17
ASKEP Laparatomy Tinjauan Teoritis Laparatomy A. Definisi Laparatomy Laparatomy adalah suatu pembedahan pada rongga abdomen yang dilakukan untuk memeriksa nyeri atau trauma pada abdomen. Prosedur ini dapat di indikasikan pada klien yang mengalami nyeri abdomen yang tidak diketahui penyebabnya atau klien yang mengalami trauma abdomen. Laparatomy eksplorasi digunakan untuk mengetahui sumber nyeri atau akibat trauma dan perbaikan bila diindikasikan. B. Indikasi Laparatomy Indikasi dilakukannya laparotomy diantaranya yaitu : 1) Kanker pada organ abdomen (seperti pada ovarium, kolon, pancreas, atau hati) 2) Peritonitis appendicitis 3) Kolelitiasis, kolesistitis 4) Pankreatitis akut atau kronik 5)Abses retroperitoneal, abdominal, atau pelvis (kantong/benjolan yang infeksi) 6) Divertikulitis (inflamasi kantong usus) 7) Adhesi (perlengketan jaringan pada abdomen) 8) Perforasi usus 9) Kehamilan ektopik (kehamilan di luar uterus) 10) Perdarahan internal 11) Trauma abdomen C. Manifestasi Klinis Manifestasi yang biasa timbul pada pasien post laparatomy diantaranya : 1) Nyeri tekan pada area sekitar insisi pembedahan 2) Dapat terjadi peningkatan respirasi, tekanan darah, dan nadi.

ASKEP Laparatomy

Embed Size (px)

DESCRIPTION

operasi laparotomi

Citation preview

ASKEP Laparatomy

Tinjauan TeoritisLaparatomy

A.Definisi LaparatomyLaparatomy adalah suatu pembedahan pada rongga abdomen yang dilakukan untuk memeriksa nyeri atau trauma pada abdomen. Prosedur ini dapat di indikasikan pada klien yang mengalami nyeri abdomen yang tidak diketahui penyebabnya atau klien yang mengalami trauma abdomen. Laparatomy eksplorasi digunakan untuk mengetahui sumber nyeri atau akibat trauma dan perbaikan bila diindikasikan.B.Indikasi LaparatomyIndikasi dilakukannya laparotomydiantaranya yaitu :1) Kanker pada organ abdomen (seperti padaovarium, kolon, pancreas, atau hati)2) Peritonitis appendicitis3) Kolelitiasis, kolesistitis4) Pankreatitis akut atau kronik5)Abses retroperitoneal, abdominal, atau pelvis (kantong/benjolan yanginfeksi)6) Divertikulitis (inflamasi kantong usus)7) Adhesi(perlengketan jaringan pada abdomen)8) Perforasi usus9) Kehamilan ektopik (kehamilan di luar uterus)10) Perdarahan internal11) Trauma abdomen

C.Manifestasi KlinisManifestasi yang biasa timbul pada pasien post laparatomy diantaranya :

1) Nyeri tekan pada area sekitar insisi pembedahan2) Dapat terjadi peningkatan respirasi, tekanan darah, dan nadi.3) Kelemahan4) Mual, muntah, anoreksia5) Konstipasi

D.Komplikasi Yang Dapat Terjadi pada Laparatomy

1) Perdarahan2) Infeksi3) Kerusakan organ internal4) Adhesi organ visceral

ASUHAN KEPERAWATAN PRE DAN POST LAPARATOMY

ASKEP Pre Laparatomy1.)PengkajianYang perlu dikaji pada tahap pre laparatomy:a) Biodata(1) Identitas Klien,meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis, tindakan medis.(2) Identitas Penanggungjawab meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan klien, sumber biaya.b) Lingkup Masalah KeperawatanKeluhan utamac) Riwayat Kesehatan(1) Riwayat Kesehatan Sekarang(2) Riwayat Kesehatan Dahulu(3) Riwayat kesehatan Keluarga

d) Riwayat Psikologie) Riwayat Sosialf)Riwayat Spiritualg) Kebiasaan Sehari-harih) Pemeriksaan Fisik(1) Keadaan Umum(2) Sistem Pernapasan(3) Sistem Kardiovaskuler(4) Sistem Pencernaan.(5) Sistem Perkemihan(6) Sistem Persarafan(7)Sistem Penglihatan(8) Sistem Pendengaran(9) Sistem Muskuloskeletal(10) Sistem Integumen(11) Sistem Endokrini.)Data PenunjangPemeriksaan laboratorium

ASKEP Post Laparatomy1.)PengkajianPengkajian keperawatan pada klien post laparatomy meliputi :a) Biodata(1) Identitas Klien,meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis, tindakan medis.(2) Identitas Penanggungjawab meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan klien, sumber biaya.

b) Lingkup Masalah KeperawatanKeluhan utama : klien dengan post laparatomy ditemukan adanya keluhan nyeri pada luka post operasi, mual, muntah, distensi abdomen, badan terasa lemas.c) Riwayat Kesehatan(1) Riwayat Kesehatan Sekarang. Riwayat kesehatan sekarang ditemukan pada saat pengkajian yang dijabarkan dari keluhan utama dengan menggunakan teknik PQRST, yaitu :(a) P (Provokatif atau Paliatif), hal-hal yang dapat mengurangi atau memperberat. Biasanya klien mengeluh nyeri pada daerah luka post operasi. Nyeri bertambah bila klien bergerak atau batuk dan nyeri berkurang bila klien tidak banyak bergerak atau beristirahat dan setelah diberi obat.(b) Q (Quality dan Quantity), yaitu bagaimana gejala dirasakan nampak atau terdengar, dan sejauh mana klien merasakan keluhan utamanya. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dengan skala 5 (0-10) dan biasanya membuat klien kesulitan untuk beraktivitas.(c) R (Regional/area radiasi), yaitu dimana terasa gejala, apakah menyebar? Nyeri dirasakan di area luka post operasi, dapat menjalar ke seluruh daerah abdomen.(d) S (Severity), yaitu identitas dari keluhan utama apakah sampai mengganggu aktivitas atau tidak. Biasanya aktivitas klien terganggu karena kelemahan dan keterbatasan gerak akibat nyeri luka post operasi.

(e) T (Timing), yaitu kapan mulai munculnya serangan nyeri dan berapa lamanyeri itu hilang selama periode akut. Nyeri dapat hilang timbul maupun menetap sepanjang hari.(2) Riwayat Kesehatan DahuluKaji apakah klien pernah menderita penyakit sebelumnya dan kapan terjadi. Biasanya klien memiliki riwayat penyakit gastrointestinal.(3) Riwayat kesehatan KeluargaKaji apakah ada anggota keluarga yang memiliki penyakit serupa dengan klien, penyakit turunan maupun penyakit kronis. Mungkin ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit gastrointestinal.d) Riwayat Psikologi Biasanya klien mengalami perubahan emosi sebagai dampak dari tindakan pembedahanseperti cemas.

e) Riwayat SosialKaji hubungan klien dengan keluarga, klien lain, dan tenaga kesehatan. Biasanya klien tetap dapat berhubungan baik dengan lingkungan sekitar.f)Riwayat SpiritualPandangan klien terhadap penyakitnya, dorongan semangat dan keyakinan klien akan kesembuhannya dan secara umum klien berdoa untuk kesembuhannya. Biasanya aktivitas ibadah klien terganggu karena keterbatasan aktivitas akibat kelemahan dan nyeri luka post operasi.g) Kebiasaan Sehari-hariPerbandingan kebiasaan di rumah dan di rumah sakit, apakah terjadi gangguan atau tidak. Kebiasaan sehari-hari yang perlu dikaji meliputi : makan, minum, eliminasi Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK), istirahat tidur, personal hygiene, dan ketergantungan. Biasanya klien kesulitan melakukan aktivitas, seperti makan dan minum mengalami penurunan, istirahat tidur sering terganggu, BAB dan BAK mengalami penurunan, personal hygiene kurang terpenuhi.

h) Pemeriksaan Fisik(1) Keadaan UmumKesadaran dapat compos mentis sampai koma tergantung beratnya kondisi penyakit yang dialami, tanda-tanda vital biasanya normal kecuali bila ada komplikasi lebih lanjut, badan tampak lemas.(2) Sistem PernapasanTerjadi perubahan pola dan frekuensi pernapasanmenjadi lebih cepat akibat nyeri, penurunan ekspansi paru.(3) Sistem KardiovaskulerMungkin ditemukan adanya perdarahan sampai syok, tanda-tanda kelemahan, kelelahan yang ditandai dengan pucat, mukosa bibir kering dan pecah-pecah, tekanan darah dan nadi meningkat.(4) Sistem PencernaanMungkin ditemukan adanya mual, muntah, perut kembung, penurunan bising usus karena puasa, penurunan berat badan, dan konstipasi.(5) Sistem PerkemihanJumlah output urin sedikit karena kehilangan cairan tubuh saat operasi atau karena adanya muntah. Biasanya terpasang kateter.(6) Sistem PersarafanDikaji tingkat kesadaran dengan menggunakan GCS dan dikaji semua fungsi nervus kranialis. Biasanya tidak ada kelainan pada sistem persarafan.(7)Sistem PenglihatanDiperiksa kesimetrisan kedua mata, ada tidaknya sekret/lesi, reflek pupil terhadap cahaya, visus (ketajaman penglihatan). Biasanya tidak ada tanda-tanda penurunan pada sistem penglihatan.(8) Sistem PendengaranAmati keadaan telinga, kesimetrisan, ada tidaknya sekret/lesi, ada tidaknya nyeri tekan, uji kemampuan pendengaran dengan tes Rinne, Webber, dan Schwabach. Biasanya tidak ada keluhan pada sistem pendengaran.(9) Sistem MuskuloskeletalBiasanya ditemukan kelemahan dan keterbatasan gerak akibat nyeri.

(10) Sistem IntegumenAdanya luka operasi pada abdomen. Mungkin turgor kulit menurun akibat kurangnya volume cairan.(11) Sistem EndokrinDikaji riwayat dan gejala-gejalayang berhubungan dengan penyakit endokrin, periksa ada tidaknya pembesaran tiroid dan kelenjar getah bening. Biasanya tidak ada keluhan pada sistem endokrin.

i.)Data PenunjangPemeriksaan laboratorium :1) Elektrolit : dapat ditemukan adanya penurunan kadar elektrolit akibat kehilangan cairan berlebihan2) Hemoglobin :dapat menurun akibat kehilangan darah3) Leukosit : dapat meningkat jika terjadi infeksi

j) TerapiBiasanya klien post laparotomy mendapatkan terapi analgetik untuk mengurangi nyeri, antibiotik sebagai anti mikroba, dan antiemetik untuk mengurangi rasa mual.

2.) Diagnosa KeperawatanBeberapa diagnosa pada post laparatomy:1.Inefektif bersihan jalan nafas b.d efek anastesi 2. Kerusakan integritas kulit b.d insisi pembedahan, perubahan sensasi 3. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan darah, kehilangan air dengan abnormal.

Diagnosa KeperawatanIntervensiRasionalImplementasiEvaluasi

Ansietas b.d prosedur pembedahan, prosedur preoperative.

Kriteria Hasil:1) Klien akan menunjukan kemampuan focus pada pengetahuan baru dan skill2) Identifikasi gejala sebagai indicator kecemasan sendiri3) Tidak menunjukan prilaku agresiv4) Berkomunikasi dan penanganan perasaan negative dengan tepat5) Rileks dan nyaman dalam beraktivitas

1. Monitor klien tanda dan gejala ansietas saat pengkajian keperawatan2. Fokuskan diskusi pada stressor yang mempengaruhi kondisi pasien3. Diskusikan persepsi klien akan prosedur pembedahan, ketakutan yang berhubungan dengan operasi4. Berikan informasi prosedur sebelum operasi, penyakit klien, dan persiapan operasi.

1. Pengkajian seksama kondisi pasien dengan ansietas memungkinkan perawat membuat priorotas perawatan.2. Focus diskusi memfasilitasi kemampuan pasien untuk menyatakan ketakutan dan perasaan yang dirasakan dan membengun hubungan terapeutik.3. Diskusi akan persepsi dan ketakutan membuat pasien mengekspresikan diri sendiri dan mengeksplore pengetahuannya.4. Tindakan untuk menambah pengetahuan dan reduksi ansietas1.Memonitor tanda dan gejala ansietas2.tanyakan pada klien hal apa yang paling membuat dia cemas3.berdiskuisi dengan klien mengenai persepsi klien4. memberikan informasi yang dibutuhkan klienS: Klien mengatakan masih cemas

O: Klien tampak tegang

A:Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan:

-berdiskusi dengan klien mengenai persepsinya-memberikan informasi yang dibutuhkan klien

Diagnosa KeperawatanIntervensiRasionalImplementasiEvaluasi

Dx 1: .Inefektif bersihan jalan nafas b.d efek anastesi

Kriteria Hasil:1) Klien akan mempunyai kepatenan jalan nafas2) Pengeluaran sekresi efektif3) Respirasi dan ritme dalam batas normal4) Fungsi pulmonali dalam batas normal5) Mampu menyususn rencana untuk perawatan di rumah

1. Manajemen jalan nafas2. Suction : pembuangan3. Terapi oksigen4. Atur posisi klien5. Pantau respirasi1. Kepatenan jalan nafas mengindikasikan efektivitas respirasi.2. Pasien yang mengalami penurunan kesadaran beresiko terjadi aspirasi saliva dan pemberian oksigen tambahan diindikasikan dengan jalan nafas yang bersih.3. Kerusakan otak irreversible bisa terjadi bila periode apneu terjadi lama dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi.4.Posisi supine meningkatkan resiko obstruksi jalan nafas oleh lidah, bila dimiringkan maka klien akan mengalami aspirasi. Semi fowler adalah pilihan yang tepat untuk kenyamanan, pengembangan ekspansi paru yang optimal, menghindari aspirasi.

2.melakukan suction3.memberikan terapi O24.mengatur posisi klien5.memantau respirasiS:

O: - Pengeluaran sekresi efektif - Respirasi dan ritme dalam batas normal - Fungsi pulmonali dalam batas normal

A:Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

Dx 2: Kerusakan integritas kulit b.d insisi pembedahan, perubahan sensasiKriteria Hasil:1) Klien akan menunjukan perwatan optimal kulit dan luka secara rutin2) Menunjukan intgritas kulit dan membrane mukosa adekuat ( temperature jaringan, elastisitas, hidrasi, pigmentasi, dan warna)

1. Monitor karakteristik luka, meliputi lokasi, ada/tidaknya dan karakter eksudat, ada/tidaknya jaringan nekrotik, ada/tidaknya tanda-tanda infeksi (nyeri, bengkak, kemerahan, peningkatan sushu, penurunan fungsi)2. Bersihkan dan ganti balutan (wound care) luka dengan teknik steril3. Minimalisir penekanan pada bagian luka

1.Monitor karakteristik luka2.membersihkan dan mengganti balutan (teknik steril)

S:

O: perawatan luka optimal Integritas kulit adekuat

A: masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

Dx 3: Kekurangan volume cairan b.d kehilangan darah, kehilangan air dengan abnormal.Kriteria hasil :1) Menunjukan level elektrolit, hematokrit dan serum osmolalitas dalam keadaan normal.2) Urine output dalam batas normal3) Hasil hemodinamika dalam batas normal1. Monitor dan perbaiki intake output, antara setiap jam dan perbandingkan. Ukur dan dokumentasikan output urine setiap 1-4 jam.- urine output lebih dari 200ml/jam selama 2 jam-urine output kurang dari 30ml/jam selama 2 jam2. Monitor hasil laboratorium sesuai indikasi.3. Monitor tekanan hemodinamika secara periodic.4. Berikan terapi sesuai indikasi, biasanya cairan isotonicRasional1. Terapi diuretik, hipertermia, pembatasan intake cairan dapat menimbulkan kekurangan cairan. Pengukuran tiap jam dan perbandingannya dapt mendeteksi kekurangan.2. Hasil laboratorium menambah keadaan objektif dari ketidakseimbangan. Penurunan osmolalitas urine berhubungan dengan diuresis, peningkatan serum osmolalitas, serum sodium dan hematokrit menunjukan hemokonsentrasi.3. Pemantauan secara periodic menunjang peringatan secepatnya apabila terjadi kondisi yang fatal.4. Cairan isotonic adalah pengganti cairan untuk kehilangan cairan tubuh. Produk darah, koloid, atau albmin, dapat digunakan untuk peningkatan MAP. Monitor digunakan untuk mencegah overload volume cairan.

1.Memonitor intake dan output2.memonitor hasil LAB3.memonitor tekanan hemodinamika4memberikan cairan isotonic

S:

O: - elektrolit, Ht, dan serum osmolalitas dalam keadaan normal - urine output dalam batas normal - hemodinamika dalam batas normal

A: masalah teratasi

P: intervensi dihentikan

IntervensiRasionalImplementasiEvaluasi

1. Monitor klien tanda dan gejala ansietas saat pengkajian keperawatan2. Fokuskan diskusi pada stressor yang mempengaruhi kondisi pasien3. Diskusikan persepsi klien akan prosedur pembedahan, ketakutan yang berhubungan dengan operasi4. Berikan informasi prosedur sebelum operasi, penyakit klien, dan persiapan operasi.

1. Pengkajian seksama kondisi pasien dengan ansietas memungkinkan perawat membuat priorotas perawatan.2. Focus diskusi memfasilitasi kemampuan pasien untuk menyatakan ketakutan dan perasaan yang dirasakan dan membengun hubungan terapeutik.3. Diskusi akan persepsi dan ketakutan membuat pasien mengekspresikan diri sendiri dan mengeksplore pengetahuannya.4. Tindakan untuk menambah pengetahuan dan reduksi ansietas1.Memonitor tanda dan gejala ansietas2.tanyakan pada klien hal apa yang paling membuat dia cemas3.berdiskuisi dengan klien mengenai persepsi klien4. memberikan informasi yang dibutuhkan klienS: Klien mengatakan masih cemas

O: Klien tampak tegang

A:Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan:

-berdiskusi dengan klien mengenai persepsinya-memberikan informasi yang dibutuhkan klien

Diagnosa KeperawatanIntervensiRasionalImplementasiEvaluasi

Dx 1: .Inefektif bersihan jalan nafas b.d efek anastesi

Kriteria Hasil:1) Klien akan mempunyai kepatenan jalan nafas2) Pengeluaran sekresi efektif3) Respirasi dan ritme dalam batas normal4) Fungsi pulmonali dalam batas normal5) Mampu menyususn rencana untuk perawatan di rumah

1. Manajemen jalan nafas2. Suction : pembuangan3. Terapi oksigen4. Atur posisi klien5. Pantau respirasi1. Kepatenan jalan nafas mengindikasikan efektivitas respirasi.2. Pasien yang mengalami penurunan kesadaran beresiko terjadi aspirasi saliva dan pemberian oksigen tambahan diindikasikan dengan jalan nafas yang bersih.3. Kerusakan otak irreversible bisa terjadi bila periode apneu terjadi lama dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi.4.Posisi supine meningkatkan resiko obstruksi jalan nafas oleh lidah, bila dimiringkan maka klien akan mengalami aspirasi. Semi fowler adalah pilihan yang tepat untuk kenyamanan, pengembangan ekspansi paru yang optimal, menghindari aspirasi.

2.melakukan suction3.memberikan terapi O24.mengatur posisi klien5.memantau respirasiS:

O: - Pengeluaran sekresi efektif - Respirasi dan ritme dalam batas normal - Fungsi pulmonali dalam batas normal

A:Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

Dx 2: Kerusakan integritas kulit b.d insisi pembedahan, perubahan sensasiKriteria Hasil:1) Klien akan menunjukan perwatan optimal kulit dan luka secara rutin2) Menunjukan intgritas kulit dan membrane mukosa adekuat ( temperature jaringan, elastisitas, hidrasi, pigmentasi, dan warna)

1. Monitor karakteristik luka, meliputi lokasi, ada/tidaknya dan karakter eksudat, ada/tidaknya jaringan nekrotik, ada/tidaknya tanda-tanda infeksi (nyeri, bengkak, kemerahan, peningkatan sushu, penurunan fungsi)2. Bersihkan dan ganti balutan (wound care) luka dengan teknik steril3. Minimalisir penekanan pada bagian luka

1.Monitor karakteristik luka2.membersihkan dan mengganti balutan (teknik steril)

S:

O: perawatan luka optimal Integritas kulit adekuat

A: masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

Dx 3: Kekurangan volume cairan b.d kehilangan darah, kehilangan air dengan abnormal.Kriteria hasil :1) Menunjukan level elektrolit, hematokrit dan serum osmolalitas dalam keadaan normal.2) Urine output dalam batas normal3) Hasil hemodinamika dalam batas normal1. Monitor dan perbaiki intake output, antara setiap jam dan perbandingkan. Ukur dan dokumentasikan output urine setiap 1-4 jam.- urine output lebih dari 200ml/jam selama 2 jam-urine output kurang dari 30ml/jam selama 2 jam2. Monitor hasil laboratorium sesuai indikasi.3. Monitor tekanan hemodinamika secara periodic.4. Berikan terapi sesuai indikasi, biasanya cairan isotonicRasional1. Terapi diuretik, hipertermia, pembatasan intake cairan dapat menimbulkan kekurangan cairan. Pengukuran tiap jam dan perbandingannya dapt mendeteksi kekurangan.2. Hasil laboratorium menambah keadaan objektif dari ketidakseimbangan. Penurunan osmolalitas urine berhubungan dengan diuresis, peningkatan serum osmolalitas, serum sodium dan hematokrit menunjukan hemokonsentrasi.3. Pemantauan secara periodic menunjang peringatan secepatnya apabila terjadi kondisi yang fatal.4. Cairan isotonic adalah pengganti cairan untuk kehilangan cairan tubuh. Produk darah, koloid, atau albmin, dapat digunakan untuk peningkatan MAP. Monitor digunakan untuk mencegah overload volume cairan.

1.Memonitor intake dan output2.memonitor hasil LAB3.memonitor tekanan hemodinamika4memberikan cairan isotonic

S:

O: - elektrolit, Ht, dan serum osmolalitas dalam keadaan normal - urine output dalam batas normal - hemodinamika dalam batas normal

A: masalah teratasi

P: intervensi dihentikan