31

CA Kolorektal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

cancer mematikan

Citation preview

Oleh:2.2 Reguler

Gusti Ayu Komang Trisna Dewi (P07120012042)

Putu Ade Ayu Kesari Putri (P07120012050)

I Ketut Jepri Prasetyadana (P07120012059)

Ni Putu Rianti Rusma Dewi (P07120012068)

Ni Luh Made Novira Adhi K (P07120012076)

 

DEFINISI Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Gale, 2000 : 177).

Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal/neoplasma yang muncul dari jaringan epithelial dari colon (Brooker, 2001 : 72).pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kanker kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat disekitar kolon (usus besar).

PENYEBABTerdapat empat etiologi utama kanker (Davey, 2006 : 334) yaitu

1. Kelainan kolon a. Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.b. Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma. Padagolongan ini penderita pasti akan menderita karsinoma (100%)c. Kondisi ulserative :mereka yang telah menderita colitis ulserativa menahun (50%) apalagi dideritanya sejak usia muda d. Mereka yang telah diobati untuk karsinoma kolon.e. Mereka dengan ureterosigmoidestomi (8%)

2. Genetik Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon mempunyai frekuensi 3 ½ kali lebih banyak daripada anak – anak yang orangtuanya sehat (FKUI, 2001 : 207).

3. DietKebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani. Lemak yang terkandung dalam makanan yang kita konsumsi dalam kolon-rektum akan dipecah oleh bakteri dan menghasilkan beberapa asam empedu yang merupakan ko-karsinogen atau promotor dalam proses karsinogenesis, berarti membantu mempercepat timbulnya karsinoma.

EPIDEMIOLOGI

Lebih dari dari 95% ca kolorektal adalah adenokarsinoma. Kanker ini berasal dari sel glandula yang terdapat di lapisan dinding kolon dan rektum. ca kolorektal di dunia menempati urutan nomor 3 dalam frekuensinya dan merupakan penyebab kematian nomor 4 dari kematian karena kanker di dunia. WHO mengestimasikan terjadi 945.000 kasus baru setiap tahun dengan 492.000 kematian.

PATOFISIOLOGIKanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus) dimulai sebagai polop jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapatterlepas dari tumor primer dan menyebar ke dalam tubuh yang lain (paling sering ke hati).

Tumor dapat menyebar : Secara infiltratif langsung ke struktur yang

berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih. melalui pembuluh limfe ke kelenjar perikolon dan

Mesokolon. melalui aliran darah, biasanya ke hati karena

kolon mengalirkan da-rah ke sistem portal. Prognosis relatif baik bila lesi terbatas pada mu-kosa dan submukosa pada saat reseksi dilakukan, dan jauh lebih jelek bila terjadi metastasis ke kelenjar limfe.

PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Anamnesis

Anamnesis yang cermat sering sudah dapat menentukan dignosis. Yang harus ditanyakan adalah perubahan pola defekasi, frekuensi, dan konsistensi tinja

2. Pemeriksaan FisikPada pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosisnya dilakukan serangkaian pemeriksaan berupa inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Tidak semua organ dpat diperiksa dengan cara ini. Jenis pemeriksaan dipilih sesuai dengan kelainan yang diperkirakan berdasarkan anamnesis atau diplih menurut informasi yang diinginkan.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Anemia dapat dibbuktikan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit. Pemeriksaan bensidin untuk darah samar bukan pemeriksaan yang khas, tetapi memberi petunjuk adanya perdarahan didalam saluran cerna. Pemeriksaan fungsi hati sering memberi keterangan yang cukup berguna. Perlu disadari bahwa hasil laboratorium tidak memberikan gambaran yang khas tentang kelainan tertentu di kolon atau rectum.

4. Pemerksaan Radiologik

Foto kolon dilakukan dengan kontras barium yang dimasukkan melalui rektum. Dengan memasukkan udara setelah defekasi bubur barium ini, akan tampak lapisan tipis bubur barium pada mukosa kolon lebih mudah dilihat

PENATALAKSANAAN1. Medis

Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi anjuran. Terapi anjuran biasanya diberikan selain pengobatan bedah yang mencakup kemoterapi, terapi radiasi, dan imunoterapi.

2. BedahPembedahan adalah tindakan primer untuk kebayakan kanker kolorektal

3. Penyinaran (Radioterapi) Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X, atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang ditumbuhi tumor, merusak genetic sehingga membunuh kanker.

4. KemotherapyChemotherapy memakai obat antikanker yang kuat , dapat masuk ke dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, pada umumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus

 

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).Pengkajian pasien Post Operatif Ca Colon (Doenges, 1999) adalah meliputi :

a. SirkulasiGejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).

b. Integritas Ego Gejala: perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.Tanda: tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.

 

c. Makanan / cairan

Gejala: insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis); malnutrisi (termasuk obesitas); membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).

d. PernapasanGejala: infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok 

e. KeamananGejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan; Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker /terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi;

f. Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional.

DIAGNOSA Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah

pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Post operatif kanker kolon (Wilkinson, 2006 : 621) meliputi :

1.Pola nafas, tidak efektif berhubungan dengan imobilitas, dan kondisi pascaanastesi.

2.Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap berhubungan dengan pembatasan pemasukkan cairan tubuh secara oral, hilangnya cairan tubuh secara tidak normal, pengeluaran integritas pembuluh darah.

3.Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan, trauma muskuloskletal, kehancuran yang terus-menerus (misalnya, lokalisasi).

4.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik/nyeri.

5.Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.

INTERVENSIIntervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994 : 20). Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi ,1995 : 40). Intervensi keperawatan pada pasien post Operasi kanker kolon dengan criteria NOC dan intervensi NIC (Wilkinson, 2006) meliputi :

1. Pola nafas, tidak efektif adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak member ventilasi yang adekuat.

Tujuan : menetapkan pola napas yang normal/efektif dan bebas dari sianosis atau tanda-tanda hipoksia lainnya.

Kriteria hasil : tidak ada perubahan pada frekuensi dan kedalaman pernapasan.

IntervensiPertahankan jalan udara pasien dengan memiringkan kepala, hiperekstensi rahang, aliran udara faringeal oral.

R : mencegah obstruksi jalan napas.

a. Auskultasi suara napas.

R : indikasi adanya obstruksi oleh mukus atau lidah dan dapat dibenahi dengan mengubah posisi ataupun pengisapan.

b. Observasi frekuensi dan kedalaman pernapasan, pemakaian otot-otot bantu pernapasan, perluasan rongga dada, retraksi atau pernapasan cuping hidung, warna kulit, dan aliran udara.

R : dilakukan untuk memastikan efektivitas pernapasan sehingga upaya memperbaikinya dapat segerra dilakukan.

c. Letakkan pasien pada posisi yang sesuai, tergantung pada kekuatan pernapasan dan jenis pembedahan.

R : elevasi kepala dan posisi miring akan mencegah terjadinya aaspirasi dari muntah, posisi yang benar akan mendorong ventilasi pada lobus paru bagian bawah dan menurunkan tekanan pada diafragma.

2. Kekurangan volume cairan, resiko tinggi adalah suatu kondisi individu yang berisiko mengalami dehidrasi vascular, selular, atau intraselular.

Tujuan : keseimbangan cairan tubuh adekuat. Kriteria hasil : tidak ada ada tanda-tanda

dehidrasi (tanda-tanda vital stabil, kualitas denyut nadi baik, turgor kulit normal, membran mukosa lembab dan pengeluaran urine yang sesuai).

Intervensia. Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran.

Tinjau ulang catatan intra operasi. R : dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan/kebutuhan penggantian dan pilihan-pilihan yang mempengaruhi intervensi.

b. Kaji pengeluaran urinarius, terutama untuk tipe prosedur operasi yang dilakukan.R : mungkin akan terjadi penurunan ataupun penghilangan setelaha prosedur pada sistem genitourinarius dan atau struktur yang berdekatan mengindikasikan malfungsi ataupun obstruksi sistem urinarius.

c. Pantau tanda-tanda vital.R: hipotensi, takikardia, peningkatan pernapasan mengindikasikan kekurangan kekurangan cairan.

d. Letakkan pasien pada posisi yang sesuai, tergantung pada kekuatan pernapasan dan jenis pembedahan.R : elevasi kepala dan posisi miring akan mencegah terjadinya aaspirasi dari muntah, posisi yang benar akan mendorong ventilasi pada lobus paru bagian bawah dan menurunkan tekanan pada diafragma.

e. Periksa pembalut, alat drain pada interval reguler. Kaji luka untuk terjadinya pembengkakan.R: perdarahan yang berlebihan dapat mengacu kepada hipovolemia/hemoragi.

f. Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer.R : kulit yang dingin/lembab, denyut yang lemah mengindikasikan penurunan sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk penggantian cairan tambahan.

g.Kolaborasi, berikan cairan parenteral, produksi darah dan atau plasma ekspander sesuai petunjuk. Tingkatkan kecepatan IV jika diperluakan.R : gantikan kehilangan cairan yang telah didokumentasikan. Catat waktu penggangtian volume sirkulasi yang potensial bagi penurunan komplikasi, misalnya ketidak seimbangan

3. Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan ; awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.

Tujuan : pasien mengatakan bahwa rasa nyeri telah terkontrol atau hilang.

Kriteria hasil : pasien tampak rileks, dapat beristirahat/tidur dan melakukan pergerakkan yang berarti sesuai toleransi.

IntervensiEvaluasi rasa sakit seccara reguler, catat karakteristik, lokasi dan intensiitas (0-10).

R : sediakan informasi mengenai kebutuhan/efektivitas intervensi.

a. Catat munculnya rasa cemas/takut dan hubungkan dengan lingkungan dan persiapan untuk prosedur.R : perhatikan hal-hal yang tidak diketahui dan/atau persiapan inadekuat (misalnya apendikstomi darurat) dapat memperburuk persepsi pasien akan rasa sakit.

b. Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardia, hipertensi dan peningkatan pernapasan, bahkan jika pasien menyangkal adanya rasa sakit.R : dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan ketidaknyamanan.

4. Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaaan seorang individu yang tidak cukup mempunyai energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan atau memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang diinginkan.

Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.

Kriteria hasil : perilaku menampakan kemampuan untuk

memenuhi kebutuhan diri. pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan

beberapa aktivitas tanpa dibantu. Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya

baik.

Intervensi Rencanakan periode istirahat yang cukup.R : mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.

a. Berikan latihan aktivitas secara bertahap.R : tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.

b. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.R : mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.

5. Hambatan mobilitas fisik adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakkan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih.

Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.

Kriteria hasil : penampilan yang seimbang.melakukan pergerakkan dan perpindahan.mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik

IntervensiKaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.R : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.

a. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.R : mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan

EvaluasiEvaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan

Evaluasi yang diharapkan pada pasien post Operatif kanker kolon meliputi :

Menetapkan pola napas yang normal/efektif dan bebas dari sianosis atau tanda-tanda hipoksia lainnya.

Keseimbangan cairan tubuh adekuatPasien mengatakan bahwa rasa nyeri telah terkontrol

atau hilang.Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal

OM SHANTI SHANTI SHANTI OMOM SHANTI SHANTI SHANTI OM