31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lebih lanjut matematika dapat memberi bekal kepada siswa untuk menerapkan matematika dalam berbagai keperluan. Akan tetapi persepsi negatif siswa terhadap matematika tidak dapat diacuhkan begitu saja. Umumnya pelajaran matematika di sekolah menjadi momok bagi siswa. Sifat abstrak dari objek matematika menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika. Akibatnya prestasi matematika siswa secara umum belum menggembirakan. Peranan Guru matematika yang baik adalah selalu berusaha dengan kompleks, dan tidak ada hal yang mudah untuk membantu semua siswa belajar atau membantu semua guru menjadi efektif. Meskipun demikian, banyak diketahui mengajar matematika yang efektif, perlu pengetahuan dalam memandu aktivitas dan pertimbangan profesional. Untuk bisa efektif, guru harus mengetahui dan memahami matematika ketika mereka sedang mengajar dan bisa memberi gambaran/ilustrasi pada pengetahuan dengan

Bab i (edit inty)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab i (edit inty)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan

penting dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lebih lanjut

matematika dapat memberi bekal kepada siswa untuk menerapkan matematika dalam

berbagai keperluan. Akan tetapi persepsi negatif siswa terhadap matematika tidak

dapat diacuhkan begitu saja. Umumnya pelajaran matematika di sekolah menjadi

momok bagi siswa. Sifat abstrak dari objek matematika menyebabkan banyak siswa

mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika. Akibatnya

prestasi matematika siswa secara umum belum menggembirakan.

Peranan Guru matematika yang baik adalah selalu berusaha dengan kompleks,

dan tidak ada hal yang mudah untuk membantu semua siswa belajar atau membantu

semua guru menjadi efektif. Meskipun demikian, banyak diketahui mengajar

matematika yang efektif, perlu pengetahuan dalam memandu aktivitas dan

pertimbangan profesional.

Untuk bisa efektif, guru harus mengetahui dan memahami matematika ketika

mereka sedang mengajar dan bisa memberi gambaran/ilustrasi pada pengetahuan

dengan fleksibel saat mereka tugas mengajar. Mereka perlu memahami dan merasa

terikat dengan para siswa mereka, ketika belajar matematika bersikap manusiawi

serta memiliki kemahiran dalam memilih dan menggunakan berbagai keterampilan

pendidikan dan strategi penilaian (Komisi pengawas Nasional Mengajar dan masa

depan America’s 1996) Sebagai tambahan, pembelajaran efektif memerlukan

cerminan/keteladanan dan usaha berkesinambungan untuk mencari peningkatan. Para

guru harus mempunyai sumber daya dan peluang besar dan sering untuk

meningkatkan serta menyegarkan pengetahuan mereka.

Fakta di lapangan Guru matematika sekolah kebanyakan mengajar dengan

pola informasi-contoh, soal-latihan, seasuai contoh. Hal ini sangat memprihatinkan.

Page 2: Bab i (edit inty)

Ini di buktikan dengan adanya hasil belajar siswa yang menurun dan nilai ketuntasan

siswa hanya mencapai 50% dari sekian banyak siswa di sekolah SMP N 1 BILUHU

Maka solusi yang saya ambil untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu

menerapkan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik

Beberapa ahli menyatakan bahwa pembelajaran Realistic Mathematics

Education (RME) tidak hanya unggul dalam membantu siswa untuk memahami

konsep-konsep, tetapi juga membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama,

berpikir kritis dan mengembangkan sikap sosial siswa. Di samping itu, keterampilan

Realistic Mathematics Education (RME) menjadi semakin penting untuk

keberhasilan dalam menghadapi tuntutan lapangan kerja yang sekarang ini

berorientasi pada pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari dan Realistic

Mathematics Education (RME) dalam pendidikan menjadi lebih penting lagi.

Berdasarkan uraian di atas peneliti sangat tertarik untuk melakukan suatu

penelitian yang diberi judul, “ Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Matematika

Realistik Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Persamaan Linear Satu

Variabel pada Kelas VII SMP N 2 LIMBOTO Kabupaten Gorontalo“.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas telah teridentifikasi

beberapa masalah antara lain :

1. Kegiatan belajar yang dilakukan oleh guru masih bersifat monoton, guru

kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan

pengetahuan yang di milikinya.

2. .Memotivasi guru untuk selalu mengasosiasikan materi yang diterimanya

dengan kondisi kehidupan anak.

Page 3: Bab i (edit inty)

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah hasil belajar siswa

pada materi persamaan linear satu variabel diterapakan pendekatan pembelajaran

matematika realistik lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diterapkan pendekatan

pembelajaran konversional

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Untuk memberi arah yang jelas tentang maksud dari penelitian ini dan

berdasar pada rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut, “ untuk mengetahui perbedaan signifikan antara hasil

belajar siswa pada Materi Persmaan Linear Satu Variabel yang diterapkan

Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik dengan yang diterapkan Pendekatan

Pembelajaran konvensional.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Bagi Guru

Dengan dilaksanakan penelitian ini guru berkesempatan menerapkan

pembelajaran yang dikembangkan

b. Bagi Siswa

1. Menumbuh kembangkan keterampilan berproses siswa dalam

memecahkan masalah

2. Meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar

3. Membantu pengembangan kompetensi siswa dalam pembelajaran

matematika

c. Bagi Peneliti

1. Mendapatkan pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran

2. Memberi bekal mahasiswa sebagai calon guru matematika untuk siap

melaksanakan tugas dilapangan sesuai kebutuhan dilapangan

Page 4: Bab i (edit inty)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Realistic Mathematics Education (RME)

Realistic Mathematics Education (RME) merupakan teori belajar mengajar

dalam pendidikan matematika. Teori RME pertama kali diperkenalkan dan

dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Teori ini

mengacu pada pendapat Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika harus

dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti

matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari.

Matematika sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus diberikan kesempatan

untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang

dewasa. Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan-

persoalan “realistik”. Realistik dalam hal ini dimaksudkan tidak mengacu pada

realitas tetapi pada sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa (Soedjadi, 2000).

Prinsip penemuan kembali dapat diinspirasi oleh prosedur-prosedur pemecahan

informal, sedangkan proses penemuan kembali menggunakan konsep matematisasi.

Menurut Slettenhaar (dalam Soedjadi, 2000:32) Pembelajaran ini mengacu

pada pendapat Freudenthal yaitu mathematics must be connected to reality and

mathematics as human activity yang artinya matematika harus dikaitkan dengan

realita dan matematika harus dekat dengan siswa dan relevan dengan kehidupan nyata

sehari-hari

Pembelajaran RME yang dimaksudkan dalam hal ini adalah matematika

sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa

sebagai titik awal pembelajaran. Masalah-masalah realistik digunakan sebagai sumber

munculnya konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal.

Pembelajaran RME di kelas berorientasi pada karakteristik RME, sehingga siswa

mempunyai kesempatan untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika atau

Page 5: Bab i (edit inty)

pengetahuan matematika formal. Selanjutnya, siswa diberi kesempatan

mengaplikasikan konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari

atau masalah dalam bidang lain. Pembelajaran ini sangat berbeda dengan

pembelajaran matematika selama ini yang cenderung berorientasi dengan memberi

informasi dan memakai matematika yang siap pakai untuk memecahkan masalah.

Penerapan Pendekatan Pembelajaran RME Menurut Pandangan Kontruktivis.

RME (Realistic Mathematics Education) memiliki filosofi yang mendasar

yaitu bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan tidak lagi dipandang sebagai

pengetahuan yang siap pakai. Filsafat ini mengakibatkan perubahan yang amat

mendasar tetang proses pembelajaran matematika. Bukan lagi hanya pemberian

informasi dalam pembelajaran matematika, tetapi harus mengubah menjadi aktivitas

manusia untuk memperoleh pengetahuan matematika. Konsekuensi dari pendangan

menyebabkan matematika bukan merupakan materi yang siap transfer tetapi

dipandang sebagai aktivitas manusia. Aktivitas manusia yang dimaksudkan adalah

filsafat matematika yang berhubungan dengan konteks manusia.

Konstruktivis ini dikritik oleh Vygotsky, yang menyatakan bahwa siswa

dalam mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial.

Konstruktivisme ini oleh Vygotsky disebut konstruktivisme sosial (Taylor, Cooper,

1998).

Pendekatan yang mengacu pada konstruktivisme sosial (filsafat konstruktivis

sosial) disebut pendekatan konstruktivis sosial. Filsafat konstruktivis sosial

memandang kebenaran matematika tidak bersifat absolut dan mengidentifikasi

matematika sebagai hasil dari pemecahan masalah dan pengajuan masalah (problem

posing) oleh manusia (Ernest, 1991). Dalam pembelajaran matematika, Cobb,

Yackel dan Wood (1992) menyebutnya dengan konstruktivisme sosio (socio-

constructivism). Siswa berinteraksi dengan guru, dengan siswa lainnya dan

berdasarkan pada pengalaman informal siswa mengembangkan strategi-strategi

untuk merespon masalah yang diberikan. Karakteristik pendekatan konstruktivis

sosio ini sangat sesuai dengan karakteristik RME.

Page 6: Bab i (edit inty)

Konsep ZPD dan Scaffolding dalam pendekatan konstruktivis sosio, di dalam

pembelajaran MR disebut dengan penemuan kembali terbimbing (guided

reinvention). Menurut Graevenmeijer (1994) walaupun kedua pendekatan ini

mempunyai kesamaan tetapi kedua pendekatan ini dikembangkan secara terpisah.

Perbedaan keduanya adalah pendekatan konstruktivis sosio merupakan pendekatan

pembelajaran yang bersifat umum, sedangkan pembelajaran MR merupakan

pendekatan khusus yaitu hanya dalam pembelajaran matematika. Sumber:

http://zainurie.wordpress.com/2007/04/13/pembelajaran-matematika-realistik-

rme/

Implementasi pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME)

Adapun implementasi pembelajaran pendekatan Realistic Mathematic

Education (RME) (Suharta, 2005:5) adalah sebagai berikut :

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Guru memberikan siswa masalah

kontekstual

Guru merespon secara positif

jawaban siswa. Siswa diberi

kesempatan untuk memikirkan

strategi siswa yang paling efektif

Guru mengarahkan siswa pada

beberapa masalah kontekstual

dan selanjutnya mengerjakan

masalah dengan menggunakan

pengalaman mereka

Guru mendekati siswa sambil

Siswa secara mandiri atau

kelompok kecil mengerjakan

masalah dengan strategi-strategi

informal

Siswa memikirkan strategi yang

paling efektif

Siswa secara sendiri-sendiri atau

berkelompok menyelesaikan

masalah tersebut.

Beberapa siswa mengerjakan di

papan tulis, melalui diskusi kelas,

Page 7: Bab i (edit inty)

memberikan bantuan seperlunya

Guru mengenalkan istilah

konsep.

Guru memberikan tugas di

rumah, yaitu mengerjakan soal

atau membuat masalah cerita

serta jawabannya sesuai dengan

matematika formal.

jawaban siswa dikonfrontasikan

Siswa merumuskan bentuk

matematika formal

Siswa mengerjakan tugas rumah

dan menyerahkannya kepada guru

Prinsip Utama RME

Menurut Asikin (2001: 2-3), tiga prinsip utama RME adalah :

1. Guided Reinvention dan Progressive Mathematization yaitu Melalui topik-topik

yang disajikan, siswa harus diberi kesempatan untuk mengalami sendiri proses

yang sama sebagaimana konsep matematika ditemukan. Hal ini dapat dilakukan

dengan cara memasukkan sejarah matematika, memberikan contextual problems

yang mempunyai berbagai solusi, dilanjutkan dengan mathematizing prosedur

solusi yang sama, serta perancangan alur belajar sedemikian rupa sehingga siswa

menemukan sendiri konsep atau hasil.

2. Didactical Phenomenology,Topik-topik matematika disajikan atas dua

pertimbangan yaitu aplikasinya serta kontribusinya untuk pengembangan konsep-

konsep matematika selanjutnya.

3. Self Developed Models, merupakan jembatan bagi siswa dari situasi real ke situasi

konkrit atau dari matematika informal ke matematika formal. Artinya siswa

membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah. Pertama adalah model

suatu situasi yang dekat dengan siswa . Dengan generalisasi dan formalisasi

Page 8: Bab i (edit inty)

model tersebut akan berubah menjadi model-of masalah tersebut. Model-of akan

bergeser menjadi model-for masalah yang sejenis, kemudian pada akhirnya akan

menjadi pengetahuan.

Sumber: http://matematika-website.blogspot.com

Karakteristik RME

Menurut Treffers dan Van den Heuvel-Panhuizen dalam Suharta (2005:2),

karakteristik RME adalah menggunakan konteks “dunia nyata”, model-model,

produksi dan konstruksi siswa, interaktif dan keterkaitan (intertwinment) dan

dijelaskan sebagai berikut :

1) Menggunakan konteks “dunia nyata”

2) Menggunakan model-model (matematisasi)

3) Menggunakan produksi dan konstruksi .

4) Menggunakan interaktif

5) Menggunakan keterkaitan (intertwinment)

2.1.2 Hasil Belajar

Belajar adalah suatu proses di mana seseorang memperoleh sesuatu yang baru.

Manifestasi dari belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku secara keseluruhan.

Jadi, seseorang yang telah belajar akan terdapat perubahan dalam aspek

psikomotorik, afektif dan kognitif.

Menurut Slameto (1995:78) secara psikologis, belajar dapat didefinisikan

sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku secara sadar dari hasil interaksinya dengan lingkungan.

Definisi ini menyiratkan dua makna: pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha

untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku.

Kedua, seseorang dikatakan belajar apabila setelah melakukan kegiatan belajar ia

menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi suatu perubahan. Semua kegiatan dan

Page 9: Bab i (edit inty)

usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku merupakan proses belajar sedangkan

perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar.

Setiap kegiatan belajar mengarah pada pencapaian tujuan belajar yang

maksimal, hal ini dikarenakan setiap individu mengharapkan hasil yang maksimal

pula. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan

kegiatan belajar yang dapat dilihat atau diukur dengan evaluasi.

Begitu pula kegiatan pembelajaran di sekolah menghendaki pencapaian tujuan

intruksional secara terus, sehingga diharapkan siswa akan dapat memperoleh hasil

belajar sesuai dengan kriteria tertentu. Hal ini, kriteria yang dimiliki siswa erat

kaitannya dengan keberhasilan dalam proses pembelajaran yang dinyatakan dengan

hasil belajar yang diperolehnya. Menurut Dimyati dan Mujiono (1994 : 26)

menyatakan bahwa: “hasil belajar adalah sebuah kegiatan mengajar yang

menghendaki tercapainya tujuan pelajaran dimana hasil belajar siswa ditandai dengan

skala nilai”.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya (Sudjana 2004 : 26). Dengan kata lain, hasil belajar

adalah tingkatan pencapaian siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran.

Klasifikasi hasil belajar berdasarkan teori Taksonomi Bloom (dalam

http://indramunawar.blogspot.com) hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui

tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah

sebagai berikut :

1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang

kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan

karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

Page 10: Bab i (edit inty)

3. Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi

neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Berdasarkan pengertian di atas, hasil belajar siswa adalah suatu hasil kegiatan

yang dicapai setelah melakukan kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan melalui

tes atau dinyatakan dengan skala nilai. Dengan demikian hasil belajar sangat

tergantung pada siswa yang melakukan kegiatan belajar tersebut, dalam arti makin

banyak usaha-usaha yang dilakukan siswa untuk belajar semakin baik pula hasil

belajar yang diperoleh.

Setelah mengadakan proses pembelajaran, diperlukan suatu tindakan untuk

mengetahui hasil dari belajar itu sendiri. Karakteristik dari hasil pembelajaran itu

dapat berupa keefektifan pembelajaran, efisiensi pembelajaran dan daya tarik

pembelajaran. Keekfektifan pembelajaran sangat erat kaitannya dengan pencapaian

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal ini dapat terlihat dari keefektifan

siswa dalam penguasaannya terhadap mata pelajaran yang diajarkan.

2.1.3 Uraian tentang Persamaan Linier Satu Variabel.

2.1.3.1 persamaan linear satu variabel

Kegiatan mengenal konsep PLSV akan lebih berarti bila di lalui dengan soal

cerita yang menggunakan objek-objek nyata. Sebelum mempelajari persamaan linear

satu variabel, siswa harus memahami pengertian kalimat pernyataan dan kalimat

terbuka.

1. Kalimat Pernyataan

Kalimat yang sudah bisa ditentukan benar atau salahnya dinamakan kalimat

pernyataan. Pada kalimat pernyataan ini guru harus menggunakan objek-objek nyata

untuk memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan kalimat pernyataan.

Misalnya guru bertanya pada siswa tentang jenis- jenis kalimat, seperti : kalimat

tanya, kalimat berita, dan kalimat perinta. Dimaksudkan untuk Mengaitkan

Page 11: Bab i (edit inty)

pengalaman kehidupan nyata anak dengan ide-ide matematika dalam pembelajaran di

kelas.

2. Kalimat Terbuka

Dalam matematika pun terdapat istilah kalimat terbuka, yaitu kalimat yang belum

diketahui nilai kebenarannya.

Pada kalimat terbuka terdaapat peubah atau variable yang dapat diganti oleh

sembarang bilangan, sehingga menjadi kalimat benar atau kalimat salah. Jadi,

Persamaan linear satu variable adalah kalimat terbuka yang menyatakan hubungan

sama dengan, dan hanya memiliki satu variable berpangkat satu.

3. Pengertian Persamaan Linear

Kalimat terbuka yang menggunakan tanda hubung ” = ” disebut persamaan. Jika

pangkat tertinggi dari variabel suatu persamaan adalah satu maka persamaan itu

disebut persamaan linear. Persamaan linear yang hanya memuat satu variabel disebut

persamaan linear satu variabel ( PLSV ).

Contoh 20 – x = 17 merupakan salah satu contoh PLSV

2.1.4 Kerangka Berfikir

Dalam pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata hanya dijadikan

tempat mengaplikasikan konsep. Siswa mengalami kesulitan matematika di kelas.

Akibatnya, siswa kurang menghayati atau memahami konsep-konsep matematika,

dan siswa mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan matematika dalam kehidupan

sehari-hari.

Salah satu pembelajaran matematika yang berorientasi pada matematisasi

pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday experience) dan menerapkan

matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah pembelajaran Matematika Realistik

(MR).

Karakteristik RME adalah menggunakan konteks “dunia nyata”, model-

model, produksi dan konstruksi siswa, interaktif, dan keterkaitan (intertwinment).

Berkaitan dengan hal itu, tulisan ini bertujuan untuk memaparkan secara teoretis

Page 12: Bab i (edit inty)

pembelajaran matematika realistik, pengimplementasian pembelajaran MR, serta

kaitan antara pembelajaran MR dengan pengertian. Pembelajaran Matematika

Realistik memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan kembali dan

merekonstruksi konsep-konsep matematika, sehingga siswa mempunyai pengertian

kuat tentang konsep-konsep matematika. Dengan demikian, pembelajaran

Matematika Realistik akan mempunyai kontribusi yang sangat tinggi dengan

pengertian siswa.

2.1 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka teori di atas, maka hipotesis penelitian yang diajukan

adalah : ”Ada perbedaan hasil belajar siswa pada materi Persamaan Linear Satu

Variabel yang di terapkan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik lebih

tinggi dari hasil belajar siswa yang terapkan Pendekatan Pembelajaran

Konvensional”.

Page 13: Bab i (edit inty)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3.1.1 Tempat Penelitian

SMP Negeri 2 Limboto Kabupaten Gorontalo

3.1.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama ± 3 bulan.

3.2 Desain Penelitian

Metode yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini adalah metode

eksperimen dengan variabel bebas yakni minat belajar siswa dan variabel terikat

yakni hasil belajar siswa dalam Penerapan Pendekatan Pembelajaran Matematika

Realistik Terhadap Hasil Belajar Siswa khususnya pada Materi Persamaan Linear

satu Variabel.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah minat belajar siswa. Minat

didefinisikan sebagai suatu motif yang menyebabkan individu berhubungan secara

aktif dengan sesuatu yang menariknya, dalam hal ini pendekatan pembelajaran

Matematika Realistik terhadap Hasil Belajar siswa . Dalam penelitian ini indikator

minat meliputi : pengalaman awal siswa, perasaan, dan motif.

Perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas

yang dilakukan.

Perasaan didefinisikan sebagai gejala psikis yang bersifat subjektif yang

umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal dan dialami dalam kualitas

senang atau tidak dalam berbagai taraf.

Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencari suatu tujuan.

Page 14: Bab i (edit inty)

2. Variabel terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam

pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan penemuan terbimbing.

Dalam penelitian indikator yang dilihat pada hasil belajar siswa adalah pengetahuan,

pemahaman dan penerapan.

Pengetahuan yaitu menyangkut kegiatan mengingat materi yang sudah

dipelajari dari yang sederhana sampai teori-teori yang sukar.

Pemahaman yaitu kemampuan memahami makna materi, misalnya menjelaskan

dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya.

3.4 Populasi adan Sampel Penelitian

3.4.1 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 2 Limboto

Kabupaten Gorontalo dari kelas VII pada Tahun Ajaran 2011/2012. Untuk kelas VII

ini terdapat dua kelas yaitu kelas VII 1 dan VII 2.

3.4.2 Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling

(pengambilan sampel secara sederhana). Kelas yang dijadikan sampel pada penelitian

ini di nilai homogen ditinjau dari berbagai aspek, seperti guru pemberi mata

pelajaran, materi yang diajarkan, buku (bahan) ajar yang digunakan, dan kemampuan

akademik siswa dari kelas tersebut. Adapun yang menjadi sampel pada penelitian ini

adalah kelas VII1 dengan jumlah siswa 25 orang.

3.5 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini ada dua jenis data yang dikumpulkan yaitu data hasil

belajar siswa dan data minat belajar siswa. Sumber dari kedua jenis data tersebut

adalah seluruh siswa yang menjadi sampel. Data hasil belajar diperoleh dengan

menggunakan instrumen berupa tes hasil belajar sesudah pembelajaran (post test),

sedangkan data minat belajar siswa diperoleh dengan menggunakan instrumen

Page 15: Bab i (edit inty)

angket. Sebelumnya instrumen yang digunakan diuji cobakan terlebih dahulu dikelas

yang tidak menjadi sampel dalam penelitian ini. Instrumen yang memenuhi kriteria

validitas, diambil untuk menjadi instrumen pengumpulan data. Sedangkan yang tidak

memenuhi kriteria, dibuang dan tidak akan digunakan sebagai instrumen

pengumpulan data.

3.5.2 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan dua jenis instrumen, yakni instrumen untuk

mengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dan instrumen untuk

mengukur minat belajar siswa. Instrumen untuk mengukur hasil belajar adalah tes

dalam bentuk essay, sedangkan untuk minat belajar adalah instrumen dalam bentuk

angket.

Instrumen pengukuran hasil belajar disusun berdasarkan definisi konseptual

hasil belajar dan dilanjutkan dengan pembuatan kisi-kisi tes hasil belajar (post tes)

yang memuat indikator hasil belajar. Hal ini bertujuan untuk melihat sejauh mana

hasil belajar yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran matematika.

Instrumen pengukuran minat belajar disusun berdasarkan definisi konseptual minat

belajar dan dilanjutkan dengan pembuatan kisi-kisi angket yang memuat indikator

minat belajar, yang meliputi perhatian, perasaan, dan motif yang bertujuan untuk

melihat seberapa besar minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika.

3.6 Teknik Analisis Data

Sehubungan dengan hipotesis yang telah dirumuskan, maka pengujian

dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik t-test. Statistik parametris

digunakan untuk menganalisis data interval atau rasio, yang diambil dari populasi

yang berdistribusi normal

3.6.1 Pengujian Normalitas Data

Pengujian normalitas data untuk mengetahui apakah data yang diperoleh

peneliti berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas yang

digunakan adalah uji Lilliefors. Dengan prosedur sebagai berikut :

Page 16: Bab i (edit inty)

1. Pengamatan X1,X2,…..¸Xn dijadikan bilangan baku Z1 ,Z2,….,Zn dengan

menggunakan rumus Z1=

X i−Xs

Dimana :

X = rata-rata sampel yang diperoleh dengan rumus

X=∑ X i

n

s = standar deviasi yang diperoleh dengan rumus

S2=∑ ( X i−X )2

n−12. Untuk bilangan baku menggunakan daftar distribusi normal baku,

kemudian dihitung peluang F (Z i=P (Z<Zi ))

3. Selanjutnya dihitung profosi Z1 ,Z2 ,. . .. .. . ,Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi ), maka

S( Z i)=Banyaknya Z1 , Z2 ,. .. , Zn yang ≤Z i

n

4. Hitung selisih F(Zi) - S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

5. Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

tersebut.

Cara pengujian normalitas data untuk minat belajar siswa didasarkan pada

hipotesis statistik berikut :

Ho : Data skor angket minat belajar siswa terdistribusi normal

H1 : Data skor angket minat belajar siswa tidak terdistribusi normal

Cara pengujian normalitas data hasil belajar siswa ini didasarkan pada hipotesis

statistik berikut :

Ho : Data skor tes hasil belajar siswa terdistribusi normal

Page 17: Bab i (edit inty)

H1 : Data skor tes hasil belajar siswa tidak terdistribusi normal

Kriteria pengujian normalitas data ini adalah jika Lhitung Ltabel maka

hipotesis H0 diterima, dengan Ltabel diperoleh dari daftar distribusi nilai kritis untuk uji

Lilliefors n = 30 dan taraf = 0,05.

3.7 Pengujian Hipotesis Statistik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah untuk mencari pengaruh dan

membuktikan hipotesis pengaruh antara dua variabel. Terlebih dahulu dilakukan uji

prasyaratan analisis uji normalitas. Langkah-langkah pengujian hipotesis ini adalah

sebagai berikut :

1 Uji Regresi Y atas X

a) Buat Model Regresi Linier Y atas X yaitu :

Y = a + bX

(Sugiyono, 2005: 244)

Dimana :

Y = subjek dalam variabel terikat (hasil belajar) yang diprediksikan.

a = harga Y bila X = 0 (konstan)

b = angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan

ataupun penurunan variabel terikat yang didasarkan pada variable bebas.

Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.

X = subjek pada variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu.

Dimana nilai b dapat dicari melalui persamaan berikut :

b =n ∑ XY − (∑ X ) (∑ Y )

n ∑ X2 − (∑ X )2 dan a = Y − b X(Sugiyono, 2005: 245)

Page 18: Bab i (edit inty)

Dimana:

a = harga Y bila X = 0 (konstan)

b = angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan

ataupun penurunan variabel terikat yang didasarkan pada variable bebas.

Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.

X = variabel bebas (minat belajar siswa)

X¿

= nilai rata-rata variabel bebas (minat belajar siswa)

Y = variabel terikat (hasil belajar siswa)

Y¿

= variabel terikat (hasil belajar siswa)

n = Banyaknya Soal

b) Uji Signifikansi Regresi (Uji Keberartian Koefisien Arah Regresi)

Pengujian signifikansi regresi menggunakan uji-F dengan rumus :

Fhitung =JK (reg )

JK ( S )(n−2 )

Hipotesis yang diuji :

Ho : model regresi tidak signifikan/berarti

H1 : model regresi signifikan/berarti

Kriteria pengujian :

Jika Fhitung ≥ Ftabel pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan derajat kebebasan

(dk) pembilang 1 dan dk penyebut = n – 2, maka regresi signifikan.

c) Uji Linieritas Regresi

Pengujian kelinieritasan regresi mnggunakan uji-F dengan rumus :

Fhitung (TC ) = RJK (TC )RJK (G )

Hipotesis yang diuji :

Page 19: Bab i (edit inty)

Ho : model regresi berbentuk linier

H1 : model regresi tidak berbentuk linier

Kriteria pengujian :

Jika Fhitung ≤ Ftabel maka Ho diterima dalam hala lain Ho ditolak pada taraf

signifikansi α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) pembilang = k – 2 dan dk

penyebut = n – k.

2 Uji Korelasi

Pengujian korelasi antara dua variabel menggunakan rumus sebagai berikut :

r =n ∑ XY − ∑ X ∑ Y

√ {n ∑ X2 − (∑ X )2} {n ∑ Y 2 − (∑Y )2}Nilai r adalah : I r I ≤ 1 atau -1 ≤ r ≤ 1, yang bermakna :

r = 0 : tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y

r = 1 : pengaruh positif sempurna variabel X terhadap Y

r = -1 : pengaruh negatif sempurna variabel X terhadap Y

Koefisien determinasi (r2 atau R2) adalah tingkat keeratan pengaruh antara

variabel. Rumus yang digunakan adalah :

Koefisien determinasi = r2 x 100%.

Pengujian signifikasi koefisien korelasi, selain dapat menggunakan tabel, juga

dapat dihitung dengan uji t yang rumusnya ditunjukan sebagai berikut :

t = r √n − 2√1 − r2

(Sugiyono, 2005 : 215)

Dimana :

t = nilai hitung statistik

r = koefisien korelasi

Page 20: Bab i (edit inty)

Cara pengujian hipotesis dalam penelitian ini didasarkan pada hipotesis statistik

berikut :

H 0 : μ1 ≤ μ2(Minat belajar siswa tidak memberi pengaruh yang signifikan/berarti

terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika yang

menggunakan pendekatan penemuan terbimbing)

H1 : μ1 > μ2 (Minat belajar siswa memberi pengaruh yang signifikan/berarti

terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika yang

menggunakan pendekatan penemuan terbimbing)

Kriteria pengujian hipotesis data ini adalah jika thitung ≥ ttabel maka hipotesis H1

diterima, dengan ttabel pada taraf signifikasi taraf nyata = 0,05 dan dk = (k – 2).