Batu Saluran Kemih

Embed Size (px)

DESCRIPTION

batu saluran kemih

Citation preview

TINJAUAN PUSTAKA

Ren (Ginjal)Ren atau ginjal adalah sepasang organ berbentuk seperti kacang merah yang terletak di belakang rongga abdomen, satu di setiap sisi kolumna vertebralis sedikit di atas garis pinggang, yaitu di regio lumbalis dextra dan sinistra. Ren mengolah plasma yang mengalir masuk ke dalamnya untuk menghasilkan urin, menahan bahan tertentu serta mengeliminasi bahan yang tidak di perlukan ke urin. Fungsi spesifik dari ren sebagian besar di tujukan untuk mempertahankan kestabilan lingkungan cairan internal, antara lain mempertahankan keseimbangan H2O di dalam tubuh; mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion cairan ekstra sel, yaitu Na+, Cl-, K+, HCO3-, Ca++, Mg++, So4--, Po4---, dan H+; memelihara volume plasma yang sesuai; membantu memelihara keseimbangan asam basa tubuh; memelihara osmolaritas (konsentrasi zat terlarut) berbagai cairan tubuh; mengekskresikan (eliminasi) produk sisa (buangan) dari metabolisme tubuh; mengekskresikan banyak senyawa asing; mensekresikan renin dan eritropoietin; serta mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya. ginjal mempunyai suatu satuan fungsional berukuran mikroskopik yang disebut nefron, yang di satukan satu sama lain melalui suatu jaringan ikat.1

Anatomi1. Ren terletak di dalam rongga retroperitoneal abdomen di samping vertebra lumbal atas. Membentang dari setinggi vertebra Thoracal 11-12 sampai lumbal 3. Ren dextra lebih rendah letaknya dari ren sinistra, karena tertekan oleh hepar. Ren mempunyai dua buah kutub yaitu superior yang mempunyai glandula suprarenalis, dan inferior. Ren juga mempunyai dua permukaan: di anterior yang berlekuk dan di posterior yang rata. Selain itu ren mempunya dua tepi: tepi lateral yang berbentuk cembung, dan tepi medial yang berbentuk cekung dan mempunyai suatu hilus renalis, tempat masuk keluarnya pembuluh darah arteri dan vena, limfe, dan saraf. Ren di lindungi oleh costa sebelas dan dua belas (bagian belakang) dan jaringan penyokong ginjal. Bila di lihat dari dalam ke luar, ada capsula renalis yang melekat pada ren, capsula adipose yaitu lemak perirenal, fascia renalis, dan juga lemak pararenal yang berfungsi sebagai bantalan karena lemak agar ren tetap pada tempatnya. Potongan frontal ren mempunyai dua lapisan yaitu bagian terang di luar yang di sebut cortex renalis, serta bagian dalam yang di sebut medulla renalis dan terdiri atas piramid-piramid renalis. Di ujung piramid renalis terdapat papilla renalis. Bagian cortex yang masuk ke piramid tersebut di namakan columna renalis. Satu lobus ginjal terdiri dari satu piramis renalis dan satu columna renalis. Dalam satu ren, biasanya terdapat 5 sampai 11 lobus. Papilla renalis bermuara di calyx minor lalu membentuk suatu calyx major. Dari situ, ada suatu bagian superior ureter yang melebar yang di sebut pelvis renalis. 2. Jaringan ikat yang meliputi ren dikenal sebagai fascia renalis, terpisah dari capsula fibrosa renalis oleh lemak perirenal (corpus adiposum perirenale) yang di hilum renale bersinambung dengan lemak dalam sinus renalis. Disebelah luar fascia renalis terdapat lemak pararenal (corpus adiposum pararenale) yang paling jelas disebelah dorsal ren.2

Persarafan pada ren di atur oleh susunan saraf simpatis yaitu plexus renalis. Ukuran ren sekitar 10-12 cm panjang, lebarnya 4-6 cm, dan tebalnya sekitar 3,5-5 cm.VaskularisasiRen diperdarahi terutama oleh pembuluh darah arteri renalis dan vena renalis. Berikut merupakan jalur pembuluh dari dari tubuh ke ren dan keluar lagi ke tubuh: aorta abdominalis arteri renalis 5 arteri segmentalis arteri lobaris arteri arcuata arteri interlobularis afferent arteriole glomerulus efferent arteriole peritubullar capillaries dan vasa recta vena inter lobularis vena arcuata vena interlobaris vena renalis vena cava inferior.2,3

Batu Saluran KemihDefinisiBatu saluran kemih adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan atau infeksi. Batu bisa terbentuk di dalam ginjal maupun di kandung kemih. Proses pembentukan batu disebut urolitiasis.4 Batu ini terbentuk dari pengendapan garam kalsium, magnesium, asam urat, atau sistein.5BSK dapat berukuran dari sekecil pasir hingga sebesar buah anggur. Batu yang berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan gejala dan biasanya dapat keluar bersama dengan urine ketika berkemih. Batu yang berada di saluran kemih atas (ginjal dan ureter) menimbulkan kolik dan jika batu berada di saluran kemih bagian bawah (kandung kemih dan uretra) dapat menghambat buang air kecil.6Insiden Penelitian yang dilakukan Hardjoeno dkk tahun 2002-2004 di RS dr.Wahidin Sudirohusodo Makasar berdasarkan jenis kelamin tertinggi adalah laki-laki 79,9 %, wanita 20,1%. Analisis jenis batu berdasarkan kelompok umur: kalsium oksalat 50-60 tahun, batu asam urat 60-65 tahun dan batu struvit 20-55 tahun.7 RSUP Sanglah Denpasar tahun 2007 jumlah pasien rawat inap BSK 113 orang, berdasarkan umur tertinggi 46-60 tahun 39,8%, jenis kelamin tertinggi adalah laki-laki 80,5%. Di RS Amerika kejadian batu ginjal dilaporkan 7-10 pasien untuk 1000 pasien RS dan insidens dilaporkan 7-21 pasien untuk 10.000 orang dalam setahun.7EtiologiTerbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin (fimosis, BPH, refluks vesicouretra), gangguan metabolik (hiperkalsuria, hiperuremia), infeksi saluran kemih, benda asing (kateter), dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang belum terungkap (idiopatik).

Faktor Resiko Secara epidemiologis terdapat 2 faktor yang dapat memepengaruhi terjadinya pembentukan batu, yaitu:1. Faktor intrinsik: faktor yang berasal dari tubuh : umur, jenis kelamin, keturunan Jenis kelamin : pasien laki-laki : perempuan = 4: 1 disebabkan oleh: anatomis saluran kemih pada laki-laki yang lebih panjang secara alamiah didalam air kemih laki-laki kadar kalsium lebih tinggi dan pada air kemih perempuan kadar sitrat (inhibitor) lebih tinggi laki-laki memiliki testosterone yang meningkatkan produksi oksalat endogen di hati estrogen pada perempuan yang mampu mencegah agregasi garam kalsium. Umur: terbanyak penderita BSK di negara Barat adalah 20-50 tahun, di Indonesia umur 30-60 tahun. Penyebab pastinya belum diketahui, kemungkinan disebabkan perbedaan faktor sosial ekonomi, budaya, dan diet.9 Herediter: belum diketahui pasti. Penyakit ini diduga diturunkan oleh orang tuanya.

2. Faktor ekstrinsik: faktor yang berasal dari lingkungan sekitar. geografi, iklim, gaya hidup. Geografi : banyak diderita masyarakat daerah pegunungan. disebabkan sumber air bersih yang dikonsumsi banyak mengandung mineral phospor, kalsium, magnesium, dsb. Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi dari daerah lain sehingga dikenal dengan daerah stone belt (sabuk batu). Contoh daerah stone belt seperti india, Thailand, Indonesia. Di afrika selatan jarang. Faktor Iklim dan Cuaca : Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh langsung, namun kejadiannya banyak ditemukan di daerah bersuhu tinggi. Temperatur yang tinggi meningkatkan jumlah keringat dan meningkatkan konsentrasi air kemih. Konsentrasi air kemih yang meningkat menyebabkan pembentukan kristal air kemih. Asupan air : Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi dapat meningkatkan angka kejadian batu kemih. Diet/Pola makan: misal diet tinggi purine, oksalat, kalsium Pekerjaan: lebih banyak terjadi pada orang yang banyak duduk dalam pekerjaannya. Kebiasaan menahan BAK: akan menimbulkan statis air kemih yang berakibat timbulnya ISK. ISK yang disebabkan kuman pemecah urea menyebabkan terbentuknya batu struvit.

Teori Pembentukan Batu Saluran Kemih Penyebab pasti pembentukan BSK belum diketahui, oleh karena banyak faktor yang dilibatkannya, sampai sekarang banyak teori dan faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan BSK yaitu : 1. Teori Fisiko Kimiawi Prinsip dari teori ini adalah terbentuknya BSK karena adanya proses kimia, fisika maupun gabungan fisiko kimiawi. Dari hal tersebut diketahui bahwa terjadinya batu sangat dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pembentuk batu di saluran kemih. Berdasarkan faktor fisiko kimiawi dikenal teori pembentukan batu, yaitu:Teori Supersaturasi Supersaturasi air kemih dengan garam pembentuk batu merupakan dasar terpenting dan merupakan syarat terjadinya pengendapan. Bila kelarutan suatu produk tinggi dibandingkan titik endapannya maka terjadi supersaturasi sehingga terbentuk kristal dan akhirnya terbentuk batu. Supersaturasi dan kristalisasi dapat terjadi apabila ada penambahan bahan yang dapat mengkristal yang suatu saat akan terjadi kejenuhan. Tingkat saturasi dalam air kemih dipengaruhi jumlah bahan pembentuk BSK yang larut, kekuatan ion, pembentukan kompleks dan pH air kemih.

Teori Matrik Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan mitokondria sel tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Benang seperti laba-laba terdiri dari protein 65%, heksana 10%, heksosamin 2-5% sisanya air. Kristal batu oksalat / kalsium fosfat akan menempel pada anyaman tersebut dan berada di sela-sela anyaman sehingga terbentuk batu yang seiring waktu akan membesar. Matriks tersebut (serum/protein urin (albumin, globulin, mukoprotein) merupakan bahan yang merangsang timbulnya batu.

Teori Tidak Adanya Inhibitor Dikenal 2 jenis inhibitor yaitu organik dan anorganik. Pada inhibitor organik terdapat bahan yang sering terdapat dalam proses penghambat terjadinya batu yaitu asam sitrat, nefrokalsin, dan tamma-horsefall glikoprotein. Inhibitor yang paling kuat adalah sitrat, karena bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat yang larut air. Inhibitor mencegah terbentuknya kristal kalsium oksalat dan mencegah perlengketan kristal kalsium oksalat pada membran tubulus. Sitrat terdapat pada buah-buahan, kadar tertinggi pada jeruk. Pada inhibitor anorganik terdapat pirofosfat dan Zinc.

Teori Epitaksi Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain yang berbeda sehingga akan cepat membesar dan menjadi batu campuran. Keadaan ini disebut nukleasi heterogen dan merupakan kasus yang paling sering yaitu kristal kalsium oksalat yang menempel pada kristal asam urat yang ada.

Teori Kombinasi Banyak ahli berpendapat BSK terbentuk berdasarkan campuran dari beberapa teori yang ada.

Teori Infeksi Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi karena adanya infeksi dari kuman tertentu. Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK adalah teori terbentuknya batu survit dipengaruhi oleh tingginya konsentrasi ammonium, pH air kemih >7 dan reaksi sintesis ammonium dengan magnesium dan fosfat sehingga terbentuk magnesium ammonium fosfat (batu survit) yang bersifat basa misalnya pada bakteri pemecah urea atau urea splitter yang menghasilkan urease yaitu Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus. Teori lain adalah nano bakteria dimana penyebab pembentukan BSK adalah bakteri ukuran kecil berdiameter 50-200 nm yang hidup dalam darah, ginjal dan air kemih. Bakteri ini tergolong gram negatif dan sensitif terhadap tetrasiklin. dinding bakteri tersebut dapat mengeras membentuk cangkang kalsium kristal karbonat apatit dan membentuk inti batu, kemudian kristal kalsium oksalat menempel yang nantinya membesar. 90% penderita BSK mengandung nano bakteria.

2. Teori Vaskuler Pada penderita BSK sering didapat penyakit hipertensi dan kadar kolesterol darah yang tinggi, maka Stoller mengajukan teori vaskuler untuk terjadinya BSK, yaitu :HipertensiPada penderita hipertensi 83% mempunyai perkapuran ginjal sedangkan pada orang yang tidak hipertensi sebanyak 52%. Hal ini disebabkan aliran darah pada papilla ginjal berbelok 180 dan aliran darah berubah dari aliran laminer menjadi turbulensi. Pada penderita hipertensi aliran turbelen tersebut berakibat terjadinya pengendapan ion-ion kalsium papilla (Ranalls plaque).16

KolesterolAdanya kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan disekresi melalui glomerulus ginjal dan tercampur didalam air kemih. Adanya butiran kolesterol tersebut akan merangsang agregasi dengan kristal kalsium oksalat dan kalsium fosfat sehingga terbentuk batu yang bermanifestasi klinis.

Klasifikasi Batu Saluran Kemih 1) Batu kalsium Kalsium adalah batu yang paling banyak menyebabkan BSK (70%-80%). Dijumpai dalam bentuk batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat atau campuran. Terbentuknya batu terkait kadar kalsium yang tinggi di dalam urine atau darah dan akibat dari dehidrasi, overdosis vit D, gangguan kelenjar paratiroid, kanker, penyakit ginjal. Batu kalsium terdiri dari dua tipe : Whewellite (monohidrat): batu padat, konsentrasi as. oksalat tinggi pada air kemih. Kombinasi kalsium - magnesium menjadi weddllite (dehidrat): kuning, mudah hancurFaktor terjadinya batu oksalat adalah sebagi berikut: Hiperkalsiuri : kenaikan kadar kalsium urin > 250-300mg/24jam, disebabkan oleh peningkatan absorbs kalsium melalui usus, gangguan reabsorbsi kalsium oleh ginjal, dan peningkatan reabsorbsi tulang karena hiperparatiroid atau tumor paratiroid. Hiperoksaluri : peningkatan ekskresi oksalat > 45 gram/ hari, banyak diderita oleh penderita yang mengalami kelainan usus karena post operasi, diet kaya oksalat, (teh, kopi instant, minuman soft drinks, kokoa, jeruk, sitrun, dan sayuran hijau terutama bayam.) Hiperurikosuri : kadar asam urat urin > 850mg/ 24 jam. Asam urat urin yang berlebihan bertindak sebagai inti batu terhadap pembentukan batu kalsium oksalat. Sumber asam urat urin berasal dari makanan kaya purin maupun berasal dari metabolisme endogen. Hipositraturia : sitrat berikatan dengan kalsium di dalam urin sehingga calsium tidak lagi terikat dengan oksalat maupun fosfat, karenanya merupakan penghambat terjadinya batu tersebut. Kalsium sitrat mudah larut sehingga hancur dan dikeluarkan melalui urin. Hipomagnesia, magnesium juga merupakan penghambat seperti halnya sitrat. Penyebab tersering hipomagnesuria ialah penyakit inflamasi usus diikuti gangguan malabsorbsi.

2) Batu asam uratTerjadi pada 5-10% penderita dengan komposisi asam urat. biasanya berusia > 60 tahun. Batu asam urat dibentuk hanya oleh asam urat. Gout arthritis, mieloproliferative, penggunaan kemoterapi, obat urikosurik sulfinpirazone, thiazide, salisilat.pasien obesitas, alkoholik, diet tinggi protein, hiperurikosurik dan dehidrasi berpeluang besar menderita BSK ini, karena meningkatkan ekskresi asam urat sehingga pH air kemih menjadi rendah. Ukuran batu bervariasi dari kecil, besar hingga membentuk staghorn (tanduk rusa). Batu asam urat ini adalah batu yang dapat dipecah dengan obat. 90% berhasil dengan kemolisis.

3) Batu struvit (magnesium-amonium fosfat) Batu struvit disebut juga batu infeksi, terbentuknya batu ini disebabkan adanya ISK. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan kuman pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman yang termasuk pemecah urea di antaranya adalah : Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus. Ditemukan sekitar 15-20% pada penderita BSK ditandai dengan kadar amoniak urin tinggi, sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Pada batu struvit volume air kemih yang banyak sangat penting untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari fosfat. 4) Batu Sistin Batu Sistin terjadi saat kehamilan, disebabkan gangguan ginjal, kelainan metabolism sistin yaitu kelainan absorpsi sistin di mukosa usus.. Merupakan batu yang jarang dijumpai dengan insiden 1-2%. Reabsorbsi asam amino, sistin, arginin, lysin dan ornithine berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi. Disebabkan faktor keturunan dan pH urine asam.4 Pembentukan batu dapat terjadi karena urine sangat jenuh, individu yang memiliki riwayat batu sebelumnya, individu yang statis karena imobilitas. Batu lainnya : batu xantin (defisiensi enzim xantin oksidase), triamteren, silikat

Gejala Batu Saluran Kemih : tergantung letak, besar, morfologi batu Rasa NyeriRasa nyeri yang berulang (kolik) tergantung dari lokasi batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan diseluruh area kostovertebrata. Batu di saluran kemih atas menimbulkan kolik. Bila nyeri mendadak jadi akut, nyeri tekan diseluruh area kostovertebratal, disertai mual dan muntah, pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu ureter : nyeri luar biasa, akut, dan kolik ureter yang menyebar ke paha dan genitalia dan urin disertai darah. DemamDemam terjadi karena kuman yang beredar di dalam darah sehingga menyebabkan suhu badan meningkat. Gejala ini disertai jantung berdebar, hipotensi, dan vasodilatasi kulit. InfeksiBerhubungan dengan infeksi sekunder akibat obstruksi dan statis di proksimal sumbatan. Hematuria dan kristaluria Keluhan lain : takikardia Batu kecilBisa tidak bergejala dan dapat keluar sendiri bersama air seni. Batu berukuran besar atau menyumbat ureter, pelvis renalis, tubulus renalis menimbulkan sumbatan aliran air seni, gejalanya antara lain : Rasa belum puas sehabis miksi (Sensation of incomplete bladder emptying) Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri akan terperangkap di dalam urin yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi saluran kemih Jika penyumbatan berlangsung lama, urin akan mengalir balik ke saluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang membuat hidronefrosis dan akhirnya kerusakan ginjal. Retensi urine disebabkan obstruksi fungsional dan mekanis. Gejala iritatif disebabkan oleh karena pengosongan vesica urinaria yang tidak sempurna pada saat miksi, sehingga vesica sering berkontraksi meskipun belum penuh. Gejalanya ialah Frequency, Nokturia (Volume vesica urinaria tiba-tiba terisi penuh yaitu pada cuaca dingin, mengkonsumsi minuman yang mengandung diuretikum (alkohol, kopi), Urgency, Disuria. Diagnosis1. Pemeriksaan laboratorium Batu yang tidak bergejala, diketahui secara tidak sengaja pada urin rutin (pH, BJ, sedimen) untuk menentukan hematuri, leukosituri, kristaluria Lab darah : darah rutin (hb, ht, leukosit, trombosit) kadar kalsium, sistin, asam urat Kultur urin : menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea Faal ginjal : mencari kemungkinan penurunan fungsi ginjal dan persiapan IVP Kadar elektrolit : mencari faktor penyebab timbulnya BSK2. Radiografi sinar X abdomen : melihat batu di ginjal, ureter dan kandung kemih. dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi dan membedakan klasifikasi batu yaitu dengan: densitas tinggi menunjukan batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat, densitas semiopak menunjukan batu struvit, sistin dan campuran, densitas lusen menunjukan batu asam urat, xanthin, triamteren. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan batu di dalam maupun diluar ginjal. USG : menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan adanya obstruksi. diperlukan pada wanita hamil dan pasien yang alergi kontras radiologi. Keterbatasannya adalah kesulitan menunjukan batu ureter, dan tidak dapat membedakan batu klasifikasi dan radiolusen. IVP : menilai anatomi dan fungsi ginjal. Jika IVP belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat penurunan fungsi ginjal, penggantinya adalah pielografi retrograd. Kontraindikasi pada alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita hamil. Urogram : deteksi batu lusen sebagai filling defect (batu asam urat, xanthin), lokasi batu dalam system kolectikus, menunjukan kelainan anatomis. Analisa urin mikroskopik untuk adanya eritrosit yang banyak, terjadi infeksi (leukositosis, hematuria, bakteriuria, nitrit urine (+). pH urine : batu sistin dan asam urat terbentuk jika pH < 6,0. batu fosfat dan struvit pada pH urine > 7,2. CT scan : menghasilkan gambar yang lebih jelas tentang ukuran dan lokasi batu.Diagnosis banding1. Kolik ginjal dan ureter2. Appendicitis akut (bila lokasi nyeri di kanan)3. Kolik saluran cerna4. Kolik empedu5. Adneksitis pada perempuan6. Karsinoma epidermoid (hematuri tanpa rasa nyeri)7. Batu ginjal: Tumor ginjal, Tumor Grawitz8. Batu ureter : tumor ureter (radiolusen)9. Batu buli : tumor buli (radiolusen)10. Batu prostat (rontgen kumpulan pasir di daerah prostat. Pada RT seperti kesan ca prostat)

Penatalaksanaan Tujuan dasar penatalaksanaan BSK adalah menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi. Batu dapat dikeluarkan dengan medikamentosa, pemberian obat, tanpa operasi, dan pembedahan terbuka.a. Medikamentosa Indikasi : batu berdiameter < 5 mm, diharapkan batu dapat keluar tanpa intervensi medis.cara : mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentu yang merupakan bahan utama pembentuk batu (kalsium) yang efektif mencegah pembentukan batu atau meningkatkan ukuran batu yang ada. Beberapa cara yaitu : Minum paling sedikit 8 gelas air sehari. Minum banyak cairan meningkatkan aliran kemih dan menurunkan konsentrasi pembentuk batu dalam air kemih Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium selulosa fosfat. Hindari makanan yang kaya oksalat (bayam, coklat, kacang-kacangan, merica dan teh). Diet rendah purin seperti daging, ikan dan unggas Batu kalsium diet rendah kalsium mis : susu, keju, sayur daun hijau Kontrol berkala pembentukan batu baru Hindari soft drink lebih dari 1 liter/minggu Diet rendah natrium (80-100 mg/hari) perbaiki reabsorpsi kalsium proximal sehingga terjadi pengurangan eksresi natrium dan kalsium. Pembatasan masukan kalsium tak dianjurkan karena penurunan kalsium intestinal bebas menimbulkan peningkatan absorpsi oksalat oleh pencernaan, peningkatan eksresi oksalat dan meningkatkan saluran kalsium oksalat air kemih. Diet kalsium rendah merugikan pasien dengan hiperkalsiuria idiopatik karena keseimbangan kalsium negative akan memacu pengambilan kalsium dari tulang dan ginjal

b. Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan Analgesia untuk meredakan nyeri dan mengusahakan batu keluar sendiri secara spontan. Propantelin untuk mengatasi spasme ureter. Kolik: injeksi spasmolitik: atropine 0.5 1 mg i.m untuk dewasa. Infeksi: antibiotic kotrimoksazol 2 x 2 tablet atau amoksisilin 500 mg peroral 3 x sehari untuk dewasa. Atau golongan lain. Contohnya pada batu struvit Obat diuretik thiazid (misalnya trichlormetazid) : mengurangi pembentukan batu yang baru. Kalium sitrat 20 mEq tiap malam/minum jeruk nipis atau lemon sesudah makan malam meningkatkan kadar sitrat di dalam air kemih Allopurinol : mengurangi pembentukan asam urat

c. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)11,12Tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL mengurangi keharusan melakukan prosedur invasif dan menurunkan lama rawat inap di rs.Indikasi : Batu di dalam pelvis renalis atau bagian ureter paling atas yang berukuran 2.5 cm Fungsi ginjal masih baikKontraindikasi Gangguan koagulasi Kehamilan Aneurisma aorta ISK yang tidak terobati Gambaran batu dengan ESWL tak mungkin Obstruksi traktus urinarius besar

d. Endourologi Tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan BSK yang terdiri atas memecah batu, dan mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung ke saluran kemih. melalui uretra / melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa tindakan endourologi adalah :i. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy): mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem kalies melalui insisi pada kulit. Batu dikeluarkan atau dipecah dahulu menjadi fragmen kecil. ii. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik. Indikasi untuk batu 2,5 cm pada dewasa dan semua ukuran pada anak, batu keras, keluarkan benda asing di kandung kemih, terapi perdarahan kandung kemih yang hebat yang tak bisa ditangani dengan transurethtal.4) Uretrolitotomi : operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di uretra.5) Pielolitotomi : operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di pielum.11,12Indikasi operasi:

Batu > 20 mm Obstruksi sedang / berat Batu di saluran kemih proksimal tidak tersedia alat litotripsor, ESWL batu ginjal di kaliks bila sudah hidrokaliks gangguan fungsi ginjal

batu pelvis yang menyebabkan hidronefrosis, infeksi, nyeri hebat konservatif tidak berhasil (6-8 minggu)

Pencegahan Batu Saluran Kemih Pencegahan

Primer SekunderTersier

Tujuantidak terjadinya BSK dengan mengendalikan faktor penyebab BSKmenghentikan perkembangan penyakit agar tidak menyebar dan mencegah komplikasimencegah tidak terjadi komplikasi sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan intensif

Sasaranbelum pernah menderita BSKtelah menderita penyakit BSK.sudah menderita penyakit BSK agar penyakitnya tidak bertambah berat.

Kegiatanpromosi kesehatan, pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatandiagnosis dan pengobatan dini. (pemeriksaan fisik, laboraturium, radiologis.)rehabilitasi, dan memberikan kualitas hidup sesuai kemampuan

Contoh minum air putih minimal 2 liter per hari. (8-10 gelas sehari) ketika bangun tidur olahraga cukup, Jangan menahan kencing, Pola makan seimbang, menjaga berat badan tetap ideal konseling kesehatan

KomplikasiPerjalanan penyakit obstruksi : di ginjal dan ureter membuat hidronefrosis pionefrosis, kegagalan fungsi ginjal, uremia karena gagal ginjal total. Di buli menyebabkan gangguan aliran kemih dari kedua orificium ureter. Batu uretra menyebabkan hidroureter, diverticulum uretra, ekstravasasi kemih dan terbentuk fistul di proximal batu ureter. infeksi sekunder, iritasi berkepanjangan pada urothelium yang menyebabkan tumbuhnya keganasan berupa karsinoma epidermoid, urosepsis.Akibat terapi Post ESWL : petechiae pada pinggang, hematuri, kolik renal akibat gerakan pasase fragmen batu, renal atrofi pada pasien gangguan renal vascular / aterosklerotik berat, hipertensi akibat hematom perinephric yang luas Post uretratomi externa : striktur uretra Post section Alta : perdarahan, infeksi luka operasi dan fistel

KESIMPULAN

Penanganan batu saluran kemih dilakukan dengan pengenalan sedini mungkin. Tatalaksana awal yang dilakukan adalah evaluasi faktor resiko batu saluran kemih. Terapi diberikan untuk mengatasi keluhan dan mencegah serta mengobati gangguan akibat batu saluran kemih. Pembedahan batu dapat dilakukan baik secara non invasif ataupun terbuka. Yang terpenting adalah pengenalan faktor resiko sehingga diharapkan dapat memberikan hasil pengobatan dan memberikan pencegahan timbulnya batu saluran kemih yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood L. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2001.2. Moore KL, Agur AM. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates; 2002.3. Mescher AL. Junqueiras Basic Histology Text and Atlas. 12th ed. Singapore: McGraw Hill Lange; 2009.4. Syamsuhidayat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2nd ed. Jakarta : EGC; 2004.5. Sabiston, David C. Infeksi Saluran Kemih, Buku Ajar Ilmu Bedah. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2005.6. Purnomo BB. Batu saluran kemih. Dasar-dasar urologi. Edisi 2. Jakarta: CV. Sagung Seto; 2007.7. Sudoyo AW, Setiyohadi B, et al. Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. 4th ed. Jakarta: BP FKUI; 2006.8. Hassan R. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. Jakarta: BP FKUI; 1985.9. Poinier AC. Kidney Stones. Available at: http://www.webmd.com/hw-popup/extracorporeal-shock-wave-lithotripsy-eswl. access on: Desember 24, 201210. Grasso M. Extracorporeal ShockWave Lirhotripsy. Available at: http://www.emedicine.com/med/topic3024.htm. access on: Desember 30th, 2012.11. Terris MK. Pyelolithotomy. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/448503-overview. accessed on september 19th, 2013.12. Guidelines on Urolithiasis. Available at: http://www.uroweb.org/gls/pdf/21_Urolithiasis_LRV4.pdf. accessed on september 19th, 2013.