28
BAB III PENGUKURAN WATERPAS 1.1. Dasar Teori Tujuan dari pengukuran dengan menggunakan waterpas bertujuan untuk mengukur beda tinggi antara dua titik. Data yang diperoleh dari pengukuran tersebut kemudian dipergunakan untuk membuat pemetaan, perencanaan, bahkan pelaksanaan pembangunan. Dalam pengukuran dengan waterpas terdapat beberapa istilah yang sering digunakan : Garis Vertikal Garis yang menuju pusat bumi (plumb line) Bidang mendatar Bidang tegak lurus garis vertikal, dapat berbentuk melengkung sesuai dengan kontur laut. Datum Bidang referensi untuk ketinggian, misalnya yang sering dipergunakan adalah ketinggian permukaan laut rata-rata (mean sea level) Mean Sea Level Permukaan laut rata-rata, didapat dari pengukuran ketinggian laut tiap jam dalam waktu yang lama. Elevasi Jarak vertikal atau ketinggian yang diukur dari datum. Bench-Mark (B.M.)

BAB III Belum Edit Data

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sfgsfg

Citation preview

Page 1: BAB III Belum Edit Data

BAB III

PENGUKURAN WATERPAS

1.1. Dasar Teori

Tujuan dari pengukuran dengan menggunakan waterpas bertujuan untuk

mengukur beda tinggi antara dua titik. Data yang diperoleh dari pengukuran

tersebut kemudian dipergunakan untuk membuat pemetaan, perencanaan, bahkan

pelaksanaan pembangunan. Dalam pengukuran dengan waterpas terdapat

beberapa istilah yang sering digunakan :

Garis Vertikal

Garis yang menuju pusat bumi (plumb line)

Bidang mendatar

Bidang tegak lurus garis vertikal, dapat berbentuk melengkung sesuai

dengan kontur laut.

Datum

Bidang referensi untuk ketinggian, misalnya yang sering dipergunakan

adalah ketinggian permukaan laut rata-rata (mean sea level)

Mean Sea Level

Permukaan laut rata-rata, didapat dari pengukuran ketinggian laut tiap

jam dalam waktu yang lama.

Elevasi

Jarak vertikal atau ketinggian yang diukur dari datum.

Bench-Mark (B.M.)

Merupakan titik yang tetap, biasanya berbentuk patok beton. Patok

tersebut sudah diketahui berapa elevasinya terhadap datum, sehingga

dapat digunakan dalam penentuan elevasi untuk area di sekelilingnya.

Macam-macam cara pengukuran tinggi :

1. Pengukuran tinggi secara langsung

Memakai pita ukur, biasanya metode ini dipakai untuk mengukur gedung.

2. Pengukuran dengan waterpas

Pengukuran dengan alat yang dapat mengukur perbedaan tinggi dengan

membuat garis bidik horizontal (centering) dengan mengatur posisi nivo.

Page 2: BAB III Belum Edit Data

3. Pengukuran dengan barometer

Alat ukur ini dapat menentukan ketinggian dan juga tekanan udara di

tempat tersebut.

4. Pengukuran Trigonometri

Pengukuran ini menggunakan alat yang dapat mengukur beda tinggi

sekaligus membaca sudut vertikal dan horizontal, alat tersebut adalah

teodolit.

1.2. Prinsip Kerja Waterpas

Inti dari penggunaan waterpas sebenarnya adalah membuat garis

sumbu teropong pada waterpas horizontal. Horizontal atau tidaknya sumbu

teropong ditentukan dari posisi nivo, nivo adalah gelembung yang terdapat

dalam tabung kaca pada waterpas. Posisi dari nivo tersebut harus tepat di

tengah.

Waterpas dapat mengukur beda tinggi dari satu titik ke titik lainnya

yang berjarak dampai dengan (50-60) m. Ini dikarenakan waterpas memiliki

lensa optis yang mampu memperbesar bayangan.

Agar pengukuran berjalan dengan baik dan memperoleh data yang akurat,

maka terdapat serangkaian prosedur pengukuran yang harus dipatuhi, antara

lain :

a. Pengukuran sebaiknya dilakukan pada pagi hari (±jam 07.00-10.00) atau

pada sore hari (±jam 14.00-17.00).

b. Alat ukur diletakkan pada permukaan yang stabil menggunakan statif.

Beberapa statif dilengkapi pula dengan tabung berisi nivo agar

mempermudah pengukur untuk menstabilkan posisi statif.

c. Rambu ukur didirikan tepat di atas patok.

d. Selama pengukuran berlangsung, waterpas tidak boleh terkena sinar

matahari secara langsung. Waterpas harus dilindungi payung.

e. Jarak maksimum rambu ke waterpas adalah 50 m.

Page 3: BAB III Belum Edit Data

Proses untuk membuat garis bidik (garis khayal) teropong pada waterpas horizontal

disebut dengan centering. Centering terdiri dari tiga langkah yaitu :

1. Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis nivo.

Penyelidikan terhadap selisih tinggi antara dua titik diperlukan untuk control

penggunaan waterpas. Dalam pengukuran dengan menggunakan waterpas, alat

ditaruh di tengah-tengah dua titik. Ketidaksesuaian dengan syarat nomor satu di

atas dapat diketahui jika terbentuk sudut antara garis vizir (garis arah nivo) dan

garis horizontal, walaupun posisi nivo sudah seimbang.

Pada teropong tanpa sekrup helling, maka koreksi dilakukan dengan koreksi

benang silang vertikal, sedangkan nivo tetap seimbang. Sedangkan jika teropong

dilengkapi dengan sekrup helling, maka koreksi bisa dilakukan pada garis vizir

atau pada nivo. Bila penngerjaan menyertakan koreksi dengan sekrup helling pada

nivo, pengukuran dapat dilakukan seperti pengukuran dengan teropong tanpa

helling sampai pengukuran selanjutnya, dilanjutkan dengan koreksi pada nivo.

2. Garis arah nivo harus tegak lurus sumbu I

Pada alat tanpa sekrup helling, pengaturan sumbu I dilakukan dengan cara yang

sama dengan pengaturan pada teodolit, yaitu dengan menggunakan tiga sekrup

pengatur. Setelah penyimpangan terjadi, kemudian nivo diperbaiki dengan sekrup

koreksi, dengan ini syarat terpenuhi. Bila alat tidak dilengkapi dengan sekrup

helling maka syarat di atas tidak perlu.

3. Benang silang horizontal harus tegak lurus sumbu I

Langkah centering ini dapat dilakukan dengan mengarahkan teropong alat pada

suatu titik yang dibuat di suatu dinding atau tembok. Kemudian teropong di putar

dengan sumbu I sebagai sumbu putar. Jika benang silang horizontal ini telah tegak

lurus dengan sumbu I maka pada saat pemutaran, benang ini akan selalu tampak

selalu berimpitan dengan titik pada tembok tadi. Jika tidak demikian maka

diafragma dengan benang silang diputar sedikit dengan tangan, sesudah itu sekrup

kecil yang terletak pada sisi diafragma dilepas sedikit.

Page 4: BAB III Belum Edit Data

3.3. Rambu Ukur (Levelling Rod)

Pengukuran dengan waterpas akan selalu disertai dengan rambu ukur atau

bak ukur. Rambu ukur dapat terbuat dari kayu atau alumunium dengan panjang 3,

4, atau 5 meter. Hal yang perlu diperhatikan dari rambu ukur adalah pembagian

skalanya harus benar-benar teliti. Selain itu pada proses pengukuran, rambu ukur

harus benar-benar dipegang vertikal (tegak). Penggunaan yang paling baik adalah

dengan menggunakan base-plate, terutama jika rambu tidak dapat diletakkan di

atas patok-patok permanen.

3.4. Pengukuran Beda Tinggi

Bila alat sudah memenuhi persyaratan seperti yang disebutkan di atas,

maka untuk pengukuran beda tinggi hal pertama yang harus dilakukan adalah

meletakkan alat di tengah-tengah antara dua patok.

B

A

Gambar 3.1. Pengukuran waterpass beda tinggi dan jarak.

(http://itpcivilengineering.blogspot.com/2012/05/alat-ukur-waterpas-dalam-

ilmu-ukur.html)

Keterangan gambar:

A dan B : titik diatas permukaan bumi yang akan diukur bedatingginya

a dan b : bacaan atau tinggi garis mendatar di titik A dan B

Page 5: BAB III Belum Edit Data

Ha dan Hb : ketinggian titik A dan B di atas bidang referensi

ΔhAB : beda tinggi antara titik A dan B

Seperti halnya pengukuran jarak dan sudut, pengukuran beda tinggi

juga tidak cukup dilakukan dengan sekali jalan, tetapi dibuat pengukuran

pergi pulang, yang pelaksanaannya dapat dilakukan dalam satu hari, serta

dimulai dan diakhiri pada titik tetap. Gabungan beberapa seksi dinamakan

trayek. Persamaan yang berlaku dalam sipat datar :

a. Waterpass terbuka : h akhir – h awal

b. Waterpass tertutup : 0

Peletakkan alat di tengah antara dua patok adalah bentuk

pencegahan dari kemungkinan tidak sejajarnya sumbu teropong dengan

garis nivo. Bila kedudukan alat tidak tepat maka seumbu teropong akan

membentuk sudat α dengan garis datar, meskipun nivo telah kita atur di

tengah-tengah.

3.5. Peralatan yang Digunakan

Alat – alat yang digunakan dalam pengukuran beda tinggi adalah :

1. Waterpas

Alat ukur yang dapat mengukur beda tinggi antara dua titik.

2. Statif

Alat yang dipakai untuk menopang waterpas agar dapat digunakan sambil

berdiri, dan agar posisi waterpas dapat dalam keadaan stabil. Beberapa statif

dilengkapi dengan nivo, sehingga proses pengaturannya menjadi lebih mudah.

3. Rambu Ukur atau Bak Ukur

Alat yang digunakan untuk pembacaan beda tinggi.

4. Patok

Alat untuk menentukan titik-titik yang akan diukur, jika penanaman patok

dilakukan di atas tanah maka menggunakan kayu, sedangkan jika media

penanamannya adalah trotoar atau aspal maka menggunakan paku baja.

5. Payung

Page 6: BAB III Belum Edit Data

Payung dibutuhkan untuk melindungi waterpas dari paparan langsung sinar

matahari. Ini dikarenakan sifat nivo yang sensitive terhadap sinar matahari.

6. Formulir Data dan Alat Tulis

Untuk mencatat hasil pengukuran.

7. Kalkulator

Untuk menghitung hasil pengukuran.

3.6. Metode Pelaksanaan Profil Memanjang

(Gambar 3.2. Pengukuran memanjang dengan waterpas.)

Page 7: BAB III Belum Edit Data

Metode pelaksanaan pengukuran dengan waterpas secara memanjang adalah sebagai

berikut :

Memasang patok utama dan patok bantu ke titik yang sudah ditentukan.

Lalu statif didirikan dan dipasang waterpas di atasnya, posisi alat harus berada persis di tengah-tengah antara dua patok. (Jarak muka = Jarak belakang)

Dilanjutkan dengan mengatur posisi nivo pada waterpas agar persis berada di tengah-tengah. Untuk memastikan garis bidik benar-benar horizontal.

Memulai pengukuran dengan waterpass dimulai dari patok awal ke patok akhir (pengukuran pergi).

Bidik waterpass ke arah bak ukur belakang, kemudian baca BA, BT, dan BB. Lakukan pengecekan dengan menggunakan rumus : 2BT = BA + BB (Apabila tidak sama maka

batas toleransi adalah 2 mm)

Setelah mengukur bak ukur belakang dilanjutkan dengan mengukur bak ukur muka, lakukan sesuai dengan langkah 4.

Page 8: BAB III Belum Edit Data

Setelah selesai pada titik pertama, dilanjutkan pada titik berikutnya, ulangi pekerjaan ini sampai ke titik awal lagi.

Tahap selanjutnya mengukur ke arah berlawanan yaitu dari titik akhir ke titik awal (arah pulang)

Setelah pengukuran Waterpas polygon tertutup selesai dalam arah pulang pergi, dilanjutkan dengan pengolahan data dengan melakukan koreksi dan perhitungan jarak dari Waterpas ke bak ukur dengan menggunakan rumus

D = 100 x (BA – BB)

Keterangan :D = jarak

BA = bacaan benang atas

BB = bacaan benang bawah

Page 9: BAB III Belum Edit Data

3.6.1. Waterpass

3.6.1.1. Data Pengukuran Waterpass Memanjang

Pulang

no ti

tik Benang Tengah (B.T)

B.A = Benang BawahB.B = Benang Atas(B.B + B.A) = 2BT

D = BB - BA

Perbedaan tinggi

(BT BelakangKurang

BT Muka)

atau Benang tengah II D.MukaD.Belakan

g∑D

Belakang(m) Muka(m) Belakang(m) Muka(m)

P00,870 1,770

0,810 1,700 12 000,90,930 1,830 13 00

P11,740 3,530 25 00

1,870 0,9101,810 0,850 12 00

0,961,930 0,970 12 00

P23,740 1,820 24 00

1,975 0,8251,920 0,755 11 00

1,152,030 0,900 14 50

P33,950 1,635 25 50

2,175 0,7902,110 0,730 13 00

1,3852,240 0,855 12 50

P44,350 1,585 25 50

1,980 0,8801,920 0,815 12 00

1,1002,040 0,945 13 00

P53,960 1,760 25 00

1,900 0,9401,840 0,880 12 00

0,9601,960 1,000 12 00

P63,800 1,880 24 00

1,055 1,3600,985 1,310 14 50

-0,3051,130 1,420 11 00

P72,115 2,730 25 50

0,750 2,0600,685 2,000 12 50

-1,310,810 2,130 13 00

P81,495 4,130 25 50

0,24 2,0500,180 1,980 12 00

-1,810,300 2,110 13 00

P90,480 4,090 25 00

1,53 2,3601,460 2,300 12 00

-0,831,580 2,430 13 003,040 4,730 25 00

Page 10: BAB III Belum Edit Data

Pulangno

titi

k Benang Tengah (B.T)

B.A = Benang BawahB.B = Benang Atas(B.B + B.A) = 2BT

D = BB – BA

Perbedaan tinggi

(BT BelakangKurang

BT Muka)

atau Benang tengah II D.MukaD.Belakang

∑DBelakang(m) Muka(m) Belakang(m)Muka(m

)P10

1,5 1,5101,370 1,380 24 00

-0,011,610 1,620 24 00

P1’2,980 3,000 48 00

1,97 0,4851,920 0,410 12 50

1,4852,025 0,560 15 00

P2’3,945 0,970 27 50

0,12 2,3900,015 2,280 21 50

-2,270,230 2,500 22 00

P3’0,245 4,780 43 50

1,035 1,1500,940 1,000 19 50

-0,1151,135 1,200 20 00

P4’2,075 2,200 39 50

1,010 2,1300,915 2,040 19 00

-1,121,105 2,245 20 50

P5’2,020 4,285 39 50

0,345 2,7950,220 2,575 25 00

-2,450,470 2,920 34 50

P6’0,690 5,495 59 50

0,815 2,4500,681 2,310 26 40

-1,6350,945 2,560 25 00

P7’1,626 4,870 51 40

1,290 1,3401,225 1,275 23 00

-0,051,355 1,410 13 502,580 2,685 36 50

Pulang

no ti

tik Benang Tengah (B.T)

B.A = Benang BawahB.B = Benang Atas(B.B + B.A) = 2BT

D = BB - BA Perbedaan

tinggi(BT Belakang

KurangBT Muka)

atau Benang tengah II D.MukaD.Belakan

g∑D

Belakang(m) Muka(m) Belakang(m) Muka(m)

P10

2,003 0,6151,935 0,550 13 6

+1,3882,071 0,680 13 0

P94,006 1,230 26 6

2,013 0,375 1,945 0,300 13 6 +1,638

Page 11: BAB III Belum Edit Data

2,081 0,450 15 0

P84,026 0,750 28 6

1,760 0,1401,685 0,065 15 0

+1,6201,835 0,215 15 0

P73,520 0,280 30 0

2,015 0,8251,935 0,750 16 0

+1,1902,095 0,900 15 0

P64,050 1,650 31 0

1,350 1,4101,308 1,363 8 5

-0,0601,393 1,458 9 5

P52,700 2,820 18 0

1,030 1,9700,955 1,890 16 0

-0,5401,105 2,050 15 0

P42,060 3,940 31 0

1,800 2,3401,075 2,263 145 0

-0,5402,525 2,418 15 5

P33,600 4,680 160 5

0,899 1,6680,824 1,593 15 0

-0,7690,974 1,744 15 1

P21,798 3,336 30 1

0,675 1,7080,615 1,655 12 0

-1,0330,735 1,761 10 6

P11,350 3,416 22 6

0,520 1,310

0,475 1,265 9 0

-0,790P10

0,565 1,355 9 0

1,040 2,620 18 0

3.6.1.2. Pembahasan

PERGI

Contoh pada patok(P1)menuju (P2)

BB (belakang) = 1,730 m BB (muka) = 0,620 m

BT (belakang) = 1,795 m BT (muka) = 0,680 m

BA (belakang) = 1,860 m BA (muka) = 0,740m

BA + BB = 3,590m BA + BB = 1,360 m

Page 12: BAB III Belum Edit Data

Jarak (D) = 100 x (BA - BB)

= 100 x (1,860 m – 1,730 m) + 100 x (0,740

m – 0,620 m)

= 25 meter

Beda tinggi = BT (belakang) - BT (muka)

= 1,795 m – 0,680 m

= +1,115 meter

PULANG

Contoh pada patok (P1)menuju (P10)

BB (belakang) = 0,475 m BB (muka) = 1,265 m

BT (belakang) = 0,520m BT (muka) = 1,310 m

BA (belakang) = 0,565 m BA (muka) = 1,355 m

BA + BB = 1,040 m BA + BB = 2,620 m

Page 13: BAB III Belum Edit Data

Jarak (D) = 100 x (BA - BB)

= 100 x (0,565 m – 0,475 m) + 100 x (1,355

m – 1,265 m)

= 18 meter

Beda tinggi = BT (belakang) - BT (muka)

= 0,520 m – 1,310 m

= -0,790 meter

Rata-rata Beda Tinggi P1 = 1,115 + (-0,790)

3.6.1.3. Data Pengukuran Waterpass Beda Tinggi dan Jarak

2

= 0,1625 meter

Page 14: BAB III Belum Edit Data

Pembahasan

No. Titik Beda TinggiTinggi TitikDar

iKe Pergi Pulang

Rata rata

Koreksi

Definitif

P1 P2 1,115 -1,033 1,074 +0,163 1,237110,000

111,237P2 P3 0,749 -0,769 0,759 +0,163 0,922

112,198P3 P4 0,623 -0,540 0,582 +0,163 0,744

112,902 P4 P5 0,938 -0,940 0,939 +0,163 1,101

114,004 P5 P6 0,060 -0,060 0,060 +0,163 0,223

114,226P6 P7 -1,181 1,190 -1,185 +0,163 -1,023

113,203P7 P8 -1,620 1,620 -1,620 +0,163 -1,498

111,746P8 P9 -1,640 1,638 -1,639 +0,163 -1,477

110,269P9 P10 -1,389 1,388 -1,389 +0,163 -1,226

109,043P10 P1 0,798 -0,790 0,794 +0,163 0,957

110,000JUMLAH -1,626 0

Page 15: BAB III Belum Edit Data

Diketahui : kesalahan = kf = -1,626

jumlah titik = n = 10

Ditanya : koreksi tiap titik = kx = ?

Jawab : koreksi tiap titik = kx = -( kf

n )

= -( 1 ,62610 )

= -0,163 meter

Tanda koreksinya negatif agar dapat menutup kesalahan (yang memiliki

tanda positif) pada data.

Diketahui :

Tinggi titik P1 = + 110,000m

Rata-rata P1 – P2 = +1,074 m

Koreksi = +0,163 m

Definitif = +1,074 m + 0,163 m

= + 1,237 m

Tinggi titik P2 = + 110,000m +definit di P2

= + 110,000m +(1,237m)

= +111,237m

Perhitungan dilanjutkan sampai pada titik terakhir. Perhitungan

dapat dikatakan benar jika tinggi titik akhir ditambah definitif beda tinggi

titik akhir-awal besarnya sama dengan titik awal.

3.7. Pengukuran cara Profil/Melintang

Page 16: BAB III Belum Edit Data

Gambar 1.2 Pengukuran waterpass cara profil/melintang

Penampang melintang yaitu penampang vertikal yang membuat

tegak lurus pada garis sumbu suatu kerja.

Pada daerah yang relatif datar, satu profil melintang mungkin

dengan satu kali kedudukan alat. Namun, pada daerah yang

mempunyai topografi curam atau bergelombang tidak cukup

dengan sekali berdiri alat, mungkin dua kali atau lebih. Adapun

cara hitungan dan penggambarannya

pada prinsipnya sama dengan penggambaran profil memanjang,

hanya skala jarak dan tinggi disini diambil sama.

Peralatan yang digunakan untuk membuat potongan

melintang adalah level dan pita ukur. Data yang diperlukan dalam

penampang melintang adalah jarak antar patok dan elevasi titik

centerline jalan (As jalan). Apabila untuk selokan, data yang

diperlukan adalah jarak antar patok, elevasi as saluran, elevasi as

tanggul kiri dan elevasi tanggul kanan.

Pada penampang melintang skala yang dibuat sama untuk kedua arah baik vertikal maupun horisontal. (http://www.scribd.com/dieranggas/d/49244791-Laporan-iut-baru)

Page 17: BAB III Belum Edit Data

Dalam mencari benang tengah dan jarak dalam waterpass melintang, cara yang dilakukan sama dengan waterpass memanjang, yaitu :

BenangTengah= Benang atas+Benang bawah2

Jarak = (Benang atas – Benang bawah) x 100

jika mencari beda tinggi, hal pertama yang perlu diketahui adalah

tinggi pesawat, yaitu jarak dari waterpass sampai kepatok.

Sehingga dapat diperoleh rumus :

Beda tinggi = Tinggi pesawat- Benang tengah

Untuk masing-masing titik. Dan untuk mencari elevasi, dapat

dicari dari elevasi masing-masing titik pada table data waterpass

memanjang. Lalu ditambahkan atau dikurangi dengan beda

tingginya sesuai dengan tanda pada beda tingginya. Jika beda

tinggi (+), maka ditambahkan, dan jika beda tinggi (-), maka

dikurangkan

Page 18: BAB III Belum Edit Data

3.7.1. Metode Pengukuran cara Profil/Melintang

Langkah pengukuran sebagai berikut:

Untuk pelaksanaan praktikum, kelompok kami harus mengukur penampang melintang sebanyak 10 patok.

Pengukuran penampang melintang dilakukan dengan cara mendirikan alat di belakang patok sejauh dua meter

Langkah selanjutnya melakukan centering pada alat.

Kemudian tembak 5 titik situasi di sekitar patok dengan jarak masing-masing titik dua sampai lima meter.

Setelah data diolah, penggambaran penampang memanjang dibuat dengan skala horizontal 1 : 200 dan skala vertikal 1 : 100.

Page 19: BAB III Belum Edit Data

3.7.2. Data Pengukuran Waterpass Profil/Melintang

TE

MP

AT

AL

AT

NO

TIT

IK

Benang

tengah

(BT)m

Benang Tengah II

: 1/2

(BB+BA)(controle)

Ben Baw Ben Atas

(BB+BA)m

Jarak atau

100(BB-BA)

m

Koreksi

Tinggi Terhadap Titik nol

Garis Vizir (V)

(V=T+BT)m

Titik(T)

(T=V-BT)m

P1

A 1,370 1,370 2,740 3,000 0 109,954P1 1,324 1,324 2,648 2,200 0 111,324 110,000B 1,060 1,060 1,060 5,000 0 110,264 C 2,130 2,130 2,130 1,000 0 109,194D 2,100 2,130 2,130 9,000 30 109,224

P2

A 1,349 1,349 2,698 3,200 0 111,172P2 1,286 1,287 2,574 2,000 1 112,521 111,235B 1,816 1,1855 3,651 5,100 0,5 110,705C 1,836 1,8365 3,673 5,700 0,5 110,685D 1,835 1,836 3,672 14,800 1 110,686

P3

A 1,278 1,277 2,554 10,400 1 112,157 B 1,315 1,3155 2,631 5,500 0,5 113,435 112,12P3 1,278 1,2775 2,555 2,100 0,5 112,157C 1,073 1,073 2,146 5,200 0 112,362D 0,830 0,8305 1,661 5,900 0,5 112,605

P4

A 1,724 1,713 3,426 4,600 11 112,5215P4 1,3465 1,3465 2,693 1,700 0 114,2455 112,899B 1,565 1,561 3,122 6,200 4 112,6805C 1,398 1,398 1,398 10,200 0 112,8475D 1,722 1,7225 1,7225 15,500 0,5 112,5235

P5

A 1,465 1,4655 2,931 2,500 0,5 113,874P5 1,338 1,3375 1,3375 1,900 0,5 114,001 B 1,411 1,4125 1,4125 5,500 1,5 115,339 113,928 C 1,138 1,138 1,138 10,400 0 114,201D 1,340 1,3425 1,3425 15,500 2,5 113,999

P6

A 1,384 1,3835 2,767 2,700 0,5 114,033

P6 1,193 1,193

52,387 1,900 0,5 115,417 114,224

B 1,409 1,409

2,818 5,200 0 114,088

C 1,425 1,4265 2,853 10,300 1,5 113,992D 1,657 1,669 3,338 4,800 12 113,760

Page 20: BAB III Belum Edit Data

P7

A 1,246 1,2455 2,491 3,100 0,5 113,776P7 1,820 1,825 3,650 19,000 5 115,022 113,202B 1,329 1,3295 2,659 5,300 0,5 113,693C 1,295 1,2965 2,593 9,900 1,5 113,727D 1,413 1,414 2,828 15,000 1 113,609

P8

A 1,070 1,0675 2,135 10,500 9,5 111,764 B 1,065 1,0655 2,131 5,500 0,5 112,834 111,769P8 1,089 1,0895 2,179 1,900 0,5 111,745C 1,275 1,275 2,550 5,400 0 112,559

D 1,30

01,300 2,601 10,300 0,5 111,534

P9

A 1,190 1,150 2,300 1,000 40 110,318B 1,231 1,252 2,504 5,400 21 110,277

P9 1,239 1,233 2,466 2,000 6 111,508 110,269C 1,270 1,270 2,540 5,000 0 110,238D 1,225 1,225 2,451 10,100 0,5 110,283

P10

A 1,286 1,288 2,576 10,400 85 108,960 B 0,929 0,926 1,852 4,800 3 110,246 109,317P10

1,203 1,203 2,406 2,000 0 109,043

C 1,200 1,200 2,400 5,000 0 109,046 D 1,210 1,210 2,420 10,000 0 109,036

Page 21: BAB III Belum Edit Data

3.7.2.1. Pembahasan

Waterpass Profil melintang dimisalkan profil di titik P1 :

Titik P1:

BT = 1,324 m

Garis vizir (V) = t + BT , dimana t = tinggi permukaan air tanah

terhadap air laut

Garis vizir diambil dari titik P1

V = t + BT

= +110.000+ 1,324

= +111,324meter

Kemudian mencari tinggi titik P1.A

BT = 1,370 m

t = V - BT

= 11,324m – 1,370m

= 109,954 meter

Titik-titik yang lain dilakukan dengan perhitungan yang sarna.