4
Kontak Bahasa Kontak bahasa terjadi apabila seorang penutur yang menguasai dua bahasa atau lebih menggunakan bahasa yang dikuasainya secara bergantian. Kontak bahasa terjadi dalam diri penutur secara individual. Individu tempat terjadinya kontak bahasa disebut dwibahasawan dan peristiwa pemakaian dua bahasa secara bergantian disebut kedwibahasaan. Kontak bahasa terjadi dalam situasi konteks sosial, yaitu situasi belajar bahasa, proses pemerolehan bahasa kedua disebut pendwibahasaan atau bilingualisasi, dan orang yang belajar bahasa kedua disebut dwibahasawan. Mackey (dalam Suwito, 1985) memberi pengertian kontak bahasa sebagai pengaruh bahasa yang satu kepada bahasa yang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga menimbulkan perubahan seorang ekabahasawan. Kontak bahasa cenderung sebagai gejala bahasa (langue) dan kedwibahasaan sebagai gejala tutur (parole), tetapi kedwibahasaan terjadi sebagai akibat kontak bahasa. Istilah kontak bahasa disebut juga sentuh bahasa. Kedwibahasaan Kedwibahasaan sebagai akibat adanya kontak bahasa berubah-ubah dan merupakan istilah yang bersifat relatif atau nisbi. Berikut ini beberapa definisi kedwibahasaan.

diglosia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: diglosia

Kontak Bahasa

Kontak bahasa terjadi apabila seorang penutur yang menguasai dua bahasa atau lebih menggunakan bahasa yang dikuasainya secara bergantian. Kontak bahasa terjadi dalam diri penutur secara individual. Individu tempat terjadinya kontak bahasa disebut dwibahasawan dan peristiwa pemakaian dua bahasa secara bergantian disebut kedwibahasaan.

Kontak bahasa terjadi dalam situasi konteks sosial, yaitu situasi belajar bahasa, proses pemerolehan bahasa kedua disebut pendwibahasaan atau bilingualisasi, dan orang yang belajar bahasa kedua disebut dwibahasawan.

Mackey (dalam Suwito, 1985) memberi pengertian kontak bahasa sebagai pengaruh bahasa

yang satu kepada bahasa yang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga menimbulkan perubahan seorang ekabahasawan. Kontak bahasa cenderung sebagai gejala bahasa (langue) dan kedwibahasaan sebagai gejala tutur (parole), tetapi kedwibahasaan terjadi sebagai akibat kontak bahasa. Istilah kontak bahasa disebut juga sentuh bahasa.

Kedwibahasaan

Kedwibahasaan sebagai akibat adanya kontak bahasa berubah-ubah dan merupakan istilah yang bersifat relatif atau nisbi. Berikut ini beberapa definisi kedwibahasaan.

1. Weinreich

Kedwibahasaan adalah kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian

2. Bloomfield

Merumuskan kedwibahasaan sebagai penguasaan yang sama baiknya atas dua bahasa atau native like control of two languages. Penguasaan dua bahasa dengan kelancaran dan ketepatan yang sama seperti penutur asli sangatlah sulit diukur.

Page 2: diglosia

3. Mackey

Merumuskan kedwibahasaan sebagai kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih oleh seseorang (the alternative use of two or more languages by the same individual). Perluasan pendapat ini dikemukakan dengan adanya tingkatan kedwibahasaan dilihat dari segi penguasaan unsur gramatikal, leksikal, semantik, dan gaya yang tercermin dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

4. Haugen

Mengemukakan kedwibahasaan dengan tahu dua bahasa (knowledge of two languages), cukup mengetahui dua bahasa secara pasif atau understanding without speaking.

5. Oksaar

Berpendapat bahwa kedwibahasaan bukan hanya milik individu, namun harus diperlakukan sebagai milik kelompok, sehingga memungkinkan adanya masyarakat dwibahasawan. Hal ini terlihat di Belgia menetapkan bahasa Belanda dan Perencis sebagai bahasa negara, Finlandia dengan bahasa Find dan bahasa Swedia. Di Montreal Kanada, bahasa Inggris dan Perancis dipakai secara bergantian oleh warganya, sehingga warga montreal dianggap sebagai masyarakat dwibahasawan murni.

Jadi kedwibahasaan berhubungan erat dengan pemakaian dua bahasa atau lebih oleh seorang dwibahasawan atau masyarakat dwibahasawan secara bergantian.

C. Diglosia

Agak mirip dengan kedwibahasaan, diglosia adalah penggunaan dua bahasa atau lebih dalam masyarakat, tetapi masing-masing bahasa mempunyai fungsi atau peranan yang berbeda dalam konteks sosial. Ada pembagian peranan bahasa dalam masyarakat dwibahasawan terlihat dengan adanya ragam tinggi dan rendah, digunakan dalam ragam sastra dan tidak, dan dipertahankan dengan tetap ada dua ragam dalam masyarakat dan dilestarikan lewat pemerolehan dan belajar bahasa.

D. Hubungan Kedwibahasaan dan Diglosia

Page 3: diglosia

Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa kedwibahasaan dan diglosia berhubungan dengan penguasaan dua bahasa atau lebih dalam masyarakat, berikut ini dikemukakan hubungan keduanya.

1. Masyarakat Dwibahasawan dan Diglosik

yaitu masyarakat yang menguasai dua bahasa atau lebih yang digunakan secara bergantian, namun masing-masing bahasa mempunyai peranannya masing-masing. Contohnya masyarakat Indonesia dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa daerah sebagai bahasa intrakelompok. Hal ini dapat dilihat juga di Malaysia dengan bahasa Inggris dan Melayu, Filipina dengan bahasa Inggris dan Tagalog, dan di Haiti dengan bahasa Perancis dan Kreol Haiti.

2. Masyarakat Dwibahasawan tetapi takdiglosik

yaitu masyarakat yang menguasai dua bahasa atau lebih yang digunakan secara bergantian, dengan masing-masing bahasa memiliki peranan yang sama. Hal ini terlihat pada masyarakat Montreal Kanada.

3. Masyarakat takdwibahasawan tetapi diglosik

adalah gambaran suatu masyarakat karena ikatan negara terdiri atas dua golongan, masing-masing ekabahasawan dan apabila berkomunikasi membutuhkan kehadiran penerjemah. Gambaran seperti ini terjadi di Eropa sebelum perang dunia II.

4. Masyarakat takdwibahasawan dan takdiglosik

adalah gambaran masyarakat ekabahasawan murni tanpa adanya variasi penggunaan bahasa. Pada saat ini sangatlah sulit untuk mendapatkan gambaran masyarakat yang takdwibahasawan dan takdiglosik.