27
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batik merupakan salah satu kebanggaan warisan bangsa Indonesia khususnya Kota Pekalongan, batik merupakan wujud dari sebuah karya seni yang diwujudkan dalam motif kain, kayu dan dekorasi tertentu yang memiliki motif batik.Batik telah berhasil memasuki pemasaran yang begitu luas dengan berbagai macam inovasi batik yang menjadi suatu trend.Tidak hanya orang tua saja yang mengenakan batik sekarang, dengan berkembangnya tuntutan mode atau perkembangan fashion yang semakin bermacam macam dan kreatif, dengan beragam inovasi produk menggunakan batik anak muda atau anak kecilpun banyak yang menggunakan batik.Sedangkan sifat batik yang dulu hanya digunakan sebagai acara resmi atau tradisional,sekarang sudah semakin maju dalam ekspresi pembuatanya baik untuk kaos atau baju, kemeja, celana panjang, celana pendek, seragam karyawan dan lain - lain. Batik ditetapkan sebagai warisan budaya dunia asli Indonesia bukan benda oleh PBB yang membidangi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan (UNESCO) pada 2 Oktober 2009.Peringatan hari Batik Nasional, ditetapkan oleh pemerintah pada tanggal 2 Oktober 2009.Hari batik nasional tersebut mendapat apresiasi yang tinggi oleh bangsa Indonesia dan masyarakat Pekalongan pada khususnya dengan diadakannya acara syukuran di pendopo Kabupaten Pekalongan. Penetapan tanggal 2 Oktober sebagai hari Batik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67299/potongan/S1-2013... · geosfer dengan menggunakan ruang sebagai media untuk ... bukan batik.Canting

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Batik merupakan salah satu kebanggaan warisan bangsa Indonesia

khususnya Kota Pekalongan, batik merupakan wujud dari sebuah karya seni

yang diwujudkan dalam motif kain, kayu dan dekorasi tertentu yang memiliki

motif batik.Batik telah berhasil memasuki pemasaran yang begitu luas dengan

berbagai macam inovasi batik yang menjadi suatu trend.Tidak hanya orang tua

saja yang mengenakan batik sekarang, dengan berkembangnya tuntutan mode

atau perkembangan fashion yang semakin bermacam – macam dan kreatif,

dengan beragam inovasi produk menggunakan batik anak muda atau anak

kecilpun banyak yang menggunakan batik.Sedangkan sifat batik yang dulu

hanya digunakan sebagai acara resmi atau tradisional,sekarang sudah semakin

maju dalam ekspresi pembuatanya baik untuk kaos atau baju, kemeja, celana

panjang, celana pendek, seragam karyawan dan lain - lain.

Batik ditetapkan sebagai warisan budaya dunia asli Indonesia bukan

benda oleh PBB yang membidangi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan

kebudayaan (UNESCO) pada 2 Oktober 2009.Peringatan hari Batik Nasional,

ditetapkan oleh pemerintah pada tanggal 2 Oktober 2009.Hari batik nasional

tersebut mendapat apresiasi yang tinggi oleh bangsa Indonesia dan masyarakat

Pekalongan pada khususnya dengan diadakannya acara syukuran di pendopo

Kabupaten Pekalongan. Penetapan tanggal 2 Oktober sebagai hari Batik

2

Nasional, berbagai instansi pusat dan daerah mengingatkan pegawainya untuk

memakai baju pada selasa 2 Oktober 2012 sehingga batik digunakan sebagai

seragam. (www.menkokesra.go.id) diakses tanggal 11/10/2013, 10:30.

Kota Pekalongan terkenal dengan batiknya dan pemilik sebutan Kota

batik ini, memiliki beragam jenis batik. Pembuatan baik industri kecil atau

industri konveksi besar sangat beragam dan bersaing dalam pemasaran batik

Pekalongan yang menyebar dan meluas diluar Kota Pekalongan. Masyarakat

menjadikan batik tidak hanya sebagai sebuah karya seni,akan tetapi sudah

menjadi sebuah mata pencaharian yang bisa memenuhi kehidupan sehari –

hari. Batik Pekalongan yang menjadi kebanggaan masyarakat pekalongan

mendapatkan dukungan dari pemerintah dari segi bantuan dana UKM batik

sampai pengalokasian pedagang batik yang dijadikan satu lokasi sehingga

keberadaan batik dalam lokasi yang telah ada, seperti Pasar Grosir Batik

Wiradesa, International Batik Center Wiradesa, Pasar Grosir Batik Setono

Pekalongan, Kampung Batik Pekalongan, dan Museum Batik Pekalongan

yang memberikan informasi mengenai batik.

Bantuan dari pemerintah dan alokasi perdagangan batik menjadi satu

diharapkan dapat berkembangnya pemasaran batik dan dikenal dikalangan

masyarakat dalam Kota atau antar Kota dengan harga dan kualitas yang

bersaing.Keberadaan Museum Batik Pekalongan diharapkan menjadi

pendukung positif pemasaran batik terlebih memberikan informasi mengenai

Batik Pekalongan.

3

Batik Pekalongan dengan segala inovasi dan keluwesan dalam

mengembangkan produknya sehingga bisa diterima dari berbagai kalangan

sangat memberikan hasil yang positif, terlebih dalam bidang pemasaran Batik

Pekalongan yang semakin meluas dan diterima di berbagai Kota besar yang

ada di Indonesia terlebih pemasaranya sampai melakukan export Batik

Pekalongan. Pemasaran batik Pekalongan yang luas, berada di Kota – Kota

besar di Indonesia seperti Yogyakarta, Jakarta, Bali, Solo dan lain–lain,

membuat pertumbuhan dan kesejahterahan ekonomi masyarakat Kota

Pekalongan lebih baik, terlebih lokasi Kota Pekalongan yang berada di jalur

strategis,yaitu jalur Pantai Utara Pulau Jawa (PANTURA), yang

menghubungkan transportasi dari Jakarta sampai Surabaya atau sebaliknya,

sehingga beberapa lokasi pasar batik yang ada langsung dilewati oleh

pengendara yang melintas jalur pantura.Pengunjung atau konsumen batik

Pekalongan lebih banyak dari luar Kota yang kebetulan melintasi pasar batik

di Pekalongan, konsumen membeli batik baik untuk oleh – oleh ataupun

digunakan untuk keperluan pribadi atau keluarga.

Peningkatan konsumen batik Pekalongan semakin banyak dan

diterima oleh masyarakat baik di Kota Pekalongan itu sendiri atau diluar Kota

Pekalongan. Pemasaran batik Pekalongan yang luas sampai ke pasar

internasional seperti Malaysia, Thailand dan sejumlah negara di Timur

Tengah menjadikan perumbuhan UKM batik semakin signifikan, terdapat

sekitar 632 unit usaha batik yang tersebar di 17 kelurahan sentra batik (dari

47 kelurahan) di Kota Pekalongan. Ratusan unit usaha batik tersebut

4

menyerap tenaga kerja sebanyak 9.841 orang yang bergerak dalam bidang

Batik, terlebih batik dijadikan seragam untuk kantor pada hari tertentu.

(PERINDAKOP, 2011)

Pembuatan batik dari Industri kecilmasih terbilang sederhana, hanya

menggunakan canting, cap dan sablon, tetapi masih ada beberapa yang

menggunakan teknik sablon tersebutuntuk membuat pola batik yang

sesuaiTeknik canting dan cap menggunakan bahan baku lilin yang

merupakan teknik batik yang sebenarnya atau asli, dengan teknik tersebut

batik bisa lebih bertahan lama dan tidak luntur, sehingga kualitas yang

dipasarkan dapat lebih baik dari teknik yang lainya, sedangkan konveksi

besar sudah menggunakan sistem cetak, sehingga proses pengerjaan batik

lebih cepat, membutuhkan tenaga manusia yang sedikit dan mendapatkan

hasil produksi yang banyak.Perkembangan produsen batik yang semakin

banyak dengan daya saing yang tinggi menjadikan pasang surut produksi,

pasang surut produksi sangat dipengaruhi oleh naik turunya harga bahan

untuk pembuatan batik, sehingga industri yang bermodalkan kecil lebih

mudah tergerus arus harga bahan tersebut.

(http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/layar/2011/04/27/798) diakses:

20/9/2012, 19:45.

Perkembangan dan pemasaran batik semakin terbuka luas,

menjadikan batik Cina masuk ke pasar Indonesia, semua ini berawal dari

persetujuan dan penandatangan Indonesia terhadap Asean-Cina Free Trade

Area (ACFTA), tanggal 4 November 2002. Dengan adanya persetujuan

5

tersebut, 83% produk impor dari Cina bebas masuk ke pasar Indonesia tanpa

dikenai pajak, terlebih batik Cina mulai masuk ke pasaran Indonesia dan

khususnya Kota Pekalongan menjadikan produsen atau pelaku usaha industri

kecil batik Pekalongan semakin resah, bahan baku yang terus mengalami

naik turun harga. Batik Cina yang berbahan sutera bermotif batik, celana

pendek, kemeja dan lain - lain, kenampakanya sangat mirip dengan batik

Pekalongan dijual dengan harga murah dan kualitas tidak kalah dengan batik

yang ada di Pekalongan. Masuknya batik Cina sangat mengganggu

pemasaran terutama pedagang dan pengusaha batik di Pekalongan, terutama

yang bergerak dalam kapasitas Industri kecil yang bermodalkan sedikit dan

tenaga kerja yang terbatas, dengan modal keahlian yang turun temurun.

Batik Cina dengan harga yang lebih murah sampai 50 persen dari

harga batik yang beredar dipasaran sebelumnya sangat menghawatirkan,

dalam segi pemasaran batik lokal yang sudah stabil dan memiliki pangsa

pasarnya sendiri secara tiba – tiba dibanjiri produk batik Cina yang lebih

murah dari harga pasar yang telah ada. Persaingan antara komoditas Batik

Pekalongan sebagai komoditas inti terhadap batik Cina sudah tidak bisa

terhindarkan lagi.Pasang surut produksi batik Pekalongan yang sering terjadi

diharapkan bisa membuat produsen dan pedagang Batik Pekalongan lebih

kuat dan sudah mempelajari kondisi, situasi pasar yang ada dan memiliki

strategi dalam menghadapi persaingan ini. Pemasaran antara batik Cina dan

batik Pekalongan sampai saat ini terus mengalami persaingan baik dari segi

pemasaran, kualitas bahan harga, dan lain– lain.

6

(http://nasional.kompas.com/read/2008/10/01/00055036/perajin.batik.cemas.

batik.Cina), diakses 20/9/2012, 20:25.

Persaingan pemasaran Batik Cina dirasakan oleh pengusaha industri

kecil Batik Pekalongan. Persaingan Batik Pekalongan dan Batik Cina

mengharuskan industri kecil untuk bertahan melawan persaingan tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Produk Batik Pekalongan khususnya yang berasal dari industri

kecilsebagai komoditas inti yang telah memiliki arah pemasaran dan

konsumen.Masuknya produk Batik Cina yang memiliki harga dibawah harga

pasar yang ada sampai mencapai 50 persen lebih murah dibandingkan harga

Batik Pekalonganmerupakan persaingan.Oleh karena itu, perlu mengkaji

mengenai daya saing kedua batik tersebut beserta dengan strategi industri

kecil Batik Pekalongan terhadap Batik Cina.

Ruang lingkup penelitianberfokus pada geografi industri, strategi

penghidupan dan daya saing.Rumusan masalah yang ada yaitu:

1. Bagaimanakah daya saing Batik Pekalongan sebagai komoditas inti

terhadap Batik Cina di Kota Pekalongan?

2. Bagaimanakah strategi daya saing pelaku usaha industri kecil Batik

Pekalongan terhadap produk Batik Cina?

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi daya saing pelaku usaha industri kecil Batik

Pekalongan secara umum terhadap Batik Cina.

7

2. Mengidentifikasi strategi daya saing pelaku usaha industri kecil Batik

Pekalongan terhadap produk Batik Cina.

Manfaat atau kegunaan penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini

adalah:

1. Sebagai bahan penyusunan skripsi untuk menempuh ujian akhir tingkat

sarjana di Fakultas Geografi dan memberikan sumbangan atas

perkembangan ilmu geografi khususnya mengenai Strategi daya saing,

yang dapat dilakukan dalam penelitian lebih lanjut atau yang sejenis.

2. Sebagai masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Pekalongan dalam

mempertimbangkan penyuluhan terhadap pengusaha industi kecil batik

Pekalongan.

3. Sebagai masukan pelaku usaha industi kecil batik Pekalongan dalam

menghadapi persaingan terhadap Batik Cina dan memberikan

pengetahuan mengenai daya saing Batik Pekalongan dan Batik Cina.

4. Memberikan informasi mengenai karakteristik Batik Cina dan dapat

memberikan motivasi kepada pengusaha Batik Pekalongan beserta

masyarakat untuk lebih peduli dan mencintai produk mereka sendiri.

5. Sebagai referensi untuk mengetahui strategi dan kendala yang dihadapi

oleh para pengrajin batik serta pelaku usaha Batik Pekalongan.

8

1.4. Tinjauan Pustaka

1.4.1. PendekatanGeografi

Menurut Bintarto (1975) Geografi adalah suatu ilmu pengetahuan

yang mempelajari kaitan sesama antara manusia, ruang, ekologi, kawasan

dan perubahan - perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kaitan sesama

tersebut. Pengertian ruang disini adalah sesuatu yang menyediakan

akomodasi dan memungkinkan aktifitas, pengertian ekologi dalam definisi

geografi adalah suatu studi mengenai interrelasi antara organisme dengan

lingkungan, sedangkan istilah kawasan dalam hal ini diartikan sebagai suatu

daerah yang memiliki homogenitas sosial, ekonomi, kultur, demografi dan

lain sebagainya.

Menurut Bintarto (1975) dalam perkembanganya pendekatan yang

digunakan dalam studi geografi lebih menekankan pada metode analisisnya,

sehingga terdapat tiga macam pendekatan yaitu pendekatan keruangan

(spasial), pendekatan ekologi (lingkungan) dan pendekatan kompleks

wilayah.

a. Pendekatan keruangan (spasial)

Pendekatan spasial adalah suatu metode yang mempelajari fenomena

geosfer dengan menggunakan ruang sebagai media untuk

menganalisis demensi keruangan yang dimunculkan

b. Pendekatan lingkungan (ekologi)

Pendekatan ekologi lebih menekankan kepada pendekatan elaborasi

secara intensif antara keterkaitan elemen – elemen lingkungan dengan

9

mahluk hidup lain atau aspek kehidupan yang ada, sehingga manusia

menjadi focus of analysis yang menekenkan manusia sebagai mahluk

yang berbudaya dan terkait aspek kehidupanya seperti tingkah laku

dan kegiatan. Dalam perkembanganya, analisis ekologi memiliki

beberapa tema yang dikembangkan yaitu (1) keterkaitan antara

manusia dengan lingkungannya, (2) keterkaitan antara kegiatan

manusia dengan elemen lingkungan, (3) keterkaitan antara physic –

artificial features dengan elemen – elemen lingkungan.

c. Pendekatan kompleks wilayah

Pendekatan kompleks wilayah dikembangkan sebagai bentuk

penggabungan antara pendekatan spasial dan pendekatan ekologi.

Pendekatan kompleks wilayah didasarkan pemahaman mendalam

mengenai keberadaan suatu wilayah sebagai suatu sistem, dimana

didalamnya terdapat banyak sekali subsistem dan terdapat banyak

elemen – elemen wilayah yang saling terkait.

1.4.2.Industri

1.4.2.1. Pengertian Industri

Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan

mentah,bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi

barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk

kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri (Undang Undang No.

5 Tahun 1984).

10

1.4.2.2. Jenis – jenis Industri

Berdasarkan jumlah tenaga kerjayaitu :

a) Industri besar adalah perusahaan yang mempunyai pekerja 100

orang atau lebih.

b) Industri kecil adalah perusahaan yang mempunyai pekerja 5-19

orang.

c) Industri rumah tangga adalah usaha kerajinan rumah tangga yang

mempunyai pekerja antara 1-4 orang.

d) Industri sedang adalah perusahaan yang mempunyai pekerja 20-99

orang. (Badan Pusat Statistik:2013)

1.4.3. Batik

Pengertian Batik menurut (Djumena, 1990) adalah penggunaan

canting sebagai alat melukis dan malam sebagai perintang warna pada

selembar kain.Pengertian batik menurut (Hamzuri, 1994) adalah lukisan atau

gambar pada mori yang dibuat dengan menggunakan alat bernama canting.

Untuk menghasilkan suatu batik dibutuhkan mori dan malam sebagai bahan

dasar untuk membatik, pengertian mori menurut (Hamzuri, 1994) adalah

bahan baku batik yang terbuat dari katun. Pengertian malam (lilin) menurut

(Hamzuri, 1994) adalah bahan yang digunakan untuk membatik.

Proses pembuatan batik terdiri dari tiga jenis yang dituliskan oleh

Djumena (1990) dalam bukunya „Batik dan Mitra‟. Proses yang pertama

dikenal dengan istilah batik tulis, membatik pada dasarnya sama dengan

melukis diatas sehelai kain putih. Pada batik tulis, melukis dilakukan dengan

11

menggunakan canting dan sebagai bahan melukis menggunakan cairan

malam.Pengertian canting menurut Hamzuri (1994) adalah pokok untuk

membatik yang menentukan hasil pekerjaan itu dapat disebut batik atau

bukan batik.Canting terdiri dari mangkok kecil yang mempunyai carat atau

cucuk dengan tangkai yang terbuat dari bambu. Carat merupakan jalan

keluarnya cairan malam, carat memiliki berbagai ukuran tergantung besaran

titik yang akan dipakai melukis dan fungsi mangkuk kecil sebagai tempat

cairan malam. Pengerjaan batik tulis relatif memakan waktu yang lama, dapat

dikatakan dalam hitungan bulan hingga tahun dan membutuhkan ketelitian

serta keahlian yang tinggi.

Proses yang kedua adalah batik cap, dimana pembuatannya dengan

menggunakan cap yang dibentuk sesuai dengan motif yang dinginkan. Alat

cap batik digunakan untuk pengganti canting yang berfungsi mempercepat

proses pengerjaan batik. Proses pengerjaan batik cap relatif lebih singkat

yaitu hanya dua minggu sampai tiga bulan, tergantung dari keahlian para

pengrajin batik.

Proses membatik yang ketiga adalah sablon dan printing yang

sebenarnya ini bukanlah batik, karena pada hakekatnya batik dilihat dari

proses yang tradisional. Batik sablon dan print dapat diproduksi secara massal

menggunakan mesin dan pewarna kimia untuk mengejar kuantitas. Cara

pembuatan batik print menggunakan mesin dan teknologi printing yang

sering digunakan oleh batik dari Cina. Batik sablon tradisional Pekalongan,

pembuatannya menggunakan plangkrang kayu yang digosok dan

12

menghasilkan cetakan berdasarkan motifnya. Namun dari ketiga proses batik

yang telah dijelaskan diatas, terdapat pula tambahan proses batik. Menurut

Hamzuri (1994) terdapat proses membatik yaitu batik lukis yang berkembang

dikalangan seniman pelukis yang membuat pola pada selembar kain dengan

motif batik, lukisan tersebut disebut lukisan batik.

Karakteristik batik dapat dilihat dari coraknya, dari sehelai kain

tersebut dapat menggambarkan tentang daerah pembuatan batik seperti

ketrampilan, sifat, selera, letak geografis dan lain sebainya. Menurut Djumena

(1990) malam adalah campuran paraffin, lilin lebah, gondorukem dan lemak

hewan, komposisinya berdasarkan juragan batik, karena campuran tersebut

menentukan mutu batik yang dihasilkan.

Menurut Hamzuri (1994) pola ialah suatu motif batik dalam mori

ukuran tertentu. Motif batik terbagi menjadi dua yaitu motif batik tradisional

dan motif batik modern. Kebanyakan motif dari Pekalongan dipengaruhi oleh

kebudayaan Cina dan ukiran – ukiran dari Cirebon yang dibawa oleh para

pedagang yang singgah di Kota Pekalongan.Berikut merupakan beberapa

contoh gambar motif batik tradisional, disajikan pada Gambar 1.1 Motif Batik

Tradisional.

13

Batik Hokokai

Batik Hokokai Tulis

Batik Incim

Batik Parang

Gambar 1.1 Motif Batik Tradisional

Sumber : Dokumentasi Lapangan, 2013.

Batik Pekalongan sangatlah beragam, untuk memenuhi

perkembangan fashion dipasaran, para pengrajin batik membuat motif

modern, sehingga pasar tidak jenuh akan motif batik yang monoton. Selain

itu juga dapat memberikan motif baru yang segar dan disukai oleh

masyarakat dengan harapan bisa dipergunakan untuk lintas usia, beberapa

contoh motif batik modern disajikan pada gambar 1.2. sebagai berikut:

14

Batik modern motif kupu – kupu

Batik Modern Motif Gelombang

Batik Modern Motif Bunga 4

warna

Batik Modern Motif Bunga

Gambar 1.2 Batik Modern

Sumber : Dokumentasi Lapangan, 2013.

1.4.4 Daya Saing

Literatur mengenai daya saing memiliki tafsiran yang beragam, tak

satupun penulis yang menjadikan patokan sebagai definisi baku tentang semua

pihak, seperti yang disampaikan Michael Porter :

“There is no accepted definitin of competitiveness. Whichever definition of

competitiveness is adopted, an even more serious problem has been there is no

generally accepted theory to explain it …” (Porter, 1990)

Menurut Porter (1985) daya saing adalah inti dari kinerja perusahaan

dipasar yang kompetitif.

15

Daya saing mencakup efisiensi untuk mencapai sasaran dengan biaya

serendah mungkin dan efektivitas memiliki sasaran yang tepat. Pilihan tentang

inilah yang sangat menentukan dari sasaran industri. Daya saing meliputi tujuan

akhir dan cara mencapai tujuan akhir tersebut (Buckley, P.J.et.al, “Measures of

International Competitiveness: A Critical Survey”, Journal of Marketing

Management, 1988).

Menurut kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) Bambang Prasetya

disebuah media online okezone.com “berdaya saing artinya bukan hanya mampu

menembus pasar ekspor, tetapi bagaimana menjadikan pasar domestic sebagai

penyaring atas produk – produk impor yang harga rendah”.

Daya saing dapat menciptakan positioning, berbagai dimensi dapat kita

jadikan basis yaitu harga, mutu barang, ketersediaan atau citra produk. (Amir,

2011). Dimensi strategi daya saing menurut Porter (1980), spesialisasi yaitu

berusaha fokus pada segmen konsumen dan melayani pasar-pasar secara letak

geografisnya. Pengenalan brand adalah mencari derajat pengenalan brand

dibandingkan dengan kompetisi harga atau variabel lainnya. Product quality

adalah level kualitas produk dalam kaitannya dengan bahan mentah, spesifikasi,

kesetiaan untuk toleransi, fitur yang sedang berlangsung. Price policy adalah

posisi harga relatif di pasaran, biasanya posisi harga akan relatif dengan variabel

kualitas produk.

16

1.4.5 Strategi Daya Saing

Pengertian strategi menurut Morrisey (1997), yaitu digunakan untuk

menunjukan arah yang harus dituju oleh organisasi untuk digunakansebagai

daya dorong dan sebagai faktor utama untuk membantu menentukan produk,

jasa, dan pasar untuk saat ini dan masa depan.

Porter (1985) mengidentifikasi tiga tingkatan strategi pada bisnis

secara umum untuk mencapai keunggulan kompetitif yaitu unggul dengan

biaya rendah (cost leadership) yang merupakan penggunaan biaya untuk

besaing pada pasar yang lebih luas. Pengelolaan keseluruhan perusahaan

untuk kegiatan yang dapat memberikan perkembangan yang signifikan

dengan tujuan pengefisiensian biaya operasional dan menaikkan aset.

Diferensiasi merupakan karakteristik atau ciri khas untuk membedakan

produk yang diunggulkan dengan produk lain. Melalui keunikan ini

perngusaha dapat membebankan harga ekstra (premium) bagi produknya.

Selain itu fokus menyoroti sekelompok pasar tertentu, segmen lini produk

tertentu, atau pasar tertentu secara geografis.

Menurut Porter (1980), inovasi produk dapat memperluas pasar dan

menaikan pertumbuhan industri yang dapat mengakibatkan meningkatkan

perbedaan produk. Inovasi pemasaran dapat menaikan permintaan pasar,

terobosan media, serta tema baru periklanan dapat menambah konsumen dan

dapat mengurangi sensitivitas harga. Proses inovasi ini dapat menurunkan

atau menaikan modal secara intensif, skala ekonomi, integritas, merubah atau

memperbaiki pengeluaran serta pengalaman yang dapat meningkatkan

17

struktur industri. Perubahan kebijakan pemerintah dapat berpengaruh secara

signifikan, sebagian besar memasukan kebijakan dengan beberapa variabel

untuk menjalankan daya saing atau peluang.

18

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Judul Penelitian Nama

Penulis

Jenis dan

Tahun

Penelitian

Tujuan Penelitian Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

1.

Model

Peningkatan Daya

Saing Usaha Kecil

Batik di

Tulungagung

Berbasis Inovasi

Didik Eko

Julianto

Riset

-Menentukan metode yang

tepat agar usaha kecil dapat

lebih berdaya

Deskriptif

Kualitatif

Model peningkatan daya saing usaha

kecil batik di Tulungagung dapat

dilakukan dengan melakukan inovasi

desain maupun proses, inovasi bahan

baku daninovasi nilai

2.

Analisis Daya

Saing Jahe

Indonesia di Pasar

Internasional

Fitri Amelia

Skripsi

2009

-Untuk melihat struktur pasar

jahe dunia untuk dapat

mengetahui perilaku pasar

produsen Indonesia dalam

perdagangan internasional

-Mengukur keunggulan

Analisis

Deskriptif

Struktur pasar jahe dunia adalah

struktur pasar dominan, yang berarti

Indonesia adalah pricetaker dalam

perdagangan jahe.Untuk keunggulan

komparatif, di pasar Malaysia,

Indonesia memiliki daya saing yang

19

komparatif jahe Indonesia di

empat negara tujuan ekspor

untuk mengetahui daya saing

jahe Indonesia di pasar utama

ekspornya

baik pada tahun 2000 sampai 2004.

3.

Perdagangan

Bebas Regional

Dan Daya Saing

Ekspor: Kasus

Indonesia

Amalia

Adininggar

Widyasanti

Makalah

Juli 2010

-Produk mana yang

memperoleh atau kehilangan

saing di ASEAN dan pasar

Cina

-Negara-negara yang menjadi

pesaing utama Indonesia di

pasar ASEAN dan Cina.

Selain itu, makalah ini

berakhir dengan beberapa

kebijakan

Analisis

Deskriptif

Kualitatif

Indonesia dalam kodisi yang baik dan

telah membuka pangsa pasarnya sendiri

untuk beberapa produk.Namun

beberapa strategi kebijakan diperlukan

untuk produk-produk ini, terutama

untuk produk sayuran yang telah

kehilangan kesempatannya di pasar

ASEAN.Beberapa kebijakan yang

dibutuhkan diantaranya adalah

verifikasi produk, perbaikan kendali

mutu dan masalah yang terkait dengan

kesehatan.

20

Sumber: Internet, 2012.

4.

Daya Saing Batik

Pekalongan

Sebagai

Komoditas Inti

Terhadap Batik

Cina di Kota

Pekalongan

Nandi

Wardana

Skripsi

-Mengidentifikasi daya saing

Batik Pekalongan sebagai

komoditas inti terhadap Batik

Cina

-Mengidentifikasi strategi

daya saing pelaku usaha

industri kecil Batik

Pekalongan terhadap produk

Batik Cina

Deskriptif

Kualitatif

-

21

Beberapa penelitian yang berhasil di temukan terkait akan Batik Pekalongan dan

daya saing dengan beberapa judul yang ada dan tema penelitian yang berbeda,

terlihat masih adanya celah untuk meneliti terkait akan batik yang memiliki judul

dan tema penelitian yang berbeda dan sudut pandang penelitian yang berbeda

dengan masing – masing alur pemikiran yang ditunjang dari program studi.

Judul yang akan diteliti yaitu:

DAYA SAING BATIK PEKALONGAN SEBAGAI KOMODITAS INTI

TERHADAP BATIK CINA DI KOTA PEKALONGAN

22

1.5. Landasan Teori

Berdasarkan beberapa uraian tinjauan pustaka yang disesuaikan dengan

tujuan penelitian dalam strategi daya saing pelaku industri kecil Batik

Pekalongan sebagai komoditas inti terhadap Batik Cina di Kota Pekalongan,

dapat ditarik suatu landasan teori.

Landasan teori yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang

pertama, mengidentifikasi daya saing pelaku usaha industri kecil Batik

Pekalongan secara umum terhadap Batik Cina, yaitu dengan menggunakan

teori Porter (1980),dimensi daya saing strategi pengenalan brand dijadikan

sebagai bahasa komunikasi perdagangan oleh pelaku usaha atau pemerintah

terhadap konsumen batik, karena brand merupakan identitas suatu produk.

Kualitas produk juga sangat penting, karena kualitas produk menunjukan

beberapa level produk yang disajikan untuk konsumen. Semakin baik kualitas

maka semakin tinggi harga produk. Kemudian dimensi selanjutnya berupa

harga produk, dalam harga produk sangat menentukan kualitas produk yang

tentunya disesuaikan dengan harga pasar. Semakin mahal harga produk

tersebut biasanya kualitas produk semakin baik.

Landasan teori yang dapat digunakan untuk menjawab tujuan kedua,

mengidentifikasi strategi daya saing pelaku usaha industri kecil Batik

Pekalongan terhadap batik Cina yaitu mengacu pada teori yang dikemukakan

Morrisey (1997). Strategi digunakan untuk menunjukan arah yang harus dituju

oleh organisasi sebagai daya dorong dan sebagai faktor utama untuk membantu

menentukan produk, jasa dan pasar untuk saat ini dan masa depan. Strategi

23

yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu

strategi produk, strategi jasa dan strategi pasar untuk merangkum strategi yang

dilakukan oleh pelaku usaha kecil Batik Pekalongan terhadak Batik Cina.

Faktor-faktor strategi dalam menghadapi daya saing yaitu berupa

produk yang ditawarkan, faktor ini penting untuk organisasi atau pelaku usaha

industri kecil Batik Pekalongan untuk menghasilkan produk yang baik yang

ditawarkan kepasa pasar atau konsumen yang dilayaninya. Faktor penting lain

yaitu jasa yang ditawarkan, dimana variasi dari produk yang ditawarkan pada

dasarnya menyampaikan kepada pelanggan seperti informasi mengenai produk

batik yang diberikan oleh pelaku usaha Batik Pekalongan. Faktor selanjutnya

berupa pemasaran atau kebutuhan pasar, organisasi yang berfokus pada faktor

ini biasanya telah menjalin hubungan yang kuat pada pasar khususnya

konsumen, peningkatan penjualan produk dan jasa perlu ditingkatkan untuk

meningkatkan perluasan pemasaran.

Landasan teori untuk melengkapi dan memperkuat kedua tujuan

penelitian menurut Porter (1985) yaitu adanya diferensiasi dimana karakteristik

atau ciri khas dapat membedakan produk unggulan dengan produk dari

organisasi lain. Melalui keunikan ini pengusaha dapat membebankan harga

ekstra (premium) bagi produknya. Pada diferensiasi dapat menunjukan

perbedaan karakteristik produk baik dengan cara pembuatan atau motif yang

ada dan kemudian fokus menyoroti sekelompok pasar tertentu segmen lini

produk tertentu atau pasar tertentu secara geografis. Sehingga batik yang akan

24

dipasarkan memiliki segmen tertentu dengan harga yang disesuaikan dengan

kualitas dan cara pembuatannya.

Menurut Porter (1980), inovasi produk dapat memperluas pasar dan

menaikan pertumbuhan industri yang dapat mengakibatkan meningkatkan

perbedaan produk. Inovasi pemasaran dapat menaikan permintaan pasar,

terobosan media, serta tema baru periklanan dapat menambah konsumen dan

dapat mengurangi sensitivitas harga. Inovasi dalam membatik sangat penting

karena tanpa inovasi batik akan monoton hanya menghadirkan motif yang

sama setiap tahunnya. Akan tetapi jika adanya inovasi dalam membatik baik

motif, warna dan inovasi lainnya, maka adanya penyegaran dalam dunia batik

sangat baik untuk menungkatkan konsumen.Kemudian selanjutnya merupakan

dari kalangan pemerintah, perubahan kebijakan pemerintah dapat

mempengaruhi industri secara signifikan, sebagian besar langsung memasukan

kebijakan dengan beberapa variabel kedalam industri, untuk menjalankan daya

saing atau peluang.

Beberapa penggabungan landasan teori dari beberapa literatur tersebut,

diharapkan dapat digunakan untuk menjawab kedua tujuan penelitian, sehingga

mendapatkan hasil yang baik.

25

1.6. Kerangka Pemikiran

Kota Pekalongan yang terkenal akan sebutan Kota Batik yang memiliki

banyak industri kecil, menengah dan besar yang menjadikan produk Batik

Pekalongan sebagai komoditas inti. Masyarakat yang memiliki usaha industri

kecil Batik Pekalongan mengandalkan produksi dan penjualan batik untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya, akan tetapi dengan adanya perdagangan bebas

maka produk Batik Cina masuk ke Indonesia dan merambah ke pasar Batik

Pekalongan sehingga tercipta persaingan antar kedua produk Batik tersebut di

pasaran.

Persaingan produk Batik Cina dan produk Batik Pekalongan sebagai

komoditas inti membutuhkan strategi daya saing pelaku industri Batik

Pekalongan sehingga produk Batik Pekalongan dapat terjual dengan baik di

pasaran. Daya saing yang digunakan untuk menunjang strategi yaitu dengan

melihat daya saing Batik Pekalongan terhadap Batik Cina berdasarkan daya

saing, produk, daya saing, jasa (iklan/sosialisasi) dan daya saing pemasaran.

Sehingga dari daya saing tersebut dapat diturunkan menjadi strategi untuk

menghadapi daya saing Batik Cina yaitu strategi jasa, strategi produk dan

strategi pemasaran. Hasil daya saing Batik Pekalongan sebagai komodias inti

terhadap Batik Cina di Kota Pekalongan dengan beberapa strategi yang

dilakukan oleh pengusaha industri kecil Batik Pekalongan diharapkan dapat

berdaya saing.

Berdasarkan uraian diatas maka kerangka pemikiran tersebut

dituangkan dalam bentuk diagram pada gambar 1.3, sebagai berikut:

26

Gambar 1.3. Kerangka Pemikiran

Produk Batik Pekalongan

Hasil Daya Saing:

- Produk

- Jasa

- Pemasaran

Strategi daya saing pelaku

industri batik Pekalongan

Hasil Strategi:

- Strategi Produk

- Strategi Jasa

- Strategi Pemasaran

Produk Batik Cina

Persaingan Produk

Daya Saing produk batik

Pekalongan

27

1.7. Batasan Operasional

Industri: kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,

barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang

lebih tinggi untuk penggunaannya. (Undang Undang No. 5 Tahun 1984).

Batik: penggunaan canting sebagai alat melukis dan malam sebagai perintang

warna pada selembar kain. (Djumena, 1990)

Industri kecil: merupakan industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja antara

5-19 orang, biasanya tenaga kerja diambil dari lingkungan sekitar. (BPS,

2013)

Daya saing: mencakup efisiensi untuk mencapai sasaran dengan biaya

serendah mungkin dan efektivitas memiliki sasaran yang tepat.Pilihan tentang

inilah yang sangat menentukan dari sasaran industri. Daya saing meliputi

tujuan akhir dan cara mencapai tujuan akhir tersebut. (Buckley, P.J.et.al,

1988)

Strategi: yaitu digunakan untuk menunjukan arah yang harus dituju oleh

organisasi untuk digunakan sebagai daya dorong dan sebagai faktor utama

untuk membantu menentukan produk, jasa, dan pasar untuk saat ini dan masa

depan. (Morrisey, 1997)