Upload
dangkhanh
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
UPAYA BANK INDONESIA DALAM MENGENALKAN GERAKAN
NASIONAL NON TUNAI KEPADA MASYARAKAT INDONESIA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir
Praktik Pengalaman Lapangan Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Tulungagung
Oleh
NISA NUR TAUFIQOH
NIM.17401163076
Dosen Pembimbing Lapangan
Dr. Agus Eko Sujianto, SE., MM.
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
IAIN TULUNGAGUNG
2019
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan
karuniaNya yang telah memberikan kepada penulis kesabaran dan membuka fikiran
untuk menuangkan laporan hasil Praktik Pengalaman Lapangan sehingga dapat
diselesaikan tepat waktu, dan pada akhirnya dapat menyusun laporan PPL yang
berjudul “Upaya Bank Indonesia dalam Mengenalkan Gerakan Nasional Non Tunai
Kepada Masyarakat Indonesia” dengan baik tanpa ada kendala yang berarti.
Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada :
1. Bapak Dr. H. Dede Nurohman, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam IAIN Tulungagung beserta staffnya yang telah membei kesempatan kepada
penyusun mempraktikkan hasil studi selama di bangku perkuliahan.
2. Bapak M. Aqim Adlan, M.E.I., selaku Kepala Jurusan Perbankan Syariah yang
telah memberikan kesempatan kepada kepada penyusun mempraktikkan hasil
study selama di bangku perkuliahan.
3. Bapak Dr. Agus Eko Sujianro, S.E., M.M., selaku Dosen Pembimbing Lapangan
kelompok kami yang telah memberikan arahan serta bimbingan dalam
melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan.
4. Bapak Djoko Raharto, selaku Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kediri yang telah
menyediakan tempat untuk digunakan Praktik Pengalaman Lapangan kepada kami.
5. Bapak Nasrullah, selaku Asisten Dirrektur yang telah memberikan izin kepada
kami untuk PPL di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri.
6. Bapak Ilyas Khoirudin, selaku dosen pamong yang telah memberikan arahan
kepada kami selama PPL di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri.
7. Seluruh pegawai di KPw BI Kediri yang telah memberikan kami ilmu dan materi,
juga berbagai pengalaman baru kepada kami selama PPL berlangsung.
Penulis meyakini bahwa penulisan laporan ini mempunyai banyak sekali
kekurangan dalam hal pembuatan laporan, sehingga masih jauh dari kata sempurna. Penulis
masih membutuhkan kritik dan saran yang daoat membangun dan memperbaik laporan
berikutnya.
Penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihal apabila
dalam pelaksanaan program maupun penyusunan laporan banyak terdapat
kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang
iii
membangun. Semoga segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan
mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Akhir kata, penulis berharap laporan pertanggungjawaban ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Tulungagung, 18 Maret 2019
NISA NUR TAUFIQOH
NIM : 17401163076
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN/PENGESAHAN .............................................
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Dasar Pemikiran .................................................................................. 1
B. Tujuan dan Kegunaan.......................................................................... 2
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ......................................................... 3
BAB II PELAKSANAAN PRAKTIK ............................................................ 4
A. Profil Lembaga .................................................................................... 4
B. Profil KPw Bank Indonesia Kediri..................................................... 11
C. Pelaksanaan selama PPL di Bank Indonesia ...................................... 17
D. Permasalahan di Lapangan ................................................................. 21
E. Tanggapan Bank Indonesia ................................................................ 21
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 22
A. Sistem Pembayaran ............................................................................ 22
B. Instrument Pembayaran Non-Tunai ................................................... 25
C. GNNT ................................................................................................. 28
D. Manfaat GNNT .................................................................................. 29
E. Implementasi GNNT .......................................................................... 30
F. Upaya pemerintah dalam pelaksaaan GNNT ..................................... 31
BAB III PENUTUP........................................................................................ 33
A. Kesimpulan......................................................................................... 33
B. Saran ................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 35
LAMPIRAN ................................................................................................... 36
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran
Bank Indonesia sebagai satu-satunya bank sentral di Indonesia mempunyai
satu tujuan tunggal yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek yaitu kestabilan nilai mata uang
terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain. Untuk
mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar utama yaitu
menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran serta melakukan pengaturan dan pengawasan
makroprudensial. Sedangkan peran dari BI yaitu menjaga stabilitas sistem
keuangan, stabilitas moneter dan stabilitas sistem pembayaran.
Dalam hal stabilitas sistem pembayaran, Bank Indonesia mempunyai tujuan
yaitu Sistem pembayaran yang efisien, aman dan andal dengan memperhatikan
perluasan akses dan perlindungan konsumen. Hal itu diwujudkan dengan tugas
Bank Indonesia sebagai Regulator yaitu merumuskan kebijakan. Selain menjadi
regulator, Bank Indonesia juga memberikan perizinan penyelenggaraan sistem
pembayaran. Selanjutnya Bank Indonesia juga mengawasi penyelenggaraan sistem
pembayaran. Hal lain yang dilakukan untuk mewujudkan tugas BI dalam sistem
pembayaran yaitu menyediakan layanan sistem pembayaran (RTGS, SKNBI, dan
BI-SSSS), dan juga Bank Indonesia sebagai fasilitator yaitu memfasilitasi
pengembangan sistem pembayaran oleh industri.
Dalam mengatur dan menjaga kestabilan sistem pembayaran banyak hal
yang dilakukan oleh Bank Indonesia salah satunya dengan memanfaatkan
penggunaan teknologi saat ini. Teknologi yang berkembang begitu pesat ini
dimanfaatkan Bank Indonesia untuk mempermudan sistem pembayaran yang ada
di Indonesia dengan mengencanangkan penggunaan alat pembayaran non tunai
bernama Gerakan Nasional Non Tunai.
GNNT ini di Indonesia sudah sejak 2014 dicanangkan dengan bekerja sama
dengan berbagai stakeholder seperti Pemprov/Pemda, berbagai instansi/kementrian
dan juga para pelaku industri. GNNT mendorong masyarakat menggunakan sistem
pembayaran dan instrument pembayaran non tunai dalam melakukan transaksi
2
pembayaran. Bank Indonesia berinisiatif mendorong GNNT tidak mungkin jika
tidak mempunyai alasan. Salah satu yang melatarbelakangi didorongnya GNNT
adalah besarnya biaya distribusi dan pengedaran uang tunai yaitu sekitar Rp. 3 T/
tahun. Maka dari itu Bank Indonesia berinisiatif untuk mendorong dan
mencanangkan GNNT kepada masyarakat.
Berbagai produk GNNT yang dikenalkan ada bermacam-macam, seperti
uang elektronik atau e-money, Credit Card, e-tol, Debit card, dll. Dalam
pengenalannya kepada masyarakat tentu ada banyak hal yang pasti diupayakan oleh
Bank Indonesia agar gerakan ini bisa diterima dan diterapkan oleh masyarakat.
Berbagai upaya it uterus dilakukan demi tercapainya tujuan dari GNNT itu sendiri.
Maka, dengan mengambil judul laporan “Upaya Bank Indonesia dalam
Mengenalksan Gerakan Nasional Non Tunai kepada Masyarakat Indonesia”,
penulis bisa mengetahui bagaimana saja langkah dan upaya Bank Indonesia dalam
mengenalkan GNNT kepada masyarakat.
B. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan
Tujuan diadakannya Praktik Pengalaman Lapangan mahasiswa
jurusan Perbankan Syariah di IAIN Tulungagung adalah :
a. Untuk mengetahui apakah adanya kesenjangan antara teori di
perkuliahan dengan praktik di KPw Bank Indonesia Kediri.
b. Mahasiswa nantinya siap terjun di dunia kerja dengan terampil dan
inovatif serta professional dalam mengemban tugas dan amanah yang
berkaitan dengan dunia perbankan.
2. Kegunaan
Diadakannya Praktik Pengalaman Lapangan berguna bagi
mahasiswa untuk bisa mengamati dan melaksanakan aktivitas di dunia kerja
dan Lembaga keuangan, serta dapat memahami antara teori yang diterima
di bangku perkuliahan dengan praktik yang dilakukan di lapangan yang
nantinya bisa bermanfaat bagi mahasiswa sebelum memasuki dunia kerja
yang sesungguhnya.
3
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) dilaksanakan di Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Kediri. Berikut ini waktu dan informasi data
Lembaga tempat pelaksanaan PPL:
Nama Instansi : KPw Bank Indonesia Kediri
Alamat : Jl. Brawijaya No.2 Kota Kediri
No. Telp : (0354) 682112
Taggal Pelaksanaan : 01 – 28 Februari 2019
Hari : Jum’at – Kamis
Waktu : Pukul. 07.30 – 17.00 WIB
4
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIK
A. Profil Lembaga
Bank sentral merupakan lembaga keuangan sentral yang memiliki peran
sangat strategis bagi perekonomian suatu negara. Secara garis besar, peranan
strategis bank sentral dapat terlihat dari enam peran fungsi bank sentral, yaitu
sebagai bank sirkulasi, kasir pemerintah, bankers bank, otoritas moneter,
otoritas sistem keuangan dan otoritas sistem pembayaran.1 Sejalan dengan
perkembangan ekonomi maka, mengikuti dan sejalan dengan fungsi bank
sentral.
Bank Indonesia dimulai sejak berlakunya Undang-Undang (UU) No.
11/1953 tentang Penetapan Undang-Undang Pokok Bank Indonesia pada
tanggal 1 Juli 1953. Dalam melakukan tugasnya sebagai bank sentral, Bank
Indonesia dipimpin oleh Dewan Moneter, Direksi, dan Dewan Penasehat. Di
tangan Dewan Moneter inilah, kebijakan moneter ditetapkan, meski tanggung
jawabnya berada pada pemerintah. Setelah sempat dilebur ke dalam bank
tunggal, pada masa awal orde baru, landasan Bank Indonesia berubah melalui
UU No. 13/1968 tentang Bank Sentral. Sejak saat itu, Bank Indonesia berfungsi
sebagai bank sentral dan sekaligus membantu pemerintah dalam pembangunan
dengan menjalankan kebijakan yang ditetapkan pemerintah dengan bantuan
Dewan Moneter. Dengan demikian, Bank Indonesia tidak lagi dipimpin oleh
Dewan Moneter. Setelah orde baru berlalu, Bank Indonesia dapat mencapai
independensinya melalui UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia yang
kemudian diubah dengan UU No. 3/2004. Sejak saat itu, Bank Indonesia
memiliki kedudukan khusus dalam struktur kenegaraan sebagai lembaga negara
yang independen dan bebas dari campur tangan pemerintah dan/atau pihak-
pihak lain. Namun, dalam melaksanakan kebijakan moneter secara
berkelanjutan, konsisten, dan transparan, Bank Indonesia harus
1Iskandar Simorangkir. Pengantar Kebanksentralan: Teori dan Praktik di Indonesia.
(Depok: Raja Pers, 2014). Hal. 11
5
mempertimbangkan pula kebijakan umum pemerintah di bidang
perekonomian.2
1. Sekilas Sejarah Kelembagaan Bank Indonesia Periode 1983 – 1997
Perkembangan dunia perbankan dimulai pada perubahan kebijakan
Bank Indonesia (BI) melaluideregulasi moneter dan perbankan tahun 1983
sampaidengan 1991 menuntut perubahan terhadap tataperbankan di
Indonesia. Oleh karena itu, dilakukanperubahan atas Undang-Undang
(UU) No. 14/1967dengan UU No. 7/1992 tentang Perbankan.
BerdasarkanUU No. 7/1992 tersebut, BI diberikan wewenang
dalampenetapan tingkat kesehatan bank berdasarkan aspekpermodalan,
kualitas aset, kekuatan manajemen,rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan
aspek-aspek lainyang berhubungan dengan bank.Selain itu, UU Perbankan
Tahun 1992 tersebut jugamemberikan penegasan dan perluasan wewenang
dalampenentuan batas maksimal pemberian kredit bagiseseorang atau
kelompok debitur dan peran BI dalam pembinaan dan pengawasanbank,
termasuk tindakan terhadap bank yang mengalami kesulitan
danmembahayakan kelangsungan hidup bank tersebut. Sebelum
berdirinnya bank Indonesia, kebijakan moneter, perbankan dan sistem
pembayaran berada ditangan pemerintah.3Selama periode 1983-1997, BI
pernah dipimpin oleh Arifin M. Siregar (1983-1988),Adrianus Mooy
(1988-1993), dan J. Soedradjad Djiwandono (1993-1998). Selama periode
1983-1997, dilakukan pembukaan beberapa kantor cabang (KC) yaitu KC
Dili (24 Juli 1985), KC Padang Sidempuan (29 Januari 1987), KC
Palangkaraya (11 Agustus 1982), dan KC Batam (12 Mei 1993).
2. Sejarah Kelembagaan Bank Indonesia
Dalam periode ini tugas pokok dan rincian tugas Bank Indonesia
tidak mengalamiperubahan landasan hukum, yaitu tetap berdasarkan UU
No.13/1968 tentang Pokok-pokok Bank Indonesia dan UU No.14/1967
tentang Perbankan.Dalam periode ini tugas pokok dan rincian tugas Bank
2https://www.bi.go.id/id/tentang-bi/museum/sejarah-bi/bi/Pages/sejarahbi_1.aspx Diakses
pada tanggal 29 Januari Pukul 21.00 WIB
3 Bustari Muchtar, Rose Rahmidani, Menik Kurnia Siwi, Bank dan Lembaga Keuangan
Lain, (Jakarta: Kencana, 2016), hal. 38.
6
Indonesia tidak mengalamiperubahan landasan hukum, yaitu tetap
berdasarkan UU No.13/1968 tentang Pokok-pokok Bank Indonesia dan
UU No.14/1967 tentang Perbankan. Perubahan fundamental yang terjadi
pada periode ini adalah dari segi pendekatan dan polapelaksanaan tugas
Bank Indonesia sebagai bank sentral, karena dalam periode iniBank
Indonesia menerapkan kebijakan deregulasi di bidang moneter dan
perbankanyang merupakan bagian dari program deregulasi dan
debirokratisasi secara bertahapyang dilakukan oleh Pemerintah di sektor
keuangan dan perekonomian padaumumnya.
Langkah deregulasi tersebut merupakan respon terhadap
perkembangan eksternal dan internal yaitu kebutuhan untuk membangun
sistem perbankan yang sehat,efisien dan tangguh, mampu menjangkau
masyarakat yang terpencar di Nusantara serta mampu berkiprah secara
internasional, dan upaya secara bertahap mengembalikan Bank Indonesia
secara murni sebagai Bank Sentral. Perubahan kebijakan mendasar yang
dilakukan Bank Indonesia melalui kebijakan deregulasi di bidang moneter
dan perbankan menuntut perlunya dilakukan penyempurnaan organisasi
secara menyeluruh walaupun pelaksanaannya dilakukan secara bertahap.
Pendekatan yang digunakan adalah menyelaraskan arah sasaranBank
Indonesia dengan strategi, struktur, sistem, staff, keahlian, gaya
manajemendan upaya pembentukan budaya kerja. Dengan langkah
tersebut, organisasi BankIndonesia dari waktu ke waktu mengalami
perubahan untuk penataan organisasiBank Indonesia yang lebih
baik.Upaya lainnya adalah pengembangan Rencana Strategis (Renstra)
Bank Indonesiauntuk lebih menyelaraskan strategi dan peran Bank
Indonesia dengan Repelita.Diawali dengan simulasi penyusunan Renstra
Bank Indonesia 1984/89 denganbantuan tenaga ahli dari Federal Reserve,
disusul dengan penyusunan Renstra BankIndonesia yang sesungguhnya
untuk periode Repelita 1989/94 yang mencakup misi,strategi dan
kebijakan yang akan ditempuh Bank Indonesia. Penyusunan
Renstraberlanjut dengan penyempurnaan sesuai perkembangan. Atas
dasar Renstra tersebut, ditetapkan arahan tahunan Direksi Bank Indonesia
7
yang dijadikan acuan bagi penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Tahunan. Tidak semua bank Sentral yang ada sekarang ini, dari sejak
didirikannya sudah menjadi bank sentral. Misalnya, di Amerika Serikat
bank sentralnya dinamakan Federal Reserve System. Badan tersebut
didirikan pada tahun 1931. Adapun bank sentral di Indonesia dinamakan
bank Indonesia yang didirikan pada tahun 1953.4
3. Profil Bank Indonesia
1. Nama Lembaga : Bank Indonesia
2. Alamat Perusahaan : Jl. MH Thamrin No. 2 Jakarta Pusat
3. Status Perusahaan : Bank Sentral yang bersifat Independen
4. Gubernur Bank Indonesia : Perry Warjiyo
5. Deputi Gubernur Bank Indonesia : Mirza Adityaswara
Gambar 1
Perkembangan logo Bank Indonesia
Sementara untuk logo Bank Indonesia Berakar pada logo De Javasche
Bank, dan telah mengalami proses metamorfosa yang panjang serta berliku.
Diawal berdirinya, logo bank mengadaptasi logo De Javasche bank dengan
mengubah huruf J menjadi I tanpa mengubah unsur lainnya.Seiring
perkembangan jaman dengan pertimbangan estetik dan citra bank sentral yang
diembannya, logo Bank Indonesia diubah menjadi lebih solid, tegas, dan
berwibawa seperti yang kita lihat sekarang ini.
4 Bambang Widjajanta, Aristanti Widyaningsih, Mengasah Kemampuan Ekonomi,
(Bandung: Citra Praya, 2007), hal. 148.
8
Logo De Javasche Bank yang ditampilkan bukanlah logo resmi
melainkan logo-logo yang muncul pada uang-uang terbitan De Javasche Bank.
Logo bank Indonesia sampai akhir tahun 1980-an juga merupakan logo yang
tampil pada uang-uang terbitan Bank Indonesia dan bukan merupakan logo
resmi. Baru tiga logo sejak 1990-an yang merupakan logo resmi yang
digunakan sebagai logo korporat.5
4. Visi, Misi Dan Nilai Strategis Bank Indonesia
a. Visi
Menjadi bank sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap
perekonomian Indonesia dan terbaik diantara negara emerging markets.
b. Misi
1) Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas
kebijakan moneter dan bauran kebijakan Bank Indonesia.
2) Turut menjaga stabilitas sistem keuangan melalui efektivitas
kebijakan makroprudensial Bank Indonesia dan sinergi dengan
kebijakan mikroprudensial Otoritas Jasa Keuangan.
3) Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan digital melalui
penguatan kebijakan sistem pembayaran Bank Indonesia dan sinergi
dengan kebijakan Pemerintah serta mitra strategis lain.
4) Turut mendukung stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan melalui sinergi bauran kebijakan Bank
Indonesia dengan kebijakan fiskal dan reformasi struktural
pemerintah serta kebijakan mitra strategis lain.
5) Memperkuat efektivitas kebijakan Bank Indonesia dan pembiayaan
ekonomi, termasuk infrastruktur, melalui akselerasi pendalaman
pasar keuangan.
6) Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di tingkat
nasional hingga di tingkat daerah.
7) Memperkuat peran internasional, organisasi, sumber daya manusia,
tata kelola dan sistem informasi Bank Indonesia.
5https://www.bi.go.id/id/tentang-bi/museum/sejarah-bi/pra-bi/Default.aspx diakses pada
tanggal 29 Januari 2019 pukul. 20.00
9
c. Nilai-Nilai Strategis
Nilai-nilai strategis Bank Indonesia adalah:
(i) Kejujuran dan integritas (trust and integrity);
(ii) Profesionalisme (professionalism);
(iii) Keunggulan (excellence);
(iv) Mengutamakan kepentingan umum (public interest); dan
(v) Koordinasi dan kerja sama tim (coordination and teamwork) yang
berlandaskan keluhuran nilai-nilai agama (religi).
5. Tujuan dan tugas Bank Indonesia
a. Tujuan Tunggal
Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia
mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua
aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta
kestabilan terhadap mata uang negara lain.
b. Tiga Pilar Utama
Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung oleh tiga
pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas
tersebut perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien. berikut
tugas dan fungsi Bank Indonesia yang telah dituangkan dalam bentuk
gambar berisi tiga pilar.
10
6. Organisasi Bank Indonesia
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Bank Indonesia
dipimpin oleh Dewan Gubernur. Dewan ini terdiri atas seorang Gubernur
sebagai pemimpin, dibantu oleh seorang Deputi Gubernur Senior sebagai
wakil, dan sekurang-kurangnya empat atau sebanyak-banyaknya tujuh Deputi
Gubernur. Masa jabatan Gubernur dan Deputi Gubernur selama 5 tahun dan
dapat diangkat kembali dalam jabatan yang sama untuk sebanyak-banyaknya
1 kali masa jabatan berikutnya. Gubernur, Deputi Gubernur Senior, dan Deputi
Gubernur diusulkan dan diangkat oleh Presiden dengan persetujuan DPR.
Calon Deputi Gubernur diusulkan oleh Presiden berdasarkan rekomendasi dari
Gubernur Bank Indonesia. (vide Pasal 41 UU No.3 Tahun 2004 yang
mengubah UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia). Anggota Dewan
Gubernur Bank Indonesia tidak dapat diberhentikan oleh Presiden, kecuali bila
mengundurkan diri, terbukti melakukan tindak pidana kejahatan, tidak dapat
hadir secara fisik dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa alasan
yang dapat dipertanggungjawabkan, dinyatakan pailit atau tidak mampu
memenuhi kewajiban kepada kreditur, atau berhalangan tetap.6
6Diakses dari https://www.bi.go.id/id/tentang-bi/organisasi/Contents/Default.aspx pada
tanggal 29 Januari 2019 pukul. 20:03 WIB
11
Adapun yang sekarang menjadi gubernur Bank Indonesia adalah bapak
Perry Warjiyo. Sedangkan untuk kepala bank Kantor perwakilan bank
Indonesia Kediri dipimpin oleh bapak Djoko Raharto.
B. Profil KPw Bank Indonesia Kediri
1. Visi dan Misi
Visi :
Menjadi kantor perwakilan Bank Indonesia yang mendukung efektifitas
pelaksanaan tugas kantor perwakilan Bank Indonesia provinsi dan
kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.
Misi :
Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai
Rupiah, stabilitas nilai keuangan, efektifitas pengelolaan nilai rupiah dan
kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi
daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan
berkesinambungan.
2. Tugas Pokok Bank Indonesia
a. Melaksanakan fungsi advisory kebijakan kepada kepala daerah dalam
rangka mendukung pengendalian inflasi, serta pengembangan ekonomi
dan keuangan daerah.
b. Mendukung pelaksanaan fungsi Regional Financial Surveillance (RFS)
dalam rangka mendukung stabilitas sistem keuangan.
c. Melaksanakan fungsi statistik ekonomi dan keuangan daerah dalam
rangka mendukung pengambilan keputusan dan/atau kebijakan di
kantor pusat maupun daerah.
d. Melaksanakan fungsi pengelolaan Uang Rupiah (PUR) meliputi
perencanaan, pendistribusian dan pengelolaan uang, serta layanan kas.
e. Melaksanakan fungsi Sistem Pembayaran (SP).
f. Melaksanakan fungsi pengawasan sistem pembayaran dan pengelolaan
uang Rupiah.
g. Melaksanakan fungsi pengawasan pengembangan usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah (UMKM) dan keuangan Inklusif (KI).
12
h. Melaksanakan fungsi komunikasi kebijakan Bank Indonesia.
i. Melaksanakan dan mengelola fungsi enabler (pendukung)
j. Melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas ke KPwDN Provinsi.
3. Struktur Organisasi dan Jabatan KPw Bank Indonesia Kediri
Gambar 3
Struktur Organisasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri
1) Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi
a. Fungsi Data dan Statistik ekonomi dan keuangan
Tugas Pokok :
Djoko Raharto
Kepala Perwakilan
Beny Wicaksono
Suyatno
Manajer PUR
Ibnu Yosep M.N
M. Karya Budi M
Anang Dwi M.A
Dadang W
Asmoro
Syahrul .S.Riza
Dian Sugeng R
Dian Habibi P.P
Yoga Rahmadika
Oky Harisiantono
Sudjaryadi
Lukito P
Felix S.Y
Bagus Rudiano
Bias Anggara A.S
Ridho Wiranata
Dini Winsa S
Aris Widianto
Priya Dwi H
Agus Mujoko
Manajer SLA
Waryaran W.S
Anang Sjamsoe M
Nanang Ismail
Sri Wahyu Saryani
Ahmad Sawondo
Beni Karunia R
Siti Istiqomah
Indah Lestari
Vina Dwi K
Prai
Agoes Prijoo
Moch. Rosyidin
Hunarti Sugeng D
Kepala tim SP.KI
Indah Pulungan
Agus Suratman
Liana Ciptowasi
Hella Valentina
Siti Mauludah
M.H
Sutrisno
Nasrullah
Kepala TIM APE
Yudo Herlamban
g
Kepala Tim
FDESK
Antok Siswanto
Carherikm YMT
Priatna Utama
Kepala tim APE
Djoko Susilo
Mas'ud Asj'ari
Danny Agustion
o
Sonaji
Kepala Tim FKKK
Ilyas Khoirudin
FAES
Rachmat Tony H
Rika Afrian S
13
1. Mengumpulkan Informasi, mengolah dan menyusun statistik
ekonomi dan keuangan daerah untuk kebutuhan stakeholders
internal dan eksternal.
2. Melaksanakan survei dalam rangka mendukung perumusan
kebijakan Bank Indonesia dan fungsi advisory.
3. Melaksanakan kegiatan liaison dalam rangka mendukung
perumusan kebijakan Bank Indonesia dan fungsi advisory.
4. Mendukung penyusunan Regional Financial Account (RFS)
dan/atau Regional Balance Sheet (RBS) Provinsi.
5. Mengelola dan menatausahakan laporan bank dan non bank (a.l.
sandi dan hak akses, absensi, validasi kewajaran data, pembinaan
dan layanan helpdesk)
6. Mengelola pelayanan Informasi Debitur Individual (IDI) dan
penanganan keluhan terkait data sistem Informasi Debitur (SID) *).
*) Sampai dengan pengalihan pengelolaan SID dari Bank Indonesia
ke OJK.
b. Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans
Tugas Pokok :
1. Melakukan pengumpulan informasi ekonomi strategis serta
asesmen ekonomi dan keuangan untuk mendukung perumusan
rekomendasi kebiajakan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia
dan/atau Pemerintah daerah.
2. Melakukan fasilitasi upaya penyelesaian permasalahan
perekonomian daerah yang membutuhkan penyelesaian dari
pemerintah pusat.
3. Mendukung pelaksanaan RFS Provinsi.
4. Mendukung penyusunan proyeksi makro ekonomi daerah.
5. Mendukung penyusunan rekomendasi kebijakan ekonomi dan
keunagan daerah berdasarkan hasil asesmen dan kajian.
c. Fungsi Koordinasi dan Komunikasi Kebijakan
Tugas Pokok :
14
1. Melaksanakan koordinasi dengan stakeholders dalam rangka
pengendalian inflasi dalam wilayah kerja dan/atau antar wilayah
kerja.
2. Melakukan koordinasi dan program kerjasama dalam rangka
pengembangan ekonomi daerah.
3. Menyusun dan melaksanakan program komunikasi kebijakan
dan isu strategis BI Wide ( One Voice ), termasuk memfasilitasi
atau mengkoordinasikan pelaksanaan komunikasi satuan kerja
Kantor Pusat di daerah.
4. Menyusun dan melaksanakan program komunikasi, termasuk
melakukan penyesuaian terhadap materi/publikasi eksternal
sesuai dengan kebutuhan daerah.
5. Melaksanakan forum-forum terkait dengan pengembangan dan
kerjasama ekonomi yang melibatkan stakeholders daerah.
6. Melakukan kegiatan sosialisasi dan capacity building kepada
stakeholders.
7. Menyediakan layanan informasi publik ( termasuk Pejabat
Pengelola Informasi dan Dokumentasi / PPID daerah).
8. Mengelola pelaksanaan program sosial Bank Indonesia ( PSBI ),
termasuk beasiswa.
9. Melaksakanakan edukasi kebanksentralan, termasuk program
magang.
10. Mengelola perpustakaan Bank Indonesia.
d. Fungsi Pelaksanaan Pengembangan UMKM
Tugas Pokok:
1. Melaksanakan program pengembangan UMKM dalam rangka
peningkatan kapasitas ekonomi daerah dan pengendalian inflasi.
2. Melakukan kegiatan dalam rangka peningkatan akses keuangan
UMKM antara lain melalui dukungan penguatan infrastruktur
keuangan, fasilitas program pemerintah yang memberikan nilai
tambah, dan penyaluran kredit UMKM dan Kredit Usaha Rakyat
(KUR).
15
3. Melaksanakan penyediaan dan diseminasi informasi terkait
pengembangan UMKM.
4. Melakukan kegiatan koordinasi dan kerjasama dengan
stakeholders setempat dalam rangka pengembangan UMKM.
2) Tim SP, PUR, Layanan dan Administrasi
a. Unit PUR
Tugas Pokok:
1. Menyusun Rencana Distribusi Uang (RDU).
2. Melakukan distribusi uang.
3. Melakukan pengelolaan khasanah.
4. Melaksanakan pelayanan kas.
5. Melakukan pembukuan transaksi layanan kas.
6. Melakukan administrasi dan analisis uang palsu (upal), termasuk
yang dilakukan di laboratorium upal:
a) Klarifikasi keaslian uang Rupiah dari perbankan,
masyarakat, dan aparat penegak hukum (Kejaksaan,
POLRI).
b) Analisis dan tata usaha upal (a.l. melalui BI Counterfeit
Analysis Center/BI-CAC):
c) Pemberian keterangan ahli terkait dengan keaslian uang
Rupiah.
7. Melakukan administrasi dan helpdesk setoran dan penarikan
bank:
a) Fasilitas kegiatan pelaporan posisi likuiditas, Transaksi
Uang Kartal Antar Bank (TUKAB), dan rencana
penyetoran dan penarikan bank,
b) Administrasi data penyetoran dan penarikan bank.
8. Melakukan perencanaan modal kerja dan melaksanakan kegiatan
pengolahan uang.
9. Melakukan pemeliharaan peralatan pengolahan uang dan
memantau persediaan supplies (a.l. Mesin Hitung, Uang
16
Kertas/MHUK dan Mesin Hitung Uang Logam/MHUL, MSUK,
serta MRUK).
b. Unit Operasional SP
Tugas Pokok :
1. Melakukan penatausahaan dan pengelolaan administrasi SP.
2. Mengelola pembukuan transaksi internal dan eksternal
3. Melakukan fasilitas pertukaran warkat debet (Koordinator
Pertukaran Warkat Debet/KPWD).
4. Mengelola Business Continuity Plan (BCP) Sistem Pembayaran.
5. Mengelola administrasi dan tata usaha Kredit Likuiditas Bank
Indonesia (KLBI) dan Two Step Loan (TSL).
c. Unit Pengawasan SP,PUR dan KI
1. Fungsi Perizinan dan Pengawasan SP PUR
Tugas Pokok :
a) Melaksanakan perizinan (antara lain pembukaan,
perpanjangan, dan pencabutan) Kegiatan Layanan Uang
(KLU).
b) Melaksanakan pengawasan KLU.
c) Memberikan rekomendasi pembukaan dan perpanjangan/
penutupan, serta melaksanakan pengawasan kas titipan.
2. Fungsi Analisis SP dan PUR serta KI dan Perlindungan Konsumen
Tugas Pokok:
a) Mengelola data dan Informasi SP dan PUR serta KI.
b) Menghitung Estimasi Kebutuhan Uang (EKU).
c) Menyusunan analisis/kajian terkait SP dan PUR serta KI.
d) Merencanakan dan melaksanakan program KI.
e) Melakukan koordinasi/kerjasama dan/atau implementasi
program KI.
f) Memberikan layanan informasi dan mediasi perlindungan
konsumen SP.
17
d. Satuan Layanan dan Administrasi
1. Fungsi SDM, Logistik, Anggaraan, Sekretariat, Protokol dan
Pengamanan.
Tugas Pokok :
a) Melakukan administrasi data dan informasi SDM di satuan
kerja.
b) Mengelola SDM non-organik
c) Melakukan perencanaan, pemenuhan, penatausahaan dan
pemeliharaan, pengadaan barang dan jasa, termasuk inventaris
kantor, alat Tulis Kantor (ATK) satuan kerja.
d) Melakukan fungsi Pelaksana Anggaran (PA) dan administrasi
pajak satuan kerja.
e) Melakukan penghitungan, koreksi, penyetoran dan pelaporan
pajak kantor Perwakilan Bank Indonesia.
f) Mengelola administrasi perjalanan dinas satuan kerja.
g) Melaksanakan tugas-tugas kesekretariatan satuan kerja.
h) Mengelola kegiatan protokoler.
i) Menyediakan akomodasi, transportasi, perizinan, sarana dan
prasarana dalam rangka kegiatan keprotokolan di wilayah
kerjanya.
j) Melaksanakan kegiatan operasional pengamanan personil,
materi, lingkungan dan acara kedinasan yang diselenggarakan
oleh pihak internal dan/atau eksternal, di wilayah kerjanya.
k) Melaksanakan pengelolaan peralatan pengamanan di wilayah
kerjanya.
C. Kegiatan Selama PPL di Bank Indonesia
Hari Tanggal Kegiatan
1 01/02/2019 1. Perkenalan sesama anggota magang/PPL dari
Universitas Airlangga dan IAIN Kediri.
2. Materi seputar struktur Kantor Perwakilan BI Kediri.
3. Pengenalan kepada pegawai-pegawai di kantor.
4. Pembagain penempatan posisi selama PPL.
18
5. Membaca buku di perpustakaan.
2 04/02/2019 1. Kunjungan DPL ke Lembaga sekaligus serah terima
mahasiswa PPL di KPw BI Kediri.
2. Mengecek arsip dan berkas yang kurang lengkap.
3. Pengarsipan yang meliputi pengrapian berkas dan
pengeleman berkas agar mudah dalam pembacaan
berkasnya.
4. Pengalihan tugas penataan perpustakaan dari PPL
gelombang Januari kepada mahasiswa PPL gelombang
Februari.
3 06/02/2019 1. Pengajian rutin hari Rabu yang diadakan oleh KPw BI
Kediri dengan penceramah Ustadz Ja’far dari Batu
dengan mengangkat tema “adab pergaulan dalam
islam”.
2. Materi mengenai model pengembangan UMKM binaan
Bank Indonesia.
3. Materi mengenai pengembangan Kemandirian
Ekonomi Pesantren.
4. Melanjutkan tugas pada hari kedua yaitu pengrapian
berkas dan pengeleman berkas agar mudah dalam
pembacaan berkasnya.
5. Menata buku di perpustakaan.
4 07/02/2019 1. Review materi
2. Materi tentang bank sentral
3. Pembendelan berkas
4. Input data hadir seminar di BI
5 08/02/2019 1. Materi tentang sistem pembayaran
2. Pengeleman berkas
3. Menata buku di perpustakaan
4. Materi tentang Pengelolaan uang rupiah (PUR
6 11/02/2019 1. Pengeleman berkas
2. Menata buku di perpustakaan
19
3. Mengedit barcode di perpustakaan yang masih salah
7 12/02/2019 1. Input data penukaran kartu GPN
2. Sosialisasi data sosial dan ekonomi kota Kediri 2018
3. Menata buku di perpustakaan
4. Mengedit barcode buku perpustakaan yang masih salah
8 13/02/2019 1. Pengajian rutin Bersama seluruh pegawai Bank
Indonesia
2. Mendata surat-surat keluar tahun 2018
3. Menata buku di perpustakaan
4. Mengedit barcode buku perpustakaan yang masih salah
9 14/02/2019 1. Input data kes sistem RMS Bank Indonesia
2. Membantu membuat PPT di Perpustakaan
3. Materi pengarsipan data secara online
4. Materi seputar PSBI
10 15/02/2019 1. Input data BPR dan BPRS
2. Input data beasiswa ke sistem RMS
3. Membantu membuat PPT di perpustakaan
4. Menata buku di perpustakaan
11 18/02/2019 1. Menelfon responden survey konsumen
2. Unpdate data statistic bulanan
3. Menata buku di perpustakaan
4. Membaca buku di perpustakaan
12 19/02/2019 1. Donor darah di Bank Indonesia
2. Update data statistic bulan Januari
3. Analisa data statistic bulan Januari
4. Membaca buku di perpustakaan
13 20/02/2019 1. Pengajian rutin Bersama seluruh pegawai Bank
Indonesia
2. Packing buku statistic bulan Oktober dan November
untuk diedarkan ke Perbankan di Wilayah Kerja KPw
BI Kediri
20
3. Mencari materi mengenai keuangan digital UMKM
untuk bahan presentasi.
4. Merview tentang permasalahan kartu tani.
14 21/02/2019 1. Melanjutkan review permasalahan kartu tani.
2. Membuat desain cover laporan TPID Kota Kediri
Triwulan IV
3. Membantu membuat laporan TPID Triwulan IV
4. Materi transaksi non tunai
5. Membaca buku di perpustakaan
15 22/02/2019 1. Berkunjung ke tempat peracikan uang yang tidak layak
edar.
2. Berkunjung ke Sentra Khasanah Arsip (SKA)
3. Membantu penataan dan perapian berkas di SKA
4. Melihat proses kliring
5. Melanjutkan pembuatan laporan TPID Triwulan IV
6. Membaca buku di perpustakaan
16 25/02/2019 1. Mengikuti kegiatan peresmian Mushola Baitul Ihsan di
Jurang Senggani dalam rangka Bersih Indonesia
sekaligus Coffe Camp.
17 26/02/2019 Tidak hadir PPL
18 27/02/2019 1. Pengajian rutin Bersama seluruh pegawai Bank
Indonesia
2. Mencari artikel mengenai kelangkaan jagung di
Indonesia
3. Membaca buku di perpustakaan
19 28/02/2019 1. Melanjutkan pencarian artikel mengenai kelangkaan
jagung di Indonesia
2. Membaca buku di perpustakaan
3. Review materi selama PPL di Bank Indonesia
4. Penutupan PPL.
21
D. Permasalahan di Lapangan
Masih banyak masyarakat lebih “nyaman” dengan sistem pembayaran
secara langsung atau tunai. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi para
pemangku kepentingan terkait. Untuk itu, masih perlu dilakukan sosialisasi
kepada seluruh lapisan masyarakat agar penggunaan uang nontunai bisa lebih
meluas.
Di samping itu, tantangan yang harus dihadapi adalah ketika
penggunaan transaksi nontunai tidak didukung oleh infrastruktur seperti
jaringan internet yang memadai, terutama di daerah pelosok. Berbagai kendala
tersebut tentu harus diselesaikan oleh pihak-pihak terkait mulai dari kalangan
perbankan, provider internet, hingga kesiapan vendor-vendor ritel.
Apalagi kini perbankan sudah memiliki fasilitas internet banking
dengan sejumlah menu di dalamnya. Mulai dari transfer dan pembayaran aneka
tagihan rutin bulanan. Berbagai inovasi ini diperkirakan terus berkembang pada
masa mendatang sesuai dengan kemajuan teknologi.
Ini akan menjadi peluang bagi pelaku usaha di bidang teknologi dan
informasi maupun perbankan sehingga diharapkan muncul berbagai macam
instrumen yang dapat diaplikasikan dengan mudah untuk memperlancar
transaksi nontunai.
E. Tanggapan Bank Indonesia
Pada dasarnya GNNT sudah banyak dikenal masyarakat, namun masih
minim sekali masyarakat yang beralih dengan non tunai, misalnya penggunaan
e-money. Permasalahn utama memang itu yaitu kurangnya pemahaman
masyarakat dengan transaksi non tunai, namun harapannya dalam kurun waktu
selama 10 tahun, yaitu sekitar tahun 2024, sudah bisa 25% bahkan lebih para
pengguna transaksi dengan non tunai. Dengan Bank Indonesia terus
mengadakan sosialisasi kepada masyrakat entah melalui stakeholder Bank
Indonesia seperti pemerintah dan perbankan atau Bank Indonesia sendiri.
Dengan begitu, penggunaan uang rupiah berkurang dan kestabilan nilai rupiah
bisa terjaga.
BAB III
22
PEMBAHASAN
A. Sistem Pembayaran
Sistem Pembayaran atau SP adalah sistem yang mencakup seperangkat
aturan, lembaga, dan mekanisme yang dipakai untuk melaksanakan pemindahan
dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi.
Lantas, apa saja komponen dari SP? Sudah barang tentu harus ada alat pembayaran,
ada mekanisme kliring hingga penyelesaian akhir (settlement). Nah, selain itu juga
ada komponen lain seperti lembaga yang terlibat dalam menyelenggarakan sistem
pembayaran. Termasuk dalam hal ini adalah bank, lembaga keuangan selain bank,
lembaga bukan bank penyelenggara transfer dana, perusahaan switching bahkan
hingga bank sentral (lihat Perkembangan).
- Evolusi Alat Pembayaran
Alat pembayaran boleh dibilang berkembang sangat pesat dan maju.
Kalau kita menengok kebelakang yakni awal mula alat pembayaran itu dikenal,
sistem barter antarbarang yang diperjualbelikan adalah kelaziman di era pra
moderen. Dalam perkembangannya, mulai dikenal satuan tertentu yang
memiliki nilai pembayaran yang lebih dikenal dengan uang. Hingga saat ini
uang masih menjadi salah satu alat pembayaran utama yang berlaku di
masyarakat. Selanjutnya alat pembayaran terus berkembang dari alat
pembayaran tunai (cash based) ke alat pembayaran nontunai (non cash) seperti
alat pembayaran berbasis kertas (paper based), misalnya, cek dan bilyet giro.
Selain itu dikenal juga alat pembayaran paperless seperti transfer dana
elektronik dan alat pembayaran memakai kartu (card-based) (ATM, Kartu
Kredit, Kartu Debit dan Kartu Prabayar).
- Alat Pembayaran Tunai
Alat pembayaran tunai lebih banyak memakai uang kartal (uang kertas
dan logam). Uang kartal masih memainkan peran penting khususnya untuk
transaksi bernilai kecil. Dalam masyarakat moderen seperti sekarang ini,
23
pemakaian alat pembayaran tunai seperti uang kartal memang cenderung lebih
kecil dibanding uang giral. Pada tahun 2005, perbandingan uang kartal terhadap
jumlah uang beredar sebesar 43,3 persen.
Namun patut diketahui bahwa pemakaian uang kartal memiliki kendala
dalam hal efisiensi. Hal itu bisa terjadi karena biaya pengadaan dan pengelolaan
(cash handling) terbilang mahal. Hal itu belum lagi memperhitungkan
inefisiensi dalam waktu pembayaran. Misalnya, ketika Anda menunggu
melakukan pembayaran di loket pembayaran yang relatif memakan waktu
cukup lama karena antrian yang panjang. Sementara itu, bila melakukan
transaksi dalam jumlah besar juga mengundang risiko seperti pencurian,
perampokan dan pemalsuan uang.
Menyadari ketidak-nyamanan dan inefisien memakai uang kartal, BI
berinisiatif dan akan terus mendorong untuk membangun masyarakat yang
terbiasa memakai alat pembayaran nontunai atau Less Cash Society (LCS).
- Alat Pembayaran Nontunai
Alat pembayaran nontunai sudah berkembang dan semakin lazim
dipakai masyarakat. Kenyataan ini memperlihatkan kepada kita bahwa jasa
pembayaran nontunai yang dilakukan bank maupun lembaga selain bank (LSB),
baik dalam proses pengiriman dana, penyelenggara kliring maupun sistem
penyelesaian akhir (settlement) sudah tersedia dan dapat berlangsung di
Indonesia. Transaksi pembayaran nontunai dengan nilai besar diselenggarakan
Bank Indonesia melalui sistem BI-RTGS (Real Time Gross Settlement) dan
Sistem Kliring. Sebagai informasi, sistem BI-RTGS adalah muara seluruh
penyelesaian transaksi keuangan di Indonesia.
Bisa dibayangkan, hampir 95 persen transaksi keuangan nasional
bernilai besar dan bersifat mendesak (urgent) seperti transaksi di Pasar Uang
Antar Bank (PUAB), transaksi di bursa saham, transaksi pemerintah, transaksi
valuta asing (valas) serta settlement hasil kliring dilakukan melalui sistem BI-
RTGS. Pada tahun 2010, BI-RTGS melakukan transaksi sedikitnya Rp174,3
24
triliun per hari. Sedangkan transaksi nontunai dengan alat pembayaran
menggunakan kartu (APMK) dan uang elektronik masing-masing nilai
transaksinya hanya Rp8,8 triliun per hari yang dilakukan bank atau LSB.
Melihat pentingnya peran BI-RTGS dalam sistem pembayaran nasional,
sudah barang tentu harus dijaga kontinuitas dan stabilitasnya. Bila sesaat saja
sistem BI-RTGS ini ngadat atau mengalami gangguan jelas akan sangat
menganggu kelancaran dan stabilitas sistem keuangan di dalam negeri. Hal itu
belum memperhitungkan dampak material dan nonmaterial dari macetnya
sistem BI-RTGS tadi. Untuk itulah BI sangat peduli menjaga stabilitas BI-
RTGS yang dikategorikan sebagai Systemically Important Payment System
(SIPS). SIPS adalah sistem yang memproses transaksi pembayaran bernilai
besar dan bersifat mendesak (urgent). Adalah wajar saja apabila Bank Indonesia
sangat peduli menjaga kestabilan SIPS dengan mengelola risiko, desain,
kehandalan teknologi, jaringan pendukung dan aturan main dalam SIPS. Selain
SIPS dikenal pula System Wide Important Payment System (SWIPS), yaitu
sistem yang digunakan oleh masyarakat luas. Sistem Kliring dan APMK
termasuk dalam kategori SWIPS ini. BI juga peduli dengan SWIPS karena sifat
sistem yang digunakan secara luas oleh masyarakat. Apabila terjadi gangguan
maka kepentingan masyarakat untuk melakukan pembayaran akan terganggu
pula, termasuk kepercayaan terhadap sistem dan alat-alat pembayaran yang
diproses dalam sistem.
Perlu diketahui bahwa BI bukan semata peduli akan terciptanya efisiensi
dalam sistem pembayaran, tapi juga kesetaraan akses hingga ke urusan
perlindungan konsumen. Yang dimaksud terciptanya sistem pembayaran, itu
artinya memberi kemudahan bagi pengguna untuk memilih metode pembayaran
yang dapat diakses ke seluruh wilayah dengan biaya serendah mungkin.
Sementara yang dimaksud dengan kesetaraan akses, BI akan memperhatikan
penerapan asas kesetaraan dalam penyelenggaraan sistem pembayaran.
Sedangkan aspek perlindungan konsumen dimaksudkan penyelenggara wajib
25
mengadopsi asas-asas perlindungan konsumen secara wajar dalam
penyelenggaraan sistemnya. 7
B. Instrumen Pembayaran Non-Tunai
1. Kartu
Karakteristik kartu yang diterbitkan oleh perbankan
Tampak depan :
Chip pada kartu kredit yang selalu dletakkan di bagian depan sisi
kartu, chip ini telah ditambahkan berbagai aplikasi yang dapat
mengenkripsi data sehingga data dapat tersimpan lebih aman.
Nomor kartu kredit terdiri atas 16 digit.
Nama pemegang kartu
Nama penerbit kartu kredit
Masa berlaku kartu kredit
Logo jaringan kartu kredit.
Tampak belakang:
Magnetic stripe yang masig dapat digunakan jika kartu kredit
tersebut digunakan untuk bertransaksi di luar negri.
Signature panel adalah tempat pertumbugan tanda tangan pemilik
kartu pada kartu kredit yang dimiliki.
Nomor verifikasi yang terdiri atas tiga digit.
Alamat bank penerbit kartu kredit
Nama/logo kartu kredit.
2. Cek
Karakteristik cek yang diterbitkan oleh perbankan
Cek harus memenuhi syarat formal sebagai berikut:
Nama "Cek" harus termuat dalam teks.
Perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu
Nama pihak yang harus membayar (tertarik)
Penunjukan tempat dimana pembayaran harus dilakukan
7 https://www.bi.go.id/id/sistem-pembayaran/di-indonesia/Contents/Default.aspx ,
diakses pada 13 Maret 2019, 07.32 WIB.
26
Pernyataan tanggal beserta tempat Cek ditarik;
Tanda tangan orang yang mengeluarkan Cek (penarik).
3. Bilyet Giro
Karakteritik bilyet giro yang diterbitkan oleh perbankan.
Setiap Bilyet Giro harus memenuhi syarat formal sebagai berikut :
Nama "Bilyet Giro" dan nomor Bilyet Giro yang bersangkutan;
Nama tertarik;
Perintah yang jelas dan tanpa syarat untuk memindahbukukan dana
atas beban rekening penarik;
Nama dan nomor rekening pemegang;
Nama bank penerima;
Jumlah dana yang dipindahkan baik dalam angka maupun dalam
huruf selengkap-lengkapnya
Tempat dan tanggal penarikan;
Tanda tangan, nama jelas dan atau dilengkapi dengan cap/stempel
dengan persyaratan pembukaan rekening.
4. Uang Elektronik.
Uang elektronik adalah uang tunai yang diubah dalam bentuk elektronik.
Jenis elektronik berdasarkan media ada 2 yaitu :
1) Chip Based (off line). Yaitu nilai uang disimpan dalam media chip
dan transaksi dilakukan secara offline.
2) Server based (on line). Yaitu nilai uang disimpan dalam server,
transaksi dilakukan secara online.
Jenis uang berdasarkan pencatatan :
1) Registered, yaitu data identitas pemegangnya terdaftar dan tercatat
pada penerbit.
2) Unregistered, yaitu data identitas pemegangnya tidak terdaftar dan
tidak tercatat pada penerbit.
Produk uang elektronik.
Berikut ini adalah beberapa produk uang elektronik yang digunakan.
27
Tempat transaksi Uang Elektronik.
Berikut beberapa tempat yang bisa digunakan transaksi dengan uang
elektronik.8
8https://www.bi.go.id/id/sistem-pembayaran/instrumen-nontunai/unik/Contents/Default.aspx, diakses pada 24 Maret 2019, pukul 21.20
28
C. Gerakan Nasional Non Tunai
Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) adalah gerakan penggunaan alat
pembayaran nontunai yang dicanangkan Bank Indonesia pada tanggal 14
Agustus 2014. GNNT bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran sekaligus
meningkatkan penggunaan non tunai dikalangan masyarakat, pelaku bisnis dan
lembaga-lembaga pemerintah. Sehingga berangsur-angsur terbentuk suatu
komunitas atau masyarakat yang lebih aktif dalam menggunakan nontunai (less
cash society) di tanah air, dari Sabang sampai Merauke.
Gerakan ini ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman
antara Bank Indonesia dengan Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian, Kementerian Keuangan, Pemerintah Daerah serta Asosiasi
Pemerintahan Provinsi Seluruh Indonesia sebagai komitmen untuk mendukung
GNNT.
Bank Sentral menargetkan gerakan ini menjangkau sedikitnya 25 persen
penduduk Indonesia pada tahun 2024 nanti, atau 10 tahun sejak tahun
pencanangannya. Dalam rangka mempercepat gerakan tersebut, Bank
Indonesia selaku otoritas sistem pembayaran di Indonesia membentuk Program
Elektronifikasi dan Inklusi Keuangan yang dipimpin langsung oleh Direktur
Departemen Kebijakan Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran Bank
Indonesia.
Program-program yang telah dilaksanakan di antaranya penyaluran
bantuan sosial, elektronifikasi transaksi untuk transportasi dan retribusi parkir.
Saat ini, di beberapa kota besar sudah tersedia sistem parkir elektronik, kartu
untuk bis atau kereta api, pintu masuk tol nontunai dan vending machine (mesin
kaki lima) untuk makanan, minuman dan barang lainnya.
Bank Indonesia bersama OJK juga menginisiasi Layanan Keuangan
Digital dan Layanan Keuangan Tanpa Kantor (Laku Pandai) untuk menjangkau
daerah-daerah pelosok yang tidak terjangkau layanan perbankan. Inisiatif ini
diperlukan, karena masih sedikitnya jumlah pemilik rekening bank di tanah air.
Hingga akhir 2016, tercatat sedikitnya 1,2 juta orang telah menggunakan
nontunai dalam transaksi ritel sehari-hari di 24 kota. Mulai dari kartu kredit,
kartu debit, hingga uang elektronik. Sementara itu, agen LKD dan Laku Pandai
29
yang tersebar sudah mencapai 14.702 agen di 489 Kabupaten dan Kota (data
Februari 2017).9
D. Manfaat GNNT
Setiap gerakan-gerakan baru yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
pastilah mempunyai manfaat dan tujuan yang sangat berguna dan lebih
memudahkan masyarakat, begitu pula dengan GNNT ini. Di bawah ini
merupakan beberapa manfaat yang bisa didapatkan dengan penggunaan GNNT:
1. Praktis.
Dengan menggunakan produk-produk dari GNNT, kita tidak perlu
membawa banyak uang tunai. Hal ini sangat memudahkan kita karena
tidak perlu membawa banyak uang tunai ketika bepergian.
2. Akses lebih luas
Dengan GNNT, mampu meningkatkan akses masyarakat ke sistem
pembayaran dengan lebih luas lagi.
3. Transparansi Transaksi
GNNT membantu usaha pencegahan dan identifikasi kejahatan
criminal. Hal ini ada kaitannya dengan kita tidak membawa banyak uang
tunai.
4. Efisiensi Rupiah
Menekan biaya pengelolaan uang rupiah dan cash handing. Perlu kita
ketahui bahwa segala biaya dalam pencetakan uang rupiah sampai
dengan distribusinya bisa mencapai 3 Triliun per tahunnya. Dengan
menggunakan transkasi non tunai, dapat menekan penggunaan uang
rupiah dan biaya dalam pembuatan uang rupiah juga bisa ditekan.
5. Perencanaan Ekonomi lebih akurat
Dengan GNNT, segala transaksi yang dilakukan oleh masyarakat
Indonesia tercatat secara lebih lengkap, sehingga perencanaan ekonomi
yang akan dilakukan oleh pemerintah ataupun Lembaga keuangan lain
bisa lebih akurat.
9 Sumber dari https://www.nontunai.com/kenali/mengenal-gnnt/ , diakses pada 06 Maret 2019, pukul 09.21 WIB
30
E. Implementasi GNNT
Bank Indonesia terus mendorong dan turut serta dalam upaya peningkatan
transaksi non tunai baik dlama sector pemerintah maupun swasta. Beberapa
pengaplikasian GNNT adalah sebagai berikut:
1. Penyaluran bantuan PKH dan PSKS dengan uang elektronik. (Oktober
& November 2014)
2. E-Ticketing (Agustus 2014)
3. Sistem Pembayaran non tunai untuk TKI (Februari 2105)
4. E-Parking (Januari – Juni 2015)
5. E-Ticketing dan E-Parking (Januari – Juni 2015)
6. Bantuan Pangan Non Tunai (Februari 2017)
7. Strategi Nasional Keuangan Inklusif (November 2016)
8. Program Keluarga Harapan (Agustus 2016)
9. Komunitas LKD Keagamaan (2016)
10. Elektronifikasi Pembayaran di Jalan Tol (Oktober 2017)
Elektronifikasi pembayaran di jalan tol mulai ada penandatanganan NK
BI-Kementrian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) pada
tanggal 31 Maret 2017. Dan pada Oktober 2017 100% pembayaran di
jalan tol dilakukan dengan non tunai. Implementasian pembayaran non
tunai ini pada semua ruas tol di seluruh Indonesia. Tujuannya utamanya
yaitu untuk mengurangi antrian pembayaran, karena pembayaran lebih
cepat dan mudah dengan uang elektronik.
F. Upaya dalam Pelaksanaan GNNT
Bank sentral menargetkan GNNT ini dapat menjangkau sedikitnya 25%
penduduk indonesia pada tahun 2024, atau setidaknya 10 tahun sejak
pencanangannya. Dalam rangka mempercepat gerakan ini, Bank Indonesia selalu
otoritas sistem pembayaran di indonesia membentuk Program Elektronifikasi dan
Inklusi Keuangan yang dipimpin langsung oleh Direktur Departemen Kebijakan
dan Pengawasan Sistem Pembayaran Bank Indonesia.
31
Bank Indonesia bersama OJK juga menginisiasi Layanan Keuangan Digital
dan Layangan Keuangan Tanpa Kantor untuk menjangkau daerah-daerah pelosok
yang tidak terjangkau layanan perbankan. Inisiatif ini dilakukan, karena masih
sedikitnya pemilik akun bank karena masih menyimpan uang dirumah, yang
dianggap aman padahal memiliki banyak ancaman.10
Perluasan penggunaan uang elektronik dilakukan Bank Indonesia melalu
Layanan Keuangan Digital (LKD). Layanan Keuangan Digital adalah kegiatan
layanan jasa sistem pembayaran dan keuangan yang dilakukan melalui kerja sama
dengan pihak ketiga (agen) dan menggunakan sarana teknologi seperti HP.
Perluasan Akses perbankan diantaranya melalui agen-agen bank yang
akan menyediakan jasa Layanan Keuangan Digital. Agen bank ini dapat sebagai
penyalur bantuan sosial non tunai. Dengan adanya agen bank, masyarakat tidak
perlu datang ke kantor cabang bank, memiliki media menyimpan uang yang aman,
belajar menyimpan dan dikenal oleh bank serta langkah awal untuk mengenal
layanan keuangan lainnya. Layanan yang dilakukan oleh agen bank diantaranya
sebagai fasilitator registrasi, pengisian ulang (top-up) dan menabung, Tarik tunai,
pembayaran tagihan dan belanja, serta penyaluran bantuan sosial (dana dan
pangan).
10 https://www.kompasiana.com/muttaqin98/5bf532acab12ae5d6a2ed685/sosialisasi-gerakan-nasional-non-tunai-gnnt-pentingkah, diakses pada 24 Maret 2019, pukul 22.24
32
Bantuan sosial non tunai yang disalurkan ada berbagai jenis, diantaranya:
Program Keluarga Harapan
Bantuan Pangan Non Tunai atau BPNT (Launching oleh Presiden RI, 23
Feb 2017)
Media Penyaluran :
Kartu kombo (KKS) dengan fitur tabungan dan uang elektronik, untuk
transaksi penarikan tunai (PKH) dan pembelian bahan pangan di elektronik
warung gotong royong (e-warong) yang bekerjasama dengan Bank
HIMBARA.
Layanan pembayaran bantuan telah saling interkoneksi dan interoperabilitas
antar Bank HIMBARA.
E-warong saat ini berjumlah 15.878, yang terdiri dari agen LKD & Laku
Pandai.
Skema BPNT mengubah subsidi beras dg harga murah yang ditebus oleh
Keluarga Penerima Manfaat menjadi dana bantuan untuk dibelikan bahan
pangan di e-warong.
33
BAB 1V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulannya dalam mengenalkan GNNT kepada masyarakat, Bank
Indonesia melakukan banyak hal agar GNNT mampu diaplikasikan oleh
masyarakat lebih luas lagi. Diantara upaya yang dilakukan yaitu dengan terus
melakukan sosialisasi kepada masyarakat dengan menggandeng beberapa
stakeholder seperti pemerintah, pihak perbankan dan Lembaga-lembaga keuangan
untuk turut serta mengenalkan GNNT kepada masyarakat. Selain dengan
sosialisasi, beberapa upaya pemerintah yang dapat membantu tercapainya GNNT
yaitu dengan memberikan bantuan sosial non tunai kepada masyarakat. Untuk pihak
perbankan, upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan meluaskan agen-agen
perbankan melalui toko atau masyarakat yang mampu menjadi agen perbankan
sehingga masyarakat yang hendak mengaktifkan uang elektronik atau
menggunakan layanan non tunai lainnya bisa terbantu.
B. Saran
1. Saran untuk Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam sebagai pengelola PPL
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam selaku pengelola PPL hendaknya juga
turut serta mensupport program yang ada di tempat PPL mahasiswanya.
Agar program yang sudah ada bisa tersampaikan dan tersalurkan kepada
mahasiswa lain yang tidak PPL di Lembaga atau tempat tersebut. Karena
setiap Lembaga pasti mempunyai kebijakan dan program tersendiri dalam
membangun dan mengembangkan perekonomian di Indonesia.
2. Untuk instansi/lembaga tempat PPL.
Saran untuk instansi PPL, semoga program lain yang ada di Bank Indonesia
bisa tersalurkan dengan matang kepada mahasiswa magang/PPL, agar
program dan kebijakan tersebut bisa turut disalurkan mahasiswa kepada
msyarakat.
3. Untuk mahasiswa sebagai peserta PPL.
Untuk mahasiswa, terutama saya dan teman-teman yang magang/PPL di
Bank Indonesia, sarannya untuk turut serta mendukung GNNT ini dengan
34
dimulai dari diri sendiri. Dengan begitu, kita bisa menjadi contoh bagi
mahasswa lain terutama mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
Sehingga, program-program dari Bank Indonesia khususnya yang tak lain
tujuannya juga untuk membangun perekonomian negara Indonesia bisa
tercapai dan tetap stabil..
35
DAFTAR PUSTAKA
Muchtar, Bustari, Rose Rahmidani, Menik Kurnia Siwi, 2016. Bank dan Lembaga
Keuangan Lain. .Jakarta: Kencana, 2016.
Simorangkir,.Iskandar. 2014. Pengantar Kebanksentralan: Teori dan Praktik di
Indonesia. Depok: Raja Pers
Widjajanta,Bambang Aristanti Widyaningsih. 2007 Mengasah Kemampuan
Ekonomi, Bandung: Citra Praya.
https://www.bi.go.id.
https://www.kompasiana.com/muttaqin98/5bf532acab12ae5d6a2ed685/sosialisas
-gerakan-nasional-non-tunai-gnnt-pentingkah,
36
LAMPIRAN
37
38
39
40