32
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual 1. Hakikat Pemahaman Bilangan a. Pengertian Pemahaman Bilangan Pemahaman diuraikan sebagai menyusun ulang kata, mengubah, merangkum, menjelaskan, mendefinisikan, menafsirkan, meyusun ulang kalimat, mengubah urutan, memahami, mengkonsep dan menghitung. ( Paul Ginnis, 2008:63) proses terjadinya pemahaman karena kemampuan menjabarkan sesuatu materi ke materi lain. Pemahamn ini misalnya ia dapat menjelaskan angka kedalam narasi, contoh 2 = dua. W.S Winkel mendefinisikan pemahaman sebagai kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari (W.S Winkel, 1986:23). Adanya kemampuan ini mengubah suatu data yang disajikan dalam bentuk

Bab II Skripsi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

konsep berhitung

Citation preview

BAB IIKAJIAN PUSTAKAA. Deskripsi Konseptual1. Hakikat Pemahaman Bilangan a. Pengertian Pemahaman Bilangan Pemahaman diuraikan sebagai menyusun ulang kata, mengubah, merangkum, menjelaskan, mendefinisikan, menafsirkan, meyusun ulang kalimat, mengubah urutan, memahami, mengkonsep dan menghitung. ( Paul Ginnis, 2008:63) proses terjadinya pemahaman karena kemampuan menjabarkan sesuatu materi ke materi lain. Pemahamn ini misalnya ia dapat menjelaskan angka kedalam narasi, contoh 2 = dua.W.S Winkel mendefinisikan pemahaman sebagai kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari (W.S Winkel, 1986:23). Adanya kemampuan ini mengubah suatu data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain, seperti rumusan matematika dalam bentuk kata-kata, misalnya 0 = 1.Menurut Bloom dalam teori taksonomi pendidikan yang dikutip oleh Amstrong, pemahaman meliputi kemampuan menerjemahkan, mengungkapkan kembali ( parafrasa), tafsir atau menganalogikan atau ekstrapolasi bahan ajar. Menurutnya pemahaman meliputi kemampuan menjermahakna, mengungkapkan kembali, agar lebih mudah dipahami atau perluasan bahan ajar. Berdasarkan uraian diatas pemahaman adalah kemapuan mengungkapkan kembali, mengkonsep, dan menghitung dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain, seperti rumusan matematika.Bilangan merupakan interprestasi manusia dalam menyatakan anggota himpunan. Bilangan adalah suatu ide yang sifatnya abstrak atau lambang namun memberikan keterangan mengetahui banyaknya anggota himpunan ( St. Negoro dan Harahap, 1998:56 ) sedangkan menurut Untoro bilangan adalah satuan dalam sistem matematis yang abstrak dan dapat di unitkan, ditambah atau dikalikan ( Untoro, 2008:1) sependapat dengan Ruslani bilangan adalah suatu alat pembantu yang mengandung suatu pengertian. Bilangan bilangan ini mewakili suatu jumlah yang diwujudkan dalam lambang bilangan (Russeffendi. 2006:23).Pada dasarnya anak sudah mempunyai kemampuan dasar matematika sebelum memperoleh pelajaran matematika secara formal. Hal ini di tujukan dengan minat anak untuk mengetahui sesuatu yang baru di sekitar lingukungan anak. sedikit sulit untuk mengenalkan atau memahami bilangan kepada anak karena sifatnya abstrak dan pada saat itu anak mengalami masa transisi yaitu, proses berpikir yang merupakan masa peralihan dari pemahaman yang kongkrit menuju pengenalan lambang yang abstrak.Dapat disimpulkan bilangan adalah lambang yang terdiri dari angka-angka dan memberikan berapa banyak benda, yang saling berkaitan dengan matematika yang dapat ditambah, dikurang dibagi, disatukan dan dikalikan.

a. Manfaat Pemahaman BilanganManfaat bilangan dalam proses pembelajaran adalah memberikan pengetahuan bilangan kepada anak (Andri Saleh, 2009:30). Dengan pemahaman bilangan, anak akan memiliki kemampuan untuk mengenal dari sifat dari suatu bilangan dan juga sistem bilangan secara keseluruhan mengetahui bahwa suatu bilangan dapat dinyatakan dalam berbagai macam bentuk dan mengembangkan mental referensi yaitu pengetahuan mengenal berbagai macam karakter bilangan beserta besaraanya. Pemahaman bilangan dapat memberikan pengetahuan perhitungan kepada anak. Menurut saleh dengan pemahaman bilangan anak akan memahami dengan baik operasi hitung dari berbagai bilangan seperti penjumlahahan, pengurangan, perkalian, pembagian, perpangkatan dan pemfaktoran dan membuat hubungan anatar sifat-sifat perhitungan matematika dan penerapannya dalam kehidupan sehari- hari ( Ibid, 2009:31)Berdasarkan uraian diatas bahwa manfaat dari pemahaman bilangan adalah anak mampu untuk mengenal sifat dari suatu bilangan dan juga sistem bilangan secara keseluruhan, mengetahui bahwa suatu bilangan dapat dinyatakan dalam berbagai macam bentuk dan mengembangkan mental referensi yaitu pengetahuan mengenal berbagai macam karakter bilangan beserta besaranya memahami dengan baik operasi hitung dari berbagai bilangan seperti penjumlahan, perkalian, pembagian, pengkurangan pemfaktoran dan perpangkatan membuat hubungan antara sifat sifat perhitungan matematika dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. b. Pemahaman Bilangan Pada Anak Usia Dini Menurut Sudjarwo, mengenal konsep bilangan adalah suatu hal yang dasar dalam pengembangan pengetahuan matematika, dalam kegiatan sehari-hari anak sering kali melafalkan bilangan, seperti 1...2...3...4...5... dan seterusnya. Hal ini adalah langkah awal dalam mengenal lambang bilangan, dalam proses menganal lambang bilangan anak akan mulai mempelajari bagian dari bilangan selanjutnya yitu membilang , korespondensi satu-satu, satu-satu dan pemahaman bilangan (Sudijarwo, 2010:3-4 )1) Membilang Anak belajar melalui bermain, hal ini juga berlaku dalam pengembangan konsep pengetahuan matematika. Sebagai contoh hal membilng alangkah baiknya apabila pendidik berinteraksi dengan ank melalui sajak ataupun nyanyian. Hal ini membuat anak merasa senang dan secara langsung juga mengembangkan kemampuan bilangan pada anak.2) Korespondensi satu satu Pada saat mengenalkan konsep padanan satu-satu hal yang perlu diperhatikan adalah setiap kata yang di ucapkan harus dipasangkan dengan tepat pada satu objek yang sedang dihitung.3) Pemahaman bilangan Setelah anak memahami konsep matematika berupa menghitung satu-satu, maka langkah selanjutnya adalah pemahaman konsep bilangan, pemahaman konsep bilangan merupakan antara hitung dan jumlah ditandai dengan pemahaman konsep lebih dan kurang.Jadi, dalam pemahaman bilangan anak harus memulai beberapa tahapan mulai dari tahapan melfalakan bilangan, mengucapkan setiap bilangan dengan objek yang sedang dihitung, menghubungkan bilangan dengan benda, kemudian pemahaman bilangan dengan membuat hubungan antara hitung dan jumlah tandai dengan pemahaman konsep lebih dan kurang. c. Tahap Tahap Pembelajaran Pemahaman Bilangan Untuk Anak Usia DiniPembelajaran pemahaman bilangan penting diberikan kepada anak sejak dini, karena pada masa ini perkembangan otak mengalami lompatan dan berjalan demikian pesat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Osborn (Depdiknas, 2007: 5 ) bahwa perkembangan intelektual pada anak berkembang sangat pesat pada kurun usia nol sampai dengan prasekolah (4-6tahun). pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Bloom dalam depdiknas bahwa 50% dari potensi intelektul anak sudah terbentuk di uisa 4 tahun kemudia mencapai sekitar 80% pda usia 8 tahun.Dalam menyampaikan materi pembelajaran pemahaman blangan pada anak usia dini tidak dapat dilakukan secara tergesah-gesah, tetapi harus secra bertahap. Menurut Thorndike bahwa :Sebaiknya materi diberikan dari disusun dari tahap yang paling mudah ke yang paling sukar, sesuai dengan tingkatan kelas dari tingkatan sekolah. Penguasaan matei yang lebih mudah akan meuntun anak untuk menguasai materi selanjutnya yng lebih sukar. Tau dengan kata lain, topik/konsep prasyarat harus di kuasai terlebih dahulu untuk dapat memahami topik tau konsep selanjutya (Maulana, 2006:65 )Begitu pula Raharjo menyatakan bahwa ada beberapa tahap dalam menyampaikan pembelajaran pemahaman bilangan pada anak, yaitu :a) Peragaan membilang 1 sampai 5 berdasarkan banyaknya benda dalam suatu kumpulan ( diawal dengan bilangan 1 sampai 5 ) dilakukan secara urut untuk membilang angka dari 1 sampai 5 . apabila peragaan membilang dari 1 sampai 5 anak sudah memahami bilangan yang sudah tercapai.b) Peragaan mengenal bilangan berdasarkan banyaknya benda dalam suatu kumpulan ( diawal dengan bilangan 1 sampai 5 ) untuk pertama kali dilakukan secara urut, kemudian dilanjutkan secara acak. Apabila secara urut sudah lancar dapat dilanjutkan secara acak hingga lancar. Apabila peragaan secara acak sudah lancar berarti penenaman konsep bilangan sudah tercapai.1) Secara urutSecara urut dapat dilakukan dengan cara memasangkan antara benda dengan lambang bilangan dari 1 sampai 5. Pertama anak memasangkan benda tersebut dengan secara urut dan rapih sesuai dengan lambang bilangan tersebut.2) Secara acakUntuk peragaan awal, dapat dilakukan dengan cara memasangkan antara banyaknya benda dengan kumpulan sebanyak 1 hingga 5 dengan lambang bilangan 1 hingga 5. Selanjutnya barulah pada lambangnya saja. Pertama lakukan secara urut, kemudian secara acak. Apabila peragaan secara acak sudah lancar, hal ini berarti bilangan 1 sampai dengan 5 sudah tertanam pada pikiran anak.c) Menulis lambang bilangan 1) Di udara atau didinding tanpa goresan2) Dibuku tulisSetelah anak mengenal tulisan 1-5, maka dapat dilanjutkan dengan tingkat selanjutnya, dengan cara yang sama (Raharjo,M. 2004:3). Sejalan dengan pendapat diatas, Burns dan Lorton mengemukakan bahwa: kelompok matematika sudah yang sudah dapat diperkenalkan mulai dari usia tiga tahun adalah kelompok bilangan. Seperti aritmatika dan berhitung. Mereka mengemukakan bahwa ada tiga tahap dalam pembelajaran mengenal lambang bilangan pada anak, yaitu tingkat pemaham konsep, tingkat menghubungkan konsep konkrit dengan lambang bilangan dan tingkat lambang bilangan (Sudono, A. 2000:22)Pada tahap pemahaman, anak memahami berbagai konsep melalui pengalaman bekerja dan bermain dengan benda-benda konkrit, pada tahap transisi guru dapat mengenalkan lambang bilangan dan pada tahap lambang guru dapat mengenalkan berbagai lambang yang ada dalam matematika (Sriningsih,N. 2008: 34 )Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketika akan memberikan pembelajaran pemahaman bilangan pada anak usia dini tidak dapat dilakukan secara asal maupun tergesah-gesah, tetapi harus dilakukan secara bertahap mulai dari yang termudah sampai dengan yang tersulit, yaitu mulai dari mengenal konsep bilangan, mengubungkan konsep ke lambang bilangan dan memahami lambang bilangan melalui tahapan yang benar, maka diharapkan anak dapat paham lambang bilangan dengan mudah. d. Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini 4-5 Tahun Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat komulatif. Artinya perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya, apabila terjadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka perkembangan selanjutnya akan mendapat hambatan.Teori perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian disekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek, seperti, mainan , perabot, dan makanan, serta objek-objek sosial seperti diri, orang tua dan teman. Bagaimana cara anak belajar mengelompokkan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek peristiwa-peristiwa, dan untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa terebut.Piaget percaya bahwa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau periode-periode yang terus bertambah kompleks. Tahap-tahap perkembangan menurut piaget ini Sensorimotor pada usia 0-2 tahun bayi bergerak dari tindakan refleks instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis.Preoperationall pada usia 2-7 tahun anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Ini menunjukkan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensor dan tindak fisik.Concrete operational pada usia 7-11 pada saat ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkrit dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk yang berbeda.Perkembangan logika Matematika berkaitan dengan perkembangan kemampuan berpikir sistematis, menggunakan angka, menghitung, menemukan hubungan sebab akibat dan membuat klasifikasi. Menurut Brewer dalam Musfiroh anak usia empat tahun dapat mengklasifikasikan benda berdasarkan satu kategori. Anak juga mulai menunjukkan ketertarikan pada abka dan kuantitas seperti menghitung, mengukur dan membandingkan. Msekipun demikian, anak seringkali menggunakan angka-angka tanpa pemahaman (Tadkiroatun Musfiroh 2008:69).Perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan yang berarti bahwa tingkat perkembanagan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkatkan baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahap selanjutnya. Dalam kurikulum 2004 Standar Kompetensi pengenalan bilangan anak usia 4-5 tahun anatara lain : (1) membilang atau menyebutkan urutan blangan 1-10, (2) membilang dengan menunjukkan benda (mengenal konsep bilangan dengan benda benda ) sampai 10, (3) memblang benda dengan menunjukkan benda (mengenal konsep bilangan dengan benda benda) sampai 10, (4)menunjukkan urutan benda untuk bilangan sampai 10, (5) menghubungkan / memasangkan lambang bilangan dengan benda benda sampai 10 ( anak tidak disuruh menulis), menyebutkan hasil penambahan ( menggabungkan 2 kumpulan bend ) dengan benda sampai 10 ( Departemen Pendidikan Nasional, 2004 : 21 )Diantara perkembangan fisik yang sangat penting selama masa anak-anak awal ialah perkembangan otak dan sistem saraf yang berkelanjutan. Meskipun otak terus bertumbuh pada masa awal anak-anak, namun pertumbuhannya tidak sepesat pada masa bayi. Pada saat bayi mencapai usia 2 tahun, ukuran otaknya rata-rata 75% dari otak orang dewasa, pada usia 5 tahun, ukuran otaknya mencapai sekitar 90% otak orang dewasa ( Yeterian & Pandya, 1998:128 )Pertumbuhan selama awal masa anak-anak disebabkan oleh pertambahan jumlah dan ukuran urat saraf yang berujung di dalam dan diantara daerah-daerah otak. Ujung-ujung urat saraf itu terus bertumbuh setidaknya-tidaknya hingga masa remaja beberapa pertambahan ukuran otak juga disebabkan oleh pertambahan mylinetion, yaitu suatu proses dimana sel-sel urat saraf ditutup dan disekat dengan suatu lapisan sel-sel lemak. Proses ini berdampak terhadap peningkatan kecepatan informasi yang berjalan melalui sistem urat saraf. Beberapa ahli psikologi perkembangan percaya bahwa mylination adalah peting dalam pematangan sejumlah kemampuan anak-anak ( Desmita, 2007:18)2. Deskriptif Alat Pemainan Ular Tanggaa.Hakikat Alat Permainan EdukatifAlat permainan edukatif adalah alat permainan yang dirancang secara khusus untuk kepentingan pendididkan dan mempunyai beberapa ciri yaitu1) dapat digunakan dalam berbagai cara, maksudnya dapat dimainkan dengan bermacam-macam tujuan, manfaat dan menjadi bermacam-macam bentuk2) ditujukan terutama untuk anak- anak usia pra sekolah dan berfungsi mengembangkan berbagai aspek perkembangan kecerdasan serta motorik anak.3) Segi kemanan sangat diperhatikan baik dari bentuk maupun pengunaan cat.4) Membuat anak terlibat secara aktif. 5) Sifatnya konstruktif.Setiap alat permainan edukatif dapat difungsikan secara multiguna. Sekalipun masing-masing alat memiliki kekhususan, dalam artian mengembangkan aspek perkembangan tertentu pada anak, tidak jarang satu alat dapat meningkatkan lebih dari satu aspek perkembangan.Sebagian alat permainan edukatif dikenal sebagai alat manipulatif. Manipulatif berarti menggunakan secara terampil, dapat diperlakukan menurut kehendak dan pemikiran serta imajinasi anak. Belajar mengelolanya dengan baik akan memberi kepuasan dan manfaat bagi anak, ia juga merasa dapat meguasai (mastering) permainannya dan itu berarti anak benar-benar memahamai konsep-konsep yang terkandung di dalam alat permaiann edukatif itu. Alat permainan edukatif selalu dirancang dengan pemikiran yang dalam , karena melalui bermain alat tersebut, anak mampu mengembangkan penalarannya. Biasanya ukuran, bentuk dan warnanya dibuat dengan rancangan tertentu, sehingga bila anak salah mengerjakan dia pulalah yang segera menyadari dan membetulkannya (Mayke S Tedjasaputra, 2001:82)Sachiyo Tanaka seorang psikolog berkebangsaan jepang mengungkapkan tentang pilihan kegiatan bermain bagi anak. Golongan tingkat kesulitan dan kegiatan dibedakan menjadi 3 yaitu : mudah sulit, sedang( Anggani Sudono, 2000 : 8 ). Untuk itu kita sebagai pendidik perlu mempersiapkan alat permainan edukatif yang bervariasi yang memiliki kegiatan tiga tingkay kesulitan dan disesuaikan dengan kemampuan anak.Alat permainan montesori misalnya, pada tahap yang mudah anak cukup diminta hanya memasukkan atau memasangkan alat-alat permainan yang paling mudah ( Op. Cit, 2000: 2 ). Bila telah paham, mereka akan menapak ke tahapan yang lebih sulit. Tidak jarang anak lebih terpacu mampu menyelesaikan permainan. Yang paling mngembirakan bila permainan yang dipilihny sendiri dapat dikerjakan dengan tuntas. Unsur mmpu menemukan sendiri saat penting bagi anak. Disinilah terbentuk citra diri yang positif. Anak semakin percaya diri. Kemandirian untuk menentukan sikap dan kesigapan mengambil keputusan sendiri akan lebih jelas lagi. Fungsi alat permainan ini semakin terlihat jelas ketika anak bermain.Bermain adalah pengalaman langsung yang dilakukan anak usia dini dengan alat atau tanpa alat permainan. Bermain juga merupakan hal yang menyenangkan bagi anak, spontan dan tanpa beban. Bermain dilakukan tanpa tujuan khusus anak dapat bereksplorasi dngan berbagai alat permainan yang disediakan. Dengan bermain anak memperoleh kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Menurut Plato, Arsitoteles, dan Frobel mereka menganggap bermain sebagai kegiatan yang mempunyai nilai praktis ( Yuliana Nuraini Sujiono, 2002: 141 ). Artinya bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan kemampun dan ketrampilan tertentu pada anak tanpa mempertimbangkan hasil akhir, bermain hanya sebagai hiburan bagi anak. Permainan yang diberikan pada anak dapat disesuikan dengn tahapan bermain anak, agar stimulus yang diberikan dapat sesuai dengan tahapan bermainnya. Bermain menurut Harlock terjadi melalui berbagai tahapan, yaitu :1) Tahapan eksplorasi, yaitu hingg bayi usia 3 bulan, karakteristik bermain pada kurun waktu ini disebut aktif, bebas dan spontan2) Tahap bermain yang berlangsung pada usia 1-6 tahun, semakin sempurnanya seluruh otot tubuh memungkinkan anak menguasai berbagai alat permainan.3) Tahap bermain, meningkatkan kemampuan berpikir dan bersosialisasi membuat anak lebih menyukai permainan yang lebiatkan teman, disebut juga tahap bermain koorperatif.4) Tahap melamun, pada saat ini anak memasuki usia remaja ( Elizabeth B. Hurlock, 1999 : 81 ).Tahap bermain yang telah dikemukakan bahwa setiap anak melakukan kegiatan bermain sevcara bertahap, didasarkan pada kemampuan untuk menguasai fungsi fisik, kemampuan berfikir dan kebutuhan. Terlihat bahwa sering dengan tambahnya umur ketertarikan anak terhadap permianan menjadi berkurang karena adanya kebutuhan bersosialisasi dan memilih teman. Dengan mengetahui dan memhami tahap bermain, orang tua ataupun guru dapat memberikan stimulus yang tepat , dimulai dengan mengenalitahapan anak, bagaimana karakteristiknya, sehingga dapat merancang kegiatan bermain, karen bermain kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Bermain selain menyenangkan juga memiliki banyak manfaat beberapa nilai yang terkandung dalam kegiatan bermin, yaitu : 1) Nilai fisik , 2) Nilai pendidikan, 3) Nilai sosial, 4) Nilai akhlak, 5) Nilai kreativitas, 6) Nilai pribadi , 7) Nilai pengobatan (Muhammad Said Mursi, 2001: 165-166). Nilai bermain yang telah dipaparkan diatas menunjukkan bahwa dengan bermain anak dapat mengembangkan kemampuan dirinya melalui pengethuan yang dapat menggunakannya dalam bersosialisasi. Bermain penting bagi anak beberapa aspek perkembangan, karena dengan bermain anak dapat menguaai dan mempraktekan ketrampilan melalui permainan yang dimainkannya. Bermain juga merupakan sarana untuk bersosialisasi dengan teman , karena dengan bermain anak terbiasa menghadapi berbagai macam sifat dan perilaku yang berbeda, menyesuaikan diri dengan kelompok mengatasi permasalahan yang timbul dalam perteman dan membangun hubungan baik dengan tema ( Erni Sukmawati Dewi, 2013: 4)Berdasarkan hal tersebut maka alat permainan harus dapat mengembangkan kemapuan belajar anak, memberikan pengalaman , dan ketrampilan baru bagi anak. Alat permainan edukatif mudah digunakan dan menarik, baik bentuk maupun warna bagi anak, serta merangsang anak dalam kegiatan belajarnya. Orang tua dan guru hendaknya dalam menyediakan sarana alat permainan tentunya harus disesuaikan dengan potensi, minat, dan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak, seingga kegiatan pembelajaran dapat tercapai dan menyenangkan bagi anak.Berdasarkan uraian diatas yang telah dipaparkan, maka alat permainan edukatif merupakan saran untuk bermain bagi anak melalui penyediaan alat perianan yang bervariasi kebutuhan anak akan terpenuhi. Alat permainan edukatif penting bagi beberapa aspek perkembangan anak, karena dengan penyediaan alat permianan dukatif dan melalui permainan anak dapat menguasai dan mempraktekan ketrampilan melalui bermain dengan menggunakan alat permainan yang dimainkannya. Alat permainan edukatif juga merupakan sarana untuk bermain , dan melalui bermain anakdpat bersosialisasi dengan teman , karena dengan bermain anak terbiasa menghadapi berbagai macam sifat, dan perilaku yang berbeda. Melalui bermain anak dapat menyesuaikan diri dalam kelompok, mengatasi permasalahan yang timbul dalam pertemanan dan membangun hubungan baik dengan teman. Melalui penyediaan alat permainan edukatif anak dapay berkembang secara optimal dan dapat mengembangkan segala potensi diri yang dapat mengasah kecerdasan dalam dirinya.a. Deskriptif Ular TanggaSegala aktivitas anak anak dalam hidup adalah aktivitas bermain. Rasa keingintahuan yang besar tentang dunia atau tentang apapun yang ada dalam diri anak diekspresikan dengan aktif bereksperimen dan bermain. Melalui jawaban atau pengalaman-pengalaman dari proses bermain lah anak akan membangun pengetahuan dan wawasanya. Keadaan ini secara langsung dn tidak langsung dapat membantu dalam pembentukan kepribadian dan jiwa anak. Melalui bermain diharapkan motivasi anak untuk belajar meningkat.Ular tangga adalah permainan papan untuk anak anak yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan dibeberapa kotak digambar sejumlah tangga dan ular yang menghubungknnya dengan kotak lain (http://pracitra.blogspot.com/2012/11/media-pembelajaran-permainan -ular-tangga.html,diakses pada 25 maret 2014). Alat yang digunakan dalam pemainan ular tangga adalah papan permainan ular tangga, dadu bergambar, miniatur binatang, gmbar tangga merupakan simbil positif ( nilai kejujuran) Dan gambar ular merupakan simbol nilai negatif ( nilai ketidakjujuran). Tujuan permainan ular tangga ini aalah mengembangkan daya kreativitas anak mengembangkan kemampuan bahasa, kognitif, melatih ketelitian dan konsentrasi anak, mengembangkan sosial dan emosional anak ( Erni Sukmawati Dewi,Op.Cit. 15)Beberapa manfaat diantaranya adlah :a. mengenal kalah dan menangb. belajar bekerja sama dan menunggu giliran.c. Mengembangkan imajinasi dan mengingat peraturan permainan.d. Merangsang anak belajar pramatematika yaitu saat meghitung langkah pada permainan ular tangga dan menghitung titik-titk yang terdapat pada dadu.e. Belajar memecahkan masalahC. Cara Memainkan Permainan Ular Tangga Sebagai Berikut1) pendidik menawarkan pada anak untuk bermain ular tangga2) Permainan ular tangga dapat dimainkan oleh 2-4 orang anak.3) Pendidik menjelaskan dan memperagakan permainan ular tangga4) Pendidik memberitahukan pada anak aturan permainan5) Memberi kesematan kepada anak untuk memainkannya. Jika anak mengalami kesulitan , guru dapat membantu anak dengan memberikan dorongan agar anak memerhatikan langkah demi langkah secara teliti ( Rochaeni Esa Ganesa, Op.Cit, h 16 ).Cara penerapan dikelas : mencoba memberikan beberapa pengertian tentang metode yang sedang digunakan agar metode ini ditanggapi baik oleh para siswa. Bagi siswa yang memenangkan permianan ini akan mendapat hadiah sehingga para murid akan bersemangat mengikuti metode pembelajaran ini dan setiapmurid dibagikan beberapa kelompok 1 kelompok 4 orang.B. model penelitian Penilitian tindakan ( termasuk PTK) dilakukan dalam suatu siklus ( putaran) tertentu. Setiap siklus terdiri dari sejumlah langkah yang harus dikerjakan peneliti. Ada bebrapa model rancangan yang dikemukakan para pakar, diantaranya (1) model kKurt Lewin, (2) model Kemmis & Mc Tanggart, dan (3) model John Eliot. Penelitian ini memakai model Kemmis & Mc TanggartModel Kemmis & Mc Tanggart Model yang dikemukakan Kemmis & Mc Tanggart merupakan pengembangan lebih lanjut dari model kurt lewin. Secara medasar tidak ada perbedaan yang prinsip antara keduanya. Model ini banyak dipakai karena sederhana dan mudah dipahami. Rancangan Kemmis & Mc Tanggart dapat mencakup sejumlah siklus, masing- masing terdiri tahap tahap :

Penelitian Tindakan (Action Research0 memiliki ciri-ciri sebagi berikut:a. Dipersiapkan untuk kebutuhan praktis yang bergelut dengan dunia pendidikanb. Peneliti didasarka pada pengamatan actual dan data tingkah laku, menyiapkan program kerja untuk memcahkan masalah.c. Bersifat fleksibel, dapat diadakan perubahan selama proses penelitian bila dianggap penting untuk pembaharuan.d. Bertujuan untuk perbaikan dan meningkatkan layanan profesional guru dalam proses pembelajaran dikelase. Bersifat reflektif inquiryf. Dilakuakn secara kolabratif ( Amirul Hadi, Haryono, Op Cit, h. 53-54)Metode penelitian tindakan kelas yang peneliti gunakan dalam peneliti ini yaitu model Kemmis & Mc Tanggart karena model ini akan mendaur ulang empat kegiatan pokok yang berupa perencanaan ( plan), pelaksanaan ( act), pengamatan (observe), dan refleksi ( reflect).Dengan mendaur ulang empat kegiatan pokok ini dharapkan dapat menemukan suatu masalah dan di carikan solusi berupa perencanaan perbaikan, pelaksanaan tindakan yang telah di rencanakan dengan disertai obsrvasi, lalu direfleksikn melalui diskusi balikan bersama peneliti sehingga mengahasilkan tindakn berikutnya.Sebelum tAhap siklus dilaksanakan, terlebih dahulu dilaksanakan orientasi. Hal ini dilakukn untuk menemukan informasi-informasi pendahulun yang dibutuhkn pada siklus pertama. Selanjutnya pada siklus pertama dan seterusnya jenis kegiatan yang dilaksanakan peneliti bersama guru adalah memperbaiki rencana ( revisi plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observed) dn refleksi 9 reflect ). Tahap-tahap ini akan diulangi pada siklus berikutnya, dan seterusnya hingga siklus terakhir.C. Hipotesis PenelitianHipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sebenarnya perlu dibuktikan. Adapun hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut : jika tindakan menggunakan alat permainan ular tangga dapat meningkatkan pemhaman bilangan anak usia 4-5 tahun, atinya anak yang menggunakan alat permainan ular tangga memiliki pemahaman bilangan yang lebih baik dibandingkan anak yang tidak menggunakan alat permainan ular tangga.D. Kerangka BerpikirPemahaman bilangan adalah kemampuan mengungkapkan kembali, mengkonsep dan menghitung dengan lambang bilangan yang terdiri dari angka-angka dan memberikan keterangan berapa banyak benda yang disatukan, ditambah dan dikurang. Dengan menggunakan alat permainan ular tangga pemahamn bilangan itu akan lebih konkrit sesuai dengan tahap perkembangan. Jika tindakan menggunaakan alat permainan ular tangga maka pemahaman bilangan akan meningkat.