40
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembesaran prostat benigna atau lebih dikenal sebagai BPH sering diketemukan pada pria yang menapak usia lanjut. Istilah BPH atau benign prostatic hyperplasia sebenarnya merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat. Hiperplasia prostat benigna ini dapat dialami oleh sekitar 70% pria di atas usia 60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80 tahun. Meskipun jarang mengancam jiwa, BPH memberikan keluhan yang menjengkelkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Keadaan ini akibat dari pembesaran kelenjar prostat atau benign prostate enlargement (BPE) yang menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher buli-buli dan uretra atau dikenal sebagai bladder outlet obstruction (BOO). Obstruksi yang khusus disebabkan oleh pembesaran kelenjar prostat disebut sebagai benign prostate obstruction (BPO). Obstruksi ini lama kelamaan dapat menimbulkan perubahan struk-tur buli-buli maupun ginjal sehingga menye-babkan komplikasi pada saluran kemih atas maupun bawah. 1

Bph

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ok

Citation preview

Page 1: Bph

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembesaran prostat benigna atau lebih dikenal sebagai BPH sering

diketemukan pada pria yang menapak usia lanjut. Istilah BPH atau benign

prostatic hyperplasia sebenarnya merupakan istilah histopatologis, yaitu ter-

dapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat. Hiperpla-

sia prostat benigna ini dapat dialami oleh sekitar 70% pria di atas usia 60

tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80

tahun. Meskipun jarang mengancam jiwa, BPH memberikan keluhan yang

menjengkelkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Keadaan ini akibat

dari pembesaran kelenjar prostat atau benign prostate enlargement (BPE)

yang menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher buli-buli dan uretra atau

dikenal sebagai bladder outlet obstruction (BOO). Obstruksi yang khusus

disebabkan oleh pembesaran kelenjar prostat disebut sebagai benign

prostate obstruction (BPO). Obstruksi ini lama kelamaan dapat menim-

bulkan perubahan struk-tur buli-buli maupun ginjal sehingga menye-babkan

komplikasi pada saluran kemih atas maupun bawah.

Keluhan yang disampaikan oleh pasien BPH seringkali berupa LUTS

(lower urinary tract symptoms) yang terdiri atas gejala obstruksi (voiding

symptoms) maupun iritasi (storage symptoms) yang meliputi: frekuensi

miksi meningkat, urgensi, nokturia, pancaran miksi lemah dan sering terpu-

tus-putus (intermitensi), dan merasa tidak puas sehabis miksi, dan tahap se-

lanjutnya terjadi retensi urine. Hubungan antara BPH dengan LUTS sangat

kompleks. Tidak semua pasien BPH mengeluhkan gangguan miksi dan se-

baliknya tidak semua keluhan miksi disebabkan oleh BPH. Banyak sekali

faktor yang diduga berperan dalam proliferasi/pertumbuhan jinak kelenjar

prostat, tetapi pada dasarnya BPH tumbuh pada pria yang menginjak usia

tua dan masih mempunyai testis yang masih berfungsi normal menghasilkan

testosteron. Di samping itu pengaruh hormon lain (estrogen, prolaktin), diet

tertentu, mikrotrauma, dan faktor-faktor lingkungan diduga berperan dalam

1

Page 2: Bph

proliferasi selsel kelenjar prostat secara tidak langsung. Faktorfaktor terse-

but mampu mempengaruhi sel-sel prostat untuk mensintesis protein growth

factor, yang selanjutnya protein inilah yang berperan dalam memacu ter-

jadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat. Fakor-faktor yang mampu

meningkatkan sintesis protein growth factor dikenal sebagai faktor ekstrin-

sik sedangkan protein growth factor dikenal sebagai factor intrinsik yang

menyebabkan hiperplasia kelenjar prostat.

Terapi yang akan diberikan pada pasien tergantung pada tingkat

keluhan pasien, komplikasi yang terjadi, sarana yang tersedia, dan pilihan

pasien. Di berbagai daerah di Indonesia kemampuan melakukan diagnosis

dan modalitas terapi pasien BPH tidak sama karena perbedaan fasilitas dan

sumber daya manusia di tiap-tiap daerah. Walaupun demikian dokter di

daerah terpencilpun diharapkan dapat menangani pasien

BPH dengan sebaik-baiknya. Penyusunan guidelines di berbagai ne-

gara maju ternyata berguna bagi para dokter maupun spesialis urologi dalam

menangani kasus BPH dengan benar.

1.2 Batasan Masalah

Laporan Kasus ini berisi tentang Anamnesa, pemeriksaan fisik, gejala

pasien, serta penatalaksanaan BPH atau benign prostatic hyperplasia.

Laporan ini juga membahas sedikit mengenai BPH secara umum.

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan Laporan Kasus ini bertujuan untuk:

- Melaporkan pasien dengan diagnose BPH.

- Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.

- Memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Bedah

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang RSUD Kanjuruhan

Kepanjen Malang.

2

Page 3: Bph

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Penderita

Nama : Tn. M

Umur : 78 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Gedangan

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : Tamat SMP

Agama : Islam

St.Perkawinan : Menikah

Suku : Jawa

2.2 Anamnesa

Keluhan Utama:

Susah BAK sejak ± 1 tahun yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang:

Sejak ± 1 tahun yang lalu pasien merasakan susah buang air kecil.

Pasien juga merasa susah untuk memulai BAK dan terkadang harus disertai

dengan mengedan untuk buang air kecil, pancaran semakin lama dirasa

melemah dan kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan

lancar kembali. Sebelumnya pasien juga merasakan anyang-anyangen tapi

sekarang menghilang, pasien menceritakan bahwa dirinya sering bekali-kali

ke kamar kecil dikarenakan hasrat ingin buang air kecil akan tetapi saat di

kamar kecil hanya keluar beberapa tetes saja dan merasa kurang puas, selain

itu pasien mengaku sering terganggu tidurnya dikarenakan kekamar mandi

untuk buang air kecil, keluhan yang lain juga kadang terasa menetes padahal

pasien telah buang air kecil 15 menit yang lalu. Kemudian pasien

memeriksakan diri ke dokter dan dipasang kateter. Jika kateter dilepas,

pasien susah BAK. pasien tidak merasakan pusing, mual, muntah, BAB (+)

normal, tidah dirasa nyeri pada daerah tertentu, kencing darah (-), Panas (-),

3

Page 4: Bph

pinggang terasa sakit, kadang-kadang batuk.

Riwayat penyakit dahulu

Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami kejadian serupa seperti

sekarang. tidak ada riwayat kencing keluar batu.

- Diabetes Melitus : disangkal

- Hipertensi : disangkal

- Alergi : disangkal

- Batuk lama : disangkal

Riwayat penyakit keluarga

- Riwayat sakit denga gejala serupa : Tidak diketahui

- Diabetes Melitus : Tidak diketahui

- Hipertensi : Tidak diketahui

- Alergi : Tidak diketahui

Riwayat Kebiasaan

- Makan : 1 x sehari.

- Minum air putih : Jarang.

- Rokok : (+)

- Alkohol : (-)

- Obat tanpa resep dokter : (-)

- Jamu : (-)

- Olahraga : (-)

2.3 Pemeriksaan Fisik

Tanda Vital

Tensi : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit, isi cukup

Pernafasan : 21x/menit, regular

Suhu : 36o C

Kepala

Bentuk : normocephali

Rambut : warna putih beruban, distribusi merata

Mata

Sklera Ikterik : -/-

4

Page 5: Bph

Conjuctiva Anemis : -/-

Telinga

Bentuk : normotia

Secret : -/-

Hidung

Tidak ada deviasi septum

Sekret : -/-

Mulut dan tenggorokan

Bibir : tidak kering dan tidak cyanosis

Tonsil : T1/T1

Pharing : tidak hiperemi

Leher

Trakea lurus di tengah, tidak teraba pembesaran KGB

Paru

Suara nafas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-

Jantung

Auskultasi: Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : abdomen datar, tidak tampak adanya massa

Palpasi : teraba masa kistik pada supra simpisis, defence muskular

Perkusi : timpani.

Auskultasi : bising usus (+) normal

Genitalia

Terpasang DC (+)

Status lokalisata

Pemeriksaan dalam (digital rectal examina-tion) : sfingter ani

mencengkeram kuat, mukosa licin, ampula rectum tidak kolaps, teraba

prostat kenyal, kanan dan kiri tidak simetris, nyeri tekan (-), sulcus

medianus tidak teraba, tidak berbenjol-benjol

2.4 Resume

Pasien Tn.M ♂ umur 78 tahun datang ke poli bedah RSUD

Kanjuruhan Kepanjen dengan keluhan sejak ± 1 tahun yang lalu pasien

5

Page 6: Bph

merasakan susah buang air kecil. Pasien juga merasa susah untuk memulai

BAK, dan terkadang harus disertai dengan mengedan untuk buang air kacil,

pancaran semakin lama dirasa melemah dan kadang pasien mengalami

kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali. Sebelumnya pasien juga

merasakan anyang-anyangen tapi sekarang menghilang, pasien

menceritakan bahwa dirinya sering bekali-kali ke kamar kecil dikarenakan

hasrat ingin buang air kecil akan tetapi saat di kamar kecil hanya keluar

beberapa tetes saja dan merasa kurang puas, selain itu pasien mengaku

sering terganggu tidurnya dikarenakan kekamar mandi untuk buang air

kecil, keluha yang lain juga kadang terasa menetes padahal pasien telah

buang air kecil 15 menit yang lalu. Kemudian pasien memeriksakan diri ke

dokter dan dipasang kateter, BAK melalui kateter, kadang-kadang batuk.

Dari Pemeriksaan dalam didapatkan genitalia terpasang DC, sfingter

ani mencengkeram kuat, mukosa licin, ampula rectum tidak kolaps, teraba

prostat kenyal, kanan dan kiri tidak simetris, nyeri tekan (-), sulcus

medianus tidak teraba, tidak berbenjol-benjol.

2.5 Diagnosis

Diagnosis Kerja

Pembesaran prostat jinak (BPH)

Diagnosis Banding

karsinoma prostat,  Neurogenic bladder, Acute prostatitis.

Dasar Diagnosis

- Anamnesa : sejak ± 1 tahun yang lalu pasien merasakan susah buang air

kecil. Pancaran melemah dan terkadang harus disertai dengan mengedan

- Pada pasien didapatkan Hesitansi, Pancaran lemah, Intermitensi, Miksi

tidak puas, Terminal dribbling, disuria.

6

Page 7: Bph

- IPSS (International Prostate Symptom Score)

Dalam 1 bulan terakhir

Tidak pernah

Kurang dari

sekali dalam lima hari

Kurang dari

setengah

Kadang-kadang (sekitar 50%)

Lebih dari

setengah

Hampir selalu

Skor

1. Seberapa sering anda merasa masih ada sisa selesai kencing?

0 1 2 3 4 5 5

2. Seberapa sering Anda harus kembali kenc-ing dalam waktu ku-rang dari 2 jam sete-lah selesai kencing?

0 1 2 3 4 5 3

3. Seberapa sering Anda mendapatkan bahwa Anda kencing terpu-tus-putus?

0 1 2 3 4 54

4. Seberapa sering tidak bisa menahan keinginan untuk kencing?

0 1 2 3 4 54

5. Seberapa sering pan-caran kencing Anda lemah?

0 1 2 3 4 5 4

6. Seberapa sering Anda harusmengejan untuk mulai kencing?

0 1 2 3 4 54

7. Seberapa sering Anda harus bangun untuk kencing, sejak mulai tidur pada malam hari hingga bangun di pagi hari?

0 1 2 3 4 53

Skor IPSS Total (pertanyaan 1 sampai 7) = 27

Senang sekali

SenangPada

umumnya Puas

Biasa saja

Pada umumnya

tidak puas

Tidak bahagia

Buruk sekali

Seandainya Anda harus enghabiskan sisa hidup dengan fungsi kencing seperti saat ini, agaimana perasaan Anda?

7

Page 8: Bph

- Pemeriksaan dalam    : sfingter ani mencengkeram kuat, mukosa licin,

ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri tidak

simetris, nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-

benjol.

2.6 Diskusi

Berdasarkan data tersebut di atas pasien ini di diagnose pembesaran

prostat jinak (BPH). Hal-hal yang mendukung diagnosis tersebut

berdasarkan anamnesa adalah sejak ± 1 tahun yang lalu pasien merasakan

susah buang air kecil. Pancaran melemah dan terkadang harus disertai

dengan mengedan dan juga pada pasien didapatkan Hesitansi (susah

memulai miksi), Pancaran lemah, Intermitensi (kencing tiba-tiba berhenti

dan lancar kembali), Miksi tidak puas, Terminal dribbling (menetes setelah

miksi), disuria (rasa tidak enak saat kencing). Pemeriksaan dalam   

didapatkan sfingter ani mencengkeram kuat, mukosa licin, ampula rectum

tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri tidak simetris, nyeri tekan

(-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-benjol. Dan di kategorikan

berat karena skor IPSS = 27

Diagnosis banding dari kasus ini adalah karsinoma prostat,

Neurogenic bladder, Acute prostatitis.

Karsinoma prostat dijadikan diagnosis banding didasarkan pada

anamnesa dari pasien merasakan susah buang air kecil. Pasien juga merasa

susah untuk memulai BAK, dan terkadang harus disertai dengan mengedan

untuk buang air kecil, pancaran semakin lama dirasa melemah dan kadang

pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali, dan

disingkirkan dikarenakan pada rectal touser karsinoma prostatharusnya

didapatkan konsistensi prostat keras dan teraba nodul, dan mungkin antara

lobus prostat tidak simetri.

Neurogenic bladder dijadikan diagnosis banding didasarkan pada

anamnesa dari pasien merasakan, pancaran semakin lama dirasa melemah

dan kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan lancar

kembali. keluha lain juga kadang terasa menetes padahal pasien telah buang

air kecil 15 menit yang lalu. akan tetapi disingkirkan dikarenakan pada

8

Page 9: Bph

Neurogenic bladder bisa terjadi akibat Penyakit, Cedera,

Cacat bawaan pada otak, medula spinalis atau saraf yang

menuju ke kandung kemih, saraf yang keluar dari kandung

kemih maupun keduanya, dan itu tidak di dapatkan pada

pasien tersebut.

Acute prostatitis dijadikan diagnosis banding didasarkan pada

anamnesa dari pasien yang menceritakan bahwa dirinya sering bekali-kali

ke kamar kecil dikarenakan hasrat ingin buang air kecil akan tetapi saat di

kamar kecil hanya keluar beberapa tetes saja dan merasa kurang puas, selain

itu pasien mengaku sering terganggu tidurnya dikarenakan kekamar mandi

untuk buang air kecil, akan tetapi Acute prostatitis disingkirkan dikarenakan

pada acute prostatitis sering sering menggigil, demam, sakit di punggung

bawah dan daerah kelamin, nyeri tubuh, dan dibuktikan dengan adanya

infeksi saluran kemih (sebagaimana dibuktikan oleh keberadaan sel-sel

darah putih dan bakteri dalam urin).

2.7 Pemeriksaan Penunjang

USG abdomen

Hepar : tak membesar, tepi reguler. Intensitas echoparenchym

homogen rata. Sistem vaskuler/bilier/porta tak tampak kelainan. Tak tampak

nodul/kista/abses.

Gall Bladder : dinding tak menebal. Tak tampak batu/sludge.

Pancreas/ Lien : kontur normal. Tak tampak klasifikasi/ nodul.

Ren Dextra : ukuran 8,5 x 5,2 cm, intensitas echocortex meningkat.

batas cortex medula kabur. sistema pelviocalyceal tak dilatasi. Tampak kista

pada pole atas tengah dan bawah diameter terbesar 4 cm.

Ren sinistra : ukuran 7,6 x 4,5 cm, , intensitas echocortex meningkat.

batas cortex medula kabur. sistema pelviocalyceal tak dilatasi. Tampak kista

pada pole atas tengah dan bawah diameter terbesar 4 cm.

Ves.Urinaria : dinding tak menebal, tak tampak batu

Prostat : ukuran 6,9 x 5,9 x 5,7 cm-vol 116,5 cm. Tampak sebagian

prostat pada vesica. Echoparenchym homogen. Indentasi dasar buli-buli (+).

9

Page 10: Bph

Kesimpulan:

1. Intra vesica BPH

2. Chronic parenchymal disease bilateral

3. Renal cyst dextra multiple

Penatalaksanaan

1. Non operatif

KIE : Pengaturan gaya hidup yang meliputi, Jangan mengkonsumsi kopi.

Kurangi makanan dan minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi, coklat),

Kurangi makanan pedas atau asin, Jangan menahan kencing terlalu lama

2. Operatif : Pro operasi (open prostatektomi)

10

Page 11: Bph

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pendahuluan

Kelenjar prostat adalah organ tubuh pria yang terletak di sebelah infe-

rior bulibuli dan membungkus uretra posterior.1 Paling sering mengalami

pembesaran, baik jinak maupun ganas.2 Bila mengalami pembesaran, organ

ini membuntu uretra pars prostatika dan menghambat aliran urin keluar dari

buli-buli.1 Benign Prostate Hyperplasia (BPH) merupakan Pembesaran Pro-

stat Jinak (PPJ) yang menghambat aliran urin dari buli-buli.3 Pembesaran

ukuran prostat ini akibat adanya hyperplasia stroma dan sel epitelial mulai

dari zona periurethra.3,4

Gambar 1. Perbedaan aliran urin dari buli-buli pada prostat normal dan

prostat yang mengalami pembesaran Bentuk kelenjar prostat sebesar buah

kenari dengan berat normal pada orang dewasa ± 20 gram. Mc Neal (1976)

membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain: zona perifer,

zona sentral, zona transisional, zona fibromuskuler anterior dan zona peri-

urethra. Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional,

sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona perifer.1,6

3.2 Etiologi dan Patofisiologi

11

Page 12: Bph

Hingga sekarang, penyebab BPH masih belum dapat diketahui secara

pasti,tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat kaitannya den-

gan peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan. Be-

berapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia pro-

stat:1

1. Teori dihidrotestosteron

Pertumbuhan kelenjar prostat sangat tergantung pada hormone testos-

teron. Dimana pada kelenjar prostat, hormon ini akan dirubah menjadi

metabolit aktif dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim 5 α – reduk-

tase. DHT inilah yang secara langsung memicu m-RNA di dalam sel-sel ke-

lenjar prostat untuk mensintesis protein growth factor yang memacu per-

tumbuhan kelenjar prostat. 1

NADPH NADP

Gambar 2. Perubahan Testosteron menjadi Dihidrotesteron oleh enzim

5 α – reduktase1

Pada berbagai penelitian, aktivitas enzim 5 α – reduktase dan jumlah resep-

tor androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat

menjadi lebih sensitif terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak ter-

jadi dibandingkan dengan prostat normal.1

12

Page 13: Bph

Gambar 3. Teori Dihidrotestosteron dalam Hiperplasia Prostat8

2. Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron

Pada usia yang makin tua, kadar testosteron makin menurun, sedan-

gkan kadar estrogen relatif tetap, sehingga perbandingan estrogen : testos-

teron relatif meningkat. Estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya

proliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitivitas

sel-sel prostat terhadap rangsangan hormon androgen,meningkatkan jumlah

reseptor androgen dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat (apopto-

sis). Akibatnya, dengan testosteron yang menurun merangsang terbentuknya

sel-sel baru, tetapi sel-sel prostat yang telah ada mempunyai umur yang

lebih panjang sehingga massa prostat menjadi lebih besar.1

3. Interaksi stroma-epitel

Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan

selsel epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma

melalui suatu mediator (growth factor). Setelah sel stroma mendapatkan

stimulasi dari DHT dan estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth

13

Page 14: Bph

factor yang selanjutnya mempengaruhi sel stroma itu sendiri, yang menye-

babkan terjadinya proliferasi sel-sel epitel maupun stroma.1

4. Berkurangnya kematian sel prostat

Apoptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik homeo-

statis kelenjar prostat. Pada jaringan nomal, terdapat keseimbangan antara

laju proliferasi sel dengan kematian sel. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat

yang apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan

makin meningkat sehingga mengakibatkan pertambahan massa prostat.

Diduga hormon androgen berperan dalam menghambat proses kematian sel

karena setelah dilakukan kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian sel

kelenjar prostat.1

5. Teori sel stem

Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu

dibentuk sel-sel baru. Dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu

sel yang mempunyai kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan

sel ini bergantung pada hormon androgen, dimana jika kadarnya menurun

(misalnya pada kastrasi), menyebabkan terjadinya apoptosis. Sehingga ter-

jadinya proliferasi sel-sel pada BPH diduga sebagai ketidaktepatan aktivitas

sel stem sehingga terjadi produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel

epitel.1

Patofisiologi Hiperplasia Prostat

Pembesaran prostat menyebabkan terjadinya penyempitan lumen ure-

tra pars prostatika dan menghambat aliran urin sehingga menyebabkan

tingginya tekanan intravesika. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli

harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan, menyebabkan ter-

jadinya perubahan anatomik buli-buli, yakni: hipertropi otot destrusor, tra-

bekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Perubahan

struktur pada buli-buli tersebut dirasakan sebagai keluhan pada saluran

kemih bagian bawah atau Lower Urinary Tract Symptoms(LUTS).1

Tekanan intravesika yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli

tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter

ini menimbulkan aliran balik dari buli-buli ke ureter atau terjadinya refluks

14

Page 15: Bph

vesikoureter. Jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter,

hidronefrosis bahkan jatuh ke dalam gagal ginjal.

3.3 Manifestasi Klinis

Anamnesa

1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah

Manifestasi klinis timbul akibat peningkatan intrauretra yang pada

akhirnya dapat menyebabkan sumbatan aliran urin secara bertahap.

Meskipun manifestasi dan beratnya penyakit bervariasi, tetapi ada beberapa

hal yang menyebabkan penderita datang berobat, yakni adanya LUTS.4

Keluhan LUTS terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritatif.

Gejala obstruksi antara lain: hesitansi, pancaran miksi melemah, inter-

mitensi, miksi tidak puas, menetes setelah miksi. Sedangkan gejala iritatif

terdiri dari: frekuensi, nokturia, urgensi dan disuri.1

Untuk menilai tingkat keparahan dari LUTS, bebeapa ahli/organisasi

urologi membuat skoring yang secara subjektif dapat diisi dan dihitung

sendiri oleh pasien.

Sistem skoring yang dianjurkan oleh WHO adalah international Pro-

static Symptom Score (IPSS). Sistem skoring IPSS terdiri atas 7 pertanyaan

yang berhubungan dengan keluhan LUTS dan 1 pertanyaan yang berhubun-

gan dengan kualitas hidup pasien. Dari skor tersebut dapat dikelompokkan

gejala LUTS dalam 3 derajat, yaitu:1,9

Ringan : skor 0-7

Sedang : skor 8-19

Berat : skor 20-35

IPSS (International Prostate Symptom Score)

Dalam 1 bulan terakhir

Tidak pernah

Kurang dari

sekali dalam lima hari

Kurang dari

setengah

Kadang-kadang (sekitar 50%)

Lebih dari

setengah

Hampir selalu

Skor

1. Seberapa sering anda merasa masih ada sisa selesai kencing?

0 1 2 3 4 5 5

2. Seberapa sering Anda harus kembali kenc-

0 1 2 3 4 5

15

Page 16: Bph

ing dalam waktu ku-rang dari 2 jam sete-lah selesai kencing?

3

3. Seberapa sering Anda mendapatkan bahwa Anda kencing terpu-tus-putus?

0 1 2 3 4 54

4. Seberapa sering tidak bisa menahan keinginan untuk kencing?

0 1 2 3 4 54

5. Seberapa sering pan-caran kencing Anda lemah?

0 1 2 3 4 5 4

6. Seberapa sering Anda harusmengejan untuk mulai kencing?

0 1 2 3 4 54

7. Seberapa sering Anda harus bangun untuk kencing, sejak mulai tidur pada malam hari hingga bangun di pagi hari?

0 1 2 3 4 53

Skor IPSS Total (pertanyaan 1 sampai 7) =

Senang sekali

SenangPada

umumnya Puas

Biasa saja

Pada umumnya

tidak puas

Tidak bahagia

Buruk sekali

Seandainya Anda harus enghabiskan sisa hidup dengan fungsi kencing seperti saat ini, agaimana perasaan Anda?

2. Gejala pada saluran kemih bagian atas

Keluhan dapat berupa gejala obstruksi antara lain, nyeri pinggang,

benjolan di pinggang (hidronefrosis) dan demam (infeksi, urosepsis).1

3. Gejala diluar saluran kemih

Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia

inguinalis atau hemoroid, yang timbul karena sering mengejan pada saat

miksi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.1

16

Page 17: Bph

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang penuh dan

teraba massa kistik si daerah supra simpisis akibat retensi urin.1 Pemerik-

saan colok dubur atau Digital Rectal Examination (DRE) merupakan pe-

meriksaan fisik yang penting pada BPH, karena dapat menilai tonus sfingter

ani, pembesaran atau ukuran prostat dan kecurigaan adanya keganasan

seperti nodul atau perabaan yang keras. Pada pemeriksaan ini dinilai be-

sarnya prostat, konsistensi, cekungan tengah, simetri, indurasi, krepitasi dan

ada tidaknya nodul.1,4,9

Colok dubur pada BPH menunjukkan konsistensi prostat kenyal,

seperti meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris, dan tidak didap-

atkan nodul. Sedangkan pada karsinoma prostat, konsistensi prostat keras

dan teraba nodul, dan mungkin antara lobus prostat tidak simetri.1

Gambar 4. Pemeriksaan Colok Dubur5

Pemeriksaan Laboratorium

Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses in-

feksi atau inflamasi pada saluran kemih.1 Obstruksi uretra menyebabkan

bendungan saluran kemih sehingga menganggu faal ginjal karena adanya

penyulit seperti hidronefrosis menyebabkan infeksi dan urolithiasis.1,9 Pe-

meriksaan kultur urin berguna untuk mencari jenis kuman yang menye-

babkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitivitas kuman terhadap be-

berapa antimikroba yang diujikan.

17

Page 18: Bph

Pemeriksaan sitologi urin digunakan untuk pemeriksaan sitopatologi

sel-sel uroteliumyang terlepas dan terikut urin. Pemeriksaan gula darah un-

tuk mendeteksi adanya diabetes mellitus yang dapat menimbulkan kelainan

persarafan pada buli-buli. Jika dicurigai adanya keganasan prostat perlu

diperiksa penanda tumor prostat (PSA).1

Pencitraan

Foto polos perut berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih,

batu/kalkulosa prostat atau menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh

terisi urin, yang merupakan tanda retensi urin. Pemeriksaan IVP dapat men-

erangkan adanya :1

• kelainan ginjal atau ureter (hidroureter atau hidronefrosis)

• memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan dengan

indentasi prostat (pendesakan buli-buli oleh kelenjar prostat) atau

ureter bagian distal yang berbentuk seperti mata kail (hooked fish)

• penyulit yang terjadi pada buli-buli, yakni: trabekulasi, divertikel,

atau sakulasi buli-buli

Pemeriksaan IVP tidak lagi direkomendasikan pada BPH.1 Pemeriksaan

USG secara Trans Rectal Ultra Sound (TRUS), digunakan untuk menge-

tahui besar dan volume prostat , adanya kemungkinan pembesaran prostat

maligna sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi prostat, menen-

tukan jumlah residual urin dan mencari kelainan lain pada buli-buli. Pe-

meriksaan Trans Abdominal Ultra Sound (TAUS) dapat mendeteksi adanya

hidronefrosis ataupun kerusakan ginjal akibat obstruksi BPH yang lama

(purnomo, de jong).

18

Page 19: Bph

Gambar 5. TransRectal Ultra Sound (TRUS)5

Pemeriksaan lain

Pemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan men-

gukur:1,9

- residual urin, diukur dengan kateterisasi setelah miksi atau dengan pe-

meriksaan ultrasonografi setelah miksi

- pancaran urin (flow rate), dengan menghitung jumlah urin dibagi dengan

lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan uroflowmetri.

3.4 Penatalaksanaan

Tujuan terapi:1

- memperbaiki keluhan miksi

- meningkatkan kualitas hidup

- mengurangi obstruksi infravesika

- mengembalikan fungsi ginjal

- mengurangi volume residu urin setelah miksi

- mencegah progressivitas penyakit

1. Watchful waiting

Pilihan tanpa terapi ini untuk pasien BPH dengan skor IPSS<7, yaitu

keluhan

19

Page 20: Bph

ringan yang tidak menganggu aktivitas sehari-hari. Pasien hanya diberikan

edukasi mengenai hal-hal yang dapat memperburuk keluhan :1

- Jangan mengkonsumsi kopi atau alkohol

- Kurangi makanan dan minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi, cok-

lat)

- Kurangi makanan pedas atau asin

- Jangan menahan kencing terlalu lama

2. Medikamentosa

Tujuan:

- mengurangi resistensi otot polos prostat dengan adrenergik α blocker

- mengurangi volume prostat dengan menurunkan kadar hormon testos-

terone melalui penghambat 5α-reduktase

- Selain itu, masih ada terapi fitofarmaka yang masih belum jelas

mekanisme kerjanya.1

3. Operasi

Pasien BPH yang mempunyai indikasi pembedahan:1

- Tidak menunjukkan pebaikan setelah terapi medikamentosa

- Mengalami retensi urin

- Infeksi Saluran Kemih berulang

- Hematuri

- Gagal ginjal

- Timbulnya batu saluran kemih atau penyulit lain akibat obstruksi salu-

ran

- kemih bagian bawah

Jenis pembedahan yang dapat dilakukan:

Transurethral reseksi prostat (TURP)

TURP telah menjadi prosedur umum untuk pembesaran prostat selama

bertahun-tahun, dan merupakan operasi yang dibandingkan perlakuan

lainnya. Dengan TURP, dokter bedah tempat lingkup yang menyala khusus

(resectoscope) ke dalam uretra Anda dan menggunakan alat pemotong kecil

untuk menghapus semua kecuali bagian luar prostat (reseksi prostat. TURP

20

Page 21: Bph

umumnya mengurangi gejala cepat; kebanyakan pria memiliki aliran urin

kuat dalam beberapa hari. Setelah TURP, ada risiko pendarahan, infeksi, dan

Anda mungkin memerlukan kateter untuk menguras kandung kemih Anda

selama tiga sampai lima hari setelah prosedur. Anda akan bisa hanya

melakukan kegiatan ringan sampai Anda sembuh. Prosedur ini umumnya

digunakan untuk mengobati prostat lebih kecil. Namun, lebih baru dan

kurang perawatan invasif (terapi minimal invasif) menjadi lebih umum.

Operasi minimal invasif pada umumnya memiliki risiko yang lebih rendah

dari efek samping atau komplikasi, dan memerlukan waktu pemulihan

kurang dari tidak TURP atau jenis operasi invasive.Meskipun demikian,

TURP masih merupakan pilihan pengobatan terbaik untuk beberapa orang.

Transurethral sayatan dari prostat (TUIP atau TIP)

Operasi ini adalah pilihan jika Anda memiliki kelenjar prostat agak

membesar atau kecil, terutama jika Anda memiliki masalah kesehatan yang

membuat operasi lain terlalu berisiko. Seperti TURP, TUIP melibatkan

instrumen khusus yang dimasukkan melalui uretra. Tapi bukannya

menghilangkan jaringan prostat, ahli bedah membuat satu atau dua luka

kecil di kelenjar prostat untuk membuka saluran di uretra - sehingga lebih

mudah untuk urin melewatinya.

21

Page 22: Bph

Buka prostatektomi

Jenis operasi ini umumnya dilakukan jika Anda memiliki prostat

sangat besar, kandung kemih kerusakan atau faktor komplikasi lain, seperti

batu kandung kemih. Ini disebut terbuka karena ahli bedah membuat sayatan

di perut bagian bawah untuk mencapai prostat. Buka prostatektomi adalah

pengobatan yang paling efektif untuk pria dengan pembesaran prostat yang

parah, tetapi memiliki resiko tinggi efek samping dan komplikasi. Pada

umumnya memerlukan kunjungan singkat di rumah sakit dan berhubungan

dengan risiko tinggi memerlukan transfusi darah.

22

Page 23: Bph

Pembedahan laser operasi.

Laser (juga disebut terapi laser) menggunakan energi laser tinggi

untuk menghancurkan atau menghapus jaringan prostat lebatLaser bedah

umumnya segera meredakan gejala dan memiliki risiko efek samping yang

lebih rendah daripada TURP. Beberapa operasi laser dapat digunakan pada

pria yang tidak harus memiliki prosedur prostat lain karena mereka

mengambil obat pengencer darah.

Pembedahan laser dapat dilakukan dengan berbagai jenis laser dan

dengan cara yang berbeda.

Prosedur Ablatif (termasuk penguapan) menghapus jaringan prostat

menekan uretra dengan membakar begitu saja, sambil aliran urin.

prosedur ablatif dapat menyebabkan iritasi gejala urin setelah operasi

dan mungkin perlu diulang di beberapa titik.

Prosedur Enucleative serupa untuk membuka prostatektomi, tapi

dengan risiko yang lebih sedikit. Prosedur ini biasanya menghapus

semua prostat jaringan memblokir aliran urin, dan mencegah

pertumbuhan kembali jaringan. Salah satu manfaat dari prosedur

enucleative adalah bahwa jaringan prostat dihapus dapat diperiksa

untuk kanker prostat dan kondisi lainnya.

Jenis pembedahan laser meliputi:

Ablasi laser Holmium dari prostat (HoLAP)

Visual laser ablasi dari prostat (VLAP)

Laser Holmium enucleation dari prostat (HoLEP)

Fotosensitif penguapan dari prostat (PVT)

23

Page 24: Bph

24

Page 25: Bph

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Pasien Tn.M ♂ umur 78 tahun datang ke poli bedah RSUD

Kanjuruhan Kepanjen dengan keluhan sejak ± 1 tahun yang lalu pasien

merasakan susah buang air kecil. Pasien juga merasa susah untuk memulai

BAK, dan terkadang harus disertai dengan mengedan untuk buang air kacil,

pancaran semakin lama dirasa melemah dan kadang pasien mengalami

kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali. Sebelumnya pasien juga

merasakan anyang-anyangen tapi sekarang menghilang, pasien

menceritakan bahwa dirinya sering bekali-kali ke kamar kecil dikarenakan

hasrat ingin buang air kecil akan tetapi saat di kamar kecil hanya keluar

beberapa tetes saja dan merasa kurang puas, selain itu pasien mengaku

sering terganggu tidurnya dikarenakan kekamar mandi untuk buang air

kecil, keluha yang lain juga kadang terasa menetes padahal pasien telah

buang air kecil 15 menit yang lalu. Kemudian pasien memeriksakan diri ke

dokter dan dipasang kateter, BAK melalui kateter, kadang-kadang batuk.

Dari Pemeriksaan dalam didapatkan sfingter ani mencengkeram kuat,

mukosa licin, ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan

kiri tidak simetris, nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak

berbenjol-benjol.

25

Page 26: Bph

DAFTAR PUSTAKA

1.Purnomo. Dasar-Dasar Urologi, Edisi Kedua. Jakarta: CV.Sagung Seto.

2007. 69-85

2.Birowo dan Rahardjo. Pembesaran Prostat Jinak. 2000.

http://fkui.co.id/urologi/ppj.mht

3.Leveillee. Prostate Hyperplasia, Benign. 2006. http://www.emedicine.com.

4.Fadlol dan Mochtar. Prediksi Volume Prostat pada Penderita Pembesaran

Prostat Jinak. Indonesian J of Surgery 2005; XXXIII-4; 139-145

5.Anonim. Normal Prostate and Benign Prostate Hyperplasia.

2008.http://www_med_nyu_edu/healthwise/media/medical/nci/cdr0000462

221/jpg.mht

6.Kim dan Belldegrun (eds). Urology Dalam Schwartz’s Manual Of Surgery,

8thEdition, Brunicardi et al (eds). USA: Mc Graw-Hill Medical Publishing

Division. 2006. 1036-1060

7.Suryawisesa, Malawat, Bustan. Hubungan Faktor Geografis Terhadap Skor

Gejala Prostat Internasional (IPSS) Pada Komunitas Suku Makassar Usia

Lanjut Tahun 1998. Ropanasuri 1998; XXVI – 4; 1-10

8.Anonim. The Development of Benign Prostate Hiperplasia. 1998.

http://www_lef_org/magazine/graphics/pros1mar98_jpg.mht.

9. Sjamjuhidayat & De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. 2005. 782

10.Pheonix 5. Transurethral Prostatectomy. 2002.

http://www_phoenix5_org/glossary/graphics-turp/NIDDK/gif.mht

26