21
Branchial Cleft Cyst BRANCHIAL CLEFT CYST PENDAHULUAN Branchial Cleft Cyst / Kista Brankial merupakan kista epitelial kongenital yang muncul dari bagian lateral leher diantara muskulus sternokledomastoid dan faring, oleh karena kegagalan obliterasi kista brankial pada perkembangan embriogenik. Kista ini bisa mengandung epitel respiratorik serta terdiri dari jaringan limfoid subepitelial, kelenjar sebasea dan jaringan air liur. Pada dasarnya kista ini dikelompokkan atas tiga kategori, yaitu anomali pertama, kedua, dan ketiga. Dan yang paling sering ditemui adalah anomali kista brankial kedua (80-90%). (1,2,3,4,5,6) Kista brankial merupakan penyebab massa leher kongenital yang paling sering, akan tetapi gejalanya biasanya tidak tampak pada saat lahir. Sebanyak 2-3% terdapat sebagai massa bilateral, dan yang paling sering terjadi pada akhir masa kanak-kanak atau dewasa awal. Insidennya sama pada laki-laki dan perempuan dan tidak dipengaruhi oleh ras. Riwayat keluarga dapat dijumpai. (2,3,7) Kista brankial biasanya berupa massa soliter yang tidak nyeri (asimtomatik) pada leher anak-anak maupun dewasa muda. Gejala-gejala akan muncul bila terjadi infeksi saluran nafas bagian atas, yaitu massa membesar dalam 1-2 minggu disertai nyeri. Pada pemeriksaan fisik dijumpai massa pada leher yang lunak, mobile, licin, terdapat fluktuasi, dan tidak ada nyeri 15

Branchial Cleft Cyst

  • Upload
    rizzqq

  • View
    301

  • Download
    20

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Branchial Cleft Cyst

BRANCHIAL CLEFT CYST

PENDAHULUAN

Branchial Cleft Cyst / Kista Brankial merupakan kista epitelial kongenital yang

muncul dari bagian lateral leher diantara muskulus sternokledomastoid dan faring, oleh

karena kegagalan obliterasi kista brankial pada perkembangan embriogenik. Kista ini bisa

mengandung epitel respiratorik serta terdiri dari jaringan limfoid subepitelial, kelenjar

sebasea dan jaringan air liur. Pada dasarnya kista ini dikelompokkan atas tiga kategori,

yaitu anomali pertama, kedua, dan ketiga. Dan yang paling sering ditemui adalah anomali

kista brankial kedua (80-90%). (1,2,3,4,5,6)

Kista brankial merupakan penyebab massa leher kongenital yang paling sering, akan

tetapi gejalanya biasanya tidak tampak pada saat lahir. Sebanyak 2-3% terdapat sebagai

massa bilateral, dan yang paling sering terjadi pada akhir masa kanak-kanak atau dewasa

awal. Insidennya sama pada laki-laki dan perempuan dan tidak dipengaruhi oleh ras.

Riwayat keluarga dapat dijumpai. (2,3,7)

Kista brankial biasanya berupa massa soliter yang tidak nyeri (asimtomatik) pada

leher anak-anak maupun dewasa muda. Gejala-gejala akan muncul bila terjadi infeksi

saluran nafas bagian atas, yaitu massa membesar dalam 1-2 minggu disertai nyeri. Pada

pemeriksaan fisik dijumpai massa pada leher yang lunak, mobile, licin, terdapat fluktuasi,

dan tidak ada nyeri tekan. Biasanya dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik sudah cukup

untuk mendiagnosa suatu kista brankial. Pemeriksaan penunjang yang paling sering

dilakukan berupa CT-Scan untuk menentukan lokasi massa. (1,4,5,8,9,10)

Penatalaksanaan terdiri atas medikamentosa dan pembedahan (terapi definitif).

Medikamentosa berupa pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi. Pembedahan

meliputi insisi dan drainase bila ada abses, dan pembedahan definitif berupa eksisi

surgikal. Tujuan eksisi yaitu agar tidak terjadi infeksi berulang dan pembengkakan lebih

lanjut, serta untuk kepentingan kosmetik. (1,2,3,4,5,10)

1

Page 2: Branchial Cleft Cyst

ANATOMI

Struktur penting pembentuk leher yaitu laring, trakea, esofagus, vocal cord, kelenjar

tiroid dan paratiroid, arteri karotis, vena jugularis, M. infrahyroid, M. sternokledomastoid,

dan os hyoid. (2,15)

M. sternokledomastoid yang melekat pada prosesus mastoid pada os temporal

membagi leher atas dua bagian utama, yaitu segitiga anterior dan segitiga posterior

(lateral). Batas-batas segitiga anterior yaitu :

Atas : bagian inferior mandibula

Bawah : klavikula

Lateral : bagian anterior M. sternokleidomastoid

Medial : garis tengah (midline)

Pada segitiga anterior terdapat organ-organ vital, dan dibagi atas segitiga

submandibula, segitiga submental, segitiga karotid, dan segitiga muskuler. Segitiga

submandibula adalah daerah leher anterior yang dibatasi oleh tepi inferior mandibula dan

M. digastrikus, M. stylohyoid, M. mylohyoid. Pada daerah ini terdapat kelenjar

submandibula dan cabang mandibula marginal dari N. facialis. Segitiga seumental

merupakan daerah yang dibatasi oleh os hyoid, pasangan M. digastrikus, dan M.

mylohyoid. Bagian atas M. omohyoid pada leher anterior membagi leher anterior atas

segitiga karotid atas dan segitiga muskuler bawah. (2,15)

Leher lateral (segitiga posterior) dibatasi oleh :

Medial : aspek posterior M. sternokledomastoid

Lateral : M. trapezius

Inferior : ⅓ bawah klavikula

Leher lateral terdiri atas dua tipe, yaitu segitiga supraklavikula dan segitiga oksipital.

Kebanyakan saraf servikal berasal dari leher lateral (segitiga posterior). Bagian inferior M.

omohyoid selanjutnya membatasi segitiga subklavian bawah pada leher lateral yang

mengandung pleksus brakialis dan pembuluh darah subklavikula. (2,15)

Vena jugularis terdiri dari vena jugularis interna dan eksterna. Vena jugularis eksterna

membawa darah dari rahang bawah dan pita suara, sedangkan vena jugularis interna

membawa darah dari bagian belakang leher. Arteri karotid membawa darah ke kepala dan

2

Page 3: Branchial Cleft Cyst

leher. Terdapat dua arteri karotid yang meluas pada setiap sisi leher, dan masing-masing

terdiri dari arteri karotid interna dan eksterna. Arteri karotid sinistra berasal dari arkus

aorta, sedangkan arteri karotid dekstra berasal dari trunkus brakiosefalikus. (15)

Persarafan pada leher berasal dari saraf kranial dan saraf servikal. Saraf spinal berjalan

melalui M. trapezius dan M. sternokleidomastoid dan membawa impuls saraf bagi kedua

otot tersebut. (15)

EMBRIOLOGI

Aparatus brankial terdiri dari 4 komponen, yaitu arkus brankial, pharyngeal pouch,

branchial cleft, dan branchial membrane. Perkembangannya berlangsung selama minggu

ke 3 dan 4 dari fetal dan bertahan hingga akhir minggu ke 6 perkembangan fetal. Pada

awalnya neural crest yang bermigrasi ke ventral akan berinterkasi dengan perluasan lateral

dari endoderm faringeal ventral yang merupakan inisiasi bagi pembukaan arkus brankial,

sehingga terjadi segmentasi mesoderm lateral terhadap foregut ventral dan membentuk

lima pasang tonjolan mesenkimal, yaitu arkus brankial. Arkus brankial merupakan

komponen utama aparatus brankial yang dipisahkan dari luar oleh branchial cleft atau

groove yang terdiri dari ektoderm, sedangkan pada sebelah dalam terdapat pouch. Arkus

brankial II akan tumbuh ke kaudal, sehingga menutupi arkus III dan IV. Tiap pouch

memiliki sayap dorsal. Groove dibatasi oleh ektoderm, sedangkan pouch dibatasi oleh

3

Page 4: Branchial Cleft Cyst

endoderm. Masing-masing cleft dan pouch berdiferensiasi menjadi struktur anatomi yang

bervariasi. (1,11,12)

Derivat masing-masing arkus brankial yaitu : (1,12)

1. Arkus brankial

Otot mastikasi : mylohyoid, digastrikus anterior, tensor timpani, tensor veli

timpani.

Nervus V

Arteri maksilaris

Kartilago meckel : bagian atas maleus dan inkus, ligamentum sfenomandibular

2. Arkus brankial II

Otot untuk ekspresi wajah : digastikus posterior, stylohyoid, stapedius

Nervus VII

Arteri stapedius

Kartilago reichert : prosesus stiloideus, ligamentum stylohyoid, bagian atas

hyloid

3. Arkus brankial III

M. stilofaringeus

Nervus IX

Arteri karotid komunis, cabang karotid interna

Bagian bawah hyoid

4. Arkus brankial IV

M. krikotiroid, M. palatofaringeal, faringeal rostral

Nervus X

Arkus aorta, A. subklavia dextra, A. brakiosefalik

Kartilago laringeal

5. Arkus brankial V/VI

Otot-otot laring instrinsik, otot faringeal kaudal

Nervus XI

Duktus arteriosus, cabang A. pulmonalis

Kartilago laringeal

Tidak seperti branchial cleft, semua sisa pasangan pharyngeal pouch akan

membentuk struktur post-natal yang penting, antara lain :

4

Page 5: Branchial Cleft Cyst

1. Pouch 2 membentuk kripta tonsilaris yang kemudian di infiltrasi oleh folikel

limfe, membentuk folikel limfe.

2. Pouch 3 membentuk timus pada awal minggu ke empat, kemudian pada minggu

ke lima akan muncul kelenjar paratiroid inferior.

3. Dari pouch 4 akan muncul kelenjar paratiroid superior. Selama perkembangan

embrionik timus akan menurun ke kaudal, menarik paratiroid 3. Akibatnya,

paratiroid 3 terletak anterior terhadap paratiroid 4 pada orang dewasa.

4. Badan ultimobrankial terinfiltrasi oleh sel-sel dari neural crest, menjadi sel

interfolikuler dari kelenjar tiroid. Sel-sel ini mensekresi tirokalsitonin.

5. Out-pocketing berkembang menjadi elemen-elemen kelenjar, sehingga

hubungannya dengan lumen faringeal yang disebut duktus faringeobrankial

mengalami obliterasi. Kegagalan obliterasi menyebabkan terjadinya sinus atau

kista brankial. (1,12)

Cleft antara masing-masing arkus brankial membentuk membran brankial berlapis

ganda atau closing membrane yang akan mengalami kontak secara transien dengan

endoderm dan faring primitif. Cleft tidak pernah berhubungan dengan lumen faregut. (1)

Empat pasang branchial cleft akan muncul keluar, sedangkan lima pasang

pharyngeal pouch akan berkembang ke dalam. Dari seluruh branchial cleft yang

berpasangan, hanya cleft pertama yang membentuk struktur post-natal. Yaitu meatus

akustikus eksternus dan epitel dari kanalis auditorius eksternus. Pharyngeal pouch pertama

membentuk resesus tubotimpani pada minggu ke empat, yang kemudian menjadi kavum

timpani dan tuba auditorik pada minggu ke lima, sehingga menghubungkan rongga telinga

tengah kiri dan kanan dengan faring. Membran antara branchial cleft dan branchial pouch

I menjadi membran timpani pada akhir minggu ke lima. Branchial cleft lainnya bersama

dengan sinus servikal dari His akan mengalami obliterasi sejalan dengan perkembangan

leher. Jika ada bagian dari cleft gagal berinvolusi dengan lengkap atau tidak mengalami

obliterasi dengan sempurna, remnant yang terperangkap akan membentuk rongga potensial

yang dibatasi oleh epitel, berisi cairan, dengan atau tanpa saluran sinus ke kulit di atasnya. (1,4,5,8,11)

Lebih dari 90% defek branchial cleft pada manusia terbentuk dari pouch dan groove

ke 2 dan melalui arteri karotid interna dan eksterna. Masing-masing arkus diperdarahi oleh

arteri sentral yang kemudian menghubungkan pasangan aorta dorsalis dan ventralis

5

Page 6: Branchial Cleft Cyst

primitif. Arteri arkus I mungkin membentuk cabang fasial arteri karotid eksterna. Arteri

dari arkus II menghilang tetapi kadang-kadang bertahan sebagai arteri stapedius. Arteri

arkus III mengalami fusi menjadi arteri karotid interna dan aorta desenden. Aorta ventralis

menjadi asal dari arteri karotid eksterna dan komunis. Arteri arkus IV kanan menjadi arteri

subklavia dan IV kiri menjadi arkus aorta. Arteri V kiri menjadi arteri pulmonalis. Cabang-

cabang lainnya akan menghilang. (1,12)

Persarafan masing-masing arkus yaitu Nervus V mensarafi arkus I, Nervus VII dan

Nervus VIII mempersarafi arkus II, Nervus IX mempersarafi arkus III, Nervus X

mempersarafi arkus IV, dan Nervus XI mempersarafi arkus V. Nervus arkus ke lima

terletak posterokaudal terhadap arteri. Hubungan pada sisi kanan antara arteri arkus ke

lima (pulmoner) dan aorta dorsalis bergenerasi, sehingga nervus laringeal rekuren akan

mengelilingi duktus arteriosus dan aorta. (2)

DEFINISI

Kista brankial (Branchial Cleft Cyst) merupakan kista epitelial kongenital yang

muncul dari bagian lateral leher diantara M. sternokledomastoid dan faring oleh karena

kegagalan obliterasi branchial cleft pada perkembangan embrionik. Branchial cyst

menunjukkan struktur yang dibatasi oleh epitel respiratorik serta terdiri dari jaringan

limfoid subepitelial, kelenjar sebasea dan jaringan air liur. Kista ini biasanya berisi cairan

dengan viskositas tinggi (lengket). (1,2,3,4,5,7)

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

Pada minggu ke empat kehidupan embriologi, awal perkembangan 5 arkus brankial

yang dipisahkan 4 branchial cleft yang berguna bagi pembentukan bermacam-macam

struktur kepala dan leher. Pertumbuhan yang cepat dari arkus I dan II dan tonjolan

epiperikardial (sternokledomastoideus) menenggelamkan arkus II dan IV dan branchial

cleft II, III, dan IV kedalam kavitas yang besar yang dikenal sebagai sinus servikal His.

Cleft yang tertanam menjadi rongga yang dibatasi ektoderm yang melapisi sinus servikalis

His akan mengalami involusi dan obliterasi pada minggu ke tujuh perkembangan. Jika ada

branchial cleft yang gagal mengalami involusi atau tidak mengalami obliterasi sehingga

terperangkap akan membentuk kista yang dilapisi epitel dengan atau tanpa saluran sinus ke

kulit diatasnya. (3,7,13)

6

Page 7: Branchial Cleft Cyst

Sinus atau fistula brankial dapat timbul sepanjang batas anterior M.

sternokledomastoid. Fistula brankial merupakan struktur yang menyerupai duktus dan

memiliki pembukaan keluar pada kulit dan kedalam pada faring. Salurannya berjalan

antara arteri karotis interna dan eksterna. (9)

EPIDEMIOLOGI

Kista brankial jarang dijumpai, akan tetapi merupakan kelainan kongenital yang

paling sering dijumpai sebagai penyebab massa pada leher. Angka kejadian tidak diketahui

dengan pasti. Sebanyak 2-3% terdapat sebagai massa bilateral dan paling sering

menimbulkan gejala pada anak-anak dan dewasa muda. Tidak terdapat predileksi

berdasarkan jenis kelamin maupun ras, (3,5,7)

KLASIFIKASI

Terdapat tiga kategori kista brankial, yaitu :

1. Kista brankial I (<1%)

Terdapat pada angulus mandibula dan meluas ke kanalis auditorius eksterna, serta

sering berhubungan dengan N. fasialis. Terdapat dua tipe anomali kista brankial :

Tipe I : merupakan anomali duplikasi dari kanalis eksterna dan terdiri dari

jaringan yang berasal dari ektoderm.

Tipe II : terdiri dari jaringan yang berasal dari ektoderm dan mesoderm. Lesi-

lesi ini muncul di bawah angulus mandibula, melalui kelenjar paratid dekat N.

fasialis.

2. Kista brankial II

Merupakan anomali yang paling banyak dijumpai dari ketiga tipe, berupa massa

diskrit dan bulat dibawah angulus mandibula dan pada batas anterior M.

sternokledomastoid. Kista ini melalui bifurkasio karotid dan ke dalam pilar

tonsilaris.

3. Kista brankial III

Kista brankial III jarang dijumpai, terdapat pada bagian anterior dari M.

sternokledomastoid dan lebih bawah pada leher dan pada anomali I dan II.

Anomali ini berakhir pada faring pada membran tirohyoid atau sinus piriformis. (1,2,4,5,6)

7

Page 8: Branchial Cleft Cyst

GEJALA KLINIS

Kista brankial biasanya asimtomatik kecuali bila terjadi infeksi, berupa massa kistik

soliter berbentuk ovoid, mobile, licin, berfluktuasi dan tidak nyeri pada bagian lateral leher.

Biasanya pada batas anterior M. sternokledomastoid, terutama pada tahap awal. Kista yang

mengalami superinfeksi akan menjadi massa yang nyeri dan membesar hingga diameter 3-

5 cm. (1,4,5,8,10)

Pada pemeriksaan fisik dari lesi kista brankial primer dijumpai massa licin, tidak

nyeri dan berfluktuasi, yang terdapat pada segitiga bawah atas anteromedial M.

sternokledomastoid diantara otot dan kulit. Sedangkan lesi kista brankial sekunder berupa

lesi yang nyeri jika terjadi inflamasi. Bila terjadi saluran sinus, bisa terdapat sekret mukoid

dan purulen pada kulit atau ke faring. (1,3,10)

DIAGNOSA

Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pada

anamnesa dapat diperoleh riwayat pembangkakan pada bagian lateral leher yang membesar

perlahan-lahan dan menimbulkan rasa tertekan pada masa kanak-kanak maupun dewasa

muda. Sering pula terdapat riwayat infeksi saluran nafas bagian atas. Pembengkakan

tersebut dapat membesar dalam 1-2 minggu dan dapat mengalami regresi spontan. Kadang-

kadang menimbulkan nyeri dan pertambahan ukuran yang menandakan telah terjadinya

8

Page 9: Branchial Cleft Cyst

infeksi. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain USG, fistulografi, CT-

Scan maupun MRI. (5,11,12)

Pada CT-Scan dan MRI tampak massa unilokuler yang mendorong kelenjar

submandibula ke anteromedial dan M. sternokleidomastoid ke arah posterior. Jika telah

terjadi infeksi sebelumnya, dinding kista tampak menebal dan terdapat enhancement. Jika

infeksi masih aktif akan dijumpai perubahan inflamatorik pada jaringan lunak. Fistulografi

dapat digunakan untuk memastikan suatu kista, yaitu tampak sebagai massa hipoekoik dan

unilokuler. Gambaran CT-Scan menunjukkan massa kistik avaskuler dan terdapat

enhancement pada leher. Kegunaannya yaitu dapat menentukan lokasi yang tepat dari

kista, serta dapat membantu untuk persiapan operasi dan melihat struktur lokal seperti

keterlibatan dengan pembuluh darah dan saraf. Aspirasi jarum halus berguna untuk

membedakan kista brankial dengan massa maligna pada leher. Kultur setelah aspirasi dapat

menentukan terapi antibiotik pada kista yang terinfeksi. (2,6)

DIAGNOSA BANDING

Diagnosa banding dari penyakit ini antara lain :

1. Higroma kistik

Merupakan pembengkakan multikistik yang umumnya dijumpai pada anak-anak

<2 tahun. Kista ini muncul sebagai hasil sekuestrasi dari jaringan limfatik yang

berasal dari sakus limfatikus primitif. Kista limfatik ini paling banyak terletak

pada daerah segitiga posterior di atas klavikula. Massa ini berdinding tipis, lunak,

batas tidak tegas, dan dapat ditekan serta transiluminasi positif. Lebih dari 60%

kista higroma dijumpai pada saat lahir dan sisanya muncul pada usia 2 tahun. Jika

pembengkakan cukup besar, kista ini dapat meluas ke dasar mulut, lidah atau

meliputi seluruh bagian lateral leher, bahkan meluas ke aksila maupun

mediastinum, menyebabkan kesulitan menelan dan bernafas. (8,9,11)

2. Kista duktus triglosus

Kista ini berupa pembengkakan jinak berdiameter 1-2 cm, mengandung cairan

mukus atau mirip pus pada garis tangah di antara os hyoid dan suprasternal notch.

Biasanya kista ini bersifat asimtomatik, kecuali bila terjadi infeksi saluran nafas

atas. Tanda patogomonik kista ini yaitu bergerak vertikal jika pasien menjulurkan

lidah atau menelan, yang menunjukkan hubungan yang erat dengan os hyoid.

9

Page 10: Branchial Cleft Cyst

Kadang-kadang kista ini membentuk saluran sinus jika mengalami infeksi pada

kista yang telah di insisi atau kista yang ruptur. Kista ini muncul pada usia 10

tahun, tetapi dapat juga ditemukan pada anak yang lebih besar maupun pada orang

dewasa. (2,8,9)

3. Tumor carotid body

Muncul dari jaringan kemoreseptor di sekitar bulbus akrotid pada bifurkasia dari

arteri karotid komunis, dengan massa yang tumbuh lambat dan pulsatil dibawah

M. sternokledomastoid pada level bifurkasio karotid. Tumor jinak ini tumbuh

lambat dan dapat melingkari arteri karotid. Sifatnya mobile ke arah samping tetapi

tidak dapat digerakkan secara vertikal. (9)

4. Pembengkakan kelenjar tiroid

Struktur kelenjar ini lunak, terletak pada kedua sisi trakea setinggi pita suara.

Selain itu, terdapat hubungan jaringan tiroid yang menhubungkan kedua lobus

melewati trakea.

5. Adenitis

Biasanya berupa massa besar, unilateral, soliter dan dijumpai nyeri tekan.

Kelenjar limfa yang sering terlibat adalah jugulogastrik. Infeksi biasanya berasal

dari faring, abses periapikal dental, tonsil, impetigo fasial dan otitis eksternal. (10)

6. Kista dermoid

Berupa massa berdiameter 1-4 cm yang terletak pada ruang submandibula atau

pada dasar mulut, dibatasi epitel sel skuamosa. Pada kista dermoid, terdapat

apendiks kulit pada dindingnya. Lesi ini biasanya terletak pada garis tengah,

unilokuler, tidak nyeri, mobile, dan tumbuh cepat. (5)

PENATALAKSANAAN

Managemen kista brankial ini meliputi terapi medikamentosa berupa kontrol inisial

untuk infeksi dan terapi pembedahan berupa eksisi surgikal kista. Terapi medikamentosa

meliputi terapi konservatif dengan antibiotik untuk mengobati infeksi atau abses yang

berhubungan dengan kista brankial. Jika terjadi superinfeksi, lesi sebaiknya diobati dengan

antibiotik seperti penisilin selama 10 hari. (1,4,6,7,11)

Terapi definitif pada kista brankial adalah pembedahan dengan eksisi surgikal. Suatu

seri insisi horizontal yang dikenal dengan stairstep atau stairladder incition dilakukan

untuk mengangkat keluar saluran kista. Operasinya paling baik ditunda hingga pasien

10

Page 11: Branchial Cleft Cyst

berumur 3 bulan. Pembedahan kista brankial definitif tidah boleh dilakukan pada episode

infeksi akut atau jika ada abses. Prosedur insisi dan drainase sebaiknya dihindari karena

dapat meningkatkan kesulitan dalam eksisi definitif, kecuali pada abses akut dapat

dilakukan insisi dan drainase sebelum terapi pembedahan. Insisi surgikal dan drainase

biasanya diberikan bersama terapi antimikroba. Beberapa laporan menyatakan bahwa

skleroterapi efektif untuk pengobatan kista brankial. (1,2,3,4,5,6,9,10)

Eksisi kista brankial bertujuan untuk kepentingan kosmetik dan mencegah infeksi

dan pembengkakan yang rekuren. Hal yang paling penting pada eksisi yaitu diagnosa yang

tepat. Beberapa kista brankial bersifat solid dan mungkin sulit dibedakan dengan lymph

node. Dalam hal ini sangat penting untuk menyingkirkan diagnosa karsinoma primer

kepala dan leher dengan panendoskopi dari saluran pernafasan dan saluran pencernaan

bagian atas. Kadang-kadang kista brankial dapat menimbulkan pulsasi karotid. Kista

brankial letak tinggi harus dibedakan dengan tumor parotid. (1)

Persiapan operasi meliputi anestesi umum melalui ETT, pasien dalam posisi supine

dengan leher dalam keadaan ekstensi, lalu kepala diarahkan ke posisi berlawanan dari

kista, serta distabilisasi dengan cincin kepala. Metodenya sebagai berikut :

Dilakukan insisi hosizontal pada kulit, kemudian insisi diperdalam melalui lapisan

plastimal dan kulit di kuakkan keatas dan kebawah pada bidang plastimal.

Kista biasanya terletak pada batas anterior sternomastoid. Vena jugular eksterna

yang terletak pada otot sternomastoid dibagi dan diligasi. Kista dibebaskan medial

dari batas anterior otot tersebut. Harus hati-hati agar tidak mencederai N. auriculer

mayor. Kista di bebaskan dari sternomastoid dengan diseksi sedekat mungkin

dengan dinding kista.

Dengan gauze dan diseksi tajam kista dapat di bebaskan. Pada sebelah anterior,

vena fasialis posterior dibagi dan diligasi.

Kista di bebaskan dari bagian atas posterior M. digastrikus dan perlu di

identifikasi N. hipoglossus yang terletak lebih dalam. Pada kasus jarang dapat

ditemukan branchial cyst yang berhubungan dengan faring dan pada keadaan ini

hubungannya melalui arteri karotid interna dan eksterna yang terletak superior

dari N. hipoglossus.

Kista dikeluarkan dari sarung karotid. Lalu dilakukan kontrol pendarahan,

kemudian drain dimasukkan dan luka ditutupi dalam dua lapis

11

Page 12: Branchial Cleft Cyst

Postoperaatif, jika produksi drain sudah minimal, drain dapat dicabut. (4)

12

Page 13: Branchial Cleft Cyst

KESIMPULAN

Kista brankial (branchial cleft cyst) merupakan kista epitelial kongenital yang

muncul dari bagian leher di antara M. sternokledomastoid dan faring oleh karena

kegagalan obliterasi branchial cleft kedua pada perkembangan embrionik. (1,2,3,4,5,6)

Kista brankial merupakan penyebab massa leher kongenital yang paling sering, akan

tetapi gejalanya biasanya tidak tampak pada saat lahir, dan paling sering terjadi pada akhir

masa kanak-kanak atau dewasa awal. (2,3,7)

Kista brankial biasanya berupa massa soliter yang tidak nyeri (asimtomatik), kecuali

bila terjadi infeksi saluran nafas bagian atas, maka massa akan membesar dalam 1-2

minggu disertai nyeri. Pada pemeriksaan fisik dijumpai massa pada leher yang lunak,

mobile, licin, terdapat fluktuasi, dan tidak ada nyeri tekan. Diagnosa ditegakkan melalui

anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. (1,4,5,8,9,10)

Penatalaksanaan terdiri atas medikamentosa dan pembedahan (terapi definitif).

Medikamentosa berupa pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi. pembedahan

meliputi insisi dan drainase bila ada abses, dan pembedahan definitif berupa eksisi

surgikal. (1,2,3,4,5,6,7,8,9,10)

DAFTAR PUSTAKA

1. Van de Water T, Staecker H. Basic Science and Clinical Review for Otolaryngology.

New York: Thieme; 2006.

2. Fischbein NJ, Ong KC. Radiology. In: Lalwani AK. Current Diagnosis and Treatment

in Otolaryngology-Head & Neck Surgery. New York: McGrawHill; 2008.

13

Page 14: Branchial Cleft Cyst

3. Hong CH, Crawford R. Branchial Cleft Cyst.

Available From: http://emedicine.medscape.com/article/1110351-overview

4. Unknown. Branchial Cleft Cyst.

Available From: http://en.wikipedia.org/wiki/Branchial_cleft_cyst

5. Unknown. Branchial Cleft Cyst.

Available From: http://www.winn.amedd.army.mil/index.php/2011/02/branchial-

cleft-cyst/

6. Unknown. Branchial Cleft Cyst.

Available From: www.thehutchinsonclinic.co.uk/PDF/pg083.pdf

7. Pictures and Imaging of Branchial Cleft Cysts.

Available From: http://www.ghorayeb.com/branchialcleft.html

8. Branchial Cleft Cyst. In: Budnick SD. Handbook of Pediatric Oral Pathology. Year

Book Medical Publisher; 1981.

9. Cervical Sweeling. In: Bhargafa KB, Bhargafa SK, Shah TM. A Short Textbook of

E.N.T Disease. Mumbai: USHA Publication; 2002.

10. Ear, Nose, and Throat. In: Hathway WE, Hay WW, Groothuis JR, Paisley JW. Current

Pediatric Diagnosis & Treatment. New York: Appleton & Lange; 1993.

11. Mersch J, Branchial Cyst.

Available From: http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=295

12. Embryology of Clefts and Pouches. In: Lee KJ. Essential Otolaryngology. New York:

McGrawHill; 2003.

13. Boies LR, Adams GL, Higler PA. Massa Jinak Leher. In: Effendi H, Santoso RAK.

Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1997.

14. Davis GG. Affection of the Neck.

Available From:

http://chestofbooks.com/health/anatomy/Human-Body-Construction/Affections-Of-

The-Neck.html

15. Sandhyarani N. Anatomy of the Neck.

Available From: http://www.buzzle.com/articles/anatomy-of-neck.html

16. Pediatric Surgery. In: Hughes JG. Synopsis of Pediatric. Missouri: Mosby; 1980.

17. Effman EL. Neck and Upper Airway. In: Kuhn JP, Slovis TL, Haller JO. Caffey’s

Pediatric Diagnostic Imaging. Missouri: Mosby; 2004.

14