12
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konteks komunikasi dapat dibagi beberapa cara. Jika dikategorikan berdasarkan jumlah manusia yang terlibat didalamnya, komunikasi dapat terjadi dalam bentuk komunikasi terhadap diri sendiri atau terhadap batin komunikator yang dapat disebut komunikasi intrapersonal. Jenis komunikasi lainnya, yakni komunikasi dengan orang lain (dua atau tiga orang) yang setiap hari dilakukan, bercakap-cakap atau sederhananya mengobrol, serta taraf selanjutnya adalah komunikasi dalam kelompok kecil hingga besar yang terdiri lebih dari tiga orang, sampai level komunikasi di dalam organisasi yang bersifat formal maupun informal, dan yang paling lebih luas adalah komunikasi yang melibatkan massa yang lebih besar lagi yakni komunikasi massa dan komunikasi publik (Vardiansyah, 2004). Berbicara mengenai komunikasi yang dilakukan oleh satu orang (komunikator) terhadap orang lain (komunikan) ada beberapa penyebutan istilah, mulai dari komunikasi antarpersonal, komunikasi antarmanusia, lalu ada juga yang menyebut dengan percakapan, dan yang paling umum adalah komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal ini selain identik dengan bertatap-muka (face to face) secara dekat antara komunikator dengan komunikannya, ciri yang paling kentara adalah komunikasi berlangsung dimana kedudukan komunikator maupun komunikan setara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41170/2/BAB I.pdf · Dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) BAB XII, tahun 2005 pasal 139, ayat 1 dinyatakan bahwa, pendidik

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41170/2/BAB I.pdf · Dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) BAB XII, tahun 2005 pasal 139, ayat 1 dinyatakan bahwa, pendidik

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konteks komunikasi dapat dibagi beberapa cara. Jika dikategorikan

berdasarkan jumlah manusia yang terlibat didalamnya, komunikasi dapat terjadi

dalam bentuk komunikasi terhadap diri sendiri atau terhadap batin komunikator

yang dapat disebut komunikasi intrapersonal. Jenis komunikasi lainnya, yakni

komunikasi dengan orang lain (dua atau tiga orang) yang setiap hari dilakukan,

bercakap-cakap atau sederhananya mengobrol, serta taraf selanjutnya adalah

komunikasi dalam kelompok kecil hingga besar yang terdiri lebih dari tiga orang,

sampai level komunikasi di dalam organisasi yang bersifat formal maupun

informal, dan yang paling lebih luas adalah komunikasi yang melibatkan massa

yang lebih besar lagi yakni komunikasi massa dan komunikasi publik (Vardiansyah,

2004).

Berbicara mengenai komunikasi yang dilakukan oleh satu orang

(komunikator) terhadap orang lain (komunikan) ada beberapa penyebutan istilah,

mulai dari komunikasi antarpersonal, komunikasi antarmanusia, lalu ada juga yang

menyebut dengan percakapan, dan yang paling umum adalah komunikasi

interpersonal. Komunikasi interpersonal ini selain identik dengan bertatap-muka

(face to face) secara dekat antara komunikator dengan komunikannya, ciri yang

paling kentara adalah komunikasi berlangsung dimana kedudukan komunikator

maupun komunikan setara.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41170/2/BAB I.pdf · Dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) BAB XII, tahun 2005 pasal 139, ayat 1 dinyatakan bahwa, pendidik

2

Diatas tataran komunikasi interpersonal ini terdapat tingkatan-tingkatan

komunikasi yang lebih luas, mulai dari komunikasi kelompok, komunikasi

organisasi, komunikasi massa, serta komunikasi publik. Dalam empat kategori

tersebut dapat berlangsung komunikasi intrapersonal maupun komunikasi

interpersonal didalamnya. Suatu contoh dalam komunikasi organisasi yang terjadi

di dalam organisasi, sangat mungkin terjadi komunikasi interpersonal antarpegawai

yang membicarakan seputar tugas pokok dalam pekerjaan mereka guna

menciptakan suatu tujuan organisasi. Hal inilah yang pertama-tama tidak disejajari

oleh peneliti. Peneliti beranggapan bahwa contoh komunikasi interpersonal yang

terjadi di lingkup organisasi telah masuk dalam komunikasi organisasi, bukan

masuk dalam lingkup komunikasi interpersonal, dikarenakan konteks yang

dibicarakan didalamnya menyangkut pencapaian suatu tujuan organisasi didalam

organisasi.

Terdapat moto yang lekat dengan olahraga “Mensana Incorpore Sano” (di

dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat) yang sering dipakai sebagai jargon

penyemangat dalam olahraga. Ternyata kalimat tersebut dinilai kurang lengkap

menurut Damarjati Supadjar, mantan ahli filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM)

pernah mengungkapkan bahwa, kalimat tersebut tidak dipahami secara utuh satu

kalimat yakni: “Orandum Est Ut Sit Mensana Incorpore Sano” (marilah kita berdoa

semoga di dalam tubuh yang sehat terdapat pula jiwa yang sehat), karena

menurutnya untuk menjadi ada jiwa yang sehat dalam tubuh yang sehat perlu

sebuah doa, dengan mengharap maka ada usaha untuk meraihnya (Anang, 2014).

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41170/2/BAB I.pdf · Dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) BAB XII, tahun 2005 pasal 139, ayat 1 dinyatakan bahwa, pendidik

3

Komunikasi interpersonal dapat terjadi dalam kegiatan berolahraga yang

salah satu tujuannya adalah menghasilkan prestasi dengan subjek atlet. Kesuksesan

atlet sendiri untuk menuai prestasi tidak mungkin sendiri tanpa bantuan pendidik

yang mengajari mulai awal cara bermain sampai dapat mempelajari teknik-teknik

tertentu. Ibarat anak yang lahir dan berkembang, tidak mungkin dapat berkembang

dan bisa sendiri segalanya. Tuntunan orang tua-lah yang dapat menjadikan sang

anak mengerti dan faham dalam berinterakasi dalam lingkungannya.

Dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) BAB XII, tahun 2005 pasal

139, ayat 1 dinyatakan bahwa, pendidik mencakup guru, dosen, konselor, pamong

belajar, pamong widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, pelatih, dan sebutan lain

dari profesi yang berfungsi sebagai agen pembelajaran peserta didik. Dalam hal

keolahragaan ini, pelatih-lah yang mampu menemukan bibit-bibit atlet, mampu

membimbing atlet, sampai jika mampu melahirkan atlet, meskipun ada pepatah

mengatakan “Experience is the best teacher'' (pengalaman adalah Guru yang

terbaik), Kehadiran pelatih ini guru terpenting bagi atlet.

Bibit-bibit atlet biasanya dimulai sejak kecil yang baru duduk di bangku

Taman Kanak-kanak (TK) sampai awal Sekolah Dasar (SD). Karena didalam

cabang olahraga (cabor) apa pun ada titik dimana atlet yang dapat bersaing dapat

mencapai kesuksesan di usia tertentu, yang disebut usia emas (golden age). Tiap-

tiap cabor berbeda-beda batas puncak usia emasnya. Diluar batas usia emas itu atlet

akan sulit bersaing lagi karena sudah bukan eranya. Seperti dalam Stone (2007:44),

untuk olahraga bulu tangkis rata-rata atlet berusia pemula hingga remaja, yakni usia

14-16 tahun sudah dapat mencapai titik spesialisasinya. Artinya di rentang umur

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41170/2/BAB I.pdf · Dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) BAB XII, tahun 2005 pasal 139, ayat 1 dinyatakan bahwa, pendidik

4

tersebut, atlet bulu tangkis sudah dapat ditentukan lebih cocok di sektor tunggal

atau ganda. Dan akan mencapai prestasi tertingginya di rentang umur 20-25 tahun.

Beberapa contoh pemain adalah mantan pemain tunggal putri Indonesia di era

1990-an yang kini menetap di negeri kincir angin, Mia Audina; mantan pemain

tunggal putra era 2000-an Taufik Hidayat; serta di era sekarang ada jagoan putri

Thailand, Ratchanok Intanon. Intanon meraih gelar juara di nomor tunggal putri

pada World Junior Championships (WJC) Badminton, sebuah kejuaraan bulu

tangkis tahunan untuk kategori umur di bawah 19 tahun (U19), sebanyak tiga kali

berturut-turut 2009 hingga 2011 saat berumur 14 tahun. Berbeda dengan pemain-

pemain Asia, pemain-pemain belahan benua Eropa biasanya menaiki usia emasnya

diatas usia 25 tahun, bahkan dapat bertahan hingga umur 30 tahun keatas.

Tabel 1. Pengelompokan Kategori Umur dalam Bulu Tangkis

Nomor Kategori Kelompok Umur Umur

1. Usia Dini dibawah 11 tahun (U11)

2. Anak dibawah 13 tahun (U13)

3. Pemula dibawah 15 tahun (U15)

4. Remaja dibawah 17 tahun (U17)

5. Taruna dibawah 19 tahun (U19)

Sumber:

https://badmintonindonesia.org/app/ranking/tournamentrank.aspx diakses

tanggal 20/10/2017

Olahraga tepok bulu sejak dipertandingkan untuk pertama kalinya di

kejuaraan multi event Olimpiade 1992, Barcelona-Spanyol, langsung

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41170/2/BAB I.pdf · Dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) BAB XII, tahun 2005 pasal 139, ayat 1 dinyatakan bahwa, pendidik

5

menyumbangkan medali emas bagi kontingen merah putih, sekaligus menciptakan

sejarah pengawinan medali emas sektor tunggal putra dan tunggal putri melalui

Alan Budikusuma - Susi Susanti. Hingga kala itu media menyebut Alan dan Susi

sebagai pasangan pengantin Olimpiade. Empat tahun kemudian di Atlanta-Amerika

Serikat, kembali menjadi saksi merah putih berkumandang melalui pasangan ganda

putra Rexy Mainaky/Ricky Subagja yang berdiri di podium tertinggi. Lagu

Indonesia Raya kemudian menggema di Sydney-Australia, pada Olimpiade tahun

2000. Sektor ganda putra berhasil meraih yang terbaik melalui Candra Wijaya/Tony

Gunawan. Olimpiade musim panas berikutnya bertempat di Athena-Yunani, giliran

pemain muda tunggal putra, Taufik Hidayat, berhasil berkalungkan medali emas.

Tahun 2008 bertempat di Beijing-Tiongkok, nomor ganda putra memperlihatkan

bahwa sektor inilah yang mampu diharapkan daripada 4 sektor bulu tangkis lainnya.

Melalui Markis Kido/Hendra Setiawan yang mampu mempencundangi pasangan

tuan rumah dilaga pamungkas. Selama enam belas tahun bulu tangkis mampu

menjadi lumbung emas berturut-turut dalam kejuaraan bergengsi ini.

Pada penyelenggaran Olimpiade 2012, publik tanah air dikejutkan dengan

kegagalan wakil-wakil terbaik yang tak dapat meneruskan tradisi emas. Alih-alih

mendapatkan medali, satu wakil yang tersisa di perebutan medali perunggu justru

kalah. Hasil tersebut membuktikan bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah

perbulutangkisan dunia, Indonesia tidak dapat meraih medali sama sekali.

Semenjak saat itu, Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan Komite

Olimpiade Indonesia (KOI) menyatakan bahwa, Indonesia diharapkan tidak

bergantung pada 1 cabor saja, namun harus ada cabor lain yang mampu dapat

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41170/2/BAB I.pdf · Dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) BAB XII, tahun 2005 pasal 139, ayat 1 dinyatakan bahwa, pendidik

6

menyumbangkan medali, sehingga bulu tangkis tidak berat memikul target medali

sendiri. Sementara cabor angkat besi yang tak diperhitungkan sebelumnya, diluar

dugaan berhasil menyumbangkan emas pertama dan terakhir bagi Indonesia pada

gelaran London-Inggris, dengan total 1 perak dan 1 perunggu. Berkaca dari hasil

ini, Kemenpora beserta jajarannya mulai menargetkan cabor angkat besi sebagai

cabor andalan lain dalam olahraga tahunan mendampingi bulu tangkis.

Hingga pada akhirnya di olimpiade tahun 2016 lalu, Rio de Jenairo - Brazil,

dibawah mantan kepemimpinan ketua PBSI (Persatuan Bulu tangkis Seluruh

Indonesia) saat itu, Gita Wiryawan, tim bulu tangkis Indonesia dapat kembali

merebut emas melalui Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir di sektor ganda campuran

yang melengkapi 2 perak sebelumnya yang diperoleh melalui 2 lifter Indonesia. Tak

tanggung-tanggung, pemerintah langsung memberi bonus yang fantastis sekitar Rp

5 miliar kepada peraih emas dan Rp 3 miliar bagi peraih perak, yang menjadikan

Indonesia peringkat kedua dibawah Singapura, sebagai negara pemberi bonus

terbesar olimpiade (Anonim, 2016). Momen inilah yang berusaha diciptakan oleh

Kemenpora agar atlet-atlet lainnya tidak mudah patah semangat dan terus berjuang

meraih prestasi, karena hasil berupa penghargaan materi akan mengikuti.

Seseorang yang terkenal di masa jayanya biasanya berasal dari daerah, tak

jarang berasal dari daerah pelosok yang nama daerahnya kurang begitu terdengar

daripada ibukota provinsi. Semua orang pasti tahu nama Taufik Hidayat. Namun,

belum tentu orang tahu bahwa Taufik berasal dari sebuah daerah bernama

Pangalengan, sekitar 40 km dari pusat kota Bandung. Masih di Jawa Barat, masih

ada yang tak kalah terkenalnya, yakni Susi Susanti. Salah satu atlet putri terbaik

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41170/2/BAB I.pdf · Dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) BAB XII, tahun 2005 pasal 139, ayat 1 dinyatakan bahwa, pendidik

7

yang pernah dimiliki Indonesia yang lahir di Kota Tasikmalaya, sekitar 112 km

jaraknya dari ibukota provinsi. Berbeda dengan peraih-peraih emas sebelumnya,

atlet peraih medali perak Olimpiade Sydney 2000, Hendrawan lahir di Malang,

Jawa Timur, kota yang sebenarnya bukan dimana kota gudangnya atlet. Dari klub-

klub kecil-lah atlet-atlet lahir, sampai berkembang pada level nasional hingga

internasional.

Kota Batu sekitar 20 km dari Kota Malang bukanlah kota olahraga ataupun

kota atlet. Kota hasil pemekaran wilayah Kabupaten Malang tahun 2001 ini

merupakan kota pariwisata sekaligus kota penghasil sayur-mayur. Umurnya yang

baru remaja, namun tergolong sukses menarik wisatawan berkunjung menikmati

keindahan objek-objek wisata, membuat Kota Batu juga dijuluki Kota Wisata Batu

(KWB). Setiap hari Minggu contohnya tak sulit menemukan aktivitas

masyarakatnya berolahraga, yang dapat dijumpai keramaiannya di seputaran alun-

alun kota dan daerah pemerintah kota (Pemkot). Dan tidak jauh dari pusat kota juga

masih terdapat Gelanggang Olahraga (GOR) Ganesha. GOR yang terletak

disebelah barat bianglala alun-alun ini merupakan sarana berbagai macam olahraga,

seperti bulu tangkis, bola voli, bola basket, futsal, dan sepak takraw. Selain

digunakan secara bergantian untuk sarana berolahraga, GOR milik Pemkot Batu ini

juga kerap digunakan untuk acara dan pertemuan lainnya.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41170/2/BAB I.pdf · Dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) BAB XII, tahun 2005 pasal 139, ayat 1 dinyatakan bahwa, pendidik

8

Gambar 1. Seringnya GOR Ganesha dipakai untuk kegiatan lain non-

olahraga.

Tiga kali dalam seminggu pemain-pemain bulu tangkis PBSI Batu berlatih.

Sayangnya, seringkali beberapa atlet ini molor datang hingga setengah jam.

Ketidakdisiplinan tersebut makin tercermin dari kedatangan atlet-atlet yang

seharusnya berlatih seminggu tiga kali, terkadang hanya datang sekali di jadwal

berlatih lainnya. Tak jarang klub yang didominasi atlet-atlet kelompok anak-anak

ini pun kurang memiliki pelatih aktif pada tiga kali pertemuan penuhnya. Peneliti

amati dalam pengamatan, terdapat sekitar 7 pelatih aktif harian, dan salah satu

pelatih aktif tersebut telah berumur renta.

Gambar 2. Honggi, pelatih renta PBSI Batu berumur 87 tahun.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41170/2/BAB I.pdf · Dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) BAB XII, tahun 2005 pasal 139, ayat 1 dinyatakan bahwa, pendidik

9

Tugas tersebut sangat-lah berat karena pelatih harus melatih banyaknya

anak dengan merangkap melatih beberapa kelompok umur dengan kondisi sifat

individu dan kemampuan individu yang berbeda-beda. Pada kesempatan Kejuaraan

Kota (Kejurkot) tahunan Bulu tangkis sekota Batu yang berlangsung pada 9-11

Desember 2016 yang lalu, Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI)

Kota Batu, Zainul Arifin, mengatakan bahwa, Kota Batu sama sekali tidak memiliki

atlet bulu tangkis level provinsi maupun nasional. Ini terbukti dari

ketidakikutsertaan tim bulu tangkis Kota Batu pada Pekan Olahraga Provinsi

(Porprov) ke-5 Jawa Timur yang berlangsung di Banyuwangi tahun 2015. Kota

Batu hanya memiliki atlet-atlet nasional dari cabor Paralayang yang mewakili

kontingen Jawa Timur dan telah dapat merebut medali pada Pekan Olahraga

Nasional (PON) ke-19 di Bandung, Jawa Barat 2016 (Irsya, 2016). Hal inilah yang

membuat KONI Batu tergerak terhadap cabor bulutangkis. Salah satunya melalui

Kepala Bidang Pembinaan Prestasi (Kabid Binpres) KONI Batu adalah lebih

memilih dan membina atlet kategori U13 dan U15 yang berprospek untuk lebih

digembleng menuju Porprov 2019 yang akan berlangsung di Kabupaten Gresik,

Jawa Timur. Terobosan KONI ini banyak menuai pro dan kontra dari sisi pengurus

maupun pelatih. Disisi pro, hal ini bagus karena atlet dapat secara terbagi dalam

kelompok utama dan dasar, namun disisi kontra karena beberapa atlet merasa

dianak-tirikan karena belum layak untuk masuk ke kelas yang lebih bagus, namun

menjadi motivasi dan penyemangat agar atlet berkemampuan dasar dapat lebih giat

berlatih

.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41170/2/BAB I.pdf · Dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) BAB XII, tahun 2005 pasal 139, ayat 1 dinyatakan bahwa, pendidik

10

Tabel 2. Jadwal Latihan PBSI Batu

Nomor Hari Selasa Kamis Minggu

1. Waktu 18.00 – 19.00 17.00 – 19.00 07.00 – 09.00

Sumber: Pengamatan langsung dan tim pelatih PBSI Batu.

Tabel 3. Daftar Pelatih PBSI Batu

No. Nama Pelatih Umur Status

1. Aditya Permana 20 tahun Pelatih Harian

2. Agus Pur - Pelatih Harian

3. Agus Naif 42 tahun vakum

4. Akhmad Firdaus 20 tahun Pelatih Harian

5. Alexander Kristanto 38 tahun vakum

6. Budi 44 tahun Pelatih Harian dan Senior

7. Didik Cahyono 57 tahun Pelatih Harian dan Senior

8. Didik Slamet Riyadi 41 tahun Pelatih Nonrutin dan Senior

9. Hari Kristanto 60 tahun vakum

10. Harjo - Pelatih Nonrutin

11. Honggi 87 tahun Pelatih Harian dan Senior

12. Inung - Pelatih Nonrutin

13. Lucky 25 tahun Asisten Pelatih

14. M. Arjun Rosul 17 tahun Asisten Pelatih

15. Nathaniel Go 20 tahun Asisten Pelatih

16. Ratnawati 47 tahun Pelatih Harian dan Senior

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41170/2/BAB I.pdf · Dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) BAB XII, tahun 2005 pasal 139, ayat 1 dinyatakan bahwa, pendidik

11

17. Teguh 25 tahun vakum

Sumber: Pengamatan langsung dan wawancara kepada Ratnawati,

selaku salah satu pelatih harian senior.

Selain mengadakan kelas khusus bagi atlet yang berprospek, KONI dan

PBSI Batu tetap rutin menyelenggarakan beberapa turnamen bulu tangkis level kota

di tiap tahunnya untuk regenerasi atlet. Pentingnya topik penelitian ini dipilih

adalah untuk melihat bagaimana peran pelatih menjalin komunikasi interpersonal

dengan atlet-atletnya menjelang salah satu kejuaran tahunan, karena hal ini adalah

hal yang harus dilakukan pelatih dalam proses belajar bersama dengan atletnya.

Tidak ada seorang atlet dimanapun yang dapat sukses jika tidak dibimbing oleh

salah satunya oleh pelatih.

Kemudian meneliti topik ini cukup memberikan tantangan apakah kota

sekecil Kota Batu dan bukan merupakan kota olahraga utamanya olahraga bulu

tangkis, dapat memberikan prestasi dikemudian hari untuk kotanya?. Karena

tentunya ada dana yang dialokasikan KONI Batu untuk cabor bulu tangkis ini.

Selain itu dengan adanya pro dan kontra yang dialami internal PBSI Kota Batu,

peneliti ingin melihat dan mengamati jalannya sistem pola latihan dan bagaimana

kedekatan antara pelatih dan atletnya dan sebaliknya apakah jalannya latihan akan

ada gangguan-gangguan terkait pro dan kontra, atau justru ada hasil positif

kedepannya untuk Kota Batu dengan adanya pro dan kontra tersebut. Persiapan

terdekat atlet bulu tangkis Kota Batu adalah menuju olimpiade olahraga tahunan

(non-akademik) Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) tingkat provinsi SD /

MI dan SMP / MTs di kota Surabaya pada 19 Juli 2018.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41170/2/BAB I.pdf · Dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) BAB XII, tahun 2005 pasal 139, ayat 1 dinyatakan bahwa, pendidik

12

B. Rumusan Masalah

Berdasar Latar Belakang yang telah dikemukakan peneliti diatas, rumusan

masalah yang dapat diteliti adalah bagaimana model dan proses komunikasi

interpersonal yang dijalin antara pelatih dengan atlet pemula dalam persiapan

menghadapi pertandingan O2SN tingkat provinsi pada klub bulu tangkis PBSI Kota

Batu?.

C. Tujuan Penelitian

Berdasar rumusan masalah yang telah disampaikan tersebut, maka

penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui model dan proses komunikasi

interpersonal antara pelatih dengan atlet pemula dalam persiapan menghadapi

pertandingan O2SN tingkat provinsi di klub bulu tangkis PBSI Kota Batu.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat akademis

Diharapkan dapat menambah kajian mengenai model komunikasi

interpersonal di dunia keolahragaan, khususnya olahraga bulu tangkis antara pelatih

dan atlet, terlebih bagi atlet kategori kelompok umur anak-anak hingga taruna yang

bukan merupakan atlet provinsi maupun nasional yang terpusat di pemusatan

latihan.

2. Manfaat praktis

Semoga dapat menjadi referensi atau rujukan kajian pustaka untuk

melengkapi penelitian-penelitian selanjutnya.