23
BAB II KIBLAT TEORITIS 2.1 Konsep-konsep Yang Dipilih Dan Defenisi Konsep 2.1.1 Sistem Pengendalian Manajemen Merchant & Van der Stede (2007) mengartikan sistem pengendalian manajemen menyangkut semua perangkat atau sistem yang digunakan manajer untuk memastikan bahwa perilaku dan keputusan karyawannya konsisten dengan tujuan dan strategi organisasi. Fungsi utama dari sistem pengendalian manajemen adalah mempengaruhi perilaku karyawan dengan cara yang diinginkan. Sedangkan manfaat yang dapat dihasilkan adalah memungkinkan tercapainya tujuan organisasi. Sistem pengendalian manajemen dilakukan oleh perusahaan karena tiga hal utama yang dikemukakan oleh Merchant & Van der Stede (2007) yaitu lack of direction, motivational problems, dan personal limitations. Lack of direction menunjukkan bahwa salah satu alasan rendahnya kinerja organisasi diakibatkan karyawan tidak mengetahui apa yang diinginkan organisasi dari mereka. Dalam kaitan itu, maka salah satu fungsi dari sistem pengendalian manajemen

BAB II KIBLAT TEORITIS 2.1 Konsep-konsep Yang Dipilih Dan ... › bitstream › 123456789 › 4127 › 3 › T2_91… · BAB II KIBLAT TEORITIS 2.1 Konsep-konsep Yang Dipilih Dan

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • ���

    BAB II

    KIBLAT TEORITIS

    2.1 Konsep-konsep Yang Dipilih Dan Defenisi

    Konsep

    2.1.1 Sistem Pengendalian Manajemen

    Merchant & Van der Stede (2007) mengartikan

    sistem pengendalian manajemen menyangkut semua

    perangkat atau sistem yang digunakan manajer untuk

    memastikan bahwa perilaku dan keputusan

    karyawannya konsisten dengan tujuan dan strategi

    organisasi. Fungsi utama dari sistem pengendalian

    manajemen adalah mempengaruhi perilaku karyawan

    dengan cara yang diinginkan. Sedangkan manfaat yang

    dapat dihasilkan adalah memungkinkan tercapainya

    tujuan organisasi.

    Sistem pengendalian manajemen dilakukan oleh

    perusahaan karena tiga hal utama yang dikemukakan

    oleh Merchant & Van der Stede (2007) yaitu lack of

    direction, motivational problems, dan personal

    limitations. Lack of direction menunjukkan bahwa salah

    satu alasan rendahnya kinerja organisasi diakibatkan

    karyawan tidak mengetahui apa yang diinginkan

    organisasi dari mereka. Dalam kaitan itu, maka salah

    satu fungsi dari sistem pengendalian manajemen

  • ���

    adalah menginformasikan keterlibatan karyawan

    tentang bagaimana mereka dapat memaksimalkan

    kontribusi untuk pemenuhan tujuan organisasi.

    Motivational problems umumnya disebabkan oleh

    ketidaksesuaiannya tujuan individu dan tujuan

    organisasi secara alami karena adanya self-interest.

    Oleh karena itu, sistem pengendalian manajemen

    bukan hanya berfokus untuk menghindari atau

    mengurangi perilaku “negatif”, tetapi juga memotivasi

    perilaku “positif”, yaitu bagaimana mendorong

    karyawan agar konsisten bekerja kerasdemi mencapai

    tujuan organisasi. Personal limitations terjadi karena

    karyawan mengetahui apa yang diharapkan organisasi

    dari mereka, dan memiliki motivasi yang tinggi untuk

    berkinerja secara baik, hanya saja mereka tidak dapat

    melakukan pekerjaan dengan baik karena keterbatasan

    pribadi. Karyawan tidak memiliki pengetahuan atau

    informasi yang memadai untuk melakukan yang

    terbaik bagi pekerjaannya. Oleh karena itu, Merchant

    dan Van der Stede (2007) berpendapat bahwa sistem

    pengendalian manajemen memiliki tiga fungsi kontrol

    yakni results controls, action controls, people/culture

    controls.

  • ���

    2.1.1.1. Results Controls

    Merchant dan Van der Stede (2007)

    mengemukakan bahwa results controls adalah tipe

    kontrol yang dilakukan dengan memberikan bayaran

    untuk kinerja terbaik yang dihasilkan oleh karyawan.

    Kontrol ini menghendaki organisasi untuk memberikan

    rewards kepada karyawan yang menghasilkan hasil

    terbaik sesuai dengan tujuan organisasi.Results

    controlsjuga merupakan jenis kontrol pencegahan yang

    dapat mengatasi setiap kategori utama dari control

    problems. Kontrol ini menginformasikan kepada

    karyawan apa yang diharapkan dari mereka dan

    mendorong mereka melakukan apa yang mereka bisa

    untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Results

    controls sangat potensial untuk mengatasi lack of

    direction, karena kontrol ini selalu menjanjikan high

    rewardsdemi kinerja yang terbaik. Hal ini

    memungkinkan perusahaan menjadi terbantu untuk

    menarik dan mempertahankan karyawan yang percaya

    diri akan kemampuan mereka. Di samping itu, kontrol

    ini juga dapat mendorong seluruh karyawan mengatasi

    keterbatasan mereka danmengembangkan bakat

    mereka dalam memposisikan diri untuk mendapatkan

    hasil berdasarkan rewards.

  • ���

    Results controls menolong manajer menjawab

    pertanyaan tentang berbagai macam strategi, entitas

    organisasi, dan kinerja karyawan. Jika kinerja tidak

    memenuhi harapan maka manajer dapat

    mempertimbangkan perubahan strategi, manajer, atau

    proses operasional. Implementasi results controls

    memerlukan empat langkah: (1) mendefenisikan

    dimensi-dimensi yang mana hasil yang diinginkan atau

    tidak diinginkan seperti profitabilitas, kepuasan

    pelanggan atau cacat produk; (2) mengukur kinerja

    berdasarkan dimensi ini; (3) pengaturan target kinerja

    untuk karyawan upayakan; dan (4) memberikan

    penghargaan untuk mendorong perilaku yang dapat

    mengarah pada hasil yang diinginkan. Results controls

    tidak selalu efektif untuk semua kondisi. Kontrol ini

    akan menjadi efektif jika organisasi dapat menentukan

    apa hasil yang diinginkan pada area yang dikontrol;

    kemampuan untuk mempengaruhi hasil yang

    diinginkan (controllability); serta kemampuan untuk

    mengukur pengendalian hasil secara efektif.

    Results controls juga merupakan bagian yang

    sangat penting dalam mengatasi motivational problems.

    Bahkan tanpa pengawasan yang ketat atau intervensi

    dari manajer, kontrol ini dapat mendorong karyawan

    untuk berperilaku dalam memaksimalkan kesempatan

    agar menghasilkan hasil yang diinginkan organisasi.

  • ���

    2.1.1.2. Action Controls

    Action controls adalah bentuk langsung dari

    kontrol manajemen karena melibatkan pengambilan

    langkah-langkah untuk memastikan bahwa karyawan

    bertindak sesuai dengan kepentingan terbaik organisasi

    dengan menjadikan tindakan mereka sendiri sebagai

    fokus kontrol. Action controls mengambil empat bentuk

    dasar: behavior constraints, preaction reviews, action

    accountability, dan redundancy.

    Behavior constraints merupakan bentuk negatif

    dari action controls. Mereka membuatnya menjadi tidak

    mungkin, atau sedikit lebih sulit, bagi karyawan untuk

    melakukan hal-hal yang tidak boleh dilakukan.

    Kendala dapat diterapkan secara fisik maupun

    administratif.Sebagian besar perusahaan menggunakan

    kendala fisik seperti kunci di meja, password

    komputer, dan keterbatasan akses ke daerah-daerah

    dimana persediaan yang berharga dan informasi yang

    sensitif disimpan. Kendala administrasi dilakukan

    untuk memberikan batasan pada kemampuan

    karyawan dalam melakukan semua atau sebagian dari

    tindakan tertentu, seperti pembatasan dalam otoritas

    pengambilan keputusan. Tindakan ini dilakukan untuk

    meminimalkan risiko dimana karyawan yang tidak

    terlatih atau kurang informasi akan membuat

  • ���

    kesalahan utama. Bentuk umum dari kontrol

    administratif umumnya disebut sebagai pemisahan

    tugas, yang dilakukan untuk tugas-tugas yang sensitif,

    sehingga dibuatnya sedikit sulit untuk dilakukan

    hanya oleh satu orang.

    Preaction reviews melibatkan pengawasan dari

    rencana aksi karyawan yang dikontrol. Reviewer dapat

    menyetujui atau menolak tindakan yang diusulkan,

    meminta modifikasi, atau meminta rencana yang lebih

    baik sebelum memberikan persetujuan akhir. Bentuk

    umum dari preaction reviews berlangsung selama

    proses perencanaan dan penganggaran, yang ditandai

    dengan berbagai bentuk reviews atas rencana aksi dan

    anggaran pada tingkat organisasi secara berturut-turut.

    Action accountability melibatkan penanggung-

    jawab karyawan yang bertanggung-jawab atas aksi

    yang mereka ambil. Pelaksanaan bentuk kontrol ini

    membutuhkan: (1) Penentuan tindakan apa yang dapat

    diterima dan tidak dapat diterima; (2)

    mengkomunikasikan defenisinya kepada karyawan; (3)

    mengamati atau melacak apa yang terjadi; dan (4)

    memberikan penghargaan bagi good action atau

    memberikan hukuman atas tindakan yang

    menyimpang. Tindakan yang dimandatkan kepada

    karyawan penanggung jawab dapat dikomunikasikan

  • ���

    secara administratif maupun secara sosial. Secara

    administratif dilakukan melalui penggunaan aturan

    kerja, kebijakan dan prosedur, ketentuan kontrak, dan

    kode etik perusahaan. Komunikasi menjadi hal yang

    sangat penting dalam efektifitas action accountability.

    Bukan hanya komunikasi dengan diri sendiri tetapi

    juga individu terkait harus memahami apa yang

    dibutuhkan dan merasa cukup yakin bahwa, tindakan

    mereka akan diperhatikan dan dihargai atau dihukum

    dengan beberapa cara yang sesuai. Action accountability

    dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu, pembeli

    misteri, penyediaan kritik layanan, memeriksa laporan

    kegiatan atau dokumentasi biaya.

    Redudancy melibatkan penugasan kepada lebih

    banyak karyawan atau mesin untuk tugas yang sangat

    diperlukan atau juga memiliki karyawan cadangan

    yang tersedia, sehingga dapat dianggap pula sebagai

    tindakan kontrol karena ini dapat meningkatkan

    kemungkinan bahwa tugas akan dicapai dan

    memuaskan. Berikut disajikan tabel yang

    menggambarkan bentuk masalah dan penanganannya

    dengan menggunakan jenis tindakan kontrol.

  • ��

    Tabel 2.1 Control problems dan jenis kontrol Type of Action Control

    Control Problems Prevention Lack of

    direction Motivation problems

    Personal limitations

    Behavioral constraints

    x Kuncinya pada aset berharga dan pemisahan tugas

    Preaction Reviews

    x x x Review persetujuan pengeluaran anggaran.

    Action Accountability

    x x x Kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya tentang rewards dan punishments.

    Redudancy x x Menetapkan beberapa orang untuk tugas penting.

    Source: K. A. Merchant, Modern Management Control Systems: Text and Cases (Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall, 1998), p. 30, 31.

    2.1.1.3. People/Culture Controls

    People controls membangun kecenderungan alami

    karyawan untuk mengontrol dan atau memotivasi

    mereka sendiri. Kontrol ini membantu memastikan

    bahwa setiap karyawan memahami apa yang organisasi

    inginkan, mampu melakukan pekerjaan dengan baik,

    memiliki semua kemampuan (pengalaman, kecerdasan)

    dan sumber daya (informasi dan waktu) yang dilakukan

  • ��

    untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Beberapa

    people controls meningkatkan kemungkinan bahwa

    setiap karyawan akan terlibat dalam pemantauan diri.

    Dalam hal ini self-monitoring menjadi hal yang

    penting untuk mendorong mereka melakukan

    pekerjaan dengan baik dan benar, serta bertanggung

    jawab untuk kesuksesan organisasi. Terdapat tiga

    metode utama untuk melaksanakan people controls

    yaitu melalui (1) seleksi dan penempatan karyawan, (2)

    pelatihan, (3) desain pekerjaan dan penyediaan sumber

    daya yang diperlukan.

    Seleksi dan penempatan karyawan merupakan

    hal yang sangat penting. Hal ini disebabkan ketika kita

    menemukan orang yang tepat untuk melakukan

    pekejaan tertentu dan memberikan mereka lingkungan

    kerja yang baik dan sumber daya yang diperlukan akan

    meningkatkan kemungkinan bahwa pekerjaan akan

    dilakukan dengan benar. Berbagai macam kriteria

    ditetapkan disini seperti pendidikan, pengalaman,

    kesuksesan masa lalu, kepribadian dan ketrampilan

    sosial. Pelatihan dapat memberikan informasi yang

    berguna tentang tindakan apa, atau hasil yang

  • ���

    diingiinkan, dan bagaimana melakukan yang terbaik

    untuk tugas yang diberikan. Hal ini dapat memotivasi

    karyawan untuk melakukan pekerjaannya dengan baik

    dan profesional. Desain pekerjaan dan sumber daya

    yang diperlukan akan membantu karyawan untuk

    bekerja dengan baik dan tepat sesuai skill yang dimiliki.

    Culture controls dirancang untuk mendorong

    adanya saling pemantauan, dan sebagai bentuk kuat

    dari group pressure pada individu yang menyimpang

    dari norma-norma kelompok. Budaya organisasi relatif

    tetap dari waktu ke waktu. Norma budaya terwadahi

    dalam aturan tertulis dan tidak tertulis yang mengatur

    perilaku karyawan. Manajer mencoba untuk membuat

    dan membentuk budaya organisasi dalam banyak hal,

    baik dalam kata dan teladan. Kode etik dan

    penghargaan kelompok adalah salah satu metode

    pembentuk budaya yang paling penting dan sangat

    mempengaruhi culture controls. Pendekatan lain yakni

    transfer intraorganisasi (rotasi karyawan), pengaturan

    fisik dan sosial, serta tone at the top. Control problems

    ditangani dengan berbagai cara yang mempengaruhi

    personel/culture controls yang dijelaskan dalam tabel

    2.2 berikut.

  • ���

    Tabel 2.2Control problems dan cara mempengaruhinya Lack of

    direction Motivation problems

    Personal limitations

    Cara mempengaruhi personel control

    Seleksi dan penempatan x x x Training x x x Desain kerja dan penyediaan sumber daya yang diperlukan

    x

    Cara mempengaruhi culture control

    Kode etik x x Penghargaan kelompok x x x Transfer intraoganisasi (rotasi karyawan)

    x x

    Pengaturan fisik x Tone a the top x

    Source: K. A. Merchant, Modern Management Control Systems: Text and Cases (Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall, 1998), p. 130.

    Personel dan culture controls memperlihatkan

    bahwa shared nilai-nilai organisasi menjadi alat yang

    sangat penting untuk memastikan bahwa setiap orang

    melakukan yang terbaik untuk kepentingan organisasi.

    2.1.2. Sistem Pengendalian Manajemen pada

    Organisasi Non-profit

    Sistem pengendalian manajemen pada organisasi

    non-profit oleh Merchant & Van der Stede (2007) dinilai

    lemah. Hal ini dikarenakan organisasi-organisasi non-

    profit memiliki karakteristik-karakteristik tersendiri

    yang membuat sistem pengendalian manajemennya

    menjadi sulit.

  • ���

    Karakteristik yang pertama nampak pada

    ketidakjelasan sasaran atau tujuan organisasi. Hal ini

    disebabkan banyak konstituen yang memiliki

    kepentingan dengan organisasi non-profit, tujuan

    mereka, dan kinerjanya. Menyelesaikan konflik-konflik

    dan perbedaan persepsi membutuhkan mekanisme

    pengambilan keputusan khusus. Tanpa kejelasan

    mengenai apa tujuan yang harus dicapai, dan

    bagaimana timbal-balik diantara mereka akan

    membuat organisasi menjadi sulit, dan bukan tidak

    mungkin untuk menilai seberapa baik sistem kontrol

    organisasi.

    Karakteristik yang kedua yaitu organisasi non-

    profit mengalami kesulitan dalam pengukuran kinerja.

    Tujuan-tujuan organisasi untuk menyedikan kualitas

    layanan tidaklah dapat diukur dengan keberhasilan

    keuangan. Tanpa seperangkat kecil indikator kinerja

    kuantitatif, tugas manajemen dan manajemen kontrol

    menjadi sangat rumit untuk: (1) mengukur kinerja

    organisasi di bawah terang keseluruhan tujuan, dan

    dengan demikian digunaan results controls(termasuk

    insentif berbasis kinerja) bahkan pada tingkat

    organisasi yang luas. (2) menganalisis manfaat dari

    alternatif investasi atau program action. (3)

    mendesentralisasi organisasi dan manajer penanggung

    jawab untuk kinerja bidang khusus yang berhubungan

  • ���

    tepat dengan keseluruhan tujuan organisasi. (4)

    menganalisis kinerja sub unit yang melakukan kegiatan

    berbeda. Organisasi non-profit tidak mampu untuk

    melakukan pekerjaan dengan efektif karena mereka

    tidak memiliki ukuran kinerja yang mereka butuhkan

    untuk menilai kesehatan organisasi dan menandai

    potensi masalah.

    Karakteristik ketiga adalah dari segi akuntansi,

    laporan keuangan organisasi non-profit bervariasi baik

    dalam bentuk maupun isi. Standar akuntansi individu

    yang digunakan oleh organisasi ini untuk operasi

    transaksi juga memiliki catatan historis yang berbeda

    dari yang digunakan dalam organisasi profit.

    Kebanyakan para ahli menyimpulkan bahwa prinsip

    akuntansi yang digunakan dalam organisasi non-profit

    harus identik dengan yang digunakan dalam organisasi

    profit dengan satu pengecualian, dibutuhkan rekening

    terpisah yang dinamakan dana, untuk memisahkan

    operasi transaksi dari kontribusi transaksi modal.

    Organisasi non-profit memperoleh sumber daya

    dari sumbangan yang diberikan kepada organisasi.

    Istilah sumbangan memberikan pembatasan bagi

    penggunaan sumber daya untuk tujuan tertentu, jenis

    tertentu dari pengeluaran (contohnya uang

    pembangunan), atau suatu periode waktu tertentu.

  • ���

    Sumbangan berasal dari permintaan manajer

    organisasi atau pemberian sukarela stakeholder.

    Setiap organisasi non-profit juga memiliki dana

    umum yang digunakan untuk menjelaskan semua

    transaksi opersional dan sumberdaya tidak termasuk

    dalam pembatasan dana apapun. Laporan aktifitas

    adalah cukup informatif, karena jika sumber arus

    masuk terjadi terus menerus kurang dari sumber daya

    arus keluar, organisasi tidak akan bertahan, dan

    sebaliknya jika arus masuk melebihi arus keluar

    dengan margin yang besar adalah tidak diinginkan.

    Karakteristik keempat berhubungan dengan

    pengawasan eksternal yang berasal dari para donator,

    lembaga pemerintah, alumni, dan masyarakat

    dikarenakan organisasi non-profit memperoleh dana

    dari mereka sehingga laporan kinerja membantu

    memberikan informasi berharga yang membantu pihak

    eksternal membuat pilihan informasi terkait dengan

    pelayanan yang akan dinikmati. Kadang-kadang pihak

    eksternal membawa tekanan politik yang tinggi pada

    organisasi yang dianggap tidak berkinerja dengan tepat,

    sumbangan dapat ditahan, serta manajer dan direksi

    dapat dipaksa keluar.

    Hal yang lain adalah susunan dewan pada

    organisasi ini memiliki banyak devisi, yang dipilih

  • ���

    untuk alasan yang tidak memenuhi syarat mereka

    untuk melakukan pengawasan organisasi secara

    optimal. Kebanyakan anggota dewan direksi dibayar

    sedikit atau tidak sama sekali untuk pelayanan

    mereka, sehingga mereka akan lebih mudah

    mengalihkan perhatiannya dari tugas-tugas mereka.

    Tata kelola yang efektif dari pimpinan organisasi non-

    profit adalah suatu tindakan yang jarang terjadi dan

    tidak wajar. Ketika pengawasan kepada internal

    organisasi gagal, tekanan secara langsung lebih

    cenderung datang dari pihak eksternal. Pengawasan

    internal kadang-kadang mempengaruhi proses

    pengambilan keputusan karena pihak eksternal harus

    didengar dan keprihatinan mereka harus

    diakomodasikan.

    Karakteristik yang kelima adalah organisasi non-

    profit harus mematuhi undang-undang khusus, dan

    kondisi pendapatan tergantung pada sumbangan dan

    hibah, keterbukaan, pengawasan peraturan yang

    berlaku, serta undang-undang mengenai kompensasi

    dari eksekutif dan karyawan mereka. Kepatuhan

    kepada kendala hukum secara otomatis menuntut

    penggunaan action controls dan hal ini meningkatkan

    biaya kontrol.

  • ���

    Keenam, karakteristik karyawan positif dan

    implikasi kontrol negatif. Hal ini berdampak pada paket

    kompensasi yang tidak kompetitif dan berpengaruh

    menyebabkan masalah kontrol jika kualitas karyawan

    berkurang seperti keterbatasan pribadi. Banyak

    organisasi non-profit sering menarik karyawan dengan

    komitmen yang tinggi untuk tujuan organisasi mereka.

    Komitmen yang tinggi menimbulkan masalah lack of

    direction dan motivational problems. Kontrol mudah

    dicapai melalui kontrol personil atau sarana budaya.

    Ketujuh, dalam hal penyediaan layanan,

    kebanyakan bukan produk nyata (tangible) sehingga

    tidak dapat diukur secara visual.

    2.1.3.ImplementasiSistem Pengendalian

    Manajemen

    Merchant & Van der Stede (2007) mengemukakan

    bahwa dalam merancang dan memperbaiki sistem

    pengendalian manajemen maka terdapat dua

    pertanyaan dasar yang menjadi syarat yaitu apa yang

    diinginkan dan apa yang kemungkinan terjadi? Jika

    apa yang mungkin terjadi berbeda dengan apa yang

    diinginkan maka manajer selanjutnya harus mengikuti

    dua desain pertanyaan sistem pengendalian

    manajemen berikut: kontrol apa yang harus

  • ���

    digunakan? dan bagaimana masing-masing kontrol

    harus diterapkan secara ketat.

    Sistem pengendalian manajemen tidak dapat

    dirancang atau dievaluasi tanpa memahami tentang

    kebutuhan dari peran yang dikendalikan yaitu apa

    yang organisasi inginkan untuk dilakukan

    karyawannya (Burgelman, 2002). Pemahaman tentang

    apa yang diinginkan adalah yang paling berharga jika

    didefenisikan dalam hal tindakan yang diinginkan,

    karena tujuan dari sistem pengendalian manajemen

    adalah untuk mempengaruhi tindakan. Mengetahui

    tentang apa yang diinginkan sangat berguna untuk

    tujuan pengendalian manajemen jika hal ini dapat

    diterjemahkan ke dalam pengetahuan kebutuhan

    spesifik mengenai peran karyawan dalam organisasi.

    Hal ini dapat dilakukan sebagai bagian dari proses

    perencanaan dan penganggaran organisasi yang

    menentukan tentang peran dalam hal, baik itu

    tindakan yang harus dilakukan maupun hasil yang

    menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam peran

    tersebut. Namun kontrol juga dapat dilakukan dengan

    memahami beberapa hasil yang diharapkan atau

    karakteristik personal/budaya.

  • ��

    2.1.3.1. Memahami aksi atau hasil yang diinginkan

    Memahami aksi dan hasil yang diingikan dapat

    dilakukan dengan beberapa cara berikut. Pertama,

    mengidentifikasi aksi-aksi kunci yang harus dilakukan

    dalam rangka memberikan kemungkinan terbesar

    untuk sukses. Key results yang dipahami sebagai

    bidang kunci yang dilihat dan dipikirkan “harus

    berjalan dengan baik” untuk kesuksesan bisnis. Jika

    hasil pada bidang ini tidak memadai maka kinerja

    organisasi pada periode itu akan kurang dari yang

    diinginkan. Key results dapat saja stabil maupun tidak,

    tetapi harus dievaluasi kembali, dan disesuaikan jika

    terjadi perubahan kondisi lingkungan atau perubahan

    strategi yang dipilih. Tindakan ini dapat dilakukan

    dalam proses perencanaan.

    2.1.3.2. Memahami Kemungkinan Aksi atau Hasil

    Memahami kemungkinan aksi atau hasil dapat

    dilakukan dengan menyelidiki potensi untuk masing-

    masing control problem, dengan cara bertanya apakah

    karyawan memahami apa yang diinginkan organisasi

    untuk mereka lakukan (key action), dan bagaimana

    mencapai hasil yang diharapkan. Apakah mereka

    benar-benar termotivasi dan apakah mereka dapat

    memenuhi peran yang dibutuhkan dari mereka. Jika

    aksi atau hasil berbeda dari kunci aksi/ hasil, maka

  • ��

    sistem pengendalian manajemen dapat digunakan.

    Berbagai jenis kontrol tidak sama efektif untuk

    mengatasi masing-masing manajemen control problems.

    Tabel 2.3 akan menjelaskan tentang control problem dan tipe pengontrolannya.

    Type of Controls Control Problems

    Lack of direction

    Motivation problems

    Personal limitations

    Results Controls Results Accountability x x

    Actions Controls Behavioral constraints x Preaction Reviews x x x Action Accountability x x x Redudancy x x

    Personel/Culture Controls

    Selection & Placement x x x

    Training x x

    Penyediaan sumber daya yang diperlukan

    x

    Penciptaan budaya organisasi yang kuat x x

    Penghargaan kelompok x x

    Source: K. A. Merchant, Modern Management Control Systems: Text and Cases (Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall, 1998), p. 253.

    a. Keuntungan dan kelemahan results controls

    Keuntungan menggunakan results control adalah

    perilaku karyawan dapat dipengaruhi bahkan ketika

    mereka diberikan hak otonomi. Result kontrol dapat

    memberikan on-the-job-training yang memungkinkan

    karyawan belajar melakukan sesuatu dengan membuat

    kesalahan. Results controls relatif murah, karena biaya

  • ���

    tambahannya relatif kecil. Sedangkan kelemahan

    menggunakan kontrol ini adalah hasil pengukuran

    biasanya kurang menyediakan petunjuk-petunjuk

    mengenai hasil-hasil yang baik apa saja yang telah

    diambil karena pengukuran gagal memenuhi satu atau

    lebih kualitas pengukuran yang baik seperti

    kesesuaian, ketepatan, objektivitas, ketepatan waktu,

    atau dapat lebih mudah dimengerti. Ketika hasil

    dipengaruhi oleh faktor lain di luar keterampilan dan

    upaya karyawan, biasanya results controls bergeser dari

    owners kepada karyawan. Hal ini selalu menimbulkan

    masalah bagi karyawan sebab sebagian besar karyawan

    menolak resiko. Di samping itu, Epstein & Manzoni

    (2006) mengemukakan bahwa target kinerja telah

    ditetapkan, sehingga harus diperkirakan dengan tepat

    dan tidak ada over komitmen terhadap sumber daya

    yang berlangsung. Padahal sangat jelas bahwa satu

    seperangkat rencana tidak dapat melayani dua tujuan

    dengan efektivitas yang sama, sehingga satu tujuan

    atau bahkan keduanya harus dikorbankan jika results

    controls digunakan.

    b. Keuntungan dan kelemahan action controls

    Keuntungan menggunakan action controls adalah

    kontrol ini berhubungan langsung dengan aksi yang

    dilaksanakan; cenderung mengarah pada dokumentasi

  • ���

    akumulasi pengetahuan tentang mana yang terbaik

    untuk dipahami karyawan; action controls dalam

    bentuk kebijakan dan prosedur merupakan cara yang

    efisien untuk membantu koordinasi organisasi

    (Mintzberg, 1992).

    Kelemahan menggunakan action controls adalah

    kemungkinan keterbatasannya parah, karena terbatas

    pada pekerjaan rutin; kontrol ini sangat sering

    mencegah kreatifitas, inovasi, dan adaptasi sehingga

    karyawan sering menjadi pasif; tindakan kontrol dapat

    menimbulkan sikap yang negatif karena karyawan

    merasa diawasi sehingga menjadi terbeban dan bahkan

    ada yang keluar; selain itu preaction reviews

    menyebabkan biaya yang tinggi.

    c. Kontrol personil/budaya sebagai pertimbangan

    awal

    Dalam menentukan alternatif kontrol yang akan

    digunakan, maka manajer harus mulai dengan

    mempertimbangkan apakah people/culture controls

    akan memadai? Hal ini dikarenakan kontrol ini

    memiliki efek samping yang sedikit dan biaya yang

    dikeluarkan pun relatif rendah.

    People/culture controls yang dilakukan pada awal

    memungkinkan manajer untuk mempertimbangkan

  • ���

    bentuk-bentuk dari sistem pengendalian manajemen

    yang dapat diandalkan dan menilai seberapa agresif

    penggunaan bentuk-bentuk kontrol yang lain.

    People/culture controls cukup memadai hanya dapat

    terjadi apabila karyawan memahami apa yang

    diperlukan dari peran khusus mereka, kemampuan

    bekerja dengan baik, didukung oleh struktur dan

    sistem organisasi yang diperlukan, serta termotivasi

    untuk berkinerja dengan baik tanpa tambahan bantuan

    yang disediakan oleh organisasi. Namun harus disadari

    bahwa people/culture controls tidak cukup memadai

    karena itu harus dilengkapi dengan kontrol lainnya.

    2.1.3.3. Keputusan kedua: Pilihan kontrol yang

    ketat

    Keputusan mengenai apakah kontrol harus ketat

    atau longgar dalam organisasi atau suatu area tertentu

    dalam organisasi bergantung pada jawaban atas apa

    manfaat yang potensial dari kontrol yang ketat, berapa

    biaya yang diperlukan, dan apakah ada kemungkinan

    efek samping yang membahayakan. Book (1996)

    mengemukakan bahwa dalam setiap organisasi,

    pengontrolan yang ketat paling menguntungkan atas

    area yang paling penting untuk keberhasilan

    organisasi. Faktor penentu keberhasilan di setiap

    organisasi sangat bervariasi. Peters & Waterman (1982)

    mengamati bahwa sejumlah perusahaan yang sangat

  • ���

    baik menggunakan kontrol ketat dan longgar secara

    simultan. Mereka mengamati bahwa sistem

    pengendalian manajemen yang dianggap longggar dapat

    memungkinkandanmendorong otonomi,kewirausahaan,

    dan inovasi. Tapi sistem pengendalian manajemen yang

    sama pun bisa disebut ketat karena orang-orang di

    dalam perusahaan membagikan seperangkat nilai-nilai

    yang kaku. Dengan kata lain sistem pengendalian

    manajemen dapat dikatakan ketat pada tujuan, dan

    nilai-nilai inti tapi longgar pada prosedur.

    Sistem pengendalian manajemen juga

    harusberadaptasi dengan perubahan lingkungan.

    Disamping itu manajer juga tetap fokus pada orang-

    orang yang terlibat, karena respon mereka yang akan

    menentukan keberhasilan atau kegagalan sistem

    pengendalian manajemen. Manfaat kontrol manajemen

    hanya dapat dirasakan dari pengaruhnya terhadap

    perilaku.