Case Report Retinoblastoma Eod

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Case Report Retinoblastoma Eod

Citation preview

BAB IPENDAHULUANRetinoblastoma adalah neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel batang dan kerucut) atau sel glia yang bersifat ganas. Kelainan ini bersifat kongenital yang timbul pada anak-anak berumur 3 tahun yang berbahaya, meskipun dapat dijumpai pada usia lebih lanjut (40 tahun). Dapat mengenai kedua mata, yang merupakan kelainan yang diturunkan secara autosom dominan, dapat pula mengenai satu mata yang bersifat mutase somatik. Penyakit ini tidak hanya dapat mengakibatkan kebutaan, melainkan juga kematian. Angka kejadiannya sekitar 1 : 15.000 sampai 1 : 20.000 kelahiran hidup dan merupakan 4% dari seluruh keganasan pada anak-anak.1,2Rata-rata insiden retinoblastoma 95% didiagnosa dibawah usia 5 tahun. Retinoblastoma terdiri atas dua tipe, yaitu retinoblastoma yang terjadi oleh karena adanya mutasi genetik (gen RB1) dan retinoblastoma sporadik. Retinoblastoma yang diturunkan secara genetik terbagi atas 2 tipe, yaitu retinoblastoma yang muncul pada anak yang membawa gen retinoblastoma dari salah satu atau kedua orang tuanya ( familial retinoblastoma ), dan retinoblastoma yang muncul oleh karena adanya mutasi baru, yang biasanya terjadi pada sel sperma ayahnya atau bisa juga dari sel telur ibunya ( sporadic heritable retinoblastoma ). Kedua tipe retinoblastoma yang diturunkan secara genetik ini biasanya ditemukan bersifat bilateral,dan muncul dalam tahun pertama kehidupan, jumlahnya sekitar 6%. Sedangkan retinoblastoma sporadic bisanya bersifat unilateral,dan muncul setelah tahun pertama kehidupan,jumlahnya 96%.3Insiden retinoblastoma tinggi pada Negara-negara berkembang, terutama pada masyarakat kurang mampu. Insiden tertinggi telah dilaporkan di Negara tropis Brazil dan Namibia. Sedangkan di Indonesia tepatnya dibagian timur Indonesia diantaranya, Sulawesi Selatan dengan presentase 58,2%, Sulawesi Tenggara 11,9%, Gorontalo 2,9%, Sulawesi Tengah 5,9%, NTT 1,5%, Papua 2,9%.3Metode skrining Retinoblastoma belum berkembang, sehingga penegakkan diagnosis dengan teliti, terutama diagnosis pada stadium dini sangat penting. Diagnosis dini Retinoblastoma sangat menentukan metode terapi dan prognosis pasien. Oleh karena itu diperlukan perhatian dari orang tua, dan ketelitian dokter agar pasien dengan suspek Retinoblastoma dapat dirujuk segera untuk dilakukan manajemen yang tepat.4

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 DEFINISIRetinoblastoma adalah neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel batang dan kerucut) atau sel glia yang bersifat ganas. Kelainan ini bersifat kongenital yang timbul pada anak-anak berumur 3 tahun yang berbahaya, meskipun dapat dijumpai pada usia lebih lanjut (40 tahun). Dapat mengenai kedua mata, yang merupakan kelainan yang diturunkan secara autosom dominan, dapat pula mengenai satu mata yang bersifat mutase somatik.1,2

2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI RETINA Anatomi Bola Mata manusia berbentuk bulat dengan diameter anteroposterior maksimal 24 mm.3

Gambar Bola Mata Manusia, Dikutip dari kepustakaan 3 Histologi RetinaRetina adalah lapisan yang tipis, semi transparan, dan terdiri atas berlapi-lapis jaringan saraf. Retina melapisi sekitar 2/3 bagian bola mata, yaitu hampir sama luasnya dengan korpus siliaris, dan berakhir pada ora serrata. Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel pigmen retina sehingga juga bertumpuk dengan membrana bruch, khoroid dan sklera. Di sebagian besar tempat, retina dan epitel pigmen retina mudah terpisah hingga membentuk ruang subretina. Tetapi pada diskus optikus dan ora serata, retina dan epitel pigmen retina saling melekat kuat.6 Retina mempunyai sepuluh lapisan, dari dalam ke luar, susunannya adalah sebagai berikut : (1) Membrana limitasi interna, (2) Lapisan serat saraf, (3) Lapisan sel ganglion, (4) Lapisan plexiform dalam, (5) Lapisan nucleus dalam, (6) Lapisan plexiform luar, (7) Lapisan nucleus luar, (8) Membrana limitasi eksterna, (9) Lapisan fotoreseptor (sel batang dan kerucut) dan (10) Epitel pigmen retina. 3

Gambar Lapisan Retina, Dikutip dari kepustakaan 3

Innervasi RetinaNeurosensoris pada retina tidak memberikan suplai sensibel. Kelainan-kelainan yang terjadi pada retina tidak menimbulkan nyeri akibat tidak adanya saraf sensoris pada retina. Untuk melihat fungsi retina maka dilakukan pemeriksaan subyektif retina seperti : tajam penglihatan, penglihatan warna dan lapangan pandang. Pemeriksaan obyektif adalah elektroretinogram (ERG), elektro-okulogram (EOG) dan visual evoked respons (VER). Salah satu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keutuhan retina adalah pemeriksaan funduskopi.2,4

Foto Fundus: Retina Normal. Makula lutea terletak 3-4 mm ke arah temporal dan sedikit dibawah disk optik, diameter vena 1,5 kali lebih besar dari arteri. Dikutip dari kepustakaan 5

2.3 EPIDEMIOLOGIRetinoblastoma terjadi pada 1 : 15.000 sampai 1 : 20.000 kelahiran hidup. Tidak ada keterkaitan jenis kelamin atau ras terhadap kejadian Retinoblastoma. Sekitar sepertiga sampai seperempatnya mampunyai riwayat penyakit keluarga dengan Retinoblastoma. Survival rate di USA dan Inggris mencapai 90%. Retinoblastoma unilateral adalah yang tersering ditemukan, dan yang paling jarang adalah Rtinoblastoma trilateral.3Sebanyak 80% pasien dengan Retinoblastoma terdiagnosis sebelum usia 3 tahun. Diagnosis penyakit ini pada usia lebih dari 6 tahun sangat jarang. Retinoblastoma dilateral ditemukan pada 20-30% kasus, dan biasanya pada usia yang lebih muda (usia 14- 16 bulan), dibandingkan dengan Retinoblastoma unilateral (usia 29-30 bulan).3Terdapat dua jenis pola terjadinya retinoblastoma : sporadik dan herediter. 30-40% pasien terkena secara herediter, kromosom mutasi terdapat di semua sel somatik dan sel germinal, 1/3 dari pasien memiliki riwayat keluarga, pada pasien sisanya mutasi pertama kali terjadi pada sel germinal, pola hereditas secara autosomal dominan. Tumor umumnya mengenai kedua mata dan dapat multifocal, insiden retinoblastoma di kalangan saudara kandungnya lebih tinggi dari orang normal, sedangkan kejadian retinoblastoma di antara keturunannya nyaris mencapai 50%. Mutasi autosom pada pasien sporadic hanya terbatas pada sel retinal, biasanya tanpa riwayat keluarga, juga tidak diturunkan ke keturunannya, invasi tumor biasanya unilateral dan monofokal. 3

2.4 FAKTOR RESIKO1 Anak-anak usia 3 tahun Mutasi Genetik

2.5 ETIOLOGIRetinoblastoma semula diperkirakan terjadi akibat mutasi suatu gen dominan autosom, tetapi sekarang diduga bahwa suatu alel di satu lokus di dalam pita kromosom 13q14 yang mengontrol tumor bentuk herediter dan non-herediter. Gen retinoblastoma normal yang terdapat pada semua orang adalah suatu gen supresor atau anti-onkogen. Individu dengan penyakit yang herediter memiliki suatu alel yang terganggu di setiap sel tubuhnya, apabila alel pasangannya di sel retina yang sedang tumbuh mengalami mutasi spontan, terbentuklah tumor.8,9Pada bentuk yang nonherediter, kedua alel gen retinoblastoma normal di sel retina yang sedang tumbuh diinaktifkan oleh mutasi spontan. Pada penderita yang bertahan hidup (5% dari kasus baru yang orang tuanya sakit atau mereka mengalami mutasi sel germinativum) memiliki kemungkinan hampir 50% menghasilkan anak yang sakit. 8,92.6 JENIS-JENIS11 KLASIFIKASIKlasifikasi yang akan dijelaskan adalah klasifikasi menurut Reese-Ellsworth dan International classification of intraocular and ektraoculer.

2.7 PATOFISIOLOGIPatofisiologi retinoblastoma dihubungkan dengan delesi gen yang terletak pada kromosom 13q14, yang mengkode protein anti-onkogen atau supresor retinoblastoma. Kehilangan alel kromosom tersebut dapat terjadi setelah fertilisasi, sehingga terjadilah mutasi sel germinal. Kehilangan allel juga dapat terjadi hanya pada sel retina pada satu mata, yang terjadi saat embriogenesis, kejadian tersebut menghasilkan mutasi somatik.3Mutasi germinal yang terjadi lebih cepat, dapat bermanifestasi sebagai Retinoblastoma bilateral/multipel. Mutasi somatik biasanya bermanifestasi sebagai kelainan unifokal/ unilateral. Kasus Retinonlastoma bilateral biasanya muncul pada usia sangat muda (usia 1 tahun atau kurang), sedangkan kasus unilateral biasanya terjadi setelah usia 2 tahun.8Pada ekstraokular, retinoblastoma dapat memperlihatkan berbagai pola pertumbuhan yang akan dipaparkan di bawah ini :51. Pola pertumbuhana. Endofitik, yaitu pertumbuhan tumor ke korpus vitreum. Massa berwarna kuning keputihan tumbuh secara progresif hingga ke korpus vitreum. Pembuluh darah retina tidak tampak pada permukaan tumor.b. Eksofitik, dimana tumor tumbuh menuju ke spatium subretinal. Tampak pendesakan retina ke luar, dan pembuluh darah retina tampak terlihat di permukaan tumor.c. Tumor dengan infiltrasi difus, dimana tumor menyebar secara difus dengan massa kecil-kecil dan tersebar di retina. Biasanya ditemukan pada anak besar dan adanya keterlambatan diagnosis.2. Invasi saraf optikus, perkembangan tumor lebih lanjut dapat menyebar ke ruang subarachnoid dan otak melalui saraf optikus.3. Stadium retinoblastoma10a. Stadium leukokoria Pada stadium ini, pasien tidak merasakan gejala apapun hanya penglihatan menurun sampai visus 0. Saat ini orang tua pasien merasa tidak ada masalah dengan mata anaknya sehingga kadang dibiarkan, padahal pada tahap inilah pasien masih bisa diselamatkan dengan tindakan enukleasi. Jika pada pemeriksaan patologi anatomi nervus optikus sudah terkena maka tindakan selanjutnya adalah kemoterapi.

Leukocoria pada mata kiri.Dikutip dari kepustakaan 10b. Stadium glaukomatosa Massa tumor sudah memenuhi seluruh bola mata sehingga gejala yang nampak adalah gejala glaukoma. Gejala lain yang dapat nampak adalah strabismus, uveitis, dan hifema. Stadium ini biasanya hanya berlangsung beberapa bulan, sehingga jika terlambat ditangani akan masuk stadium berikutnya. Penanganannya adalah dengan enukleasi dilanjutkan kemoterapi, dapat juga kemoterapi dahulu untuk mengecilkan tumor baru kemudian enukleasi.10

Gambar Retinoblastoma Stadium Glaukomatosa, dengan mata menonjol (proptosis), Dikutip dari kepustakaan 10

c. Stadium ekstraokulerPada stadium ini bola mata sudah menonjol (proptosis), akibat desakan massa tumor yang sudah keluar ke ekstra okuler. Segmen anterior bola mata sudah rusak dan keadaan umum pasien Nampak lemah dan kurus. Prognosisnya kurang baik, tindakan yang bisa dilakukan hanyalah untuk mempertahankan hidup pasien. Dilemma yang hadapai dalam pengobatan stadium ini adalah kondisi pasien yang lemah akan di perparah dengan pemberian kemoterapi yang notabene merupakan drug of choice dari terapi retinoblastoma.10

Gambar Retinoblastoma stadium ektraokuler pada pasien laki-laki usia 2 tahun. Pasien datang dengan keluhan penonjolan pada mata kanand. Stadium metastasisStadium ini sangat buruk karena tumor sudah masuk ke kelenjar limfe pre aurikuler atau sub mandibular. Tempat metastatis RB paling sering pada anak adalah tulang kepala, tulang distal, otak, vertebra, dan viscera abdomen. Namun di USA penyebaran penyakit jarang dijumpai karena pasien terdiagnosis pada stadium dini.102.8 GEJALA KLINISTerdapat banyak variasi gejala klinis pada retinoblastoma,yaitu sebagai berikut :

Dikutip dari kepustakaan 52.9 PENEGAKKAN DIAGNOSIS ANAMNESAAnamnesis pada pasien dengan kecurigaan Retinoblastoma, maka perlu dilakukan anamnesis lanjutan. Perlu ditanyakan onset dan durasi kelainan mata, terutama lekocoria atau strabismus. Kesehatan anak secara keseluruhan juga perlu ditanyakan. Adanya penurunan berat badan atau selera makan dapat menjadi salah satu gejala yang perlu diwaspadai. Pertanyaan tentang penglihatan yang perlu ditanyakan adalah apakah pasien mengalami gangguan penglihatan, seperti penglihatan kurang fokus, perbedaan gerakan mata kanan dan kiri, atau kesulitan meraih benda, dan ada atau tidaknya nistagmus. Pertanyaan lain adalah ada tidaknya riwayat trauma, terutama pada mata, serta riwayat penyakit keluarga dengan retinoblastoma.5.11

PEMERIKSAAN FISIKPasien anak yang diduga Retinoblastoma harus mendapatkan pemeriksaan fisik dan penunjang lengkap oleh onkologis anak dan dokter mata. Pemeriksaan mata pada anak yang tidak kooperatif dapat dilakukan dengan pengaruh anestesi (examination under anesthesia).2 Beberapa hasil pemeriksaan yang dapat ditemui pada pemeriksaan yaitu :5a. Penurunan visus, biasanya dapat ditemukan pada anak yang sudah dapat berkomunikasi dan kooperatif.b. Cover/uncover test dapat ditemukan adanya strabismus.c. Injeksi.d. Leukocoria.e. Hifema dan atau hipopion.f. Pada pasien kooperatif dapat dilakukan pemeriksaan slit lamp, biasanya dapat ditemukan adanya uveitis atau glaucoma.g. Peningkatan tekanan intraokuler.h. Pemeriksaan funduskopi dilakukan dengan anestesi.Lesi kecil dapat terlihat sebagai area tembus cahaya atau lesi berbentuk seperti kubah. Pada lesi yang lebih besar, dapat ditemukan area berwarna keputihan seperti kapur. Tumor endofitik tumbuh kearah corpus vitreum, sedangkan eksofitik tumor tumbuh ke spatium subretina.9

Gambar Retina Normal. Makula lutea terletak 3-4 mm ke arah temporal dan sedikit di bawah disk optik, diameter vena 1,5 kali lebih besar dari arteri.

A. Hasil pemeriksaan funduskopi mata kanan pasien Retinoblastoma dengan lesi kecil, tampak gambaran keputihan di superotemporal.B. Lesi Retinoblastoma besar, dimana tumor sudah menyebar ke korpus vitreum.12 PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien yang dicurigai Retinoblastoma adalah : a. Ultrasonografi orbital : untuk konfirmasi adanya massa pada segmen posterior mata dan kalsifikasi intralesi. USG mempunyai nilai akurasi mencapai 80%, Retinoblastoma ditemukan adanya massa tumor hiperekoik dengan kalsifikasi.b. CT Scan/MRI : CT Scan kepala orbita, bila terdapat protopsis, kecurigaan perluasan tumor ke ekstraokular, metastasis intrakranial, pada USG terdapat perluasan ke N.II, serta menilai adanya trilateral pada midlinecranial. Sedangkan pada pemeriksaan MRI yang berguna untuk memperkirakan derajat deferensiasi retinoblastoma namun tidak sespesifik CT-Scan karena kurangnya sensitivitas mendeteksi kalsium. Selain itu MRI ini juga berguna dalam mengidentifikasi retinoblastoma yang behubungan dengan perdarahan atau ablasio retina eksudatif.c. Pemeriksaan punsi sumsum tulang ( BMP ) bila ada protopsis dan pemeriksaan pungsi lumbal ( LP ) bila terdapat gejala peninggian tekanan intrakranial atau penyebaran tumor ke N.II pasca operasi.d. Pemeriksaan Patologi Anatomi ( PA ) bola mata yang mengandung tumor ditujukan untuk konfirmasi diagnosis istopatologik beserta defferensiasi tumor (defferensiasi baik, deferensiasi buruk ) dan penetapan perluasan tumor.16 DIAGNOSIS BANDINGBeberapa diagnosis banding Retinoblastoma adalah sebagai berikut :a. Katarak kongenital, pada penyakit ini juga dijumpai adanya pupil putih (leukocoria).b. Persistent fetal vasculature/ PFV (sebelumnya disebut persistenthyperplastic primary vitreous/ PHPV), adalah kegagalan regresi pembuluh darah di korpus vitreum.c. Dysplasia retina, yang dapat terjadi pada Norries disease, Pataus syndrome, Edwards syndrome, Walker Warburg dan kelainan migrasi saraf lainnya,.d. Early onset Coats disease, yaitu kelainan pembuluh darah retina karena eksudasi lipid d bawah retina.e. Infeksi kongenital, seperti toxocariasis.f. Glaucoma kongenital, yaitu ditemukannya mata merah, berair, dan keruh.9

2.10 PENATALAKSANAAN Prinsip prinsip pengobatan retinoblastomaTatalaksana retinoblastoma melibatkan pendekatan multidisiplin. Dokter mata, dokter onkologi, dokter ahli radioterapi, dokter patologi, dan konselor genetik merupakan para ahli yang harus dapat bekerja sama untuk manajemen pasien secara komprehensif. Secara umum, tatalaksana Retinoblastoma dibagi menjadi tatalaksana intraokuler pada asal tumor, dan ekstraokuler yang merupakan penyebaran tumor. Tatalaksana tersering pada Retinoblastoma unilateral adalah enukleasi bulbi, dengan cure rate > 95%. Kasus Retinoblastoma bilateral biasanya ditangani dengan kemoterapi atau external beam radiation (EBR).5 Tujuan utama tatalaksana Retinoblastoma ektraokuler adalah untuk mempertahankan kehidupan. Mempertahankan organ dan fungsi penglihatan merupakan tujuan sekunder dan tertier. Terdapat beberapa metode tatalaksana Retinoblastoma ekstraokuler, meliputi terapi gejala klinis dengan proptosis :a. Bila secara radiologi pada retinoblastoma unilateral tidak ditemukan destruksi tulang orbita, tiada perluasan intrakranial dalam, metastasis jauh (BMP/LP negatif); dilakukan tindakan bedah mengangkat seluruh isi rongga mata (eksentrasi orbita), dilanjutkan dengan radioterapi (usia >2 tahun) dan kemoterapi.b. Bila secara radiologis pada retinoblastoma unilateral ditemukan destruksi dinding orbita, atau metastase intracranial dengan atau tanpa metastase jauh, tidak perlu dilakukan tindakan bedah dan diberikan radiasi (usia >2 tahun) dan kemoterapi.c. Tumor disertai pembesaran kelenjar regional, penderita diberi pengobatan: radiasi ( >2 tahun) pada orbita dan kelenjar limfe yang membesar, dilanjutkan dengan kemoterapi.d. Tumor dengan metastase jauh. Pada stadium ini, gambaran klinis dapat sangat bervariasi pada masing-masing penderita. Oleh itu, pengobatannya adalah berdasarkan penilaian secara tersendiri; kasus demi kasus. Pilihan pengobatan adalah kemoterapi dan radioterapi dipertimbangkan kemudian. 2 Penanganan retinoblastoma sangat tergantung pada besarnya tumor, bilateral, perluasan kejaringan ekstraokuler dan adanya tanda-tanda metastasis jauh. 21) Fotokoagulasi laserFotokoagulasi laser sangat bermanfaat untuk retinoblastoma stadium sangat dini. Dengan melakukan fotokoagulasi laser diharapkan pembuluh darah yang menuju ke tumor tertutup, sehingga sel tumor akan menjadi mati. Keberhasilan cara ini dapat dinilai dengan adanya regresi tumor dan terbentuknya jaringan sikatrik korioretina. Cara ini baik untuk tumor yang diameternya 4,5 mm dan ketebalah 2,5 mm tanpa adanya vitreous seeding. Yang paling sering dipakai adalah Argon atau Diode laser yang dilakukan sebanya 2 sampai 3 kali dengan interval masing-masingnya 1 bulan.2) KrioterapiDapat dipergunakan untuk tumor yang diameternya 3,5 mm dengan ketebalan 3 mm tanpa adanya vitreous seeding, dapat juga digabungkan dengan fotokoagulasi laser. Keberhasilan cara ini akan terlihat adanya tanda-tanda sikatrik korioretina. Cara ini akan berhasil jika dilakukan sebanyak 3 kali dengan interval masing-masing 1 bulan.

3) ThermoterapiDengan mempergunakan laser infrared untuk menghancurkan sel-sel tumor terutama untuk tumor-tumor ukuran kecil.4) RadioterapiDapat digunakan pada tumor-tumor yang timbul kearah korpus vitreus dan tumor-tumor yang sudah berinervasi kearah nervus optikus yang terlihat setelah dilakukan enukleasi bulbi. Dosis yang dianjurkan adalah dosis fraksi perhari 190-200 cGy dengan total dosis 4000-5000 cGy yang diberikan selama 4 sampai 6 minggu.5) Kemoterapi Indikasinya adalah pada tumor yang sudah dilakukan enukleasi bulbi yang pada pemeriksaan patologi anatomi terdapat tumor pada koroid dan atau mengenai nervus optikus. Kemoterapi juga diberikan pada pasien yang sudah dilakukan eksentrasi dan dengan metastase regional atau metastase jauh. Kemoterapi juga diberikan pada tumor ukuran kecil dan sedang untuk menganjurkan penggunaan Carboplastin, Vincristine sulfat, dan Etopozide phosphate. Beberapa peneliti juga menambahkan Cyclosporine atau dikombinasi dengan regimen kemoterapi carboplastin, vincristine, etopozide phosphate. Tehnik lain yang dapat digabungkan dengan metode kemoterapi ini adalah : Kemoterapi, dimana setelah dilakukan kemoreduksi dilanjutkan dengan termoterapi. Cara ini paling baik untuk tumor-tumor yang berada pada fovea dan nervus optikus dimana jika dilakukan radiasi atau fotokoagulasi laser dapat berakibat terjadinya penurunan visus. 6) Kemoradioterapi, adalah kombinasi antara kemoterapi dan radioterapi yang dapat dipergunakan untuk tumor-tumor lokal dan sistemik. Enukleasi bulbi dilakukan apabila tumor sudah memenuhi segmen posterior bola mata. Apabila tumor telah berinervasi ke jaringan sekitar bola mata maka dilakukan eksenterasi.2 Berdasarkan ukuran tumor, penatalaksanaan dapat dibagi :1. Tumor kecilUkuran tumor kecil dari 2 diameter papil nervus optikus tanpa infiltrasi ke korpus vitreous atau sub retinal. Dapat dilakukan fotokoagulasi laser, termoterapi, korioterapi, dan kemoterapi.2. Tumor mediuma. Brakiterapi untuk tumor ukuran kecil dari 8 diameter papil nervus optikus, terutama yang tidak ada infiltrasi ke korpus vitreous, juga dipergunakan untuk tumor-tumor yang sudah mengalami regresi.b. Kemoterapic. Radioterapi, sebaiknya hal ini dihindarkan, karena kompikasinya dapat menyebabkan katarak, radiasi retinopati.3. Tumor besara. Kemoterapi : untuk mengecilkan tumor dan ditambah pengobatan lokal seperti krioterapi dan fotokoagulasi laser yang bertujuan untuk menghindarkan enukleasi atau radioterapi. Tindakan ini juga memberikan keuntungan apabila terdapat tumor yang kecil pada mata sebelahnya.b. Enukleasi bulbi dilakukan apabila tumor diffuse pada segmen posterior bola mata dan yang mempunyai risiko tinggi untuk terjadi rekurensi.4. Tumor yang sudah meluas kejaringan ekstraokuler maka dilakukan eksenterasi dan diikuti dengan kemoterapi dan radioterapi.5. Tumor yang sudah bermetastasis jauh, hanya diberikan kemoterapi saja.2Tabel menjelaskan regimen kemoterapi yang sering digunakan. Terapi standar digunakan untuk retinoblastoma dengan ukuran kecil dan sedang (ICIOR grup A sampai C), sedangkan dosis tinggi untuk tumor yang lebih lanjut (ICIOR grup D).

Diagnosis Prenatal dan Metode ScreeningApabila terdapat riwayat penyakit keluarga dengan retinoblastoma, maka dapat dilakukan pemeriksaan untuk menghindari kejadian Retinoblastoma atau melakukan deteksi awal.1. Pre-implantation genetic diagnosis (PIGD) PIGD merupakan screening yang dilakukan terutama saat dilakukannya invitro fertilization untuk memilih embrio yang akan diimplantasikan ke uterus ibu. Screening dilakukan saat fase blastosit, dimana satu sel diperiksa untuk melihat ada tidaknya mutasi.2. Chorion villous sampling (CVS) atau amniosentesis, adalah teknik untuk mengambil jaringan fetus dan kemudian dilakukan pemeriksaan mutasi prenatal.3. USG prenatal Pemeriksaan ini dilakukan pada usia kehamilan akhir untuk melihat ada tidaknya pertumbuhan tumor pada orbita. Sensitivitas pemeriksaan ini rendah, perlu dilakukan oleh tenaga yang berpengalaman.4. Pemeriksaan darah plasenta ini dilakukan dengan mengambil darah dari pembuluh darah plasenta oleh dokter spesialis obsgyn, darah kemudian dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan mutasi gen Retinoblastoma.92.12 PROGNOSISPrognosis terhadap kehidupan Tumor yang tidak diterapi dapat mengakibatkan invasi lokal dan metastastis, dan biasanya pasien akan meninggal dalam jangka waktu kurang dari 2 tahun. Kasus yang jarang, dapat terjadi perhentian pertumbuhan tumor secara spontan dan membentuk retinoma, atau nekrosis dan menyebabkkan phtisis bulbi. Tumor dengan ukuran kecil atau sedang, jika diterapi dengan tepat dapat mempunyai survival rate mencapai 95% (pada negara maju), sedangkan pada negara berkembang adalah sekitar 50%. Prognosis yang buruk berhubungan dengan ukuran tumor, keterlibatan nervus optikus, penyebaran ekstraokuler, dan usia yang lebih tua saat onset.9Prognosis penglihatan Di negara maju, prognosis penglihatan retinoblastoma cukup bagus, yaitu dapat mencapai 50% pada mata yang tidak di-enukleasi. Prognosis penglihatan pada mata yang tidak terkena tumor mencapai lebih dari 80%.92.12 KOMPLIKASI Stadium Leukokoria Katarak congenitalMerupakan kekeruhan pada lensa yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir.13,14

Gambaran Katarak Kongenital, Dikutip dari kepustakaan 13. Retinopaty of PrematurityHal ini merupakan gangguan mata pada bayi yang lahir prematur yang disebabkan pertumbuhan pembuluh darah retina yang tidak sempurna sehingga dapat menyebabkan jaringan parut dan ablasio retina. Semua bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram atau usia kehamilan kurang dari 32 minggu berisiko mengalami retinophaty of prematurity. Terdapat lima stadium pada penyakit ini, yaitu : stadium 1 garis batas kabur (demarcation line), stadium 2 demarcation ridge atau elevated ridge, stadium 3 external fibrovascular tissue, stadium 4 subtotal retinal detachment, stadium 5 total retinal detachment.15

Gambaran stadium retinophaty of prematurity, Dikutip dari kepustakaan 15 Persistent Hyperplastic Primary VitreousMerupakan kelainan kongenital yang sangat jarang terjadi. Disebabkan karena terjadi persisten jaringan hyaloid vascular dan mesenkim dari vitreous primer embrio. Biasanya terjadi hanya pada satu mata dan ditemukan adanya mikroftalmus. 16

Gambaran Persistent Hyperplastic Primary Vitreous, Dikutip dari kepustakaan 16 Stadium glaucoma Glaukoma KongenitalPada umumnya, gejala pertama yang timbul pada glaucoma kongenital adalah epifora, fotofobia, dan blefarospasme. Gejala ini muncul pada edema epitel kornea yang disebabkan oleh tekanan intraokuler yang meninggi. Juga terdapat buftalmus dan kekeruhan kornea (Haabs Skiae).16 Stadium Ekstra Okuler RhabdomyosarcomaRhabdomyosarcoma adalah keganasan yang berkembang dari muskulus skeletal. Terdiri dari 2 tipe, yaitu embryonal Rhabdomyosarcoma dan Alveolar Sarcoma. Gejalanya sesuai dengan tempat predileksinya. Tumor pada mata dapat mengakibatkan penonjolan bola mata atau pada anak dapat mengakibatkan juling.16

Gambaran Rhabdomyosarcoma, Dikutip dari kepustakaan 162.13 EDUKASIEdukasi dini pada keluarga pasien retinoblastoma sangatlah penting, terkait dengan pertumbuhan dari retinoblastoma yang sangatlah progresif. Kebanyakan dinegara berkembang dengan tingkat ekonomi yang rendah, pendidikan yang rendah, serta minimnya sarana kesehatan serta informasi kesehatan seringkali jadi faktor utama kendala dari retinoblastoma. Seringkali banyak dari pasien retinoblastoma datang sudah dengan stadium lanjut, yang dikarenakan dari minimnya pengetahuan dari penyakit retinoblastoma, yaitu minimnya sarana dan informasi kesehatan serta kebiasaan dari suatu daerah yang menggunakan sarana tradisional yang menjadi faktor utama dari meningkatnya kematian dari retinoblastoma tersebut. Sehingga dari kasus ini diambil suatu kesimpulan betapa pentingnya edukasi sejak dini dan pemahaman dari keluarga terhadap penyakit retinoblastoma ini.

BAB IIILAPORAN KASUS3.1 Identitas PenderitaNama : An. F.EUmur : 2 tahun 11 bulanSuku : BiakAgama : Kristen ProtestanPekerjaan : -Alamat : BIAKNo.DM : 40 03 01Tanggal masuk perawatan : 19 November 20153.2 Data DasarA. Data subjektif AnamnesisAlloanamnesis dari keluarga pasien tanggal 19 November 2015 pukul 11.00 WIT datang di Polik Mata Dok 2 Jayarpura Sebagai rujukan dari Rs Biak. Keluhan UtamaBenjolan pada mata kanan Riwayat Penyakit SekarangPasien merupakan pasien rujukan, 1 bulan yang lalu muncul bulatan putih serta seperti bercahaya pada bola mata kanan, seminggu setelah muncul bulatan putih bercahaya tersebut pasien dibawah oleh keluarga untuk diobati secara tradisional menggunakan tiupan asap rokok serta digunakan ramuan dari daun-daun pada mata pasien. Karena tidak ada perubahan pada mata pasien maka pasien dibawah ke Rumah Sakit Biak setelah beberapa minggu dirawat di Rumah Sakit Biak kemudian pasien di Rujuk ke Rsud dok 2 Jayapura. Riwayat Penyakit DahuluRiwayat trauma sebelumnya tidak ada. Riwayat Penyakit KeluargaTidak ada keluarga yang sakit seperti. Riwayat Sosial EkonomiPasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara, pekerjaan orang tua swasta. Tinggal di Biak Selatan. Biaya ditanggung JAMKESPA.B. PEMERIKSAAN FISIK UMUM1. Status GeneralisKeadaan Umum: BaikKesadaran : Compos mentisNadi : 100x / MenitSuhu Badan : 36.70 CJantung dan Paru: Dalam batas normalAbdomen : Dalam batas normal 2. Status NeurologiMotoris : Parese (-)Sensoris: BaikRefleks: BaikKesan/Kesimpulan: Baik3. Status PsikiatriAfek : ApproprieteSikap: Tidak kooperatifRespon: BaikKesan/Kesimpulan: Baik

C. Pemeriksaan Khusus / Pemeriksaan Oftalmologis1. Pemeriksaan SubyektifJENIS PEMERIKSAANODOS

Form SenceSentralDistance Vision (Snellen Card) Tde Tde

Neur Vision (Jaegger Test)

Perifer

Colour SenceTdeTde

Light SenceTdeTde

Light ProjectionTdeTde

1. Pemeriksaan Obyektif1. Pemeriksaan Bagian LuarJENIS PEMERIKSAANODOS

Inspeksi UmumEdema +_

Hiperemi +_

Sekret +_

Lakrimasi +_

Fotofobia __

Blefarospasme __

Posisi Bola MataTdeDitengah

Benjolan / TonjolanUk. 6 cm x 4cm x 3 cm_

SupersiliaDbnDbn

Inspeksi KhususPalpebraPosisiTdeDbn

WarnaTdeDbn

BentukAbnormalDbn

Edema+_

Pergerakan _Dbn

Ulkus__

Vesikel__

Krusta__

Tumor+_

Lain-lain__

JENIS PEMERIKSAANODOS

Inspeksi KhususMargo PalpebraPosisiTdeDbn

Ulkus__

Krusta__

SiliaDbnDbn

Skuama__

KonjungtivaPalpebraWarnaHiperemis_

Sekret+_

Edema+_

BulbiWarnaHiperemis _

Benjolan+_

Pembuluh darahTdeDbn

Injeksi __

ForniksTdeDbn

PosisiTdeDbn

GerakanTdeDbn

Bulbus

OkuliSkleraWarnaTdePutih

Perdarahan__

Benjolan+_

Lain-lain__

KorneaKekeruhan__

Ulkus__

Sikatriks__

Panus__

Arkus senilis__

PermukaanTde Jernih

Reflex korneaTdeBaik

Lain-lain__

COATdeCukup Dalam

JENIS PEMERIKSAANODOS

InspeksiKhusus

BulbusOkuliIrisPerlekatan__

WarnaLain lainTde_Dbn_

PupilBentukTdeBulat

ReflexTde+

LensakekeruhanTdeTde

PalpasiNyeri Tekan+_

Tumor+_

TIO digitalTidak dilakukanTidak dilakukan

1. Pemeriksaan Kamar GelapJENIS PEMERIKSAANODOS

1. Obligus IluminationKorneaTdeTde

COATdeTde

IrisTdeTde

Lensa(kekeruhan)TdeTde

1. Direct OphtalmoscopeKorneaTdeDbn

COATdeDbn

LensaTdeDbn

Badan kaca (kekeruhan)TdeTde

Refleks fundusTdeTde

Pembuluh darahTdeTde

Makula luteaTdeTde

1. Slit LampKorneaTdeTde

COATdeTde

IrisTdeTde

LensaTdeTde

Kojungtiva bulbiTdeTde

JENIS PEMERIKSAANODOS

Tensi Okuli SchiotzTdeTde

Placido TestTdeTde

Pupil Distance (PD)Tde

D. Foto Klinis Pasien

E. Foto Rontgen Thorax & Foto Polos Schedle dan Orbita Ap/Lat

F. Pemeriksaan Penunjang LaboratoriumPemeriksaan19 November 2015Nilai Rujukan

HB (g/dL)12,514 17,4

WBC (103/uL)18,165 10

RBC(106/uL)5,354 5

PLT (103/uL)510150 400

DDRNegatif

BT2001 6

CT7005-11

3.4 RESUMESeorang anak laki-laki berumur 2 tahun 11 bulan MRS dengan keluhan benjolan pada mata kanan yang sejak 1 bulan sebelum masuk Rumah Sakit Dok 2 Jayapura. Benjolan awalnya kecil dan lama kelamaan makin membesar. Benjolan mudah berdarah. Nyeri terutama bila ditekan. Riwayat Leukokoria (+) 1 bulan yang lalu. Dari pemeriksaan status Generalis, Status Neurologi, dan status Psikiatri Dalam batas normal. Dari pemeriksaan oftalmologi, pemeriksaan inspeksi OD tampak palpebra udem (+), proptosis (+), konjungtiva, kornea tidak dapat dievaluasi, tampak massa tumor ukuran 6cm x 4 cm x 3 cm, konsistensi kenyal padat, mudah berdarah. Pada palpasi OD teraba massa tumor, konsistensi padat, ukuran 6 cm x 4 cm x 3 cm, nyeri tekan (+). Visus OD: 0 OS : 0. Detail lain sulit dievaluasi.3.5 DIAGNOSARetinoblastoma Ekstraokuler Dextra3.6 DIAGNOSA BANDINGRhabdomyosarcoma3.7 PENATALAKSANAAN GV/Hari Gentamicin Zalf EO 3 x 1 App OD Cefadroxil Syr 2 x 1 cth (p.o) Pct Syr 3 x 1 (p.o) Konsul Bagian Ilmu Kesehatan Anak dan Bedah Onkologi untuk pemberian dikemoterapi.3.8 PROGNOSIS Ad Vitam: Malam Ad Functionam: Malam Ad Sanationam: Malam3.9 ANJURAN PEMERIKSAAN CT SCAN Pemeriksaan punsi sumsum tulang ( BMP ) & Pungsi Lumbal (LP)

BAB IVPEMBAHASANPasien ini didiagnosis dengan Retinoblastoma Ekstaokuler Dextra berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Radiologi).Pada anamnesis, pasien mengeluhkan adanya benjolan pada mata kanan yang berlangsung progresif. Di mana benjolan ini muncul 1 bulan yang lalu. Dari keluhan tersebut, kita dapat menduga penyakit yang dialami pasien kemungkinan adalah suatu keganasan. Setelah mengetahui gejala utama, sebaiknya digali gejala penyerta lainnya yang dapat membantu kita mengarahkan diagnosis yang kita duga untuk sementara. Pada pasien ini, diduga pasien menghidap penyakit retinoblastoma dilihat dari gejala dan faktor resiko seperti usia < 5 tahun dan adanya riwayat leukokoria sebelumnya yang merupakan gejala dini penyakit retinoblastoma pada anak. Anak yang sudah mencapai stadium lanjut biasanya lebih rewel akibat rasa sakit atau nyeri daerah mata serta tampak lemah dan kurus. Hal ini dikarenakan tumor yang sudah memenuhi ruang orbita bahkan sampai keluar ke ekstra okuler dan segmen anterior bola mata menjadi rusak, ( stadium ekstraokuler).16Gejala klinis subjektif pada pasien retinoblastoma sukar karena anak tidakmemberikan keluhan. Tapi kita harus waspada terhadap kemungkinan retinoblastoma. Lebih dari 75% anak-anak dengan retinoblastoma yang pertama kali dicatat mempunyai pupil putih yang mana dokter menyebutnya Leukokoria yang seolahbersinar bila kena cahaya seperti mata kucing Amaurotic cats eye, strabismus, atau kemerahan dan nyeri serta bola mata sudah menonjol (Proptosis) akibat desakan massa tumor yang sudah keluar ke ekstra okuler. Pada kasus ini, tumor sudah semakin membesar pada mata kanan. Tumor menjadi lebih besar, bola mata membesar menyebabkan eksoftalmus. Pertumbuhan dapat pula terjadi kebelakang sepanjang N. II dan masuk ke ruang tengkorak. Penyebaran ke kelenjar getah bening, dapat masuk ke pembuluh darah untuk kemudian menyebar ke seluruh tubuh.16Untuk memperkuat diagnosis kerja retinoblastoma, dilakukan pemeriksaan fisis oftalmologis dan pemeriksaan penunjang lainnya. Pada inspeksi tampak massa ekstra orbital pada mata kanan. Pada pemeriksaan laboratorium didapati HGB 12.5, WBC 18.16, PLT 510 dimana terjadi peningkatan dari leukosit serta platelet yang menunjukkan terjadinya infeksi. Gambaran Rongen Thorax tidak didapati metastase jauh dan foto Schedle dan orbita AP/LAT menunjukkan tampak adanya tanda-tanda kalsifikasi pada foto polos kepala.2 Hal ini juga ditemukan pada pasien ini yaitu pada foto orbita AP Sinistra / Dextra tampak adanya gambaran kalsifikasi dalam cavum orbita dekstra yang menyolong gambaran retinoblastoma okuli dekstra.Penatalaksanaan pada kasus ini adalah diberikan obat analgetik dan antibiotik salap mata Gentamicin dengan tujuan hanya sebagai tindakan pencegahan terjadinya infeksi pada mata, dan juga tidak menimbulkan lengket saat dilakukan verban mata yang bertujuan juga untuk menghindari kontak langsung dengan dunia luar yang akan memperparah keadaan (Debu, Serangga), kemudian pasien diberikan Cefadroxil Sirup dan juga Paracetamol Sirup karena pasien mengeluh batuk serta sering demam dan tujuan pemberian obat-obat tersebut hanya untuk mencegah bertambah buruknya keadaan pasien serta meningkatkan daya tahan tubuh pasien. Kemudian untuk pemeriksaan anjuran yang akan dilakukan pada pasien ini adalah CT-Scan Kepala Orbita karena didapati protopsis, serta kecurigaan perluasan tumor ke ekstraokular dan metastasis intrakranial, serta akan dilakukan Pemeriksaan punsi sumsum tulang ( BMP ), karena didapati protopsis pada pasien dan pemeriksaan pungsi lumbal ( LP ) karena dicurigai gejala peninggian tekanan intrakranial atau penyebaran tumor dan juga pada pasien ini dikonsulkan pada bagian Anak serta Bedah untuk penatalaksanaan lebih lanjut dalam rencana pemberian kemoterapi tetapi belum sempat dilakukan penatalaksanaan lebih lanjut dikarenakan keluarga pasien menolak untuk dilakukan penatalaksanaan lebih lanjut.16Prognosis pada pasien ini malam karena pasien secara fisik fungsi vital dan fungsiorgan tidak dapat kembali baik dan aktivitas pasien pasti tidak dapat kembali sebagaimana biasanya. Sebab keluarga pasien menolak untuk dilakukan kemoterapi dan meminta pulang paksa sehingga pengobatan selanjutnya pada tumornya tidak dapat dilaksanakan. Kepustakaan juga menyebutkan bahwa retinoblastoma yang tidak diobati hampir selalu berakibat fatal sebab dapat terjadi metastasis ke organ lain dan kemungkinan hidup 5%.6

DAFTAR PUSTAKA1. Wijaya Nana, S.D. 1989. Ilmu penyakit mata, Edisi ke 5. Jakarta2. Chintagumpala, M., P. Chevez-Barrios, E. A. Paysse, S. E. Plon, and R. Hurwitz. 2007. Retinoblastoma : Review of Current Management. TheOncologist, 12: 1237-46.3. Murphree LA,Singh DA,Heritable Retinoblastoma: The RB1 cancer Predisposition Syndrome, Clinical Ophthalmic Oncology,2007, p.428-302.4. Ilyas, S. 2010. Anatomi dan Fisiologi Mata. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta: FKUI.5. Reddy, V. A. P., and S. G. Honavar. 2008. Retinoblastoma Advanced in Management. Apollo Medicine, 5(3): 183-9.6. Aerts, I., L. L. Rouic, M. Gauthier-Villars, H. Brisse, F. Doz, and L. Desjardins. 2006. Review : Retinoblastoma. Orphanet Journal of RareDisease, 1:31.7. Desen Wan. Retinoblastoma. In : Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi ke 2. Jakarta.2008:P.647-548. Deegan, W. F. 2005. Retinoblastoma : A Review of Current Treatment Strategies. Journal of Ophthalmic Prosthetics.9. Parulekar, M. V. 2010. Retinoblastoma Current treatment and future direction. Early Human Development, 86: 619-25.10. Paduppai, S. 2010. Characteristic of Retinoblastoma Patients at Wahidin Sudirohusodo Hospital 2005-2010. The Indonesia Journal of Medical Science, 2(1): 1-7.11. Isidro, M. A., and H. Roy. 2012. Retinoblastoma. Diambil dari : http://emedicine.medscape.com/article/1222849-overview. Diakses tanggal : 23 November 2015.12. Rodriguez-Galindo, C., and M. W. Wilson. 2010. Clinical Features, Diagnosis, Pathology. In : Retinoblastoma. London: Springer. 12. Othman, I. S. 2012. Retinoblastoma major review with updates on Middle east management protocols. Saudi Journal of Ophthalmology, 26: 163-75.13. Razek A K K A, Elkhamary S, MD. MRI of Retinoblastoma. The British Journal of Radiology. Saudi Arabia. 2011:775-84. Diakses dari http://bjr.birjournals.org/content/84/1005/775.full.pdf+html. 2015.14. Jr. Eagle,C Ralph. Retinoblastoma and Simulating Lesions. Chapter 21. Diakses dari http://www.oculist.net/downaton502/prof/ebook/duanes/pages/v9/ch021/01/012f.html. 2015.15. Kiss S, Leiderman YI, Mukai S. Diagnosis, Classification, and Treatment of Retinoblastoma. In: International Ophtalmologhy Clinic. P 135-4716. D. R. Budi. Case Report Retinoblastoma. Diakses dari http://www.Scribd.240315891-Retinoblastoma-case-report.docx.html.2015.

37