Upload
nguyendieu
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB IV
PEMBAHASAN
1.1 Gambaran Umum
A. Sejarah singkat KPKNL Gorontalo
KPKNL Gorontalo dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 445/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kanwil DJPLN sebagaimana telah diubah dengan KMK No. 425/KMK.01/2002.
Walaupun dasar Hukum pembentukan KPKNL Gorontalo sejak tahun 2002,
KPKNL Gorontalo secara resmi berdiri baru pada bulan Desember Tahun 2005.
Pada awal berdirinya KPKNL Gorontalo bernama Kantor Pelayanan
Piutang dan Lelang Negara (KP2LN) Gorontalo.KP2LN Gorontalo merupakan
unit pelayanan pada Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara
(DJPLN).Pada tahun 2006 berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
131/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan
terjadilah reorganisasi di lingkungan Departemen Keuangan yang menyebabkan
perubahan nomenklatur dan Tugas Pokok dan Fungsi dari DJPLN menjadi
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN).
Perubahan tersebut berimbas pada perubahan instansi vertikal yang berada
di bawah DJPLN, yaitu perubahan KP2LN Gorontalo berubah menjadi KPKNL
Gorontalo berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.01/2006
2
tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara.
KPKNL Gorontalo merupakan instansi vertikal di bawah Kanwil XVI
DJKN Manado yang mempunyai tugas melaksanakan pelayanan di bidang
kekayaan negara, penilaian, piutang negara dan lelang.
B. Tugas, Fungsi dan Wewenang KPKNL Gorontalo
Tugas dan fungsi KPKNL sesuai dengan PMK No.135/PMK.01/2006
tanggal 22 Desember 2006 adalah :
1. Inventarisasi, pengadministrasian, pendayagunaan, pengamanan kekayaan
negara;
2. Registrasi, verifikasi dan analisa pertimbangan permohonan pengalihan serta
penghapusan kekayaan negara;
3. Registrasi penerimaan berkas, penetapan, penagihan, pengelolaan barang
jaminan, eksekusi, pemeriksaan harta kekayaan milik penanggung
hutang/penjamin hutang;
4. Penyiapan bahan pertimbangan atas permohonan keringanan jangka waktu
dan/atau jumlah hutang, usul pencegahan dan penyanderaan penanggung
hutang dan/atau penjamin hutang, serta penyiapan data usul penghapusan
piutang negara;
5. Pelaksanaan pelayanan penilaian;
6. Pelaksanaan pelayanan lelang;
3
7. Penyajian informasi di bidang kekayaan Negara, penilaian, piutang Negara
dan lelang;
8. Pelaksanaan penetapan dan penagihan piutang negara serta pemeriksaan
kemampuan penanggung hutang atau penjamin hutang dan eksekusi barang
jaminan;
9. Pelaksanaan pemeriksaan barang jaminan milik penanggung hutang atau
penjamin hutang serta harta kekayaan lain;
10. Pelaksanaan bimbingan kepada Pejabat Lelang;
11. Inventarisasi, pengamanan dan pendayagunaan barang jaminan;
12. Pelaksanaan pemberian pertimbangan dan bantuan hukum pengurusan
piutang negara dan lelang;
13. Verifikasi dan pembukuan penerimaan pembayaran piutang negara dan hasil
lelang;
14. Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
Untuk mewujudkan pertanggung jawaban atas penyelenggaraan tugas dan
fungsi KPKNL, sebagai pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999
disusun laporan akuntabilitas kinerja KPKNL Gorontalo untuk setiap tahun
anggaran. Dengan tersusunnya laporan akuntabilitas KPKNL Gorontalo
diharapkan para pelaksana tugas KPKNL Gorontalo dapat semakin terdorong dan
termotivasi untuk meningkatkan kinerja dengan demikian sasaran dan tujuan
sebagaimana digariskan dalam visi dan misi dapat tercapai. Selain itu, diharapkan
4
pula berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan akan dapat dievaluasi, sehingga
untuk pelaksanaan selanjutnya dapat berjalan dengan lebih baik lagi.
Kantor Pelayanan Keuangan dan Lelang Negara Gorontalo mempunyai
daerah wewenang sebagai berikut :
a. Gorontalo (Kota Gorontalo)
b. Kab. Gorontalo
c. Kab. Bonebolango
d. Kab. Pohuwato
e. Kab. Boalemo
f. Kab. Gorut
5
C. Struktur Organisasi
Sumber data: KPKNL Gorontalo, 25 Februari 2013
Kelompok JabatanFungsional
KEPALA
KANTOR
WahyuPurnomo
Mohamad Abdul Rochim
Totok Hartanto Joko Susanto Gatot Tri Wahyu Mulia Supriyono Wiji Yudiharso
Kasi Pelayanan Lelang Kasi Piutang Negara Kasi Penilaian Kasi PKN
Kasubbag Umum
Kasi HI
6
1. Susunan Organisasi KPKNL
Susunan organisasi pada KPKNL sebagaimana diatur dalam Pasal 32
PMK.102/PMK.01/2008 adalah sebagai berikut :
a) Sub Bagian Umum
Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha,
rumah tangga, dan pengkoordinasian penyelesaian temuan hasil
pemeriksaan aparat pengawasan fungsional, penyiapan bahan penyusunan
rencana strategik dan laporan akuntabilitas, serta penatausahaan,
pengamanan, pengawasan barang milik negara di lingkungan KPKNL.
b) Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penetapan status
penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penghapusan,
pemindahtanganan, bimbingan teknis, pengawasan dan pengendalian,
penatausahaan dan penyusunan daftar barang milik negara/kekayaan negara.
c) Seksi Pelayanan Penilaian
Mempunyai tugas melakukan penilaian yang meliputi identifikasi
permasalahan, survei pendahuluan, pengumpulan dan analisa data,
penerapan metode penilaian, rekonsiliasi nilai serta kesimpulan nilai dan
laporan penilaian untuk kepentingan penilaian kekayaan negara, sumber
daya alam, real properti, properti khusus dan usaha serta penilaian atas
permintaan badan hukum pemerintah dan penilaian terhadap obyek-obyek
penilaian yang diamanatkan oleh Undang-Undang atau Peraturan
Pemerintah.
7
d) Seksi Piutang Negara
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penetapan dan penagihan
piutang negara serta pemeriksaan kemampuan penanggung hutang dan/atau
penjamin hutang, pemblokiran, eksekusi barang jaminan dan/atau harta
kekayaan lain, pemberian pertimbangan keringanan hutang, pengusulan
pencegahan keluar wilayah Republik Indonesia, pengusulan dan
pelaksanaan paksa badan, penyiapan pertimbangan penyelesaian atau
penghapusan piutang negara, inventarisasi piutang negara, pemeriksaan
barang jaminan milik penanggungan hutang, serta inventarisasi, registrasi,
pengamanan, pendayagunaan, dan pemasaran barang jaminan.
e) Seksi Hukum Dan Informasi
Mempunyai tugas melakukan registrasi dan penatausahaan berkas kasus
piutang negaara, pencatatan surat permohonan lelang, penyajian informasi,
pemberian pertimbangan dan bantuan hukum kekayaan negara, penilaian,
pengurusan piutang negara dan lelang, serta verifikasi penerimaan
pembayaran piutang negara dan hasil lelang.
f) Seksi Pelayanan Lelang
Mempunyai tugas melakukan pemeriksaan dokumen persyaratan lelang dan
dokumen obyek lelang, penyiapan dan pelaksanaan lelang, pembuatan
salinan, petikan dan grosse risalah lelang, pelaksanaan superintendesi
Pejabat Lelang serta pengawasan Balai Lelang dan pengawasan lelang pada
Perum Pegadaian dan lelang kayu kecil oleh PT. Perhutani (Persero).
8
g) Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai
dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan
perundang- undangan yang berlaku.
2. Komposisi Sumber daya Manusia
Sumber daya manusia yang terdapat pada KPKNL Gorontalo sebanyak
26 pegawai, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1.1. sumberdaya manusia berdasrkan pangkat/golongan
Sumber: KPKNL Gorontalo,25 februari 2013
1
10
15
0 0
2
4
6
8
10
12
14
16
Gol. IV Gol. III Gol. II Gol. I
SDM berdasarkan Pangkat/Golongan
Gol. IV
Gol. III
Gol. II
Gol. I
9
Tabel 1.2. SDM berdasrkan Jabatan
Sumber data: KPKNL Gorontalo, 25 februari 2013
Tabel 1.3. SDM berdasarkan pendidikan
Sumber data: KPKNL Gorontalo, 25 Februari 2013
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Eselon III Eselon IV Pelaksana
1
6
19
SDM berdasar Jabatan
Eselon III Eselon IV Pelaksana
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
S2 S1 DIII DI SMA
4
9
8
3
2
SDM berdasarkan Pendidikan
S2
S1
DIII
DI
SMA
10
Tabel 1.4. komposisi pegawai perseksi
Sumber data: KPKNL Gorontalo, 25 februari 2013
2. Capaian Kinerja
A. Pengelolaan Kekayaan Negara
Jumlah Satker yang terdaftar per tahun 2012 sebanyak 402 Satker,
yang berupa instansi vertikal, Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
Jumlah Satker yang telah melakukan Rekonsiliasi BMN tepat
waktu sebanyak 251 Satker, sedangkan Satker yang telah melakukan
Rekonsiliasi BMN per 31 Agustus 2012 sebanyak 341 Satker.
Permohonan pengelolaan kekayaan negara tepat waktu termasuk
pemanfaatan aset idle per 31 Agustus 2012:
1. Penetapan Status Penggunaa BMN 5 Surat
2. Pemanfaatan BMN 3Surat (Nilai Utilisasi mencapai
5
4 4 4 4 4
0
1
2
3
4
5
6
Sub Bagian Umum
Hukum dan Informasi
Pengelolaan Kekayaan
Negara
Pelayanan Lelang
Pengurusan Piutang Negara
Pelayanan Penilaian
Komposisi Pegawai Per Seksi
11
Rp. 1.655.612.000)
3. Penghapusan/Pemindahtangan BMN 39 Surat
B. Seksi Pelayanan Penilaian
Jumlah pelaksanaanpenilaian dalam rangka penyusunan LKPP 27
Laporan.
Jumlah pelaksanaan penilaian dalam rangka pemindahtanganan BMN
49 Laporan.
Jumlah pelaksanaan penilaian dalam rangka pengurusan piutang
negara 43 Laporan.
Jumlah pelaksanaan penilaian dalam rangka pemindahtanganan
(Penghapusan/Penjulan Aset) BMD 63 Laporan.
Jumlah pelaksanaan penilaian dalam rangka penyusunan neraca
keuangan pemerintah daerah (LKPD) 727 laporan.
(data per 31 Agustus 2012)
C. Piutang Negara
Piutang Negara yang Dapat Diurus:
BKPN : 233 berkas
Besarnya : Rp 6.231.031.647,00
Jumlah BKPN yang dapat diselesaikan:
BKPNLunas :33 berkas
BKPN Selesai : 1 berkas
12
PSBDT : 8 berkas
Realisasi Penerimaan :
PNDS : Rp. 979.314.519 (89,03%)
Bidang PPN : Rp. 97.275.301 (75,72%)
(Data per 31 Agutus 2012)
D. PENGURUSAN PERKARA
Data perkara berdasarkan tingkat pengadilan
Pengadilan Negeri : 4 Perkara
Pengadilan Tinggi (Banding) : 2 Perkara
Mahkamah Agung (Kasasi) : 3 Perkara
Peninjauan Kembali (PK) : 1 Perkara
Sudah terealisasi sebanyak 4 kasus bersifat in kracht van bewijs
(200 %)
(Data per 31 Agustus 2012)
13
E. PELAYANAN LELANG
Jumlah pokok lelang : Rp 12.169.335.000,00
Jumlah frekuensi lelang : 182 kali
Jumlah Bea Lelang : Rp 242.905.960,00
Bea Lelang KPKNL : Rp 90.955.050,00
Bea Lelang Pegadaian : Rp151.950.910,00
(Data per 31 Agustus 2012)
4.2. Peran KPKNL dalam pengelolaan dan pengurusan Piutang Macet
Pemerintah
4.2.1. Peran dalam Melakukan Pelayanan
KPKNL (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang) Gorontalo
merupakan unit pelayanan di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
(DJKN) yang mempunyai tugas dalam menyelenggarakan pelayanan publik di
bidang administrasi, pengelolaan dan penilaian kekayaan negara serta pengurusan
piutang Negara dan lelang di wilayah Provinsi Gorontalo. Dalam melaksanankan
peran pelayanan KPKNL Gorontalo berpedoman pada kebijakan yang telah
ditetapkan oleh Kantor Pusat DJKN, dengan berpedoman pada Undang- Undang
No. 49 Prp Tahun 1960 Tentang Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN), Untuk
menyelesaikan piutang macet pada instansi pemerintah sebagaimana di
maksudkan dalam Pasal 12 ayat 1 sebagai berikut:
“Instansi-instansi Pemerintah dan Badan-badan Negara yang dimaksudkan
dalam pasal 8 Peraturan ini diwajibkan menyerahkan piutang-piutangnya
14
yang adanya dan besarnya telah pasti menurut hukum akan tetapi
penanggung hutangnya tidak mau melunasi sebagaimana mestinya kepada
Panitia Urusan Piutang Negara”
Berdasarkan pasal 12 ayat 1 UU No. 49 Prp. Tahun 1960 di atas jelas
bahwa dalam menjalankan perannya KPKNL harus bisa mengakomodir semua
piutang Macet yang ada di provinsi Gorontalo, hal ini untuk dapat di selesaikan.
Adapun hasil penelitian yang dapat dijelaskan bahwa pihak
kreditur/Disperindangkop menyerahkan pengurusan piutang macet kepada
KPKNL Gorontalo. Dalam hal penyerahan piutang macet tersebut dinyatakan
dapat diterima pengurusannya, maka KPKNL Gorontalo menerbitkan Surat
Penerimaan Pengurusan Piutang Negara (SP3N), memberikan surat panggilan,
membuat Pernyataan Bersama, Penetapan Jumlah Piutang Negara (PJPN),
melaksanakan penagihan dengan Surat Paksa, melaksanakan penyitaan dengan
menerbitkan Berita Acara Penyitaan.
Latar belakang dibentuknya Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN)
didasarkan atas kenyataan pada saat itu, dimana sangat banyak piutang Negara
atau dana-dana Negara yang dikeluarkan oleh pemerintah, baik itu merombak
struktur perekonomian, peningkatan pembangunan maupun untuk usaha
mendukung stabilitas nasional. Tapi ternyata sebagian besar dana-dana tersebut
tidak kembali ke kas Negara.
Mengingat bahwa jika penarikan kembali dana tersebut melalui proses
pengadilan mekanismenya kurang efektif (memakan waktu lama), maka
dipandang perlu untuk membentuk suatu Panitia yang khusus bertugas mengurus
15
pengembalian piutang Negara tersebut, dan tentunya di dukung oleh ketentuan-
kententuan Undang-Undang yang telah di sebutkan diatas.
KPKNL Gorontalo adalah kantor pelayanan publik yang seharusnya
memberikan pelayanan secara sungguh-sungguh untuk menjalankan tugas dan
fungsi serta peranya dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik (good
governance). Kinerja dan pelayanan publik yang dilaksanakan KPKNL Gorontalo
didasari oleh nilai-nilai Kementerian Keuangan yaitu Integritas, Profesionalisme,
Sinergi, Pelayanan dan Kesempurnaan demi kepuasan para pengguna jasa serta
mendukung Visi dan Misi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara( DJKN) yang
pada akhirnya akan bermuara pada pencapaian visi dan misi Kementerian
Keuangan selaku instansi vertikal di atasnya.
Harapan akan terciptanya Tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance) dan akuntabel merupakan perwujudan dari cita-cita Pemerintah yang
tertuang dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN)
Nomor 63/Kep/M.PAN/7/2003 tanggal 10 Juli 2003 tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik yang menyatakan bahwa prinsip pelayanan
publik meliputi Kesederhanaan, Kejelasan, Kepastian Waktu, Akurasi, Keamanan,
Tanggung Jawab, Kelengkapan Sarana dan Prasarana, Kemudahan Akses,
Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan serta Kenyamanan.
Kalaupun berbicara pada pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik
yang berkaitan langsung dengan Kejelasan dan kepastian waktu, tentunya dalam
pelayanan seperti halnya pengurusan piutang macet di Disperindangkop-PM Kota
16
Gorontalo oleh KPKNL, hal ini harus dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab
di karenakan sudah diserahkan pengurusannya ke KPKNL untuk dapat
diselesaikan, namun harapan ini seakan sirna di karenakan masih banyaknya
piutang macet yang di serahkan belum dapat di tagih secara keseluruhan dengan
dalih keterbatasn Sumber Daya Manusia (SDM), sehingga harus membutuhkan
waktu dalam penyelesaianya. Sedangkan dilain pihak seperti dalam wawancara
penulis dengan Pihak terkait mengatakan bahwa kendalanya adalah banyak
berkas-berkas yang sudah terendam banjir seperti yang dikemukakan oleh Kepala
Bidang Koperasi Disperindangkop – PM. Sepertinya sulit untuk melakukan
identifikasi ulang Debitur sehingga hal ini dapat di usulkan ke KPKNL untuk
melakukan penghapusan piutang.
4.2.2. Peran Dalam Melakukan Pengurusan Piutang
Pengurusan Piutang Negara yang dilaksanakan oleh panitia urusan piutang
negara (PUPN) berdasarkan Undang-Undang No.49 Prp Tahun 1960 tentang
Panitia Urusan Piutang Negara merupakan upaya pemerintah R.I. untuk
melakukan pengamanan keuangan negara. Panitia tersebut beraggotakan unsur-
unsur dari departemen keuangan, kejaksaan, kepolisian, dan pemerintah daerah
yang di ketuai oleh unsur departemen keuangan R.I.1
Berdasarkan pasal 12 Undang-Undang No. 49 Prp Tahun 1960 tentang
Panitia Urusan Piutang Negara, Instansi pemerintah diwajibkan menyerahkan
piutang-piutangnya yang adanya dan besarnya telah pasti menurut hukum akan
tetapi penanggung hutangnya tidak mau melunasi sebagaimana mestinya.
1 Kementrian Keuangan R.I
17
Berikut adalah Proses penyerahan Piutang Macet yaitu:
1. Penerimaan berkas
Penyerah piutang menyerahkan berkas kredit macet disertai resume dan
dokumen-dokumen pengurusannya. Dalm hal berkas telah memenuhi
persyaratan dan dari hasil penelitian berkas dapat di buktikan adanya dan
besarnya piutang negara PUPN cabang menerima penyerahan pengurusan
puitang Negara (SP3N).
2. Panggilan
Panggilan ditujukan kepada debitur atau penjamin hutang. Pemanggilan
dilakukan sampai dua kali apabila pada panggilan pertama yang bersagkutan
tidak bisa datang
3. Pernyataan bersama
Pernyataan bersama dalam hal debitur datang menghadap dilakukan
wawancara untuk didengar keterangannya mengenai kebenaran adanya dan
besarnya piutang serta upaya yang akan dilakukan dalam menyelesaikan
kredit macetnya. Disamping itu juga untuk mengetahui latar belakang
terjadinya kredit macet atas nama yang bersagkutan. Berdasrkan tanya jawab
dibuatkan pernyataan bersama yang berisi pengakuaan hutang, rincian
hutang, kesanggupan dan cara penyelesaian hutang serta sanksi jika tidak
memenuhi cara penyelesaian hutang.
18
4. Penetapan jumlah piutang negara (PJPN)
Dalam hal debitur tidak memenuhi panggilan diterbitkan surat keputusan
PJPN yang berisi pertimbangan dan dasar hukum penerbitan PJPN, dan
rinciaan hutang.
5. Penyampaiaan surat paksa
Surat paksa dibuat agar debitur segera menyelesaikan hutang dalam
waktu 1X 24 jam.
6. Penyitaan barang jaminan dan harta kekayaan
Penyitaan barang jaminan dilakukan apabila setelah 1x24 jam sejak
dikeluarkan surat paksa debitur belum juga menyelesaikan hutang. Tujuaan
penyitaan yaitu untuk menguasai atau mengamankan.
7. Penjualan barang jaminan/ lelang
Lelang atau penjualan barang jaminan dilakukan apabila debitur tidak
memilki itikad untuk menyelesaikan hutang atau debitur mengangsur hutang
tetapi tidak proporsional dengan jumlah hutang. Lelang dilaksanakan oleh
pejabat lelang KPKNL. Hasil lelang melunasi atau mengurangi sisa hutang
debitur.
19
8. Penebusan/ pencairan barang jaminan
Penebusan barang jaminan dilaksanakan apabila ada permohonan dari
debitur atau pemilik barang jaminan untuk menebus salah satu atau seluruh
barang jaminan.
9. Penarikan pengurusan piutang negara
Penarikan pengurusan piutang negara dilakukan berdasarkan
permohonan dari pihak penyerah piutang.
4.2.3. Peran Inventarisasi Aset Negara
Pada dasarnya, Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan
pengecekan antara data administratif BMD dengan kondisi fisik BMD yang
bersangkutan. Maksud inventarisasi adalah untuk mengetahui jumlah dan nilai
serta kondisi BMD yang sebenarnya, yang dikuasai Pengguna Barang maupun
Kuasa Pengguna Barang atas suatu obyek barang. Sedang penilaian adalah suatu
proses kegiatan penelitian yang selektif didasarkan pada data/fakta yang obyektif
dan relevan dengan menggunakan metode/teknik tertentu untuk memperoleh nilai
barang milik daerah.
Tujuan inventarisasi BMD
1. Menginventarisasi dan mengamankan seluruh BMD pada SKPD yang
hingga saat ini belum terinventarisasi dengan baik sesuai peraturan
perundang-undangan;
20
2. Menyajikan nilai koreksi BMD pada Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah
3. Melakukan sertifikasi BMD atas nama Pemerintah Daerah.
Sehingga dalam melakukan pengolongan aset dan dapat diketahui secara
pasti jumlah aset yang dimiliki hal ini sangat baik jika di data secara baik dan
benar namun kenyataanya sampai pada saat ini belum dapat terlaksana dengan
baik, sehingga perlu ada suatu pola tersendiri dalam penataanya.
4.3. Bagaimana Proses Penyelesaian Piutang Macet
4.3.1. Perjanjian Kredit
Perjanjian kredit merupakan perjanjian konsensuil antara Debitur dengan
Kreditur (dalam hal ini Disperindagkop) yang melahirkan hubungan hutang
piutang, dimana Debitur berkewajiban membayar kembali pinjaman yang
diberikan oleh Kreditur, dengan berdasarkan syarat dan kondisi yang telah
disepakati oleh para pihak.
Dalam Buku III KUH Perdata tidak terdapat ketentuan yang khusus
mengatur perihal Perjanjian Kredit. Namun dengan berdasarkan asas kebebasan
berkontrak, para pihak bebas untuk menentukan isi dari perjanjian kredit
sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum,
kesusilaan, dan kepatutan. Dengan disepakati dan ditandatanganinya perjanjian
kredit tersebut oleh para pihak, maka sejak detik itu perjanjian lahir dan mengikat
para pihak yang membuatnya sebagai undang-undang.
21
Sehingga Pengertian yang lebih mapan untuk kegiatan perbankan di
Indonesia telah dirumuskan dalam Undang – Undang Pokok Perbankan No. 7
Tahun 1992 yang menyatakan bahwa kriteria bank adalah penyediaan uang /
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan /
kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melaksanakan dengan jumlah bunga sebagai
imbalan.
Dalam praktek sehari – hari pinjaman kredit dinyatakan dalam bentuk
perjanjian tertulis baik dibawah tangan maupun secara materiil. Dan sebagai
jaminan pengaman, pihak peminjam akan memenuhi kewajiban dan menyerahkan
jaminan baik bersifat kebendaan maupun bukan kebendaan. Sebenarnya sasaran
kredit pokok dalam penyediaan pinjaman tersebut bersifat penyediaan suatu
modal sebagai alat untuk melaksanakan kegiatan usahanya sehingga kredit ( dana
bank ) yang diberikan tersebut tidak lebih dari pokok produksi semata.2
4.3.2. Pengurusan Piutang
Pengurusan Piutang Negara yang dilaksanakan oleh panitia urusan piutang
negara (PUPN) berdasarkan Undang-Undang No.49 Prp Tahun 1960 tentang
panitia urusan piutang negara merupakan upaya pemerintah R.I. untuk melakukan
pengamanan keuangan negara. Panitia tersebut beraggotakan unsur-unsur dari
2 Teguh P. Mulyono, Manajemen Perkreditan Komersil Yogyakarta ,BPFE, 1987
22
departemen keuangan, kejaksaan, kepolisian, dan pemerintah daerah yang di
ketuai oleh unsur departemen keuangan R.I.3
Berdasarkan pasal 12 Undang-Undang No. 49 Prp Tahun 1960 tentang
Panitia Urusan Piutang Negara, Instansi pemerintah diwajibkan menyerahkan
piutang-piutangnya yang adanya dan besarnya telah pasti menurut hukum akan
tetapi penanggung hutangnya tidak mau melunasi sebagaimana mestinya.
Berikut adalah Proses penyerahan Piutang Macet yaitu:
1. Penerimaan berkas
Penyerah piutang menyerahkan berkas kredit macet disertai resume
dan dokumen-dokumen pengurusannya. Dalm hal berkas telah memenuhi
persyaratan dan dari hasil penelitian berkas dapat di buktikan adanya dan
besarnya piutang negara PUPN cabang menerima penyerahan pengurusan
puitang Negara (SP3N).
2. Panggilan
Panggilan ditujukan kepada debitur atau penjamin hutang.
Pemanggilan dilakukan sampai dua kali apabila pada panggilan pertama
yang bersagkutan tidak bisa datang
3. Pernyataan bersama
Pernyataan bersama dalam hal debitur datang menghadap dilakukan
wawancara untuk didengar keterangannya mengenai kebenaran adanya
dan besarnya piutang serta upaya yang akan dilakukan dalam
menyelesaikan kredit macetnya. Disamping itu juga untuk mengetahui
3 Kementrian Keuangan R.I
23
latar belakang terjadinya kredit macet atas nama yang bersagkutan.
Berdasrkan tanya jawab dibuatkan pernyataan bersama yang berisi
pengakuaan hutang, rincian hutang, kesanggupan dan cara penyelesaian
hutang serta sanksi jika tidak memenuhi cara penyelesaian hutang.
4. Penetapan jumlah piutang negara (PJPN)
Dalam hal debitur tidak memenuhi panggilan diterbitkan surat
keputusan PJPN yang berisi pertimbangan dan dasar hukum penerbitan
PJPN, dan rinciaan hutang.
5. Penyampaiaan surat paksa
Surat paksa dibuat agar debitur segera menyelesaikan hutang dalam
waktu 1X 24 jam.
6. Penyitaan barang jaminan dan harta kekayaan
Penyitaan barang jaminan dilakukan apabila setelah 1x24 jam sejak
dikeluarkan surat paksa debitur belum juga menyelesaikan hutang.
Tujuaan penyitaan yaitu untuk menguasai atau mengamankan
7. Penjualan barang jaminan/ lelang
Lelang atau penjualan barang jaminan dilakukan apabila debitur tidak
memilki itikad untuk menyelesaikan hutang atau debitur mengangsur
hutang tetapi tidak proporsional dengan jumlah hutang. Lelang
dilaksanakan oleh pejabat lelang KPKNL. Hasil lelang melunasi atau
mengurangi sisa hutang debitur.
8. Penebusan/ pencairan barang jaminan
24
Penebusan barang jaminan dilaksanakan apabila ada permohonan dari
debitur atau pemilik barang jaminan untuk menebus salah satu atau
seluruh barang jaminan.
9. Penarikan pengurusan piutang negara
Penarikan pengurusan piutang negara dilakukan berdasarkan
permohonan dari pihak penyerah piutang.
4.3.3. Cara Penagihan
Prisip pertama yang dianut dalam pengurusan piutang negara adalah Due
Process of law , debitur dipanggil untuk diberi kesempatan menyampaikan bukti
terkait dengan utangnya dan cara penyelesaiannya.
Apabila debitur sepakat mengenai jumlah utang dan cara penyelesaiannya
(mengangsur atau membayar sekaligus), maka dibuat Pernyataan Bersama (PB).
Jika PB tidak dapat dibuat karena alasan yang sah, maka DJKN/ PUPN
menerbitkan Penetapan Jumlah Piutang Negara (PJPN).
Apabila debitor tidak mampu melunasi, di tawarkan opsi penyelesaian lain
seperti:
Debitor diberi kesempatan Menjual Sendiri barang jaminan;
Penjamin hutang diberi kesempatan melakukan penebusan;
Kemungkinan diberikan fasilitas Restrukturisasi oleh penyerah piutang di
tarik dari PUPN terlebih dahulu.
25
Selain pendekantan Non-Eksekusi, PUPN/ DJKN memiliki kewenangan
untuk melakukan penagihan sekaligus dengan surat paksa melalui penerbit surat
paksa, penyitaan, dan pelelangan barang jaminan.
Kewengan lain yang dimiliki PUPN /DJKN dalam penagihan piutang
negara yaitu melalui:
Pencegahan berpergian ke luar negeri;
Pemblokiran harta kekayaan lain, termasuk pemblokiran dan peyitaan
rekening di bank; serta
Paksa badan.
4.3.4. Prosedur penyelesaian Piutang
Dalam upaya mendapatkan hasil penagihan yang optimal dengan proses
yang cepat dan efisien, PUPN tentu tidak akan semata-mata melakukan eksekusi
barang jaminan atau melakukan paksa badan kepada Penanggung Hutang, apalagi
terhadap Penanggung Hutang yang bersikap kooperatif. Untuk itu, Panitia Urusan
Piutang Negara juga mengenal pendekatan Non Eksekusi yang diharapkan dapat
memberikan hasil yang lebih optimal dibandingkan dengan hasil yang diperoleh
dari pendekatan Eksekusi.
Pengurusan piutang Negara oleh Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN)
pada suatu saat tertentu harus diselesaikan. Penyelesaian proses pengurusan
dimaksud dapat disebabkan karena Penanggung Hutang menyelesaikan
hutangnya, Penyerah Piutang menarik kembali pengurusan piutang negara, PUPN
mengembalikan pengurusan piutang negara, atau PUPN menghentikan sementara
26
pengurusan dengan menerbitkan surat PSBDT (Piutang Sementara Belum Dapat
di Tagih).
Penjelasan atas masing-masing jenis penyelesaian pengurusan piutang
negara sebagai berikut ini.
1. Pelunasan
Salah satu cara penyelesaian pengurusan piutang negara yang paling
diharapkan terjadi adalah pelunasan hutang Penanggung Hutang.
Pelunasan hutang tersebut dapat ditempuh dengan berbagai cara, yaitu
pembayaran baik secara sekaligus maupun angsuran, penebusan barang
jaminan oleh Penjamin Hutang, dan penjualan barang jaminan dan/atau
harta kekayaan lain milik Penanggung Hutang baik melalui lelang maupun
tidak melalui lelang.
2. Penarikan Pengurusan Piutang Negara
Salah satu cara penyelesaian pengurusan piutang negara secara
administrasi adalah penerbitan Surat Pernyataan Piutang Negara Selesai
(SPPNS) oleh PUPN. SPPNS tersebut diterbitkan apabila Penyerah
Piutang menarik pengurusan piutang negara dari PUPN. Penarikan
pengurusan tersebut hanya dapat dilakukan bila memenuhi persyaratan dan
proses penarikan yang telah ditentukan.
3. Pengembalian Pengurusan Piutang Negara
Walaupun Surat Penerimaan Pengurusan Piutang Negara telah terbit,
Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) dimungkinkan untuk
mengembalikan pengurusan Piutang Negara kepada Penyerah Piutang.
27
Pengembalian pengurusan ini juga termasuk dalam jenis penyelesaian
pengurusan secara administrasi.
4. Piutang Negara Sementara Belum Dapat Ditagih
Jenis terakhir dari penyelesaian pengurusan piutang Negara secara
administrasi adalah penghentian sementara pengurusan oleh Panitia
Urusan Piuang Negara (PUPN). Penghentian sementara tersebut ditandai
dengan terbitnya pernyataan Piutang Negara Sementara Belum Dapat
Ditagih (PSBDT).
Jadi dalam proses penyelesaian piutang macet saat ini Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Gorontalo diharapkan bisa fokus pada
piutang Macet pemerintah sesuai dengan apa yang telah dikeluarkan surat
keputusan MK No.77/PUU-IX/2011 yang diharapkan bisa lebih tanggap dalam
mengurus dan menggelola harta kekayaan negara seperti tertuang dalam undang-
undang serta Kepmen yang masi berlaku saat ini. Hal ini dimaksudkan agar
pengelolaannya bisa efektif dan efisien.
Berdasarkan hasil wawancara dengan dengan Kasi Piutang dan Lelang
menyangkut dengan kendala yang dihadapi dalam proses penyelesaian piutang
macet pemerintah adalah sebagai brikut, Barang jaminan sulit laku terjual melalui
lelang, ini disebabkan oleh beberapa hal, Yaitu:4
4 Kasi piutang dan lelang KPKNL Gorontalo
28
1. Barang jaminan milik pihak ketiga dan sampai saat ini masih dihuni/ atau
di kuasai oleh pihak ketiga, sehingga ada kekhawatiran dari calon
pembeli sulit untuk menguasai barang jaminan.
2. Tanah atau bagunan yang dijadikan jaminan mempunyai masalah hukum.
Masalah yang seringkali muncul adalah barang jaminan tersebut
merupakan tanah warisan yang pengalihan hak-nya tidak dilakukan
secara benar
3. Barang jaminan tidak dilengkapi dengan dukomen yang kuat. Sebagian
tanah yang dijadikan jaminan hanya dengan menyertakan SKPT (Surat
Pendaftran Tanah) tanpa disertai adanya sertifikat tanah.
4. Lokasi barang jaminan sangat jauh dari pusat kota sehingga sangat tidak
Marketable.
5. Terdapat barang jaminan berupa SKPT yang sudah di tingkatkan ke Hak
Milik sehingga debitur tidak memperdulikan lagi hutangnya.
6. Banyak debitur yang sudah meninggal dunia dan ahli warisnya sudah
tidak dikethui keberadaannya.
7. Barang jaminan tidak jelas keberadaanya.
4.3.5. Penghapusan Piutang
Dalam rangka mempercepat penyelesaian piutang macet yang telah diurus
secara optimal oleh Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN), Pemerintah R.I.
dapat melakukan penghapusan Piutang Negara/ Daerah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara
Penghapusan Piutang Negara/Daerah, penghapusan piutang negara/daerah terdiri
29
dari Penghapusan Secara Bersyarat dan Penghapusan Secara Mutlak, kecuali
piutang yang cara penyelesaiannya diatur tersendiri.
Penghapusan Secara Bersyarat dilakukan dengan menghapuskan piutang
negara/ daerah dari pembukuan tanpa menghapuskan hak tagih negara/daerah.
Penghapusan Secara Mutlak dilakukan dengan menghapuskan hak tagih
negara/daerah. Penghapusan ini dapat diusulkan setelah lewat 2 (dua) tahun
penetapan Penghapusan Secara Bersyarat.
Penghapusan piutang negara/daerah hanya dapat dilakukan setelah piutang
tersebut diurus secara optimal oleh Panitia Urusan Piutang Negara yang
ditunjukkan dengan penerbitan surat Piutang Negara Sementara Belum Dapat di
Tagih (PSBDT).
Tabel 1.6 Prosedur Penghapusan Piutang
Sumber: KPKNL Gorontalo, 25, Februari 2013