi proses radang

dengan menutup apendiks dengan omentum, usus halus, atau adneksa

sehingga terbentuk masa periapendikuler yang secara salah dikenal

dengan istilah infiltrate apendiks. Di dalamnya dapat terjadi nekrosis

jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Jika tidak

terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa periapendikuler

akan menjadi tenang untuk selanjutnya akan mengurai diri saecara

lambat.

Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna,

tetapi akan berbentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan

dengan jaringan di sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan

keluhan berulang di perut kanan bawah. Pada suatu ketika organ ini

dapat meradang akut lagi dan dinyatakan sebagai eksaserbasi akut.

5. Patofisiologi

Apendisitis disebabkan mula-mula oleh sumbatan lumen.

Obstruksi lumen apendiks disebabkan oleh penyempitan lumen

akibat hiperplasia jaringan limfoid submukosa. Feses yang

terperangkap dalam lumen apendiks mengalami penyerapan air dan

terbentuklah fekalit yang akhirnya sebagai kausa sumbatan.

12

Page 13: Appendicitis

Sumbatan lumen apendiks menyebabkan keluhan sakit di sekitar

umbilikus dan epigastrium, nausea dan muntah.

Proses selanjutnya ialah invasi kuman E.coli dan spesibakteroides

dari lumen ke lapisan mukosa, submukosa, lapisan muskularis dan

akhirnya ke peritoneum parietalis sehingga terjadilah peritonitis

lokal kanan bawah. Suhu tubuh mulai naik.

Gangren dinding apendiks disebabkan oleh oklusi pembuluh darah

dinding apendiks akibat distensi lumen apendiks. Bila tekanan

intralumen terus meningkat terjadi perforasi dengan ditandai

kenaikan suhu tubuh menigkat dan menetap tinggi.

Tahapan peradangan apendisitis:

Apendisitis akuta (sederhana, artinya tanpa perforasi)

Apendisitis akuta perforata (termasuk apendisitis gangrenosa,

karena gangren dinding apendiks sebenarnnya sudah terjadi

mikroperforasi).

6. Gambaran klinis

Apendisitis akut memiliki gejala khas yang didasari oleh radang

mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai

maupun tidak disertai rangsang peritoneum lokal. Gejala klasik

apendisitis ialah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri

viseral di daerah epigastrium di sekitar umbilikus. Keluhan ini sering

disertai mual dan kadang ada muntah. Umumnya nafsu makan

menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah

ke titik McBurney. Di sini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas

letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat. Kadang tidak

ada nyeri epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita

merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan itu dianggap berbahaya

karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. Bila terdapat

perangsangan peritoneum, biasanya pasien mengeluh sakit perut bila

berjalan atau batuk.

Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, karena letaknya

terlindung oleh sekum, tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu

13

Page 14: Appendicitis

jelas dan tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih ke

arah sisi perut kanan atau nyeri timbul pada saat berjalan atau

kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal.

Apendiks yang terletak di rongga pelvis, bila meradang, dapat

menimbulkan gejala dan tanda rangsangan sigmoid atau rektum

sehingga peristalsis meningkat, pengosongan rektum akan menjadi

lebih cepat dan berulang-ulang. Jika apendiks tadi menempel ke

kandung kemih, dapat terjadi peningkatan frekuensi kencing, karena

rangsangan dindingnya.

Gejala apendisitis akut pada anak tidak spesifik. Gejala awalnya

hanya sering rewel dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa

melukiskan rasa nyerinya. Dalam beberapa jam kemudian akan timbul

muntah-muntah dan anak menjadi lemah dan letargi. Karena gejala

yang tidak khas tadi, sering apendisitis diketahui setelah perforasi.

Pada bayi 80-90% apendisitis baru diketahui setelah terjadi perforasi.

Pada beberapa keadaan, apendisitis agak sulit didiagnosis sehingga

tidak ditangani pada waktunya dan terjadi komplikasi. Misalnya pada

orang berusia lanjut yang gejalanya sering samar-samar saja sehingga

lebih dari separuh penderita baru dapat didiagnosis setelah perforasi.

Pada kehamilan, keluhan utama apendisitis adalah nyeri perut,

mual, dan muntah. Yang perlu diperhatikan ialah, pada kehamilan

trimester pertama sering juga terjadi mual dan muntah. Pada

kehamilan lanjut, sekum dan apendiks terdorong ke kraniolateral

sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih ke

region lumbal kanan.

Kemungkinan Appendisitis dapat dipastikan dengan menggunakan

skala Alvarado.Sistem skoring ini dibuat untuk membantu penegakkan

diagnose Appendisitis. Pada tabel terdapat indikator spesifik untuk

mengidentifikasi.Pasien dengan skor 9 atau 10 hampir pasti

Appendisitis.Pasien dengan skor 7 atau 8 kemungkinan Appendisitis.

Pasien dengan skor 5 atau 6 belum pasti Appendisitis tetapi

diobservasi lagi, apabila gejala menurun, sudah pasti bukan

14

Page 15: Appendicitis

Appendisitis, jika gejala meningkat, kemungkinan Appendisitis. Pasien

dengan skr 0-4 bukan Appendisitis tetapi tidak menutup kemungkinan

bahwa itu adalah Appendisitis.

Pemeriksaan pada appendiksitis

Rovsing’s sign Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan pada kuadran kiri bawah dan timbul nyeri pada sisi kanan.

Psoas sign atau Obraztsova’s sign

Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian dilakukan ekstensi dari panggul kanan. Positif jika timbul nyeri pada kanan bawah.

Obturator sign Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan dilakukan rotasi internal pada panggul. Positif jika timbul nyeri pada hipogastrium atau vagina.

Dunphy’s sign Pertambahan nyeri pada tertis kanan bawah dengan batuk

Ten Horn sign Nyeri yang timbul saat dilakukan traksi lembut pada korda spermatic kanan

Kocher (Kosher)’s sign

Nyeri pada awalnya pada daerah epigastrium atau sekitar pusat, kemudian berpindah ke kuadran kanan bawah.

Sitkovskiy sign Nyeri yang semakin bertambah pada perut kuadran kanan bawah saat pasien dibaringkan pada sisi kiri

Bartomier-Michelson’s sign

Nyeri yang semakin bertambah pada kuadran kanan bawah pada pasien dibaringkan pada sisi kiri dibandingkan dengan posisi terlentang

Aure-Rozanova’s sign

Bertambahnya nyeri dengan jari pada petit trianglekanan (akan positif Shchetkin-Bloomberg’s sign)

Blumberg sign Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada kuadran

15

Page 16: Appendicitis

kanan bawah kemudian dilepaskan tiba-tiba

7. Diagnosa

Anamnesis dan pemeriksaan fisik harus diarahkan untuk

mendiagnosis apendisitis dan mengeklusi diagnosis altrenatif seperti

gastroenteritis viral, konstipasi, infeksi saluran kemih, sindrom

hemolitik-uremik, Henoch-Schönlein purpura, adenitis mensenterik,

osteomielitis pelvis, abses psoas, dan penyakit tuboovarian (kehamilan

ektopik, kista ovarium, Pelvic inflamator disease, ovarian torsion.

Pemeriksaan fisik harus dimulai dengan inspeksi yang meliputi

ekspresi pasien dan keadaan abdomen. Pada auskultasi bising usus

normal atau meningkat pada awal apendisitis, dan bising melemah jika

terjadi perforasi.

Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar °C. bila suhu lebih

tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu

aksilar dan rectal sampai 1°C. Pada inspeksi perut tidak ditemukan

gambaran spesifik. Kembung sering terlihat pada penderita dengan

komplikasi perforasi. Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada

masa atau abses periapendikuler.

Pada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada regio iliaka

kanan, bisa disertai nyeri lepas. Defans muskuler menunjukkan adanya

rangsangan peritoneum parietale. Nyeri tekan perut kanan bawah ini

merupakan kunci diagnosis. Pada penekanan perut kiri bawah akan

dirasakan nyeri di perut kanan bawah yang disebut tanda Rovsing.

Pada apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam

untuk menentukan adnaya rasa nyeri.

Karena terjadi pergeseran sekum ke kraniolaterodorsal oleh uterus,

keluhan nyeri pada apendisitis sewaktu : hamil trimester II dan III akan

bergeser kekanan sampai ke pinggang kanan. Tanda pada kehamilan

trimester I tidak berbeda dengan pada orang tidak hamil karena itu

perlu dibedakan apakah keluhan nyeri berasal dari uterus atau

apendiks. Bila penderita miring ke kiri, nyeri akan berpindah sesuai

dengan pergeseran uterus, terbukti proses bukan berasal dari apendiks.

16

Page 17: Appendicitis

Peristalsis colok dubur menyebabkan nyeri bila daerah infeksi bisa

dicapai dengan jari telunjuk, misalnya pada apendisitis pelvika.

Pemeriksaan laboratorium pada pasien yang dicurigai apendisitis

biasanya meliputi hitung jenis sel darah lengkap dan urinalisis. Peran

utama pemeriksaan laboratorium ini adalah untuk mengekslusi

diagnosis alternatif seperti infeksi saluran kemih, sindrim hemolitik-

uremik, Henoch-Schönlein purpura. Leukositosis moderat biasanya

sering terjadi pada pasien (75%) dengan apendisitis dengan jumlah

leukosit bekisar antara 10.000 – 18.000 sel /mL dengan pergeseran ke

kiri dan didominasi oleh sel polimorfonuklear. Sekalipun demikian,

tidak adanya leukositosis tidak menutup kemungkinan terhadap

apendisitis akut. Pada urinalisis terdapat peningkatan berat jenis urin,

terkadang ditemukan hematuria, piuria, dan albuminuria. Obat-obatan

seperti antibiotik dan steroid dapat mempengaruhi hasil laboratorium.

Pada pemeriksaan radiologi, foto polos perut dapat memperlihatkan

adanya fekalit. Ultrasonografi (USG) cukup membantu dalam

penegakkan diagnosis apendisitis (71 – 97 %), terutama untuk wanita

hamil dan anak-anak. Tingkat keakuratan yang paling tinggi adalah

dengan pemeriksaan CT scan (93 – 98 %). Dengan CT scan dapat

terlihat jelas gambaran apendiks. Pada apendisitis pelvika tanda perut

sering meragukan maka kunci diagnosis adalah nyeri terbatas sewaktu

dilakukan colok dubur. Pemeriksaan psoas dan uji obturator

merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak

apendiks. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat

hiperekstensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul

kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila apendiks yang meradang

menempel di m. psoas, tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Uji

obturator digunakan untuk melihat apakah apendiks yang meradang

kontak dengan m. obturator internus yang merupakan dinding panggul

pada posisi terlentang akan meimbulkan nyeri pada apendisitis pelvika.

Pemeriksaan Radiologi

17

Page 18: Appendicitis

Foto polos abdomen dilakukan apabila dari hasil pemeriksaan riwayat

sakit dan pemeriksaan fisik meragukan. Tanda-tanda peritonitis kuadran

kanan bawah. Gambaran perselubungan, mungkin terlihat “ileal ataupun

caecal ileus” (gambaran garis permukaan cairan-udara di sekum atau

ileum). Patognomonik bila terlihat gambaran fekilit.

Foto polos pada apendisitis perforasi:

o Gambaran perselubungan lebih jelas dan dapat terbatas di

kuadran kanan bawah

o Penebalan dinding usus di sekitar letak apendiks, seperti sekum

dan ileum.

o Garis lemak pra peritoneal menghilang;

o Skoliosis ke kanan;

o Tanda-tanda obstruksi usus seperti garis-garis permukaan cairan

akibat paralisis usus-usus lokal di daerah infeksi.

Gambaran tersebut di atas seperti gambaran pertonitis pada umumnya,

artinya dapat disebabkan oleh bermacam-macam kausa. Apabila foto

terlihat gambaran fekalit maka gambaran seperti tersebut di atas

patognomonik akibat apendisitis.

Laboratorium

Pemeriksaan darah: lekosist ringan umumnya pada apendisitis

sederhana. range dari 10.000-18.000/mm3 umumnya pada apendisitis

perforasi. Tidak adanya lekositosis tidak menyingkirkan apendisitis.

Hitung jenis: terdapat pergeseran ke kiri. Pemeriksaan urin: sedimen dapat

normal atau terdapat lekosit dan eritrosit > normal bila apendiks yang

meradang menempel pada ureter atau vesika.

8. Diagnosis Banding

Pada keadaan tertentu, beberapa penyakit perlu dipertimbangkan

sebagai diagnosis banding.

a. Gastroenteritis.

Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahului rasa

sakit. Sakit perut lebih ringan dan tidak berbatas tegas.

18

Page 19: Appendicitis

Hiperperistaltik sering ditemukan. Panas dan leukositosis kurang

menonjol dibandingkan apendisitis akut.

b. Demam Dengue

Demam dengue dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis.

Di sini didapatkan hasil tes positif untuk Rumpel Leede,

trombositopenia, dan hematokrit yang meningkat.

c. Limpadenitis Mesenterika

Biasanya didahului oleh enteritis atau gastroenteritis yang ditandai

dengan nyeri perut, terutama kanan disertai dengan perasaan mual,

nyeri tekan perut samar, terutama kanan.

d. Kelainan ovulasi

Folikel ovarium yang pecah (ovulasi) mungkin memberikan nyeri

perut kanan bawah pada pertengahan siklus menstruasi. Pada

anamnesis, nyeri yang sama pernah timbul terlebih dahulu. Tidak

ada tanda radang, dan nyeri biasa hilang dalam waktu 24 jam,

tetapi mungkin dapat mengganggu selama dua hari.

e. Infeksi panggul

Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut.

Suhu biasanya lebih tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut

bagian bawah perut lebih difus. Infeksi panggul pada wanita

biasanya disertai keputihan dan infeksi urin. Pada colok vagina,

akan timbul nyeri hebat di panggul jika uterus dilayunkan. Pada

gadis dapat dilakukan colok dubur jika perlu untuk diagnosis

banding.

f. Kehamilan diluar kandungan

Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang

tidak menentu. Jika ada ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar

rahim dengan perdarahan, akan timbul nyeri yang mendadak difus

di daerah pelvis dan mungkin terjadi syok hipovolemik. Pada

pemeriksaan vaginal didapatkan nyeri dan penonjolan rongga

Douglas dan pada kuldosentsis didapatkan darah.

g. Kista ovarium terpuntir

19

Page 20: Appendicitis

Timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan teraba

massa dalam rongga pelvis pada pemeriksaan perut, colok vaginal,

ultrasonografi dapat menentukan diagnosis.

h. Endometriosis eksterna

Endometriosis di luar rahim akan memberikan keluhan nyeri di

tempat endometriosis berada, dan darah menstruasi terkumpul di

tempat itu karena tidak ada jalan keluar.

i. Urolitiasis pielum/ureter kanan

Batu ureter atau batu ginjal kanan. Adanya riwayat kolik dari

pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan merupakan

gambaran yang khas. Eritrosituria sering ditemukan. Foto polos

perut atau urografi intravena dapt memastikan penyakit tersebut.

Pielonefritis sering disertai dengan demam tinggi, menggigil, nyeri

kostovertebral di sebelah kanan dan piura.

Penyakit saluran cerna lainnya. Penyakit lain yang perlu dipikirkan

adalah peradangan di perut, seperti divertikulitis Meckel, perforasi

tukak duodenum atau lambung, kolesistitis akut, pankreatitis,

divertikulitis kolon, obstruksi usus awal, perforasi kolon, demam

tifoid abdominalis, karsinoid, dan mukokel apendiks.

9. Terapi

1. Apendisitis perforasi

Persiapan prabedah: pemasangan sonde lambung dan tindakan

dekompresi. Rehidrasi. Penurunan suhu tubuh. Antibiotika dengan

spektrum luas, dosis cukup, diberikan secara intravena.

2. Apendisitis dengan penyulit peritonitis umum

Umumnya pasien dalam kondisi buruk. Tampak septik dan dalam

kondisi hipovolemi serta hipertensi. Hipovolemi diakibatkan oleh

puasa lama, muntah dan pemusatan cairan di daerah proses radang,

seperti udem organ intraperitoneal, dinding abdomen dan

pengumpulan cairan dalam rongga usus dan rongga peritoneal.

Persiapan prabedah:

- Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi

20

Page 21: Appendicitis

- Pemasangan kateter untuk kontrol produksi urin

- Rehidrasi

- Antibiotika dengan spektrum luas, dosis tinggi dan

diberikan secara intravena

- Obat-obat penurun panas, phenergen sebagai anti

menggigil, largaktil untuk membuka pembuluh-pembuluh

darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

E-book. Brunicardi, F. Charles. Schwartz’s Principles of Surgery, ninth edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. United States of America. 2010 Chapter 30

21

Page 22: Appendicitis

J.Zinner Michael, Stanley W Asshley. Abdominal Operations. 11st Edison.Skandalakis JE, Colborn GL, Weidman TA, et al. Editors. Skandalakis’ Surgical

Anatomy. USA: McGrawHill. 2004Russell RCG, Williams NS, Bulstrode CJK. Editors. Bailey and Love’s Short

Practice of Surgery. 24th Ed. London: Arnold. 2004.

22