Upload
hoangduong
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Batik merupakan salah satu kebanggaan warisan bangsa Indonesia
khususnya Kota Pekalongan, batik merupakan wujud dari sebuah karya seni
yang diwujudkan dalam motif kain, kayu dan dekorasi tertentu yang memiliki
motif batik.Batik telah berhasil memasuki pemasaran yang begitu luas dengan
berbagai macam inovasi batik yang menjadi suatu trend.Tidak hanya orang tua
saja yang mengenakan batik sekarang, dengan berkembangnya tuntutan mode
atau perkembangan fashion yang semakin bermacam – macam dan kreatif,
dengan beragam inovasi produk menggunakan batik anak muda atau anak
kecilpun banyak yang menggunakan batik.Sedangkan sifat batik yang dulu
hanya digunakan sebagai acara resmi atau tradisional,sekarang sudah semakin
maju dalam ekspresi pembuatanya baik untuk kaos atau baju, kemeja, celana
panjang, celana pendek, seragam karyawan dan lain - lain.
Batik ditetapkan sebagai warisan budaya dunia asli Indonesia bukan
benda oleh PBB yang membidangi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan (UNESCO) pada 2 Oktober 2009.Peringatan hari Batik Nasional,
ditetapkan oleh pemerintah pada tanggal 2 Oktober 2009.Hari batik nasional
tersebut mendapat apresiasi yang tinggi oleh bangsa Indonesia dan masyarakat
Pekalongan pada khususnya dengan diadakannya acara syukuran di pendopo
Kabupaten Pekalongan. Penetapan tanggal 2 Oktober sebagai hari Batik
2
Nasional, berbagai instansi pusat dan daerah mengingatkan pegawainya untuk
memakai baju pada selasa 2 Oktober 2012 sehingga batik digunakan sebagai
seragam. (www.menkokesra.go.id) diakses tanggal 11/10/2013, 10:30.
Kota Pekalongan terkenal dengan batiknya dan pemilik sebutan Kota
batik ini, memiliki beragam jenis batik. Pembuatan baik industri kecil atau
industri konveksi besar sangat beragam dan bersaing dalam pemasaran batik
Pekalongan yang menyebar dan meluas diluar Kota Pekalongan. Masyarakat
menjadikan batik tidak hanya sebagai sebuah karya seni,akan tetapi sudah
menjadi sebuah mata pencaharian yang bisa memenuhi kehidupan sehari –
hari. Batik Pekalongan yang menjadi kebanggaan masyarakat pekalongan
mendapatkan dukungan dari pemerintah dari segi bantuan dana UKM batik
sampai pengalokasian pedagang batik yang dijadikan satu lokasi sehingga
keberadaan batik dalam lokasi yang telah ada, seperti Pasar Grosir Batik
Wiradesa, International Batik Center Wiradesa, Pasar Grosir Batik Setono
Pekalongan, Kampung Batik Pekalongan, dan Museum Batik Pekalongan
yang memberikan informasi mengenai batik.
Bantuan dari pemerintah dan alokasi perdagangan batik menjadi satu
diharapkan dapat berkembangnya pemasaran batik dan dikenal dikalangan
masyarakat dalam Kota atau antar Kota dengan harga dan kualitas yang
bersaing.Keberadaan Museum Batik Pekalongan diharapkan menjadi
pendukung positif pemasaran batik terlebih memberikan informasi mengenai
Batik Pekalongan.
3
Batik Pekalongan dengan segala inovasi dan keluwesan dalam
mengembangkan produknya sehingga bisa diterima dari berbagai kalangan
sangat memberikan hasil yang positif, terlebih dalam bidang pemasaran Batik
Pekalongan yang semakin meluas dan diterima di berbagai Kota besar yang
ada di Indonesia terlebih pemasaranya sampai melakukan export Batik
Pekalongan. Pemasaran batik Pekalongan yang luas, berada di Kota – Kota
besar di Indonesia seperti Yogyakarta, Jakarta, Bali, Solo dan lain–lain,
membuat pertumbuhan dan kesejahterahan ekonomi masyarakat Kota
Pekalongan lebih baik, terlebih lokasi Kota Pekalongan yang berada di jalur
strategis,yaitu jalur Pantai Utara Pulau Jawa (PANTURA), yang
menghubungkan transportasi dari Jakarta sampai Surabaya atau sebaliknya,
sehingga beberapa lokasi pasar batik yang ada langsung dilewati oleh
pengendara yang melintas jalur pantura.Pengunjung atau konsumen batik
Pekalongan lebih banyak dari luar Kota yang kebetulan melintasi pasar batik
di Pekalongan, konsumen membeli batik baik untuk oleh – oleh ataupun
digunakan untuk keperluan pribadi atau keluarga.
Peningkatan konsumen batik Pekalongan semakin banyak dan
diterima oleh masyarakat baik di Kota Pekalongan itu sendiri atau diluar Kota
Pekalongan. Pemasaran batik Pekalongan yang luas sampai ke pasar
internasional seperti Malaysia, Thailand dan sejumlah negara di Timur
Tengah menjadikan perumbuhan UKM batik semakin signifikan, terdapat
sekitar 632 unit usaha batik yang tersebar di 17 kelurahan sentra batik (dari
47 kelurahan) di Kota Pekalongan. Ratusan unit usaha batik tersebut
4
menyerap tenaga kerja sebanyak 9.841 orang yang bergerak dalam bidang
Batik, terlebih batik dijadikan seragam untuk kantor pada hari tertentu.
(PERINDAKOP, 2011)
Pembuatan batik dari Industri kecilmasih terbilang sederhana, hanya
menggunakan canting, cap dan sablon, tetapi masih ada beberapa yang
menggunakan teknik sablon tersebutuntuk membuat pola batik yang
sesuaiTeknik canting dan cap menggunakan bahan baku lilin yang
merupakan teknik batik yang sebenarnya atau asli, dengan teknik tersebut
batik bisa lebih bertahan lama dan tidak luntur, sehingga kualitas yang
dipasarkan dapat lebih baik dari teknik yang lainya, sedangkan konveksi
besar sudah menggunakan sistem cetak, sehingga proses pengerjaan batik
lebih cepat, membutuhkan tenaga manusia yang sedikit dan mendapatkan
hasil produksi yang banyak.Perkembangan produsen batik yang semakin
banyak dengan daya saing yang tinggi menjadikan pasang surut produksi,
pasang surut produksi sangat dipengaruhi oleh naik turunya harga bahan
untuk pembuatan batik, sehingga industri yang bermodalkan kecil lebih
mudah tergerus arus harga bahan tersebut.
(http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/layar/2011/04/27/798) diakses:
20/9/2012, 19:45.
Perkembangan dan pemasaran batik semakin terbuka luas,
menjadikan batik Cina masuk ke pasar Indonesia, semua ini berawal dari
persetujuan dan penandatangan Indonesia terhadap Asean-Cina Free Trade
Area (ACFTA), tanggal 4 November 2002. Dengan adanya persetujuan
5
tersebut, 83% produk impor dari Cina bebas masuk ke pasar Indonesia tanpa
dikenai pajak, terlebih batik Cina mulai masuk ke pasaran Indonesia dan
khususnya Kota Pekalongan menjadikan produsen atau pelaku usaha industri
kecil batik Pekalongan semakin resah, bahan baku yang terus mengalami
naik turun harga. Batik Cina yang berbahan sutera bermotif batik, celana
pendek, kemeja dan lain - lain, kenampakanya sangat mirip dengan batik
Pekalongan dijual dengan harga murah dan kualitas tidak kalah dengan batik
yang ada di Pekalongan. Masuknya batik Cina sangat mengganggu
pemasaran terutama pedagang dan pengusaha batik di Pekalongan, terutama
yang bergerak dalam kapasitas Industri kecil yang bermodalkan sedikit dan
tenaga kerja yang terbatas, dengan modal keahlian yang turun temurun.
Batik Cina dengan harga yang lebih murah sampai 50 persen dari
harga batik yang beredar dipasaran sebelumnya sangat menghawatirkan,
dalam segi pemasaran batik lokal yang sudah stabil dan memiliki pangsa
pasarnya sendiri secara tiba – tiba dibanjiri produk batik Cina yang lebih
murah dari harga pasar yang telah ada. Persaingan antara komoditas Batik
Pekalongan sebagai komoditas inti terhadap batik Cina sudah tidak bisa
terhindarkan lagi.Pasang surut produksi batik Pekalongan yang sering terjadi
diharapkan bisa membuat produsen dan pedagang Batik Pekalongan lebih
kuat dan sudah mempelajari kondisi, situasi pasar yang ada dan memiliki
strategi dalam menghadapi persaingan ini. Pemasaran antara batik Cina dan
batik Pekalongan sampai saat ini terus mengalami persaingan baik dari segi
pemasaran, kualitas bahan harga, dan lain– lain.
6
(http://nasional.kompas.com/read/2008/10/01/00055036/perajin.batik.cemas.
batik.Cina), diakses 20/9/2012, 20:25.
Persaingan pemasaran Batik Cina dirasakan oleh pengusaha industri
kecil Batik Pekalongan. Persaingan Batik Pekalongan dan Batik Cina
mengharuskan industri kecil untuk bertahan melawan persaingan tersebut.
1.2. Perumusan Masalah
Produk Batik Pekalongan khususnya yang berasal dari industri
kecilsebagai komoditas inti yang telah memiliki arah pemasaran dan
konsumen.Masuknya produk Batik Cina yang memiliki harga dibawah harga
pasar yang ada sampai mencapai 50 persen lebih murah dibandingkan harga
Batik Pekalonganmerupakan persaingan.Oleh karena itu, perlu mengkaji
mengenai daya saing kedua batik tersebut beserta dengan strategi industri
kecil Batik Pekalongan terhadap Batik Cina.
Ruang lingkup penelitianberfokus pada geografi industri, strategi
penghidupan dan daya saing.Rumusan masalah yang ada yaitu:
1. Bagaimanakah daya saing Batik Pekalongan sebagai komoditas inti
terhadap Batik Cina di Kota Pekalongan?
2. Bagaimanakah strategi daya saing pelaku usaha industri kecil Batik
Pekalongan terhadap produk Batik Cina?
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi daya saing pelaku usaha industri kecil Batik
Pekalongan secara umum terhadap Batik Cina.
7
2. Mengidentifikasi strategi daya saing pelaku usaha industri kecil Batik
Pekalongan terhadap produk Batik Cina.
Manfaat atau kegunaan penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini
adalah:
1. Sebagai bahan penyusunan skripsi untuk menempuh ujian akhir tingkat
sarjana di Fakultas Geografi dan memberikan sumbangan atas
perkembangan ilmu geografi khususnya mengenai Strategi daya saing,
yang dapat dilakukan dalam penelitian lebih lanjut atau yang sejenis.
2. Sebagai masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Pekalongan dalam
mempertimbangkan penyuluhan terhadap pengusaha industi kecil batik
Pekalongan.
3. Sebagai masukan pelaku usaha industi kecil batik Pekalongan dalam
menghadapi persaingan terhadap Batik Cina dan memberikan
pengetahuan mengenai daya saing Batik Pekalongan dan Batik Cina.
4. Memberikan informasi mengenai karakteristik Batik Cina dan dapat
memberikan motivasi kepada pengusaha Batik Pekalongan beserta
masyarakat untuk lebih peduli dan mencintai produk mereka sendiri.
5. Sebagai referensi untuk mengetahui strategi dan kendala yang dihadapi
oleh para pengrajin batik serta pelaku usaha Batik Pekalongan.
8
1.4. Tinjauan Pustaka
1.4.1. PendekatanGeografi
Menurut Bintarto (1975) Geografi adalah suatu ilmu pengetahuan
yang mempelajari kaitan sesama antara manusia, ruang, ekologi, kawasan
dan perubahan - perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kaitan sesama
tersebut. Pengertian ruang disini adalah sesuatu yang menyediakan
akomodasi dan memungkinkan aktifitas, pengertian ekologi dalam definisi
geografi adalah suatu studi mengenai interrelasi antara organisme dengan
lingkungan, sedangkan istilah kawasan dalam hal ini diartikan sebagai suatu
daerah yang memiliki homogenitas sosial, ekonomi, kultur, demografi dan
lain sebagainya.
Menurut Bintarto (1975) dalam perkembanganya pendekatan yang
digunakan dalam studi geografi lebih menekankan pada metode analisisnya,
sehingga terdapat tiga macam pendekatan yaitu pendekatan keruangan
(spasial), pendekatan ekologi (lingkungan) dan pendekatan kompleks
wilayah.
a. Pendekatan keruangan (spasial)
Pendekatan spasial adalah suatu metode yang mempelajari fenomena
geosfer dengan menggunakan ruang sebagai media untuk
menganalisis demensi keruangan yang dimunculkan
b. Pendekatan lingkungan (ekologi)
Pendekatan ekologi lebih menekankan kepada pendekatan elaborasi
secara intensif antara keterkaitan elemen – elemen lingkungan dengan
9
mahluk hidup lain atau aspek kehidupan yang ada, sehingga manusia
menjadi focus of analysis yang menekenkan manusia sebagai mahluk
yang berbudaya dan terkait aspek kehidupanya seperti tingkah laku
dan kegiatan. Dalam perkembanganya, analisis ekologi memiliki
beberapa tema yang dikembangkan yaitu (1) keterkaitan antara
manusia dengan lingkungannya, (2) keterkaitan antara kegiatan
manusia dengan elemen lingkungan, (3) keterkaitan antara physic –
artificial features dengan elemen – elemen lingkungan.
c. Pendekatan kompleks wilayah
Pendekatan kompleks wilayah dikembangkan sebagai bentuk
penggabungan antara pendekatan spasial dan pendekatan ekologi.
Pendekatan kompleks wilayah didasarkan pemahaman mendalam
mengenai keberadaan suatu wilayah sebagai suatu sistem, dimana
didalamnya terdapat banyak sekali subsistem dan terdapat banyak
elemen – elemen wilayah yang saling terkait.
1.4.2.Industri
1.4.2.1. Pengertian Industri
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan
mentah,bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi
barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk
kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri (Undang Undang No.
5 Tahun 1984).
10
1.4.2.2. Jenis – jenis Industri
Berdasarkan jumlah tenaga kerjayaitu :
a) Industri besar adalah perusahaan yang mempunyai pekerja 100
orang atau lebih.
b) Industri kecil adalah perusahaan yang mempunyai pekerja 5-19
orang.
c) Industri rumah tangga adalah usaha kerajinan rumah tangga yang
mempunyai pekerja antara 1-4 orang.
d) Industri sedang adalah perusahaan yang mempunyai pekerja 20-99
orang. (Badan Pusat Statistik:2013)
1.4.3. Batik
Pengertian Batik menurut (Djumena, 1990) adalah penggunaan
canting sebagai alat melukis dan malam sebagai perintang warna pada
selembar kain.Pengertian batik menurut (Hamzuri, 1994) adalah lukisan atau
gambar pada mori yang dibuat dengan menggunakan alat bernama canting.
Untuk menghasilkan suatu batik dibutuhkan mori dan malam sebagai bahan
dasar untuk membatik, pengertian mori menurut (Hamzuri, 1994) adalah
bahan baku batik yang terbuat dari katun. Pengertian malam (lilin) menurut
(Hamzuri, 1994) adalah bahan yang digunakan untuk membatik.
Proses pembuatan batik terdiri dari tiga jenis yang dituliskan oleh
Djumena (1990) dalam bukunya „Batik dan Mitra‟. Proses yang pertama
dikenal dengan istilah batik tulis, membatik pada dasarnya sama dengan
melukis diatas sehelai kain putih. Pada batik tulis, melukis dilakukan dengan
11
menggunakan canting dan sebagai bahan melukis menggunakan cairan
malam.Pengertian canting menurut Hamzuri (1994) adalah pokok untuk
membatik yang menentukan hasil pekerjaan itu dapat disebut batik atau
bukan batik.Canting terdiri dari mangkok kecil yang mempunyai carat atau
cucuk dengan tangkai yang terbuat dari bambu. Carat merupakan jalan
keluarnya cairan malam, carat memiliki berbagai ukuran tergantung besaran
titik yang akan dipakai melukis dan fungsi mangkuk kecil sebagai tempat
cairan malam. Pengerjaan batik tulis relatif memakan waktu yang lama, dapat
dikatakan dalam hitungan bulan hingga tahun dan membutuhkan ketelitian
serta keahlian yang tinggi.
Proses yang kedua adalah batik cap, dimana pembuatannya dengan
menggunakan cap yang dibentuk sesuai dengan motif yang dinginkan. Alat
cap batik digunakan untuk pengganti canting yang berfungsi mempercepat
proses pengerjaan batik. Proses pengerjaan batik cap relatif lebih singkat
yaitu hanya dua minggu sampai tiga bulan, tergantung dari keahlian para
pengrajin batik.
Proses membatik yang ketiga adalah sablon dan printing yang
sebenarnya ini bukanlah batik, karena pada hakekatnya batik dilihat dari
proses yang tradisional. Batik sablon dan print dapat diproduksi secara massal
menggunakan mesin dan pewarna kimia untuk mengejar kuantitas. Cara
pembuatan batik print menggunakan mesin dan teknologi printing yang
sering digunakan oleh batik dari Cina. Batik sablon tradisional Pekalongan,
pembuatannya menggunakan plangkrang kayu yang digosok dan
12
menghasilkan cetakan berdasarkan motifnya. Namun dari ketiga proses batik
yang telah dijelaskan diatas, terdapat pula tambahan proses batik. Menurut
Hamzuri (1994) terdapat proses membatik yaitu batik lukis yang berkembang
dikalangan seniman pelukis yang membuat pola pada selembar kain dengan
motif batik, lukisan tersebut disebut lukisan batik.
Karakteristik batik dapat dilihat dari coraknya, dari sehelai kain
tersebut dapat menggambarkan tentang daerah pembuatan batik seperti
ketrampilan, sifat, selera, letak geografis dan lain sebainya. Menurut Djumena
(1990) malam adalah campuran paraffin, lilin lebah, gondorukem dan lemak
hewan, komposisinya berdasarkan juragan batik, karena campuran tersebut
menentukan mutu batik yang dihasilkan.
Menurut Hamzuri (1994) pola ialah suatu motif batik dalam mori
ukuran tertentu. Motif batik terbagi menjadi dua yaitu motif batik tradisional
dan motif batik modern. Kebanyakan motif dari Pekalongan dipengaruhi oleh
kebudayaan Cina dan ukiran – ukiran dari Cirebon yang dibawa oleh para
pedagang yang singgah di Kota Pekalongan.Berikut merupakan beberapa
contoh gambar motif batik tradisional, disajikan pada Gambar 1.1 Motif Batik
Tradisional.
13
Batik Hokokai
Batik Hokokai Tulis
Batik Incim
Batik Parang
Gambar 1.1 Motif Batik Tradisional
Sumber : Dokumentasi Lapangan, 2013.
Batik Pekalongan sangatlah beragam, untuk memenuhi
perkembangan fashion dipasaran, para pengrajin batik membuat motif
modern, sehingga pasar tidak jenuh akan motif batik yang monoton. Selain
itu juga dapat memberikan motif baru yang segar dan disukai oleh
masyarakat dengan harapan bisa dipergunakan untuk lintas usia, beberapa
contoh motif batik modern disajikan pada gambar 1.2. sebagai berikut:
14
Batik modern motif kupu – kupu
Batik Modern Motif Gelombang
Batik Modern Motif Bunga 4
warna
Batik Modern Motif Bunga
Gambar 1.2 Batik Modern
Sumber : Dokumentasi Lapangan, 2013.
1.4.4 Daya Saing
Literatur mengenai daya saing memiliki tafsiran yang beragam, tak
satupun penulis yang menjadikan patokan sebagai definisi baku tentang semua
pihak, seperti yang disampaikan Michael Porter :
“There is no accepted definitin of competitiveness. Whichever definition of
competitiveness is adopted, an even more serious problem has been there is no
generally accepted theory to explain it …” (Porter, 1990)
Menurut Porter (1985) daya saing adalah inti dari kinerja perusahaan
dipasar yang kompetitif.
15
Daya saing mencakup efisiensi untuk mencapai sasaran dengan biaya
serendah mungkin dan efektivitas memiliki sasaran yang tepat. Pilihan tentang
inilah yang sangat menentukan dari sasaran industri. Daya saing meliputi tujuan
akhir dan cara mencapai tujuan akhir tersebut (Buckley, P.J.et.al, “Measures of
International Competitiveness: A Critical Survey”, Journal of Marketing
Management, 1988).
Menurut kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) Bambang Prasetya
disebuah media online okezone.com “berdaya saing artinya bukan hanya mampu
menembus pasar ekspor, tetapi bagaimana menjadikan pasar domestic sebagai
penyaring atas produk – produk impor yang harga rendah”.
Daya saing dapat menciptakan positioning, berbagai dimensi dapat kita
jadikan basis yaitu harga, mutu barang, ketersediaan atau citra produk. (Amir,
2011). Dimensi strategi daya saing menurut Porter (1980), spesialisasi yaitu
berusaha fokus pada segmen konsumen dan melayani pasar-pasar secara letak
geografisnya. Pengenalan brand adalah mencari derajat pengenalan brand
dibandingkan dengan kompetisi harga atau variabel lainnya. Product quality
adalah level kualitas produk dalam kaitannya dengan bahan mentah, spesifikasi,
kesetiaan untuk toleransi, fitur yang sedang berlangsung. Price policy adalah
posisi harga relatif di pasaran, biasanya posisi harga akan relatif dengan variabel
kualitas produk.
16
1.4.5 Strategi Daya Saing
Pengertian strategi menurut Morrisey (1997), yaitu digunakan untuk
menunjukan arah yang harus dituju oleh organisasi untuk digunakansebagai
daya dorong dan sebagai faktor utama untuk membantu menentukan produk,
jasa, dan pasar untuk saat ini dan masa depan.
Porter (1985) mengidentifikasi tiga tingkatan strategi pada bisnis
secara umum untuk mencapai keunggulan kompetitif yaitu unggul dengan
biaya rendah (cost leadership) yang merupakan penggunaan biaya untuk
besaing pada pasar yang lebih luas. Pengelolaan keseluruhan perusahaan
untuk kegiatan yang dapat memberikan perkembangan yang signifikan
dengan tujuan pengefisiensian biaya operasional dan menaikkan aset.
Diferensiasi merupakan karakteristik atau ciri khas untuk membedakan
produk yang diunggulkan dengan produk lain. Melalui keunikan ini
perngusaha dapat membebankan harga ekstra (premium) bagi produknya.
Selain itu fokus menyoroti sekelompok pasar tertentu, segmen lini produk
tertentu, atau pasar tertentu secara geografis.
Menurut Porter (1980), inovasi produk dapat memperluas pasar dan
menaikan pertumbuhan industri yang dapat mengakibatkan meningkatkan
perbedaan produk. Inovasi pemasaran dapat menaikan permintaan pasar,
terobosan media, serta tema baru periklanan dapat menambah konsumen dan
dapat mengurangi sensitivitas harga. Proses inovasi ini dapat menurunkan
atau menaikan modal secara intensif, skala ekonomi, integritas, merubah atau
memperbaiki pengeluaran serta pengalaman yang dapat meningkatkan
17
struktur industri. Perubahan kebijakan pemerintah dapat berpengaruh secara
signifikan, sebagian besar memasukan kebijakan dengan beberapa variabel
untuk menjalankan daya saing atau peluang.
18
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No Judul Penelitian Nama
Penulis
Jenis dan
Tahun
Penelitian
Tujuan Penelitian Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1.
Model
Peningkatan Daya
Saing Usaha Kecil
Batik di
Tulungagung
Berbasis Inovasi
Didik Eko
Julianto
Riset
-Menentukan metode yang
tepat agar usaha kecil dapat
lebih berdaya
Deskriptif
Kualitatif
Model peningkatan daya saing usaha
kecil batik di Tulungagung dapat
dilakukan dengan melakukan inovasi
desain maupun proses, inovasi bahan
baku daninovasi nilai
2.
Analisis Daya
Saing Jahe
Indonesia di Pasar
Internasional
Fitri Amelia
Skripsi
2009
-Untuk melihat struktur pasar
jahe dunia untuk dapat
mengetahui perilaku pasar
produsen Indonesia dalam
perdagangan internasional
-Mengukur keunggulan
Analisis
Deskriptif
Struktur pasar jahe dunia adalah
struktur pasar dominan, yang berarti
Indonesia adalah pricetaker dalam
perdagangan jahe.Untuk keunggulan
komparatif, di pasar Malaysia,
Indonesia memiliki daya saing yang
19
komparatif jahe Indonesia di
empat negara tujuan ekspor
untuk mengetahui daya saing
jahe Indonesia di pasar utama
ekspornya
baik pada tahun 2000 sampai 2004.
3.
Perdagangan
Bebas Regional
Dan Daya Saing
Ekspor: Kasus
Indonesia
Amalia
Adininggar
Widyasanti
Makalah
Juli 2010
-Produk mana yang
memperoleh atau kehilangan
saing di ASEAN dan pasar
Cina
-Negara-negara yang menjadi
pesaing utama Indonesia di
pasar ASEAN dan Cina.
Selain itu, makalah ini
berakhir dengan beberapa
kebijakan
Analisis
Deskriptif
Kualitatif
Indonesia dalam kodisi yang baik dan
telah membuka pangsa pasarnya sendiri
untuk beberapa produk.Namun
beberapa strategi kebijakan diperlukan
untuk produk-produk ini, terutama
untuk produk sayuran yang telah
kehilangan kesempatannya di pasar
ASEAN.Beberapa kebijakan yang
dibutuhkan diantaranya adalah
verifikasi produk, perbaikan kendali
mutu dan masalah yang terkait dengan
kesehatan.
20
Sumber: Internet, 2012.
4.
Daya Saing Batik
Pekalongan
Sebagai
Komoditas Inti
Terhadap Batik
Cina di Kota
Pekalongan
Nandi
Wardana
Skripsi
-Mengidentifikasi daya saing
Batik Pekalongan sebagai
komoditas inti terhadap Batik
Cina
-Mengidentifikasi strategi
daya saing pelaku usaha
industri kecil Batik
Pekalongan terhadap produk
Batik Cina
Deskriptif
Kualitatif
-
21
Beberapa penelitian yang berhasil di temukan terkait akan Batik Pekalongan dan
daya saing dengan beberapa judul yang ada dan tema penelitian yang berbeda,
terlihat masih adanya celah untuk meneliti terkait akan batik yang memiliki judul
dan tema penelitian yang berbeda dan sudut pandang penelitian yang berbeda
dengan masing – masing alur pemikiran yang ditunjang dari program studi.
Judul yang akan diteliti yaitu:
DAYA SAING BATIK PEKALONGAN SEBAGAI KOMODITAS INTI
TERHADAP BATIK CINA DI KOTA PEKALONGAN
22
1.5. Landasan Teori
Berdasarkan beberapa uraian tinjauan pustaka yang disesuaikan dengan
tujuan penelitian dalam strategi daya saing pelaku industri kecil Batik
Pekalongan sebagai komoditas inti terhadap Batik Cina di Kota Pekalongan,
dapat ditarik suatu landasan teori.
Landasan teori yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang
pertama, mengidentifikasi daya saing pelaku usaha industri kecil Batik
Pekalongan secara umum terhadap Batik Cina, yaitu dengan menggunakan
teori Porter (1980),dimensi daya saing strategi pengenalan brand dijadikan
sebagai bahasa komunikasi perdagangan oleh pelaku usaha atau pemerintah
terhadap konsumen batik, karena brand merupakan identitas suatu produk.
Kualitas produk juga sangat penting, karena kualitas produk menunjukan
beberapa level produk yang disajikan untuk konsumen. Semakin baik kualitas
maka semakin tinggi harga produk. Kemudian dimensi selanjutnya berupa
harga produk, dalam harga produk sangat menentukan kualitas produk yang
tentunya disesuaikan dengan harga pasar. Semakin mahal harga produk
tersebut biasanya kualitas produk semakin baik.
Landasan teori yang dapat digunakan untuk menjawab tujuan kedua,
mengidentifikasi strategi daya saing pelaku usaha industri kecil Batik
Pekalongan terhadap batik Cina yaitu mengacu pada teori yang dikemukakan
Morrisey (1997). Strategi digunakan untuk menunjukan arah yang harus dituju
oleh organisasi sebagai daya dorong dan sebagai faktor utama untuk membantu
menentukan produk, jasa dan pasar untuk saat ini dan masa depan. Strategi
23
yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu
strategi produk, strategi jasa dan strategi pasar untuk merangkum strategi yang
dilakukan oleh pelaku usaha kecil Batik Pekalongan terhadak Batik Cina.
Faktor-faktor strategi dalam menghadapi daya saing yaitu berupa
produk yang ditawarkan, faktor ini penting untuk organisasi atau pelaku usaha
industri kecil Batik Pekalongan untuk menghasilkan produk yang baik yang
ditawarkan kepasa pasar atau konsumen yang dilayaninya. Faktor penting lain
yaitu jasa yang ditawarkan, dimana variasi dari produk yang ditawarkan pada
dasarnya menyampaikan kepada pelanggan seperti informasi mengenai produk
batik yang diberikan oleh pelaku usaha Batik Pekalongan. Faktor selanjutnya
berupa pemasaran atau kebutuhan pasar, organisasi yang berfokus pada faktor
ini biasanya telah menjalin hubungan yang kuat pada pasar khususnya
konsumen, peningkatan penjualan produk dan jasa perlu ditingkatkan untuk
meningkatkan perluasan pemasaran.
Landasan teori untuk melengkapi dan memperkuat kedua tujuan
penelitian menurut Porter (1985) yaitu adanya diferensiasi dimana karakteristik
atau ciri khas dapat membedakan produk unggulan dengan produk dari
organisasi lain. Melalui keunikan ini pengusaha dapat membebankan harga
ekstra (premium) bagi produknya. Pada diferensiasi dapat menunjukan
perbedaan karakteristik produk baik dengan cara pembuatan atau motif yang
ada dan kemudian fokus menyoroti sekelompok pasar tertentu segmen lini
produk tertentu atau pasar tertentu secara geografis. Sehingga batik yang akan
24
dipasarkan memiliki segmen tertentu dengan harga yang disesuaikan dengan
kualitas dan cara pembuatannya.
Menurut Porter (1980), inovasi produk dapat memperluas pasar dan
menaikan pertumbuhan industri yang dapat mengakibatkan meningkatkan
perbedaan produk. Inovasi pemasaran dapat menaikan permintaan pasar,
terobosan media, serta tema baru periklanan dapat menambah konsumen dan
dapat mengurangi sensitivitas harga. Inovasi dalam membatik sangat penting
karena tanpa inovasi batik akan monoton hanya menghadirkan motif yang
sama setiap tahunnya. Akan tetapi jika adanya inovasi dalam membatik baik
motif, warna dan inovasi lainnya, maka adanya penyegaran dalam dunia batik
sangat baik untuk menungkatkan konsumen.Kemudian selanjutnya merupakan
dari kalangan pemerintah, perubahan kebijakan pemerintah dapat
mempengaruhi industri secara signifikan, sebagian besar langsung memasukan
kebijakan dengan beberapa variabel kedalam industri, untuk menjalankan daya
saing atau peluang.
Beberapa penggabungan landasan teori dari beberapa literatur tersebut,
diharapkan dapat digunakan untuk menjawab kedua tujuan penelitian, sehingga
mendapatkan hasil yang baik.
25
1.6. Kerangka Pemikiran
Kota Pekalongan yang terkenal akan sebutan Kota Batik yang memiliki
banyak industri kecil, menengah dan besar yang menjadikan produk Batik
Pekalongan sebagai komoditas inti. Masyarakat yang memiliki usaha industri
kecil Batik Pekalongan mengandalkan produksi dan penjualan batik untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, akan tetapi dengan adanya perdagangan bebas
maka produk Batik Cina masuk ke Indonesia dan merambah ke pasar Batik
Pekalongan sehingga tercipta persaingan antar kedua produk Batik tersebut di
pasaran.
Persaingan produk Batik Cina dan produk Batik Pekalongan sebagai
komoditas inti membutuhkan strategi daya saing pelaku industri Batik
Pekalongan sehingga produk Batik Pekalongan dapat terjual dengan baik di
pasaran. Daya saing yang digunakan untuk menunjang strategi yaitu dengan
melihat daya saing Batik Pekalongan terhadap Batik Cina berdasarkan daya
saing, produk, daya saing, jasa (iklan/sosialisasi) dan daya saing pemasaran.
Sehingga dari daya saing tersebut dapat diturunkan menjadi strategi untuk
menghadapi daya saing Batik Cina yaitu strategi jasa, strategi produk dan
strategi pemasaran. Hasil daya saing Batik Pekalongan sebagai komodias inti
terhadap Batik Cina di Kota Pekalongan dengan beberapa strategi yang
dilakukan oleh pengusaha industri kecil Batik Pekalongan diharapkan dapat
berdaya saing.
Berdasarkan uraian diatas maka kerangka pemikiran tersebut
dituangkan dalam bentuk diagram pada gambar 1.3, sebagai berikut:
26
Gambar 1.3. Kerangka Pemikiran
Produk Batik Pekalongan
Hasil Daya Saing:
- Produk
- Jasa
- Pemasaran
Strategi daya saing pelaku
industri batik Pekalongan
Hasil Strategi:
- Strategi Produk
- Strategi Jasa
- Strategi Pemasaran
Produk Batik Cina
Persaingan Produk
Daya Saing produk batik
Pekalongan
27
1.7. Batasan Operasional
Industri: kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang
lebih tinggi untuk penggunaannya. (Undang Undang No. 5 Tahun 1984).
Batik: penggunaan canting sebagai alat melukis dan malam sebagai perintang
warna pada selembar kain. (Djumena, 1990)
Industri kecil: merupakan industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja antara
5-19 orang, biasanya tenaga kerja diambil dari lingkungan sekitar. (BPS,
2013)
Daya saing: mencakup efisiensi untuk mencapai sasaran dengan biaya
serendah mungkin dan efektivitas memiliki sasaran yang tepat.Pilihan tentang
inilah yang sangat menentukan dari sasaran industri. Daya saing meliputi
tujuan akhir dan cara mencapai tujuan akhir tersebut. (Buckley, P.J.et.al,
1988)
Strategi: yaitu digunakan untuk menunjukan arah yang harus dituju oleh
organisasi untuk digunakan sebagai daya dorong dan sebagai faktor utama
untuk membantu menentukan produk, jasa, dan pasar untuk saat ini dan masa
depan. (Morrisey, 1997)