66
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Kehamilan 2.1.1 Definisi Kehamilan Kehamilan adalah proses yang terjadi bila ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa) pada saat haid terakhir/pada masa ovulasi (Prawirohardjo, 2006 : 65). Kehamilan adalah kehamilan yang berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). (Mansjoer, 2001 : 253). Menurut Prawirohardjo (2006 : 89) bahwa masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan) dihitung Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT). Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester, yaitu : trimester pertama dimulai 7

Bab II Study Kasus

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab II Study Kasus

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Kehamilan

2.1.1 Definisi Kehamilan

Kehamilan adalah proses yang terjadi bila ada pertemuan dan

persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa) pada

saat haid terakhir/pada masa ovulasi (Prawirohardjo, 2006 : 65).

Kehamilan adalah kehamilan yang berlangsung kira-kira 40

minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). (Mansjoer,

2001 : 253).

Menurut Prawirohardjo (2006 : 89) bahwa masa kehamilan dimulai

dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280

hari (40 minggu atau 9 bulan) dihitung Hari Pertama Haid Terakhir

(HPHT). Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester, yaitu : trimester pertama

dimulai konsepsi 3 bulan, trimester kedua dari bulan ke 4-6 bulan, dan

trimester ke tiga dari bulan ke 7-9.

Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya

janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 Minggu atau 9 bulan 7

hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saefudin Bari, 2006: 89)

Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa kehamilan

adalah masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin yang

7

Page 2: Bab II Study Kasus

8

lamanya 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari), dihitung dari hari

pertama haid terakhir dan berakhir sampai permulaan persalinan.

2.1.2 Fisiologi Kehamilan

Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genitalia wanita

mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang

perkembangan dan pertumbuhan dalam rahim.

1. Rahim dan Uterus

Rahim yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gr

akan mengalami hipertropi dan hiperplasia, sehingga menjadi seberat

1000 gr saat akhir kehamilan. Otot rahim akan mengalami hiperplasia

dan hipertropi menjadi lebih besar, lunak dan dapat mengikuti

pembesaran rahim karena pertumbuhan janin.

Perubahan pada isthmus uteri (rahim) yang menyebabkan

isthmus menjadi lebih panjang dan lunak sehingga pada pemeriksaan

dalam seolah-olah kedua jari dapat saling sentuh, perlunakan isthmus

disebut tanda italic. Hubungan besarnya rahim dan tuanya kehamilan

seperti hamil ganda, hamil mola hidatidosa, hamil dengan hidramnion

yang akan teraba lebih besar. Sebagai gambaran dapat dikemukakan

sebagai berikut :

a. Pada kehamilan 16 minggu, kavum uteri seluruhnya diisi oleh

amnion dimana desidua kapsularis dan desidua parietalis telah

menjadi satu. Tingginya rahim setengah jarak antara simfisis dan

pusat, plasenta belum terbentuk seluruhnya.

Page 3: Bab II Study Kasus

9

b. Pada hamil 20 minggu, fundus rahim terletak dua jari dibawah

pusat sedangkan pada umur kehamilan 24 minggu tepat di tepi atas

pusat.

c. Pada hamil 28 minggu fundus uteri sekitar 3 jari di atas pusat atau

sepertiga jarak antara pusat dan prosesus xipoideus.

d. Pada hamil 32 minggu tinggi fundus uteri setengah jarak antara

pusat dengan prosesus xipoideus

e. Pada hamil 36 minggu tinggi fundus uteri sekitar satu jari di bawah

prosesus xipoideus, dalam hal kepala bayi belum masuk PAP

f. Pada kehamilan berumur 40 minggu fundus uteri turun setinggi

3 jari di bawah prosesus xipoideus, oleh karena saat ini kepala

janin telah masuk PAP.

Berkaitan dengan panjangnya fundus uteri dapat dikemukakan

bahwa pada umur hamil 28 minggu panjangnya 25 cm, umur hamil 32

minggu panjangnya 27 cm dan hamil 36 minggu panjangnya 30 cm.

Regangan dinding rahim karena besarnya pertumbuhan dan

perkembangan janin menyebabkan isthmus uteri makin tertarik keatas

dan menipis yang disebut Segmen Bawah Rahim (SBR).

Pertumbuhan rahim ternyata tidak sama ke semua arah, tetapi

terjadi pertumbuhan yang cepat di daerah implantasi plasenta, sehingga

rahim bentuknya tidak sama, bentuk rahim yang tidak sama disebut

dengan tanda piskacek.

Page 4: Bab II Study Kasus

10

Perimbangan hormonal yang mempengaruhi rahim yaitu

estrogen dan progesteron sering terjadi perubahan kontraksi, sehingga

progesteron mengalami penurunan dan menimbulkan kontraksi yang

disebut braxton hicks.

2. Vagina (Liang Senggama)

Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah

karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin merah dan kebiru-

biruan (tanda chadwicks)

3. Ovarium (Indung Telur)

Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mangandung

korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai

terbentuknya placenta yang sempurna pada umur 16 minggu.

Kejadian ini tidak dapat lepas dari kemampuan vili korialis

yang mengeluarkan hormonn korionik gonadotropin yang mirip

dengan hormon luteotropik hopofisis anterior.

4. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai

persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara

tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan yaitu

progesteron, estrogen dan somatomammotropin.

Fungsi hormon mempersiapkan payudara untuk pemberian ASI

dijabarkan sebagai berikut :

Page 5: Bab II Study Kasus

11

a. Estrogen berfungsi :

1) Menimbulkan hipertrofi sistem saluran payudara.

2) Menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam sehingga

payudara tampak makin besar.

3) Tekanan serat saraf akibat penimbunan lemak, air dan garam

menyebabkan rasa sakit pada payudara.

b. Progesteron berfungsi :

1) Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi.

2) Menambah jumlah sel asinus.

c. Somatomammotropin berfungsi :

1) Mempengaruhi sel asinus untuk membuat kasein, laktalbumin,

laktoglobulin.

2) Penimbunan lemak sekitar alveolus payudara.

3) Merangsang pengeluaran kolostrum pada kehamilan.

Penampakan payudara pada ibu hamil adalah sebagai berikut :

a. Payudara menjadi lebih besar.

b. Areola payudara makin hiperpigmentasi-hitam.

c. Glandula montgomery makin tampak.

d. Puting susu makin menonjol.

e. Pengeluaran ASI belum berlangsung karena prolaktin belum

berfungsi, karena hambatan dari PIH (Prolaktine Inhibiting

Hormone) untuk mengeluarkan ASI.

Page 6: Bab II Study Kasus

12

f. Setelah persalinan, hambatan prolaktin tidak ada sehingga

pembuatan ASI dapat berlangsung (Sastrawinata,2003).

2.1.3 Tanda dan Gejala Kehamilan

1. Gejala Kehamilan Tidak Pasti

a. Amenorhoe (tidak mendapat haid). Penting diketahui tanggal hari

pertama haid terakhir untuk menentukan usia kehamilan dan

taksiran partus. Rumus taksiran partus menurut Naegle bila siklus

haid ± 28 hari adalah : tanggal +7, bulan -3.

b. Nausea (enek) dengan atau tanpa vomitus (muntah). Sering terjadi

pagi hari pada bulan-bulan pertama kehamilan, disebut morning

sickness.

c. Mengidam (menginginkan makanan dan minuman tertentu)

d. Konstipasi/obstipasi, disebabkan penurunan peristaltik usus oleh

hormon steroid.

e. Sering kencing. Terjadi karena kandung kemih pada bulan-bulan

pertama kehamilan tertekan uterus yang dimulai membesar. Gejala

ini akan berkurang perlahan-lahan, lalu timbul lagi pada akhir

kehamilan.

f. Pingsan dan mudah lelah. Pingsan sering dijumpai bila berada di

tempat ramai pada bulan-bulan pertama kehamilan, lalu hilang

setelah kehamilan 18 minggu.

g. Anoreksia (tidak ada nafsu makan)

Page 7: Bab II Study Kasus

13

2. Tanda Kehamilan Tidak Pasti

a. Pigmentasi Kulit

Terjadi kira-kira minggu ke-12 atau lebih. Timbul di pipi, hidung,

dan dahi, dikenal sebagai kloasma gravidarum. Terjadi karena

pengaruh hormon plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.

b. Keputihan

Sekret serviks meningkat karena pengaruh peningkatan hormon

progesteron.

c. Epulis (Hipertofi Papila Gingivae)

Sering terjadi pada trimester pertama kehamilan.

d. Perubahan Payudara

Payudara menjadi tegang dan membesar karena pengaruh

esterogen dan progesteron yang merangsang duktuil dan alveoli

payudara. Daerah areola menjadi lebih hitam karena deposit

pigmen berlebihan. Terdapat klostrum bila kehamilan lebih dari 12

minggu.

e. Pembesaran Abdomen

Jelas terlihat setelah kehamilan 14 minggu.

f. Suhu basal meningkat terus antara 37, 2-37,8 C.

g. Perubahan organ-organ dalam pelvik :

1) Tanda chadwick : vagina livid, terjadi kira-kira minggu

ke-6

Page 8: Bab II Study Kasus

14

2) Tanda Hegar : segmen bawah uterus lembek pada

peradaban

3) Tanda Piscaseck : uterus membesar ke salah satu jurusan

4) Tanda Braxton-Hick : uterus berkontraksi bila dirangsang,

tanda ini khas untuk uterus pada masa

kehamilan.

h. Tes Kehamilan

Yang banyak dipakai pemeriksaan hormon korionik gonadotropin

(hCG) dalam urin. Dasarnya reaksi antigen-antibodi dengan hCG

sebagai antigen. Cara yang banyak digunakan hemaglutinasi.

Kadar terendah yang terdeteksi 50 iu/LhCG, dapat ditemukan pada

hari pertama haid tidak datang.

3. Tanda Pasti Kehamilan

a. Pada palpasi dirasakan bagian janin dan balotemen serta gerak

janin

b. Pada auskultasi terdengar Bunyi Jantung Janin (BJJ). Dengan

stetoskop Laennec BJJ baru terdengar pada kehamilan 18-20

minggu. Dengan alat Doppler BJJ terdengar pada kehamilan 12

minggu.

c. Dengan ultrasonografi (USG) atau scanning dapat dilihat gambaran

janin.

d. ada pemeriksaan sinar X tampak kerangka janin. Tidak dilakukan

lagi sekarang karena dampak radiasi terhadap janin.

Page 9: Bab II Study Kasus

15

2.1.4 Antenatal Care

Antenatal yaitu pengawasan sebelum persalinan terutama

ditunjukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

1. Tujuan Asuhan Antenatal

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu

dan tumbuh kembang bayi.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan

sosial ibu dan bayi.

c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi

yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit

secara umum, kebidanan dan pembedahan.

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian ASI ekslusif.

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

2. Kebijakan Program

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali

selama kehamilan, diantaranya :

a. Satu kali pada triwulan pertama

b. Satu kali pada triwulan kedua

c. Dua kali pada triwulan ketiga.

Page 10: Bab II Study Kasus

16

2.1.5 Pelayanan atau Asuhan Standar

Termasuk dalam 5 T diantaranya :

Dasar

1. Timbang berat badan

2. Ukur tinggi fundus uteri

3. Nilai status imunisasi TT dan berikan bila perlu

4. Berikan tablet Fe (tablet tambah darah)

5. Terkini

a) Ukur tinggi badan

b) Temu wicara

c) Tes lab (golongan darah, Hb, protein urine, GD puasa, HbSAg,

sifilis, thalasemia)

d) Status Gizi

e) P4K

f) Presentasi janin

(Direktorat Jenderal Bina Kesmas, Depkes RI : 2009)

2.1.6 Kebijakan Teknis

Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau

komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan

pemantauan selama kehamilannya.

Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-

komponen sebagai berikut :

1. Mengupayakan kehamilan yang sehat.

Page 11: Bab II Study Kasus

17

2. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal

serta rujukkan bila diperlukan.

3. Persiapan persalinan yang bersih dan aman.

4. Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan

jika terjadi komplikasi.

2.1.7 Pemberian Zat Besi

Dimulai dengan memberikan satu tablet sehari sesegera mungkin

setelah rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi

60 mg) dan Asam Folat 500 µg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet

besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi, karena akan

menggangu penyerapan.

2.1.8 Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)

Tabel 2.1 Jadual Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)

AntigenInterval

(Selang Waktu Minimal)Lama

Perlindungan%

PerlindunganTT1 Pada kunjungan antenatal

pertama- -

TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun * 80TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95TT4 1 bulan setelah TT3 10 tahun 99TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/

seumur hidup99

Keterangan * Artinya apabila dalam waktu 3 tahun WUS tersebut melahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari TN (Tetanus Neonatorum)

(Prawirohardjo, 2006 : 90-91)

Page 12: Bab II Study Kasus

18

2.1.9 Nasihat-nasihat Untuk Ibu Hamil

1. Makanan (Diet) Ibu Hamil

Pada wanita hamil biasanya ada peningkatan konsumsi makan

hingga 300 kalori per hari, mengkonsumsi makanan yang mengandung

protein, zat besi, minum cukup cairan tentunya dengan menu

seimbang.

2. Obat-obatan

Jangan memberikan obat yang tidak benar, terutama pada

triwulan I dan II kehamilan. Ada obat yang teratogenik sehingga dapat

menimbulkan kelainan organik pada janin. Ada pula golongan obat

yang dapat menimbulkan his sehingga terjadi abortus atau partus

prematurus (Prawirohardjo, 2006 : 162)

3. Pakaian

a. Pakaian harus longgar, bersih, dan tidak ada ikatan yang ketat pada

daerah perut.

b. Pakailah BH yang menyokong payudara.

c. Memakai sepatu dengan tumit yang tidak terlalu tinggi.

d. Pakaian dalam yang selalu bersih.

(Yulaikhah, 2009 : 53)

4. Imunisasi

Teruama imunisasi tetanus toksoid untuk melindungi bayi

terhadap penyakit tetanus neonatorum. Imunisasi di lakukan pada

trisemester I dan II pada umur kehamilan 3 dan 5 bulan dengan

Page 13: Bab II Study Kasus

19

interval minimal 4 minggu. Dilakukan penyuntikan secara IM dengan

dosis 0,5 ml, imunisasi yang lain di berikan sesuai dengan indikasi.

(Yulaikhah, 2009 : 59)

5. Koitus

Bila dalam anamnesis ada abortus sebelum kehamilan yang

sekarang, sebaiknya koitus ditunda sampai kehamilan 16 minggu. Pada

waktu itu plasenta telah terbentuk, serta kemungkinan abortus menjadi

lebih kecil.

Pada umumnya koitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika

dilakukan dengan hati-hati. Pada akhir kehamilan, jika kepala sudah

masuk ke dalam rongga panggul, koitus sebaiknya dihentikan karena

dapat menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan.

6. Merokok

Adalah kenyataan bahwa wanita-wanita yang terlalu banyak

merokok melahirkan anak yang lebih kecil, atau mudah mengalami

abortus dan partus prematurus. Maka dari itu, sebaiknya wanita hamil

dilarang merokok. (Prawirohardjo, 2006 : 162)

7. Pengawasan Gigi

Saat hamil sering terjadi karies yang berkaitan dengan emesis-

hiperemesis gravidarum, hipersaliva dapat menimbulkan timbunan

kalsium di sekitar gigi. Memeriksakan gigi saat hamil diperlukan untuk

mencari kerusakan gigi yang dapat menjadi sumber infeksi.

(Yulaikhah,2009:60)

Page 14: Bab II Study Kasus

20

8. Kesehatan jiwa

Ketenangan jiwa penting dalam menghadapi persalinan, karena

itu dianjurkan bukan saja melakukan latihan-latihan fisik namun juga

latihan kejiwaan untuk menghadapi persalinan. (Yulaikhah,2009:59)

2.1.10 Jadwal Kunjungan Kehamilan

1. Kunjungan I (16 minggu) dilakukan untuk :

a. Penapisan dan pengobatan anemia.

b. Perencanaan penilaian.

c. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.

2. Kunjungan II dan III (24-28 minggu) dan (32 minggu), dilakukan

untuk :

a. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.

b. Penapisan preeklampsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan

saluran perkemihan.

c. Mengulang perencanaan persalinan.

3. Kunjungan IV (36 minggu) sampai lahir :

a. Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III.

b. Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi.

c. Memantapkan rencana persalinan.

d. Mengenali tanda-tanda persalinan.

(Prawirohardjo, 2006 : 98)

Page 15: Bab II Study Kasus

21

2.2 Persalinan Normal

2.2.1 Definisi dan Tujuan

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang

dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. (Mansjoer,

2001 : 291)

Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentase

belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik

pada ibu maupun janin. (Prawirohardjo, 2006 : 100)

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban

keluar dari uterus itu. (Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal, 2007 : 37)

Dari beberapa pengertian diatas dapat diketahui bahwa persalinan

adalah proses pengeluaran janin, plasenta dan selaput ketuban pada

kehamilan cukup bulan dengan presentase balakang kepala dari dalam

uterus melalui vagina ke dunia luar.

2.2.2 Tujuan Asuhan Persalinan

Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya

mencapai pertolongan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan

aspek sayang ibu dan bayi. (Prawirohardjo, 2006 : 101)

2.2.3 Faktor-faktor dalam Persalinan

1. Power yaitu His (kontraksi otot rahim). Kontraksi otot dinding perut,

kontraksi diapragma pelvis atau kekuatan mengejan, dan ketegangan

atau kontraksi ligamentum rotundum.

Page 16: Bab II Study Kasus

22

2. Passanger yaitu janin dan plasenta.

3. Passage yaitu jalan lahir lunak dan jalan lahir keras.

4. Psikologi wanita yaitu ketegangan dengan keamanan ibu yang dapat

menimbulkan portio menjadi kaku atau tebal sehingga mempengaruhi

jalannya persalinan.

5. Penolong atau bidan yang dapat membantu lancarnya proses

persalinan.

2.2.4 Tanda-tanda Persalinan

Gejala dan tanda persalinan sabagai berikut :

1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak dan

kontrksi semakin pendek.

2. Adanya pengeluaran lendir bercampur darah.

3. Dapat disertai ketuban pacah.

4. Adanya penipisan dan pembukaan serviks.

(Manuaba,2001:164)

2.2.5 Teori-teori Tentang Proses Terjadinya Persalinan

1. Teori Penurunan Progesteron

Penuaan plasenta telah dimulai sejak umur kehamilan 30 -36

minggu sehingga terjadinya penurunan konsentrasi progesterone dan

estrogen.

Pada saat hamil, terjadi perubahan keseimbangan estrogen dan

progesterone yang menimbulkan kontraksi Braxton-Hicks, yang

selanjutnya akan bertindak sebagai kontraksi persalinan.

Page 17: Bab II Study Kasus

23

2. Teori Oksitosin

Menjelang persalinan terjadi peningkatan reseptor pitocin

dalam otot rahim sehingga menimbulkan kontraksi.

3. Teori Keregangan Otot Rahim

Induksi persalinan dapat dilakukan dengan memecahkan

ketuban, sehingga keregangan otot rahim makin pendek dan kekuatan

untuk berkontraksi makin meningkat.

4. Teori Prostaglandin

Menjelang persalinan, diketahui bahwa prostaglandin sangat

meningkat pada cairan amnion dan desidua. Prostaglandin dapat

melunakkan serviks dan merangsang kontraksi. (Manuaba, 1998 : 159)

2.2.6 Kala Persalinan

Kala dalam persalinan dibagi 4 macam, yaitu :

1. Kala I

Klinik dapat dinyatakan partus bila timbul his dan

mengeluarkan lendir yang bersemu darah (blood show). Pada kala I

serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm proses

membukanya serviks sebagian akibat his dibagi dalam 2 fase.

a. Fase laten : berlangsungnya selam 8 jam. Pembukaan terjadi sangat

lambat mencapai ukuran diameter 3 cm.

b. Fase aktif, dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu :

1) Fase akselerasi dalam waktu 2 jam pembukaannya berlangsung

sangat cepat dari 4 cm.

Page 18: Bab II Study Kasus

24

2) Fase akselerasi maksimal dalam waktu 2 jam pembukaannya

berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.

3) Fase diselarasi pembukaanya menjadi lambat kembali. Dalam

waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap

(Prawirohardjo, 2006 : 182)

2. Kala II

Kala II disebut juga kala pengeluaran, oleh karena itu berkat

kekuatan his dan kekuatan mengedan, janin didorong sampai lahir.

Gejala dan tanda kala dua persalinan adalah :

a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi.

b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan atau

vaginanya.

c. Perineum menonjol

d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka

e. Meningkatnya pengeluaran lendir campur darah. (APN, 2007 : 75)

3. Kala III

Dalam kala III atau kala uri plasenta terlepas dari dinding

uterus dan dilahirkan. Setelah bayi lahir, uterus terasa keras dengan

fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian uterus

berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.

Badanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan

Page 19: Bab II Study Kasus

25

keluar spantan atau dengan tekanan pada fundus uteri pengeluaran

plasenta disertai dengan pengeluaran darah.

Tanda-tanda lepasnya plasenta :

a. Perubahan bentuk dan tinggi uterus

b. Tali pusat memanjang

c. Semburan darah mendadak dan singkat

4. Kala IV

Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 2 jam

dalam kala itu diamat-amati, apakah terjadi peredaran post partum.

(Asuhan Persalinan Normal, 2007 : 137)

2.2.7 Partograf

Partograf adalah alat untuk membuat keputusan klinik, memantau,

mengevaluasi, menatalaksana persalinan dan kewajiban untuk

menggunakannya secara rutin pada setiap persalinan. (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, buku acuan Persalinan Normal, 2007)

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif

persalinan. Tujuan utama penggunaan partograf adalah untuk :

1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan serviks melalui memeriksaan dalam.

2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan

demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap

kemungkinan terjadinya partus lama.

Page 20: Bab II Study Kasus

26

Pencatatan Pada Lembar Depan Partograf

1. Informasi tentang Ibu

Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat

memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai : “jam”

pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase

laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban.

2. Kesehatan dan Kenyamanan Janin

Kolom, lajur dan skala angka pada partograf adalah untuk

Pencatatan Denyut Jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan

(kepala janin).

a. Denyut jantung janin, dicatat setiap ½ jam.

b. Warna adanya air ketuban.

Nilai air ketuban setiap kali dilakukan permeriksaan dalam,

dan nilai warna air ketuban pecah. Catatan temuan-temuan dalam

kotak yang sesuai dibawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang

berikut ini :

U : ketuban utuh (belum pecah)

J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

M : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium

D : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah

K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (“kering”)

Page 21: Bab II Study Kasus

27

c. Molase (penyusupan kepala janin)

Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai

penyusupan kepala janin. Catat temuan di kotak yang sesuai di

bawah ini :

0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah

dapat dipalpasi.

1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.

2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi dapat

dipisahkan.

3 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak

dapat dipisahkan.

3. Kemajuan Persalinan

Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan

kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri

adalah besarnya dilatasi serviks. Pembukaan serviks dinilai setiap 4

jam sekali dan diberi tanda silang (X).

Penurunan, memacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang

teraba pada pemeriksaan abdomen dicatat dengan tanda lingkaran (0)

pada setiap pemeriksaan.

4. Jam dan Waktu

Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan)

tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16, setiap kotak menyatakan

waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.

Page 22: Bab II Study Kasus

28

5. Kontraksi Uterus

Dibawah lajur pada pertograf terdapat lima lajur kotak dengan

tulisan “kontraksi per 10 menit” di sebelah kolom paling kiri. Setiap

kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat

jumlah kontraksi dalam satuan detik.

6. Obat-obat dan Cairan yang Diberi

Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur

kotak untuk mencatat oksitosin, obat-obat lainnya dan cairan IV.

7. Kesehatan dan Kenyamanan Ibu

Bagian terakhir dari pada lembar depan partograf berkaitan

dengan kesehatan dan kenyamanan ibu.

a. Nadi, nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif

persalinan.

b. Tekanan darah, nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam

selama fase aktif persalinan

c. Suhu, nilai dan catat nilai suhu tubuh ibu setiap 2 jam.

d. Volume urin, protein atau aseton, ukur dan catat jumlah produksi

urin ibu sedikitnya 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika

memungkinkan setiap ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya

aseton atau protein dalam urin.

8. Asuhan, Pengamatan dan Klinik Lainnya

Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan

klinik disisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang

Page 23: Bab II Study Kasus

29

kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat

pembuatan persalinan.

Asuhan, pengamatan dan atau keputusan klinik mencakup :

a. Jumlah cairan per oral yang diberikan.

b. Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur.

c. Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan,

dokter umum).

d. Persiapan sebelum melakukan rujukan.

e. Upaya rujukan.

Pencatatan pada lembar Belakang Partograf

Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat

hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-

tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk

bayi baru lahir). (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Asuhan

Persalinan Normal, 2007)

2.3 Nifas

2.3.1 Definisi Nifas

Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Saifuddin, 2002 : N – 24).

Masa nifas atau masa puerpurium adalah masa setelah partus

selesai dan berakhir kira-kira 6 minggu. (Mansjoer, 2001 : 316)

Page 24: Bab II Study Kasus

30

Berdasarkan teori lain, Masa nifas (puerperium) adalah dimulai

setelah kelahiran plasenta berakhir ketika alat kandungnya kembali seperti

keadaan sebelum hamil. (Prawirohardjo, 2006 : 122)

Dari beberapa definisi diatas dapat diketahui bahwa yang dimaksud

masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah kelahiran

plasenta yang berlangsung selama 6 minggu sampai alat kandungannya

kembali seperti keadaan sebelum hamil.

2.3.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis

2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, pemberian imunissi kepada bayinya dan

perawatan bayi sehat.

4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

2.3.3 Pembagian Nifas

Nifas dibagi dalam 3 periode :

1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih

dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia

yang lamanya 6-8 minggu.

Page 25: Bab II Study Kasus

31

3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan

mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-

minggu, bulanan atau tahunan.

2.3.4 Program dan Kebijakan Teknis

Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk

memiliki status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah mendeteksi

dan menangani masalah-masalah yang terjadi.

Tabel 2.2 Kunjungan Setelah PersalinanKunjunga

nWaktu Tujuan

1 6 - 8 jam setelah persalinan

a. Mencegah pendarahan karena atonia uteri.

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila ada pendarahan lanjut.

c. Memberi konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas atonia uteri.

d. Pemberian ASI awal.e. Melakukan hubungan antara ibu dan

bayi baru lahir.f. Menjaga bayi tetap sehat dengan

mencegah hipotermi jika petugas menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil

2 6 hari setelah persalinan

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal tidak bersatu.

Page 26: Bab II Study Kasus

32

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperhatikan tanda-tanda penyakit.

e. Memberikan konseling pada ibu menyamai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

3 2 minggu setelah persalinan

Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan)

4 6 minggu setelah persalinan

a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayinya alami.

b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.

Sumber : Prawirohardjo, 2006 : 123

2.3.5 Involusi Alat-Alat Kandungan

1. Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga

akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

Tabel 2.3 Tinggi Fundus Uterus dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi

Page 27: Bab II Study Kasus

33

2.

3. Bekas implantasi uri : placental bed mengecil karena kontraksi dan

menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. sesudah 2 minggu

menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm, dan akhirnya pulih.

4. Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh

dalam 6-7 hari.

5. Rasa sakit, yang disebut after pains, (merian atau mules-mules)

disebabkan konstraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca

persalinan. Perlau diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan

bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat-obat anti sakit dan anti

mules.

6. Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina

dalam masa nifas.

Involusi

Tinggi Fundus

Uteri

Berat Uterus

Bayi Lahir

Uri Lahir

1 minggu

2 minggu

6 minggu

Setinggi Pusat

2 jari bawah pusat

Pertengahan pusat

Tidak teraba lagi

Bertambah kecil

1000 gram

750 gram

500 gram

300 gram

40 sampai 60 gram

(Saifuddin, 2005 : 237)

Page 28: Bab II Study Kasus

34

a. Lochia rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum

selama 2 hari pasca persalinan.

b. Lochia Sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan

lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.

c. Lochia serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada

hari ke 7-14 pasca persalinan.

d. Lochia alba : cairan putih setelah 2 minggu

e. Lochia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah

berbau busuk.

f. Lochiostatis : lochia tidak lancar keluarnya.

7. Serviks : setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti

corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-

kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan

masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3

jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.

8. Ligamen-ligamen : Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang

meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-

angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus

jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum

rotundum menjadi kendor. Setelah melahirkan, kebiasaan wanita

Indonesia melakukan “berkusuk” atau “berurut”, dimana sewaktu

dikusuk tekanan intra-abdomen bertambah tinggi. Karena setelah

Page 29: Bab II Study Kasus

35

melahirkan ligamenta, fasia, dan jaringan penunjang menjadi kendor,

jika dilakukan kusuk atau urut, banyak wanita akan mengeluh

“kandungannya turun” atau “terbalik”. Untuk memulihkan kembali

sebaiknya dengan latihan-latihan dan gimnastik pasca persalinan.

2.3.6 Penatalaksanaan Nifas

1. Mobilisasi

Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur

telentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-

miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan

tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk, hari ke-3 jalan-

jalan, dan hari ke-4 atau ke-5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi

diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan,

nifas dan sembuhnya luka-luka.

2. Diet

Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya

makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-

sayuran dan buah-buahan.

3. Miksi

Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya.

Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra

ditekan oleh kepala janin dan spasme iritasi m. sphincter ani selama

persalinan, juga oleh karena adanya oedema kandung kemih yang

Page 30: Bab II Study Kasus

36

terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit

kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.

4. Defekasi

Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila

masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras

dapat diberikan obat laksans per oral atau per rektal. Jika masih belum

bisa dilakukan klisma.

5. Perawatan Payudara (Mamma)

Perawatan mamma telah dimulai sejak wanita hamil supaya

putting susu lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk

menyusui bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi harus dilakukan

dengan cara :

a. Pembalutan mamma sampai tertekan

b. Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet iynoral

dan parlodel.

Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena

sangat baik untuk kesehatan bayinya.

6. Laktasi

Laktasi terjadi dibawah pengaruh berbagai kelenjar endokrin,

terutama hormon-hormon hipofisis prolaktin dan oksitosin. Keadaan

ini dipengaruhi oleh isapan bayi dan emosi ibu. Laktasi pada manusia

dipertahankan oleh sekurang-kurangnya empat faktor : (1) struktur

anatomi kelenjar mamae dan perkembangan alveoli, duktus dan puting;

Page 31: Bab II Study Kasus

37

(2) inisiasi dan sekresi susu; (3) ejeksi susu atau propulasi susu dari

alveoli ke puting; dan (4) pengeluaran susu dari payudara secara

reguler dan efisien.

Menyusi tergantung pada gabungan kerja hormon, refleks, dan

perilaku yang dipelajari ibu dan bayi baru lahir dan terdiri dari faktor-

faktor berikut ini :

a. Laktogenesis. Laktogenesis (permulaan produksi susu) dimulai

pada tahap akhir kelahiran. Kolostrum diseksresi akibar stimulasi

sel-sel alveolar mamaria oleh laktogen plasenta, suatu substansi

yang menyerupai prolaktin.

b. Produksi susu. Kelanjuran segresi susu terutama berkaitan

dengan jumlah produksi hormon prolaktin yang cukup dihipofisis

anterior dan pengeluaran susu yang efisien.

c. Ejeksi susu. Pergerakan susu dari alveoli (dimana susu

disekresi oleh suatu proses ekstrusi dari sel) ke mulut bayi

merupakan proses yang aktif didalam payudara. Proses ini

tergantung pada refleks let-down atau refleks ejeksi susu.

d. Kolostrum. Kolostrum kuning kental secara unik sesuai

untuk kebutuhan bayi baru lahir. Kolostrum mengandung antibodi

vital dan nutrisi padat dalam volume kecil, sesuai sekali untuk

makanan awal bayi.

e. Susu ibu. Pada awal setiap pemberian makan, susu

pendahulu mengandung lebih sedikit lemak dan mengalir lebih

Page 32: Bab II Study Kasus

38

cepat daripada susu yang keluar pada bagian akhir menyusui.

(Bobak, 2005 : 460-462)

7. Senggama

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu

darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya

ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan

tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan

hubungan suami istri.

8. Kontrasepsi

a. Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun

sebelum ibu hamil kembali

b. Biasanya wanita tidak menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia

mendapatkan lagi haidnya selama meneteki.

c. Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan

kontrasepsi tetap lebih aman terutama apabila ibu sudah haid lagi

d. Sebelum menggunakan KB hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan

dahulu kepada ibu :

1) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan

efektifitasnya.

2) Kelebihan dan keuntungannya

3) Kekurangannya

Page 33: Bab II Study Kasus

39

4) Bagaimana menggunakan metode ini

5) Efek samping

6) Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca

persalinan yang menyusui.

(Prawirohardjo, 2001)

2.3.7 Perubahan Psikologis

1. Fase Honeymoon

Terjadi kontak yang lama antara ibu, ayah dan bayi. Hal ini

disebut juga psikis honeymoon yang tidak memerlukan hal-hal yang

romantik, masing-masing saling memperhatikan anaknya dan

menciptakana hubungan yang baru.

2. Bonding Attecment

Terjadi pada kala IV dimana diadakan kontak antara ibu, ayah

dan anak dan tetap dalam ikatan kasih. Partisipasi suami dalam proses

persalinan merupakan salah satu upaya proses ikatan kasih.

3. Fase Taking In

Terjadi pada 1-2 hari post partum. Perhatian pasif dan

tergantung. Ibu tidak menginginkan kontak dengan bayinya bukan

berarti tidak memperhatikan. Dalam fase ini yang diperlukan ibu

adalah informasi tentang bayinya bukan cara merawat bayi.

4. Fase Taking Hold

Fase ini kira-kira berlangsung selama 10 hari. Ibu berusaha

mandiri perhatian terhadap kemampuan mengatasi tubuhnya misalnya

Page 34: Bab II Study Kasus

40

kelancaran miksi, defekasi, melakukan aktifitas duduk, jalan, belajar

tentang perawatan bayi dan diri. Timbul kurang percaya diri sehingga

mudah mengatakan tidak mampu melakukan perawatan.

5. Post Partum Blues

Tingkat estrogen dan progesteron tubuh turun, seringkali emosi

yang tinggi menurun dengan cepat setelah kelahiran. Ibu nifas

keletihan setelah persalinan, mengalami nyeri perineum,

pembengkakan mamae dan afterpain. Perasaanya sangat tertekan dan

mungkin menangis untuk hal-hal yang tidak mereka pahami. Perasaan

ini disebut post partum blues. Biasanya tampak pada 1-2 minggu post

partum.

6. Fase Letting Go

Dimulai sekitar mingggu ke 5 sampai ke 6 pasca persalinan.

Tubuh ibu telah sembuh, secara fisik ibu mampu menerima tanggung

jawab dan tidak lagi menerima peran sakit. Kegiatan seksualnya telah

dilakukan kembali.

7. Reaksi Ibu

Terjadi setelah ibu dan ayahnya mengenali bayinya, reaksi

yang positif termasuk berbicara dengan bayi, tersenyum, memeluk,

meneliti dan memberikan tanggapan positif tentang bayinya. Reaksi

negatif termasuk apatis dan kecewa pada bayinya. Reaksi ibu post

partum sangat penting dikaji dalam rangka penyesuaian baik oleh ibu

Page 35: Bab II Study Kasus

41

nifas sendiri dalam mengatasi masalahnya atau perlu bantuan bidan

atau perawat. (Diktat Mata Kuliah ASKEB III, NM 2007:69).

2.3.8 Tanda Bahaya Masa Nifas

1. Perdarahan berat pada vagina.

2. Perdarahan berwarna merah segar atau pengeluaran bekuan darah.

3. Lokhia yang berbau busuk.

4. Nyeri pada perut atau pelvis.

5. Fusing atau lemas yang berlebihan.

6. Suhu tubuh ibu >38°C.

7. Tekanan darah yang meningkat.

8. Ibu mengalami kesulitan atau nyeri pada saat BAK atau pada saat

pergerakan usus.

9. Tanda-tanda mastitis : bagian yang kemerahan, bagian yang panas,

gurat-gurat kemerahan pada payudara.

10. Terdapat masalah mengenai makan dan tidur.

sumber

2.4 Bayi Baru Lahir

2.4.1 Definisi

Bayi yang baru lahir adalah bayi yang baru mengalami proses

kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin

kehidupan ke kehidupan ekstra uterin. (Hamidah, 2006 : 2)

Page 36: Bab II Study Kasus

42

Teori lain menyebutkan bahwa bayi baru lahir adalah bayi yang

baru lahir dari kelahiran 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat badan

lahir 2500 gram sampai 4000 gram. (Depkes RI, 2002 : 7)

Jadi dapat diketahui bahwa bayi yang baru lahir adalah bayi yang

baru mengalami proses kelahiran dengan kehamilan 37 minggu sampai 42

minggu dengan berat badan lahir 2500 gram sampai 4000 gram.

2.4.2 Penanganan Bayi Baru Lahir

Tujuan pertama perawatan bayi segera sesudah lahir, ialah :

1. Membersihkan jalan nifas

Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi

tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas.

2. Memotong dan merawat tali pusat

Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril

dan ikat dengan pengikat steril. Apabila masih terjadi pendarahan

dapat dibuat ikat baru tali pusar dibersihkan dan dirawat dengan balut

kasa steril, pembalut tersebut diganti setiap hari dan atau setiap kali

basah atau kotor.

3. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Pada waktu bayi lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu

badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya

tetap hangat.

4. Memberi Vit. K

Page 37: Bab II Study Kasus

43

Untuk mencegah terjadinya pendarahan tesebut, semua bayi baru lahir

normal dan cukup bulan perlu diberi Vitamin K peroral 1 minggu / hari

selama 3 hari. Sedangkan bayi resiko tinggi di beri Vit. K parental

dengan dosis 0,5-1 gram IM.

5. Memberikan obat tetes 1 salep mata

Pemberian obat mata eritromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1% dianjurkan

untuk pencegahan penyakit mata kerena klamidia (penyakit menular

seluruh). Salep mata diberikan sesudah 5 jam bayi lahir.

6. Identifikasi bayi

Apabila bayi dilahirkan ditempat bersalin yang persalinannya mungkin

lebih dari satu persalinan maka sebuh alat pengenal yang efektif harus

diberikan pada setiap bayi baru lahir dan harus tetap ditempatnya

sampai waktu bayi dipulangkan.

2.4.3 Klasifikasi Klinik

Penilaian klinik bertujuan untuk mengetahui derajat vitalitas dan

mengukur reaksi bayi terhadap tindakan resusitasi. Derajat vitalitas bayi

adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat esensial dan

kompleks untuk berlangsungnya kelangsungan hidup bayi seperti

pernafasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan refleks-refleks primitiv

seperti menghisap dan mencari puting susu. (Saifuddin, 2002:113).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada bayi baru lahir seperti

yang tertulis pada table berikut:

Tabel 2.4 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan pada Bayi Baru LahirNo. Kondisi Pemeriksaan

Page 38: Bab II Study Kasus

44

1. Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling

Perlu dikenali kurangnya reaksi terhadap rayuan, rangsangan sakit atau suara keras atau mengejutkan atau suara mainan.

2. Keaktifan Bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan dan kai yang simetri pada waktu bangun. Adanya tremor pada bibir, kaki dan tangan pada waktu menagis adalah normal, tetapi hal ini bila terjadi pada waktu tidur, kemungkinan gejala suatu kelainan yang perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

3. Simetri Apakah secara keseluruhan badan simbang?4. Kepala Apakah tidak simetris, berupa tumor lunak

dibelakang atas menyebabkan kepala tampak lebih panjang, sebagai akibat proses kelahiran, atau tumor lunak hanya di belakang kiri atau kanan saja, atau di kiri sisi kanan tetapi tidak melampaui garis tengah bujur kepala. Ukur lingkar kepala ukuran normal 33-35 cm.

5. Muka wajah Bayi tampak ekspresi6. Mata Diperhatikan adanya tanda-tanda perdarahan

berupa bercak merah yang akan menghilang dalam waktu 6 minggu.

7 Mulut Salivasi tidak terdapat pada bayi normal. Bila terdapat secret yang berlebihan, kemungkinan ada kelainan bawaan saluran cerna.

8. Leher, dada, abdomen

Melihat adanya cedera akibat persalinan.

9. Punggung Adakah benjolan atau tumor atau tulang punggung dengan lekukan yang kurang sempurna.

10. Bahu, tangan, sendi, tungkai

Perlu diperhatikan bentuk, gerakannya, fraktur, parises.

11. Kulit dan bahu Dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan, kadang-kadang didapatkan kulit mengelupas ringan. Pengelupasan yang berlebihan harus dipikirkan kemungkinan adanya kelainan. Waspadai timbul kulit dengan warna tak rata (cutis marmorta) telapak tangan, telapak kaki atau kuku menjadi biru, kulit menjadi pucat atau kuning.

Page 39: Bab II Study Kasus

45

Bercak-bercak besar biru yang sering terdapat disekitar bokong (mongolion spot) akan menghilang pada umur 1-5 tahun.

12. Kelancaran menghisap dan pencernaan

Bayi dalam refleks menghisap cukup kuat dan setelah menetek tidak terjadi muntah.

13. Tinja dan kemih Diharapkan keluar dalam 24 jam pertama waspada bila terjadi perut yang tiba-tiba membesar, tanpa keluarnya tinja, disertai muntah, dan mungkin dengan kulit kebiruan, harap segera konsultasi untuk pemeriksaan lebih lanjut.

14. Refleks Refleks rooting, bayi menoleh benda yang menyentuh pipi.Refleks isap terjadi apabila benda menyentuh bibir, yang disertai refleks menelan.Refleks moro, ialah timbulnya gerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-tiba digerakkan.Refleks mengeluarkan lidah, terjadi apabila diletakan benda didalam mulut, yang sering ditafsirkan bayi menolak makanan atau minuman.Refleks tonic neck, gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal.Refleks starle, reflek menghentak berupa hentakan dan gerakan seperti mengejang pada lengan dan tangan, dan sering diikuti dengan tangis yang menunjukan rasa takut.Refleks stapping, suatu reflek kaki secara spontan apabila bayi tersebut diangkat tegak dan kakinya satu persatu disentuh pada suatu dasar maka bayi akan melakukan gerakan melangkah bersifat refleks.Refleks grasping, bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi maka jari-jarinya akan langsung menggenggam dengan kuat.

15. Berat badan Sebaiknya tiap hari dipantau. Penurunan berat badan lebih dari 15 % berat badan waktu lahir, menunjukan kekurangan cairan.

Page 40: Bab II Study Kasus

46

Sumber: Saifuddin, 2002

2.4.4 Perawatan Bayi 2 Minggu Pertama

1. Kebersihan :

a. Kencing dan berak harus dijaga dan selalu dibersihkan, popok

diganti.

b. Tempat tidur dan pakaian bayi harus bersih dan hangat.

2. Menyusukan bayi. Pada 12 jam pertama bayi puasa kemudian baru

disusui.

3. Makanan tambahan, kalau ASI kurang.

4. Cara memandikan bayi dan merawat tali pusat.

(Mochtar, 1998 : 119-121)

2.4.5 Tanda-tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir

1. Pernapasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit.

2. Kehangatan terlalu panas (lebih dari 38°C) atau terlalu dingin (kurang

dari 36°C).

3. Warna kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat.

4. Pemberian makan hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak

muntah.

5. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk, berdarah.

6. Infeksi suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan yang berbau

busuk.

7. Tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada

lendir atau darah pada tinja.

Page 41: Bab II Study Kasus

47

8. Aktifitas menggigil, tangis tidak biasa, lemas, terlalu mengantuk,

lunglai, kejang tidak bisa tenang, menangis terus menerus.

(Prawirohardjo, 2002 : N-36)

2.5 Manajemen Kebidanan

2.5.1 Konsep Asuhan Kebidanan

Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang

dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang

berwenang. (Varney 2001 : 233)

Dokumentasi menurut Ellen Thomas (2000) adalah catatan tentang

interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien dan tim

kesehatan yang mencatat tentang hasil pemeriksaan prosedur, pengobatan,

pada pasien dan pendidikan kepada pasien, serta respon pasien terhadap

semua kegiatan yang dilakukan.

Jadi dari teori diatas dapat disimpulkan, bahwa dokumentasi adalah

segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai

catatan tentang bukti interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga

pasien dan tim kesehatan yang mencatat tentang hasil pemeriksaan

terhadap semua kegiatan yang telah dilakukan.

2.5.2 Metode Dokumentasi

Ada lima metode pendokumentasian dan format pencatatan

pelaporan yaitu :

1. Pencatatan perkembangan secara narasi

Page 42: Bab II Study Kasus

48

2. Pencatatan berorientasi pada masalah (Problem Oriented Record,

POR, Problem Oriented Medical Record, POMR)

3. Problem, Intervensi, dan Evaluasi (PEM)

4. Format pencatatan berdasarkan fokus permasalahan

5. Pencatatan berdasarkan masalah atau abnormalitas

2.5.3 Manajemen Kebidanan dalam Asuhan Kebidanan

Menurut Helen Varney alur fikir bidan saat menghadapi klien

meliputi 7 langkah, untuk mengetahui apa yang telah dilakukan oleh

seorang bidan melalui proses berfikir sistematis, didokumentasikan dalam

bentuk SOAP yaitu :

S (Subyektif)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui

anamnesis sebagai langkah I Varney

O (Obyektif)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil

laboratorium, dan uji diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus

untuk mendukung asuhan langkan I Varney

A (Assessment)

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interprestasi data,

Subjektif dan Objektif dalam suatu identifikasi :

1. Diagnosa atau masalah

2. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial

Page 43: Bab II Study Kasus

49

3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau

kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3, & 4 Varney.

P (Planning)

Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan (1) dan evaluasi

perencanaan (E) berdasarkan Assesment sebagai langkah 5, 6 dan 7

Varney.

2.5.4 Keterkaitan Antara Manajemen Kebidanan dan Sistem

Pendokumentasian SOAP

Alur Pikir Bidan Perencanaan dari Asuhan

Proses Manajemen Kebidanan

7 Langkah Varney 5 Langkah (kompetensi Bidan)

Data

Masalah / diagnosa

Antisipasi masalah potensial / diagnosa

lain

Menetapkan kebutuhan segera

untuk berkonsultasi kolaborasi

Perencanaan

Implementasi

Evaluasi

Perencanaan

Implementasi

Evaluasi

Assesment / diagnosa

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

SOAP

Subyekif/ObjektifData

Assesment / diagnosa

Plan, konsul Tes diagnosa, rujukan

Pendidikan, konseling Follow up

Page 44: Bab II Study Kasus

50

Sumber : Pendokumentasian SOAP (Pusdiknakes, 2003)

Bagan 2.1 Keterkaitan Antara Manajemen Kebidanan dan Sistem

Pendokumentasian SOAP