Upload
yuli-wahyuni
View
231
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
ASKEP PANKREATITIS
I. Konsep medis
A. Pankreatitis Akut
1. Pengertian
Pankreatitis akut merupakan keadaan inflamasi pankreas yang bersifat reversibel.
2. Etiologi
Faktor-faktor etiologik pada pankreatitis akut yaitu:
a. Metabolik
1) Alkoholisme
2) Hiperlipoproteinemia
3) Hiperkalsemia
4) Obat-obatan (misalnya, diuretik tiazid)
5) Genetik
b. Mekanis
1) Trauma
2) Batu empedu
3) Jejas iatrogenik
a) Jejas perioperatif
b) Prosedur endoskopik dengan penyuntikan zat warna
c. Vaskuler
1) Syok
2) Atheroembolisme
3) Poliarteritis nodosa
d. Infeksi
1) Parotitis (mumps)
2) Coxsackievirus
3) Mycoplsma pneumoniae
3. Manifestasi Klinik
Nyeri abdomen yang hebat merupakan gejala utama pankreatitis. Rasa sakit dan
nyeri tekan pada abdomen yang disertai nyeri pada punggung, terjadi akibat iritasi
dan edema pada pankreas yang mengalami inflamasi tersebut sehingga timbul
rangsangan pada ujung-ujung saraf. Peningkatan tegangan pada kapsul pankreas
dan obstruksi duktus pankreatikus juga turut manimbulkan rasa sakit. Secara khas
rasa sakit terjadi pada bagian tengah ulu hati (midepigastrium). Awitannya sering
bersifat akut dan terjadi 24 hingga 48 jam setelah makan atau setelah
mengkonsumsi minuman keras; rasa sakit ini dapat bersifat menyebar dan sulit
ditentukan lokasinya. Umumnya rasa sakit semakin parah setelah makan dan tidak
dapat diredakan dengan pemberian antasid. Rasa sakit dapat disertai dengan
distensi abdomen, adanya massa abdominal yang dapat diraba tetapi batasnya
tidak jelas, dan dengan penurunan peristaltis.
Perut yang kaku atau mirip papan dapat terjadi dan merupakan tanda yang fatal.
Namun demikian, abdomen dapat tetap lunak jika tidak terjadi peritonitis. Ekimosis
(memar) di daerah pinggang dan di sekitar umbilikus merupakan tanda yang
menunjukkan adanya pankreatitis hemoragik yang berat.
Mual dan muntah umumnya dijumpai pada pankreatitis akut. Muntahan biasanya
berasal dari isi lambung tetapi juga dapat mengandung getah empedu. Gejala
panas, ikterus, konfusi dan agitasi dapat terjadi.
Hipotensi yang terjadi bersifat khas dan mencerminkan keadaan hipovolemia serta
syok yang disebabkan oleh kehilangan sejumlah besar cairan yang kaya protein
karna cairan ini mengalir ke dalam jaringan dan rongga peritoneum. Pasien dapat
mengalami takikardi, sianosis dan kulit yang dingin serta basah disamping gejala
hipotensi.
Gangguan pernapsan serta hipoksia lazim terjadi, dan pasien dapat
memperlihatkan gejala infiltrasi paru yang difus, dispnu, takipnu dan hasil
pemeriksaan gas darah abnormal.
4. Patofisiologi
Pankreas menyekresikan sejumlah enzim; amilase dan lipase disekresikan dalam
bentuk aktif sementara protease, elastase dan fosfolipase disekresikan sebagai
proenzim yang dalam keadaan normal harus diaktifkan oleh tripsin di dalam
duodenum. Tripsin sendiri normalnya diaktifkan oleh enteropeptidase duodenal.
Patogenesis pankreatitis akut berpusat pada aktivitas tripsin yang tidak tepat di
dalam pankreas; tripsin yang sudah diaktifkan tersebut akan mengubah (i) berbagai
proenzim menjadi aktif (ii) prekalikrein menjadi kalikrein yang akan mengaktifkan
sistem kinin serta pembekuan. Hasil nettonya berupa inflamasi pankreas dan
trombosis. Ciri-ciri pankreatitis meliputi proteolisis jaringan, lipolisis dan
perdarahan, terjadi karna efek destruktif enzim-enzim pankreas yang dilepas dari
sel-sel asiner.
Mekanisme yang dikemukakan untuk aktivitas enzim pankreas meliputi hal-hal
berikut ini:
a. Obstruksi duktus penkreatikus. Batu empedu dapat terjepit di dalam ampula Vateri;
di sebelah proksimal obstruksi, cairan kaya enzim menumpuk dan menimbulkan
jejas parenkim pankreas. Leukosit dalam jaringan parenkim akan melepaskan
sitokin proinflamatorik yang menggalakkan inflamasi local dan edema.
b. Jejas primer sel asiner. Keadaan ini dapat disebabkan oleh kerusakan karna virus
(parotitis), obat-obatan, trauma atau iskemia.
c. Defek transportasi-intraseluler proenzim. Enzim-enzim eksokrin pankreas
mengalami kesalahan arah dalam perjalanannya, yaitu menuju lisosom dan bukan
menuju sekresi; hidrolisis proenzim di dalam lisosom akan menyebabkan aktivitas
dan pelepasan enzim.
d. Alkohol dapat meningkatkan jejas sel asiner lewat perjalanan proenzim intraseluler
yang salah arah dan pengendapan sumbatan protein yang mengental serta
bertambah banyak di dalam duktud pankreatikus sehingga terjadi inflamasi dan
obstruksi lokal.
e. Pankreatitis herediter ditandai oleh serangan rekuren pankreatitis yang hebat dan
sudah di mulai sejak usia kanak-kanak. Kelainan ini disebabkan oleh mutasi germ
line (garis-turunan sel tunas) pada:
1) Gen tripsinogen kationik (PRSS1), menimbulkan kehilangan suatu tempat pada
tripsin yang esensial untuk inaktivasi enzim itu sendiri (mekanisme pengaman yang
penting untuk mengatur aktivitas enzim tripsin).
2) Gen inhibitor protease serin, Kazal tipe I (SPINK1), yang menimbulkan protein yang
cacat sehingga tidak lagi mampu memperlihatkan aktivitas tripsin.
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien pankreatitis akut bersifat asimtomatik dan ditujukan untuk
mencegah atau mengatasi komplikasi. Semua asupan peroral harus dihentikan
untuk menghambat stimulasi dan sekresi pankreas. Pelaksanaan TPN (total
parenteral nutrition) pada pankreatitis akut biasanya menjadi bagian terapi yang
penting. Pemasangan NGT dengan pengisapan (suction) isi lambung dapat
dilakukan untuk meredakan gejala mual dan muntah, mengurangi distensi abdomen
yang nyeri dan ileus paralitik, serta untuk mengeluarkan asam hidroklorida agar
asam ini tidak kembali mengalir kedalam duodenum serta menstimulasi pankreas.
Preparat simetidin (Tagamet) juga digunakan untuk menurunkan sekresi asam
hidroklorida.
Penanganan Nyeri. Pemberian obat pereda nyeri yang adekuat merupakan
tindakan yang esensial dalam perjalanan penyakit pankreatitis akut karna akan
mengurangi rasa nyeri dan kegelisahan yang dapat menstimulasi sekresi pankreas.
Penggunaan morfin dan turunannya harus dihindari karna preparat ini dapat
menyebabkan spasme sfingter Oddi. Antiemetik dapat diberikan untuk mencegah
muntah.
Perawatan Intensif. Koreksi terhadap kehilangan cairan serta darah dan kadar
albumin yang rendah diperlukan untuk mempertahankan volume cairan dan
mencegah gagal ginjal akut.
Perawatan Respiratorius. Perawatan respiratorius yang agresif diperlukan karna
resiko untuk terjadinya elevasi diafragma, infiltrasi serta efusi dalam paru, dan
atelektasis cenderung tinggi. Hipoksemia terjadi dengan frekuensi yang bermakna
pada penderita pankreatitis akut sekalipun pada pemeriksaan sinar-X tidak tampak
adanya kelainan. Perawatan respiratorius dapat berkisar dari pemantauan gas
darah arteri yang ketat, pemberian oksigen hingga intubasi dan ventilasi mekanis.
Drainase Bilier. Pemasangan drain bilier (untuk drainase eksternal)
danstent (selang indwelling) dalam duktus pankreatikus melalui endoskoppi telah
dilakukan dengan keberhasilan yang terbatas. Terapi ini akan membentuk kembali
aliran pankreas dan akibatnya, akan mengurangi rasa sakit serta menaikkan berat
badan.
Intervensi Bedah. Meskipun pasien yang berada dalam keadaan sakit berat
mempunyai resiko bedah yang buruk, namun pembedahan dapat dilakukan untuk
membantu menegakkan diagnosa pankreatitis (laparatomi diagnostik), untuk
membentuk kembali drainase pankreas atau untuk melakukan reseksi atau
pengangkatan jaringan pankreas yang nekrotik. Pasien yang menjalani operasi
pankreas dapat memiliki lebih dari satu drain yang terpasang pada tempat
pascaoperatif dan luka insisi terbuka, yang dirigasi dan diganti balutannya setiap 2
sampai 3 hari sekali untuk menghilangkan debris nekrotik.
Penatalaksanaan Pasca-akut. Antasid dapat diberikan ketika gejala akut
pankreatitis mulai menghilang. Pemberian makanan yang rendah lemak dan protein
dimulai secara bertahap.
B. Pankreatitis Kronik
1. Pengertian
Pankreatitis kronik diartikan sebagai destruksi parenkim eksokrin pankreas yang
ireversibel.
2. Etiologi
Keadaan yang paling sering menyebabkan pankreatitis kronik adalah alkoholisme.
Penyebab lain adalah hiperkalsemia, hiperlipidemia, pankreas divisum, pankreatitis
herediter dan malnutrisidefisiensi-protein.
3. Manifestasi Klinik
Pankreatitis kronik ditandai oleh serangan nyeri yang hebat di daerah abdomen dan
punggung, disertai muntah. Dengan semakin berlanjutnya penyakit, serangan nyeri
yang berulang-ulang tersebut terasa semakin hebat, semakin sering dan lama.
Sebagian pasien mengeluhkan nyeri hebat; yang lain merasakan nyeri tumpul,
konstan dan membandel.
Penurunan berat badan merupakan masalah utama pada pankreatitis kronik. Hal ini
disebabkan oleh penurunan asupan makanan akibat anoreksia atau perasaan takut
bahwa makan akan memicu serangan berikutnya. Malabsorpsi terjadi kemudian
pada penyakit tersebut ketika fungsi pankreas mash tersisa 10%. Akibatnya, proses
pencernaan bahan makanan, khususnya protein dan lemak akan terganggu.
Defekasi akan terjadi lebih sering dan feses menjadi berbuih serta berbau busuk
akibat gangguan pencernaan lemak yang menyebabkan feses tersebut banyak
mengandung lemak. Keadaan ini disebut steatore. Dengan semakin berlanjutnya
proses penyakit, kalsifikasi pada kelenjar pankreas dan terbentuknya batu kalsium
di dalam saluran kelenjar dapat terjadi.
4. Patofisiologi
Pankreas mengalami kehancuran anatomis dan fungsional yang progresif. Dengan
digantikannya sel-sel pankreas (sel-sel asiner pankreas) yang normal oleh jaringan
ikat akibat serangan pankreatitis berulang-ulang dan efek toksik dari alkohol dan
metabolitnya, maka tekanan dalam pankreas akan meningkat. Hasil akhirnya
adalah obstruksi mekanis duktus pankreatikus, koledokus dan duodenum. Di
samping itu akan terjadi pula atrofi epitel duktus tersebut, inflamasi dan destruksi
sel-sel pankreas yang melaksanakan fungsi sekresi (destruksi parenkim endokrin
pankreas).
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pankreatitis kronik bergantung pada kelainan yang mungkin
menjadi penyebab pada setiap pasien. Terapi ditujukan untuk mencegah serta
menangani serangan akut, mengurangi rasa nyeri sera gangguan rasa nyaman, dan
menangani insufisiensi eksokrin serta endokrin yang terdapat pada pankreatitis.
Nyeri dan gangguan rasa nyaman pada badomen diatasi dan dicegah dengan
penggunaan metode nonopioid untuk mengatasi nyeri. Selaian itu, pasien dan
keluarganya juga ditekankan tentang pentingnya menghindari alkohol serta
makanan lain yang oleh pasien sendiri dirasakan cenderung menimbulkan nyeri dan
gangguan rasa nyaman pada abdomen. Kenyataannya, tidak ada bentuk terapi lain
yang dapat meredakan rasa nyeri tersebut jika pasien sendiri terus menerus
mengkonsumsi alkohol dan hal ini harus ditegaskan pada pasien.
Diabetes melitus yang terjadi akibat disfungsi sel-sel pulau Langerhans pankreas
dapat diatasi dengan diet, pemberian insulin atau obat-obatan hipoglikemia oral.
Bahaya hipoglikemia yang berat akibat penggunaan alkohol harus ditekankan pada
pasien dan anggota keluarganya. Terapi pengganti enzim pankreas diperlukan bagi
pasien yang menderita malabsorpsi dan steatore.
Pembedahan umumnya dilakukan untuk mengurangi nyeri abdomen serta
gangguan rasa nyaman, memulihkan drainase sekresi pankreas dan mengurangi
frekuensi serangan pankreatitis akut. Tindakan bedah yang akan dilakukan
tergantung pada kelainan anatomis dan fungsional pankreas yang mencakup lokasi
penyakit di dalam pankreas, keberadaan penyakit diabetes, insufisiensi eksokrin,
stenosis bilier dan pseudokista pankreas.
Pankreatikojejunostomi dengan anastomosis side-to-side atau penyambungan
duktus pankreatikus dengan jejunum memungkinkan drainase sekresi pankreas
kedalam jejunum.
II. Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
Riwayat kesehatan difokuskan pada karakteristik nyeri abdomen serta adanya
gangguan rasa nyaman yang dialami pasien. Munculnya rasa nyeri, lokasi dan
hubungannya dengan makan dan konsumsi alkohol serta hasl berbagai upaya yang
dilakukan pasien untuk mengurangi rasa nyeri perlu dicatat. Status cairan serta
nutrisi pasien dan riwayat serangan batu empedu serta konsumsi alkohol harus
dikaji. Riwayat masalah gastrointestinal, yang mencakup mual, muntah, diare dan
pengeluaran feses yang berlemak harus ditanyakan. Pemeriksaan abdomen harus
dilakukan untuk mengkaji rasa sakit, nyeri tekan, ketegangan muskuler dan bising
usus. Adanya abdomen yang kaku seperti papan atau yang lunak harus dicatat.
Status pernapasan, frekuensi dan corak pernapasan serta suara pernapasan harus
dikaji. Suara napas yang normal, suara tambahan, dan hasil-hasil perkusi dada yang
abnormal, termasuk suara pekak pada basis paru dan taktil fremitus yang abnormal
juga harus didokumentasikan.
Status emosional serta psikologis pasien dan anggota keluarganya serta upaya
mereka untuk mengatasinya harus dikaji karna mereka sering merasa takut dan
cemas mengingat beratnya gejala pasien serta sakit yang dideritanya.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada klien dengan Pankreatitis adalah:
1. Nyeri berhubungan dengan obstruksi pankreas, duktus bilier, kontaminasi kimia
pada permukaan peritoneal oleh eksudat pankreas/autodigestif oleh pankreas.
Ditandai dengan: keluhan nyeri, focus pada diri sendiri, wajah meringis, perilaku
distraksi/tegang.
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kebilangan
berlebihan, peningkatan ukuran dasar vaskuler, gangguan proses pembekuan,
perdarahan.
Ditandai dengan: tidak dapat diterapkan adanya tanda dan gejala.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah,
penurunan pemasukan oral, pembatasan diet, kehilangan enzim pencernaan dan
insulin.
Ditandai dengan: keluhan pemasukan makanan tidak adekuat, enggan makan,
keluhan gangguan sensasi pengecap, penurunan berat badan.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
utama: statis cairan tubuh, gangguan peristaltik, perubahan pH pada sekresi.
Defisiensi nutrisi.
Ditandai dengan: tidak dapat diterapkan adanya tanda dan gejala.
C. Rencana Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan obstruksi pankreas, duktus bilier, kontaminasi kimia
pada permukaan peritoneal oleh eksudat pankreas/autodigestif oleh pankreas.
Tujuan:
a. Mengatakan nyeri hilang/terkontrol.
b. Mengikuti program terapeutik.
c. Menunjukkan penggunaan metode yang menghilangkan nyeri.
Intervensi
a. Selidiki keluhan verbal nyeri, lihat lokasi dan intensitas khusus (skala 0-10). Catat
faktor-faktor yang meningkatkan dan menghilangkan nyeri.
R/ nyeri sering menyebar, berat dan tidak berhubungan pada pankreatitis akut atau
perdarahan. Nyeri berat sering merupakan gejala utama pada pasien pankreatitis
kronik. Nyeri tersembunyi pada kuadran kanan atas menunjukkan keterlibatan
kepala pankreas. Nyeri pada kuadran kiri atas diduga keterlibatan ekor pankreas.
Nyeri terlokalisir menunjukkan terjadinya pseudokista atau abses.
b. Pertahankan tirah baring selama serangan akut. Berikan lingkungan tenang.
R/ menurunkan laju metabolik dan rangsangan/sekresi GI, sehingga menurunkan
aktivitas pankreas.
c. Ajarkan teknik relaksasi.
R/ meningkatkan relaksasi dan memampukan pasien untuk memfokuskan
perhatian; dapat meningkatkan koping.
d. Pertahankan lingkungan bebas makanan berbau.
R/ rangsangan sensoridapat mengaktifkan enzim pankreas, meningkatkan nyeri.
e. Berikan analgesik pada waktu yang tepat (lebih kecil, dosis lebih sering).
R/ nyeri berat/lama dapat meningkatkan syok dan lebih sulit hilang, memerlukan
dosis obat lebih besar, yang dapat mendasari masalah/komplikasi dan dapat
memperberat depresi pernapasan.
f. Pertahankan perawatan kulit, khususnya pada adanya aliran cairan dari fistula
dinding abdomen.
R/ enzimpankreas dapat mencerna kulit dan jaringan dinding abdomen,
menimbulkan luka bakar kimiawi.
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kebilangan
berlebihan, peningkatan ukuran dasar vaskuler, gangguan proses pembekuan,
perdarahan.
Tujuan: mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, turgor
kulit baik, pengisian kapiler cepat, nadi perifer kuat, dan secara individu
mengeluarkan jumlah urin adekuat.
Intervensi
a. Awasi TD.
R/ perpindahan cairan, perdarahan, dan menghilangkan vasodilator (kinin) dan
factor depresan jantung yang dipicu oleh iskemia pankreas dapat menyebabkan
hipertensi berat. Penurunan curah jantung/perfusi organ buruk sekunder terhadap
episode hipotensi dapat mencetuskan luasnya komplikasi sistemik.
b. Ukur masukan dan haluaran termasuk muntah/aspirasi gaster,diare. Hitung
keseimbangan cairan 24 jam.
R/ indikator kebutuhan penggantian/keefektifan terapi.
c. Catat warna dan karakter drainase gaster juga pH dan adanya darah.
R/ resiko perdarahan gaster tinggi.
d. Timbang berat badan sesuai indikasi.
R/ penurunan berat badan menunjukkan hipovolemia; namun edema, retensi cairan
dan asites mungkin ditunjukkan oleh peningkatan atau berat badan stabil.
e. Catat turgor kulit, kulit/membrane mukosa kering, keluhan haus.
R/ indikator fisiologis lanjut dari dehidrasi.
f. Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi dan irama. Awasi/catat perubahan irama.
R/ perubahan jantung/distritmia dapat menunjukkan hipovolemia dan/atau
ketidakseimbangan elektrolit, umumnya hipokalemia/hipokalsemia.
Kolaborasi
g. Berikan penggantian cairan sesuai indikasi.
R/ pilihan cairan pengganti kurang penting pada kecepatan dan keadekuatan
perbaikan volume.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah,
penurunan pemasukan oral, pembatasan diet, kehilangan enzim pencernaan dan
insulin.
Tujuan:
a. Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan bilai laboratorium
normal.
b. Tidak mengalami malnutrisi.
c. Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan da/atau
mempertahankan beratbdan normal.
Intervensi
a. Kaji abdomen, catat adanya/karakter bising usus, distensi abdomen, dan keluhan
mual.
R/ disetensi abdomen dan atoni usus sering terjadi, mengakibatkan penurunan/tidak
adanya bising usus.
b. Berikan perawatan oral.
R/ menurunkan rangsangan muntah dan inflamasi/iritasi membran mukosa kering
sehubungan dengan dehidrasi dan bernapas dengan mulut bila NG dipasang.
c. Observasi warna/konsistensi/jumlah feses dan bau.
R/ steatore terjadi karna pencernaan lemak tidak sempurna.
d. Catat tanda peningkatan haus dan berkemih atau perubahan mental dan ketajaman
visual.
R/ mewaspadakan terjadinya hiperglikemia karna peningkatan pengeluaran
glukagon (kerusakan sel alfa) atau penurunan pengeluaran insulin (kerusakan sel
beta).
Kolaborasi
e. Pertahankan status puasa dan penghisapan gaster pada fase akut.
R/ mencegah ransangan dan pengeluaran enzim pankreas bila kimus dan asam HCL
masuk ke duodenum.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
utama: statis cairan tubuh, gangguan peristaltik, perubahan pH pada sekresi.
Defisiensi nutrisi.
Tujuan:
a. Meningkatkan waktu penyembuhan, bebas tanda infeksi.
b. Tidak demam.
c. Berpartisipasi pada aktivitas untuk menurunkan resiko infeksi.
Intervensi
a. Gunakan tehnik aseptik ketat bila mengganti balutan bedah atau bekerja dengan
infus kateter/selang. Ganti balutan dengan cepat.
R/ membatasi sumber infeksi, dimana dapat menimbulkan sepsis pada pasien.
b. Tekankan pentingnya mencuci tangan dengan baik.
R/ menurunkan resiko kontaminasi silang.
c. Observasi frekuensi dan karakteristik pernapasan, bunyi napas. Catat adanya batuk
dan produksi sputum.
R/ akumulasi cairan dan keterbatasan mobilitas mencetuskan infeksi pernapasan
dan atelektasis. Akumulasi cairan asites dapat menyebabkan peningkatan
diafragma dan pernapasan abdomen dangkal.
d. Dorong posisi sering, napas dalam dan batuk.
R/ meningkatkan ventilasi segmen paru dan meningkatkan mobilitas sekresi.
e. Observasi adanya demam dan distress pernapasan berhubungan dengan ikterik.
R/ ikterik kolestatik dan penurunan fungsi paru mungkin tanda pertama sepsis dari
organisme gram negatif.
f. Kaji adanya peningkatan nyeri abdomen, kekakuan nyeri tekan, penurunan/tidak
adanya bising usus.
R/ diduga peritonitis.
D. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat
sebelumnya berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus,
dengan menuliskan waktu pelaksanaan dan respon klien.
E. Evaluasi
1. Nyeri dapat teratasi dengan kriteria klien mengatakan nyeri hilang/terkontrol dan
mengikuti program terapeutik.
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan tidak terjadi dengan kriteria klien
mampu mempertahankan hidrasi adekuat dengan tanda vital dalam batas normal,
turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, nadi perifer kuat, dan secara individu
mengeluarkan jumlah urin adekuat.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan kriteria klien
mampu menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan bilai
laboratorium normal dan tidak mengalami malnutrisi.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi tidak terjadi dengan kriteria klien bebas tanda infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E., 1999, Rencana Asuhan Kepeawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, (Edisi 3), Jakarta,
EGC.
Mitchell, Richard N., 2008, Buku Saku Dasar Patologis Penyakit, Jakarta , EGC.
Smeltzer, Suzanne C., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, (Edisi 8),
Jakarta, EGC.