BAB II PENGATURAN PERDAGANGAN PRODUK FARMASI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/59239/3/Chapter II.pdf · dalam bentuk obat jadi untuk masuk wilayah Indonesia adalah Industri

Embed Size (px)

Citation preview

  • BAB II

    PENGATURAN PERDAGANGAN PRODUK FARMASI DALAM SISTEM

    HUKUM INDONESIA

    A. Pengaturan Perdagangan di Indonesia Menurut Undang-Undang

    Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

    Perdagangan merupakan pilar pertumbuhan ekonomi seluruh Negara

    dunia. Perdagangan antar negara sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu.

    Kebijakan perdagangan Indonesia sendiri mengalami perubahan dari waktu ke

    waktu dan lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dan kebijakan

    penguasa pada masanya27. Perdagangan adalah tatanan kegiatan yang terkait

    dengan transaksi Barang dan/atau Jasa di dalam negeri dan melampaui batas

    wilayah negara dengan tujuan pengalihan hak atas Barang dan/atau Jasa untuk

    memperoleh imbalan atau kompensasi 28

    27 Sjamsul Arifin et.al (II) , Op. Cit, hlm. 252. 28 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal

    1 angka 1.

    . Perdagangan adalah sektor yang

    menunjang kegiatan ekonomi antar anggota masyarakat dan antar bangsa . Bagi

    suatu bangsa, khususnya Bangsa Indonesia dengan kondisi ekonomi yang bersifat

    terbuka, perdagangan adalah hal yang sangat vital dalam upaya meningkatkan

    pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan, meningkatkan pelaksanaan

    pembangunan nasional, mewujudkan pemerataan pembangunan berikut hasil-

    hasilnya serta memelihara kemantapan stabilitas nasional. Dengan demikian

    Universitas Sumatera Utara

  • kebijakan perdagangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

    pembangunan nasional. 29

    Barang-barang atau jasa yang laku diperdagangkan adalah barang-barang

    yang memiliki nilai tambah. Nilai tambah suatu barang didapatkan dari kegiatan

    industri. Bahan-bahan industri diambil secara langsung maupun tidak langsung,

    kemudian diolah sehingga menghasilkan barang yang bernilai lebih bagi

    masyarakat. Pengaturan kegiatan perdagangan bertujuan antara lain :

    30

    1. meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional ;

    2. meningkatkan penggunaan dan Perdagangan Produk Dalam Negeri

    3. meningkatkan kesempatan berusaha dan menciptakan lapangan

    pekerjaan ;

    4. menjamin kelancaran Distribusi dan ketersediaan Barang

    kebutuhan pokok dan Barang penting ;

    5. meningkatkan fasilitas, sarana, dan prasarana Perdagangan ;

    6. meningkatkan kemitraan antara usaha besar dan koprasi , usaha

    mikro, kecil,dan menengah, serta Pemerintah dan swasta ;

    7. meningkatkan daya saing produk dan usaha nasional ;

    8. meningkatkan citra Produk Dalam Negeri, akses pasar, dan Ekspor

    nasional ;

    9. meningkatkan Perdagangan produk berbasis sistem kreatif ;

    10. meningkatkan perlindungan konsumen ;

    29 H.S. Kartadjoemena, GATT Dan WTO Sistem, Forum Dan Lembaga Internasional Di

    Bidang Perdagangan (Jakarta : UI-Press, 2002), hlm. iii. 30 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal

    3.

    Universitas Sumatera Utara

  • 11. meningkatkan penggunaan SNI ;

    12. meningkatkan perlindungan sumber daya alam ; dan

    13. meningkatkan pengawasan Barang dan/atau Jasa yang

    diperdagangkan.

    Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

    mengatur mengenai lingkup pengaturan perdagangan yang meliputi : 31

    1. perdagangan Dalam Negeri ;

    2. perdagangan Luar Negeri ;

    3. perdagangan Perbatasan ;

    4. standarisasi ;

    5. perdagangan Melalui Sistem Elektronik ;

    6. perlindungan dan Pengamanan Perdagangan ;

    7. pemberdayaan koperasi serta usaha mikro,kecil, dan menengah ;

    8. pengembangan Ekspor ;

    9. Kerja Sama Perdagangan Internasional ;

    10. Sistem Informasi Perdagangan ;

    11. Tugas dan Wewenang Pemerintah di bidang Perdagangan ;

    12. Komite Perdagangan Nasional ;

    13. Pengawasan ;

    14. Penyidikan

    Selain lingkup pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga

    diatur Jasa yang dapat diperdagangkan seperti : 32

    31 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan Pasal

    4 ayat 1.

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Jasa Bisnis ;

    2. Jasa Distribusi ;

    3. Jasa Komunikasi ;

    4. Jasa Pendidikan ;

    5. Jasa Lingkungan Hidup ;

    6. Jasa Keuangan ;

    7. Jasa Konstruksi dan teknik terkait ;

    8. Jasa Kesehatan dan Sosial ;

    9. Jasa rekreasi,kebudayaan, dan olahraga ;

    10. Jasa Pariwisata ;

    11. Jasa Transportasi ;

    12. Jasa lainnya.

    Pemerintah mengatur mengenai kegiatan perdagangan Dalam Negeri

    melalui kebijakan dan pengendalian.33. Dalam rangka pengembangan,

    pemberdayaan, dan Penguatan Perdagangan Dalam Negeri, Pemerintah,

    Pemerintah Daerah, dan/atau pemangku kepentingan lainnya secara sendiri-

    sendiri atau bersama-sama mengupayakan peningkatan penggunaan Produk

    Dalam Negeri. 34

    32 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan Pasal

    4 ayat 2. 33 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan Pasal

    5 ayat 1. 34 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan Pasal

    22 ayat 1.

    Peningkatan penggunaan Produk Dalam Negeri dilakukan

    melalui upaya promosi, sosialisasi, atau pemasaran dan menerapkan kewajiban

    Universitas Sumatera Utara

  • menggunakan Produk Dalam Negeri sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan.

    Dewasa ini perkembangan perekonomian yang semakin pesat telah

    mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai terbentuk

    ditandai dengan berbagai peristiwa dunia, seperti dibentuknya Organisasi

    Perdagangan Internasional (World Trade Organization / WTO), blok-blok

    perdagangan regional seperti ASEAN Free Trade Area (AFTA), maupun Asia

    Pasific Economy Cooperation (APEC), 35 dan saat ini memasuki era ASEAN

    Economic Community (AEC). Salah satu bentuk nyata dari globalisasi adalah

    terjadinya kegiatan perdagangan antar negara yang kemudian dikenal dengan

    perdagangan internasional. Perdagangan internasional adalah kegiatan

    transaksi dagang antara satu negara dengan negara lain, baik mengenai barang

    ataupun jasa-jasa dan dilakukan melewati batas daerah suatu negara.36

    Perdagangan internasional juga diartikan sebagai perdagangan yang dilakukan

    oleh penduduk suatu negara lain atas kesepakatan bersama. Penduduk yang

    dimaksud dapat berupa antara individu dengan individu, individu dengan

    pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah lain. 37

    Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 mengenai Perdagangan

    diatur juga mengenai Perdagangan Luar Negeri yaitu diatur dalam Pasal 38.

    Pemerintah mengatur mengenai kegiatan Perdagangan Luar Negeri melalui

    35 Joni Emirzon, Aspek-Aspek Hukum Perusahaan Jasa Penilai (Jakarta:Gramedia

    Pustaka Utama,2000), hlm.1. 36 Ismawanto, Perdagangan Internasional http:// belajar.blogspot.com /2012/03/

    Perdagangan-Internasional.html (diakses tanggal 18 Maret 2016). 37 Abdul Wahid, Makalah Perdagangan Internasional, http://ekonomi-

    ahidogank.blogspot.com/2013/05/makalah-perdagangan-internasional.html (diakses pada tanggal 18 Maret 2016).

    Universitas Sumatera Utara

    http://ekonomi-ahidogank.blogspot.com/2013/05/makalah-perdagangan-internasional.htmlhttp://ekonomi-ahidogank.blogspot.com/2013/05/makalah-perdagangan-internasional.html

  • kebijakan dan pengendalian di bidang Ekspor dan Impor. 38 Kebijakan dan

    Pengendalian Perdagangan Luar Negeri sebagaimana dimaksud pada Pasal 38

    ayat (1) diarahkan untuk : 39

    1. Peningkatan daya saing produk Ekspor Indonesia ;

    2. Peningkatan dan perluasan akses pasar di luar negeri ; dan

    3. Peningkatan kemampuan Eksportir dan Importir sehingga menjadi

    Pelaku Usaha yang andal.

    Pengendalian Perdagangan Luar Negeri meliputi, perizinan, standar,

    pelarangan dan pembatasan. Ekspor barang dilakukan oleh pelaku usaha yang

    telah terdaftar dan telah ditetapkan sebagai eksportir sehingga eksportir tersebut

    yang akan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap barang yang diekspor.

    Eksportir yang tidak bertanggung jawab terhadap barang yang di ekspor akan

    dikenai sanksi administratif berupa pencabutan perizinan, persetujuan, pengakuan

    dan/atau penetapan dibidang perdagangan. Sementara dalam hal Impor, Impor

    barang hanya dapat dilakukan oleh importer yang memiliki pengenal sebagai

    Importir berdasarkan penetapan Menteri. 40

    38 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan Pasal

    38 ayat 1. 39 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan Pasal

    38 ayat 2. 40 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan Pasal

    45 ayat 1

    Sama halnya dengan ekpsortir,

    Importir barang juga yang harus bertanggung jawab atas barang yang diimpor.

    Dalam Pasal 47 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

    setiap Importir wajib mengimpor Barang dalam keadaan baru, akan tetapi dalam

    hal tertentu Menteri dapat menetapkan Barang yang diimpor dalam keadaan tidak

    Universitas Sumatera Utara

  • baru. Surat persetujuan Impor atas Barang dalam keadaan tidak baru sebagaimana

    dimaksud pada Pasal 47 diserahkan pada saat menyelesaikan kewajiban pabean

    sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan di bidang Kepabeanan.

    41

    B. Pembebasan Bea Masuk atas impor obat-obatan

    Penjelasan lebih lanjut mengenai bidang eskpor dan impor akan dibahas lebih

    jelas dalam sub bab berikutnya.

    Pesatnya perkembangan industri dan perdagangan menimbulkan tuntutan

    masyarakat agar pemerintah dapat memberikan kepastian hukum dalam dunia

    usaha. Pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) yang

    berfungsi sebagai fasilitator perdagangan harus dapat membuat proses bisnis dan

    regulasi yang dapat mengantisipasi perkembangan dalam masyarakat dalam

    rangka memberikan pelayanan dan pengawasan yang lebih cepat, lebih baik, dan

    lebih murah. 42 Dalam menjalankan tugasnya, DJBC memiliki fungsi, yaitu : 43

    1. Melindungi masyarakat dari masuknya barang-barang berbahaya

    dan memberantas penyelundupan (Community Protector) ;

    2. Melindungi industri di dalam negeri dari masuknya barang-barang

    impor yang membuat persaingan yang tidak sehat (Industrial

    Assistance) ;

    3. Memberikan fasilitas perdagangan dan mendorong kelancaran lalu

    lintas barang (Trade Facilitator) ;

    41 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan Pasal 48 42 Anonim, http://www.beacukaimedan.net/berita/44/201-Sekilas-tentang-masyarakat-

    ekonomi-asean (diakses pada tanggal 14 Maret 2016). 43 Ibid.

    Universitas Sumatera Utara

    http://www.beacukaimedan.net/berita/44/201-Sekilas-tentang-masyarakat-ekonomi-asean%20(diakseshttp://www.beacukaimedan.net/berita/44/201-Sekilas-tentang-masyarakat-ekonomi-asean%20(diakses

  • 4. Memungut bea masuk dan pajak dalam rangka impor secara

    maksimal untuk kepentingan penerimaan uang negara (Revenue

    Collector).

    Setelah berlakukanya era MEA terdapat beberapa perubahan pada sistem

    perdagangan , diantaranya yaitu : 44

    1. Prosedur bea cukai lebih sederhana.

    Salah satu poin utama MEA yaitu free flow of goods, yang berarti

    tidak ada hambatan tariff barier, selain itu DJBC juga akan

    melaksanakan ASEAN single window sehingga akan

    mempermudah segala proses ekspor impor antar negara ASEAN.

    2. Adanya sistem Self-Certification.

    Sistem self certification adalah sistem yang memungkinkan

    pengekspor menyatakan keaslian produk mereka sendiri dan

    menikmati tarif preferensial. Hal ini disebutkan dalam Peraturan

    Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 178/PMK.04/2013

    tanggal 9 Desember 2013 tentang pengenaan Tarif Bea Masuk .

    3. Harmonisasi standar produk.

    ASEAN akan memberlakukan sistem harmonisasi produk industri.

    Sehingga saat ini terdapat 7 jenis produk yang menjadi prioritas

    harmonisasi, yaitu :

    a. Produk karet ;

    b. Obat Tradisional ;

    44 Ibid.

    Universitas Sumatera Utara

  • c. Kosmetik ;

    d. Pariwisata ;

    e. Sayur dan buah segar ;

    f. Budidaya perikanan ;

    g. Ternak.

    Tarif atau bea merupakan kebijakan pembebanan pajak atas barang-barang

    impor atau barang yang masuk ke Indonesia. Kebijakan ini ditetapkan untuk

    meningkatkan sumber penerimaan negara dalam bentuk devisa.45

    Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas

    Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan Pasal 1, pengertian

    Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas

    lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea

    masuk dan bea keluar. Sedangkan yang dimaksud Daerah pabean adalah wilayah

    Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di

    Tujuan utama

    dari pembebanan tarif atau biaya atas barang-barang impor adalah untuk

    melindungi industri dalam negeri ditengah-tengah serbuan produk impor. Dengan

    masuknya produk-produk impor menambah persaingan dalam penjualan barang

    dan jasa. Maka dari itu pemerintah perlu menetapkan kebijakan atas barang impor

    yaitu dengan kebijakan tarif. Adanya penggenaan tarif ini menyebabkan harga

    barang impor menjadi lebih mahal. Kondisi ini diharapkan agar masyarakat urung

    untuk membeli produk-produk impor dan lebih memilih produk dalam negeri.

    45 Anonim, http://www.ipapedia.web.id/2015/01/Kebijakan/Impor/Dalam/Perdagangan

    (diakses pada tanggal 16 Maret 2016).

    Universitas Sumatera Utara

    http://www.ipapedia.web.id/2015/01/Kebijakan/Impor/Dalam/Perdagangan

  • atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas

    kontinen yang didalamnya berlaku Undang-Undang ini.

    Pembebasan bea masuk adalah peniadaan pembayaran bea masuk yang

    diwajibkan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Kepabeanan Pasal 25.

    Undang-Undang Kepabeanan mengatur mengenai hal ini, yaitu pembebasan bea

    masuk yang bersifat mutlak , artinya, jika persyaratan yang diatur dalam pasal ini

    dipenuhi maka barang yang diimpor tersebut diberi pembebasan.46

    Menurut Pasal 25, Pembebasan bea masuk diberikan atas impor :

    47

    1. Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang

    bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik ;

    2. Barang untuk kepentingan badan internasional beserta pejabatnya

    yang bertugas di Indonesia ;

    3. Buku ilmu pengetahuan ;

    4. Barang kiriman hadiah/hibah untuk keperluan ibadah untuk umum,

    amal, sosial, kebudayaan, atau untuk kepentingan penanggulangan

    bencana alam ;

    5. Barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain

    semacam itu yang terbuka untuk umum serta barang untuk

    konservasi alam.

    Kemudian, terkait impor produk farmasi berupa obat-obatan

    diberikan pembebasan atas Bea Masuk Impor Obat-obatan yang dibiayai

    dengan menggunakan anggaran pemerintah yang diperuntukan bagi

    46 Anonim, Bea dan Cukai http://beacukaiku.wordpress.com/2010/05/12/Ketentuan-Umum/

    47 Ibid.

    Universitas Sumatera Utara

    http://beacukaiku.wordpress.com/2010/05/12/Ketentuan-Umum/http://beacukaiku.wordpress.com/2010/05/12/Ketentuan-Umum/

  • kepentingan masyarakat48. Anggaran pemerintah tersebut meliputi

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)49

    1. Departemen / Lembaga pemerintah non departemen yang terkait

    dengan penanganan program kesehatan ;

    . Dalam Pasal 3 Peraturan

    Menteri Keuangan Nomor 102 / PMK.04 /2007, impor obat yang dibiayai

    dengan menggunakan anggaran pemerintah yang meliputi anggaran APBN

    dan ABPD dilaksanakan oleh :

    2. Dinas yang menangani bidang kesehatan ;

    3. Rumah Sakit ; atau

    4. Pihak ketiga berdasarkan perjanjian/kontrak kerja antara

    departemen/lembaga pemerintah non departemen dengan pihak

    ketiga.

    Sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.1.3459

    tentang Pengawasan Pemasukan Obat Impor, yang berhak memasukan obat impor

    dalam bentuk obat jadi untuk masuk wilayah Indonesia adalah Industri Farmasi

    atau Pedagang Besar Farmasi sebagai Pendaftar yang telah memiliki izin edar atas

    Obat Impor dari Kepala BPOM. Kemudian, dalam hal terkait impor obat dalam

    bentuk bahan baku untuk dapat masuk ke wilayah Indonesia, maka sesuai dengan

    Surat Keputusan Kepala Badan BPOM No.HK.00.05.1.3460 tentang Pengawasan

    Bahan Baku Obat, yang berhak untuk memasukkan bahan baku obat kedalam

    48 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor. 102 / PMK.04/2007 Pasal 2

    ayat 1. 49 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Nomor. 102 /PMK 04 /2007 Pasal 2

    ayat 2.

    Universitas Sumatera Utara

  • wilayah Indonesia adalah Industri Farmasi atau Pedagang Besar Bahan Baku

    Farmasi yang memiliki ijin sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-

    undangan yang berlaku.

    Untuk mendapatkan pembebasan bea masuk atas impor obat, maka

    importir sebagaimana yang telah disebutkan diatas harus mengajukan permohonan

    pembebasan bea masuk kepada Menteri Keuangan Republik Indonesia melalui

    Direktur Jenderal Bea dan Cukai50

    1. Undang-Undang RI No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

    , yang kemudian memberikan persetujuan atau

    penolakan.

    Peraturan atas Impor Produk berupa Obat-obatan diatur juga oleh

    beberapa Peraturan Perundang-Undangan, yaitu :

    Undang-Undang ini membahas mengenai upaya kesehatan, sediaan

    farmasi, pengamanan makanan dan minuman, serta pemberantasan dan

    penyembuhan penyakit. Sediaan farmasi adalah hal yang terkait

    dengan ketersediaan obat, bahan obat, obat tradisional, dan juga

    kosmetika. Terkait dengan impor obat-obatan, dalam hal ini

    pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan seluruh fasilitas

    kesehatan baik fisik maupun sosial bagi masyarakat untuk memperoleh

    derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Seperti yang terdapat

    dalam Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Kesehatan menyebutkan

    bahwa ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan perbekalan

    kesehatan, terutama obat esensial merupakan tanggung jawab

    50 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Nomor. 102 / PMK 04/2007 Pasal 4

    ayat 1.

    Universitas Sumatera Utara

  • pemerintah. Pemerintah menyusun daftar dan jenis obat yang secara

    esensial harus tersedia bagi kepentingan masyarakat. 51

    2. Undang-Undang RI No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

    Konsumen.

    pengelolaan

    perbekalan kesehatan dilakukan agar kebutuhan dasar masyarakat akan

    perbekelan kesehatan masyarakat terpenuhi.

    Pada Undang-Undang ini dijabarkan mengenai perlindungan

    konsumen yang diberikan oleh negara terhadap konsumen dikarenakan

    mengkonsumsi obat-obatan serta sanksi-sanksi yang dapat diberikan

    kepada importer obat yang telah merugikan konsumen.

    Sesuai dengan Pasal 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen

    tujuan dari Perlindungan ini adalah :

    a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen

    untuk melindungi diri ;

    b. Mengangkat harkat dan martabat kosumen dengan cara

    menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang dan/atau

    jasa ;

    c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,

    menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai kosumen ;

    d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung

    unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses

    untuk mendapatkan informasi ;

    51 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal

    40 ayat (1).

    Universitas Sumatera Utara

  • e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

    perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan

    bertanggung jawab dalam berusaha ;

    f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin

    kelangsunngan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,

    kenyamanan, kemanan, dan keselamatan konsumen.

    Ketentuan untuk pembebasan bea masuk tertuang dalam Peraturan

    3. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No.

    Hk.00.05.1.3459 tentang Pengawasan Pemasukan Obat Impor.

    Peraturan ini berisikan ketentuan-ketentuan mengenai cara impor

    produk obat, izin impor maupun pendaftaran obat. Bahkan pada

    peraturan ini juga tedapat cara-cara memperoleh izin edar bagi pelaku

    usaha atau importer obat.

    Diperjelas didalam Pasal (2, 3, 4 dan 5) bahwa yang berhak

    memasukkan obat impor kedalam wilayah Indonesia adalah industri

    farmasi atau pedagang besar farmasi sebagai pendaftar yang telah

    memiliki izin edar atas obat impor dari kepala BPOM dan pemasukan

    obat impor oleh industri farmasi atau pedagang besar farmasi. Selain

    harus mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan yang

    berlaku dibidang impor juga harus mendapatkan persetujuan

    pemasokan obat impor dari kepala BPOM.

    Adapun persetujuan untuk memasukan obat impor adalah :

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Persetujuan pemasukan obat impor diberikan atas dasar

    permohonan.

    2. Setiap permohonan hanya berlaku untuk 1 (satu) kali

    pemasukan.

    3. Permohonan diajukan secara tertulis kepada kepala BPOM.

    4. Proses persetujuan pemasukan obat impor diberikan dalam

    waktu selambat-lambatnya 1 (satu) hari kerja.

    C. Pengawasan Pemasukan Obat Impor Oleh Badan Pengawas Obat dan

    Makanan

    Badan Pengawas Obat dan Makanan atau disingkat BPOM adalah sebuah

    Lembaga Pemerintahan Non Kementerian (LPNK) yang bertugas mengawasi

    peredaran obat, obat tradisional, suplemen kesehatan,kosmetik, dan makanan di

    wilayah Indonesia. Tugas, fungsi, dan kewenangan BPOM diatur dalam

    Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan ketujuh atas

    Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001. BPOM sebelum dibentuk sebagai

    Lembaga Pemerintahan Non Departemen (LPND)/LPNK, merupakan salah satu

    direktorat jenderal di lingkungan Departemen Kesehatan atau sekarang disebut

    Kementerian Kesehatan yang bernama Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan

    Makanan (Ditjen POM). 52

    52 Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

    Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-2019. Hlm.2.

    Universitas Sumatera Utara

  • Dalam bidang kesehatan, 3 (tiga) dari 11 (sebelas) kewenangan yang

    menjadi urusan pemerintah pusat yaitu : 53

    1. Penetapan pedoman penggunaan, konservasi, pengembangan dan

    pengawasan tanaman obat ;

    2. Pemberian izin dan pengawasan peredaran obat, serta pengawasan

    industri farmasi ; dan

    3. Penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan (aditif)

    teretntu untuk makanan dan penetapan pedoman pengawasan

    peredaran, ditetapkan menjadi kewenangan BPOM sesuai

    Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,

    Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja

    LPND.

    Sesuai amanat ini, BPPOM menyelenggarakan fungsi :

    1. Pengkajian dan Pelaksanaan kebijakan nasional di bidang

    pengawasan Obat dan Makanan ;

    2. Pelaksanaan kebijakan tertentu dibidang pengawasan Obat dan

    Makanan ;

    3. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPOM ;

    4. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan tetrhadap

    kegiatan instansi pemerintah dan masyarakat dibidang pengawasan

    Obat dan Makanan ;

    53 Ibid.

    Universitas Sumatera Utara

  • 5. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di

    bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan

    tatalaksana, kepegawaiam, keuangan, kearsipan, hukum,

    persandian, perlengakapan dan rumah tangga.

    Badan Pengawas Obat dan Makanan atau disingkat Badan POM adalah

    sebuah lembaga di Indonesia yang bertugas mengawasi peredaran obat-obatan dan

    makanan di Indonesia.54 Badan POM berfungsi antara lain : 55

    1. Pengaturan, regulasi, dan standarisasi ;

    2. Lisensi dan sertifikasi industri di bidang farmasi berdasarkan cara-

    cara produksi yang baik ;

    3. Evaluasi produk sebelum diizinkan beredar ;

    4. Post Marketing Vigilance termasuk sampling dan pengujian

    laboratorium, pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, penyidik,

    dan penegak hukum ;

    5. Pre audit dan pasca audit iklan dan promosi produk ;

    6. Riset terhadap pelaksanaan kebijakan pengawasan obat dan makanan

    7. Komunikasi, informasi dan edukasi publik termasuk peringatan

    publik.

    Di dalam peraturan Kepala Badan POM mengenai pengawasan pemasukan

    obat dan makanan ke dalam wilayah Indonesia, terdapat hal-hal yang diatur dalam

    peraturan tersebut serta pengertiannya, antara lain :

    54 Wikipedia, Badan Pengawas Obat dan Makanan, http://id.m.wikipedia.org / wiki /

    Badan_Pengawas_Obat_dan_Makanan(diakses pada tanggal 27 Maret 2016.) 55 Ibid.

    Universitas Sumatera Utara

    http://id.m.wikipedia.org/

  • 1. Obat dan makanan adalah obat, obat tradisional,obat kuasi, kosmetika,

    suplemen kesehatan, dan pangan olahan.

    2. Pemasukan obat dan makanan adalah importasi Obat dan Makanan ke

    dalam wilayah Indonesia

    3. Surat Keterangan Impor, yang selanjutnya disingkat SKI, adalah surat

    keterangan untuk pemasukan Obat dan Makanan ke dalam wilayah

    Indonesia

    4. Obat adalah obat jadi termasuk produk biologi, yang merupakan bahan

    atau paduan bahan digunakan untuk mempengaruhi/ menyelidiki

    sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan

    diagnosis, pencegahan, penyembuhan,pemulihan,dan peningkatan

    kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.

    5. Produk Biologi adalah vaksin, imunosera antigen, hormon, enzim,

    produk darah dan produk hasil fermentasi lainnya (termasuk antibody

    monoclonal dan produk yang berasal dari teknologi rekombinan DNA)

    yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi

    atau keadaan patologi dalam rangka pencegahan, penyembuhan,

    pemulihan, dan peningkatan kesehatan.

    6. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan

    tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaam sarian (galenik).

    Atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah

    digunakan untuk pengobatan , dan dapat diterapkan sesuai dengan

    norma yang berlaku di masyarakat.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7. Obat kuasi adalah obat dengan bahan aktif dengan bahan farmakologi

    untuk keluhan ringan.

    8. Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk

    digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku,

    bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membrane mukosa

    mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah

    penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau

    memelihara tubuh pada kondisi baik.

    9. Suplemen kesehatan adalah produk yang dimaksudkan untuk

    melengkapi kebutuhan zat gizi, memelihara, meningkatkan dan

    memperbaiki fungsi kesehatan, mengandung satu atau lebih bahan

    berupa vitamin, mineral, asam amino, atau bahan lain, (berasal dari

    tumbuhan atau bukan tumbuhan ) yang mempunyai nilai gizi dan/atau

    efek fisiologis, yang tidak dimaksudkan sebagai pangan.

    10. Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara

    atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan.

    11. Izin Edar adalah bentuk persetujuan pendaftaran Obat dan Makanan

    yang diberikan oleh Kepala Badan untuk dapat diedarkan di wilayah

    Indonesia.

    12. Batas kadaluarsa adalah keterangan batas waktu obat, obat tradisional,

    suplemen kesehatan, dan pangan layak untuk dikonsumsi dalam

    bentuk tanggal, bulan, dan tahun, atau bulan dan tahun.

    Universitas Sumatera Utara

  • 13. Kepala Badan adalah Kepala Badan yang bertanggung jawab di bidang

    pengawasan Obat dan Makanan.

    Kemajuan teknologi telah membawa perubahan-perubahan yang cepat dan

    signifikan pada industr farmasi, obat asli Indonesia, makanan, kosmetik dan alat-

    alat kesehatan. Dengan menggunakan teknologi modern, industri tersebut kini

    mampu memproduksi dengan skala yang sangat besar mencakup berbagai produk

    dengan range yang sangat luas. Dengan dukungan kemajuan tarnsformasi dan

    entry barrier yang semakin tipis dalam perdagangan internasional, maka produk-

    produk tersebut dalam waktu yang amat singkat dapat menyebar ke berbagai

    negara dengan sistem jaringan distribusi yang sangat luas akan mampu

    menjangkau seluruh strata masyarakat di dunia. 56

    Konsumsi masyarakat terhadap produk-produk terus cenderung meningkat

    seiring dengan perubahan gaya hidup manusia termasuk pada pola konsumsinya,

    sementara itu pengetahuan masyarakat masih belum memadai untuk dapat

    memilih dan menggunkan produk secara tepat, benar dan aman. Di sisi lain pihak

    produsen menggunakan iklan dan promosi secara gencar mendorong konsumen

    untuk mengkonsumsi secara berlebihan dan sering kali tidak rasional. Perubahan

    teknologi produksi, sistem perdagangan Internasional dan gaya hidup konsumen

    tersebut pada realistasnya meningkatkan resiko yang luas pada kesehatan dan dan

    keselamatan konsumen. Apabila dengan produk sub standar atau terkontaminasi

    oleh bahan berbahaya maka resiko yang akan terjadi juga akan berskala besar dan

    luas serta berlangsung dengan sangat cepat. Untuk itu di Indonesia harus memiliki

    56 Balai Besar POM, Penyebaran Informasi dan Layanan Informasi Konsumen, Medan,

    Balai POM,2006, hlm.1.

    Universitas Sumatera Utara

  • Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM) yang efektif dan efisien,

    mampu mendeteksi, mencegah dan mengawasi produk-produk termasuk untuk

    melidungi keamanan, keselamatan dan kesehatan konsumennya baik di dalam

    negeri maupun di luar negeri. Maka telah dibentuk Badan POM yang memiliki

    jaringan nasional maupun internasional serta kewenangan penegakan hukum dan

    kredibilitas professional yang tinggi. 57

    Kebijakan Obat Nasional dalam pengertian luas dimaksudkan untuk

    meningkatkan pemerataan dan keterjangkauan obat secara berkelanjutan agar

    tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Keterjangkauan

    dan penggunaan obat yang rasional merupakan bagian dari tujuan yang hendak

    dicapai. Pemilihan obat yang tepat dengan penyediaan obat esensial dapat

    meningkatkan akses serta kerasionalan penggunaan obat. Semua obat yang

    beredar harus terjamin keamana, serta khasiat dan mutunya agar member manfaat

    bagi kesehatan. Bersamaan dengan itu masyarakat harus melindungi dari salah

    Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan, No.25/Kab/B.VII/71

    tanggal 9 Juni 1971 mengenai Peranan Badan pengawas Obat dan Makanan

    (BPOM) melalui Kebijakan Obat Nasional mengartikan Obat ialah suatu bahan

    atau paduan bahan-bahan untuk digunakan dalam penetapan diagnosis, mencegah,

    mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan

    badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian

    badan manusia.

    57 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kedudukan,Tugas, dan Wewenang Latar

    Belakang dan Sejarah http://www.LandasanTeori.com/2015/10/ Badan-Pengawas-Obat-dan-Makanan (diakses pada tanggal 28 Maret 2016).

    Universitas Sumatera Utara

    http://www.landasanteori.com/2015/10/

  • penggunaan dan penyalahgunaan obat. Dengan demikian tujuan Kebijakan Obat

    Nasioanl adalah menjamin : 58

    1. ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial

    2. keamanan, khasiat dan mutu semua obat yang beredar serta melindungi

    masyarakat dari penggunaan yang salah dan penyelahgunaan obat ;

    3. penggunaan obat yang rasional.

    Hambatan dalam upaya pendekatan dan pemerataan obat pada masyarakat

    antara lain adalah tingginya harga obat, khususnya yang diproduksi oleh

    Penanaman Modal Asing (PMA). 59

    Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang dahulunya adalah

    Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan dibawah Departemen

    Kesehatan yang tugas dan fungsinya menjalankan sebagian kewenangan di bidang

    obat dan makanan, sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan

    Nomor 130/Menkes/SK/I/2000 tentang organisasi dan tata kerja Departemen

    Kesehatan, sesuai denga Perundang-Undangan yang ditetapkan bahwa Direktorat

    Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan dalam melaksanakan tugasnya sesuai

    dengan peraturan yang berlaku, yaitu :

    Sebelum krisis moneter, konsumen tidak

    hanya dibingungkan dengan ribuan jumlah obat yang beredar, melainkan juga

    mengenai harga atas obat-obatan. Maka jelaslah diperlukan peningkatan

    penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan

    kesehatan oleh peningkatan pembangunan di bidang obat.

    58 Anonim, http://seksikefarmasiansumenep.blogspot.com/2013/02/kebijakan-obat-

    nasional.html (diakses pada tanggal 12 Maret 2016) 59 Anonim, http://www.LandasanTeori.com/2015/10/ Badan-Pengawas-Obat-dan-

    Makanan, Op.Cit.

    Universitas Sumatera Utara

    http://seksikefarmasiansumenep.blogspot.com/2013/02/kebijakan-obat-nasional.htmlhttp://seksikefarmasiansumenep.blogspot.com/2013/02/kebijakan-obat-nasional.htmlhttp://www.landasanteori.com/2015/10/

  • 1. Ordonansi tentang Obat Keras

    2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992

    3. Undan-Undang Nomor 7 Tahun 1996

    4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika

    5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.

    Tugas dari BPOM diatur dalam Kepres No.166/2000, yaitu dalam Pasal 73

    yang menyebutkan bahwa BPOM mempunyai tugas dan melaksanakan tugas

    pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan

    Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Mengenai Tugas dan Wewenang

    BPOM yang lebih spesifik diatur dalam Keputusan Bersama Menteri Kesehatan

    dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 264A/MENKES/SKB/VII/

    2003 dan Nomor 02/SKB/M.PAN/7/2003 tentang Tugas Fungsi dan Wewenang di

    Bidang pengawasan Obat dan Makanan. Namun dalam menjalankan tugas pokok

    tersebut BPOM mendapatkan hambatan, baik dari hal pelaku usaha, konsumen,

    maupun pemerintah. Hambatan dari pemerintah ialah masih adanya campur

    tangan dari pemerintah yang melindungi kepentingan pribadi maupun golongan,

    yang mengakibatkan terkekangnya BPOM sehingga tidak bisa menjalankan

    tugasnya dengan sebagaimana mestinya. Pada dasarnya dengan adanya 2

    peraturan tersebut di atas, seharusnya BPOM memiliki kewenangan sepenuhnya

    untuk menjalankan tugasnya tanpa campur tangan dari pihak lain. Tetapi pada

    nyatanya kedua peraturan tersebut masih kurang kuat dalam menunjang BPOM.

    Universitas Sumatera Utara