86
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Investasi dibedakan atas investasi langsung (direct investment) dan investasi portofolio (portofolio investment). Investasi portofolio dilakukan melalui pasar modal dengan instrument surat berharga seperti saham dan obligasi. Sedangkan investasi lansung dikenal dengan penanaman modal asing (PMA). Investasi langsung adalah suatu arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas operasi atau jaringan bisnisnya di negara-negara lain. Penanaman modal asing (PMA) atau Foreign direct investment (FDI) lebih banyak mempunyai kelebihan. Selain sifatnya yang permanen/ jangka panjang, penanaman modal asing memberi andil dalam alih teknologi, alih keterampilan manajemen dan membuka lapangan kerja baru. Lapangan kerja ini penting diperhatikan, mengingat bahwa masalah menyediakan lapangan kerja merupakan masalah yang harus dihadapi oleh pemerintah di setiap Negara. 1

BAB I print

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ekonomi

Citation preview

Page 1: BAB I  print

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Investasi dibedakan atas investasi langsung (direct investment) dan

investasi portofolio (portofolio investment). Investasi portofolio dilakukan melalui

pasar modal dengan instrument surat berharga seperti saham dan obligasi.

Sedangkan investasi lansung dikenal dengan penanaman modal asing (PMA).

Investasi langsung adalah suatu arus modal internasional dimana perusahaan dari

suatu negara mendirikan atau memperluas operasi atau jaringan bisnisnya di

negara-negara lain.

Penanaman modal asing (PMA) atau Foreign direct investment (FDI) lebih

banyak mempunyai kelebihan. Selain sifatnya yang permanen/ jangka panjang,

penanaman modal asing memberi andil dalam alih teknologi, alih keterampilan

manajemen dan membuka lapangan kerja baru. Lapangan kerja ini penting

diperhatikan, mengingat bahwa masalah menyediakan lapangan kerja merupakan

masalah yang harus dihadapi oleh pemerintah di setiap Negara.

Secara garis besar, peran penanaman modal asing terhadap pembangunan

bagi negara sedang berkembang dapat diperinci menjadi empat: (1) Sumber dana

eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan oleh negara sedang berkembang

sebagai dasar untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi. (2)

Pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu diikuti dengan perpindahan struktur

produksi dan perdagangan. (3) Modal asing dapat berperan penting dalam

memobilisasi dana maupun transformasi struktural. (4) Kebutuhan akan modal

1

Page 2: BAB I  print

2

asing menjadi menurun segera setelah perubahan struktural benar-benar terjadi

meskipun modal asing di masa selanjutnya lebih produktif.

Namun, masuknya modal asing menimbulkan pro dan kontra dalam

menanggapinya. Beberapa alasan yang menentang masuknya PMA antara lain

adalah : (1) Di dalam kenyataannya, sangat jarang perusahaan multinasional

bersedia menanamkan kembali keuntungan yang diperolehnya di Negara-negara

berkemban. (2) Dilihat dari kepentingan neraca pembayaran, apabila neraca

pembayaran mengalami tidak keseimbangan, suatu kondisi dimana uang yang

dibayarkan dari negara itu lebih besar dibandingkan dengan uang yang diterima

dari negara lain, kondisi ini menimbulkan berbagai macam dampak negatif,

seperti ; kurs valuta asing yang tidak stabil, kondisi ekonomi menjadi menurun

perkembangannya, aliran uang berpindah keluar negeri, hingga pendapatan rata –

rata masyarakat menjadi menurun. (3) Meskipun perusahaan multinasional turut

menyetor pajak kepada Negara, mereka sering mendapatkan keringanan pajak dari

pemerintah, serta perlindungan-perlindungan lainnya. (4) Tidak jarang tujuan

transfer teknologi tidak dapat berjalan dengan lancar. Disamping kesempatan

tenaga kerja lokal yang masih sulit untuk menduduki posisi-posisi kunci dalam

perusahaan.

Terlepas dari pandangan-pandangan menentang tersebut, Negara

Indonesia dinilai masih banyak membutuhkan uluran penanaman modal asing

tersebut. Beberapa alasan yang melatarbelakanginya adalah : (1) Kemampuan

menabung masyarakat Indonesia yang belum baik, sehingga kebutuhan modal

dalam negeri masih kurang. (2) Masih banyak sektor yang belum dapat dikelola

Page 3: BAB I  print

3

sendiri oleh tenaga dan manajemen dalam negeri. (3) Belum mampunya

perusahaan dalam negri untuk meminimumkan biaya produksi per unit dan

memaksimalkan kemampuan tenaga kerja dalam meningkatakan produksi,

sehingga lebih menguntungkan jika diserahkan pengelolaannya pada investor

asing. (4) Meskipun masih sedikit, kita dapat belajar mencoba proses transfer

‘kemampuan’ dari para perusahaan multinasional tersebut, disamping perusahaan

tersebut banyak juga turut membantu pemerintah dalam membuka pusat usaha

baru di tempat-tempat yang selama ini jauh dari kegiatan ekonomi.

Sebagai Negara sedang berkembang, Indonesia mempunyai keinginan

yang kuat untuk melaksanakan pembangunan ekonominya, sehingga salah satu

cara yang dilakukan Indonesia demi tercapainya hal tersebut adalah dengan

menarik sebanyak mungkin investor asing untuk masuk ke Indonesia. Indonesia

merupakan Negara dengan memiliki begitu banyak kelebihan dan keuntungan

yang menjadi daya tarik bagi investor asing, mulai dari sumber daya alam yang

melimpah yang dapat menjadi sumber bahan baku bagi perusahaan.

Selain itu Indonesia memiliki luas geografis dengan beanekaragam

budaya, membuat Indonesia memiliki pasar ekonomi yang variatif, dimana

dengan beanekaragamnya budaya di Indonesia, bentuk konsumen pun memiliki

tipikal yang berbeda dengan kebutuhan yang beaneka ragam. Sehingga berbagai

produk yang berbeda dapat dipasarkan di Indonesia.

Masuknya PMA ke Indonesia juga membawa keuntungan bagi masyarakat

dan pemerintah. Kepada masyarakat, penanaman modal asing akan menambah

kesempatan kerja dan mengurangi masalah pengangguran yang dihadapi

Page 4: BAB I  print

4

pemerintah. Kemampuan perusahaan-perusahaan asing menggunakan teknologi

yang lebih tinggi menyebabkan tingkat produktivitasnya  tinggi dan oleh

karenanya dapat membayar gaji yang lebih tinggi daripada yang sanggup dibayar

oleh perusahaan nasional. Teknologi yang lebih tinggi tersebut memungkinkan

masyarakat untuk memperoleh barang-barang dengan harga yang lebih murah dan

lebih baik mutunya. Sedangkan bagi pemerintah, keuntungan dari penanaman

modal asing adalah sebagai sumber penghasilan pendapatan, berupa pajak yang

dikenakan atas keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan asing.

Table 1 memperlihatkan bahwa sepanjang periode tahun 1980-2009

investasi asing di Indonesia cenderung berfluktuasi. Sejak 1981-1983 laju

pertumbuhan investasi asing terus meningkat dengan pertumbuhan sebesar 41,06

persen pada tahun1983. Pertumbuhan investasi asing tertinggi pada tahun 1988

yaitu mencapai 204,34 persen dengan besar investasi yang mencapai Rp 4.434,5

miliar rupiah. Kenaikan ini disebabkan karna dikeluarkannya kebijakan paket

oktober 1988, tentang paket deregulasi penanaman modal asing. Paket deregulasi

penanaman modal asing praktis telah membuka hampir semua sektor usaha bagi

modal asing termasuk cabang-cabang produksi yang penting, dan menguasai hajat

hidup orang banyak. Dan juga dalam kebijakan pakto 1988 pemerintah membuka

kembali perizinan pendirian bank swasta nasional baru dengan modal disetor

minimum sebesar Rp10 milyar dan bank perkreditan rakyat (BPR) dengan modal

disetor minimum sebesar Rp50 juta.

Page 5: BAB I  print

5

Tabel 5. Perkembangan Investasi Asing di Indonesia Tahun 1980-2009

Tahun Investasi Asing (Milyar Rp)

Laju Pertumbuhan (%)

1980 899,5 -1981 914,4 1,661982 1.774,3 90,761983 2.460,5 41,061984 1.332,3 -45,851985 946,5 -28,961986 826,2 -12,711987 1.457,1 76,361988 4.434,5 204,341989 4.718.8 6,411990 8.750,1 85,431991 8.778,2 -89,981992 10.340 1078,751993 8.141,8 -21,261994 23.724,3 191,391995 39.914,7 68,241996 29.931,4 -25,011997 33.832,5 13,031998 13.550,7 -59,951999 10.890,6 -19,632000 15.413,1 41,532001 15.044,2 -2,392002 944,1 -93,722003 13.207,2 1298,922004 10.277,5 -22,182005 13.579,3 32,132006 15.623,9 15,062007 40.145,8 156,952008 42.102,8 4,872009 43.270,5 2,77Sumber: badan pusat statistik

Pada tahun 1998 merupakan laju pertumbuhan investasi yang terendah

yaitu sebesar -59,95 persen. Hal ini disebabkan karena pihak investor takut untuk

menanamkan modalnya akibat keadaan perekonomian Indonesia yang tidak stabil

yang disebabkan oleh terjadinya krisis ekonomi.

Page 6: BAB I  print

6

Investasi asing secara garis besar dipengaruhi oleh: (1) Suku bunga, suku

bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang atau pinjaman,

yang dinyatakan sebagai persentase. Para pengusaha hanya akan melaksanakan

keinginan untuk menanam modal apabila tingkat pengembalian modal dari

investasi yang dilakukan, yaitu persentasi keuntungan yang akan diperoleh

sebelum dikurangi bunga uang yang dibayar, lebih besar dari bunga. Oleh sebab

itu dalam analisis makroekonomi, analisis mengenai investasi lebih ditekankan

kepada menunjukkan peranan suku bunga dalam menentukan tingkat investasi

dan akibat perubahan suku bunga ke atas investasi dan pendapatan nasional.

(2) Inflasi, inflasi adalah suatu keadaan dimana harga barang secara umum

mengalami kenaikan secara terus menerus atau terjadi penurunan nilai mata uang

dalam negeri. Dengan kata lain, inflasi juga berarti menurunnya nilai mata

uang secara kontinyu. Jika inflasi meningkat, nilai uang juga secara otomatis akan

menyusut. Akibatnya, dengan jumlah uang yang sama kita hanya mampu membeli

produk atau jasa dalam jumlah yang semakin sedikit. Berdasarkan tingkat

kenaikannya, inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi

ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan

harga berada di bawah angka 10% setahun, inflasi sedang antara 10%—30%

setahun, berat antara 30%—100% setahun, dan hiperinflasi atau inflasi tak

terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau

tidaknya inflasi. Jika tingkat inflasi ringan, mempunyai pengaruh yang positif

dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan

Page 7: BAB I  print

7

pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan

mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat

terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau

(3) Kurs, Terdapat dua cara untuk menyatakan kurs, yaitu : 1. Model

Eropa yang sering disebut dengan Indirect Quote, Model ini merupakan cara yang

paling umum dipakai dalam perdagangan valuta asing atau antarbank diseluruh

dunia. Penetepan kursnya dilakukan berdasarkan pada berapa unit mata uang

asing yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang dalam negeri. 2. Model

Amerika yang sering disebut Direct Quote, Model ini disebut sebagai harga satu

unit mata uang asing dalam mata uang domestik. Model ini menjelaskan berapa

unit rupiah yang dibutuhkan untuk membeli satu unit US$. Kurs ini merupakan

kurs yang biasa dipakai di Indonesia.

Kurs juga turut mempengaruhi keputusan foreign direct investment yang

dilakukan oleh perusahaan asing. Hal ini berkaitan dengan risiko nilai tukar dan

bagaimana preferensi investor dalam menyimpan aset yang dimilikinya dalam

bentuk mata uang tertentu. Anggaplah seorang investor asing (amerika) ber

investasi di Indonesia dengan membawa uang sebesar satu juta dollar, jika pada

saat itu satu dollar bernilai 9000 rp, maka nilai investasinya sebesar 9.000.000.000

milliar rp. Dan setahun kemudian investor tersebut ingin mengambil kembali uang

yang telah di investasikan tersebut dengan nilai $1 adalah 8500 rp, jadi nilai uang

yang dibawa kembali ke amerika adalah sebesar $1.058.823.

(4) PDB, Pendapatan nasional yang tinggi akan memperbesar pendapatan

masyarakat dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang tinggi itu akan

Page 8: BAB I  print

8

memperbesar permintaan atas barang-barang dan jasa. Maka keuntungan yang

dicapai oleh sektor usaha dapat mencapai targetnya, dengan demikian pada

akhirnya akan mendorong investasi-investasi baru pada berbagai sektor usaha.

Dengan demikian, dalam jangka panjang apabila nilai pendapatan nasional (PDB)

semakin bertambah tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi pula. Dan

sebaliknya semakin rendah nilai pendapatan nasional (PDB), maka nilai

permintaan investasinya akan semakin rendah pula.

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat perkembangan suku bunga internasional

pada tahun 1994-2009. Suku bunga internasional yang tertinggi yaitu pada tahun

2005 dengan pertumbuhan 89,62 %. Tingginya tingkat suku bunga internasional

pada tahun ini di sebabkan karna akibat naiknya harga minyak dunia

yang mencapai level tertinggi di US$ 71 per barel di akhir

Agustus 2005. Dan perkembangan yang paling rendah pada tahun 2009

dengan pertumbuhan -50,00 %. Pada Tabel 2 juga dapat dilihat perkembangan

inflasi yang cendrung berfluktuasi. Inflasi yang paling tinggi yaitu pada tahun

1998 dengan pertumbuhan 602,53 %. Hal ini disebabkan karna krisis ekonomi

yang terjadi pada tahun tersebut. Dan yang paling rendah pada tahun 2009 dengan

pertumbuhan -74,86 %.

Page 9: BAB I  print

9

Tabel 2: Suku bunga internasianal, Inflasi, kurs dan PDB di Indonesia dari tahun 1997-2009

Tahun

Suku Bunga Internasional Inflasi Kurs PDB

(LIBOR)(%)

Laju Pertumbuha

n (%)

Inflasi (%)

Laju Pertumbuhan

(%)

Kurs Rp/US$

Laju Pertumbuha

n (%)

PDB(Milyar

Rp)

Laju Pertumbuha

n (%)1990 7,56 - 9,53 - 1.901 - 949.641 -1991 6,34 -16,14 9,52 -0,10 1.992 4,79 1.018.063 7,211992 4,24 -33,12 4,94 -48,11 2.062 3,51 1.061.248 4,241993 3,34 -21,22 9,77 97,77 2.110 2,33 1.151.490 8,501994 4,79 43,41 9,24 -5,42 2.200 4,27 1.238.321 7,541995 6,05 26,30 8,64 -6,49 2.308 4,91 1.340.101 8,221996 5,78 -4,46 6,47 -25,12 2.383 3,25 1.444.873 7,821997 6,06 4,84 11,05 70,79 4.650 95,13 1.512.781 4,701998 5,54 -8,58 77,63 602,53 8.025 72,58 1.314.202 -13,131999 5,73 3,43 2,01 -97,41 7.100 -11,53 1.324.599 0,792000 6,84 19,37 9,35 365,17 8.405 35,14 1.389.770 4,922001 3,85 -43,71 12,55 34,22 10.256 8,39 1.442.985 3,832002 2,21 -42,60 10,03 -20,08 9.318 -14,04 1.504.381 4,252003 1,35 -38,91 5,16 -48,55 8.593 -5,13 1.577.171 4,842004 2,12 57,04 6,40 24,03 8.940 9,75 1.656.517 5,032005 4,02 89,62 17,11 167,34 9.705 5,81 1.750.815 5,692006 5,32 32,34 6,60 -61,43 9.168 -8,24 1.847.293 5,512007 5,12 -3,76 6,59 -0,15 9.139 4,42 1.963.974 6,322008 3,08 -39,84 11,06 67,83 9.697 16,25 2.082.104 6,012009 1,54 -50,00 2,78 -74,86 9.400 -14,16 2.189.102 5,14

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar, statistik Indonesia 1990-2009

Page 10: BAB I  print

10

Serta pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai tukar mata uang rupiah (Rp)

terhadap Dollar Amerika Serikat (US$) mengalami pergerakan secara

berfluktuasi. Perkembangan kurs yang paling tertinggi yaitu pada tahun 1997 nilai

tukar dalar terhadap rupiah yaitu sebesar Rp 4.650, dengan laju pertumbuhan

95.13 %. Dan paling rendah terjadi pada tahun 2009 dengan laju pertumbuhan -

14,16 %, dan nilai tukar rupiah berada pada level Rp 9.400.

Pada Tabel 2 menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia

cendrung berfluktuasi. Mulai dari tahun1981 sampai tahun 1987 pertumbuhan

PDB terus mengalami penurunan kecuali pada tahun 1984 yang disebabkan oleh

masalah kejayaan dan melemahnya pasar minyak bumi. Sedangkan laju

pertumbuhan PDB yang paling tinggi dapat di lihat pada tahun 1993 sebesar 8,5

%. Pertumbuhan PDB ini meningkat disebabkan oleh meningkatnya jumlah

investasi dan tenaga kerja di Indonesia. Namun, pada tahun 1998 terjadi

penurunan PDB sehingga mencapai -13,13 % yang merupakan pertumbuhan

ekonomi yang paling terendah. Hal ini juga disebabkan karena terjadinya krisis

ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun tersebut.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka penulis tertarik

untuk mengkaji secara statistik apakah terdapat pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat, dengan tidak mengabaikan variabel lain. Untuk membuktikan hal

ini, perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah yang dituangkan dalam bentuk skripsi

yang berjudul ”Analisis Pengaruh Suku Bunga, Pendapatan Nasional, dan

Inflasi Terhadap Penanaman Modal Asing di Indonesia.”

Page 11: BAB I  print

11

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan di atas, maka di dalam

penelitian ini dapat dirumuskan permasalahnya sebagai berikut:

1. Sejauhmana pengaruh suku bunga internasional terhadap PMA di

Indonesia?

2. Sejauhmana pengaruh pendapatan nasional terhadap PMA di Indonesia?

3. Sejauhmana pengaruh inflasi terhadap PMA di Indonesia?

4. Sejauhmana pengaruh secara bersama-sama suku bunga kredit, pendapatan

nasional, dan Inflasi terhadap PMA di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis:

1. Untuk mengetahui pengaruh suku bunga kredit terhadap PMA di

Indonesia

2. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan nasional terhadap PMA di

Indonesia.

3. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap PMA di Indonesia.

4. Untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama suku bunga kredit,

pendapatan nasional, dan Inflasi terhadap PMA di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap penelitian ini bermanfaat untuk:

1. Penulis sendiri sebagai salah satu syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi

Pada Fakultas Ekonomi di Universitas Negeri Padang.

Page 12: BAB I  print

12

2. Pengembangan ilmu pengetahuan yaitu Ekonomi Moneter, Ekonomi

Mikro, Ekonomi Makro dan Ekonomi Pembangunan.

3. Sebagai bahan masukan bagi instansi-instansi dalam menetapkan suatu

kebijakan tentang Penanaman Modal Asing di Indonesia.

4. Bagi penelitian lebih lanjut yang meneliti tentang pengaruh suku bunga

kredit, pendapatan nasional, dan Inflasi terhadap PMA di Indonesia.

Page 13: BAB I  print

13

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Teori

1. Penanaman Modal Asing (PMA)

A. Konsep dan Defenisi PMA

Menurut Krugman (2005: 214) yang dimaksud dengan penanaman modal

asing adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara

mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain. Oleh karena itu tidak

hanya terjadi pemindahan sumber daya, tetapi juga terjadi pemberlakuan kontrol

terhadap perusahaan di luar negeri.

Menurut Todaro (2004: 165) penanaman modal asing atau investasi asing

ialah : Penanaman modal oleh pihak swasta asing yang dana investasinya lansung

digunakan untuk menjalankan kegiatan bisnis atau mengadakan alat-alat atau

fasilitas produksi, seperti membeli lahan, membuka pabrik-pabrik, mendatangkan

mesin-mesin, membeli bahan baku dan sejenisnya.

Menurut Mudrajad Kuncoro (2000: 215) PMA merupakan salah satu sumber

pembiayaan pembangunan nasional di samping ekspor, tabungan domestik dan

bantuan luar negeri. Keuntungan adanya modal asing yaitu berupa diolahnya

sumber daya alam kita, meningkatkan lapangan pekerjaan, meningkatnya

penerimaan Negara dari sumber pajak, serta adanya alih teknologi.

Penanaman modal asing (PMA) lazim disebut dengan investasi asing Menurut

Sukirno (2001: 107) dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan

Page 14: BAB I  print

14

penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan

perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-

barang dan jasa yang tersedia.

Penanaman modal asing dapat dibedakan berdasarkan sifatnya, antara lain :

a. Penanam Modal Langsung (direct foreign investment)

Penanam modal yang dimaksud dapat memberikan sumbangan

sumbangan yang sangat berharga pada pembangunan ekonomi. Dalam hal

ini, penanam modal langsung tidak hanya menyediakan dana modal dari

mata uang asing yang di butuhkan tetapi juga membawa tenaga

managemen, keahlian keusahawan, keahlian teknik, dan pengetahuan

mengenai pasar dan pemasaran dari barang yang akan mereka hasilkan.

b.   Penanaman Modal Portfolio (portfolio investmen)

Penanam modal portfolio merupakan penanam modal dalam

bentuk pemilik surat-surat pinjaman jangka panjang dan saham-saham dari

perusahaan yang terdapat di Negara berkembang. Peranan yang dilakukan

oleh penanam modal portfolio ini hanya sebatas menyediakan modal yang

di butuhkan dalam pengembangan perusahaan-perusahaan industry dan

kegiatan modern lainnya.

Tujuan penyelenggaraan penanaman modal antara lain untuk (Undang

Undang No. 25 Tahun 2007) :

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional

2. Menciptakan lapangan kerja

3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan

Page 15: BAB I  print

15

4. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional

5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional

6. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan

7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan

menggunakan dana yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari

luar negeri

8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 juga menjelaskan bahwa pemerintah

menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing

maupun dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan,

lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional

lainnya. Pemerintah menetapkan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan

berdasarkan criteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam,

perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi,

pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi

modal dalam negeri, serta kerja sama dengan badan usaha yang ditunjuk

pemerintah.

Bentuk fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh pemerintah kepada penanaman

modal dapat berupa (Undang-Undang No. 25 Tahun 2007) :

1. Pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai

tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan

dalam waktu tertentu.

Page 16: BAB I  print

16

2. Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal,

mesin, atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat

diproduksi di dalam negeri.

3. Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan

penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan

persyaratan tertentu.

4. Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor

barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang

belum dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu tertentu.

5. Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat.

6. Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya untuk bidang usaha

tertentu, pada wilayah atau daerah atau kawasan tertentu.

Jenis usaha yang tidak boleh dilakukan oleh perusahaan PMA di atur

dalam perpes No. 76, 77, 111 tahun 2007. Adapun klasifikasi daftar bidang usaha

dalam rangka penanamam modal asing terbagi atas:

1. Daftar bidang usaha yang tertutup untuk penanam modal, seperti

Perjudian/kasino, peninggalan sejarah dan purbakala, museum

pemerintah, pemukiman/linkungan adat, monumen, objek ziarah,

pemanfaatan koral alam serta bidang-bidang usaha lain sebagaimana

tercantum dalam lampiran 1 perpes No. 111 tahun 2007.

2. Daftar bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan (sebagaimana

tercantum dalam lampiran II perpes No. 111 tahun 2007):

Page 17: BAB I  print

17

a) Dicadangkan untuk UMKMK

b) Kemitraan

c) Kepemilikan modal

d) Lokasi tertentu

e) Perizinan khusus

Menurut Todaro (2004;165) penanaman modal asing langsung yakni:

Penanaman modal oleh pihak swasta asing yang dana-danainvestasi nya langsung digunakan untuk menjalankan kegiatan bisnis atau mengadakan alat-alat atau fasilitas produksi seperti membeli lahan,membuka pabrik-pabrik,mendatangkan mesin-mesin, membeli bahan baku dan sebagai nya.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penanaman modal asing

merupakan jenis penanaman modal oleh pihak asing yang masuk ke suatu negara,

dimana modal langsung digunkan untuk kegiatan bisnis atau mengadakan alat-alat

atau fasilitas produksi.

B. Teori Investasi

Investasi merupakan faktor penting dalam memberikan kontribusi yang besar

terhadap proses pembangunan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi dalam jangka

panjang. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi maka sangat diperlukan

kegiatan – kegiatan proses produksi (barang dan jasa) di semua sektor – sektor

ekonomi yang akan terciptanya kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat

meningkat, sehingga pertumbuhan ekonomi akan tercipta. (Tambunan, 2001 : 40)

Investasi atau penanaman modal adalah motor suatu perekonomian,

banyaknya investasi yang direalisasikan didalam suatu negera yang bersangkutan,

Page 18: BAB I  print

18

sedangkan sedikitnya Investasi akan menunjukkan lambannya laju pertumbuhan

ekonomi (Rosyidi 2000:10).

Menurut Sukirno (2006:) kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat

terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja,

meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran

masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi,

yakni (1) investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat,

sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat pendapatan

nasional serta kesempatan kerja; (2) pertambahan barang modal sebagai akibat

investasi akan menambah kapasitas produksi; (3) investasi selalu diikuti oleh

perkembangan teknologi.

Menurut Mankiw (2004:12) investasi terdiri dari barang-barang yang

dibeli untuk panggunaan masa depan untuk menghasilkan barang dan jasa.

Investasi dapat dibagi menjadi tiga sub kelompok yaitu:

a. Inventory Investment, termasuk didalamnya semua perubahan dalam persediaan bahan baku (raw materials), perlengkapan, dan produk akhir yang dihasilkan oleh perusahaan.

b. Fixed Investment, termasuk didalamnya semua produk yang dibeli oleh perusahaan yang tidak ditujukan untuk dijual kembali.

c. Residential investment, pembelian rumah baru oleh rumah tangga dan tuan tanah.

Menurut Sukirno (2006:122), faktor-faktor yang menentukan tingkat

investasi adalah :

a. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh.b. Tingkat bunga.c. Ramalan mengenai keadaan ekonomi dimasa depan.

Page 19: BAB I  print

19

d. Kemajuan teknologi.e. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.f. Keuntungan yang diperoleh perusahaan.

Sementara itu investasi atau penanaman modal dapat dibagi sebagai

berikut: (Mulyanti , 2005: 14) :

1. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

PMDN diatur dalam Undang-Undang NO 6 tahun 1968 dan No

12 tahun 1970 tentang penanaman modal dalam negeri.

2. Penanaman Modal Asing (PMA)

PMA dalam Undang-undang NO 1 tahun 1957 dan Undang-

undang No 11 tahun 1970 tentang penanaman modal asing.

3. Penanaman modal proyek non PMDN/PMA

Penanaman modal ini diatur dengan peraturan perundang-

undangkan tersendiri sesuai dengan fungsi dan tugas menteri

yang membidanginya.

Menurut Soekirno (2002:109), faktor-faktor utama yang mempengaruhi

investasi adalah :

a. Tingkat keuntungan yang akan diperoleh

Ramalan mengenai keuntungan masa depan akan memberikan

gambaran kepada para pengusaha mengenai jenis-jenis investasi

yang mempunyai prospek yang baik untuk dilaksanakan dan

besarnya investasi yang harus dilakukan untuk mewujudkan

tambahan barang-barang modal yang harus dilakukan untuk

mewujudkan tambahan barang-barang modal yang diperlukan.

Page 20: BAB I  print

20

b. Suku bunga

Suku bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan

memberikan keuntungan kepada para pengusaha dan dapat

dilaksanakan. Para pengusaha hanya akan melaksanakan

keinginan utuk menanamkan modal apabila tingkat pembelian

modal dari investasi yang dilakukan yaitu persentase keuntungan

yang akan diperoleh sebelum dikurangi bunga uang yang dibayar,

lebih besar dari bunga.

c. Ramalan mengenal keadaan ekonomi masa depan

Dalam menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dikembangkan

apakah akan dikembangkan apakah akan memperoleh untung atau

menimbulkan kerugian, para pengusaha haruslah membuat

ramalan-ramalan mengenai kedaan masa depan. Ramalan ini

menunjukkan bahwa keadaan ekonomi termasuk situasi politik

dan keamanan akan menjadi lebih baik lagi pada masa depan,

yaitu diramalkan bahwa harga-harga akan tetap stabil dan

pertambahan pendapatan masyarakat akan berkembang dengan

cepat, merupakan keadaan yang akan mendorong investasi.

d. Kemajuan Teknologi

Pada umumnya makin banyak perkembangan teknologi yang

dibuat, makin banyak pula kagiatan pembaharuan yang akan

dilakukan oleh para pengusaha. Untuk melaksanakan

pembaharuan-pembaharuan, para pengusaha harus membeli

Page 21: BAB I  print

21

barang-barang modal yang baru dan adakalanya juga harus

mendirikan bangunan-bangunan pabrik atau industri baru. Maka

makin banyak pembaharuan yang akan dilakukan, makin tinggi

investasi yang akan dicapai.

e. Tingkat pendapatan nasional dan perubahannya

Tingkat pendapatan nasional yang tinggi akan memperbesar

pendapatan masyarakat, dan selanjutnya pendapatan masyarakat

yang tinggi tersebut akan memperbesar permintaan terhadap

barang-barang dan jasa-jasa. Maka keuntungan perusahaan akan

tambah tinggi dan ini akan mendorong dilakukannya lebih banyak

investasi. Dengan kata lain, dalam jangka panjang apabila

pendapatan nasional bertambah tinggi maka investasi akan

bertambah tinggi pula.

f. Keuntungan perusahaan

Dana investasi diperoleh perusahaan dari meminjam atau

tabungannya sendiri. Tabungan perusahaan terutama diperoleh

dari keuntungan, semakin besar untungnya semakin besar pula

keuntungan yang tetap disimpan perusahaan. Keuntungan yang

semakin besar ini memungkinkan perusahaan memperluas

usahanya atau mengembangkan usaha baru. Langkah seperti ini

akan menambah investasi dalam perekonomian.

C.Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi asing

a. Pengaruh Suku Bunga terhadap Investasi Asing

Page 22: BAB I  print

22

Tingkat suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan atas suatu pinjaman

yang dinyatakan sebagai persentase pinjaman. Besarnya sama dengan jumlah

bunga yang diterima per tahun dibagi jumlah pinjaman (Case dan Fair, 2004:153).

Menurut Samuelson dan William (2004:190),

bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai persentase dari jumlah yang dipinjamkan. Dengan kata lain, orang harus membayar kesempatan untuk meminjam uang.

Dapat disimpulkan bahwa suku bunga adalah pembayaran yang dilakukan

untuk penggunaan uang atau pinjaman, yang dinyatakan sebagai persentase.

Para pengusaha hanya akan melaksanakan keinginan untuk menanam modal

apabila tingkat pengembalian modal dari investasi yang dilakukan, yaitu

persentasi keuntungan yang akan diperoleh sebelum dikurangi bunga uang yang

dibayar, lebih besar dari bunga. Oleh sebab itu dalam analisis makroekonomi,

analisis mengenai investasi lebih ditekankan kepada menunjukkan peranan suku

bunga dalam menentukan tingkat investasi dan akibat perubahan suku bunga ke

atas investasi dan pendapatan nasional (Sukirno, 2006:123).

Menurut teori klasik (dalam Nopirin 1998:71) menyatakan bahwa investasi

baik asing maupun domestik tergantung pada fungsi dari tingkat bunga. Pada

investasi, semakin tinggi tingkat bunga maka keinginan untuk melakukan

investasi juga makin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah

pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih

besar dari tingkat bunga yang harus dia bayar untuk dana investasi tersebut yang

merupakan ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). Makin rendah tingkat

Page 23: BAB I  print

23

bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab

biaya penggunaan dana juga makin kecil.

Menurut Sukirno (2006:125), Para penanam modal harus

mempertimbangkan suku bunga. Apabila suku bunga lebih tinggi dari tingkat

pengembalian modal, investasi yang direncanakan tidak menguntungkan, oleh

sebab itu rencana perusahaan untuk melakukan investasi akan dibatalkan.

Kegiatan investasi hanya akan dilaksanakan apabila tingkat pengembalian modal

lebih besar atau sama dengan suku bunga. Dengan demikian, untuk menentukan

besarnya investasi yang harus dilakukan ialah kita perlu menghubungkan kurva

MEI dengan suku bunga, yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Suku bunga

r0

r1

r3

I = MEI

0 I0 I1 I2

Investasi

Pada suku bunga sebesar r0 terdapat investasi bernilai I0 yang mempunyai

tingkat pengembalian modal sebanyak r0 atau lebih. Maka pada suku bunga

sebanyak r0, investasi yang dilakukan perusahaan adalah I0. Apabila suku bunga

adalah r1 diperlukan modal sebanyak I1 untuk mewujudkan investasi yang

Page 24: BAB I  print

24

mempunyai tingkat pengembalian modal r1 atau lebih. Dengan demikian pada

suku bunga sebanyak r1 investasi yang akan dilakukan adalah sebanyak I1.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa suku bunga sangat menentukan tingkat

investasi baik untuk investasi domestik maupun investasi asing. Apabila suku

bunga naik maka investasi akan mengalami penurunan, dan sebaliknya apabila

tingkat suku bunga menurun maka investasi akan mengalami kenaikan.

b. Pengaruh Inflasi terhadap investasi asing

Menurut Case dan Fair (2004:6), Inflasi adalah kenaikan harga secara

keseluruhan. Pengurangan inflasi telah lama menjadi tujuan kebijakan pemerintah.

Yang terutama sangat bermasalah adalah hiperinflasi, atau periode kenaikan yang

sangat cepat harga secara keseluruhan.

Menurut Khalwaty (2000:6), Inflasi merupakan suatu keadaan di mana

terjadi kenaikan harga-harga secara tajam (absolute) yang berlangsung terus-

menerus dalam jangka waktu cukup lama. Seirama dengan kenaikan harga-harga

tersebut, nilai uang turun secara tajam pula sebanding dengan kenaikan harga-

harga tersebut.

Tingkat inflasi adalah persentasi kecepatan harga-harga dalam suatu tahun

tertentu, biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan sampai di mana

buruknya masalah ekonomi yang dihadapi (Sukirno, 2002:302).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa inflasi adalah suatu keadaan dimana

terjadinya kenaikan harga-harga secara tajam (absolute) yang berlangsung secara

terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Seirama dengan kenaikan

Page 25: BAB I  print

25

tersebut nilai mata uang turun secara tajam pula sebanding dengan kenaikan

harga-harga tersebut.

Macam-macam inflasi berdasarkan sudut pandang menurut Khalwaty

(2000:31) sebagai berikut :

1. Asal Inflasi

a) a). Domestic inflation (inflasi domestik) adalah inflasi yang berasal

dari dalam negeri (domestik).

b) Imported inflation adalah inflasi yang terjadi di dalam negeri

karena adanya pengaruh kenaikan harga dari luar negeri.

2. Intensitas Inflasi

a) Creeping inflation atau mild inflation atau inflasi merayap adalah

inflasi yang terjadi dengan laju pertumbuhan berlangsung lambat

(merayap).

b) Hyper inflation atau galloping inflation adalah inflasi yang sangat

berat yang timbul akibat adanya kenaikan harga-harga yang umum

yang berlangsung sangat cepat.

3). Bobot Inflasi

a. Inflasi ringan disebut juga creeping inflation. Inflasi ringan adalah

inflasi dengan laju pertumbuhan yang berlangsung secara perlahan

dan berada pada posisi satu digit atau di bawah 10% per tahun.

b. Inflasi sedang adalah inflasi dengan tingkat laju pertumbuhan

berada di antara 10-30% per tahun atau melebihi dua digit dan

Page 26: BAB I  print

26

sangat mengancam struktur dan pertumbuhan ekonomi suatu

negara.

c. Inflasi berat merupakan inflasi dengan laju pertumbuhan berada di

antara 30-100% per tahun. Pada kondisi demikian, sektor-sektor

produksi hampir lumpuh total kecuali yang dikuasai negara.

d. Inflasi sangat berat yang juga disebut hyper inflation adalah inflasi

dengan laju pertumbuhan melampaui 100% per tahun,

sebagaimana yang terjadi di masa Perang Dunia II (1939-1945).

Menurut (Khalwaty, 2000:96) inflasi merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi dalam melakukan suatu investasi. Dimana inflasi sangat

mempengaruhi pengambilan keputusan dalam investasi, baik investasi dalam

bentuk fisik maupun investasi dalam bentuk surat-surat berharga seperti saham

dan obligasi.

Selain hal di atas, menurut Khalwaty (2000:12), Inflasi merupakan suatu

fenomena moneter yang selalu meresahkan dan menggerogoti stabilitas ekonomi

suatu negara. Inflasi yang melebihi angka dua digit, tidak hanya mendongkrak

kenaikan harga-harga umum dan menurunkan nilai uang, tetapi juga memperlebar

jurang (gap) antara kaya dan miskin, serta dapat menurunkan kepercayaan

masyarakat internasional (investor) terhadap kewibawaan pemerintah suatu

negara.

Sehingga para investor enggan menanamkan modalnya dan bahkan bagi

yang terlanjur akan merelokasikan industrinya ke negara lain yang lebih stabil dan

kompetitif. Inflasi akan mendorong aparatur pemerintah bertindak korupsi dan

Page 27: BAB I  print

27

berkolusi untuk memperkaya diri tanpa memikirkan negaranya. Inflasi sangat

mempengaruhi pengambilan keputusan investasi, baik investasi yang berbentuk

fisik (materi) maupun investasi dalam bentuk surat-surat berharga seperti saham

dan obligasi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat inflasi sangat

berpengaruh terhadap keinginan investor untuk menanamkan modalnya yang

mana apabila inflasi meningkat maka akan terjadi penurunan pada investasi asing

dan begitu sebaliknya, apabila terjadi penurunan terhadap tingkat inflasi maka

investasi asing akan mengalami peningkatan.

c.Pengaruh (PDB) terhadap Investasi Asing

Menurut Sukirno (2002:130), pengaruh pendapatan nasional kepada

investasi tidak dapat diabaikan. Pendapatan nasional yang tinggi akan

memperbesar pendapatan masyarakat dan selanjutnya pendapatan masyarakat

yang tinggi itu akan memperbesar permintaan atas barang-barang dan jasa. Maka

keuntungan yang dicapai oleh sektor usaha dapat mencapai targetnya, dengan

demikian pada akhirnya akan mendorong dilakukan investasi-investasi baru pada

sektor usaha. Dengan demikian, dalam jangka panjang apabila nilai pendapatan

nasional (PDB) semakin bertambah tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi

pula. Dan sebaliknya semakin rendah nilai pendapatan nasional (PDB), maka nilai

permintaan investasinya akan semakin rendah pula.

Sukirno (2003:432) mengatakan bahwa PDB yang stabil akan berdampak

pada iklim investasi yang lebih baik, kondisi yang stabil tersebut akan merespon

para investor untuk menanamkan modalnya karena manfaat yang diharapkan akan

Page 28: BAB I  print

28

lebih besar Menurut Samuelson dan Nordaus (2005:351) tingkat output

keseluruhan suatu negara dapat diproksikan oleh Produk Domestik Bruto. Oleh

karena itu, secara umum investasi tergantung pada nilai PDB yang diperoleh dari

seluruh kegiatan ekonomi. Menurut Mankiw (2006:67) mengatakan bahwa

investasi asing dipengaruhi oleh PDB, karena merupakan cara yang dimanfaatkan

oleh pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Secara teoritis, dapat dikatakan bahwa pendapatan nasional yang tinggi akan

memperbesar pendapatan masyarakat dan selanjutnya pendapatan masyarakat

yang tinggi akan memperbesar permintaan atas barang-barang. Maka keuntungan

perusahaan akan bertambah tinggi dan ini akan mnedorong dilakukan lebih

banyaknya investasi. Dengan perkataan lain, dalam jangka panjang apabila

pendapatan nasional bertambah tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi pula

(Sukirno, 2004:130-131).

Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa output (PDB) sangat

berpengaruh signifikan terhadap penanaman modal asing. Apabila PDB

meningkat maka secara otomatis akan terjadi peningkatan pada penanaman modal

asing dan begitu sebaliknya, apabila terjadi penurunan terhadap PDB maka

penanaman modal asing akan mengalami penurunan pula.

2. Suku Bunga

a.Teori dan Konsep Suku Bunga

Suku bunga sangat mempengaruhi seorang investor untuk berinvestasi.

Menurut Kamus Besar Ekonomi (2003) suku bunga yaitu angka yang

Page 29: BAB I  print

29

menggambarkan tingkat bunga atas dasar ukuran tertentu yang harus dibayar oleh

penerima (dana) kepada pemberi pinjaman.

Menurut Soekirno (2000:377) pembayaran atas modal yang dipinjamkan dari

pihak lain dinamakan bunga. Bunga yang dinyatakan sebagai persentase dari

modal dinamakan tingkat suku bunga, berarti tingkat suku bunga adalah

persentase pembayaran modal yang di pinjamkan dari pihak lain.

Menurut Boediono (1985 : 75), tingkat bunga yaitu sebagai harga dari

penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Pengertian tingkat bunga sebagai

harga ini bisa juga dinyatakan sebagai harga yang harus dibayar apabila terjadi

pertukaran antara satu rupiah sekarang dan satu rupiah nanti. Sedangkan tingkat

suku bunga SBI menurut Bank Indonesia adalah tingkat suku bunga Sertifikat

Bank Indonesia yang ditetapkan oleh pemerintah (BI) sebagai dasar penetapan

tingkat suku bunga pada perbankan Indonesia.

Jadi tingkat suku bunga merupakan persentase dari modal yang dipinjam dari

pihak luar atau tingkat keuntungan yang didapatkan oleh penabung di Bank atau

tingkat biaya yang dikeluarkan oleh investor yang menanamkan dananya pada

saham.

Menurut teori klasik, bunga adalah bagian dari penggunaan dana yang

tersedia untuk dipinjamkan (loanable fund). Harga ini terjadi di pasar dana

investasi, ini terjadi dimana pada periode waktu tertentu anggota masyarakat

memiliki kelebihan dari pendapatan kemudian menabung kelebihan

pendapatannya. Jumlah seluruh tabungan mereka membantu penawaran (supply)

Page 30: BAB I  print

30

untuk dipinjamkan kepada anggota masyarakat atau pengusaha yang memerlukan

dana untuk investasi.

Keseluruhan investasi membentuk permintaan yang akan dipinjamkan,

selanjutnya para penabung dan para investor bertemu di pasar dana investasi

(loanable fund) untuk melakukan tawar menawar dan akan dihasilkan tingkat

bunga keseimbangan sebagai harga dari loanable fund yang digunakan oleh para

investor. Menurut teori klasik, tabungan dan investasi adalah fungsi dari tingkat

bunga. Dengan kata lain, tingkat bunga merupakan hasil interaksi antara tabungan

dan investasi. Pada tabungan, semakin tinggi tingkat bunga semakin tertarik

nasabah untuk menyimpan uangnya. Sedangkan pada investasi, semakin tinggi

tingkat bunga maka investor cenderung enggan untuk berinvestasi.

Menurut Case dan Fair (2001:635) suku bunga adalah pembayaran bunga

tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang

diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah

pinjaman.

Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga

merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang

harus dibayarkan kepada kreditur.

Dalam melakukan penanaman modal para investor harus juga memperhatikan

besar atau kecilnya tingkat bunga. Apabila tingkat bunga itu tinggi maka investasi

yang akan ditanamkan oleh para investor itu rendah atau tingkat bunga melebihi

tingkat pengembalian.

Page 31: BAB I  print

31

Dalam teori makro Keynes keputusan apakah suatu investasi akan

dilaksanakan atau tidak, tergantung pada perbandingan antara besarnya

keuntungan yang diharapkan (yang dinyatakan dalam per-satuan waktu) di satu

pihak. Dalam teori Keynes, tingkat keuntungan yang diharapkan ini disebut

dengan istilah Marginal Efficiency of Capital (MEC). Jadi secara singkat, bila

keuntungan yang diharapkan (MEC) adalah lebih besar dari tingkat bunga maka

investasi dilaksanakan dan sebaliknya. Bila MEC sama dengan tingkat bunga

investasi boleh dilaksanakan boleh tidak bagi mereka yang memiliki dana

(Nopirin, 2000:134-135).

b.Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Investasi

Dari uraian di atas diketahui bahwa berapa tingkat pengeluaran investasi

yang diinginkan oleh para investor ditentukan oleh dua hal, yaitu tingkat bunga

yang berlaku dan MEC atau fungsi investasi. Fungsi MEC atau fungsi investasi

ini menunjukkan hubungan antara tingkat bunga yang berlaku dengan tingkat

pengeluaran investasi yang diinginkan oleh para investor. Secara grafik dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1: Kurva Fungsi Investasi (MEC)

Tingkat Bunga (r)

r2

r1

I1 I2

I = f(r)

Page 32: BAB I  print

32

Berdasarkan Gambar 1 diatas, dapat dilihat terdapat pengaruh negative antara

tingkat suku bunga dengan investasi. Pada saat tingkat suku pada titik r1 jumlah

investasi sebanyak I2, pada saat suku bungan naik dari r1 ke r2 maka tingkat

investasi akan turun menjadi I1.

Jadi dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang negative antara tingkat suku

bunga dengan investasi. Apabila tingkat suku bunga meningkat maka investasi

akan turun dan sebaliknya.

3. Pendapatan Nasional

Indikator yang digunakan untuk mengukur pembangunan ekonomi adalah

tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang mengukur pendapatan

total setiap orang dalam perekonomian. Perubahan pembangunan ekonomi dilihat

dari kenaikan PDB riil (Mankiw,2003).

Penyajian angka PDB sendiri, biasanya dibedakan menjadi dua yaitu PDB

atas dasar harga berlaku dan PDB atas dasar harga konstan. PDB atas dasar harga

berlaku menggambarkan nilai tambah dari barang dan jasa yang dihitung dengan

menggunakan harga yang berlaku pada tahun berjalan setiap tahun, sedangkan

PDB atas harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung

dengan memakai harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar

(base year) yakni tahun 2000.

Untuk menghitung angka PDB ada tiga pendekatan yang dapat digunakan,

yaitu:

a.Pendekatan Produksi

Page 33: BAB I  print

33

PDB adalah jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh

berbagai untit produksi dalam jangka waktu tertentu (Q), dan pada tingkat

harga tertentu (P) biasanya satu tahun. Unit-unit produksi tersebut dalam

penyajiannya dikelompokkan menjadi 9 sektor atau lapangan usaha, yaitu:

1) Pertanian, Perternakan, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan

2) Pertambangan dan Penggalian3) Industri Pengolahan4) Listrik, Gas dan Air5) Bangunan/Konstruksi6) Perdagangan, Hotel, dan Restoran.7) Angkutan dan Komunikasi8) Keuangan, Sewa Bangunan, dan Jasa

Perusahaan.9) Jasa-jasa.

Sehingga dapat diperoleh:

Y = ∑Pn . Qn ………………………………………………

Dimana: Y = pendapatan / PDBPn = harga tiap-tiap unit produksiQn = kuantitas yang diproduksi

b.Pendekatan Pendapatan

Menurut Soekirno (2002:46). Faktor-faktor produksi dibedakan

menjadi empat golongan tanah, tenaga kerja, modal, dan keahlian

keusahaan. Apabila faktor-faktor produksi itu digunakan dalam proses

produksi akan menghasilkan pendapatan yaitu tanah dan harta tetap

lainnya memperoleh sewa, tenaga kerja memperoleh gaji dan upah, modal

memperoleh bunga, dan keahlian kewirausahaan memperoleh keuntungan.

Page 34: BAB I  print

34

Oleh karena itu, perhitungan pendapatan nasional dengan cara

pendekatan pendapatan pada umumnya menggolongkan pendapatan yang

diterima faktor-faktor produksi sebagai berikut:

1) Pendapatan para pekerja yaitu gaji dan upah (w)2) Pendapatan dari sewa (r)3) Bunga neto yaitu seluruh nilai pembayaran bunga (i)4) Keuntungan perusahaan (p)

Sehingga secara matematis dapat ditulis:Y = w+ r + i + p

………………………………………………………...

Dimana Y adalah pendapatan nasional.

c. Pendekatan Pengeluaran

Dalam pendekatan pengeluaran terdapat empat kategori utama

yaitu :

1) Konsumsi (C) : pengeluaran rumah tangga untuk barang konsumen

2) Investasi (I) : pengeluaran perusahaan dan rumah tangga untuk modal baru, misalnya : pabrik, peralatan, persediaan, dan struktur perumahan baru.

3) Konsumsi dan investasi pemerintah (G) 4) Exspor bersih (EX-IM) : pengeluaran neto oleh

luar negeri, atau ekspor (EX) minus impor (IM)

Dari empat kategori pendekatan pengeluaran di atas, untuk

menghitung GDP dapat dibentuk dalam persamaan :

Y = C + I + G + (EX – IM) …………………………………

Dimana Y adalah pendapatan ( PDB )

Page 35: BAB I  print

35

Menurut Soekirno (2002:115) pendapatan nasional yang tinggi akan

memperbesar pendapatan masyarakat dan tingginya tingkat pendapatan

masyarakat tersebut akan memperbesar permintaan terhadap barang-barang dan

jasa-jasa. Maka keuntungan perusahaan akan lebih tinggi dan ini akan mendorong

dilakukannya lebih banyak investasi. Jadi dapat disimpulkan apabila pendapatan

nasional bertambah tinggi dan maka investasi akan meningkat pula. Hubungan

antara pendapatan investasi secara grafik dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1: Kurva Pengaruh Pendapatan Nasional Terhadap Investasi

I I= f(Y)

I1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

I0 - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

0 Y0 Y1 Y

Gambar 1 menunjukkan bahwa makin tinggi pendapatan nasional makin

tinggi pula tingkat investasi. Dapat dilihat dari grafik diatas kenaikan pendapatan

nasional dari Y0 menjadi Y1 menyebabkan investasi naik dari I0 menjadi I1.

Jadi dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang positif antara pendapatan

nasional (Y) dengan investasi (I). Apabila pendapatan nasional meningkat maka

investasi juga akan meningkat.

Page 36: BAB I  print

36

4.Inflasi

a. Teori dan Konsep Inflasi

Inflasi merupakan suatu fenomena ekonomi yang terjadi di Negara-negara

berkembang, dan merupakan objek kajian yang selalu menarik melihat dampak

yang di hasilkan dalam masalah pembangunan.

Menurut Cash dan Fair (2004:6) inflasi adalah kenaikan harga secara

keseluruhan. Keseluruhan tingkat harga dalam suatu perekonomian bergerak

untuk menyeimbangkan jumlah uang beredar dan permintaan uang. Pada saat

Bank Sentral memutuskan untuk meningkatkan jumlah uang beredar, tingkat

harga juga akan naik. Pertumbuhan penawaran uang yang berkelanjutan akan

diikuti inflasi yang berkelanjutan juga (Mankiw, 2003:202).

Menurut Friedman inflasi adalah kenaikan harga secara terus menerus pada

tingkat yang cepat. Jika uang beredar terus tumbuh pada tahun-tahun berikutnya,

perekonomian akan terus bergerak ke tingkat harga yang lebih tinggi. Selama

uang beredar tumbuh, proses ini akan terus berlanjut, dan inflasi akan terjadi. Jadi,

pertumbuhan uang yang tinggi mengakibatkan inflasi yang tinggi (Mishkin,

2006:366).

Khalwaty (2000:6) mendefinisikan inflasi sebagai suatu keadaan dimana

terjadi kenaikan harga-harga secara tajam yang berlangsung secara terus menerus

dalam jangka yang cukup lama. Seirama dengan kenaikan harga-harga tersebut,

nilai uang turun secara tajam pula sebanding dengan kenaikan harga-harga

tersebut. Hampir sama dengan Nopirin (dalam Khalwaty 2000:25) menyatakan

bahwa inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga umum barang-barang

Page 37: BAB I  print

37

secara terus menerus. Hal ini tidak berarti bahwa harga berbagai macam barang

itu naik dengan persentase yang sama. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja

meskipun dalam persentase yang cukup besar bukanlah merupakan inflasi.

Sedangkan menurut Boediono, inflasi sebagai kecenderungan dari harga-

harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau

dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas

kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari barang-barang lain.

Menurut Nopirin (2000:28) berdasarkan kepada sumber penyebabnya inflasi

dapat dibedakan menjadi dua bentuk:

1) Demand pull inflation

Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total. Kenaikan

permintan total akan menaikkan harga dan hasil produksi.

2) Cost push inflation

Biasanya ditandai dengan kenaikan harga dan penurunan produksi.

Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam

penawaran total sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya

produksi pada gilirannya akan menaikkan harga dan turunnya produksi.

Kalau proses ini berjalan terus-menerus timbulah cost push inflation.

Jadi dapat disimpulkan inflasi adalah kenaikan harga secara keseluruhan

dalam perekonomian dalam periode tertentu.

b. Pengaruh Inflasi Terhadap Investasi

Inflasi pada hakikatnya merupakan perubahan harga barang agregat yang

penyebabnya adalah ketidakseimbangan pada pasar barang dan pasar uang.

Page 38: BAB I  print

38

Tingkat harga agregat ditentukan pada titik keseimbangan antara permintaan

agregat (AD) dan penawaran agregat (AS). Pengambil kebijakan bisa

menggunakan kebijakan fiscal atau moneter untuk memperbesar permintaan

agregat, kebijakan ini akan meningkatkan atau menggerakkan perekonomian.

Adapun hubungan antara inflasi dengan investasi menurut Khalwaty,

(2000:105), inflasi sangat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam

investasi, baik investasi dalam bentuk fisik maupun dalam bentuk surat-surat

beharga seperti saham dan obligasi. Dalam keadaan inflasi, harga barang-barang

naik relatif cepat dan cukup tinggi. Demikian juga dengan biaya modal (cost of

capital) dari suatu proyek investasi akan menjadi semakin mahal yang juga

diikuti dengan kenaikan suku bunga.

Inflasi yang berkepanjangan dapat menghancurkan kehidupan masyarakat,

karena dampak inflasi yang sangat luas menerjang seluruh sendi kehidupan

masyarakat yang berpenghasilan tetap. Bagi sektor industri, inflasi akan

menerjang seluruh faktor industri, terutama industi yang sangat bergantung pada

bahan baku dan komponen impor. Bagi para investor, inflasi merupakan suatu

resiko yang setiap saat menggerogoti kinerja investasinya yang akhirnya akan

menggulung seluruh investasinya, terutama investasi yang dibiayai oleh hutang

luar negeri.

Jadi dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang negative antara tingkat

inflasi dengan investasi. Apabila tingkat inflasi meningkat maka investasi akan

turun dan sebaliknya.

Page 39: BAB I  print

39

B. Temuan Penelitian Sejenis

Hasil penelitian sejenis ini merupakan bagian yang menguraikan tentang

beberapa pendapat/hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan

yang diteliti. Dibawah ini dikemukakan beberapa hasil penelitian yang dilakukan

dilapangan yang menghasilkan beberapa kesimpulan terkait adalah:

1. Penelitian yang dilakukan Arief Fadillah Nerius (2011) yang berjudul :

“ Analisis Pengaruh Pendapatan Nasional, Suku Bunga dan Inflasi

Terhadap Investasi Sektor Pertambangan di Indonesia”. Berdasarkan

hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan investasi dipengaruhi

secara signifikan dan positif oleh pendapatan nasional , investasi

dipengaruhi secara signifikan dan negatif antara oleh tingkat suku

bunga, investasi dipengaruhi secara signifikan dan negative terhadap

inflasi.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Pipin Novridinata (2011) yang berjudul

“Analisis Investasi dan Inflasi Di Indonesia”. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut dapat disimpulkan investasi dipengaruhi secara

signifikan dan positif oleh pendapatan nasional , investasi dipengaruhi

secara signifikan dan negatif antara oleh tingkat suku bunga, inflasi

dipengaruhi secara signifikan dan positif antara oleh jumlah uang

beredar.

Beda penelitian yang diteliti ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian

ini meneliti tentang suku bunga kredit, pertumbuhan ekonomi, inflasi dan PMA di

Indonesia.

Page 40: BAB I  print

40

C.Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual ini dimaksudkan sebagai konsep untuk menjelaskan,

mengungkapkan dan menentukan persepsi keterkaitan antara variabel yang diteliti

berdasarkan teori yang telah dikemungkakan dan rumusan masalah. Keterpautan

maupun hubungan antara variabel yang diteliti diuraikan dengan berpijak pada

kajian teori.

Dalam melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Suku Bunga Kredit,

Pendapatan Nasional dan Inflasi Terhadap PMA di Indonesia”, dipakai beberapa

variabel, yang terdiri dari variabel bebas dan variable terikat. Dimana variabel

terikat adalah PMA (Yt) yang dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu suku bunga

(Xt1), Pendapatan Nasional (Xt2) dan inflasi (Xt3).

Terdapatnya pengaruh yang negative antara tingkat suku bunga (Xt1) dengan

PMA (Yt). Apabila tingkat suku bunga (Xt1) meningkat, maka PMA (Yt) akan

turun, dan sebaliknya.

Makin tinggi tingkat suku bunga, keinginan seorang investor untuk

melakukan investasi akan semakin kecil. Hal ini disebabkan karena seorang

investor akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang

diharapkan dari investasi lebih dari tingkat suku bunga yang harus di bayar untuk

dana investasi tersebut yang merupakan ongkos dalam penggunaan dana. Makin

rendah tingkat suku bunga, maka investor akan lebih cendrung untuk melakukan

investasi, sebab penggunaan dana juga akan semakin kecil.

Page 41: BAB I  print

41

Pendapatan Nasional (Xt2) memiliki hubungan yang positif terhadap PMA

(Yt), apabila pendapatan nasional (Xt2) meningkat, maka investasi juga akan

meningkat, dan sebaliknya.

Pendapatan nasional (Xt2) yang tinggi akan memperbesar pendapatan

masyarakat dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang tinggi itu akan

memperbesar permintaan atas barang-barang dan jasa. Maka keuntungan yang

dicapai oleh sektor usaha dapat mencapai targetnya, dengan demikian pada

akhirnya akan mendorong dilakukan investasi-investasi atau PMA (Yt) baru pada

sektor usaha. Dengan demikian, dalam jangka panjang apabila nilai pendapatan

nasional (Xt2) semakin bertambah tinggi, maka investasi (Yt) akan bertambah

tinggi pula. Dan sebaliknya, semakin rendah nilai pendapatan nasional (Xt2), maka

nilai permintaan investasinya (Yt) akan semakin rendah pula.

Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan nasional (X t2)

sangat berpengaruh signifikan terhadap investasi atau PMA (Yt). Apabila

pendapatan nasional (Xt2) meningkat, maka secara otomatis akan terjadi

peningkatan pada investasi (Yt) dan begitu sebaliknya, apabila terjadi penurunan

terhadap pendapatan nasional (Xt2), maka investasi (Yt) akan mengalami

penurunan pula.

Terdapatnya pengaruh yang negative antara tingkat inflasi (Xt3) dengan PMA

(Yt), apabila tingkat inflasi (Xt3) meningkat, maka PMA (Yt) akan turun, dan

sebaliknya.

Inflasi (Xt3) sangat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam investasi

(Yt), baik investasi dalam bentuk fisik maupun dalam bentuk surat-surat beharga

Page 42: BAB I  print

42

seperti saham dan obligasi. Dalam keadaan inflasi, harga barang-barang naik

relatif cepat dan cukup tinggi. Demikian juga dengan biaya modal (cost of capital)

dari suatu proyek investasi akan menjadi semakin mahal yang juga diikuti dengan

kenaikan suku bunga.

Inflasi yang berkepanjangan dapat menghancurkan kehidupan masyarakat,

karena dampak inflasi yang sangat luas menerjang seluruh sendi kehidupan

masyarakat yang berpenghasilan tetap. Bagi sektor industri, inflasi akan

menerjang seluruh faktor industri, terutama industi yang sangat bergantung pada

bahan baku dan komponen impor. Bagi para investor, inflasi merupakan suatu

resiko yang setiap saat menggerogoti kinerja investasinya yang akhirnya akan

menggulung seluruh investasinya, terutama investasi yang dibiayai oleh hutang

luar negeri.

Jadi dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang negative antara tingkat inflasi

(Xt3) dengan investasi (Yt). Apabila tingkat inflasi (X t3) meningkat maka

investasi (Yt) akan turun dan sebaliknya.

Untuk lebih jelasnya akan penelitian ini, maka uraian di atas dapat

diperlihatkan pada gambar berikut:

Page 43: BAB I  print

43

Gambar 3: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PMA Di Indonesia.

D.Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori yang diuraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

1. Diduga adanya pengaruh yang signifikan antara Suku Bunga dengan

PMA di Indonesia.

Ho : ß1= 0

Ha : ß1≠ 0

2. Diduga adanya pengaruh yang signifikan antara Pendapatan Nasional

dengan PMA di Indonesia.

Ho : ß2= 0

Ha : ß2≠ 0

Suku Bunga (Xt1)

Pendapatan Nasional (Xt2)

Inflasi(Xt3)

PMA (Yt)

Page 44: BAB I  print

44

3. Diduga adanya pengaruh yang signifikan antara Inflasi dengan PMA di

Indonesia.

Ho : ß3= 0

Ha : ß3≠ 0

4. Diduga terdapatnya pengaruh signifikan antara Suku Bunga kredit,

Pendapatan Nasional dan inflasi terhadap PMA di Indonesia.

H0 : β1 : β2: β3 = 0

Ha : β1 : β2:β3≠ 0

Page 45: BAB I  print

45

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dan asosiatif. Penelitian

deskriptif adalah suatu jenis penelitian yang berusaha menggambarkan dan

menerangkan yang diteliti apa adanya dan data yang digunakan berbentuk angka-

angka. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk melihat adanya

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Penelitian ini

menjelaskan pengaruh antara variabel bebas yaitu suku bunga kredit, pendapatan

nasional, inflasi dan variabel terikatnya PMA di Indonesia.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

data yang diperoleh dari instansi pemerintah yaitu Badan Pusat Statistik (BPS)

Sumatera Barat. Selain instansi BPS, peneliti juga mencari data pada instansi

terkait yang diakses melalui website atau situs internet.

C. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dapat ditinjau dari beberapa aspek diantaranya

adalah:

1. Berdasarkan sifatnya data yang digunakan adalah data kuantitatif karena

data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka yang menggambarkan,

suku bunga kredit, pendapatan nasional, inflasi dan PMA

Page 46: BAB I  print

46

2. Berdasarkan waktu pengumpulan data, maka penelitian ini menggunakan

data time series yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu yaitu

dari tahun 1997-2009.

3. Berdasarkan kepada cara memperoleh datanya maka data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersumber dari instansi

pemerintah yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat. Dengan

demikian data yang digunakan tergolong kepada data sekunder.

D. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi variabelnya terdiri dari variabel bebas

(independent) dan variabel terikat (dependent). Disini yang menjadi variabel

bebas Suku bunga kredit, pendapatan nasional dan inflasi, sedangkan yang

menjadi variabel terikatnya adalah PMA.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam menganalisa dan mencari pemecahan masalah yang diinginkan,

maka teknik yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi dan

studi perpustakaan. Dimana data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang

terdapat pada Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat.

F. Defenisi Operasional

Definisi operasional ini untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang

konsep yang digunakan dalam penelitian ini:

1. PMA (Yt) merupakan total penanaman modal asing (PMA) di Indonesia

dari tahun 1997-2009, yang diukur dalam Milyar rupiah.

Page 47: BAB I  print

47

2. Suku Bunga (Xt1) merupakan tingkat suku bunga yang telah ditetapkan

oleh Bank Sentral khusus untuk investasi. Dinyatakan dalam bentuk

persentase.

3. Pendapatan nasional (Xt2) disini maksudnya merupakan nilai keseluruhan

barang dan jasa yang diproduksikan suatu Negara dalam suatu tahun

tertentu, dimana ukuran yang digunakan adalah milyar rupiah pertahun

1997-2009.

4. Inflasi (Xt3) merupakan kecendrungan meningkatnya harga-harga umum

secara terus menerus pada suatu periode waktu tertentu yang mana

kenaikan harga itu meliputi seluruh barang secara umum, yang biasa

dihitung dengan Indeks Harga Konsumen (IHK), yang diukur dalam satuan

persen.

G. Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Teknik deskriptif yang dimaksudkan untuk menginterprestasikan

bagaimana pengaruh suku bunga kredit, pendapatan nasional dan inflasi

terhadap PMA di Indonesia dengan menyajikan data-data dalam tabel dan

rata-rata dari masing-masing variabel penelitian.

………………………………………………………………………

……............………..…………………..................................

Koefisien Variasi: …........….…………………………...……

Page 48: BAB I  print

48

2. Analisis Induktif (inferensial)

a. Uji Asumsi Klasik

Sebelum memakai model regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi

klasik yang terdiri dari:

1) Uji Heterokedastisitas

Salah satu asumsi penting didalam penggunaan estimator OLS agar

bersifat Best Liniear Unbiased Estimator (BLUE) adalah varians yang konstan.

Varians dari residual tidak berubah dengan berubahnya satu atau lebih variabel

bebas (Homokedastisitas). Pelanggaran asumsi ini yang disebut Heterokedastisitas

terjadi ketika residual tidak lagi konstan melainkan bersifat variabel sehingga

menyebabkan estimator menjadi tidak bias.

Untuk melihat ada atau tidaknya heterokedastisitas ini digunakan suatu

metode yang di sebut Uji Park, park mengemukakan metode bahwa variance (S )

merupakan fungsi dari variabel-variabel indepeden yang dinyatakan dalam

persamaan sebagai berikut (Gujarati, 2006:92).

² = αX …………...…………………………………………….

Kriteria pengujian :

Jika nilai sig < 0,05 varian terdapat heterokedastisitas

Jika nilai sig ≥ 0,05 varian tidak terdapat heterokedastisitas.

2) Multikolinearitas

Menurut Gujarati (1999:157), uji multikolinearitas menunjukan adanya

hubungan linear yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua

variabel yang menjelaskan dari model regresi.

Page 49: BAB I  print

49

Uji ini merupakan analisis dengan rumus product moment yang

dijabarkan dalam bentuk matrik korelasi semua variabel bebas. Jika

terdapat multikolinearitas, maka salah satu variabel bebas tersebut harus

dikeluarkan dari analisis regresi berganda (Idris, 2004:58). Untuk

menentukan ada tidaknya multikolinearitas maka dilakukan dengan cara

membandingkan koefisien korelasi dengan nilai kritisnya α = 0,05 dengan

rumus:

………...…………………………

Jika׀ VIF ≥ 5 ׀ , maka terdapat multikolinearitas

Jika׀ VIF < 5 ׀ , maka tdak terdapat multiklinearitas

3)Uji Autokorelasi

Menurut Gujarati (1999:201), uji autokorelasi merupakan korelasi

antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu

(seperti dalam data deretan waktu) atau ruang (seperti dalam data cross

sectional).

Autokorelasi digunakan apabila data yang digunakan adalah data time

series gunanya adalah untuk menguji apakah data sebuah model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, berarti ada

problema autokorelasi maka solusi dari masalah autokorelasi adalah

dengan menstransformasikan data mengikuti prosedur persamaan

perbedaan yang digeneralisasikan. Model yang baik adalah model yang

Page 50: BAB I  print

50

bebas dari autokorelasi. Uji ini memakai rumus Durbin Watson (Gujarati,

1999:215) yaitu :

….....................................................................

Dimana :

d = Statistik Durbin Watson

Ut = Nilai Residu

Nilai tersebut dapat diklasifikasikan pada tabel berikut ini :

Tabel 2. Klasifikasi Nilai d

No Nilai d Keterangan1 d < dL Ada autokorelasi2 dL d du Tidak ada kesimpulan

3 du d 4-du Tidak ada autokorelasi

4 4-du d n4-dL Tidak ada kesimpulan

5 4-dL d 4 Ada autokorelasi

Sumber : Supranto (1995:112)

b. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis ini bertujuan untuk mengaitkan dua variabel atau lebih.

Dalam hal ini penulis menetapkan pengaruh variable bebas terhadap

variabel terikat. Untuk melakukan analisis estimasi PMA di Indonesia

(Yt) sebagai variabel dependen, sedangkan variabel independen yaitu;

suku bunga kredit (Xt1), pendapatan nasional (Xt2) dan inflasi (Xt3)

dengan melihat sejauh mana variabel independen mempengaruhi

variabel dependen. Digunakan model analisis regresi linear berganda

secara sistematis hubungan ini dapat ditulis dalam bentuk notasi umum

Page 51: BAB I  print

51

dapat dinyatakan dalam persamaan (Gujarati, 1999:130) dibawah ini

yaitu:

Yt = f(Xt1, Xt2, Xt3, Ut)……………………………......…………….

Untuk melihat sejauh mana hubungan variabel bebas terhadap

variabel terikat maka digunakan persamaan struktural non linear

sebagai berikut:

Yt = ßo.Xt1 .Xt2 .Xt3 βt3 .Ut…………......................................

dimana:

Yt : PMA pada tahun t

Xt1 : Suku bunga kredit pada tahun t

Xt2 : Pendapatan nasional pada tahun t

Xt3 : inflasi pada tahun t

ß1ß2 ß3 : Nilai Parameter untuk Variabel bebas

ßo : Konstanta

Ut : Kesalahan Penganggu (Error Term)

Persamaan (7) struktural non linear ditransformasikan menjadi

persamaan struktural logaritma linear terikat terhadap variabel bebas

dengan memakai logaritma linear agar dapat dijadikan ukuran

elastisitas maka persamaan tersebut dapat ditulis menjadi:

Log Yt = log ßo + ß1t log Xt1 + ß2tXt2 + ß3tXt3 + logUt

………………………………………………..…………………

dimana:

Page 52: BAB I  print

52

Yt: PMA pada tahun t

Log Xt1: Suku bunga kredit pada tahun t

Xt2: Pendapatan nasional pada tahun t

Xt3 : Inflasi pada tahun t

ßo: Konstanta

ß1ß2 ß3 : Nilai Parameter untuk Variabel bebas

Ut: Kesalahan Penganggu (Error Term)

c. Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Supranto (1992:250), koefisien determinasi digunakan untuk

menentukan besarnya proposi sumbangan variabel dependen (Y) dengan

variabel indenpendentnya (X). dimana, R2 terletak antara 0 dan 1, jika

nilainya mendekati 0 berarti tidak ada hubungan variabel independen

dengan variabel dependen. Dan sebaliknya, jika nilainya mendekati 1

maka terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen. Untuk melihat besarnya pengaruh X terhadap fungsi PMA

dapat dirumuskan sebagai berikut:

R =1- …………………………...…………………......

Dimana :

R2 = Koefisien Determinasi

Ut =Variabel Penganggu

Yt= Total jumlah kuadrat

d. Pengujian Hipotesis

Page 53: BAB I  print

53

1. Uji t (t-test)

Dilakukan untuk melihat apakah terdapat pengaruh yang

signifikan antara variabel indepedent terhadap variabel dependent

dalam persamaan regresi linear berganda secara partial dengan

mengasumsikan variabel lain dianggap konstan, dapat dibuktikan

dengan rumus (Gujarati, 2000:73) :

thit= ………………………..………………….

dimana :

bi = Koefisien regresi masing-masing variabel

Sbi = Koefisien error masing-masing variable

Kriteria pengujian :

a) Jika thit ≥ t tab atau –thit < ttab maka Ho ditolak, Ha diterima

berarti terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas

terhadap variabel terikat secara parsial.

b) Jika thit < ttab atau –thit ≥ -ttab maka Ho diterima, Ha ditolak

berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel

terikat secara prasial.

2. Uji F

Pengujian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

bebas dengan variabel tak bebas secara keseluruhan. Dimana dalam

pengujian ini untuk mengetahui apakah variabel independen (X) secara

bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

Page 54: BAB I  print

54

dependen (Y) atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat

digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau tidak (Gujarati,

1999:120). Uji ini menggunakan rumus:

Fo= ..………………………………………

Dimana :

Fo : Fhitung

R : Koefisien determinasi ganda

n : Besarnya sampel ( banyak data )

k : Banyak variabel penelitian

Nilai F-hitung yang dihasilkan dari perhitungan diatas dengan

tingkat kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan sebesar

(n-k-1), dengan ketentuan mengambil keputusan sebagai berikut:

Kriteria penguji hipotesis:

Ho ditolak: jika Fo ≥ Ftab

Ho diterima: jika Fo < Ftab

Jika F hitung < F tabel maka hitpotesa nol (Ho) diterima dan

hipotesa alternatif (Ha) ditolak, berarti variabel bebas tidak memiliki

pengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Begitu sebaliknya, jika F

hitung ≥ F tabel maka hipotesa nol (Ho) ditolak dan hipotesa (Ha)

diterima, berarti variabel bebas mamiliki pengaruh signifikan terhadap

variabel terikat.

DAFTAR PUSTAKA

Page 55: BAB I  print

55

Akhirmen. 2005. Buku Ajar Statistika 2. Padang: Fakultas Ekonomi UNP.

Case dan Fair. 2001. Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro. Edisi Lima. PT. Indeks: Jakarta.

Gujarati, Damodar. 1999. Ekonometrika Dasar. Terjemahan oleh Zumarno Zain. Jakarta : Erlangga

---------------------.2003. Basic Econometrics, International Edition. Hill: Mc Graw.

Idris. 2004. Analisis Model Data Kuantitatif dengan Program SPSS. Padang: MM UNP.

Jhingan. 2000.Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan. Jakarta: PT. Rajawali Persada.

Khalwaty, Tajul. 2000. Inflasi dan Solusinya. PT. Gramedia Pustaka Utama:

Jakarta.

Mankiw, N. Gregory. 2002. Pengantar Makro Ekonomi Jakarta: Erlangga.

------------------------. 2004. Principle Of Economics, Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba Empat..

M. Hatta 2008. Membongkar Kerusakan Teori Inflasi Moderat. ( http://www.jurnal-ekonomi.org ). diakses tanggal 9 juli 2011

Nanga, Muana. 2001. Makroekonomi. Teori, Masalah dan Kebijakan. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada; Jakarta.

Nerius, Arief Fadillah. 2009.Analisis Pengaruh Pendapatan Nasional, Suku Bunga dan Inflasi Sektor Pertambangan di Indonesia. Fakultas Ekonomi. UNP. Padang. (Tidak di Publikasikan).

Nopirin.Ph.D. 2000.Ekonomi Moneter. BPFE. Yokyakarta.

Novridinata, Pipin. 2009. Analisis Investasi dan Inflasi di Indonesia. Fakultas Ekonomi. UNP. Padang. (Tidak di Publikasikan).

Satryadi.2007.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Domestik di Indonesia (Skripsi). Padang. UNP (Tidak Dipublikasikan).

Sukirno, Sadono. 2000. Makro Ekonomi Modern Perkembangan Pemikiran dari Krisis Hingga Keynesian Baru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Page 56: BAB I  print

56

--------------------. 2002. Penghantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

…………………2004. Pengantar Teori Makroekonomi. Edisi ketiga. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Todaro, Michel.P.Stephen.2003.Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga.