8
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelayanan air bersih merupakan komponen pelayanan publik yang sangat penting. Air merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Penyediaan air bersih menjadi perhatian khusus setiap negara di dunia tidak terkecuali di Indonesia. Pertumbuhan penduduk, perkembangan pembangunan, dan meningkatnya standar kehidupan menyebabkan kebutuhan akan air bersih terus meningkat. Hal ini menjadikan kualitas layanan perusahaan penyedia dan pengelola air bersih sangat dibutuhkan oleh masyarakat Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) mengemban tugas pokok melaksanakan pengelolaan dan pelayanan air bersih untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah. Sebagai salah satu perusahaan milik daerah, harus mengupayakan untuk dapat menunjang terwujudnya misi dan fungsi yang diemban maka pengelolaan sistem air minum harus dilakukan dengan baik dan benar serta harus memenuhi kaidah-kaidah teknis dan ekonomis sesuai dengan standar kriteria yang telah ditentukan. Sistem distribusi produksi air yang dikelola PDAM dalam memperoleh air bersih akan menghasilkan kualitas dan kuantitas pelayanan yang berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini juga terjadi pada Kota Meulaboh Kabupaten

Chapter I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

d

Citation preview

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Pelayanan air bersih merupakan komponen pelayanan publik yang sangat

    penting. Air merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan

    manusia. Penyediaan air bersih menjadi perhatian khusus setiap negara di dunia tidak

    terkecuali di Indonesia. Pertumbuhan penduduk, perkembangan pembangunan, dan

    meningkatnya standar kehidupan menyebabkan kebutuhan akan air bersih terus

    meningkat. Hal ini menjadikan kualitas layanan perusahaan penyedia dan pengelola

    air bersih sangat dibutuhkan oleh masyarakat

    Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) mengemban tugas pokok

    melaksanakan pengelolaan dan pelayanan air bersih untuk meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat sesuai dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2004, tentang

    Pemerintahan Daerah. Sebagai salah satu perusahaan milik daerah, harus

    mengupayakan untuk dapat menunjang terwujudnya misi dan fungsi yang diemban

    maka pengelolaan sistem air minum harus dilakukan dengan baik dan benar serta

    harus memenuhi kaidah-kaidah teknis dan ekonomis sesuai dengan standar kriteria

    yang telah ditentukan.

    Sistem distribusi produksi air yang dikelola PDAM dalam memperoleh air

    bersih akan menghasilkan kualitas dan kuantitas pelayanan yang berbeda dari satu

    daerah dengan daerah lainnya. Hal ini juga terjadi pada Kota Meulaboh Kabupaten

  • 2

    Aceh Barat yang terdiri dari tiga kecamatan pelayanan, yaitu Kecamatan Johan

    Pahlawan, Kaway XVI dan Meureubo. Dalam penelitian ini akan dilakukan penelitian

    di Kecamatan Johan Pahlawan karena terbatasnya kemampuan peneliti dan luasnya

    daerah cakupan pelayanan.

    Agustina D. V., (2007) menyatakan sistem distribusi produksi air dengan

    perpipaan, kualitas pelayanan tergantung pada kondisi jaringan pipa distribusi air

    dan kinerja pelayanan. Sedangkan kualitas pelayanan pada sistem distribusi produksi

    air non perpipaan tergantung pada kondisi lingkungan alam sekitarnya.

    Saat ini kapasitas produksi terpasang PDAM Tirta Meulaboh WTP Lapang

    memiliki kapasitas 80 ltr/dtk dengan kapasitas yang dimanfaatkan 70 ltr/dtk. Sumber

    air yang digunakan bersumber dari air permukaan yaitu sungai. Dari hasil survei

    pendahuluan secara langsung di lokasi daerah layanan PDAM Tirta Meulaboh,

    didapatkan kondisi bahwa debit aliran kecil (kurang mencukupi), tekanan air kurang,

    aliran berlangsung secara tidak kontinyu atau jam-jam pengaliran sering tidak

    menentu sehingga sangat merugikan konsumen. Hal ini terjadi karena terdapat

    beberapa permasalahan yang timbul dalam proses penyediaan air selama ini salah

    satunya adalah terjadinya kehilangan air (losses) atau dikenal dengan kebocoran air.

    Damanik, W., (2002) menyatakan bahwa banyaknya air yang hilang (losses),

    maka akan menurunkan jumlah air yang dapat dijual kepada pelanggan, dan

    berdampak selanjutnya pada pendapatan perusahaan dari penjualan air akan

    berkurang sehingga akan menurunkan produktivitas perusahaan.

  • 3

    Suntari, (2008) menyatakan bahwa untuk meningkatkan pelayanan air bersih

    lebih optimal dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor topografi,

    penyebaran konsumen, ketersediaan air, cakupan pelayanan, kebijakan pengoperasian,

    unjuk kerja (performance) atau tingkat layanan yang diharapkan serta pengembangan

    jaringan (extension).

    Ferijanto, K., (2007) menyatakan bahwa kehilangan air merupakan faktor

    yang dapat menyebabkan kerugian pada suatu sistem penyediaan air, baik terhadap

    PDAM maupun terhadap konsumen. Dengan adanya kehilangan air maka pihak

    PDAM akan menderita kerugian secara ekonomi dan finansial, sedangkan kerugian

    yang diderita pihak konsumen adalah terganggunya kapasistas dan kontinuitas

    pelayanan.

    Husen, dkk (2009) menyatakan bahwa ditinjau dari faktor penyebabnya

    kebocoran pada sistem distribusi, kebocoran dibagi menjadi dua bagian yaitu

    kebocoran karena faktor teknis dan kebocoran karena faktor nonteknis.

    Berdasarkan hasil survey dilokasi penelitian didapat data tingkat kebocoran air

    Tabel 1.1 Data Produksi dan Kebocoran Air

    No Tahun Volume Produksi

    (m3)

    Persentase

    Kebocoran

    1 2008 2.387.428 41,38

    2 2009 2.421.470 44,40

    3 2010 2.003.865 44,25

    4 2011 2.280.940 47,95

    pada PDAM Tirta Kemuning rata-rata 47,95%.

    Sumber : PDAM Tirta Kemuning Kabupaten Aceh Timur Tahun 2012

  • 4

    Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa persentase kebocoran PDAM Tirta

    Meulaboh Kabupaten Aceh Barat selama empat tahun di atas 40 %. Kondisi

    kehilangan air yang terjadi masih melebihi standar tingkat kehilangan air minimum

    yang dizinkan yaitu sebesar 20%. Sehingga permasalahan ini berdampak pada sistem

    distribusi tidak mampu memenuhi kebutuhan air seluruh pelanggan yang dapat dilihat

    dari pasokan air tidak dalam 24 jam sehingga berdampak rendahnya persentase

    cakupan pelayanan PDAM Tirta Meulaboh. Berdasarkan hasil survey didapat data

    2011 adalah sebagai berikut.

    Tabel 1.2. Perbandingan Jumlah Penduduk dan Cakupan Pelayanan

    No Tahun

    Jumlah

    Penduduk

    (Jiwa)

    Penduduk yang

    Terlayani

    (Jiwa)

    Persentase

    Cakupan

    Pelayanan

    1 2008 164.360 39.268 25,62

    2 2009 169.111 64.513 39,25

    3 2010 173.558 49.552 29,30

    4 2011 177.532 67.796 39,06

    Berdasarkan data Tabel 1.2 di atas dapat disimpulkan bahwa cakupan

    dibandingkan dengan cakupan pelayanan air untuk masyarakat untuk mendukung

    program MDGS Tahun 2015 yaitu cakupan pelayanan minimal 60%.

    Di samping permasalahan-permasalahan yang timbul dalam sistem distribusi

    produksi air, PDAM juga menghadapi tantangan untuk meningkatkan kinerja sistem

    dalam rangka mengatasi peningkatan konsumsi air masyarakat. Konsumsi air akan

    selalu mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan populasi. Pertumbuhan

    persentase cakupan palayanan PDAM Tirta Kemuning tahun 2008 sampai dengan

    Sumber : PDAM Tirta Kemuning Kabupaten Aceh Barat Tahun 2012

    pelayanan PDAM Tirta Kemuning Kabupaten Aceh Barat masih relatif rendah jika

  • 5

    penduduk akan meningkatkan jumlah kebutuhan air secara umum karena

    bertambahnya konsumsi air. Melihat kondisi dan kenyataan tersebut, perlu adanya

    Barat secara keseluruhan untuk meningkatkan kemampuan pelayanan dalam

    memenuhi kebutuhan air minum masyarakat. Menanggulangi permasalahan tentu

    diperlukan suatu strategi, salah satunya adalah dengan meningkatkan kapasitas

    produksi dari yang ada saat ini, sehingga tentu diharapkan pelayanan yang diberikan

    kepada masyarakat lebih optimal dan cakupan pelayanan yang diberikan terhadap

    konsumen lebih tinggi.

    Berdasarkan uraian tersebut, maka jelas bahwa studi tentang sistem distribusi

    produksi air dan strategi peningkatan kapasitas produksi air perlu dilakukan dalam

    rangka memberikan sumbangan yang relevan bagi peningkatan produktivitas

    perusahaan.

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka

    dicari pemecahannya melalui penelitian ini adalah:

    1. Masih rendahnya cakupan pelayanan yang diberikan PDAM Tirta

    perbaikan sistem distribusi produksi air PDAM Tirta Kemuning Kabupaten Aceh

    permasalahan yang terjadi di PDAM Tirta Kemuning Kabupaten Aceh Barat akan

    Kemuning Kabupaten Aceh Barat.

  • 6

    Aceh Barat sehingga distribusi air tidak dapat mencukupi kebutuhan air

    masyarakat.

    1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai

    pada penelitian ini adalah:

    1. Mendapatkan rancangan peningkatan kapasitas produksi untuk

    meningkatkan cakupan pelayanan.

    2. Merumuskan strategi untuk peningkatan kapasitas produksi pada sistem

    distribusi produksi air.

    1.4. Manfaat Penelitian

    Melalui penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat sebagai berikut:

    1. Memberikan masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Barat

    dalam memahami permasalahan yang dihadapi PDAM Kabupaten Aceh

    Barat.

    2. Sebagai bahan masukan bagi PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten Aceh

    Barat untuk mengambil kebijakan dalam rangka peningkatan kapasitas

    produksi.

    3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.

    2. Rendahnya kapasitas produksi pada PDAM Tirta Kemuning Kabupaten

  • 7

    1.5. Batasan Masalah

    Pelaksanaan penelitian agar lebih terarahnya, serta keterbatasan waktu

    penelitian maka penulis membatasi cakupan penelitian ini yaitu:

    1. Penelitian terbatas pada sistem jaringan distribusi produksi air pada

    wilayah Kecamatan Johan Pahlawan di WTP Lapang.

    2. Strategi yang diusulkan adalah konsep strategi tanpa melakukan

    implementasi.

    1.6. Asumsi

    Agar penyelesaian masalah dapat dilakukan sesuai dengan teori yang ada

    maka perlu diadakan asumsi-asumsi sebagai berikut:

    1. Diasumsikan kondisi fasilitas produksi perusahaan pada keadaan normal.

    2. Tidak ada perubahan sistem produksi selama penelitian.

    3. Pihak karyawan dan manajemen PDAM dianggap mampu dan konsisten

    dalam memberikan keterangan pada penelitian ini.

    1.7. Sistematika Penulisan Laporan

    Bab 1 (Pendahuluan) menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

    tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi yang digunakan, dan

    sistematika penulisan laporan.

    Bab 2 (Landasan Teori) memaparkan tinjauan-tinjauan kepustakaan yang

    berisi teori ilmiah yang digunakan untuk menjelaskan metode dan teknik yang

  • 8

    digunakan dalam memecahkan permasalahan yang diteliti dan landasan dalam

    pembahasan.

    Bab 3 (Gambaran Umum Perusahaan) menjelaskan secara singkat berbagai

    atribut perusahaan yang menjadi tempat penelitian.

    Bab 4 (Metodologi Penelitian) mengemukakan tahapan-tahapan yang harus

    dilakukan pada penelitian yang berupa rancangan penelitian, pengumpulan data,

    kerangka koseptual penelitian, definisi operasional variabel dan metode penelitian.

    Bab 5 (Hasil Penelitian dan Pembahasan) mengidentifikasi data penelitian

    yang diperoleh dari hasil pengamatan dan dokumen perusahaan sebagai bahan untuk

    melakukan pengolahan dan analisis data. Hasil pengolahan dan analisis data tersebut

    digunakan sebagai dasar dalam perancangan solusi.

    Bab 6 (Perancangan) menguraikan tentang rancangan strategi yang digunakan

    sebagai pemecahan masalah berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan,

    kemudian melakukan pembahasan terhadap strategi yang telah dirancang.

    Bab 7 (Kesimpulan dan Saran) memberikan kesimpulan dari penelitian serta

    saran bagi perusahaan dan pengembangan penelitian-penelitian berikutnya.