Upload
dinhduong
View
229
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Vitamin A
1. Pengertian vitamin A
Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang larut dalam
lemak atau minyak. Vitamin A stabil terhadap panas, asam dan alkali
tetapi sangat mudah teroksidasi oleh udara dan akan rusak pada suhu
tinggi (Soejarwo, 2002,p.49)
Vitamin A merupakan komponen penting dari retina (selaput
jala), maka fungsi utama adalah untuk penglihatan. Disamping itu
vitamin A juga membantu pertumbuhan dan mempunyai peranan penting
dalam jaringan epitel (Karta Sapoetra & Warsetyo, 2003,p.31).
2. Sumber vitamin A
Vitamin A sangat penting bagi kesehatan kulit, kelenjar, serta
fungsi mata. Sekalipun pada waktu lahir bayi memiliki simpanan vitamin
A, ASI tetap menjadi sumber yang penting dari vitamin A dan karoten
(zat gizi yang banyak terdapat secara alami dalam buah-buahan dan
sayur-sayuran). Karoten dapat membantu sistem kekebalan tubuh. Hati,
telur, dan keju merupakan sumber-sumber vitamin A yang baik. Vitamin
A juga terdapat dalam beta-karoten serta karotenoid lainnya. Tubuh
manusia dapat sintesa vitamin A dari karoten atau pro vitamin A yang
9
Draft O
nly
10
terdapat di sayuran dan buah-buahan yang berwarna, seperti wortel,
tomat, apel, semangka, dan sebagainya (Dinkes Jateng, 2007)
Vitamin A adalah salah satu zat gizi esensial yang tidak bisa
diproduksi sendiri oleh tubuh manusia. Untuk memperolehnya harus di
ambil dari sumber diluar tubuh terutama dari sumber alam, seperti bahan
sereal, umbi, biji-bijian, sayuran, buah-buahan, hewani dan bahan-bahan
olahan lainnya. Berikut bahan-bahan yang diketahui mengandung bahan
utama pembentuk Vitamin A. (Desi & Dwi, 2009,p.21)
Tinggi Sedang Rendah
Minyak ikan,
minyak kelapa
sawit.
Hati ayam, ubi
jalar, wortel,
bayam.
Roti, daging sapi,
kentang, ikan.
3. Kekurangan vitamin A
Kekurangan vitamin A dapat menimbulkan beberapa gangguan
terhadap kesehatan tubuh, antara lain (Depkes RI, 2005) :
a. Hemeralopia atau rabun ayam, rabun senja;
b. Frinoderma, pembentukan epitel kulit tangan dan kaki
terganggu, sehingga kulit tangan dan / atau tampak bersisik;
c. Perdarahan pada selaput usus, ginjal, dan paru-paru;
d. Kerusakan pada kornea dengan menimbulkan bintik, seroftalmin
(kornea mengering), dan akhirnya kerotik;
e. Terhentinya proses pertumbuhan;
Draft O
nly
11
f.Terganggunya pertumbuhan bayi
4. Kebutuhan vitamin A
Kebutuhan vitamin A yang dianjurkan untuk anak balita 250
mikrogram retinol (vitamin A) atau 750 mikrogram beta-karotin
sehari (Kardjati, dan Alisjahbana, 2005,p.75). Sedangkan kebutuhan
wanita menyusui berumur 19 tahun keatas dianjurkan mengkonsumsi
1.300 mikrogram vitamin A per hari. Vitamin A atau aseroftol
mempunyai fungsi-fungsi penting di dalam tubuh yaitu
(Kartasapoetra dan Marsetyo, 2003,p.31) :
a. Pertumbuhan sel-sel epitel;
b. Proses oksidasi dalam tubuh;
c. Mengatur rangsang sinar pada saraf mata.
5. Konsumsi kapsul vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang
sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar
dapat melihat dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh (meningkatkan
daya tahan tubuh untuk melawan penyakit misalnya campak, diare, dan
penyakit infeksi lain) (Depkes RI, 2005)
Pada ibu hamil dan menyusui, vitamin A berperan penting untuk
memelihara kesehatan ibu selama masa kehamilan dan menyusui. Buta
senja pada ibu menyusui, suatu kondisi yang kerap terjadi karena kurang
vitamin A (KVA). Berhubungan erat pada kejadian anemia pada ibu,
kekurangan berat badan, kurang gizi, meningkatnya resiko infeksi dan
Draft O
nly
12
penyakit reproduksi, serta menurunkan kelangsungan hidup ibu hingga
dua tahun setelah melahirkan (Dinkes Jateng, 2007)
Semua anak, walaupun mereka dilahirkan dari ibu yang berstatus
gizi baik dan tinggal di Negara maju, terlahir dengan cadangan vitamin A
yang terbatas dalam tubuhnya (hanya cukup memenuhi kebutuhan untuk
sekitar dua minggu). Di Negara berkembang, pada bulan-bulan pertama
kehidupannya, bayi sangat bergantung pada vitamin A yang terdapat
dalam ASI. Oleh sebab itu, sangatlah penting bahwa ASI mengandung
cukup vitamin A.
Anak-anak yang sama sekali tidak mendapatkan ASI akan beresiko
lebih tinggi terkena Xeropthalmia dibandingkan dengan anak-anak yang
mendapatkan ASI walau hanya dalam jangka waktu tertentu. Berbagai
studi yang dilakukan mengenai vitamin A ibu nifas memperlihatkan hasil
yang berbeda-beda.
Anak-anak usia enam bulan yang ibunya mendapatkan kapsul
vitamin A setelah melahirkan, menunjukkan bahwa terdapat penurunan
jumlah kasus demam pada anak-anak tersebut dan waktu kesembuhan
yang lebih cepat saat mereka terkena ISPA.
Ibu hamil dan menyusui seperti halnya juga anak-anak, berisiko
mengalami KVA karena pada masa tersebut ibu membutuhkan vitamin A
yang tinggi untuk pertumbuhan janin dan produksi ASI.
Upaya meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber vitamin A
melalui proses Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) merupakan upaya
Draft O
nly
13
yang paling aman. Namun disadari bahwa penyuluhan tidak akan segera
memberikan dampak nyata. Selain itu kegiatan konsumsi kapsul vitamin
A masih bersifat rintisan. Oleh sebab itu penanggulangan KVA saat ini
masih bertumpu pada pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi.
a. Bayi umur 6-11 bulan, baik sehat maupuan tidak sehat, dengan dosis
100.000 SI (warna biru). Satu kapsul diberikan satu kali secara
serentak pada bulan Februari dan Agustus.
b. Anak balita umur 1-5 tahun, baik sehat maupun tidak sehat, dengan
dosis 200.000 SI (warna merah). Satu kapsul diberikan satu kali
secara serentak pada bulan Februari dan Agustus.
c. Ibu nifas, paling lambat 30 hari setelah melahirkan, diberikan satu
kapsul vitamin A dosis 200.000 SI (warna merah), dengan tujuan
agar bayi memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI (Depkes
RI, 2003).
B. Masa Nifas
Nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya alat kandungan sampai kepada keadaan sebelum hamil. Dalam
bahasa latin, waktu tertentu setelah melahirkan anak disebut puerperium,
yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan partus yang artinya melahirkan
jadi puerperium masa setelah melahirkan bayi. (Waryana, 2010,p.59)
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
Draft O
nly
14
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Waryana,
2010,p.59). Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Wanita yang
melalui periode puerperium disebut puerpura. Puerperium (Nifas)
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang
diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal.
(Wulandari, 2010,p.90
1. Tahap-tahap masa nifas
Nifas dibagi menjadi 3 tahap :
a. Puerperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan
boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium Intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lainnya 6-8
minggu.
c. Remote puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. (Waryana, 2010,p.59)
2. Perubahan yang terjadi pada masa nifas (Suherni, 2008,p.77) :
Draft O
nly
15
a. Posisi uterus atau tinggi fundus uteri kembali keukuran atau bentuk
semula.
b. Pengeluaran kolostrum atau ASI.
c. Penurunan berat badan.
C. Perilaku kesehatan
Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang
bersangkutan. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas daripada manusia
itu sendiri. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon
seseorang (organisme) terhadap stimulasi yang berkaitan dengan sakit
dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.
1. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Vitamin A
Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003,p.13) ada
3 faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku individu maupun
kelompok sebagai berikut:
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor)
Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai
yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial
ekonomi, dan sebagainya. Dapat dijelaskan bahwa, untuk
berperilaku kesehatan, misalnya pemeriksaan kesehatan bagi ibu
Draft O
nly
16
nifas diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang
manfaat pemeriksaan ibu nifas, baik bagi kesehatan sendiri dan
bayinya. Disamping itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan
sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat
ibu untuk periksa masa nifasnya. Misalnya, orang yang sudah
melahirkan tidak perlu memeriksakan diri karena sudah
dianggap sudah tidak apa-apa. Faktor-faktor ini terutama yang
positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering
disebut faktor pemudah.
b. Faktor-faktor pemungkin (Enabling factors)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan
prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air
bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja,
ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk
juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah
Sakit, Poliklinik, Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Dokter
atau Bidan Praktek Swasta, dan sebagainya. Untuk berperilaku
sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung.
Misalnya: perilaku pemeriksaan kehamilan, ibu hamil yang mau
periksa hamil tidak hanya karena ibu tahu dan sadar manfaat
periksa hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus
dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hami, misalnya:
Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik, Posyandu, Polindes, Pos
Draft O
nly
17
Obat Desa, Dokter atau Bidan Praktek Swasta, dan
sebagainya.fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau
memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-
faktornya disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin.
c. Faktor-faktor penguat (Reinforcing factors)
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku Tokoh
Masyarakat (Toma), Tokoh agama (Toga), sikap dan perilaku
para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini
undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun
pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk
berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu
pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja,
melainkan diperlukan perilaku, contoh (acuan) dari para Toma,
Toga, para Petugas, lebih-lebih para Petugas Kesehatan.
Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk
memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Seperti perilaku
periksa hamil, serta kemudahan memperoleh fasilitas periksa
hamil, juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang
mengharuskan ibu hamil memerlukan pemeriksaan kehamilan.
Oleh sebab itu intervensi pendidikan hendaknya dimulai
mendiagnosis tiga faktor penyebab (determinan) tersebut
kemudian intervensinya juga diarahkan terhadap tiga faktor
tersebut. Pendekatan ini disebut model preced, yakni:
Draft O
nly
18
predisposing, reinforcing and enabling couse in educational
diagnosis and evaluation.
2. Proses Adopsi Perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut Rogers (1974) yang
dikutip oleh Notoatmodjo (2003,p.121), perilaku adalah semua
kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung
maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan sebelum
mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses
yang berurutan, yakni :
a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menjadi dalam
arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)
b. Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh
perhatian dan tertarik pada stimulus.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan
mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus
tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih
baik lagi.
d. Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru
e. Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo,
2003,p.121)
Draft O
nly
19
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui
proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan
sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng
(long lasting). Sebaliknya, apabila perilaku tersebut tidak didasari
pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Jadi,
pentingnya pengetahuan disini adalah dapat menjadi dasar dalam
merubah perilaku sehingga perilaku itu langgeng (Notoatmodjo,
2007,p.122).
D. Pendidikan
1. Definisi
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu,
kelompok atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidik (Notoatmodjo 2007, p.19).
Pendidikan adalah proses belajar yang berarti dalam
pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau
perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang
pada individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2007,p.19)
Pendidikan tidak lepas dari proses belajar. Kadang-kadang
bahan pengajaran disamakan dengan pendidikan. Memang kedua
pengertian itu identik, karena proses belajar itu berada dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan. Dengan kata lain pendidikan itu dilihat
Draft O
nly
20
secra makro sedangkan pengajaran (proses belajar) itu dilihat secara
mikro (Notoatmodjo,2003 p.36).
Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup (Ahmadi,2007 p.70). Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara
(Pasal 1butir 1, p: 3 UU no.20 tahun 2003).
2. Unsur-unsur Pendidikan
Menurut (Ahmadi, 2007 p.93-94) unsur-unsur yang ada dalam
pendidikan adalah:
a. Komunikasi
Adanya interaksi hubungan timbal balik dari anak dengan
orang tua atau pendidik atau dari orang yang belum dewasa
kepada orang yang sudah dewasa dan sebaliknya.
b. Kesengajaan
Komunikasi yang terjadi ini merupakan suatu proses
kesengajaan perbuatan yang disadari oleh orang dewasa demi
anak.
c. Kewibawaan
Draft O
nly
21
Perbuatan orang dewasa hendaknya ada unsur wibawa dalam
arti diharapkan baik secara sadar atau tidak anak yang belum
dewasa tadi patuh akan hasil pendidikan orang dewasa. Secara
sukarela ( kewibawaan adalah “ pengaruh yang diterima
dengan sukarela “ dimiliki oleh orang dewasa).
Wibawa timbul dengan sendirinya, tidak dibuat-buat, sebab
kewibawaan itu sesuatu kelebihan yang ada dalam diri orang
dewasa tadi sehingga anak merasa:
1) Dilindungi
2) Percaya
3) Dibimbing
4) Menerimanya dengan sukarela
Keempatnya ini memberi pengaruh ke hal-hal yang positif,
bagi anak tersebut.
d. Normatif
Yaitu adanya komunikasi tadi dibatasi adanya ketentuan suatu
norma baik norma adat, agama, hukum, sosial, dan atau norma
pendidikan formal.
e. Unsur anak
Perlu diperhatikan keadaan anak yang akan menerima
pelayanan pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangannya
dan kenalilah anak sebaik-baiknya.
Draft O
nly
22
f. Unsur kedewasaan
Perlu dipelajari arti kedewasaan baik secara fisik maupun
psikis sesuai dengan norma-norma yang berlaku .
3. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan
yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan (pasal 1 butir
8, p: 3 UU no.20 tahun 2003)
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang tersruktur
dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi (pasal 14, p: 10 UU no.20 tahun
2003)
Mengacu undang-undang Nomor 20 tahun 2003, pasal 1
butir 3 tentang sistem pendidikan nasional:
a.Pendidikan dasar ( pasal 17, p: 10)
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang
melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar
berbentuk:
1) Sekolah dasar (SD) dan Madrasah ibtidaiyah (MI) atau
bentuk lain yang sederajat
2) Sekolah menengah pertama ( SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat
Draft O
nly
23
b. Pendidikan menengah ( pasal 18, p: 11)
Pendidikan menengah merupakan jenjang
pendidikan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah
terdiri dari :
1) Pendidikan menengah umum
2) Pendidikan menengah kejuruan
Pendidikan menengah berbentuk:
1) Sekolah menengah atas (SMA)
2) Madrasah aliyah (
MA)
3) Sekolah menengah kejuruan (SMK)
4) Madrasah aliyah kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang
sederajat
c.Pendidikan tinggi ( pasal 19, p.11)
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program diploma,
sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan
oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk :
1) Akademi
2) Politeknik
3) Sekolah tinggi
4) Institut
5) Universitas
Draft O
nly
24
4. Fungsi Pendidikan
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dam menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3, p.6 UU
no.20 tahun 2003)
5. Faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan
a. Umur
Umur merupakan indikator kedewasaan seseorang, semakin
bertambah umur, pendidikan yang didapat akan semakin bertambah
pula. Baik itu pendidikan formal maupun penambahan
pengetahuan, sikap atau ketrampilannya (notoatmodjo, 2003, p.17)
b. Tingkat sosial ekonomi
Tingkat sosial ekonomi sangat mempengaruhi perbaikan
pendidikan dan perbaikan pelayanan kesehatan yang diinginkan
oleh masyarakat. Rata-rata keluarga dengan sosial ekonomi yang
cukup baik akan memilih tingkat pendidikan dan sarana kesehatan
yang bagus dan bermutu (Notoatmodjo, 2003, p.19)
Draft O
nly
25
E. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi
setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra
manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba
dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian
persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2003,p.121).
pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu
penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan
seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang
berbeda-beda (Notoatmodjo, 2003, p.50). pengetahuan pada
dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan
seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.
Draft O
nly
26
Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung
maupun melalui pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, p.10).
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior).
Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu: (Notoatmodjo, 2007,p.140)
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang
spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rencah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu
menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan
sebagainya.
b. Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dimana dapat menginterpretasikan secara benar. Orang yang
Draft O
nly
27
telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi maupun
kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi
atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan
materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi
masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu
kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-
bagian didalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuanuntuk menyusun formulasi
baru dari formulasi yang ada.
f.Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
Draft O
nly
28
objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.
3. Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari
(Notoatmodjo, 2005,p.11) adalah sebagai berikut :
a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
1) Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba
salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu
tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai
masalah tersebut dapat dipecahkan.
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengatahuan cara ini dapat berupa pemimpin-
pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli
agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang
lain yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh
orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih
dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan
fakta empiris maupun penalaran sendiri.
Draft O
nly
29
3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai
upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapai masa lalu.
b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih
popular atau disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula
dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian
dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu
cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal
dengan penelitian ilmiah.
4. faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh
faktor-faktor sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003, p.57-61)
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam
memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar
orang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang
lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan
Draft O
nly
30
berpikir sejauhmana keuntungan yang mungkin akan
mereka peroleh.
b. Paparan media massa
Melalui berbagai media baik media cetak maupun
elektronik berbagai informasi dapat diterima oleh
masyarakat, sehingga seorang yang lebih sering berhadapan
dengan media massa (televisi, radio, majalah, dan lain-lain)
akan memperoleh informasi yang lebih banyak
c. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun
sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih
mudah tercukupi dibandingkan dengan keluarga dengan
status ekonomi rendah. Jika dapat disimpulkan ekonomi
dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
d. Hubungan social
Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan
saling berinteraksi satu sama lain. Individu yang dapat
berinteraksi secara kontinyu akan dapat lebih besar
mendapatkan informasi. Dengan demikian sosial akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
e. Pengalaman
Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal biasa
diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses
Draft O
nly
31
perkembangan sering mengikuti kegiatan yang mendidik
misalnya seminar.
f. Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon
seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan
masyarakat serta lingkungan.
5. Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui
dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
a. Baik : Hasil presentasi 76%-100%
b. Cukup : Hasil presentasi 56%-75%
c. Kurang : Hasil presentasi > 56%
6. Sumber Pengetahuan
Suriasumantri (2003) mengemukakan ada 4 sumber pengetahuan
yaitu:
a. Intuisi
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui
proses penalaran tertentu.
b. Wahyu
Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan
kepada manusia yang diperantarai oleh para Nabi.
Draft O
nly
32
c. Rasio
Rasio merupakan pengetahuan yang didapat melalui
kemampuan berpikir rasional.
d. Pengalaman
Pengalaman merupakan pengetahuan yang mendasari diri
kepada panca indera sebagai alat dalam menangkap gejala fisik
yang nyata.
Draft O
nly
33
F. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan dapat disusun kerangka
teori sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka teori penelitian
Sumber : Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003,p.13-14 )
FAKTOR PEMUNGKIN
Umur
Pendidikan
Sikap
Tradisi danKebiasaan
Sistem Nilai
FAKTOR PENDUKUNG
Tersedianya saranadan prasarana
Fasilitas kesehatan
FAKTOR PENGUAT
Sikap dan PerilakuToma
Sikap dan Perilakupetugas kesehatan
Undang-undang dan
Konsumsi Vitamin APada Ibu Masa Nifas
Draft O
nly
34
G. Kerangka Konsep
Variabel independen Variabel dependen
Gambar 2.2 kerangka konsep penelitian
H. Hipotesis
1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan konsumsi vitamin
A pada ibu masa nifas
2. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang vitamin A
dengan konsumsi vitamin A pada ibu masa nifas
Tingkat Pendidikan
Konsumsi kapsul vitamin
A pada masa ibu nifas
Tingkat Pengetahuan
Draft O
nly