21
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di Indonesia, Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 41 tahun terakhir. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. 1 Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah yang cukup serius di Jawa Tengah. Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Jawa Tengah pada tahun 2010, sebanyak 35 kabupaten/kota sudah pernah terjangkit penyakit DBD. 2 Kabupaten Jepara merupakan daerah yang memiliki jumlah kejadian DBD yang cukup tinggi. Rekapitulasi data Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara, dari Januari sampai Desember 2014 terdapat 901 kasus dengan jumlah penderita meninggal sebanyak 6 orang (0,6%) . 3 Untuk tahun 2015 sendiri, bulan Februari ini (1 Februari - 6 Februari) telah didapatkan 81 kasus penderita DBD sekabupaten Jepara. 4 Di Kecamatan Pakis Aji, wilayah kerjanya mencakup 8 desa yaitu desa Slagi, desa Mambak, desa Suwawal, desa Lebak, desa Bulungan, desa Plajan, desa Kawak dan desa Tanjung. 5 Pada tahun 2013 kasus Demam Berdarah tercatat 1

edit BAB I PE

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kdk

Citation preview

Page 1: edit BAB I PE

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di Indonesia, Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menjadi masalah

kesehatan masyarakat selama 41 tahun terakhir. Jumlah penderita dan luas daerah

penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan

kepadatan penduduk.1

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah yang cukup

serius di Jawa Tengah. Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Jawa

Tengah pada tahun 2010, sebanyak 35 kabupaten/kota sudah pernah terjangkit

penyakit DBD. 2

Kabupaten Jepara merupakan daerah yang memiliki jumlah kejadian DBD

yang cukup tinggi. Rekapitulasi data Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara, dari

Januari sampai Desember 2014 terdapat 901 kasus dengan jumlah penderita

meninggal sebanyak 6 orang (0,6%) .3 Untuk tahun 2015 sendiri, bulan Februari

ini (1 Februari - 6 Februari) telah didapatkan 81 kasus penderita DBD

sekabupaten Jepara. 4

Di Kecamatan Pakis Aji, wilayah kerjanya mencakup 8 desa yaitu desa Slagi,

desa Mambak, desa Suwawal, desa Lebak, desa Bulungan, desa Plajan, desa

Kawak dan desa Tanjung.5 Pada tahun 2013 kasus Demam Berdarah tercatat

sebanyak 85 kasus, sedangkan pada tahun 2014 terdapat 119 kasus Demam

Berdarah Dengue.6

Desa Kawak merupakan salah satu desa wilayah kerja Puskesmas Pakis Aji

dengan jumlah penduduk pada tahun 2014 adalah 4.324 jiwa. Menurut data yang

didapatkan dari Puskesmas Pakis Aji, di desa Kawak, pada tahun 2014 terdapat 7

kasus. PadaJanuari 2015 terdapat 2 kasus, sedangkan pada Februari tahun 2015 ini

ditemukan kasus Demam Berdarah Dengue baru di Desa Kawak yang kemudian

akan segera ditindak lanjuti dengan kegiatan Penyelidikan Epidemiologi (PE)

1

Page 2: edit BAB I PE

sehingga kemungkinan penyebarluasan DBD dapat dibatasi. Hal tersebut

merupakan hal yang harus dilakukan pada setiap penemuan kasus baru DBD.6,7

Berdasarkan uraian di atas, maka penyelidikan epidemiologi ini dimaksudkan

untuk mengetahui penyebaran penyakit DBD lebih lanjut yang berada di Desa

Kawak, sehingga dapat mengetahui apakah ada penderita tambahan DBD serta

mengetahui keberadaan jentik nyamuk sebagai salah satu penyebab insidensi

kejadian kasus DBD. Keberadaan jentik nyamuk tersebut dapat diukur dengan

angka House Index (HI) yang menyatakan persentase rumah yang positif jentik

nyamuk dan angka Container Index (CI) yang menyatakan persentase tempat

penampungan air yang positif jentik nyamuk.8

B. BATASAN JUDUL

Laporan dengan judul “Penyelidikan Epidemiologi Demam Berdarah

Dengue Periode 2015 Di Desa Kawak, Kecamatan Pakis Aji, Kabupaten

Jepara Pada 12-21 Februari 2015” mempunyai batasan – batasan sebagai

berikut:

1. Penyelidikan Epidemiologi

Kegiatan pencarian penderita DBD atau tersangka DBD lainnya dan

pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di tempat tinggal penderita dan

rumah/bangunan sekitarnya, termasuk tempat umum dalam radius

sekurang-kurangnya 100 meter.9

2. Demam Berdarah Dengue

Penyakit demam akut disertai manifestasi perdarahan yang bertendensi

menimbulkan syok dan dapat menyebabkan kematian, menyerang pada

anak usia < 15 tahun namun tidak tertutup kemungkinan menyerang orang

dewasa. Tanda- tanda penyakit ini adalah demam mendadak dan terus

menerus sampai dengan 7 hari tanpa sebab yang jelas, lemah, lesu,

gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda-tanda perdarahan di kulit (petechiae),

lebam, ruam. Kadang-kadang mimisan, berak darah, dan kesadaran

menurun.10

3. Periode 2015 merupakan periode waktu penderita sakit DBD

2

Page 3: edit BAB I PE

4. Desa Kawak, Kecamatan Pakis Aji, Kabupaten Jepara

Sasaran Penyelidikan Epidemiologi dan termasuk salah satu wilayah kerja

Puskesmas Pakis Aji

5. Pada 12-21 Februari 2015

Batasan waktu dilaksanakannya penyelidikan epidemiologi kasus DBD di

Desa Kawak.

C. BATASAN OPERASIONAL

1. Karakteristik Orang :

Kasus Demam Berdarah Dengue adalah penderita Demam Berdarah

Dengue dan tersangka Demam Berdarah Dengue.

Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD): Penderita dengan

minimal 2 kriteria klinis dan 2 kriteria laboratorium (menurut WHO

1997).

Tersangka DBD: Penderita dengan gejala klinis DBD namun tidak

memenuhi kriteria diagnosis (menurut WHO 1997).

2. Karakteristik Tempat :

Pemeriksaan jentik dilakukan di tempat penampungan air yang tidak

beralaskan tanah, seperti bak mandi, tempayan, kaleng bekas, ban

bekas, pot bunga, tempat minum burung, yang merupakan tempat

berkembangbiak larva dari nyamuk Aedes aegypti yang bergerak

aktif di air.

Pemeriksaan dilakukan sejauh radius 100 meter (+ 20 rumah)

sekeliling rumah penderita DBD.

Rumah : bangunan untuk tempat tinggal termasuk bangunan yang

digunakan untuk usaha kecil seperti warung, toko, industri rumah.

Tempat Umum : Bangunan untuk pelayanan umum seperti sekolah,

musholla, rumah makan, pasar, dll.

3. Karakteristik Waktu :

3

Page 4: edit BAB I PE

Mencari penderita Demam Berdarah Dengue yang sakit dalam tahun

2015.

D. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pengkajian yang dilakukan meliputi :

Lingkup Lokasi : Desa Kawak, Kecamatan Pakis Aji, Kabupaten Jepara

Lingkup Waktu : Tanggal 12-21 Februari 2015

Lingkup Sasaran : Warga Desa Kawak

Lingkup materi : Penyelidikan Epidemiologi Demam Berdarah Dengue

(DBD)

Lingkup Metode : Wawancara, pengamatan langsung, dan pencatatan

E. TUJUAN

1. Tujuan umum : Mengetahui sumber penularan dan penyebaran Demam

Berdarah Dengue di Desa Kawakyang merupakan

wilayah kerja Puskesmas Pakis Aji, Kecamatan Pakis

Aji, Kabupaten Jepara.

2. Tujuan khusus :

a. Mendapatkan data tambahan atau tersangka penderita demam berdarah

di antara penderita demam berdarah di Desa Kawak, Kecamatan Pakis

Aji, Kabupaten Jepara periode 12-21 Februari 2015.

b. Mendapatkan data keberadaan jentik nyamuk penular di rumah

penderita dan rumah-rumah sekitarnya dalam radius sekurang-

kurangnya 100 meter dan dibandingkan dengan Angka House Index

standar Dinas Kesehatan Jepara, yaitu < 5%.

c. Mendapatkan data jumlah rumah bebas jentik di sekitar rumah

penderita rumah-rumah sekitarnya dalam radius sekurang-kurangnya

100 meter dan dibandingkan dengan Angka Bebas Jentik sesuai standar

Dinas Kesehatan Jepara yaitu > 95%.

4

Page 5: edit BAB I PE

d. Mendapatkan data jumlah container positif jentik di sekitar rumah

penderita rumah-rumah sekitarnya dalam radius sekurang-kurangnya

100 meter dan dibandingkan dengan Angka Container Indexsesuai

standar Dinas Kesehatan yaitu < 5%.

F. TINJAUAN PUSTAKA

1. Demam Berdarah Dengue

a. Definisi

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

(DHF) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang

ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Kedua jenis nyamuk ini terdapat pada hampir seluruh pelosok Indonesia,

kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas

permukaan air laut. Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang terjadi

baik pada anak maupun dewasa dengan gejala dan tanda utama yaitu

demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa sebab yang jelas, lemah,

lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda-tanda perdarahan di kulit,

lebam, ruam. Kadang-kadang disertai dengan mimisan, berak darah, dan

kesadaran menurun.10

b. Morfologi Nyamuk Aedes Aegypti

Tahapan pertumbuhan dan perkembangan nyamuk Aedes aegypti

dibagi menjadi:10,11

1. Telur

Telur nyamuk ini berbentuk elips atau oval memanjang, warna

hitam dengan ukuran 0,5-0,8 mm, permukaannya poligonal, tidak

memiliki alat pelampung dan cangkoknya mengandung chitine.

2. Larva

5

Page 6: edit BAB I PE

Bagian kepala dan dada besar, antena hampir tak berambut kecuali

rambut tunggal yang pendek. Ada sepasang kait dari chitine di setiap

sisi thoraks. Setiap sisi pada 8 segmen perut berbentuk bulu-bulu

membentuk jajaran garis. Larva ini tubuhnya langsing dan bergerak

sangat lincah, waktu istirahat membentuk sudut hampir tegak lurus

dengan bidang permukaan air.

3. Pupa

Bentuk tubuhnya bengkok dengan bagian kepala sampai dada lebih

besar bila dibandingkan dengan perutnya, sehingga seperti tanda baca

”koma”. Pada bagian punggung dada terdapat corong pernafasan

seperti trompet. Pada ruas perut ke-8 terdapat sepasang alat pengayuh

yang berguna untuk berenang. Gerakannya lebih lincah daripada larva.

Waktu istirahat, posisi pupa sejajar dengan bidang permukaan air.

4. Dewasa

Tubuhnya tersusun dari 3 bagian, kepala, dada dan perut. Pada

kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antena yang berbulu. Alat

mulut nyamuk betina tipe penusuk-penghisap dan termasuk lebih

menyukai manusia, sedang nyamuk jantan bagian mulutnya lebih

merah sehingga tidak mampu menembus kulit manusia, karena itu

tergolong lebih menyukai cairan tumbuh-tumbuhan. Dadanya tersusun

atas 3 ruas, setiap ruas terdapat sepasang kaki yang terdiri dari paha,

betis dan tampak tarsus. Pada bagian perut terdiri dari 8 ruas dengan

bintik-bintik putih.

c. Siklus Hidup Aedes Aegypti

Perkembangan nyamuk Aedes aegypti dimulai dari telur sampai

menjadi nyamuk dewasa melalui metamorfosa. Perkembangan telur

menjadi jentik rata-rata memerlukan waktu 2-3 hari, dari kepompong

hingga menetas menjadi nyamuk dewasa diperlukan waktu antara 7-14

hari. Perkembangan dari telur menjadi kepompong berlangsung di dalam

6

Page 7: edit BAB I PE

air. Segera setelah keluar dari kepompong, nyamuk dewasa siap untuk

menghisap darah dan melakukan perkawinan. Darah yang dihisap nyamuk

betina diperlukan untuk mematangkan telurnya sehingga dapat dibuahi

oleh benih jantan. Sepanjang hidupnya nyamuk betina cukup sekali

melakukan perkawinan guna membuahi telurnya.9.10

Sifat nyamuk Aedes aegypti sebagai berikut:9,10

a. Sangat domestik, senang tinggal di ruangan, senang beristirahat

di kamar gelap dan lembab serta senang hinggap pada benda-

benda bergantung seperti pakaian, kelambu, dan lain-lain.

b. Jarak terbang rata-rata 40-100 m.

c. Anthropophylic, khususnya nyamuk betina, yang berarti lebih

menyukai darah manusia daripada darah binatang. Menggigit

pada pagi, siang dan sore hari. Secara diam-diam nyamuk ini

mencari mangsanya dan mengigit berulang kali, yaitu menggigit

beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat. Hal ini

disebabkan Aedes aegypti sangat sensitif dan mudah terganggu.

Tempat perindukkan nyamuk Aedes aegypti adalah di air dan dapat

dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:9,10

a. Tempat penampungan air yang bersifat tetap pada umumnya

untuk keperluan rumah tangga seperti bak mandi, tempayan, vas

bunga dan lainnya.

b. Barang-barang bekas yang terisi air hujan, kaleng-kaleng bekas,

botol bekas, ban bekas, dan lain-lain.

c. Tempat perindukan alami seperti bekas potongan bambu, lubang

pagar, pelepah daun, lubang pohon yang kesemuanya terisi air.

Nyamuk Aedes aegypti pada temperatur dibawah 17° Aedes

aegypti tidak aktif menghisap darah. Kelembapan optimum bagi

kehidupan Aedes aegypti adalah 80% dan suhu udara optimum antara 28-

29°C. Pada suhu yang tinggi meningkatkan metabolisme tubuh, sehingga

7

Page 8: edit BAB I PE

masa inkubasi ekstrinsik menjadi lebih pendek. Diperkirakan pada musim

hujan frekuensi gigitan akan meningkat, karena kelembapan yang tinggi

memungkinkan dapat memperpanjang umur nyamuk. Untuk daerah yang

beriklim dingin, Aedes aegypti tidak aktif mengigit. Aedes aegypti

mengigit pada pagi, siang dan sore hari.9,10

d. Cara Penularan

Cara Penularan dari penyakit ini yaitu melalui gigitan nyamuk

Aedes. Ada beberapa spesies: Aedes aegypti, Aedes albopticus, Aedes

polynesiensis dan Aedes scutelarris yang dapat berlakusebagai vektor.

Nyamuk Aedes dapat menularkan virus Dengue kepada manusia,

baiksecara langsung (setelah menggigit orang yang sedang dalam fase

viremia), maupunsecara tidak langsung, setelah melewati masa inkubasi

dalam tubuhnya selama 8-10 hari(extrinsic incubation period). Masa

inkubasi di dalam tubuh manusia (intinsic incubationperiod) antara 4-6

hari. Manusia infektif hanya pada saat viremia saja (5-7 hari),

tetapinyamuk dapat infektif selama hidupnya.8,9,10

e. Kriteria Diagnosis

Diagnosis Demam Berdarah Dengue dapat ditegakkan berdasarkan

kriteria diagnosis menurut WHO tahun 1997 yang terdiri dari kriteria

klinis dan laboratoris.9,10,11

A. Kriteria Klinis:

Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus

menerus selama 2-7 hari.

Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:

1) Uji tourniquet positif.

2) Petechiae, ekimosis, purpura.

3) Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi.

4) Hematemesis dan atau melena.

Pembesaran hati.

8

Page 9: edit BAB I PE

Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi ,

hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak

gelisah.

B. Kriteria Laboratoris:

Trombositopenia (100.000/uI atau kurang)

Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20% atau

lebih.

Dua kriteria pertama ditambah trombositopenia dan

hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan

diagnosis klinis DBD. Efusi pleura dan atau hipoalbumnemia dapat

memperkuat diagnosis terutama pada pasien anemia dan atau terjadi

perdarahan. Pada kasus syok, peningkatan hemotokrit dan adanya

trombositopenia mendukung diagnosis DBD.

Derajat penyakit Demam Berdarah Dengue menurut WHO 1997

dapat diklasifikasikan dalam 4 derajat: 8,9

1. Derajat I :demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya

manifestasi perdarahan ialah uji tourniquet.

2. Derajat II :Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan

atau perdarahan lainnya.

3. Derajat III :Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan

lambat , tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang)

atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kaki dingin dan

lembab dan tampak gelisah.

4. Derajat IV :syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah

tidak terukur.

f. Pencegahan

Demam Berdarah Dengue dapat dicegah dengan memutus rantai

penularan yaitu dengan pemberantasan vektor. Vektor dengue khususnya

Aedes aegypti sebenarnya mudah diberantas karena sarang-sarangnya

terbatas di tempat yang berisi air bersih dan jarak terbangnya maksimum

9

Page 10: edit BAB I PE

100 meter. Tetapi karena vektor tersebar luas, untuk keberhasilan

pemberantasan diperlukan total coverage (meliputi seluruh wilayah) agar

nyamuk tidak dapat berkembang biak lagi.11,12

Cara pemberantasan vektor: 10,11

1) Penggunaan Insektisida

Yang lazim digunakan adalah malathion untuk membunuh

nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik.

Cara menggunakan malathion ialah dengan pengasapan (thermal

fogging) atau pengobatan (cold fogging). Penyemprotan

insektisida dilakukan jika ditemukan penderita/tersangka

penderita DBD lain atau sekurang-kurannya 3 penderita panas

tanpa sebab jelas dan jentik Aedes aegypti di lokasi tersebut.

Penyemprotan dilakukan 2 siklus dengan interval 1 minggu.

Penyemprotan ini diikuti penyuluhan dan gerakan PSN DBD

oleh masyarakat. Untuk pemakaian rumah tangga dapat

digunakan berbagai insektisida yang disemprotkan ke dalam

kamar/ruangan, misalnya golongan organofosfat, karbamat atau

prethoid. Cara penggunaan abate ialah dengan pasir abate (sand

granules) ke dalam sarang nyamuk Aedes yaitu bejana tempat

penampungan air. Dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1

gram abate SG 1% per 10 liter air atau 1 sendok makan peres

(10 gram) abate untuk 100 liter air.

2) Tanpa Insektisida

a. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air

minimal 1x seminggu (perkembangan telur ke nyamuk

lamanya 7-10 hari).

b. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.

c. Membersihkan halaman dari kaleng-kaleng bekas, botol-botol

pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk

bersarang.

10

Page 11: edit BAB I PE

d. Penyuluhan dan penggerakan masyarakat dalam PSN DBD

(gerakan 4M PLUS). Kegiatan ini dilakukan selama 1 bulan,

pada saat sebelum perkiraan peningkatan jumlah kasus yang

ditentukan berdasarkan data kasus bulanan DBD dalam 3-5

tahun terakhir.

e. Pemantauan Jentik Berkala (PJB) dilakukan setiap 3 bulan di

rumah dan tempat-tempat umum. Untuk pemantauan jentik

berkala di rumah dilakukan pemeriksaan sebanyak 100 rumah

sampel untuk setiap desa/kelurahan. Diharapkan angka bebas

jentik setiap kelurahan/desa mencapai > 95% akan dapat

menekan penyebaran penyakit DBD.

g. PemeriksaanJentik

Survey vektor DBD dapat dibedakan menjadi survey larva dan

survey nyamuk dewasa.Ada dua jenis metode survey larva,yaitu:10

Metode Survei Jentik:10

1. Single larva

Cara ini dilakukan dengan mengambil satu jentik di setiap tempat

genangan air yang ditemukan jentik untuk identifikasi lebih lanjut.

2. Visual

Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di

setiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Ukuran-ukuran

yang digunakan untuk mengetahui kepadatan jentik Aedes aegypti :

Angka House Index (HI) =

Jumlah rumah yang positif jentik x 100%

11

Page 12: edit BAB I PE

Jumlah rumah yang diperiksa

Angka Bebas Jentik(ABJ) =

Jumlah rumah yang tidak ditemukan jentik x 100%

Jumlah rumah yang diperiksa

Angka Container Index (CI) =

Jumlah container positif jentik x 100%

Jumlah container yang diperiksa

Angka House Index, Angka Bebas Jentik Nyamuk, dan Angka

Container Index lebih menggambarkan luasnya penyebaran

nyamuk di suatu daerah.

2. Penyelidikan Epidemiologi

a. Pengertian

Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani “epidemi” yang berarti

menimpa masyarakat (epi = atas; demos = penduduk). Epidemiologi mulai

berkembang dari pengalaman mempelajari wabah penyakit, seperti pes,

cholera dan cacar yang disertai dengan kematian yang tinggi. Dengan

berkembangnya ilmu epidemiologi ini kemudian diterapkan bukan hanya

terhadap “penyakit menular” tetapi juga terhdapa “penyakit tidak menular”.

b.Tujuan

Menggambarkan status kesehatan masyarakat atau populasi

Menentukan penyebab suatu masalah kesehatan atau penyakit

12

Page 13: edit BAB I PE

Menentukan riwayat secara alamiah suatu penyakit

Melaksanakan tindakan atau intervensi

Merencanakan penanggulangan masalah dengan tindakan

pencegahan

c. Komponen Epidemiologi

Model pendekatan epidemiologi hingga saat ini masih menggunakan

model dengan menggambarkan interaksi antara 3 faktor yaitu Host

(pejamu), Agent (penyebab penyakit), dan Environment (lingkungan).

Host (pejamu)

Adalah mahluk hidup termasuk manusia yang bias terinfeksi oleh

agent atau penyebab penyakit. Bagi pejamu ada beberapa faktor

intrinsic yang dapat mempengaruhi keretanan pejamu terhadap

faktor Agent. Faktor-faktor itu mencakup usia, jenis kelamin, ras,

sosial, status perkawinan, riwayat penyakit sebelumnya, cara hidup,

hereditas (keturunan), status gizi dan tingkat imunitas. Faktor-faktor

tersebut diatas penting diketahui karena akan mempengaruhi resiko

terpapar oleh sumber penyakit atau penyakit.

Agent

Agent atau penyebab penyakit adalah semua unsur atau elemen

hidup ataupun tidak hidup dimana dalam kehadirannya atau tidak

hadirnya, bila diikuti dengan kontak yang efektif dengan manusia

yang rentan akan menjadi stimulasi untuk memudahkan terjadinya

proses penyakit

Environment (lingkungan)

13

Page 14: edit BAB I PE

Faktor lingkungan dapat dikelompokan ke dalam 3 kelompok, yaitu:

Lingkungan fisik, meliputi : kondisi udara, musim, cuaca dan

kondisi geografi serta geologinya.

Lingkungan biologik, terdiri atas hewan atau tumbuhan-

tumbuhan yang berfungsi sebagai agent, reservoir, maupun

vector, dan mikroorganisme saprofit serta tumbuh-tumbuhan

yang merupakan sumber nutrient tetapi mungkin juga

menjadi allegen.

Lingkungan sosial-ekonomi meliputi kepadatan penduduk,

stratifikasi sosial, nilai-nilai sosial, kemiskanan dan lain-

lain. 8

14