Upload
rizzqq
View
301
Download
20
Embed Size (px)
Citation preview
BRANCHIAL CLEFT CYST
PENDAHULUAN
Branchial Cleft Cyst / Kista Brankial merupakan kista epitelial kongenital yang
muncul dari bagian lateral leher diantara muskulus sternokledomastoid dan faring, oleh
karena kegagalan obliterasi kista brankial pada perkembangan embriogenik. Kista ini bisa
mengandung epitel respiratorik serta terdiri dari jaringan limfoid subepitelial, kelenjar
sebasea dan jaringan air liur. Pada dasarnya kista ini dikelompokkan atas tiga kategori,
yaitu anomali pertama, kedua, dan ketiga. Dan yang paling sering ditemui adalah anomali
kista brankial kedua (80-90%). (1,2,3,4,5,6)
Kista brankial merupakan penyebab massa leher kongenital yang paling sering, akan
tetapi gejalanya biasanya tidak tampak pada saat lahir. Sebanyak 2-3% terdapat sebagai
massa bilateral, dan yang paling sering terjadi pada akhir masa kanak-kanak atau dewasa
awal. Insidennya sama pada laki-laki dan perempuan dan tidak dipengaruhi oleh ras.
Riwayat keluarga dapat dijumpai. (2,3,7)
Kista brankial biasanya berupa massa soliter yang tidak nyeri (asimtomatik) pada
leher anak-anak maupun dewasa muda. Gejala-gejala akan muncul bila terjadi infeksi
saluran nafas bagian atas, yaitu massa membesar dalam 1-2 minggu disertai nyeri. Pada
pemeriksaan fisik dijumpai massa pada leher yang lunak, mobile, licin, terdapat fluktuasi,
dan tidak ada nyeri tekan. Biasanya dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik sudah cukup
untuk mendiagnosa suatu kista brankial. Pemeriksaan penunjang yang paling sering
dilakukan berupa CT-Scan untuk menentukan lokasi massa. (1,4,5,8,9,10)
Penatalaksanaan terdiri atas medikamentosa dan pembedahan (terapi definitif).
Medikamentosa berupa pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi. Pembedahan
meliputi insisi dan drainase bila ada abses, dan pembedahan definitif berupa eksisi
surgikal. Tujuan eksisi yaitu agar tidak terjadi infeksi berulang dan pembengkakan lebih
lanjut, serta untuk kepentingan kosmetik. (1,2,3,4,5,10)
1
ANATOMI
Struktur penting pembentuk leher yaitu laring, trakea, esofagus, vocal cord, kelenjar
tiroid dan paratiroid, arteri karotis, vena jugularis, M. infrahyroid, M. sternokledomastoid,
dan os hyoid. (2,15)
M. sternokledomastoid yang melekat pada prosesus mastoid pada os temporal
membagi leher atas dua bagian utama, yaitu segitiga anterior dan segitiga posterior
(lateral). Batas-batas segitiga anterior yaitu :
Atas : bagian inferior mandibula
Bawah : klavikula
Lateral : bagian anterior M. sternokleidomastoid
Medial : garis tengah (midline)
Pada segitiga anterior terdapat organ-organ vital, dan dibagi atas segitiga
submandibula, segitiga submental, segitiga karotid, dan segitiga muskuler. Segitiga
submandibula adalah daerah leher anterior yang dibatasi oleh tepi inferior mandibula dan
M. digastrikus, M. stylohyoid, M. mylohyoid. Pada daerah ini terdapat kelenjar
submandibula dan cabang mandibula marginal dari N. facialis. Segitiga seumental
merupakan daerah yang dibatasi oleh os hyoid, pasangan M. digastrikus, dan M.
mylohyoid. Bagian atas M. omohyoid pada leher anterior membagi leher anterior atas
segitiga karotid atas dan segitiga muskuler bawah. (2,15)
Leher lateral (segitiga posterior) dibatasi oleh :
Medial : aspek posterior M. sternokledomastoid
Lateral : M. trapezius
Inferior : ⅓ bawah klavikula
Leher lateral terdiri atas dua tipe, yaitu segitiga supraklavikula dan segitiga oksipital.
Kebanyakan saraf servikal berasal dari leher lateral (segitiga posterior). Bagian inferior M.
omohyoid selanjutnya membatasi segitiga subklavian bawah pada leher lateral yang
mengandung pleksus brakialis dan pembuluh darah subklavikula. (2,15)
Vena jugularis terdiri dari vena jugularis interna dan eksterna. Vena jugularis eksterna
membawa darah dari rahang bawah dan pita suara, sedangkan vena jugularis interna
membawa darah dari bagian belakang leher. Arteri karotid membawa darah ke kepala dan
2
leher. Terdapat dua arteri karotid yang meluas pada setiap sisi leher, dan masing-masing
terdiri dari arteri karotid interna dan eksterna. Arteri karotid sinistra berasal dari arkus
aorta, sedangkan arteri karotid dekstra berasal dari trunkus brakiosefalikus. (15)
Persarafan pada leher berasal dari saraf kranial dan saraf servikal. Saraf spinal berjalan
melalui M. trapezius dan M. sternokleidomastoid dan membawa impuls saraf bagi kedua
otot tersebut. (15)
EMBRIOLOGI
Aparatus brankial terdiri dari 4 komponen, yaitu arkus brankial, pharyngeal pouch,
branchial cleft, dan branchial membrane. Perkembangannya berlangsung selama minggu
ke 3 dan 4 dari fetal dan bertahan hingga akhir minggu ke 6 perkembangan fetal. Pada
awalnya neural crest yang bermigrasi ke ventral akan berinterkasi dengan perluasan lateral
dari endoderm faringeal ventral yang merupakan inisiasi bagi pembukaan arkus brankial,
sehingga terjadi segmentasi mesoderm lateral terhadap foregut ventral dan membentuk
lima pasang tonjolan mesenkimal, yaitu arkus brankial. Arkus brankial merupakan
komponen utama aparatus brankial yang dipisahkan dari luar oleh branchial cleft atau
groove yang terdiri dari ektoderm, sedangkan pada sebelah dalam terdapat pouch. Arkus
brankial II akan tumbuh ke kaudal, sehingga menutupi arkus III dan IV. Tiap pouch
memiliki sayap dorsal. Groove dibatasi oleh ektoderm, sedangkan pouch dibatasi oleh
3
endoderm. Masing-masing cleft dan pouch berdiferensiasi menjadi struktur anatomi yang
bervariasi. (1,11,12)
Derivat masing-masing arkus brankial yaitu : (1,12)
1. Arkus brankial
Otot mastikasi : mylohyoid, digastrikus anterior, tensor timpani, tensor veli
timpani.
Nervus V
Arteri maksilaris
Kartilago meckel : bagian atas maleus dan inkus, ligamentum sfenomandibular
2. Arkus brankial II
Otot untuk ekspresi wajah : digastikus posterior, stylohyoid, stapedius
Nervus VII
Arteri stapedius
Kartilago reichert : prosesus stiloideus, ligamentum stylohyoid, bagian atas
hyloid
3. Arkus brankial III
M. stilofaringeus
Nervus IX
Arteri karotid komunis, cabang karotid interna
Bagian bawah hyoid
4. Arkus brankial IV
M. krikotiroid, M. palatofaringeal, faringeal rostral
Nervus X
Arkus aorta, A. subklavia dextra, A. brakiosefalik
Kartilago laringeal
5. Arkus brankial V/VI
Otot-otot laring instrinsik, otot faringeal kaudal
Nervus XI
Duktus arteriosus, cabang A. pulmonalis
Kartilago laringeal
Tidak seperti branchial cleft, semua sisa pasangan pharyngeal pouch akan
membentuk struktur post-natal yang penting, antara lain :
4
1. Pouch 2 membentuk kripta tonsilaris yang kemudian di infiltrasi oleh folikel
limfe, membentuk folikel limfe.
2. Pouch 3 membentuk timus pada awal minggu ke empat, kemudian pada minggu
ke lima akan muncul kelenjar paratiroid inferior.
3. Dari pouch 4 akan muncul kelenjar paratiroid superior. Selama perkembangan
embrionik timus akan menurun ke kaudal, menarik paratiroid 3. Akibatnya,
paratiroid 3 terletak anterior terhadap paratiroid 4 pada orang dewasa.
4. Badan ultimobrankial terinfiltrasi oleh sel-sel dari neural crest, menjadi sel
interfolikuler dari kelenjar tiroid. Sel-sel ini mensekresi tirokalsitonin.
5. Out-pocketing berkembang menjadi elemen-elemen kelenjar, sehingga
hubungannya dengan lumen faringeal yang disebut duktus faringeobrankial
mengalami obliterasi. Kegagalan obliterasi menyebabkan terjadinya sinus atau
kista brankial. (1,12)
Cleft antara masing-masing arkus brankial membentuk membran brankial berlapis
ganda atau closing membrane yang akan mengalami kontak secara transien dengan
endoderm dan faring primitif. Cleft tidak pernah berhubungan dengan lumen faregut. (1)
Empat pasang branchial cleft akan muncul keluar, sedangkan lima pasang
pharyngeal pouch akan berkembang ke dalam. Dari seluruh branchial cleft yang
berpasangan, hanya cleft pertama yang membentuk struktur post-natal. Yaitu meatus
akustikus eksternus dan epitel dari kanalis auditorius eksternus. Pharyngeal pouch pertama
membentuk resesus tubotimpani pada minggu ke empat, yang kemudian menjadi kavum
timpani dan tuba auditorik pada minggu ke lima, sehingga menghubungkan rongga telinga
tengah kiri dan kanan dengan faring. Membran antara branchial cleft dan branchial pouch
I menjadi membran timpani pada akhir minggu ke lima. Branchial cleft lainnya bersama
dengan sinus servikal dari His akan mengalami obliterasi sejalan dengan perkembangan
leher. Jika ada bagian dari cleft gagal berinvolusi dengan lengkap atau tidak mengalami
obliterasi dengan sempurna, remnant yang terperangkap akan membentuk rongga potensial
yang dibatasi oleh epitel, berisi cairan, dengan atau tanpa saluran sinus ke kulit di atasnya. (1,4,5,8,11)
Lebih dari 90% defek branchial cleft pada manusia terbentuk dari pouch dan groove
ke 2 dan melalui arteri karotid interna dan eksterna. Masing-masing arkus diperdarahi oleh
arteri sentral yang kemudian menghubungkan pasangan aorta dorsalis dan ventralis
5
primitif. Arteri arkus I mungkin membentuk cabang fasial arteri karotid eksterna. Arteri
dari arkus II menghilang tetapi kadang-kadang bertahan sebagai arteri stapedius. Arteri
arkus III mengalami fusi menjadi arteri karotid interna dan aorta desenden. Aorta ventralis
menjadi asal dari arteri karotid eksterna dan komunis. Arteri arkus IV kanan menjadi arteri
subklavia dan IV kiri menjadi arkus aorta. Arteri V kiri menjadi arteri pulmonalis. Cabang-
cabang lainnya akan menghilang. (1,12)
Persarafan masing-masing arkus yaitu Nervus V mensarafi arkus I, Nervus VII dan
Nervus VIII mempersarafi arkus II, Nervus IX mempersarafi arkus III, Nervus X
mempersarafi arkus IV, dan Nervus XI mempersarafi arkus V. Nervus arkus ke lima
terletak posterokaudal terhadap arteri. Hubungan pada sisi kanan antara arteri arkus ke
lima (pulmoner) dan aorta dorsalis bergenerasi, sehingga nervus laringeal rekuren akan
mengelilingi duktus arteriosus dan aorta. (2)
DEFINISI
Kista brankial (Branchial Cleft Cyst) merupakan kista epitelial kongenital yang
muncul dari bagian lateral leher diantara M. sternokledomastoid dan faring oleh karena
kegagalan obliterasi branchial cleft pada perkembangan embrionik. Branchial cyst
menunjukkan struktur yang dibatasi oleh epitel respiratorik serta terdiri dari jaringan
limfoid subepitelial, kelenjar sebasea dan jaringan air liur. Kista ini biasanya berisi cairan
dengan viskositas tinggi (lengket). (1,2,3,4,5,7)
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Pada minggu ke empat kehidupan embriologi, awal perkembangan 5 arkus brankial
yang dipisahkan 4 branchial cleft yang berguna bagi pembentukan bermacam-macam
struktur kepala dan leher. Pertumbuhan yang cepat dari arkus I dan II dan tonjolan
epiperikardial (sternokledomastoideus) menenggelamkan arkus II dan IV dan branchial
cleft II, III, dan IV kedalam kavitas yang besar yang dikenal sebagai sinus servikal His.
Cleft yang tertanam menjadi rongga yang dibatasi ektoderm yang melapisi sinus servikalis
His akan mengalami involusi dan obliterasi pada minggu ke tujuh perkembangan. Jika ada
branchial cleft yang gagal mengalami involusi atau tidak mengalami obliterasi sehingga
terperangkap akan membentuk kista yang dilapisi epitel dengan atau tanpa saluran sinus ke
kulit diatasnya. (3,7,13)
6
Sinus atau fistula brankial dapat timbul sepanjang batas anterior M.
sternokledomastoid. Fistula brankial merupakan struktur yang menyerupai duktus dan
memiliki pembukaan keluar pada kulit dan kedalam pada faring. Salurannya berjalan
antara arteri karotis interna dan eksterna. (9)
EPIDEMIOLOGI
Kista brankial jarang dijumpai, akan tetapi merupakan kelainan kongenital yang
paling sering dijumpai sebagai penyebab massa pada leher. Angka kejadian tidak diketahui
dengan pasti. Sebanyak 2-3% terdapat sebagai massa bilateral dan paling sering
menimbulkan gejala pada anak-anak dan dewasa muda. Tidak terdapat predileksi
berdasarkan jenis kelamin maupun ras, (3,5,7)
KLASIFIKASI
Terdapat tiga kategori kista brankial, yaitu :
1. Kista brankial I (<1%)
Terdapat pada angulus mandibula dan meluas ke kanalis auditorius eksterna, serta
sering berhubungan dengan N. fasialis. Terdapat dua tipe anomali kista brankial :
Tipe I : merupakan anomali duplikasi dari kanalis eksterna dan terdiri dari
jaringan yang berasal dari ektoderm.
Tipe II : terdiri dari jaringan yang berasal dari ektoderm dan mesoderm. Lesi-
lesi ini muncul di bawah angulus mandibula, melalui kelenjar paratid dekat N.
fasialis.
2. Kista brankial II
Merupakan anomali yang paling banyak dijumpai dari ketiga tipe, berupa massa
diskrit dan bulat dibawah angulus mandibula dan pada batas anterior M.
sternokledomastoid. Kista ini melalui bifurkasio karotid dan ke dalam pilar
tonsilaris.
3. Kista brankial III
Kista brankial III jarang dijumpai, terdapat pada bagian anterior dari M.
sternokledomastoid dan lebih bawah pada leher dan pada anomali I dan II.
Anomali ini berakhir pada faring pada membran tirohyoid atau sinus piriformis. (1,2,4,5,6)
7
GEJALA KLINIS
Kista brankial biasanya asimtomatik kecuali bila terjadi infeksi, berupa massa kistik
soliter berbentuk ovoid, mobile, licin, berfluktuasi dan tidak nyeri pada bagian lateral leher.
Biasanya pada batas anterior M. sternokledomastoid, terutama pada tahap awal. Kista yang
mengalami superinfeksi akan menjadi massa yang nyeri dan membesar hingga diameter 3-
5 cm. (1,4,5,8,10)
Pada pemeriksaan fisik dari lesi kista brankial primer dijumpai massa licin, tidak
nyeri dan berfluktuasi, yang terdapat pada segitiga bawah atas anteromedial M.
sternokledomastoid diantara otot dan kulit. Sedangkan lesi kista brankial sekunder berupa
lesi yang nyeri jika terjadi inflamasi. Bila terjadi saluran sinus, bisa terdapat sekret mukoid
dan purulen pada kulit atau ke faring. (1,3,10)
DIAGNOSA
Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pada
anamnesa dapat diperoleh riwayat pembangkakan pada bagian lateral leher yang membesar
perlahan-lahan dan menimbulkan rasa tertekan pada masa kanak-kanak maupun dewasa
muda. Sering pula terdapat riwayat infeksi saluran nafas bagian atas. Pembengkakan
tersebut dapat membesar dalam 1-2 minggu dan dapat mengalami regresi spontan. Kadang-
kadang menimbulkan nyeri dan pertambahan ukuran yang menandakan telah terjadinya
8
infeksi. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain USG, fistulografi, CT-
Scan maupun MRI. (5,11,12)
Pada CT-Scan dan MRI tampak massa unilokuler yang mendorong kelenjar
submandibula ke anteromedial dan M. sternokleidomastoid ke arah posterior. Jika telah
terjadi infeksi sebelumnya, dinding kista tampak menebal dan terdapat enhancement. Jika
infeksi masih aktif akan dijumpai perubahan inflamatorik pada jaringan lunak. Fistulografi
dapat digunakan untuk memastikan suatu kista, yaitu tampak sebagai massa hipoekoik dan
unilokuler. Gambaran CT-Scan menunjukkan massa kistik avaskuler dan terdapat
enhancement pada leher. Kegunaannya yaitu dapat menentukan lokasi yang tepat dari
kista, serta dapat membantu untuk persiapan operasi dan melihat struktur lokal seperti
keterlibatan dengan pembuluh darah dan saraf. Aspirasi jarum halus berguna untuk
membedakan kista brankial dengan massa maligna pada leher. Kultur setelah aspirasi dapat
menentukan terapi antibiotik pada kista yang terinfeksi. (2,6)
DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding dari penyakit ini antara lain :
1. Higroma kistik
Merupakan pembengkakan multikistik yang umumnya dijumpai pada anak-anak
<2 tahun. Kista ini muncul sebagai hasil sekuestrasi dari jaringan limfatik yang
berasal dari sakus limfatikus primitif. Kista limfatik ini paling banyak terletak
pada daerah segitiga posterior di atas klavikula. Massa ini berdinding tipis, lunak,
batas tidak tegas, dan dapat ditekan serta transiluminasi positif. Lebih dari 60%
kista higroma dijumpai pada saat lahir dan sisanya muncul pada usia 2 tahun. Jika
pembengkakan cukup besar, kista ini dapat meluas ke dasar mulut, lidah atau
meliputi seluruh bagian lateral leher, bahkan meluas ke aksila maupun
mediastinum, menyebabkan kesulitan menelan dan bernafas. (8,9,11)
2. Kista duktus triglosus
Kista ini berupa pembengkakan jinak berdiameter 1-2 cm, mengandung cairan
mukus atau mirip pus pada garis tangah di antara os hyoid dan suprasternal notch.
Biasanya kista ini bersifat asimtomatik, kecuali bila terjadi infeksi saluran nafas
atas. Tanda patogomonik kista ini yaitu bergerak vertikal jika pasien menjulurkan
lidah atau menelan, yang menunjukkan hubungan yang erat dengan os hyoid.
9
Kadang-kadang kista ini membentuk saluran sinus jika mengalami infeksi pada
kista yang telah di insisi atau kista yang ruptur. Kista ini muncul pada usia 10
tahun, tetapi dapat juga ditemukan pada anak yang lebih besar maupun pada orang
dewasa. (2,8,9)
3. Tumor carotid body
Muncul dari jaringan kemoreseptor di sekitar bulbus akrotid pada bifurkasia dari
arteri karotid komunis, dengan massa yang tumbuh lambat dan pulsatil dibawah
M. sternokledomastoid pada level bifurkasio karotid. Tumor jinak ini tumbuh
lambat dan dapat melingkari arteri karotid. Sifatnya mobile ke arah samping tetapi
tidak dapat digerakkan secara vertikal. (9)
4. Pembengkakan kelenjar tiroid
Struktur kelenjar ini lunak, terletak pada kedua sisi trakea setinggi pita suara.
Selain itu, terdapat hubungan jaringan tiroid yang menhubungkan kedua lobus
melewati trakea.
5. Adenitis
Biasanya berupa massa besar, unilateral, soliter dan dijumpai nyeri tekan.
Kelenjar limfa yang sering terlibat adalah jugulogastrik. Infeksi biasanya berasal
dari faring, abses periapikal dental, tonsil, impetigo fasial dan otitis eksternal. (10)
6. Kista dermoid
Berupa massa berdiameter 1-4 cm yang terletak pada ruang submandibula atau
pada dasar mulut, dibatasi epitel sel skuamosa. Pada kista dermoid, terdapat
apendiks kulit pada dindingnya. Lesi ini biasanya terletak pada garis tengah,
unilokuler, tidak nyeri, mobile, dan tumbuh cepat. (5)
PENATALAKSANAAN
Managemen kista brankial ini meliputi terapi medikamentosa berupa kontrol inisial
untuk infeksi dan terapi pembedahan berupa eksisi surgikal kista. Terapi medikamentosa
meliputi terapi konservatif dengan antibiotik untuk mengobati infeksi atau abses yang
berhubungan dengan kista brankial. Jika terjadi superinfeksi, lesi sebaiknya diobati dengan
antibiotik seperti penisilin selama 10 hari. (1,4,6,7,11)
Terapi definitif pada kista brankial adalah pembedahan dengan eksisi surgikal. Suatu
seri insisi horizontal yang dikenal dengan stairstep atau stairladder incition dilakukan
untuk mengangkat keluar saluran kista. Operasinya paling baik ditunda hingga pasien
10
berumur 3 bulan. Pembedahan kista brankial definitif tidah boleh dilakukan pada episode
infeksi akut atau jika ada abses. Prosedur insisi dan drainase sebaiknya dihindari karena
dapat meningkatkan kesulitan dalam eksisi definitif, kecuali pada abses akut dapat
dilakukan insisi dan drainase sebelum terapi pembedahan. Insisi surgikal dan drainase
biasanya diberikan bersama terapi antimikroba. Beberapa laporan menyatakan bahwa
skleroterapi efektif untuk pengobatan kista brankial. (1,2,3,4,5,6,9,10)
Eksisi kista brankial bertujuan untuk kepentingan kosmetik dan mencegah infeksi
dan pembengkakan yang rekuren. Hal yang paling penting pada eksisi yaitu diagnosa yang
tepat. Beberapa kista brankial bersifat solid dan mungkin sulit dibedakan dengan lymph
node. Dalam hal ini sangat penting untuk menyingkirkan diagnosa karsinoma primer
kepala dan leher dengan panendoskopi dari saluran pernafasan dan saluran pencernaan
bagian atas. Kadang-kadang kista brankial dapat menimbulkan pulsasi karotid. Kista
brankial letak tinggi harus dibedakan dengan tumor parotid. (1)
Persiapan operasi meliputi anestesi umum melalui ETT, pasien dalam posisi supine
dengan leher dalam keadaan ekstensi, lalu kepala diarahkan ke posisi berlawanan dari
kista, serta distabilisasi dengan cincin kepala. Metodenya sebagai berikut :
Dilakukan insisi hosizontal pada kulit, kemudian insisi diperdalam melalui lapisan
plastimal dan kulit di kuakkan keatas dan kebawah pada bidang plastimal.
Kista biasanya terletak pada batas anterior sternomastoid. Vena jugular eksterna
yang terletak pada otot sternomastoid dibagi dan diligasi. Kista dibebaskan medial
dari batas anterior otot tersebut. Harus hati-hati agar tidak mencederai N. auriculer
mayor. Kista di bebaskan dari sternomastoid dengan diseksi sedekat mungkin
dengan dinding kista.
Dengan gauze dan diseksi tajam kista dapat di bebaskan. Pada sebelah anterior,
vena fasialis posterior dibagi dan diligasi.
Kista di bebaskan dari bagian atas posterior M. digastrikus dan perlu di
identifikasi N. hipoglossus yang terletak lebih dalam. Pada kasus jarang dapat
ditemukan branchial cyst yang berhubungan dengan faring dan pada keadaan ini
hubungannya melalui arteri karotid interna dan eksterna yang terletak superior
dari N. hipoglossus.
Kista dikeluarkan dari sarung karotid. Lalu dilakukan kontrol pendarahan,
kemudian drain dimasukkan dan luka ditutupi dalam dua lapis
11
Postoperaatif, jika produksi drain sudah minimal, drain dapat dicabut. (4)
12
KESIMPULAN
Kista brankial (branchial cleft cyst) merupakan kista epitelial kongenital yang
muncul dari bagian leher di antara M. sternokledomastoid dan faring oleh karena
kegagalan obliterasi branchial cleft kedua pada perkembangan embrionik. (1,2,3,4,5,6)
Kista brankial merupakan penyebab massa leher kongenital yang paling sering, akan
tetapi gejalanya biasanya tidak tampak pada saat lahir, dan paling sering terjadi pada akhir
masa kanak-kanak atau dewasa awal. (2,3,7)
Kista brankial biasanya berupa massa soliter yang tidak nyeri (asimtomatik), kecuali
bila terjadi infeksi saluran nafas bagian atas, maka massa akan membesar dalam 1-2
minggu disertai nyeri. Pada pemeriksaan fisik dijumpai massa pada leher yang lunak,
mobile, licin, terdapat fluktuasi, dan tidak ada nyeri tekan. Diagnosa ditegakkan melalui
anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. (1,4,5,8,9,10)
Penatalaksanaan terdiri atas medikamentosa dan pembedahan (terapi definitif).
Medikamentosa berupa pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi. pembedahan
meliputi insisi dan drainase bila ada abses, dan pembedahan definitif berupa eksisi
surgikal. (1,2,3,4,5,6,7,8,9,10)
DAFTAR PUSTAKA
1. Van de Water T, Staecker H. Basic Science and Clinical Review for Otolaryngology.
New York: Thieme; 2006.
2. Fischbein NJ, Ong KC. Radiology. In: Lalwani AK. Current Diagnosis and Treatment
in Otolaryngology-Head & Neck Surgery. New York: McGrawHill; 2008.
13
3. Hong CH, Crawford R. Branchial Cleft Cyst.
Available From: http://emedicine.medscape.com/article/1110351-overview
4. Unknown. Branchial Cleft Cyst.
Available From: http://en.wikipedia.org/wiki/Branchial_cleft_cyst
5. Unknown. Branchial Cleft Cyst.
Available From: http://www.winn.amedd.army.mil/index.php/2011/02/branchial-
cleft-cyst/
6. Unknown. Branchial Cleft Cyst.
Available From: www.thehutchinsonclinic.co.uk/PDF/pg083.pdf
7. Pictures and Imaging of Branchial Cleft Cysts.
Available From: http://www.ghorayeb.com/branchialcleft.html
8. Branchial Cleft Cyst. In: Budnick SD. Handbook of Pediatric Oral Pathology. Year
Book Medical Publisher; 1981.
9. Cervical Sweeling. In: Bhargafa KB, Bhargafa SK, Shah TM. A Short Textbook of
E.N.T Disease. Mumbai: USHA Publication; 2002.
10. Ear, Nose, and Throat. In: Hathway WE, Hay WW, Groothuis JR, Paisley JW. Current
Pediatric Diagnosis & Treatment. New York: Appleton & Lange; 1993.
11. Mersch J, Branchial Cyst.
Available From: http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=295
12. Embryology of Clefts and Pouches. In: Lee KJ. Essential Otolaryngology. New York:
McGrawHill; 2003.
13. Boies LR, Adams GL, Higler PA. Massa Jinak Leher. In: Effendi H, Santoso RAK.
Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1997.
14. Davis GG. Affection of the Neck.
Available From:
http://chestofbooks.com/health/anatomy/Human-Body-Construction/Affections-Of-
The-Neck.html
15. Sandhyarani N. Anatomy of the Neck.
Available From: http://www.buzzle.com/articles/anatomy-of-neck.html
16. Pediatric Surgery. In: Hughes JG. Synopsis of Pediatric. Missouri: Mosby; 1980.
17. Effman EL. Neck and Upper Airway. In: Kuhn JP, Slovis TL, Haller JO. Caffey’s
Pediatric Diagnostic Imaging. Missouri: Mosby; 2004.
14